askep hisprung bu livya

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus. Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal. Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini

Upload: ardian-khayal-indah

Post on 11-Feb-2015

264 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

dhu89iq

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Hisprung Bu Livya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan

pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang

yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab

obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling

sering pada neonatus.

Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak

terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal

tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara

spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses

secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang

tidak adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat

menyebabkan dilatasi usus proksimal.

Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada

tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang

mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya

penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan

Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh

gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Hasil Penulisan

Adapun harapan kami dengan adanya hasil penulisan makalah ini mudah-mudahan

bisa berguna sebagai berikut :

1. Bahan pelajaran bagi Mahasiswa Poltekes Makassar.

2. Bahan bacaan di perpustakaan Poltekes Makassar.

Page 2: Askep Hisprung Bu Livya

3. Pengalaman berharga bagi penyusun.

4. Sebagai bahan masukan bagi Mahasiswa yang ingin lebih memahami materi tentang

Asuhan Keperawatan Anak Hisprung

Page 3: Askep Hisprung Bu Livya

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Hinsprung

Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan

pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang

yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab

obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling

sering pada neonatus.

Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini merupakan

keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada

bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan

(ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga

usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk

setiap individu.

.

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus

Auerbach di kolon. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian

bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon. Diduga

terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down

Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,

kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

1. Keturunan karena penyakit ini merupakan penyakit bawaan sejak lahir.

2. Faktor lingkungan

3. Tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon.

4. Ketidakmampuan sfingter rectum berelaksasi

Page 4: Askep Hisprung Bu Livya

C.     Epidemiologi

Insidensi penyakit Hisprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara

5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35

permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung.

Menurut catatan Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Sedangkan

Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan

57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan

dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup

signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan

adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks

vesikoureter,hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus).

D.     Manifestasi Klinis

Gambaran klinis penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan usia gejala klinis

mulai terlihat :

Periode Neonatal

Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran mekonium yang

terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih

dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang signifikan. Swenson (1973) mencatat

angka 94% dari pengamatan terhadap 501 kasus, sedangkan Kartono mencatat angka 93,5%

untuk waktu 24 jam dan 72,4% untuk waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi

abdomen biasanya dapat berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan segera.

Sedangkan enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita penyakit

Hirschsprung ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia

2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diarrhea,

distensi abdomen, feces berbau busuk dan disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3

kasus Hirschsprung datang dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi

meski telah dilakukan kolostomi.

Anak

Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis dan

gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding abdomen.

Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot,

Page 5: Askep Hisprung Bu Livya

konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar tidak

teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi. Kasus yang lebih ringan

mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian hari.

Pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun):

1.      Tidak dapat meningkatkan berat badan

2.      Konstipasi (sembelit)

3.      Pembesaran perut (perut menjadi buncit)

4.      Diare cair yang keluar seperti disemprot

5.      Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap

sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.

5

Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :

1.      Konstipasi (sembelit)

2.      Kotoran berbentuk pita

3.      Berbau busuk

4.      Pembesaran perut

5.      Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)

6.      Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia Gejala Hisprung

Gejala-gejala yang terjadi pada pasien mega kolon/penyakit hisprung antara lain:

1.      Pada bayi yang baru lahir tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja pertama pada

bayi baru lahir)

2.      Tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, perut

menggembung, muntah

3.      Diare encer (pada bayi baru lahir)

4.      Berat badan tidak bertambah

5.      Malabsorpsi

E. Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer

dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic

Page 6: Askep Hisprung Bu Livya

hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini

menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan

tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga

mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus

dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega

Colon ( Betz, Cecily & Sowden).

Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi

dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses

terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal

terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut

melebar ( Price, S & Wilson ).

F. Komplikasi

1.      Kebocoran Anastomose

Kebocoran anastomose pasca operasi dapat disebabkan oleh ketegangan yang

berlebihan pada garis anastomose, vaskularisasi (pembentukan pembuluh abnormal

atau berlebihan) yang tidak adekuat pada kedua tepi sayatan ujung usus, infeksi dan

abses sekitar anastomose serta trauma colok dubur atau businasi pasca operasi yang

dikerjakan terlalu dini dan tidak hati-hati.

Manifestasi klinis yang terjadi akibat kebocoran anastomose ini beragam.

Kebocoran anastomosis ringan menimbulkan gejala peningkatan suhu tubuh,

terdapat infiltrat atau abses rongga pelvik, kebocoran berat dapat terjadi demam

tinggi, pelvioperitonitis atau peritonitis umum , sepsis dan kematian. Apabila

dijumpai tanda-tanda dini kebocoran, segera dibuat kolostomi di segmen proksimal.

2.      Stenosis (penyempitan)

Stenosis yang terjadi pasca operasi dapat disebabkan oleh gangguan

penyembuhan luka di daerah anastomose, infeksi yang menyebabkan terbentuknya

jaringan fibrosis, serta prosedur bedah yang dipergunakan. Stenosis sirkuler

biasanya disebabkan komplikasi prosedur Swenson atau Rehbein, stenosis posterior

berbentuk oval akibat prosedur Duhamel sedangkan bila stenosis memanjang

biasanya akibat prosedur Soave.

Page 7: Askep Hisprung Bu Livya

Manifestasi yang terjadi dapat berupa gangguan defekasi yaitu kecipirit, distensi

abdomen, enterokolitis hingga fistula perianal. Tindakan yang dapat dilakukan

bervariasi, tergantung penyebab stenosis, mulai dari businasi hingga sfinkterektomi

posterior.

3.      Enterokolitis

Enterokolitis terjadi karena proses peradangan mukosa kolon dan usus halus.

Semakin berkembang penyakit hirschprung maka lumen usus halus makin dipenuhi

eksudat fibrin yang dapat meningkatkan resiko perforasi (perlubangan saluran cerna)

. Proses ini dapat terjadi pada usus yang aganglionik maupun ganglionik.

Enterokolitis terjadi pada 10-30% pasien penyakit Hirschprung terutama jika

segmen usus yang terkena panjang

Tindakan yang dapat dilakukan pada penderita dengan tanda-tanda enterokolitis

adalah :

a.       Segera melakukan resusitasi cairan dan elektrolit.

b.      Pemasangan pipa rektal untuk dekompresi.

c.       Melakukan wash out dengan cairan fisiologis 2-3 kali perhari.

d.      Pemberian antibiotika yang tepat.

Enterokolitis dapat terjadi pada semua prosedur tetapi lebih kecil pada pasien

dengan endorektal pullthrough. Enterokolitis merupakan penyebab kecacatan dan

kematian pada megakolon kongenital, mekanisme timbulnya enterokolitis menurut

Swenson adalah karena obtruksi parsial. Obtruksi usus pasca bedah disebabkan oleh

stenosis anastomosis, sfingter ani dan kolon aganlionik yang tersisa masih spastik.

Manifestasi klinis enterokolitis berupa distensi abdomen diikuti tanda obtruksi

seperti muntah hijau atau fekal dan feses keluar eksplosif cair dan berbau busuk.

Enetrokolitis nekrotikan merupakan komplikasi paling parah dapat terjadi nekrosis,

infeksi dan perforasi. Hal yang sulit pada megakolon kongenital adalah terdapatnya

gangguan defekasi pasca pullthrough, kadang ahli bedah dihadapkan pada konstipasi

persisten dan enterokolitis berulang pasca bedah.

4.      Gangguan Fungsi Sfinkter

Hingga saat ini, belum ada suatu parameter atau skala yang diterima universal

untuk menilai fungsi anorektal ini. Fecal soiling atau kecipirit merupakan parameter

yang sering dipakai peneliti terdahulu untuk menilai fungsi anorektal pasca operasi,

meskipun secara teoritis hal tersebut tidaklah sama. Kecipirit adalah suatu keadaan

Page 8: Askep Hisprung Bu Livya

keluarnya feces lewat anus tanpa dapat dikendalikan oleh penderita, keluarnya

sedikit-sedikit dan sering.

G. Pemeriksaan diagnostik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang.

Anamnesis

Pada neonatus :

1.      Mekonium keluar terlambat, > 24 jam

2.      Tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir

3.      Perut cembung dan tegang

4.      Muntah

5.      Feses encer

Pada anak :

1.      Konstipasi kronis

2.      Failure to thrive (gagal tumbuh)

3.      Berat badan tidak bertambah

4.      Nafsu makan tidak ada (anoreksia)

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi abdomen terlihat perut cembung atau membuncit seluruhnya,

didapatkan perut lunak hingga tegang pada palpasi, bising usus melemah atau

jarang. Pada pemeriksaan colok dubur terasa ujung jari terjepit lumen rektum yang

sempit dan sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan menyemprot keluar dalam

jumlah yang banyak dan kemudian kembung pada perut menghilang untuk

sementara.

H. Penatalaksanaan

  Medis

1.      Pembedahan

Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di

usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus

besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.

Page 9: Askep Hisprung Bu Livya

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a.       Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk

melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar

untuk mengembalikan ukuran normalnya.

b.      Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak

mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama

(Betz Cecily & Sowden 2002 : 98)

Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,

Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling

sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana

mukosa aganglionik telah diubah (Darmawan K 2004 : 37)

2.      Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui

pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan

udara.

3.      Tindakan bedah sementara

Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang

terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum

memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.

4.      Terapi farmakologi

-          Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet dan

wujud feses adalah efektif

-          Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik.

Tidak memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba

  Perawatan

Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila

ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :

a.       Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara

dini

b.      Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak

c.       Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )

Page 10: Askep Hisprung Bu Livya

d.      Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.

         Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak

dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya

meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.

Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi

dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )

Page 11: Askep Hisprung Bu Livya

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A.       Pengkajian

Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,

tanggal pengkajian, pemberi informasi.

a.       Keluhan utama

Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan

pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung,

muntah.

b.      Riwayat kesehatan sekarang

Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,

distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.

Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien

mengatasi masalah tersebut.

c.       Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan

dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.

d.      Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan.

e.       Riwayat psikologis

Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah

diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.

f.       Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita

Hirschsprung.

g.       Riwayat social

Apakah ada pendekatan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan

hubungan dengan orang lain.

h.      Riwayat tumbuh kembang

Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.

i.        Riwayat kebiasaan sehari-hari

Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

j.        Pemeriksaan Fisik

1)      Status kesehatan umum

Page 12: Askep Hisprung Bu Livya

Keadaaan/penampilan umum: lemah, sakit ringan, sakit berat, gelisah, rewel.

Kesadaran: dapat diisi dengan tingkat kesadaran secara kualitatif atau kuantitaf yang

dipilih sesuai dengan kondisi klien.secara kuantitatif dapat dilakukan dengan

pengukuran GCS. Sedangkan secara kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari kompos

mentis, apatis, samnolen,sopor,dan koma.

Tanda-tanda vital :

-          Tensi : tekanan sistol/diastol mmhg

-          Nadi : frekuensi permenit,denyut kuat atau tidak, reguler atau ireguler

-          Suhu : ........ ˚C

-          Frekuensi pernafasan : frekuensi permenit,reguler/ireguler

-          Berat badan : sebelum sakit ......... Kg

Sekarang.................Kg

2)      integument

Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat

capilary refil, warna kulit, edema kulit.

3)      Sistem respirasi

Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan

4)      Sistem kardiovaskuler

Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,

frekuensi denyut nadi / apikal.

5)      Kepala:

         Rambut: warna, kebersihan.

         Mata: Kaji adanya konjungtivitis, pupil, sklera, ketajaman penglihatan

         Hidung : kebersihan,sekresi,dan pernafasan kuping hidung.

         Mulut : bibir,mukosa mulut, lidah dan tonsil.

         Gigi : jumlah,karies,gusi,dan kebersihan.

         Telinga : kebersihan,sekresi,dan pemeriksaan pendengaran.

6)      Sistem Gastrointestinal

Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya

kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik

muntah) adanya keram, tendernes.

Page 13: Askep Hisprung Bu Livya

B. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi

1.      Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya

dorong.

2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

3.      Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.

4.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Post operasi

1.      Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan

2.      Nyeri b/d insisi pembedahan

3.      Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.

C. Intervensi Keperawatan

Pre operasi

No Dx Tujuan Intrvensie

1. Konstipasi

berhubungan dengan

mekanik : megakollon

BAB lancar, dengan

kriteria :

-     Faeses lunak

-     Anak tidak kesakitan saat

BAB.

-    Tindakan operasi colostomi

1.   Bowel management

    Catat BAB terakhir

    Monitor tanda konstipasi

    Anjurkan keluarga untuk

mencatat warna, jumlah,

frekuensi BAB.

    Berikan supositoria jika

perlu.

2.  Bowel irrigation

-    Jelaskan tujuan dari irigasi

rektum.

    Check order terapi.

    Jelaskan prosedur pada

orangtua pasien.

    Berikan posisi yang sesuai.

Page 14: Askep Hisprung Bu Livya

     Cek suhu cairan sesuai suhu

tubuh.

     Berikan jelly sebelum rektal

dimasukkan.

-     Monitor effect dari irigasi.

3.  Persiapan preoperatif

    Jelaskan persiapan yang

harus dilakukan.

-     lakukan pemeriksaan

laboratorium: darah rutin,

elektrolit, AGD.

     transfusi darah bila perlu.

2. Cemas berhubungan

dengan perubahan

dalam status kesehatan

anak

Cemas keluarga pasien

tertangani dengan kriteria:

     Ibu terlihat lebih tenang

-     Ibu dapat bertoleransi

dengan keadaan anak.

1. Anxiety reduction

-   jelaskan semua prosedur

yang akan dilakukan.

-   kaji pemahaman orangtua

terhadap kondisi anak,

tindakan yang akan

dilakukan pada anak.

-   anjurkan orang tua untuk

berada dekat dengan anak.

-   bantu pasien

mengungkapkan ketegangan

dan kecemasan.

3. Defisit pengetahuan

berhubungan dengan

tidak mengenal dengan

sumber informasi

Orang tua tahu mengenai

perawatan anak dengan

kriteria:

-     Mampu menjelaskan

penyakit, prosedur  operasi

     mampu menyebutkan

tindakan keperawatan yang

harus dilakukan.

1. teaching: proses penyakit

-   Kaji pengetahuan pasien

tentang penyakit.

-    Jelaskan tentang penyakit,

prosedur tindakan dan cara

perawatan bersama dengan

dokter.

-   Informasikan jadwal

rencana operasi: waktu,

Page 15: Askep Hisprung Bu Livya

    Mampu menyebutkan cara

perawatan.

tanggal, dan tempat operasi,

lama operasi.

-   Jelaskan kegiatan praoperasi

: anestesi, diet, pemeriksaan

lab, pemasangan infus,

tempat tunggu keluarga.

-    Jelaskan medikasi yang

diberikan sebelum operasi:

tujuan, efek samping.

2.  health education:

-    jelaskan tindakan

keperawatan yang akan

dilakukan.

-    Jelaskan mengenai

penyakit,prosedur

tindakandancara perawatan

dengan dokter.

-    Lakukan diskusi dengan

keluarga pasien dengan

penyakit yang sama.

-    Jelaskan cara perawatan

post operatif.

4. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

penurunan absorbsi

usus.

Status nutrisi baik, dengan

kriteria:

-     Diet seimbang, intake

adekuat.

     BB normal.

     Nilai lab darah normal: HB,

Albumin, GDR.

-   Kaji nafsu makan,

lakukanpemeriksaan

abdomen,adanya distensi,

hipoperistaltik.

-    Ukur intake dan output,

berikan per oral / cairan

intravenasesuai program

(hidrasi adalah masalah

yang paling penting selama

masa anak-anak).

-    Sajikan makanan favorit

Page 16: Askep Hisprung Bu Livya

anak, dan berikan sedikit

tapi sering.

-    Atur anak pada posisi yang

nyaman (fowler)

-   Timbang BB tiap hari pada

skala yang sama.

5. Gangguan koping

keluarga berhubungan

dengan krisis

situasional, ancaman

fungsi peran,

perubahan lingkungan.

Meknisme koping keluarga

efektif, dengan kriteria:

     Keluarga menunjukkan bisa

menyesuaikan dengan

lingkungan rumah sakit.

-     Anggota keluarga aktif

bertanya.

-    Kenalkan keluarga untuk

mengenal staf/perawat yang

merawat

-    Gambarkan kegiatan rutin

di RS yang mempengaruhi

anak.

-   Anjurkan keluarga untuk

menyesuaikan dengan

lingkungan yang baru dan

asing.

-   Informasikan tentang area

di luar unit yang

mungkinmereka perlukan.

-   Ciptakan kondisi yang

mendukunguntuk bertanya,

mengungkapkan

kekecewaan dan

perasaannya.

-   Hadirkan keluarga  terdekat

dengan pasien.

-   Jaga privasi, awasi tanda-

tanda ketegangan keluarga.

6. Kekurangan volume

cairan b.d kehilangan

volume caian secara

aktif

Status hidrasi:

Kriteria:

     menunjukkan urine output

normal

     menunjukkan TD, nadi dan

suhu dbn

1. manajemen cairan

    timbang berat badan tiap

hari

    kelola catatan intake dan

output

   monitor status hidrasi

Page 17: Askep Hisprung Bu Livya

     turgor kulit, kelembaban

mukosa dbn.

     Mampu menjelaskan yang

dapat dilakukan untuk

mengatasi kehilangan cairan

(membran mukosa, nadi

adekuat, ortostatik TD)

      monitor hasil

laboratorium yang

menunjukkan retensi cairan

     monitor keadaan

hemodinamik

     monitor vital sign

     monitor tanda-tanda

kelebihan atau kekurangan

volume cairan

     administrasi terapi Intra

vena

     monitor status nutrisi

     berikan cairan dan intake

oral.

2.   monitor cairan

-     kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan kebiasaan

eliminasi

-    kaji faktor resiko

terjadinya

ketidakseimbangan cairan

-    monitor intake dan output

-    monitor serum, dan

elektrolit

-    jaga keakurtan pencatatan

intake dan output

-    administrasi pemberian

cairan

3.  managemen hipovolemi

-    monitor status cairan

termasuk intake dan output

Page 18: Askep Hisprung Bu Livya

-    jaga kepatenan terpi intra

vena

-    monitor kehilangan cairan

-    monitor hasil laboratorium

-    hitung kebutuhan cairan

-    administrasi pemberian

cairan hipotonik/isotonik

-   observasi indikasi dehidrasi

-    kelola pemberian intake

oral

-    monitor tanda dan gejala

over hidration

Post Op.

No Dx Tujuan dan Kriteria hasil Intervesi

1. Nyeri akut

berhubungan dengan

agen injuri fisik

Level nyeri berkurang dengan

kriteria :

     anak tidak rewel

     ekspresi wajah dan sikap

tubuh rileks

     tanda vital dbn

1. Management nyeri

-   Kaji nyeri meliputi

karakteristik, lokasi, durasi,

frekuensi, kualitas, dan

faktor presipitasi.

-   Observasi ketidaknyamanan

non verbal

-   Berikan posisi yang nyaman

-   Anjurkan ortu untuk

memberikan pelukan agar

anak merasa nyaman dan

tenang.

-    Tingkatkan istirahat

2   Teaching

-    Jelaskan pada ortu tentang

proses terjadinya nyeri

-    Pertahankan imobilisasi

bagian yang sakit

Page 19: Askep Hisprung Bu Livya

-   Evaluasi keluhan nyeri atau

ketidaknyamanan

-    Perhatikan lokasi nyeri.

3.  Administrasi analgetik

-    Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas dan

derajat nyeri sebelum

pemberian obat.

-    Cek program medis tentang

jenis obat, dosis dan

frekuensi pemberian

-    Ikuti 5 benar sebelum

memberikan obat

-    Cek riwayat alergi

-    Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah

pemberian obat

-    Dokumentasikan pemberian

obat

2. Resiko infeksi

berhubungan dengan

prosedur invasif

Resiko infeksi terkontrol  dengan

kriteria :

     bebas dari tanda-tanda

infeksi

     tanda vital dalam batas

normal

     hasil lab dbn

1. Infektion control

-    Terapkan kewaspadaan

universal cuci tangan

sebelum dan sesudah

melakukan tindakan

keperawatan.

-   Gunakan sarung tangan

setiap melakukan tindakan.

-    Berikan personal hygiene

yang baik.

2.  Proteksi infeksi

-    monitor tanda-tanda infeksi

lokal maupun sistemik.

Page 20: Askep Hisprung Bu Livya

-    Monitor hasil lab: wbc,

granulosit dan hasi lab yang

lain.

-    Batasi pengunjung

-    Inspeksi kondisi luka insisi

operasi.

3.  Ostomy  care

-    bantu dan ajarkan keluarga

pasien untuk melakukan

perawatan kolostomi

-    Monitor insisi stoma.

-    Pantau dan dampinggi

keluarga saat merawat

kolostomi

-   Irigasi stoma sesuai

indikasi.

-   Monitor produk stoma

-   Ganti kantong kolostomi

setiap kotor.

4.  Medikasi terapi

-    Beri antibiotik sesuai

program

-    Tingkatkan nutrisi

-    Monitor keefektifan terapi.

5.   Health education

o   Ajarkan pada orang tua

tentang tanda-tanda infeksi.

o   Ajarkan cara mencegah

infeksi.

o   Ajarkan cara perawatan

colostomi

3. Kekurangan volume

cairan b.d kehilangan

volume caian secara

Status hidrasi:

Kriteria:

     menunjukkan urine output

manajemen cairan

    timbang berat badan tiap

Page 21: Askep Hisprung Bu Livya

aktif normal

     menunjukkan TD, nadi dan

suhu dbn

     turgor kulit, kelembaban

mukosa dbn.

     Mampu menjelaskan yang

dapat dilakukan untuk

mengatasi kehilangan cairan

hari

    kelola catatan intake dan

output

    monitor status hidrasi

(membran mukosa, nadi

adekuat, ortostatik TD)

    monitor hasil laboratorium

yang menunjukkan retensi

cairan

    monitor keadaan

hemodinamik

    monitor vital sign

    monitor tanda-tanda

kelebihan atau kekurangan

volume cairan

     administrasi terapi Intra

vena

     monitor status nutrisi

     berikan cairan dan intake

oral.

5.   monitor cairan

-     kaji jumlah dan jenis

intake cairan dan kebiasaan

eliminasi

-    kaji faktor resiko terjadinya

ketidakseimbangan cairan

-    monitor intake dan output

-    monitor serum, dan

elektrolit

-    jaga keakurtan pencatatan

intake dan output

-    administrasi pemberian

cairan

Page 22: Askep Hisprung Bu Livya

6.  managemen hipovolemi

-     monitor status cairan

termasuk intake dan output

-    jaga kepatenan terpi intra

vena

-    monitor kehilangan cairan

-    monitor hasil laboratorium

-    hitung kebutuhan cairan

-    administrasi pemberian

cairan hipotonik/isotonik

-    observasi indikasi dehidrasi

-     kelola pemberian intake

oral

-    monitor tanda dan gejala

over hidration

D. Implementasai Keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan

Pre operasi Hirschsprung

1.      Pola eliminasi berfungsi normal

2.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi

3.      Kebutuhan cairan dapat terpenuhi

4.      Nyeri pada abdomen teratasi

Post operasi Hirschsprung

1.      Integritas kulit lebih baik

2.      Nyeri berkurang atau hilang

3.      Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan

kolon

Page 23: Askep Hisprung Bu Livya

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

              Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik

masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak

dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang

mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan

masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus

difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk

Page 24: Askep Hisprung Bu Livya

tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara

pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi

kemungkinan yang terjadi.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini  kelompok menyadari masih minimnya bahan yang

kelompok gunakan untuk menyusun makalah ini. Untuk itu kelompok menyarankan supaya

ada pihak lain dapat membahas masalah ini lebih mendalam mengenai masalah ini. Dan

tentunya bagi mahasiswa yang melakukan asuhan keperawatan diharapkan harus menganalisa

keadaan pasien dengan baik dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.

Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd),

Monica Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.

Page 25: Askep Hisprung Bu Livya

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :

EGC.