askep ispa

68
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan, karena berkat tuntunanNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan ISPA. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini telah tersusun dengan baik. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan. Sekian dan terima kasih. Tomohon, 10 Januari 2014 Penulis 1

Upload: junambar

Post on 22-Oct-2015

307 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

dokumen Asuhan Kepewaratan

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Ispa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan, karena berkat

tuntunanNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan

Anak dengan ISPA. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu sehingga makalah ini telah tersusun dengan baik. Penulis

menyadari adanya kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu kritik dan

saran sangat diharapkan demi kesempurnaan di kemudian hari. Semoga makalah

ini bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan. Sekian dan terima kasih.

Tomohon, 10 Januari 2014

Penulis

1

Page 2: Askep Ispa

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. 1Daftar Isi...................................................................................................... 2Bab I : Pendahuluan.................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................. 4B. Tujuan Penulisan..............................................................................5

Bab II : Landasan Teori Asuhan Keperawatan Anak ISPA......................6A. Definisi.............................................................................................6B. Etiologi.............................................................................................6C. Anatomi Fisiologi ........................................................................... 7D. Patofisiologi..................................................................................... 9E. Patoflow........................................................................................... 11F. Manifestasi Klinis............................................................................ 11G. Komplikasi....................................................................................... 12H. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 13I. Penatalaksanaan............................................................................... 13J. Pencegahan.......................................................................................16

Bab III : Teori Asuhan Keperawatan Anak ISPA...................................... 19A. Pengkajian........................................................................................19B. Diagnosa.......................................................................................... 21C. Intervensi..........................................................................................21D. Implementasi....................................................................................25E. Evaluasi............................................................................................25

Bab IV : Asuhan Keperawatan Kasus........................................................ 26I. Pengkajian........................................................................................26II. Patoflow Kasus................................................................................ 32III. Analisa Data.....................................................................................33IV. Diagnosa...........................................................................................34V. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi........................................... 35

Bab V : Penutup........................................................................................ 39A. Kesimpulan...................................................................................... 39B. Saran................................................................................................ 39

Daftar Pustaka.............................................................................................. 40

2

Page 3: Askep Ispa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah

kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. ISPA adalah

penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir

empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan

oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada

bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan

pendapatan per kapita rendah dan menengah (WHO, 2009).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau kunjungan

pasien di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak,

sebanyak 40% sampai 60% kunjungan berobat di puskesmas, 15% sampai

30% kunjungan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit (Depkes RI, 2008).

Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dengan 16 provinsi di

antaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Prevalensi ISPA

tertinggi ialah pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur

15 – 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan

meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama,

dan sedikit lebih tinggi di wilayah pedesaan. ISPA cenderung terjadi lebih

tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah

tangga yang rendah (RISKESDAS, 2008).

Di provinsi Sulawesi Utara, berdasarkan diagnosa dan gejala penyakit

ISPA ditemukan di semua kabupaten/kota, dan menduduki urutan pertama

sepuluh besar penyakit menular yang menonjol di Sulawesi Utara, dengan

rentang prevalensi 12,1 – 34,6%. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih

merupakan penyakit utama penyebab kesakitan pada bayi dan balita di

provinsi Sulawesi Utara. Angka cakupan penemuan penderita pnemonia pada

balita di provinsi Sulawesi Utara dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan (Seksi Surveilans Sulut 2009).

3

Page 4: Askep Ispa

Pemberian asuhan keperawatan pada pasien ISPA merupakan suatu hal

penting karena mengingat bahwa penyakit ISPA mempunyai prognosis buruk

kalau tidak segera ditangani. Perawat yang melaksanakan tugas dan fungsinya

kurang baik, sering mengabaikan pemberian kompres pada pasien yang

mengalami hipertermia, jarang memonitor tanda-tanda vital, terkesan hanya

memberikan intervensi atau treatmen tindakan dan sering mengabaikan

pemberian pendidikan kesehatan baik pada pasien maupun keluarga pasien

dan system pendokumentasian proses keperawatan yang belum tepat dimana

dokumentasi keperawatan umumnya hanya berupa data atau tindakan umum

dan bersifat rutin saja, antara lain dokumentasi tanda-tanda vital, pemberian

obat, cairan infus atau hal-hal lain yang merupakan instruksi medik. Jarang

ditemukan catatan keperawatan yang berdasarkan proses keperawatan mulai

dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,

implementasi, dan evaluasi dari tindakan keperawatan

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan

gangguan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

2. Tujuan Khusus

- Melaksanakan pengkajian keperawatan pada anak dengan ISPA

- Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan ISPA

- Merumuskan intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA

- Mengimplementasikan asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA

- Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada

anak dengan ISPA

4

Page 5: Askep Ispa

BAB II

LANDASAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ISPA

A. DEFINISI

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang

tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari.

ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini

mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan

(Muttaqin, 2008).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih

dari saluran pernafasan, mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan

adenoksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Nelson, 2008).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah

suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran

pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang

berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. ETIOLOGI

Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri dan/atau virus yang

masuk ke saluran nafas. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus

streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetelia, dan

korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan

microvirus, adnovirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus, dll

(Suhandayani, 2007).

Penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu

yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak

menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu

rumah tangga selalu melakukan aktivitas memasak. Timbulnya asap tersebut

tanpa disadari telah dihirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat

mengeluh batuk dan sesak nafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut

5

Page 6: Askep Ispa

mengandung zat-zat seperti dry basis, ash, carbon, hydrogen, sulfur,

nitrogen, dan oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI,

2002).

Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang

telah dicemari virus/bakteri penyebab ISPA (hand to hand transmission) dan

dapat juga ditularkan melalui udara yang tercemar (air borne disease) pada

penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit ini melalui sekresi

berupa saliva atau sputum.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida

yang terjadi pada paru-paru.  Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring,

laring, trakea, bronkus, dan paru-paru.

Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua

lubang/ cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring

udara, debu, dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. Hidung dapat

menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B.Ac.,

1997).

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan

makanan, faring terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga

hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas tiga

bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian

6

Page 7: Askep Ispa

tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan di bagian bawah sekali

dinamakan laringofaring.

Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin),

panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh

otot polos dan lapisan mukosa. Trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua

bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama

kanan dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus

kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung-

ujungnya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli.

Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan

tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada

yang di antaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum  mediastinum.

Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah

dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri.

Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara.

Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara

pasang surut. Sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat

dicapai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-

paru dapat menampung sebanyak kurang lebih 5 liter.

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara

yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang

terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Ventilasi  pulmoner.

Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan

proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi

dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar,  akibatnya diafragma

turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan

7

Page 8: Askep Ispa

otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada

menjadi kecil kembali,  maka udara terdorong keluar.                         

2. Difusi Gas.

Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3  atau partikel lain

dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi 

gas melalui membran pernafasan  yang dipengaruhi oleh factor ketebalan

membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien

difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam

Difusi gas ini pernfasan yang  berperan penting yaitu alveoli dan darah.

3. Transportasi Gas

Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan

dari jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya

O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang

kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang

ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel.

Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan

menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa

bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam

darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam

otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi

pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

D. PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksiya virus

dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan

menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke

atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks

spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan

epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending & Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk

kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan

8

Page 9: Askep Ispa

menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada

dinding saluran pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang

melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan

gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol

adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder

bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme

mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran

pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri

patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus

pneumonia, haemophylus influenza, dan staphylococcus menyerang mukosa

yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi

bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak

nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini

dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.

Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan

infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada

bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-

tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,

dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder

bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri

yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah

terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan

pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan

aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di

saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan

sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri

dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas sistem

imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah IgA memegang peranan pada

saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula

9

Page 10: Askep Ispa

bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan

integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi

menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Tahap prepatogenesis; penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap Inkubasi; virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya

memang sudah rendah.

3. Tahap dini penyakit; dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul

gejala demam dan batuk

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis, dan dapat

meninggal akibat pneumonia.

E. PATOFLOW (lihat halaman 18)

F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah:

1. Gejala ISPA ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan

satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

a. Batuk

b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

(misal pada waktu berbicara atau menangis).

c. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak

diraba.

2. Gejala ISPA sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai

berikut:

10

Page 11: Askep Ispa

a. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur

kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak

yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan

ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.

Untuk menghitung dapat digunakan arloji.

b. Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer).

c. Tenggorokan berwarna merah.

d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

f. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

g. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

3. Gejala ISPA berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-

gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-

gejala sebagai berikut:

a. Bibir atau kulit membiru.

b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

c. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

d. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak

gelisah.

e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

f. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

g. Tenggorokan berwarna merah.

G. KOMPLIKASI

1. Asma

Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan

oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala: sesak nafas, nafas

berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari

atau dini hari.

11

Page 12: Askep Ispa

2. Kejang demam

Kejang demam adalah bangkilan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan

kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata

terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan

sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan

kekauan fokal.

3. Tuli

Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena

adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala

awal nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada

rongga telinga.

4. Syok

Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan

f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh babagai faktor antara

lain: faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang

mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang

tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah

biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman

2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah

meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai

dengan adanya thrombositopenia

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans, 1997).

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut

(Smeltzer & Bare, 2002):

12

Page 13: Askep Ispa

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak

dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan

mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak

menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi nafas), untuk ini

diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung nafas

dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal,

mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk

melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit.

Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia

dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

2. Pengobatan

a. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik

parenteral, oksigendan sebagainya.

b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila

penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan

pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai

obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin

prokain.

c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang

merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila

demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita

dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan

didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar

getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh

kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama

10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya

harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

13

Page 14: Askep Ispa

3. Perawatan di rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi

anaknya yang menderita ISPA.

a. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2

bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4

kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi

sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.

Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es).

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan

tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap

atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika

muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya)

lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan

dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

e. Lain-lain

1) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu

tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.

2) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat

kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.

3) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang

berventilasi cukup dan tidak berasap.

14

Page 15: Askep Ispa

4) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas

kesehatan.

5) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan

di atas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan

dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang

mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak

dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

J. PENCEGAHAN

Menurut Depkes RI (2002), pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik

Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik dapat mencegah atau

menghindari penyakit infeksi. Makanan bergizi, banyak minum air putih,

olahraga teratur, serta istirahat yang cukup dapat menjaga badan untuk

tetap sehat. Karena, dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh juga

akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus/bakteri

penyakit yang akan masuk dalam tubuh.

b. Imunisasi

Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik anak-anak maupun

orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh

supaya tidak mudah terserang penyakit yang dibawa oleh virus/bakteri.

c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Kebersihan diri merupakan sumber kenyamanan yang paling utama.

Kebersihan diri yang tidak terawat akan mempermudah menempelnya

kuman-kuman di tubuh, yang dapat menjadi jalan masuk berbagai jenis

penyakit.

Membuat ventilasi udara serta pencahayaan yang baik akan

mengurangi polusi asap dapur/asap rokok yang berada di dalam rumah,

sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap yang bisa

menyebabkan ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi

sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap sehat bagi manusia.

15

Page 16: Askep Ispa

d. Mencegah berhubungan dengan penderita ISPA

ISPA ini disebabkan oleh virus/bakteri yang ditularkan oleh

seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar

dan kemudian masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini umumnya

berbentuk aerosol (suspensi yang melayang di udara) yang berupa

droplet, nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari

tubuh, mis. pada saat bersin). Untuk itu, sangatlah penting menghindari

kontak yang terlalu dekat dengan penderita, dan sebaiknya menggunakan

alat pelindung diri mis., masker baik untuk penderita maupun bukan

penderita.

16

Page 17: Askep Ispa

PATOFLOW ISPA

17

Virus/ Bakteri

Invasi saluran nafas

Merusak lapisan epitel & mukosa

Aktivitas kelenjar mukus

Infeksi

Iritasi

Respon Hipotalamus

Merangsang pelepasan zat pirogen

Hipertermi

Suhu tubuh

Pengeluaran cairan mukosa > normal

Batuk/ pilek

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Penurunan ekspansi paru

Sesak Asma

Inflamasi eksudatif & proliferasi jaringan mesenkim jantung

Suplai darah ke jaringan

Saluran Pencernaan

MualMuntah

Anorexia

Peradangan tonsil

Sakit menelanNyeri

Nutrisi < kebutuhan tubuh

Keluarga takut

Kurang informasi

Keluarga bertanya-tanya

Kurang pengetahuan

Kejang

Virus/ Bakteri

Invasi saluran nafas

Malas makan

Page 18: Askep Ispa

BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ISPA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien. (NN, 2009).

Menurut Khaidir Muhaj (2008):

1. Identitas Pasien

2. Umur: Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai

anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering

menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Anggana Rafika, 2009).

3. Jenis kelamin: Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari

2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi

daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).

4. Alamat: Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota

keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.

Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian

(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan

pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun

diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi

rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti

yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA

anak (Anggana Rafika, 2009)

5. Riwayat Kesehatan

o Keluhan Utama: Klien mengeluh demam

18

Page 19: Askep Ispa

o Riwayat penyakit sekarang: Dua hari sebelumnya klien mengalami

demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,

nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

o Riwayat penyakit dahulu: Klien sebelumnya sudah pernah

mengalami penyakit sekarang

o Riwayat penyakit keluarga: Menurut anggota keluarga ada juga yang

pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.

o Riwayat sosial: Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan

yang berdebu dan padat penduduknya.

6. Pemeriksaan Persistem

o B1 (Breath):

Inspeksi:

- Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

- Tonsil tanpak kemerahan dan edema

- Tampak batuk tidak produktif

- Tidak ada jaringna parut pada leher

- Tidak tampak penggunaan otot- otot pernafasan tambahan,

pernafasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi

Palpasi

- Adanya demam

- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah

leher/ nyeri tekan pada nodus limfe servikalis

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

Perkusi

Suara paru normal (resonance)

Auskultasi

Suara nafas vesikuler/ tidak terdengar ronchi pada kedua sisi

paru

o B2 (Blood): kardiovaskuler hipertermi

o B3 (Brain): penginderaan pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada

telinga, terjadi gangguan penciuman

o B4 (Bladder): perkemihan tidak ada kelainan

19

Page 20: Askep Ispa

o B5 (Bowel): pencernaan; nafsu makan menurun, porsi makan tidak

habis, minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan

o B6 (Bone): Warna kulit kemerahan (Benny:2010)

B. DIAGNOSA

Diagnose keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar

pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi

tanggung gugat perawat (Capaernito, 2003)

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dalam kasus ISPA adalah:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan.

4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.

5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan berhubungan dengan

kurangnya informasi.

C. INTERVENSI

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu

klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan

dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994).

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru.

Tujuan: bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil: Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada

dyspnea, dan sianosis.

20

Page 21: Askep Ispa

Intervensi:

Intervensi Rasional Mandiri :1. Kaji frekuensi atau kedalaman

pernafasan dan gerakan dada

2. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.

3. Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin .

Kolaborasi :5. Bantu mengawasi efek pengobatan

nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.

6. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator, analgesic.

1. Takypnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru

2. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan spasme jalan nafas atau obstruksi.

3. Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertaankan jalan nafas paten. Penenkanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.

4. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengluarkan secret

5. Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

6. Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-

21

Page 22: Askep Ispa

hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan: Pasien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara

produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas).

Kriteria hasil: Suhu tubuh kembali normal

1. Nadi : 60-100 denyut per menit

2. Tekanan darah : 120/80 mmHg

3. RR : 16-20 kali per menit

Intervensi:

Intervensi Rasional Mandiri :1. tanda-tanda vital

2. Kompres pada kepala / aksila.

3. Atur sirkulasi udara kamar pasien. Health Education:

4. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian tipis dan dapat menyerap keringat.

5. Anjurkan klien untuk minum banyak 2000-2500 ml/hari.

6. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama masa febris penyakitKolaborasi :

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya

2. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara

3. Penyediaan udara bersih

4. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak menyerap keringat

5. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

6. Berbaring mengurangi metabolisme

7. Untuk mengontrol infeksi dan menurunkan panas

22

Page 23: Askep Ispa

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerna makanan.

Tujuan: nutrisi adekuat/ seimbang

Kriteria hasil:

Intervensi:

Intervensi Rasional

Mandiri :

1. Kaji kebiasaan diet, input-output

dan timbang BB setiap hari

2. Berikan porsi makan kecil tapi

sering dalam keadaan hangat

3. Tingkatkan tirah baring

4. Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk memberikan diet sesuai

kebutuhan klien

5. Berikan heath education pada

ibu tentang Nutrisi : makanan

yang bergizi yaitu 4 sehat 5

sempurna, hindarkan anak dari

snack dan es, beri minum air

putih yang banyak

6. Menjauhkan dari bayi lain.

7. Menjauhkan bayi dari keluarga

yang sakit

1. Berguna untuk menentukan

kebutuhan kalori, menyusun

tujuan BB dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi

2. Nafsu makan dapat dirangsang

pada situasi rileks, bersih, dan

menyenangkan

3. Untuk mengurangi kebutuhan

metabolik

4. Metode makan dan kebutuhan

kalori di dasarkan pada situasi

atau kebutuhan individu untuk

memberikan nutrisi maksimal

5. Ibu dapat memberikan

perawatan maksimal kepada

anaknya. Makanan bergizi dan

air putih yang banyak dapat

membantu mengencerkan

lendir dan dahak.

6. Tidak terjadi penularan

penyakit

7. Tidak terjadi pemaparan ulang

yang menyebabkan bayi tidak

segera sembuh

4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.

23

Page 24: Askep Ispa

Tujuan: nyeri teratasi/ berkurang

Kriteria hasil: Nyeri berkurang skala 1-2

Intervensi:

Intervensi Rasional Mandiri1. Teliti keluhan nyeri, catat

intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya

2. Anjurkan klien untuk menghindari alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak

3. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat

Kolaborasi : 4. Berikan obat sesuai indikasi

1. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit

3. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.

5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan berhubungan dengan

kurangnya informasi.

Tujuan: pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit bertambah.

Kriteria hasil: klien/ keluarga tidak lagi bertanya-tanya tentang kondisi

klien.

24

Page 25: Askep Ispa

Intervensi:

Intervensi Rasional Mandiri :1. Batasi pengunjung sesuai indikasi2. Jaga keseimbangan antara

istirahat dan aktifitas

3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.

4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun atau asupan makanan berkurang

Kolaborasi :5. Pemberian obat sesuai hasil kultur

1. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius

2. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

3. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan

4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhada infeksi

5. Dapat diberikan untuk organisme usus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik

D. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 2005).

Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling

ketergantungan/ kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan.

E. EVALUASI

Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap

ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat

berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 2004)

25

Page 26: Askep Ispa

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK W.T. DENGAN DIAGNOSA TYPHOID

DI POLIKLINIK KESEHATAN ANAK

RSU GUNUNG MARIA TOMOHON

I. PENGKAJIAN

Unit : Kesehatan anak Tanggal pengkajian: 10 Jan 2014

Ruang : Poliklinik Allo anamnese : Orang tua pasien

A. Identifikasi

a. Klien

Nama : J.M

TTL / Umur : Tomohon, 10 April 1994 / 9 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Agama/Suku : Katolik/ Minahasa

Warga negara : Indonesia

Bahasa : Melayu Manado

Alamat : Woloan 1

b. Orang tua

Ayah Ibu

Nama : E.M V.S

Umur : 40 tahun 42 tahun

Agama : Katolik Katolik

Suku : Minahasa Minahasa

Kebangsaan : Indonesia Indonesia

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Swasta IRT

Alamat : Woloan 1 Woloan 1

Genogram

26

Page 27: Askep Ispa

Keterangan:

Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan ibu pasien

memiliki riwayat penyakit hipertensi.

27

Page 28: Askep Ispa

c. Data medik

a. Dikirim oleh : -

b. Diagnosa medik

ISPA

c. Riwayat prenatal

Ibu pasien mengatakan pemeriksaan kehamilan selalu

dilakukan setiap bulan.

d. Riwayat kelahiran

Ibu pasien mengatakan pasien lahir cukup bulan dengan

jenis persalinan normal, yang dilakukan di RS dengan penolong

persalinan dokter dan bidan.

f. Riwayat tumbuh kembang anak

Ibu pasien mengatakan, pasien tumbuh gigi pertama pada saat

pasien berumur 5 bulan. Dan pada umur 4 bulan pasien mulai

belajar duduk, kemudian pad usia 11 bulan pasien sudah mulai

berjalan.

e. Riwayat vaksinasi : Lengkap

f. Riwayat alergi: Tidak ada riwayat alergi

g. Riwayat penyakit dahulu

Ibu Klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit

dengan diagnosa ISPA dan tonsilofaringitis.

B. Keluhan utama

Batuk/ flu ± 4 hari

C. Keadaan Umum

1. Keadaan sakit

Klien tampak sakit sedang; pucat tapi aktif bergerak. Riwayat

kesehatan sekarang: Batuk/ flu selama 4 hari, sekret pada hidung, demam

naik turun ± 4 hari yang diukur dengan termometer. BAB 1 x tadi pagi,

konsistensi lunak, warna kekuningan.

2. TTV

a. Kesadaran : Compos mentis

28

Page 29: Askep Ispa

b. Nadi : 114x/m (teratur)

c. Suhu : 36ºC (Axilaris)

d. Respirasi : 24 x/m (Irama: teratur, Jenis :Pernafasan dada)

Kajian Pola Kesehatan

a. Kajian Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan

1) Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Orang tua klien mengatakan klien sudah pernah dirawat

di rumah sakit sebelumnya. Saat klien sakit selalu

diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya dan selalu

meminum habis obat yang diberikan.

Keadaan saat ini

Orang tua klien tidak mengetahui penyebab anaknya

demam naik turun seperti ini. Sebelumnya klien belum

pernah dibawa berobat ke mana pun.

2) Data objektif

Ku klien tampak sakit sedang, klien aktif bermain

3) Pemeriksaan fisik

Kulit kepala dan rambut : Bersih

Rongga mulut, telinga, hidung : Bersih

Kulit dan kuku : Bersih

Tanda Scar vaksinasi : Ada

b. Kajian Pola Nutrisi Metabolik

1) Data subjektif

Keadaan sebelum sakit

Ibu klien mengatakan selera makan klien baik. Menu

makanan sehari-hari nasi, ikan, dan sayur. Frekuensi

3x/hari. Jenis minuman: air putih dan susu, jumlah ± 1500

cc.

Keadaan saat sakit

29

Page 30: Askep Ispa

Ibu klien mengatakan selera makan dan minum klien

biasa seperti saat tidak sakit.

2) Data objektif: -

3) Pemeriksaan Fisik

BB : 17 kg

Keadaaan rambut : lebat, bersih

Hidrasi kulit : Lembab

Rongga mulut : Bersih

Gusi : Merah muda jumlah gigi : 14

Palpebrae : tidak berwarna gelap

Conjungtiva : Merah

Sclera : Tidak ikterik

Hidung : tidak terdapat lesi, ada sekret

Lidah : Bersih

Abdomen :Bentuk simetris dan tidak ada

pembengkakan

c. Kajian Pola Eliminasi

1) Data Subjektif

Keadaan sebelum sakit

Ibu klien mengatakan klien BAB ± 1x/1 – 2 hari,

konsistensi lembek. BAK ± 5x/ hari.

Keadaan saat ini

Ibu klien mengatakan BAB & BAK klien tidak ada

masalah, frekuensi seperti sebelum sakit

2) Data objektif: -

d. Kajian Pola Aktifitas dan Latihan

1) Data subjektif

Sebelum sakit

Ibu klien mengatakan Klien bermain di rumah dengan

kakak-kakaknya.

Saat ini

30

Page 31: Askep Ispa

Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami masalah

dalam pola aktivitas sehari-hari.

2) Data objektif

Klien tampak aktif bergerak

3) Pemeriksaan Fisik:

Perfusi pembuluh perifer kuku: Kuku warna merah muda,

waktu kembali 2 detik.

d. Kajian Pola Tidur dan Istirahat

1) Data Subjektif

Sebelum Sakit

Ibu klien mengatakan jam tidur klien tidak menentu,

biasanya memiliki waktu istirahat siang.

Saat Ini

Klien tidak mengalami masalah dalam pola istirahat

dan tidur.

2) Data Objektif: -

e. Kajian Pola Persepsi Kognitif

1) Data Subjektif

Sebelum Sakit

Klien tidak mengalami gangguan pancaindra sesuai

tahap perkembangan

Saat Ini

Tidak ada perubahan pola persepsi kognitif

2) Data Objektif

Kemampuan bicara klien sesuai usianya, tidak ada

disorientasi.

f. Kajian Pola Persepsi Diri

1) Data Subjektif

Sebelum Sakit

Klien berperan sebagai anak dalam keluarga, anak yang

masih dalam tahap tumbuh kembang yang sepenuhnya

masih butuh pengawasan orang tua.

31

Page 32: Askep Ispa

Saat Ini

Tidak ada perubahan pola persepsi diri

2) Data Objektif

Rentang perhatian baik dan ada kontak mata dan tidak ada

kelainan bawaan yang nyata.

g. Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama

1) Data Subjektif

Klien tinggal bersama orang tuanya dan hidup baik

antar anggota keluarganya.

Saat Ini

Klien tidak memiliki masalah dalam pola hubungan

sesama.

2) Data Objektif

Klien mau diajak bicara dengan perawat

h. Kajian Mekanisme Koping

1) Data Subjektif

Sebelum Sakit

Orang tua klien selalu mencari jalan keluar saat ada

masalah, misalnya mencari pengobatan secepat mungkin

saat mendapatkan anggota keluarga sakit.

Saat Ini

Orang tua klien cemas akan keadaan klien saat klien

sakit.

2) Data Objektif

Orang tua klien tampak cemas dengan keadaan anaknya.

i. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan

1) Data Subjektif

Sebelum sakit

Klien mengikuti kegiatan keagamaan bersama orang

tuanya (ke gereja setiap hari minggu).

Saat Ini

Tidak ada masalah dalam pola sistem nilai kepercayaan

32

Page 33: Askep Ispa

2) Data Objektif: - orang tua klien terlihat menggunakan

aksesori rohani (rosario)

THERAPY PENGOBATAN

1. Sanmol

2. Valisanbe

3. Trombroncho 9 mg

4. Trifed ¼ tab

33

Page 34: Askep Ispa

KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif

Ibu klien mengatakan:

Klien batuk/ flu ± 4 hari

Klien demam naik turun ± 4hari

Klien BAB 1 x tadi pagi, biasa

Tidak mengetahui penyebab

anaknya sakit seperti sekarang.

Klien batuk/ flu

Terdapat sekret di hidung

Kesadaran compos mentis

Akral hangat

TTV:

N : 114x/menit

R : 24x/menit

SB : 36ºC

Orang tua klien tampak cemas

Keluarga klien bertanya-tanya

tentang kondisi klien

Ekspresi wajah orang tua klien

gelisah

34

Page 35: Askep Ispa

II. PATOFLOW KASUS

35

Merusak lapisan epitel & mukosa

Aktivitas kelenjar mukus

Pengeluaran cairan mukosa > normal

Batuk/ pilek

Bersihan jalan nafas tidak efektif

ekspansi paru

Sesak

Virus/ Bakteri

Invasi saluran nafas

Keluarga takut

Kurang informasi

Keluarga bertanya-tanya

Kurang pengetahuan

Page 36: Askep Ispa

III. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1 DS:

Ibu klien mengatakan:

Klien batuk/ flu ± 4 hari

Klien demam naik turun

± 4hari

DO:

Klien batuk/ flu

Terdapat sekret di

hidung

TTV:

N : 114x/menit

R : 24x/menit

SB : 36ºC

Virus/ Bakteri

Invasi saluran nafas

Merusak lapisan epitel

& mukosa

aktivitas kelenjar

mukus

pengeluaran cairan

mukosa > normal

batuk/ pilek

sesak

ekspansi paru

bersihan jalan nafas

tidak efektif

Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

2 DS:

Ibu klien mengatakan tidak

mengetahui penyebab

anaknya sakit seperti

sekarang.

Batuk/ pilek

Keluarga takut

Kurang informasi

Keluarga bertanya-

Kurang

pengetahuan

36

Page 37: Askep Ispa

DO:

Orang tua klien tampak

cemas

Keluarga klien bertanya-

tanya tentang kondisi

klien

Ekspresi wajah orang tua

klien gelisah

tanya

Kurang pengetahuan

37

Page 38: Askep Ispa

IV. DIAGNOSA

No. Diagnosa Nama Jelas

1.

2.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan peningkatan produksi sekret

Kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang penatalaksanaan

ISPA

38

Page 39: Askep Ispa

V. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, dan EVALUASI

N

ODIAGNOSA

PERENCANAAN

IMPLEMENTASI EVALUASITujuan dan

Kriteria HasilIntervensi Rasional

1 2 3 4 5 6 7

1 Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan

peningkatan

produksi sekret

Ditandai dengan:

DS:

Ibu klien

mengatakan:

Klien batuk/

flu ± 4 hari

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 15 menit

diharapkan

bersihan jalan

nafas efektif

Dengan Kriteria

hasil:

- Jalan nafas paten

dengan bunyi

nafas bersih

- Meningkatnya

Mandiri :

1.Kaji frekuensi

atau kedalaman

pernafasan dan

gerakan dada

2.Bantu pasien

latian nafas

sering.

3.Tunjukan atau

bantu pasien

mempelajari

melakukan

batuk efektif.

1. Untuk melihat

sejauh mana

ketidaknyamanan

klien dalam

bernafas.

2. Untuk

memudahkan

ekspansi paru

3. Batuk adalah

mekanisme

pembersihan

jalan nafas alami,

membantu silia

untuk

mempertaankan

23 Desember 2013

10.05

1. Mengkaji frekuensi dan

pola pernafasan.

R: R = 24 x/m, pola

pernafasan dada

10.06

2. Mengajarkan ibu klien

untuk membantu klien

latihan nafas sering.

R: ibu klien dapat

mengajarkan teknik nafas

dalam kepada klien

23 Desember 2013

S: 10.15

Orang tua klien

mengatakan akan:

- Membantu klien

Latihan nafas sering

- Membantu klien

Melakukan batuk

produktif

- Memberikan banyak

minum air hangat

pada klien

- Memakaikan masker

kepada klien

- Memberikan obat

39

Page 40: Askep Ispa

Klien demam

naik turun ±

4hari

DO:

Klien batuk/

flu

Terdapat

sekret di

hidung

TTV:

N :

114x/mnt

R :

24x/mnt

SB : 36ºC

pengeluaran

sekret 4.Berikan cairan

sedikitnya 2500

ml

perhari(kecuali

kontraindikasi).

Tawarkan air

hangat daripada

dingin .

5.Anjurkan klien

untuk

menggunakan

masker

Kolaborasi :

6.Berikan obat

sesuai indikasi

mukolitik,

ekspektoran,

bronchodilator,

analgesic.

jalan nafas paten

4. Cairan dapat

memobilisasi dan

membantu

pengeluaran

sekrret

5. Untuk mencegah

penularan

terhadap individu

lain.

6. Untuk

membantu/

mempercepat

proses

penyembuhan.

10.08

3. Mengajarkan ibu klien

untuk membantu klien

menekan dada saat

melakukan batuk

produktif.

R: ibu klien dapat

membantu klien dalam

melakukan batuk produktif

10.10

4. Menganjurkan orang tua

klien untuk memberi

klien banyak minum air

hangat.

R: ibu klien mengatakan

akan memberi klien banyak

minum air hangat.

10.12

5. Menganjurkan kepada

dengan dosis dan

waktu yang tepat

O:

- R klien: 24 x/m

dengan pola

pernafasan dada

- ibu klien dapat

mengikuti semua

anjuran yang

diajarkan untuk

membantu

mengefektifkan

bersihan jalan nafas

klien

A: Masalah teratasi

P: tidak ada intervensi

lanjut

40

Page 41: Askep Ispa

orang tua klien untuk

memakaikan masker

kepada klien.

R: ibu klien mengatakan

akan membelikan masker

untuk klien.

10.14

6. Menganjurkan ibu klien

untuk memberikan obat

kepada klien secara

tepat waktu dengan

dosis yang benar

R: ibu klien mengatakan

akan memberikan obat

dengan dosis dan waktu

yang tepat.

41

Page 42: Askep Ispa

1 2 3 4 5 6 7

2 Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi tentang

penatalaksanaan

ISPA.

Ditandai dengan:

DS:

Ibu klien

mengatakan tidak

mengetahui

penyebab anaknya

sakit seperti

sekarang.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 15 menit

diharapkan

pengetahuan

tentang

penatalaksanaan

penyakit

bertambah.

Dengan kriteria

hasil:

Ekspresi tenang

Ortu klien tidak

lagi sering

bertanya tentang

kondisi

anaknya.

1. Beri penjelasan

kepada orang

tua klien

mengenai

kondisi anaknya

2. Beri kesempatan

kepada orang

tua klien untuk

mengungkapkan

perasaannya

3. Libatkan orang

tua klien dalam

rencana

keperawatan

terhadap

anaknya.

4. Berikan

dorongan

1. Meningkatkan

pengetahuan

orang tua klien

tentang penyakit

anaknya

2. Agar orang tua

lega dan merasa

diperhatikan

sehingga beban

yang dirasakan

berkurang.

3. Untuk

mengurangi

kecemasan orang

tua.

4. Meyakinkan

orang tua klien

bahwa selain

23 Desember 2013

10.20

1. Memberi penjelasan pada

orang tua klien mengenai

kondisi anaknya bahwa

kondisi klien tidak

berbahaya, dan

mendorong ortu agar mau

melakukan pemeriksaan

selanjutnya terhadap

klien untuk lebih

menegakkan diagnosis

dokter.

R: orang tua klien menerima

dengan baik penjelasan yang

diberikan perawat dan mau

mengikuti instruksi

selanjutnya dalam

membantu penegakan

23/12-2013

10.35

S: ortu klien

mengatakan merasa

lega karena ada

penjelasan yang

dapat dimengerti

yang telah

diberikan.

O:

- ekspresi wajah

orang tua klien

tenang

- orang tua klien

tidak lagi bertanya-

tanya mengenai

kondisi anaknya

A: masalah kurang

42

Page 43: Askep Ispa

DO:

Orang tua klien

tampak cemas

Keluarga klien

bertanya-tanya

tentang kondisi

klien

Ekspresi wajah

orang tua klien

gelisah

spiritual.

5. Jelaskan terapi

yang diberikan

dan respon anak

terhadap terapi

yang diberikan.

perawatan/

pengobatan masih

ada yang lebih

kuasa yang dapat

menyembuhkan.

5. Agar orang tua

tidak bingung jika

ada efek samping/

respon yang akan

dialami klien

setelah pemberian

obat.

diagnosis dokter.

10.25

2. Menanyakan bagaimana

perasaan orang tua klien

dengan kondisi klien saat

ini

R: orang tua klien mengaku

khawatir tapi sedikit lega

karena telah diberi

penjelasan tentang keadaan

umum klien, ekspresi wajah

tenang.

10.27

3. Memberikan dorongan

spiritual kepada ortu

klien

R: ortu klien tampak yakin

dan berpasrah pada Tuhan.

pengetahuan orang

tua klien teratasi

P: tidak ada

intervensi lanjutan

43

Page 44: Askep Ispa

10.30

4. Menjelaskan kepada

orang tuatentang indikasi

obat-obatan yang

diberikan bahwa obat

akan membantu

menurunkan demam/

mengatasi infeksi dan

membantu klien

mengeluarkan sekret.

R: orang tua klien mengerti

dan bersedia memberikan

obat-obatan kepada klien.

44

Page 45: Askep Ispa

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-

anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul

secara bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik,

perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang.

Komplikasi ISPA adalah asma, demam kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA

dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan gizi pada balita

penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan makanan, variasi menu,

perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan.

B. Saran

Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal ini

penulis menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi

kesehatan lebih memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang batuk

sembarangan dan mengolah makanan sebaik mungkin.

45

Page 46: Askep Ispa

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L, (2002). Buku saku keperawatan pediatri, alih bahasa Jan

Tambayong, EGC, jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakart :

EGC.

Lili ismudiarti rilantono,dkk.(2001) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas

Kedokteran UI.

Poestika S, Sarodja RM (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.(1993). Proses

Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler,

Jakarta : EGC

Rokhaeni, Elly Purnamasari, Anna Ulfah Rahayae (2001). Buku Ajar

Keperawatan Kardiovaskuker, Edisi Pertama, Pusat Kesehatan

Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional “ Harapan Kita “, jakarta.

Suriadi, Rita yuliani, (2001). Buku pegangan praktek klinik, Asuhan

Keperawatan pada Anak, Edisi Pertama, penerbit CV Sagung Seto,

jakarta.

46