askep hipertensi
DESCRIPTION
AskepTRANSCRIPT
![Page 1: askep hipertensi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071718/5695cfe71a28ab9b02900ec9/html5/thumbnails/1.jpg)
HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.( Arif
Mansjoer ;2000)
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai dengan keperahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal sampai hipertensi maligna (Marliny
E.Doengoes,Kutip dari JNC; 2000)
Patofisiologi
1. Aterosklerosis ( Pengerasan Pembuluh Darah)
2. Membran Pembuluh darah terjadi penumpukan didinding pembuluh darah
oleh lipid dan kalori sehingga darah yang mengalir menimbulkan tekanan
yang tinggi sehingga terjadi tekanan darah tinggi.
3. Jika penum,pukan membentuk thrombus dan terjadi di :
Di Otak : CVA Infark dan CVA Bleeding (Stroke)
Di Jantung : Gagal Jantung
Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hipertensi esensial atqau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak factor yang
mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
syaraf simpatis, system reni engiotensi, defek dalam akstrasi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan
resiko, seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisetimia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Penyebab spesifikasinya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vascular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
![Page 2: askep hipertensi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071718/5695cfe71a28ab9b02900ec9/html5/thumbnails/2.jpg)
feokromositoma, koarktasioarota, hipertensio yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.
Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang – kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak, ataujantung. Gejala lain sering ditemukan adlah sakit
kepala epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar
tidur, mata berkunang – kunang, dan pusing.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain
atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium). Natrium, kreatinin, gula darah puasa ,
kolestrol total, kolestrol HDL, dan EKG.
Sebagai tmbahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti klirens kreatinin,
protein urin 24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH, dan ekokardiografi.
Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat di tetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran
pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau
gejala – gejala klinis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan
pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran
pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80 % lengan}. Tensimeter
dengan air raksa masih tatap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala penyakit – penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan
lainnya. Apakah tedapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang
![Page 3: askep hipertensi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071718/5695cfe71a28ab9b02900ec9/html5/thumbnails/3.jpg)
berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktivitas / kebiasaan
(seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan
efek samping terapi antihipertensi sebelumnya bila ada, dan factor
psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan dan sebagainya).
Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta mobiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankna tekanan
sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan
mengontrol factor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup
saja, atau dengan obat antihipertensi.
Kelompok risiko dikatagorikan menjadi :
A : Pasien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1,2 atau 3, tanpa
gejala penyakit kardiovaskular, kerusakan organ, atau fktor risiko
lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat
diturunkan, maka harus diberkian obat atntihipertensi.
B : Pasien tanpa penyakit kardiovaskular atau kerusakan organ lainnya, tapi
memiliki satu atau lebih factor risiko yang tertera diatas, namun bukan
diabetes militus. Jika terdapat beberapa factor maka harus langsung
diberkan obat antihipertensi.
C : Pasien dengan gejala klinis penyakit kardivaskular atau kerusakan
organ yang jelas.
Faktor risiko :
Usia lebih dari 60 tahun, merokok, dislipidemia, diabetes mellitus, jenis
kelamin (pria dan wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskular dalam
keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskular : penyakit jantung
(hipertrofi ventrikel kiri, infrak miokard, angina pectoris, gagal jantung,
riwayat penyakit arteri perifer, dan retinofati.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko :
![Page 4: askep hipertensi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071718/5695cfe71a28ab9b02900ec9/html5/thumbnails/4.jpg)
Tekanan
Darah
Kelompok Risiko A Kelompok Risiko B Kelompok
Risiko C
130-139/85-
89
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan Obat
140-159/90-
99
Modifikasi gaya
hidup
Modifikasi gaya
hidup
Dengan Obat
> 160 / ≥
100
Dengan Obat Dengan Obat Dengan Obat
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko
kardivaskular dengan biaya sedikit, dan resiko minimal. Tata laksana ini
tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat
menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan
untuk :
Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥
27).
Membatasi alcohol dan Meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45
menit/hari).
Mengurangi asupan Natrium (<100 mmol Na/2,4gNaCl/hari).
Mempertahankan asupan Kalium yang adekuat (90 mmol.hari).
Mempertahankan asupan Kalsium dan Magnesium yang adekuat.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar
pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditinkatkan cesara titrasi
sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia. Terapi yang optimal harus efektif
selama 24 jam, dan lebih disukai dengan dosis tunggal karena kepatuhan
lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus-menerus dan
lancer, dan melindungi pasien terhadap berbagai risiko dari kematian
mendadak, serangan jantung, atau strok akibat peningkatan tekanan darah
mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi
kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini
terbukti memberika efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping.
![Page 5: askep hipertensi](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022071718/5695cfe71a28ab9b02900ec9/html5/thumbnails/5.jpg)
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak
terdapat indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan
diuretikatau beta bloker. Jika respons tidak baik dengan dosis penuh,
dilanjutkan sesuai algoritma. Diurtik biasanya menjadi tambahan karena
dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambaha obat kedua dapat
mengontrol tekanan darah dengan baik minimal 1 tahun, dapat di coba
menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan
progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dapat dimulai terapi dengan lebih dari
satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥ 200 / ≥ 120
mmHg, harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala
kerusakan organ harus dirawat dirumah sakit.
ADEMI 2006 / 2007