askep hidrosefalus

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior. Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak diketahui jumlahnya. Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara maju, tetapi informasi untuk negara-negara lain masih sedikit. Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi batang otak dan sistem pernapasan. 1

Upload: kai-kaide

Post on 15-Feb-2015

339 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP HIDROSEFALUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.

Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-

43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna

insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus

dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh

toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan

otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat

tumor fossa posterior. Secara internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga

tidak diketahui jumlahnya. Sekitar 100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di

negara maju, tetapi informasi untuk negara-negara lain masih sedikit. Kematian pada

hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh karena herniasi tonsil sekunder

yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi batang otak dan sistem

pernapasan.

Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus hidrosefalus

dan di 50% pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien dirawat di rumah

sakit untuk merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, untuk

pengobatan komplikasi, atau kegagalan shunt. Kurangnya perkembangan fungsi

kognitif pada bayi dan anak-anak, atau hilangnya fungsi kognitif pada orang dewasa,

dapat mejadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak diobati. Hal ini dapat bertahan

setelah pengobatan. Kehilangan fungsi visual dapat menjadi komplikasi pada

hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap setelah pengobatan.

1

Page 2: ASKEP HIDROSEFALUS

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan

Hydrocephalus.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Hydrocephalus

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang anatomi fisiologi hydrocepfalus

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Hydrocephalus

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi Hydrocephalus

5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Hydrocephalus

6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis Hydrocephalus

7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik hydrocephalus

8. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Hydrocephalus

9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi hidrosefalus

10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan Hydrocephalus

1.3 Manfaat

Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan

Hydrocephalus.

2

Page 3: ASKEP HIDROSEFALUS

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Hydrocephalus

2.1.1 Definisi

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"

yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering

dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran

cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan

cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di

sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan

maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang

meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan

serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial

yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran

ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan

serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau

kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi

besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al,

2007:328).

3

Page 4: ASKEP HIDROSEFALUS

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Serebrospinal

CSS dibentuk di dalam system ventrikel serebrum, terutama oleh pleksus

koroideus. Masing-masing dari keempat ventrikel mempunyai jaringan pleksus

koroideus, yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian tengahnya

mengandung jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah. Cairan dibentuk melalui

sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid, tetapi aspek pembentukan

cairan ini masih belum diketahui sebelumnya. Sistem ventrikel terdiri atas sepasang

ventrikel lateral, masing-masing dihubungkan oleh akuaduktus Sylvii ke ventrikel

keempat tunggal yang terletak di garis tengah dan memiliki tiga lubang keluar,

sepasang foramen Luschka di sebelah lateral  dan sebuah foramen magendie di

tengah. Lubang-lubang ini berjalan menuju ke sebuah system yang saling

berhubungan dan ruang subaraknoid yang mengalami pembesaran fokal dan disebut

sisterna. Sisterna pada fosa posterior berhubungan dengan ruang subaraknoid diatas

konveksitas serebrum melalui jalur yang melintasi tentorium. Ruang subaraknoid

spinalis berhubungan dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna

basalis.

Aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga

kemudian ke ventrikel keempat lalu ke sisterna basalis, tentorium, dan ruang

subaraknoid di atas konveksitas serebrum ke daerah sinus sagitalis, tempat terjadinya

penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran cairan ruang subaraknoid spinalis

adalah ke arah sefalad. Sebagian besar penyerapan CSS terjadi melalui vilus

araknoidalis dan masuk kedalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga

diserap melintasi lapisan ependim system ventrikel dan di ruang subaraknoid spinalis.

Pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah sekitar 150 mL, yang 25

% nya terdapat di dalam system ventrikel. CSS terbentuk dengan kecepatan sekitar 20

mL/jam, yang mengisyaratkan bahwa perputaran CSS terjadi tiga sampai empat kali

sehari. Pembentukan CSS tetap berlangsung walaupun tekanan intrakranial

meningkat, kecuali apabila tekanan tersebut sangat tinggi. Dengan demikian, harus

4

Page 5: ASKEP HIDROSEFALUS

terjadi penyerapan cairan untuk mengakomodasi volume CSS yang dibentuk setiap

hari.

5

Page 6: ASKEP HIDROSEFALUS

2.1.3 Etiologi 

Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam

ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang

subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan

perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS

yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam

peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh

susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem,

yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS

90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan

prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml

(Darsono, 2005).

Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel

III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan

melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui

sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan

resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32) 

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada

salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat

absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS

diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak

dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya

hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran

CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :  

6

Page 7: ASKEP HIDROSEFALUS

1)   Kelainan Bawaan (Kongenital) 

Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus

bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu

sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala

hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan

pertama setelah kelahiran.

Spina bifida dan kranium bifida 

Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom

Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata

dan cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum

sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. 

Sindrom Dandy-Walker 

Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan

hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel

IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang

besar di daerah fosa pascaerior. 

Kista araknoid dan anomali pembuluh darah 

Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu

hematoma.

Anomali Pembuluh Darah  

2)   Infeksi 

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi

ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi

bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus

sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis.

Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah

7

Page 8: ASKEP HIDROSEFALUS

sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan

arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa,

perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan

interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih

tersebar. 

3)   Neoplasma 

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.

Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak

di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui

saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus

Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan

ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

4)   Perdarahan 

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis

leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi

akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).

2.1.4 Klasifikasi

Beberapa tife hydrocephalus yang berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial :

1. Hydrocephalus komunikan

Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat

aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak

terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS

8

Page 9: ASKEP HIDROSEFALUS

terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat

pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan

darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan

tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada

aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah

yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa,

biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah

terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –

gejala peningkatan ICP)

2. Hydrocephalus non komunikan

Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga

menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada

hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk

hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem

ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai

pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system

saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada

klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular

atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system

ventricular. Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak

dibawah usia 12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim,

tanda–tanda dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang

garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan

pembesaran kepala.

9

Page 10: ASKEP HIDROSEFALUS

3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi

jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal,

gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia

urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau

thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada

kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

2.1.5 Patofisiologi

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi

(meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis

aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler

atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan

permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater

dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray

matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel

telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi

itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung

pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk

mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia

tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal

(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada

ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu

penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma

dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel

IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar

10

Page 11: ASKEP HIDROSEFALUS

ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami

pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara

disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi

ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum

ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi

CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim

ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada

didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk

mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

2.1.6 Manifestasi Klinis

Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat

ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-

gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi

klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan

pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan

pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan.

Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak

dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih

terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping

kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).

11

Page 12: ASKEP HIDROSEFALUS

2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi

intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda

(diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum

terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran

abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah

satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas

ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial

lainnya yaitu:

1. Fontanel anterior yang sangat tegang.

2. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.

3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.

4. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar

dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan

kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala

gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).

(Darsono, 2005:213)

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan

menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan

dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan

bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan

keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi

vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji radiologis : terlihat

tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah – pisah dan pelebaran

vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan

12

Page 13: ASKEP HIDROSEFALUS

dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa

pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal.

Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus

dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan

kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

A.  Bayi :

1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.

2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi

tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :

4. Muntah

5. Gelisah

6. Menangis dengan suara ringgi

7. Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan

pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.

8. Peningkatan tonus otot ekstrimitas

9. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat

jelas.

10. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris

11. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”

12. Strabismus, nystagmus, atropi optic

13. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

B.  Anak yang telah menutup suturanya :

Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial :

1. Nyeri kepala

13

Page 14: ASKEP HIDROSEFALUS

2. Muntah

3. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas

4. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun

5. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer

6. Strabismus

7. Perubahan pupil

2.1.7 Pemeriksaan Diagnosis

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan

fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-

pemeriksaan penunjang, yaitu :

1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran

sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio

digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.

b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto

rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transiluminasi

Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini

dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit.

Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada

hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3. Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala

melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)

dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal

hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara

fungsional.

14

Page 15: ASKEP HIDROSEFALUS

Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka

penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4. Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat

tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.

Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang

ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk

memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau

oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di

rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5. Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan

dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan

pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di

dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG

tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada

pemeriksaan CT Scan.

6. CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari

ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari

occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan

adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari

semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah

sumbatan.

15

Page 16: ASKEP HIDROSEFALUS

Gambar 2 . CT Scan hidrosefalus

7. MRI kepala

MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi kepala secara mendetail dan

bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi

Gambar . MRI kepala dengan hidrosefalus

16

Page 17: ASKEP HIDROSEFALUS

2.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang

berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan

bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian

sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Tirah baring total :

Jegah resiko /gejala peningkatan tekanan intrakranial

Cegah resiko cedera

Cegah gangguan neurologis

2. Observasi tanda-tanda vital (GCS tingkat kesadaraan).

3. Pemberian obat-obatan

Deksamethason/kalmetason sebagai pengobatan anti-edema serebri,

dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

Pengobatan anti-edema dengan larutan hipertonis, yaitu manitol 20%,

atau Glukosa 40% atau Gliserol 10%.

Antibiotik yang memiliki efek barier darah otak (penisilin) atau untuk

infeksi anaerob diberikan Mentronidazol.

Makanan atau cairan, bila muntah dapat diberikan cairan infus

Dekstrosa 5%, 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.

Pengobatan dengan Azetazolamid (Diamoks) untuk inhibisi LCS.

4. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis

dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid

(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal. 

17

Page 18: ASKEP HIDROSEFALUS

5. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan

tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid 

6. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni: 

Drainase ventrikule-peritoneal 

Drainase Lombo-Peritoneal 

Drainase ventrikulo-Pleural 

Drainase ventrikule-Uretrostomi 

Drainase ke dalam anterium mastoid 

Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung

melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang

memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini

merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai

dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi sekunder

dan sepsis. 

Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah

diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di

daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak,

lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di

daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung

selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di

bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar. 

Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau

pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.

2.1.9 Komplikasi

a. Infeksi

Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran subkutan. Pada

pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat mengawali terjadinya Shunt

18

Page 19: ASKEP HIDROSEFALUS

Nephritis yang biasanya disebabkan Staphylococcus epidermis ataupun aureus,

dengan risiko terutama pada bayi. Profilaksis antibiotik dapat mengurangi risiko

infeksi.

b. Hematoma Subdural

Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari duramater.

Pasien post operatif diletakkan dalam posisi terlentang mengurangi risiko sedini

mungkin.

c. Obstruksi

Dapat ditimbulkan oleh:

- Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.

- Adanya serpihan-serpihan (debris).

- Gumpalan darah.

- Ujung distal tertutup omentum.

- Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal kateter dapat

tertarik keluar dari ruang atrium kanan, dan mengakibatkan terbentuknya trombus dan

timbul oklusi.

d. Keadaan CSS yang rendah

Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada posisi duduk

dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS yang rendah, keadaan ini

dapat diperbaiki dengan jalan:

- Intake cairan yang banyak.

- Katup diganti dengan yang terbuka pada tekanan yang tinggi.

e. Asites oleh karena CSS

Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames, kejadian ini

diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun patogenesisnya masih

19

Page 20: ASKEP HIDROSEFALUS

bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan ini adalah pembedahan

abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi dalam CSS. Asites CSS

biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di mana gejala yang timbul

dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan muntah-muntah.

f. Kraniosinostosis

Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus yang berat,

sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.

20

Page 21: ASKEP HIDROSEFALUS

PATOFLOW

21

Kelainan kongenital

Obstruksi aliran CSS di sistem

ventrikel

Hidrosefalus nonkomunikans

Infeksi

Meningitis purulen

Aliran CSS terganggu

Neoplasma

Pembesaran jaringan di ruang

subaraknoid

Sumbatan pd absorpsi Aliran

CSS

Hidrosefalus komunikans

Pendarahan

Obtruksi oleh pendarahan

Meningkatan jumlah cairan dalam ruang

subaranoid

Peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS)

1. Peningkatan TIK

Pembesaran kepala

Kelemahan fisik umum

3. Gangguan mobilitas fisik

Asupan nutrisi tidak adekuat

2. Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

penurunan neurologi

kejang

penurunan tingkat kesadaran

4. Resiko cedera

Page 22: ASKEP HIDROSEFALUS

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

1. Pengumpulan Data

Data demografi

1) Nama

2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant

3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki

4) Suku/ bangsa

5) Agama

6) Pendidikan

7) Pekerjaan

8) Alamat

Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan

kelahiran prematur

Riwayat Penyakit Dahulu

Antrenatal : Perdarahan ketika hamil

Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir

Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma

Riwayat penyakit keluarga

2. Pengkajian persistem

B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas

B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi

B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat

pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan

perifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”, kejang

B4 (Bladder) : Oliguria

B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan

B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas

22

Page 23: ASKEP HIDROSEFALUS

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan

serebrospinal

2. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran, kelemahan

fisik umum, pembesaran kepala

4. Resiko cedera yang beerhubungan dengan adanya kejang, perubahan status

mental, dan penurunan tingkat kesadaran.

2.2.3 Intervensi dan Rasional

DX 1 : Peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan

serebrospinal

Tujuan : Dalam wqaktu 2x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien

Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, tidak mengeluh nyeri kepala, mual muntah, GCS :

4,5,6, tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Kaji faktor penyebab dari situasi /

keadaan individu / penyebab koma /

penurunan perfusi jaringan dan

kemungkinan penyebab peningkatan

TIK

Evaluasi pupil

Deteksi diri untuk mempriortitaskan

intervensi, mengkaji status

neurologis / tanda-tanda kegagalan

untuk menentukan perawatan

kegawatan atau tindakan

pembelajaran

Reaksi pupil dan pergerakan kembali

dari bola mata merupakan tanda dari

23

Page 24: ASKEP HIDROSEFALUS

Monitor temperature dan pengaturan

suhu lingkungan

gangguan nervus/saraf jika batang

otak terkoyak. Keseimbanagan saraf

antara simpatis dan parasimpatis

merupakan respons refleks saraf

cranial

Panas merupakan refleks dari

hipotalamus. Peningkatan kebutuhan

metabolisme dan O2 akan menunjang

peningkatan TIK (Intracranial

Pressure)

DX 2 : Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kritreria Hasil : Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat

kemampuan menelan, sonde dilepas, BB meningkat 1kg, Hb dan Albumin dalm batas

normal

INTERVENSI RASIONAL

Observasi tekstur, turgor kulit

Lakukan oral higine

Observasi asupan keluar

Mengetahui status nutrisi klien

Kebersihan mulut merasngsang

nafsu makan

Mengetahui keseimbanagan nutrisi

klien

24

Page 25: ASKEP HIDROSEFALUS

DX 3 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran,

kelemahan fisik umum, pembesaran kepala

Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam mobilitas klien meningkat sesuai kondisi klien

Kriteria Hasil : Skala ketergantungan klien meningkat menjadi bantuan minimal,

tidak terjadi kontraktur, fooddrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan

bladder optimal, serta peningkatan kemmapuan fisik.

INTERVENSI RASIONAL

Review kemampuan fisik dan

kerusakan yang terjadi

Berikan perubahan posisi yang teratur

pada klien

Kaji adanya nyeri, kemerahan, bengkak

pada area kulit

Mengidentifikasikam kerusakan

fungsi dan menentukan pilihan

intervensi

Perubahan posisi teratur dapat

mendistribusikan berat badan secara

menyeluruh dan memfasilitasi

peredaran darah serta mencegah

dekubitus

Indikasi adanya kerusakan kulit dan

deteksi awal adanya dekubitus pada

area local yang tertekan

Dx 4 : Resiko cedera yang beerhubungan dengan adanya kejang, perubahan status

mental, dan penurunan tingkat kesadaran.

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam perawatan klien bebas dari cedera yang disebabkan

oleh kejang dan penurunan kesadaran

Kriteria Hasil : Klien tidak mengalami cedera apabila kejang berulang ada

25

Page 26: ASKEP HIDROSEFALUS

INTERVENSI RASIONAL

Monitor kejang pada tangan, kaki,

mulut, dan oto-otot muka lainnya

Persiapkan lingkungan yang aman

seperti batasan ranjang, papan

pengaman, dan alat suction selalu

berada dekat klien

Pertahankan bedrest total selama fase

akut

Kolaborasi pemberian terapi ;

Diazepam, Phenobarbital

Gambaran tribalitassistem saraf

pusat memerlukan evaluasi yang

sesuai dengan intervensi yang tepat

untuk mencegah terjadinya

komplikasi

Melindungi klien bila kejang terjadi

Mengurangi resiko jatuh/terluka jika

vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

Untuk mencegah atau mengurangi

kejang.

Catatan : Phenobarbital dapat

menyebabkan respiratorus depresi

dan sedasi

26

Page 27: ASKEP HIDROSEFALUS

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"

yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering

dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran

cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan

cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di

sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital. Penyebab dari hidrosefalus

adalah penyakit bawaan( kongenital), infeksi, neoplasma, dan pendarahan. Terdapat

dua hidrosefalus : nonkomunikans dan komunikans. Masalah keperawatan yang

timbul dari pasien hidrosefalus :

1. Pengkatan tekanan intrakranial(TIK)

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Gangguan mobilitas fisik

4. Risiko cedera

Yang harus di lakukan pada pasien hidrosefalus berikan obat-obatan (deksamethason,

antibiotik) dan ajurankan pasien untuk tirah baring total untuk mencegah risiko

peningktan tekanan intrakranial dan risiko cedera.

3.2 Saran

Agar mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi, maka

sebaiknya setiap tenaga medis terutama seorang perawat harus mengetahui dan

memahami tentang suatu penyakit salah satunya dibahas pada makalah ini adalah

penyakit hydrocephalus matakuliah neurobehavior 1 berhubungan dengan praktik

keperawatan.

27

Page 28: ASKEP HIDROSEFALUS

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin arif.2008.asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

persarafan.jakarta:selemba medika.

J.corwin elizaberth.2009.buku saku patofisiologi.jakarta:EGC

28

Page 29: ASKEP HIDROSEFALUS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah

memberika kita taufig dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan

kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih

kepada bapak Alkhusari,S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing kami beserta semua

pihak yang telah membantu di dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari didalam makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu

dengan rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan kami

mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan

khususnya bagi penulis sendiri.

Palembang, April 2013

Ke

lompok 3

29i

Page 30: ASKEP HIDROSEFALUS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................ 2

1.3 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hydrocepahalus ................................................................................ 3

2.1.1 definisi ..................................................................................... 3

2.1.2 anatomi fisiologi ...................................................................... 4

2.1.3 etiologi ..................................................................................... 6

2.1.4 klasifikasi................................................................................. 8

2.1.5 patofisiologi ............................................................................. 10

2.1.6 manisfestasi klinik ................................................................... 11

2.1.7 pemeriksaan diagnosis............................................................. 14

2.1.8 penatalaksanaan ....................................................................... 17

2.1.9 komplikasi ............................................................................... 18

2.2 Asuhan keperawatan ......................................................................... 22

2.2.1 Pengkajian................................................................................ 22

2.2.2 Diangnosa ................................................................................ 23

2.2.3 Intervensi dan rasional ............................................................ 23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 27

3.2 Saran ................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

30ii

Page 31: ASKEP HIDROSEFALUS

ASUHAN KEPERAWATAN HYDROCEPHALUS

DISUSUN OLEH :

Anna Jahlia Ferry Sanjaya

Dewi Angraini Pega Septiani

Dwi indah Rendy Renaldy

Dwi Sucia Rika Sabrina Mauli

Diniati Kataren Jemi Saputra

Evi Purnama sari Eka Jeki

Kelas : PSIK Reg a4/4

Dosen Pembimbing : Alkhusari,S.Kep.Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG 2013

31