askep limfadenopati

26
ASKEP LIMFADENOPATI SKENARIO 2 Tn. A dirawat di RSUD XX diruang hematologi dengan keluhan mual, muntah, tidak nafsu makan dan serig keringat malam. Tn. A mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu sebelum masuk RS pertama kali disadari dileher kiri ada benjolan berukuran sebesar telur ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar, mula-mula benjolan tidak nyeri tekan, tetapi sejak 2 bulan yang lalu pada benjolan timbul luka-luka kemerahan bila ditekan ada kemerahan bila terasa nyeri, nyeri dirasakan saat benjolan ditekan dan tidak menyebar. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan didapatkan limfadenepati, anorexsia, anemi, dan palpitasi. Advise dokter mengatakan Tn. A disarankan untuk untuk dilakukan pemeriksaan Biopsi dan pemeriksaan lain untuk mendapatkan diagnose medis. Langkah 1 : klarifikasi istilah dan konsep 1. Palpitasi adalah jantung yang kuat dan cepat disadari pasien. 2. Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah, pembentuknya dan bentuk – bentuk darah 3. Pemeriksaan biopsy adalah eksisi jaringan dari tubuh yang hidup untuk pembentukan microscopy guna meningkatkan diagnosa 4. Limfadenospati adalah suatu keadaan hyperplasia kelenjar getah bening. 5. Anorexsia adalah tidak nafsu makan. Langkah 2 : menetapkan / mendefinisi masalah

Upload: tyofk

Post on 04-Jan-2016

1.724 views

Category:

Documents


140 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP LIMFADENOPATI

ASKEP LIMFADENOPATI

SKENARIO 2

Tn. A dirawat di RSUD XX diruang hematologi dengan keluhan mual, muntah, tidak

nafsu makan dan serig keringat malam. Tn. A mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan yang

lalu sebelum masuk RS pertama kali disadari dileher kiri ada benjolan berukuran sebesar

telur ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar, mula-mula benjolan tidak nyeri

tekan, tetapi sejak 2 bulan yang lalu pada benjolan timbul luka-luka kemerahan bila ditekan

ada kemerahan bila terasa nyeri, nyeri dirasakan saat benjolan ditekan dan tidak menyebar.

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan didapatkan limfadenepati, anorexsia, anemi, dan

palpitasi. Advise dokter mengatakan Tn. A  disarankan untuk untuk dilakukan pemeriksaan

Biopsi dan pemeriksaan lain untuk mendapatkan diagnose medis.

Langkah 1 : klarifikasi istilah dan konsep1.      Palpitasi adalah jantung yang kuat dan cepat disadari pasien.

2.      Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah, pembentuknya dan bentuk –

bentuk darah

3.      Pemeriksaan biopsy adalah eksisi jaringan dari tubuh yang hidup untuk pembentukan

microscopy guna meningkatkan diagnosa

4.      Limfadenospati adalah suatu keadaan hyperplasia kelenjar getah bening.

5.      Anorexsia adalah tidak nafsu makan.

Langkah 2 : menetapkan / mendefinisi masalahDari scenario diatas dilihat dari tanda dan gejala, maka masalah yang timbul ada :

         Dileher kiri Tn A ada benjolan sebesar telur ayam, yang mula – mula tidak nyeri tekan.

         Tn A mengalami kelainan limfa yang berhubungan dengan system getah bening.

         Dileher kiri Tn A yang merupakan tanda penyakit limfadenopati penyebab dari hyperplasia.

Dan dapat diambil Diagnosa medis dan Diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Diagnose medis Diagnose keperawatan

LIMFOMA        Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

prosedur invasit.

       Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit,

jaringan dan integritas.

       Pola nafas tidak efetif berhubungan dengan

Page 2: ASKEP LIMFADENOPATI

neouromuscular, ketidak imbangan persptual.

       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pengeluaran integritas pembuluh

darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.

Langkah 3 : Analisa masalah (Curah pendapat)1.      Bagaimana penatalaksanaan limfadenopati ?

         Penata laksanaannya adalah kemoterapi dan terapi radiasi.

2.      Bagaimana mekanisme terjadinya limfadenopati ?

         Mekanisme terjadinya limfadenopati adalah terjadi karena beberapa sebab otot yaitu

peningkatan jumlah limfosit makrofat jinak selama reaksi terhadap antigen.

3.      Bagaimana proses pembentukan kelenjar getah bening dan dimana saja kelenjar getah bening

tersebut ?

         Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki

kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah submandibular (bagian

bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang

teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel

pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari

pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan

mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang

melewatinya.

4.      Bagaimana tanda dan gejala limfadenopati ?

         ditandai pembengkakan pada satu atau lebih kelenjar getah bening, biasanya di leher dan

ketiak, tetapi kadang kala di tempat lain. Gejala ini biasanya cepat hilang tanpa diobati.

5.      Kenapa bisa terjadi benjolan dileher kiri Tn A ?

         karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba,

zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi

maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak

untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar.

6.      Bagaimana keterkaitan kelenjar limfa dengan system imunitas ?

         Hubungan antara kelenjar limfa dengan sistem imunitas adalah kelenjar limfa juuga termasuk

dalam pertahanan tubuh. Kelenjar limfa memiliki sel pertahanan tubuh, jika ada antigen yang

menginfeksi maka kelenjar limfa dapat menghasilkan sel – sel pertahanan tubuh yang lebih

banyak untuk mengatasi antigen tersebut.

Page 3: ASKEP LIMFADENOPATI

Langkah 4 (menginventarisasi secara sistematis berbagai penjelasan yang telah didapatkan kelompok pada langkah 3)

         Ada hubungan antara benjolan sebesar telur ayam dileher Tn A dengan limfadenopati.

         Ada hubungan antara limfadenopati dan system hematologis.

         Ada hubngan antara tanda dan gejala yang dialami Tn A dengan penyakit yang dideritanya.

Langkah 5 (merumuskan sasaran pembelajaran)         Limfoma.

Hitung Darah Lengkap Denga diferensial dan hitung TrombositDarah sering diperiksa untuk mengetahui keadekuatan jumlah sel dan fungsinya.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah hitung darah lengkap, yang memberi informasi jumlah, konsentrasi, dan karakter fisil sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang ada didalam sampel darah vena. Hitung darah lengkap diferensial bergantung usia dan pada tingkat yang lebih rendah, bergantung janis kelamin. Latihan atau olahraga,status reproduksi, dan berbagai jenis obat dapat menyebabkan deviasi hasil pemeriksaan. Hitung darah lengkap diferensial digunakan sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, untuk penapisan kondisi spesifik, dan untuk menentukan kesehatan praoperatif. Hitung darah lengkap juga digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan terapi.

Ukuran sel darah merah ditunjukkan dengan mean corpuscular volume (MCV) atau volume korpuskular rata-rata dan mean corpuscular hemoglobin concretation (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata yang memberi informasi tambahan pada pasien penderita anemia. Sel darah merah juga diperiksa RDW (red cell size distribution width) didalam sampel darah. Jika RDW tinggi, hal ini berarti ada rentang ukuran sel darah merah yang cukup luas di dalam sampel darah. RDW bermanfaat untuk membedakan jenis-jenis anemia yang hampir sama. Sebagai contoh pasien dengan selmikrositik (kecil) yang memiliki RDW normal dapat mengalami abnormalitas hemoglobin seperti talasemia, sementara pasien drngan sel mikrositik yang hampir sama tetapi RDW tinggi lebih tinggi cenderung mengalami defisiensi zat besi. Kombinasi nilai sel darah merah lainnya memberi penanda yang berbeda untuk etiologi gangguan darah.

Pemeriksaan darah lainnya adalah golongan darah ABO dan antigen Rh serta pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya mikroorganisme dan titer antibodi. Laju sedimentasi eritrosit (SED) adalah pemeriksaan yang mengevaluasi kecenderungan sel darah merah untuk terpisah dari bagian darah yang tidak membeku dalam satu jam. Pemeriksaan ini berdasarkan fakta bahwa inflamasi dan proses lain yang hampir sama menstimulasi hepar untuk melepaskan sejumlah protein ke dalam darah, yang menyebabkan sel darah beragregasi bersama-sama, menjadi lebih berat dan akhirnya mengendap ke dasar wadah. Karena hal ini, laju SED sering kali meningkat secara tidak spesifik pada penyakit inflamasi.

Nilai Hitung Darah Lengkap Dengan differensial Dan Hitung Trombosit (Orang Dewasa)

         Hitung sel darah merah: 4,0-5,5 juta/ml darah         Hitung sel darah putih: 5.000-10.000/ml darah         Hitung trombosit: 140.000-40.0000/ml darah         Hematokrit (% sel darah merah): 42-52% untuk pria; 36-48% untuk wanita)         Hemoglobin:14,0-17,5 gram/100 ml untuk pria; 12,0-16,0 gram/100 ml untuk wanita

Page 4: ASKEP LIMFADENOPATI

         Neutrofil: 50%-62%         Eosinofil: 0%-3%         Basofil:0%-1%         Limfosit:25%-40%         Monosit:3%-7%

Pemeriksaan Ukuran Sel Darah Merah dan Hemoglobin (dewasa)         MCV: 82-98 fL/sel darah         MCHC: 32-36 g/dL         RDW:11,5-14,5 koefisien variasi ukuran sel darah merah

Laju Sedimentasi         Laju SED: 0-20 mm/jam

Waktu PembekuanWaktu pembekuan adalah lama waktu pembekuan yang terjadi setelah penusukan luka standart pada kulit. Waktu pembekuan diukur dalam menit dan mengindikasikan status fungsi trombosit, terutama efektifitas sumbatan trombosit. Waktu pembekuan tidak lebih dari 15 menit (normal: 3,0-9,0 menit) untuk penusukan lengan.Masa Troboplastin parsial/protombin

PTT (pratial thromboplastin time) dan PT (prothrombin time) mendeteksi defisiensi dalam aktifitas berbagai faktor pembekuan. Kedua pemeriksaan mengevaluasi bekuan dalam sampel darah vena.

PTT menunjukkan efektifitas jalur intrinsik koagulasi dan tidak boleh lebih dari 90 detik (normal: 30 sampai 40 detik). Pemeriksaan ini penting dalam menentukan efektifitas dan keamanan terapi herapin.

PT mendemonstrasikan efektifitas faktor koagulasi vitamin K-dependen, terutama jalur ekstrinsik dan jalur umumnya koagulasi. PT seharusnya tidak lebih dari 40 detik, atau sampai 2,5 kali level kontrol (normal: 11 sampai 13 detik). PT digunakan untuk menentukan efektifitas terapi warfarin (Coumadin).

Langkah 6 (mengumpulkan informasi tambahan diluar waktu diskusi kelompok/belajar mandiri)

Langkah 7 (melakukan sintesa dan pengujian informasi yang telah terkumpul)LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

         Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000; 52).

         Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe

(Price, 1995; 40).

         Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).

Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

         Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi

berat dan terlokalisasi.

Page 5: ASKEP LIMFADENOPATI

B. Etiologi

         Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.

         Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.

         Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.

         Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.

         Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan

lipid.

(Harrison, 1999; 370)

C.    Tanda dan Gejala

a.       demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.

b.      sering keringat malam.

c.       Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.

d.      Timbul benjolan di bagian leher.

D. Patofisiologi

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah.

Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe

yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena.

Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari

daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas

pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan

demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh

limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah,

tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.

Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe

menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang

dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat

menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer

ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat

menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe

regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau

bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya

mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).

Page 6: ASKEP LIMFADENOPATI

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang

kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah

lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi

tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999;

372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan

anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk

diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari,

2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak

dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran

pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur,

sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).

E. Manifestasi Klinis

Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa

nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan

dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling

berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999; 370).

F. Pemeriksaan Penunjang

      Hitung darah lengkap.

      Biakan darah.

      Foto rontgen.

      Serologi.

      Uji kulit.(Harrison, 1999; 372).

G.    Penatalaksanaan

1.      Therapy Medik

Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)

Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)

   Tanpa keluhan : tidak perlu therapy

   Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap

hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu.

   Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH diatas

Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)

   Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy utama.

Page 7: ASKEP LIMFADENOPATI

   Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran

Minimal : seperti therapy LH

Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin, oncovin,prednison (CHOP)

dengan dosis :

C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I

H : hydroxo – epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I

O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I

P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5

Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu

Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

         Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant

         Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama

Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)

Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B

2.      Therapy radiasi dan bedah

Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim

onkology ( di RS type A dan B)

H.    Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien limfadenopati adalah:

      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasit.

      Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas.

      Pola nafas tidak efetif berhubungan dengan neouromuscular, ketidak imbangan persptual.

      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran

integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.

I.       Intervensi

1.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan: Mencapai penyembuhan tepat waktu,bebas drenase purulen atau eritema dan tidak

demam ( doengos, 1999; 796 – 797 )

Interensi: 

-          Tingkatkan cuci tangan yang baik pada setaf dan pasien.

-          Gunakan aseptik atau kebersinan yang ketet sesuai indikasi untuk menguatkan atau menganti

balutan dan bila menangani drain.insruksian pasien tidak untuk menyentuh atau menggaruk

insisi.

Page 8: ASKEP LIMFADENOPATI

-          Kaji kulit atau warna insisi. Suhu dan integrits: perhatikan adanya eritema /inflamasi

kehilangan penyatuan luka.

-          Awasi suhu adanya menggigil

-          Dorong pemasukan cairan,diey tinggi protein dengan bentuk makanan kasar.

-          Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional :

-          Menurunkan resiko kontaminasi silang.

-          Mencegah kotaminasi dan resiko infeki luka,dimana dapat memerlukan post prostese.

-          Memberikan informasi trenteng status proses penyembuhan dan mewaspadakan staf

terhadap dini infeksi.

-          Meskipun umumnya suhu meningkatpdad fase dini pasca operasi dan/atua adanya menggigil

biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan inetrvensi untuk mencegah

komplikasi lebih serius.

-          Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi untuk mendukung perfusi jaringan dan

memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan.

-          Mungkin berguna secara profilaktik untuk mencegah infeksi.

2.      Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot.

Tujuan: mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.

( doengos, 1999; 915 – 917 )

Intervensi :

-          Evaluasi rasa sakit secara regular (mis, setiap 2 jam x 12 ), catat karakteristik, lokasi n

intensitas ( skala 0-10 ).

-           Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.

-          Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesui kebutuhan.

-          Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi - fowler; miring.

-          Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi,

visualisasi.

-          Berikan perwatan oral reguler.

Rasional:

-          Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan: sakit kepala frontal

dan / atau oksipital mungkin berekembang dalam 24-72 jam yang mengikuti anestesi spinal,

mengharuskan posisi terlentang, peningkatan pemasukan cairan, dan pemberitahuan ahli

anestesi.

Page 9: ASKEP LIMFADENOPATI

-          Ketidaknyamanan mungkin disebabkan / diperburuk dengan penekanan pada kateter

indwelling yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral ( sakit kandung kemih, akumulasi

cairan dan gas gaster, dan infiltrasi cairan IV/ medikasi.

-          Pahami penyebab ketidaknyamanan ( misalnya sakit otot dari pemberian suksinilkolin dapat

bertahan sampai 48 jam pasca operasi, sakit kepala sinus yang disosialisasikan dengan nitrus

oksida dan sakit tenggorok dan sediakan jaminan emosional. Catatan: peristasia bagian-

bagian tubuh dapat menyebabkan cedera saraf. Gejala – gejala mungkin bertahan sampai

berjam-jam atau bahkan berbulan – bulan dan membutuhkan wevaluasi tambahan. 

-          Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat

mengurangi tegangan otot abdominal dan oto punggung artritis, sewdangkan miring

mengurangi tekanan dorsal.

- Lepaskan tegangan emosional dan otot; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat

meningkatkan kemam puan koping.

- Mengurangi ketidaknyamanan yang di hubungkan dangan membaran mukosa yang kering

pada zat – zat anestesi, restriksi oral.

3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neouromuskular, ketidak imbangan persptual. 

Tujuan: Menetapkan pola nafas normal / efektif dan bebas dari sianosis dan tanda – tanda

hipoksai lain. ( doengos, 1999; 911 – 912 )

Intervensi:

-          Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hipereksentensi rahang, aliran

udara feringeal oral.

-          Obserefasi dan kedalamam pernafasan, pemakaian otot – otot bantu pernafasan, perluasan

rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna kulit dan aliran udara.

-          Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis

pembedahan.

-          Observasi pengembalian fungsi otot terutama otot pernafasan.

-          Lakukan penghisapan lendir jika perlu.

-          Kaloborasi: berikan tambahan oksigen sesui kebutuhan.

Rasional:

-          Mencegah obstruksi jalan nafas.

-          Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat

segera dilakukan.

Page 10: ASKEP LIMFADENOPATI

-          Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi yang

benar akan mendoromg ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan

pada diafragma.

-          Setekah pemberian obat – obat relaksasi otot selama masa intra operatif pengembalian fungsi

otot pertama kali terjadi pada difragma, otot – otot interkostal, dan laring yang akan diikuti

dengan relaksasi dengan relaksasi kelompok otot – otot utma seperti leher, bahu, dan otot –

otot abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot – otot berukuran sedang seperti lidah, paring,

otot – otot ekstensi dan fleksi dan diakhiri oleh mata, mulut, wajah dan jari – jari tangan. 

-          Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena danya darah atau mukus dalam tenggorok atau

trakea.

-          Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat

oleh Hb yang mengantikan tempat gas anestesi dan mendorng pengeluaran gas tersebut

melalui zat – zat inhalasi.

4.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran

integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.

Tujuan: Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimana ditunjukkan

dengan tanda – tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor

kulit normal, membran mukosa lembab, dan pengeluaran urine yang sesui. ( doengos, 1999;

913 –915)

Intervensi:

-          Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran ( termasuk pengeluaran gastrointestinal ).

-          Kaji pengeluaran urinarus, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.

-          Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan. Misalnya privasi, posisi duduk, air

yang mengalir dalam bak, mengalirkan air hamgat diatas perineum.

-          Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan.

-          Periksa pembalut, alat drein pada intrval reguler. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan.

-          Kalaborasi: Berikan cairan pariental, pruduksi darah dean / atau plasma ekspander sesuai

petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan.

Rasional:

-          Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/

kebutuhan pemggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.

-          Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem

genitourinarius dan / atau struktur yang berdekatan.

Page 11: ASKEP LIMFADENOPATI

-          Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya pengosongan.

-          Wanita, pasien dengan obesitas, dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk

perjalanan penyakit memiliki resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pasca operasi.

Selain itu, semakin lama durasi anestesi, semakin resiko untuk mual, catatan: Mual yang

terjadi selama 12 –24 jam pasca operasi umumnya dibangunkan dengan anestesi( termasuk

anestesi regional ),. Mual yang bertahan lebih dari 3 hari pasca operasi mungkin dihubungkan

dengan pilihan narkotik untuk mengontrol rasa sakit atau tr erap oabt – abatan lainnya.

-          Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia / hemoragi. Pembengkakan

lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/ perdarahan.

-          Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian volume

sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak seimbangan.

Askep Limfadenopaty

1.      Pengkajian

a.      Identitas pasien

Nama               : Tn A

Umur               : 50 tahun

Jenis kelamin   : laki – laki

Agama             : islam

Alamat            : Jl.JA.soeprapto No.25 bogo nganjuk

Suku                : jawa

Mrs                  : 29 – 09 – 2011 jam 13.00

Pengkajian       : 1 – 10 – 2011

2.      Riwayat penyakit sekarang

Alasan utama MRS :

Keluhan utama :

Mual muntah, tidak nafsu makan dan sering keringat malam.

3.      Riwayat penyakit dahulu

Tn. A pernah MRS dengan penyakit Hipertensi.

4.      Riwayat penyakit keluarga

Tidak mempunyai penyakit

5.      Pola – pola fungsi kesehatan

a.      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Page 12: ASKEP LIMFADENOPATI

Kebiasaan dengan mengkonsumsi 3 bungkus / hari, jamu, olah raga/gerak badan(-).

b.      Pola nutrisi dan metabolisme

Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup dan suka makan diluar rumah, saat

MRS pemenuhan nutrisi bubur kasar 1 porsi habis setiap kali makan. Kesulitan makan tidak

ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada, status gizi yang berhubungan dengan

keadaan tubuh : postur tubuh tinggi, besar, keadaan rambut bersih.

BAB

Frekuensi : 1 x / 3 hari

Warna dan bau : bau khas

Konsistensi : padat

Keluhan : tidak ada

BAK

Frekuensi : kondom cat

Warna dan bau : bau khas urine

Keluhan : tidak ada

c.       Pola tidur dan istirahat

Tidur

Frekuensi : 2 x sehari

Jam tidur siang : 1 – 3 jam / hari

Jam tidur malam : 6 – 7 jam / hari

Keluhan : tidak ada

Istirahat

Frekuensi : 4 – 6 x / hari

Keluhan : tidak ada

d.      Pola aktivitas

Klien biasanya duduk seharian untuk membuat pola rancangan baju dari pemesanan. Olah

raga kadang – kadang seminggu sekali. Jalan – jalan pagi ke alun – alun.

e.       Pola sensori dan kognitif

sensori :

daya penciuman, daya rasa, daya raga, daya pendengaran baik.

Kognitif :

Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik

f.       Pola penanggulangan stres

Page 13: ASKEP LIMFADENOPATI

Penyebab stres, mekanisme terhadap stres, adaptasi terhadap stres, pertahanan diri sementara

biasanya klien meminta bantuan terutama istri.

6.      Pemeriksaan fisik

a.      Pemeriksaan leher : ditemukan benjolan sebesar telur ayam dan tampak kemerahan pada

leher kiri.

b.      Pemeriksaan kulit :   

7.      Analisa data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS  : pasien mengatakan lemas

DO : N : 60 x/menit,  TD : 100/60

mmHg

-    Wajah pucat

-    Tubuh lemas

Anemia, lemah,

dan letih.

Intoleransi aktifitas

2. DS  : pasien mengatakan sesak

DO : RR : 30 x/menit,

Hb yang mengikat

O2 menurun, suplay

O2 ke jaringan

menurun.

Pola nafas tidak

efektif

3. DS : pasien mengatakan tidak nafsu

makan.

DO : BB: 50 kg, LILA : 38 cm, Hb:

12 gram/DI, anorexia

Mual, muntah,

anorexia, dan 

anemia.

Ketidak

seimbangan nutrisi

4. DS : pasien mengatakan nyeri pada

leher kiri saat ditekan.

DO :

-    P  : benjolan pada leher kiri

-    Q : berat

-    R : leher kiri

-    S  : 7

-    T  : saat tekan

Benjolan pada

leher kiri bila

ditekan.

Nyeri

Page 14: ASKEP LIMFADENOPATI

8.      Diagnosa Keperawatan

a.       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia, lemah, dan letih.

b.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan palpitasi, suplay O2 kejaringan menurun.

c.       Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, anorexia, dan anemia.

d.      Nyeri berhubungan dengan benjoln pada leher kiri bila ditekan.

9.      Intervensi

Tanggal No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1

Oktober

2011

1 Intoleransi

aktifitas

berhubungan

dengan

anemia,

lemah, dan

letih.

Dalam

waktu 2 x

24 jam

anemia,

lemah, letih

sudah

berkurang

dan dapat

melakukan

aktifitas

dengan

normal

kembali.

Secara

subyektif

pasien

mengatakan

bahwa lemas

sudah

berkurang.

Secara

obyektif

didapatkan

N : 75 – 100

x/menit, TD :

110 – 120/ 80

– 90 mmHg,

wajah sudah

tidak tampak

pucat, dan

tubuh tidak

lemas.

-       Berikan motivasi kepada klien terhadap peningkatan aktivitas

-       Bantu atau perintahkan klien untuk mengambil nafas dalam agar pasien relaksasi

-       Kaji respon emosional dan spiritual

-       Motivasi dapat membantu klien untuk lebih bersemangat dalam melakukan atau menigkatkan aktifitas sehari – harinya

-       Relaksasi mengurangi resiko kelelahan pada klien

-    Respon

emosional

dan spiritual

mempengaru

hi kondisi

pasien dalam

melakukan

aktifitas

sehari –

harinya.

2 Pola napas

tidak efektif

berhubungan

Dalam

waktu 2x24

jam sesak

Secara

subyektif

pasien

-    Kaji TTV

pasien.

-       Nilai TTV yang tidak normal menujukkan adanya

Page 15: ASKEP LIMFADENOPATI

dengan

palpitasi,

suplay O2

kejaringan

menurun.

nafas sudah

berkurang,

suplay O2

ke jaringan

terpenuhi.

mengatakan

bahwa sesak

nafas sudah

berkurangdan

secara

obyektif RR:

18 – 24

x/menit, serta

suplay atau

asupan O2 ke

jaringan

terpenuhi.

-       Berikan terapi oksigen

-       Latih klien untuk bernafas secara perlahan – lahan, bernafas lebih efektif.

-      Pertahankan

jalan udara

pasien

dengan

memiringkan

kepala,

hipereksenten

si rahang,

aliran udara

feringeal oral.

abnormalitas pada bagian kerja organ dalam pada tubuh klien.

-       Terapi oksigen dapat membantu pengurangan beban paru

-       Bernafas perlahan – lahan dapat membantu pola nafas menjadi lebih efektif

-        Mencegah

obstruksi

jalan nafas.

3 Ketidak

seimbangan

nutrisi

berhubungan

dengan mual,

muntah,

anorexia, dan

anemia.

Dalam

waktu 2x24

jam nutrisi

pasien

dapat

terpenuhi

dan kondisi

tubuh

kembali

normal.

Secara

subyektif

pasien

mengatakan

bahwa mul

dan

muntahnya

sudah

sembuh dan

secara

-    Kaji

kebiasaan

kesulitan

makan dan

cacat BB dan

ukuran tubuh.

-    Anjurkan

agar pasien

memakan

makanan

-       Sebagai

acuhan

pemberian

intervensi

lanjutan yang

lebih efektif.

-       Untuk

menghindari

makanan

yang dapat

Page 16: ASKEP LIMFADENOPATI

obyektif

anorexia dan

anemia sudah

teratasi.

yang

disediakan

oleh RS.

-    Jelaskan

manfaat

makanan bila

dikaitkan

dengan

kondisi

pasien saat

ini.

-    Berikan

motivasi dan

dukungan

psikologis.

-    Kolaborasi

contohnya

dengan

memberikan

multivitamin

penambah

nafsu makan.

mengganggu

proses

penyembuha

n pasien.

-       Dengan

pemahaman

pasien akan

lebih

kooperatif

mengiluti

aturan.

-      

Meningkatka

n dan

memotivasi

pasian secara

psikologis.

-       Memenuhi

asupan

vitamin yang

kurang dari

penurunan

asupan

nutrisi secara

umum dan

memperbaiki

daya tahan.

4 Nyeri

berhubungan

dengan

benjolan pada

leher kiri bila

ditekan.

Dalam

waktu 2x24

jam nyeri

sudah

berkurang.

Secara

subyektif

pasien

mengatakan

bahwa nyeri

tekan tekan

-       Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, penyebab, dan skala.

-     Variasi

penampilan

dan perilaku

klien karena

nyeri terjadi

sebagai

Page 17: ASKEP LIMFADENOPATI

pada leher

kirinya sudah

berkurang.

Secara

obyektif skala

nyari menjadi

1.

-       Luangkan waktu minimal 10 menit setiap pergantian tugas jaga untuk menizinkan pasien mengungkapkan perasaannya.

-       Ajarkan pasien tehnik pengendalian nyeri alternatif seperti umpan balik, dan relaksasi.

temuan

pengkajian.

-     Untuk

meningkatka

n rasa

kendalinya,

mengurasi

isolasi, dan

menumbuhk

an rasa

percaya.

-     Untuk

mengurangi

ketergantung

an terhadap

analgesik.