askep ca mammae

84
A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Dasar Ca Mammae a. Pengertian Ca mammae adalah pertumbuhan sel-sel payudara yang berlebihan atau tidak terkontrol yang akan membentuk suatu benjolan atau tumor yang bersifat jinak maupun ganas dan merupakan 27% dari kanker pada wanita dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker (Price, 1995). Ca mammae adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita. Daerah kanker payudara yang paling umum adalah daerah quadran luar atas payudara dan dibawah putting susu (Gale, 1999). Ca mammae merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di lndonesia. Biasanya ditemukan pada umum 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas. (Mansjoer, 2000). Adapun tipe-tipe kanker payudara sebagai berikut : 1) Karsinoma duktal menginfiltrasi Type yang paling umum, merupakan 15% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi, biasanya bermetastasis ke nodus aksila.

Upload: darsana-wayan

Post on 20-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN

TRANSCRIPT

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Ca Mammae

a. Pengertian

Ca mammae adalah pertumbuhan sel-sel payudara yang

berlebihan atau tidak terkontrol yang akan membentuk suatu benjolan

atau tumor yang bersifat jinak maupun ganas dan merupakan 27% dari

kanker pada wanita dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker

(Price, 1995).

Ca mammae adalah jenis kanker kedua penyebab kematian

karena kanker pada wanita. Daerah kanker payudara yang paling

umum adalah daerah quadran luar atas payudara dan dibawah putting

susu (Gale, 1999).

Ca mammae merupakan salah satu kanker yang terbanyak

ditemukan di lndonesia. Biasanya ditemukan pada umum 40-49 tahun

dan letak terbanyak di kuadran lateral atas. (Mansjoer, 2000).

Adapun tipe-tipe kanker payudara sebagai berikut :

1) Karsinoma duktal menginfiltrasi

Type yang paling umum, merupakan 15% dari semua jenis kanker

payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat dipalpasi,

biasanya bermetastasis ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk

dibandingkan dengan tipe kanker lainnya.

2) Karsinoma lobular menginfiltrasi

Jarang terjadi, merupakan 5-10 % kanker payudara. Tumor ini

biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang tidak baik pada

payudara.

3) Karsinoma medular

Menempati sekitar 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam

kapsul di dalam duktus. Tumor ini dapat menjadi besar tetapi

meluas dengan lambat; Sehingga prognosisnya lebih baik.

4) Kanker mesinus

Sekitar 2% dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga tumbuh

dengan lambat. Kanker ini mempunyai prognosis yang lebih baik.

5) Kanker duktal-tubular

Jarang terjadi, sekitar 2% dari kanker. Karena metastasis aksilaris

secara histologis tidak lazim, maka prognosisnya sangat baik.

6) Karsinoma inflamatori

Jarang terjadi sekitar 1%-2%. Tumor setempat ini nyeri tekan dan

sangat nyeri payudara secara abnormal keras dan membesar; kulit

diatas tumor ini merah dan agak. Hitam. Sering terjadi edema dan

tetraksi puting susu.

7) Penyakit paget payudara

Jarang terjadi, gejala yang sering timbul adalah rasa terbakar, dan

gatal pada panyudara. Tumor dapat duktal atau invasif. Massa

tumor sering tidak dapat diraba dibawah puting tempat dimana

penyakit ini timbul.

8) Karsinoma payudara in situ:

a) Karsinoma duktal in situ

Secara histologis dibagi 2 sup tipe mayor: komedo dan

nonkomedo. Pengobatan paling umum adalah mastektomi.

b) Karsinoma lobular in situ

Ditandai adanya proliferasi sel-sel didalam lobulus payudara.

Tahap-tahap Ca mammae berdasarkan pentahapan patologi ada 4 tahap

yaitu:

1) Tahap I

Terdiri atas tumor yang kurang dan 2 cm, tidak mengenai modul

limfe dan tidak terdeteksi adanya metastase.

2) Tahap II

Terdiri dari tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5

cm dengan dengan nodul limfe tidak terfiksasi negatif atau positif

dan tidak terdeteksi adanya metastatis.

3) Tahap III

Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan

sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan

nodus limfe terfiksasi positif dalam vena klavikator dan tanpa bukti

adanya matastase.

4) Tahap IV

Terdiri atas tumor sembarang ukuran dengan nodus limfe normal

atau kankermosa dan adanya metastase jauh.

Klasifikasi Ca mammae berdasarkan tumor, nodus dan metastasis

1) Tumor Primer (T)

T0: Tidak ada tumor pasien

Tl: Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya.

T2: Tumor >2cm, tetapi tidak>5 cm dalam dimensi terbesarnya

T3: Tumor > 5 dalam dimensi terbesarnya

T4: Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding

dada atau kulit

2) Nodus limfe regional

N0: Tidak ada metastase nodus limfe regional

N1: Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) yang dapat

digerakkan.

N2: Metastasis ke nodus limfe aksilaris ipsilateral (s) terfiksasi

pada satu sama lain atau pada struktur lainnya

N3: Metasiasis kemnodus limfe mamaria internal ipsilateral..

3) Metastase jauh (ni)

M0: Tidak ata metastase yang jauh

M1 : Metastase jauh (termasuk metastase ke nodus limfe

supraklankular ipsilateral)

b. Patofisiplogi

Adapun faktor-faktor risiko untuk Ca mammae meliputi:

adanya riwayat pribadi tentang kanker payudara, anak perempuan atau

saudara perempuan (hubungan keluarga langsung), dari wanita dengan

Ca mammae dan risiko meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker

sebelum berusia 60 tahun, menarche, dini pada wanita yang

mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. Nulipara dan usia

maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang mempunyai

anak pertama setelab usia 30 tahun menopause pada usia lanjut yaitu

50 tahun meningkatkan risiko mengalami kanker payudara, riwayat

penyakit payudara jinak, pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah

masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun. Wanita yang menggunakan

kontraseptif oral, terapi penggantian horman yaitu wanita yang berusia

lebih tua, yang menggunakan estrogen suplemen, wanita muda yang

mengkonsumsi alkohol. Penyebab keganasan pada kanker payudara

masih belum jelas, tetapi faktor lingkungan, faktor hormonal dan

faktor genetik semuanya berkaitan dengan risiko terjadinya Ca

mammae. Ca mammae berasal dari jaringan epitelial dan paling sering

pada sistem duktal. Mula-mula terjadi perubahan genom sel somatik

menyebabkan ekspfesi produk gen yang terganggu dan hilangnya

pengaturan produk gen maka terjadilah hiperplasia sel-sel dengan

perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel yang malignansi kemudian

terakumulasi, dimana membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari

sebuah sel tunggal sampai menjadi massa cukup besar untuk dapat

teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Sel tersebut menjadi neoplasma

ganas salah satu manifestasinya adalah kanker payudara. Kebanyakan

dari kanker payudara apabila massanya sudah teraba gejala yang

tersering adalah keluar cairan dari puting susu yang khas adalah cairan

keluar dari muara duktus dan mungkin payudara dapat berdarah.

Tanda-tanda lain dapat berupa adanya lekukan pada kulit akibat

distorsi ligamentum cooper dan rasa sakit tidak enak, teraba benjolan

pada payudara dan sering meliputi tulang, hepar, paru-paru, susunan,

saraf pusat (SSP). Jika metastase tulang yaitu ke tulang belakang

mungkin terjadi kompresi medula spinalis, metastase otak, limfedema

kronis jika tumor kambuh lagi pada aksila.

c. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kasus Ca mammae yaitu

(Bruner & Suddarth, 2002) :

1) Mamografi

Memperlihatkan stuktur internal payudara dapat untuk

mendefeksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada

tahap awal

2) Ultrasound

Dapat membantu membedakan antara massa padat dan kista, pada

wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen dari

mamografi

3) Tomography

Memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah, ukuran,

letak dan kepadatan jejas tumor,

4) MRI (Magnetic Ressonance Imaging)

Dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang

lebih besar atau tumor kecil, payudara rnengeras yang sulit

diperiksa dengan mamografi

5) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)

Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna untuk

klasifikasi histologi pertahanan dan seleksi terapi yang tepat.

6) Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung set darah dan skan

tulang dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.

d. Penetalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada kasus dengan Ca mammae yaitu :

1) Tindakan operatif

a) Biopsi biasanya jenis pembedahan pertama bagi penderita

kanker payudara untuk menentukan bila ada massa,

malignansi dan jenis kanker payudara.

b) Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan keseluruhan jaringan dan nodus imfe aksilaris

otot pektoralis mayor dan minus tetap utuh.

c) Bedah dengan menyelamatkan payudara

Beberapa tehnik yang dilakukan pembedahan payudara

diantaranya limfektomi, mastektomi segmental, reseksi

kuadran payudara yang sakit dan diseksi nodus aksilaris.

2) Terapi radiasi

Dengan pembedahan yang menyelamatkan payudara, perjalanan

terapi penyinaran radiasi biasanya dilakukan setelah insisi massa

tumor untuk mengurangi kecendrungan kambuh dan untuk

menyingkirkan kanker residual. Sekarang ini pengobatan

penyinaran dektron ekstemal telah menggantikan iridium secara

luas. Radiasi penyinaran ekstemal dengan foton yang diberikan

melalui akselator linier, diberikan setiap hari selama lebih dari 45

minggu pada seluruh regio payudara. Dosis radiasi pekat

diberikan pada tempat tumor primer memiliki elektron sebelum

radiasi diberikan pasien menjalami sesi perencanaan, untuk

tindakan radiasi yang akan berfungsi sebagai model untuk

tindakan radiasi yang akan berfungsi sebagai model untuk

pengobatan harian. Penanda tinta permanen yang kedua

digunakan untuk mengidentifikasikan jaringan payudara yang,

akan diiradiasi.

3) Kemoterapi

Kemoterari ajufan untuk kanker payudara melihatkan kombinasi

obat multipel yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal.

Kombinasi yang lebih sering dianjurkan disebut CMF yang

meliputi siklofosfamid (cyfoxam) metotrexat, fluorasil (5-Fu).

Regimen-regimen ini biasanya diberikan selama 3-6 bulan.

Kombinasi kemoterapi dan hormon-horman seperti famoksifen

dapat meningkatkan laju respon tetapi belum menunjukkan secara

bermakna peningkatan laju bertahan hidup. Pemberian bersama

kemoterapi dengan iradiasi dapat mengakibatkan efek samping

dan toksisitas yang lebih menonjol. Pada tumor yang lebih besar,

kemoterapi dapat diberikan pada praoperasi untuk mengecilkan

tumor.

4) T erapi hormonal

Keputusan terapi hormonal untuk kanker payudara didasarkan

pada indeks estrogen dan progesteron yang diturunkan dari

pemeriksaan uji jaringan tumor yang diambil selama biopsi biasa.

Adapun preparat hormonal yang digunakan antara lain :

a) Tamoxiten

Preparat ini awalnya diindikasikan mengobati pasten pasca

menopause dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris

positif. Efek samping yang ditimbulkan mual, muntah, rasa,

panas, retensi cairan.

b) Diethylstillbestrol

Preparat ini menghambat pelepasan follicle stimulating

hormone (FSH) dan luteinizing hormune (LH) dengan

demikian menurunkan pembentukan estrogen dan ikatan

estrogen. Efek sampingnya yaitu penambahan berat badan,

refensi cairan, mual.

c) Magestrol

Preparat ini cara kerjanya dengan menurunkan. Jumlah

reseptor estrogen. Peningkatan nafsu makan dan penambahan

berat badan adalah efek samping yang mungkin.

d) Fluksimesteron (halotesti)

Derivatif testeron. ini menekan estrogen dengan menekan LH

dan FSH etek samping mencakup virilasasi yaitu peningkatan

pertumbuhan bulu wajah, suara lebih dalam, hiperfropi.

klitois, peningkatan libido.

e) Aminogliltetimid (Cytadien)

Medikasi ini menghambat aromatase, enzim yang

berpengaruh terhadap pengubahan androgen. Menjadi

estrogen. Efek samping mencakup kemerahan (ruam).

menyebabkan gatal-gatal

2. Koosep dasar Asuhan Keperawatan Ca Mammae

a. Pengkajian

1) Pre Operasi

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawman. Pada tahap

ini akan dilakukan pengumpulan data penganalisaan data;

perumusan masalah dan diagnosa keperawatan. Pada, pasien pre

operatif dengan Ca mammae ditemukan data yang bermasalah .

a) Data subjektif

Pasien mengatakan merasa tidak enak, mengeluh sakit pada

payudara pasien mengungkapkan perasaan tidak menentu,

pasien mengatakan khawatir dengan keadaan, hilangnya

bagian tubuh, pasien mengeluh takut dan khawatir dengan

tindakan operasi.

b) Data objektif

Pasien merintih dan meringis, teraba benjolan pada payudara,

keluar cairan, dari puting susu/payudara berdarah, terdapat

lekukan pada kulit (akibat distorsi ligamentum cooper).

Dari data diatas dapat dirumuskan diagnosa, keperawatan pada

pasien dengan Ca mammae adalah sebagai berikut :

a) Nyeri akut berhubungan dengan efek kanker

b) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi

c) Ansietas berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh

2) Post Operasi

Pada bagian post opcrasi dengan C a mammae ditemukan data yang

bermasalah :

a) Data Subjektif

Pasien mengeluh sakit pada luka oper:asi, mengeluh malu

dengan keadaan hilangnya payudara, pasien mengatakan

merasa takut terhadap penolakan orang lain, pasien

mengatakan kebutuhannya masih dibantu oleh keluarga, pasien

mengatakan kurang mengetahui bagaimana perawatan dan

proses penyakit.

b) Data objektif

Adanya luka pembedahan, pasien tampak merintih dan

meringis, pasien tampak dibantu oleh keluarga, pembatasi

rentang gerak pasien tampak lemah, pasien bertanya-tanya

tentang penyakit dan keadaannya.

Dari data diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada

pasien post operatif dengan Ca mammae adalah scbagai berikut:

a) Nyeri akut berhubungah dengan prosedur pembedahan

b) Risiko infeksi berhubungan (dengan sisi masuknya organisme

sekunder terhadap pembedahan (luka operasi)

c) Harga diri rendah berhubungan perubahan penampilan

sekunder terhadap hilangnya bagian tubuh.

d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

penampilan sekunder terhadap hilangnya bagiah tubuh.

e) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri/ketidaknyamanan

f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan, kurang terpajan

informasi

b. Perencanaan

1) Pre Operatif

Merupakan langkah kedua dari proses keperawatan yang mencakup

prioritas kererawatan dan rencana keperawatan. Perencanaan

perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan menurut

Doenges (2000) dan Lynda Juall Carpenito (2000).

a) Prioritas diagnosa keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang

dikeluhkan oleh pasien kehidupan yaitu :

(1) Nyeri akut berhubungan dengan efek kanker

(2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi

(3) Ansietas berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh

Dari data diatas maka dilakukan rencana keperawatan (Marlyn

E. Doenges. 2000) yaitu :

b) Rencana Keperawatan

(1) Nyeri akut berhubungan dengan efek kanker

Tujuan : Nyeri dapat terkontrol

Kriteria hasil : Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol;

mengungkapkan metode untuk

meredakan nyeri.

Intervensi :

Evaluasi derajat. nyeri/rasa tidak nyaman dengan

menggunakan skala 0-10. Observasi adanya tanda-

tanda non verbal dari nyeri tersebut (Rasional

mengajurkan pasien untuk “melokalisasi/

mengetahui” nyeri yang menunjukkan adanya

perubahan adanya perbaikan). Observasi tanda-tanda

vital tiap 6 jam (rasional: dengan mengkaji tanda-

tanda vitat dapat mengidentfikasi rasa nyeri).

Ajarkan tehnik distraksi (misalnya: membaca,

mengobrol) dan relaksasi (misalnya : nafas dalam)

(Rasionaf : Distraksi seperti: membaca, majalah,

mengobrol dapat mengalihkan perhatian terhadap

nyeri dan relaksasi seperti latihan nafas dalam dapat

menurunkan- ketegangan otot). Anjurkan untuk

mengatur posisi nyaman untuk menguerangi nyeri

(Rasional: dengan posisi yang nyaman dapat

mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi

evaluasi derajat nyeri/rasa tidak nyaman dengan

menggunakan skala 0-10. (untuk mengetahui

kuantitas nyeri yang menunjukkan adanya

perubahan dan perbaikan).

(2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi .

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda-tanda, infeksi tidak ada,

menunjukkan prilaku untuk

meningkatkan penyembuhan.

Intervensi

Observasi tanda-tanda vital terutama suhu, kaji

tanda-tanda infeksi seperti (kalor, rubor, tumor,

dolor, fungsi laesa) (Rasional dengan mengobservasi

tanda-tanda infeksi akan mempermudah penanganan

terhadap infeksi). Tingkatkan upaya pencegahan

dengan melakukan cuci tangan yang benar

(Rasional: mencegah timbulnya infeksi silang

(infeksi nosokormial), kolaborasi dalam

pemeriksaan nilai lab WBC. (Rasional: untuk

mengidentifikasi organisme sehingga dapat.

Memberikan antibiotik yang terbaik).

(3) Ansietas berhubungan dengan kehilangan bagi_n tubuh

Tujuan : Ansietas dapat berkurang dan terkontrol/

diatasi.

Kriteria hasil : Mengatakan takut dan cemas menurun

dan dapat ditangani, pasien tampak

tenang.

Intervensi

Berikan informasi tentang diagnosis, harapan.

intervensi pembedahan dan terapi yang akan datang .

(Rasional: mengetahui apa yang diharapkan dapat

menurunkan ansietas). Jelaskan tujuan dan persiapan

untuk tes diagnostik (Rasional: pemahaman jelas

akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan

perasaan kontrol dan mengurangi ansietas). Beri

inotivasi pada pasien (Rasional: dengan motivasi

pasien akan merasa. dirinya lebih berarti). Berikan

lingkungan perhatian, keterlibatan dan Penerimaan

untuk pasien/orang terdekat anjurkan orang terdekat

ada kapanpun diinginkan (Rasional: waktu dan

privasi diperlukan untuk memberikan dukungan,

diskusi perasaan tentang antisipasi kehilangan dan

masalah lain).

2) Post Operasi

a) Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang

dikeluhkan oleh pasien:

(1) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pemlbedahan

(2) Risiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya

organisme sekooder terhadap pembedahan (luka operasi)

(3) Harga diri rendah berhuhungan perubahan penampilan

terhadap hal sekunder hilangnya bagian tubuh

(4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

penampilan sekunder terhadap hilangnya bagian tubuh.

(5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri/ketidaknyamanan.

(6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

informasi

Dari data diatas maka dilakukan rencana keperawatan (Marlyn

E. Doenges. 2000) yaitu :

b) Rencana keperawatan

(1) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pembedahan

Tujuan : Nyeri dapat terkontrol

Kriteria hasil : Pasien tampak rileks, pasien dapat

mengontrol nyeri

Intervensi

Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (rasional

dengan mengkaji tanda-tanda vital dapat

mengidentifikasi rasa nyeri). Anjurkan pasien untuk

mengatur posisi yang nyaman untuk mengurangi

nyeri (rasional: dengan posisi yang nyaman dapat

mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi).

Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi

(misalnya : nafas dalam) dan distraksi (misalnya:

membaca; mengobrol) (Rasionan dengan relaksasi

nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan

distraksi dapat mengalihkan perhatian terhadap

nyeri). Delegatif dalam pemberian analgetik

(Rasional: dengan memberikan analgetik dapat

menurunkan nyeri atau spasme otot)

(2) Risiko infeksi berhubungan dengansisi masuknya

organisme sekunder terhadap pembedahan (luka operasi)

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi,

menunjukkan pertumbuhan jaringan.

Intervensi

Observasi tanda-tanda infeksi sepertikalor, rubor,

tumor, dolor, fungsio laesa (Rasional: dengan

mengobservasi tanda-tanda infeksi akan

mempermudah penanganan terhadap infeksi).

Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (Rasional:

dengan mengobservasi tanda-tanda vital dapat

mengetahui terjadi infeksi khususnya melalui

peningkatan suhu tubuh). Rawat luka dengan tehnik

aseptik (Rasional: Bila balutan kotor dan basah

dapat menyebabkan iritasi dan memberikan media.

untuk pertumbuhan bakteri). Kosongkan drain luka

secara periodik catat jumlah dan karakteristik

drainase (Rasional : akulumasi cairan meningkatkan

penyembuhan da menurunkan kerentanan terhadap

infeksi). Delegatif pemberian antibiotik sesuai

fudikasi (Rasional : dengan pemberian antibiotik

dapat membunuh perkembangan kuman).

(3) Harga diri rendah berhubungan perubahan penampilan

terhadap hal sekunder hilangnya bagian tubuh

Tujuan : Harga diri pasien meningkat

Kriteria hasil : Pasien menunjukkan penerimaan diri

dalam situasi, pasien tampak tenang,

pasiep kooperatjf dalam program

pengobatan.

Intervensi :

Berikan dukungan emosional (Rasional: kehilangan

payudara menyebabkan reaksi perasaan perubahan

gambaran diri). Dorong pasien untuk

mengekspresikan perasaan misal: marah, berduka

(Rasional : kehilangan bagian tubuh dan menerima

kehilangan hasrat seksual menambah proses

kehilangan yang membutuhkan penerimaan).

Berikan penguatan positif untuk meningkatkan/

perbaikan dan partisipasi program pengobatan

(Rasional : mendorong keianjutan prilaku sehat).

(4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

penampilan sekunder terhadap hilangnya bagian tubuh

Tujuan : Gangguan citra tubuh tidak terjadi

Kriteria hasil : Menyatakan dan menunjukkan

penerimaan atas penampilan.

Intervensi.

Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya

tentang diagnosa kanker payudara, pengobatannya,

dampak yang diharapkan atas gaya hidup. (Rasional

meningkatkan penerimaan terhadap perubahan yang

terjadi).Evaluasi perasaan pasien mengenai

kehilangan payudara pada identitas seksual,

hubungan dan citra tubuhnya (Rasional:

meningkatkan kesadaran diri pasien). Bantu pasien

untuk memisahkan penampilan tisik dati perasaan

makna diri (Rasional: meningkatkan citra diri yang

positif). Ijinkan pasien mengungkapkan emosi

negatif seperti marah (Rasional : meningkatkan

koping, ini adalah reaksi normal terhadap

kehilangan).

(5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/

ketidaknyamanan

Tujuan : Pasien mampu melakukan aktivitas atau

mobilitas secara bertahap

Kriteria hasil : Pasien mampu melakukan mobilisasi

dini secara bertahap.

Intervensi

Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.

(Rasional : memberi dan meningkatkan relaksasi

guna melepaskan ketergantungan setelah operasi).

Bantu dan dorong dalam melakukan aktivitas sesuai

kemampuan (Rasional : meningkatkat kemampuan

olot dan sirkulasi). Latih dan awasi pasien untuk

melakukan gerak aktif rnaupun pasif (Rasional:

untuk melatih mobilisasi dan memudahkan resolusi

inflamasi jaringan yang cedera). Libatkan pasien dan

keluarga dalam pemenuhan ADL (Rasional:

memenuhi kebutuhan ADL pasien dan menghemat

energi, cegah kelelahan).

(6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

informasi

Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah

Kriteria hasil : Pasien mengatakan paham dengan

proses penyakit dan pengobatan pasien

berpartisipasi pada program pengobatan.

Intervensi

Kaji tingkat pemahaman pasien tentang proses

penyakit. (Rasional: mengidentifikasi area

kekurangan pengetahuan). Beri informasi tentang

penyakitnya (Rasional memberikan dasar

pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan

yang; tepat dan dapat menurunkan ansietas).

Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan.

nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang. Adekuat

(Rasional : memberikan nutrisi optimal dan

mempertahankan volume sirkulasi untuk

meningkatkan regenerasi jaringan atau proses

penyembuhan).

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan

keperawatan oleh perawat dan klien hal-hal yang harus diperhatikan

ketika melakukan pelaksanaan validasi, penguasaan keterampilan

interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan

dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan

psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan

dan pelaporan (Gaffar, La Ode Jumadi, 1999).

d. Evaluasi

Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang.

diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuan yaitu:

1) Pre Operatif

a) Nyeri dapat dikontrol

b) Infeksi tidak terjadi

c) Ansietas dapat berkurang dan terkontrolidiatasi

2) Post Operatif

a) Nyeri dapat dikontrol

b) lnfeksi tidak terjadi

c) Harga diri pasien meningkat

d) Ganguan citra tubuh tidak terjadi

e) Pasien mampu. melakukan aktivitas atau mobilitas secara

bertahap

f) Pengetahuan pasien bertambah

WEB OF CAUTION

Faktor lingkungan - Radiasi- Mengkonsumsi alkohol

Faktor hormonal - Therapi penggantian hormon- Kontraseptik oral - Menarche dini

Faktor genetik - Riwayat pribadi kanker payudara - Ibunya terkena kanker sebelum

usia 60 tahun

Perubahan genom sel somatik

Ekspresi produk gen yang terganggu dan hilangnya pengaturan produk gen

Pertumbuhan sel-sel yang abnormal (hiperplasia sel-sel)

Perkembangan sel-sel antipik

Sel nualignansi terakumulasi

Timbul massa ( 1 cm)

Neoplmas ganas pada payudara

Pembedahan (mastektomi)

Pre operasi Post operasi

Terdapat benjolan

pada payudara

Terasa nyeri

Tidak enak

Nyeri akut

- Pasien

mengatakan khawatir dengan keadaan kehilangan bagian tubuh

- Pasien mengubah takut dan kwatir tentang tindakan operasi

- Pasien tampak tegang

Ansietas

Keluar cairan

dari puting susu/

payudara berdarah

Resiko inteksi

Terdapat luka

operasi

Stimulus nyeri

- Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi

- Tampak meringis merintih

Nyeri akut

- Pasien

mengatakan kebutuhannya masih dibantu oleh keluarga

- Tampak lemah

Kerusakan mobilitas

fisik

- Pasien

mengatakan kurang tahu tentang perawatan luka operasi

- Pasien menyatakan tidak tahu tentan penyakitnya

- Pasien tampak bigung

Kurang pengetahuan

Resiko infeksi

- Menyatakan takut terhadap penolakan orang lain

- Merasa malu dengan keaadaannya

Gangguan citra tubuh

Komplikasi - Tulang belakang :

kompresi medula spinalis

- Metastase otak - Limfedema kronis - Metastase paru - Metastase hati

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 Juni 2008 pukul 10.00 wita di

Ruang Cendrawasih RSUD Wangaya dengan tehnik wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan catatan medik

pasien.

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Pasien Penanggung (suami)

Nama : DY IB

Umur : 49 tahun 50 tahun

Jlenis kelamih' : Perempuan Laki – laki

Status : Menikah Menikah

Agama : Hindu Hindu

Pcndidikan : SMU SMU

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga PNS

Suku/bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia

Ahlmat . : Jl. A. Yani Gg. Merak No. 10

No.CM : 48217

2) Alasan dirawat

a) Keluhan utama

(1) Saat masuk rumah sakit 29 Mei 2008

Pasien mengeluh terdapat benjolan pada payudara

kanan

(2) Saat pengkajian

Pasien mengeluh takut dan khawatir dengan tindakan

operasi yang akan dilakukan

b) Riwayat penyakit

Pasien mengatakan sejak 7 tahun yang lalu pasien merasa

terdapat benlolan pada payudara kanan dekat puting susu,

benjolan sebesar kelereng. Kemudian pasien memeriksakan

diri ke poliklinik bedah RSUD Wangaya (pasien lupa

dengan tanggalnya). Setelah dilakun pemeriksaan diduga

terdapat tumor pada payudara. Pasien menjalani operasi

untuk mengeluarkan tumor tersebut, setelah menjalani rawat

inap dan kondisi pasien membaik pasien diperbolehkan

pulang. Pasien kontrol ke poliklinbik bedah RSUD Tabanan

sebanyak 2 kali, luka operasi dirawat dengan alkohol dan

betadine. Setelah operasi tersebut pasien jarang kontrol ke

dokter maupun ke poliklinik untuk memeriksakan

keadaannya. Pasien mengatakan kurang lebih 6 bulan yang

lalu pasien merasakan kembali ada benjolan sebesar

kelereng pada payudara kanan tetapi pasien tidak

menghiraukannya. Selama itu pasien kadang-kadang

merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan

hilang timbul dan datangnya sebentar. Pada malam hari

tanggal 11 Mei 2008, pasien merasakan nyeri seperti dit

usuk-tusuk pada payudara kanan, nyeri.dirasakan oleh

pasien hingga besok pagi tanggal 12 Mei 2008, karena

kejadian tersebut maka tanggat 15 Mei 2008 pasien

memeriksaan diri ke poliklinik bedah RSUD Wangaya dan

dilakukan cek darah. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien

didiagnosa tumor ayudara. Pada tanggal 15 Mei 2008 pasien

dianjurkan untuk rawat inap di RSUD Wangaya untuk

persiapan tindakan operasi tanggal 16 Mei 2008. Setelah

operasi pasien dirawat selama 4 hari di ruang Cendrawasih

RSUD Wangaya dan mendapat therapi : IVFD RL 28

tetes/menit, Cefotaxime 2 x 1 gram, antrain 3 x l amp,

flagyl supp 1 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg. Pada

tanggal 20 Mei 2008 pasien diperbolehkan pulang dan

dianjurkan kontrol: Tanggal 21 dan 22 Mei 2008, pasien

kontrol ke poliklinik bedah dan hasil pemeriksaan.

didiagnosa kanker payudara (Ca mammae). Pasien

dianjurkan 27 Mei 2008 untuk persiapan operasi untuk

pengangkatan payudara yang terserang kanker, di RSUD

Wangaya, pasien dipersiapkan untuk tindakan operasi yaitu

sudah dilakukan cek darah; rontgen thorax. Karena jadwal

operasi diundur sehingga pasien pulang. Kemudian pasien

kembali ke RSUD Wangaya untuk rawat inap tanggal, 29

Mei 2008 untuk persiapan operasi tanggal 31 Mei 2008,

pasien datang ke RSUD Wangaya diantar oleh suaminya.

Pasien tiba. pukul 11.30 wita dan diterima di ruangan

Cendrawasih RSUD Wangaya

Dx medis : Ca mammae dextra stadium II (T2N1Mo)

Therapi tanggal 29 Mei 2008

Pasien tidak mendapat therapi

c) Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan mempunyai penyakit maag

d) Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit

tekanan darah tinggi dan kencing manis, pasien memiliki

riwayat kanker dari ayah menderita kanker prostat, ibu

meninggal kanker hati dan kakaknya meninggal karena

kanker darah.

3) Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a) Biologis

(1) Bernafas

Pasien mengatakam sebelum sakit dan saat pengkajian

tidak mengalami kesulitan bernafas baik dalam menarik

maupun mengeluarkan nlafas.

(2) Makan dan minum

Makan : Pasien mengatakan sebelum sakit dan saat

pengkajian tidak mengalami kesulitan saat

makan, pasien mengatakan biasa makan. 3

kali/hari, habis 1 porsi dengap. komposisi.

nasi, lauk-pauk, sayur kadang disertai buah

pasien pantang makan makanan yang asam

karena sakit maag.

Minum : Pasien mengatakan minum 6-7 gelas/hari

( 1200 - 1400 cc)

(3) Eleminasi

RAK : Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien

tidak mengalami gangguan saat BAK.

Pasien biasanya BAK 4-5 kali/hari (800-

1000 cc/hari) dengan warna kuning, bau

pesing.

BAB : Sebelum Sakit dan saat pengkajian pasien

biasanya BAB I kali/hari dengan.

Konsistensi lembek, warna kuning, bau

khas faeces.

(4) Gerak dan aktivitas

Pasien mengatakan sebelum sakit biasa melakukan

pekerjaannya sebagai tata usaha disebut sekolah swasta

dan memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri

mulai dari. makan, minun mandi dan lain-lain. Saat

sakit pasien mengatakan apabila nyeri pada payudara

datang tiba-tiba pasien merasa terganggu dalam

beraktivitas. Saat pengkajian pasien mengatakan

mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara

mandiri.

(5) Istirahat tidur

Pasien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami

gangguan dalam istirahat tidur, pasien tidur pada

malam hari pukul 21.00 wita bangun pagi pukul 05.00

wita. Saat pengkajian pasien mengeluh tidurnya

terganggu karena takut memikirkan operasi yang akan

dijalani.

(6) Kebersihan diri

Pasien mengatakan sebelum sakit biasa mandi 2 kali

sehari pada pagi dan sore hari, keramas tiga hari sekali

dan gossk gigi dua kali sehari Saat pengkajian pasien

hanya dilap yang dilakukan oleh pasien dan terkadang

dibantu oleh suaminya karena terdapat luka post

operasi tumor payudara yang tertutup dengan hypapix.

(7) Pengaturan suhu tubuh

Pasien dan keluarganya mengatakan tidak menderita

peningkatan suhu tubuh baik sebelum sakit dan saat

pengkajian.

b) Psikologis

(1) Rasa aman (cemas)

Pasien mengeluh merasa takut dan khawatir dengan

tindakan operasi yang akan dilakukan, pasien tampak

tegang dan gelisah, tampak termenung. Pasien

mengatakan sudah pasrah dengan sakit yang diderita

dan siap dengan keadaan payudara kanan diangkat.

(2) Rasa nyaman (nyeri)

Pasien mengatakan nyeri pada payudara kanan apabila

disentuh atau dipegang, nyeri dirasakan seperti ditusuk-

tusuk, skala nyeri 4 dari 10 rentang skala nyeri yang

diberikan, pasien merintih dan meringis.

c) Sosialiasi

Pasien mengatakan sebelum sakit biasa bergaul di

masyarakat dan mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Semenjak sakit banyak tetangga dan teman kerjanya datang

untuk membesuk, begitu pula hubungan pasien dan.

keluarga, sikap pasien dan keluarga kooperatif.

d) Data spiritual

Pasien beragama Hindu dan pasien mengatakan selalu

memohon keselamatan dan serta kesembuhan dari penyakit

yang dideritanya. Pasien rnengatakan biasa sembahyang

pada hari-hart tertentu. Pasien mengatakan yakin kalau

penyakitnya karena keturunan dari orang tuanya bukan

karena magic.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

(1) Kesadaran: Compos mentis (E4V5M6)

(2) Postur tubuh: Tegak

(3) Bangun tubuh : Gemuk

(4) Turgor kulit : Elastis

(5) Keadaan kulit : Bersih, sianosis tidak ada, lesi tidak ada

b) Gejala kardinal

(1) Sahu: 36°C

(2) Nadi : 105 x/menit

(3) Respirasi : 20 x/menit

(4) Tekanan darah : 140/90 mmHg

c) Ukuran-ukuran lain

(1) Berat badan sebelum sakit : 69 kg

(2) Berat badan saat pengkajian: 71 kg

(3) Tinggi badan saat pengkajian : 155 cm

d) Keadaan fisik

(1) Kepala

Tidak terdapat nyeri tekan dan lesi, kebersihan cukup,

tidak teraba benjolan/massa persebaran rambut merata

(2) Mata

Tidak terdapat ikterus pada sklera konjungtiva merah

muda, pergerakkan mata terkoordinir, konjungtiva:

merah muda, reflek pupil isokor

(3) Hidung

Bentuk, simetris. sekret tidak ada, polip tidak ada

kebersihan cukup, mukosa hidung merah muda.

(4) Telinga

Bentuk simetris, serumen tidak ada, nyeri tekan tidak

ada, kebersihan cukup, tidak terdapat lesi.

(5) Mulut

Mukosa bibir lembab gigi lengkap, karies tidak ada,

perdarahan gusi tidak ada, pembesaran tonsil tidak ada,

stomatis tidak ada.

(6) Leher

Pergerakan baik, kaku kuduk tidak ada, permbesaran,

kelenjar limfa tidak ada., pembesaran vena jugularis

tidak ada.

(7) Thorax

Pergerakan dada simetris, retraksi otot dada tidak ada,

wheezing tidak ada, ronchi tidak ada, suara jantung

S1So tunggal reguler.

(8) Payudara

Kanan: Terdapat luka bekas operasi pengangkatan

tumor payudara dengan panjang luka ( 10 cm) pada

daerah dekat areola mammae, luka tampak kering dan.

bersih, puting susu menonjol, tanda peau de orange,

tidak ada, teraba benjolan pada payudara kuadran

lateral atas, nyeri tekan ada, bentuk benjolan tidak

teratur ( 2-5 cm) pengduaran rabas tidak, ada.

Gambar 1 Payudara Pre Op Mastektonmi

(9) Ekstremitas

Atas: Cyanosis tidak ada,. edema tidak ada,

pergerakan terkoordinasi, lesi tidak ada

Bawah: Cyanosis tidak ada, edema tidak ada,

pergerakan terkoordinasi, lesi tidak ada

Kekuatan otot:

(10)Genetalia

Kebersihan cukup, tidak terdapat kelainan

(11)Anus

Tidak terdapat kelainan, hemoroid tidak ada

5) Pemeriksaan penunjang

a) Hasil diagnostik patologi: 17 Mei 2008

Makroskopik : Jaringan dengan berat 60 gram, ukuran 7x

6,5 x 2 cm diliputi: lemak. Pada. irisan

tampak massa tumor terbatas tidak tegas

diantara jaringan lemak, kenyal, fibrostik.

Mikroskopik : Tampak massa tumor terdiri dari sel-sel

tumor dengan tanda anaplasia membentuk

stukfur berderet-deret dengan stroma di

sekitarnya menunjukkan reaksi

desmoplastik sebagian trauma terdiri dari

jaringan mixoid.

b) Hasil pemeriksaan foto thorax tanggal 27 Mei 2008

Sinus dan diafragma, baik, jantung tidak membesar, aorta

elongasi mediastinum tidak melebar.

Paru : corakan bronchovaskuler agak kasar, hilus agak

kasar corakan vaskuler suprahiler tidak

meningkat, tidak tampak infiltrat/

perselubungan/hiperlucency.

Kesan : Tidak tampak kardiomegali, paru tidak tampak

proses spesifik

c) Pemeriksaan laboratorium, tanggal 27 Mei 2008

(1) Pemeriksaan D L

Parameter Hasil Normal

WBC 10,70 10^3/ul 4,00 – 11,00

555 555555 555

RBC 4,55 10^ 3/ul M: 4,4-6,5

F: 3,0 -6,0

HGB 14,3 g/dl M: 13,5 – 18,0

F: 11,5 – 16,0

HCT 42,2% M : 40 - 54

F : 35- 47

MCV 92,7 fl M : 80 – 94

F : 79 – 97

MCH 31,4 pg 27 - 31

MCHC 33,9 g/dl , 32 – 36

RDW-SD 41,5 fl 35 - 47

RDW-CV 12,5 % 10 – 16

PLT 397 10^ 3/ul 150 – 450

PDW 9,6 fl 8 – 18

MPV 8,9 fl 6 – 10

P-LCR 16,7 % 15 – 25

PCT 0,35 % 0,2 – 0,6

Diferential

EO 0,28 10^ 3/ul 0,00 – 0,20

BASO 0,03 10^ 3/ul 0,00 – 0,01

NEUT 7,12 10^ 3/ul 2,20 – 6,80

LYMPH 3,14 10^ 3/ul 1,00 – 3,60

MONO 0,11 10^ 3/ul 0,10 – 0,9

EO 2,6% 1-2

BASO 0,3% 0-1

NEUT 66,3% 54-62

LYMPH 29,3% 25 – 33

MONO 1,6% 3 – 7

(2) Pemeriksaan LFT

Jenis No Parameter Hasil Normal

LFT

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gula darah sewaktu

Bilirubin total

Bilirubin direck

Protein total

Albumin

Globulin

SGOT / ASAT

SGPT / ALAT

ALP

113

0,8

0,2

7,4

5,7

1,7

25

22

131

70-110 mg/dl

0,2-1 mg/dl

0-0,2 mg/dl

6,4-8,3 gr/dI

3,6-5,0 mg/dl

2-3 gr/dl

10-40 u/l

< 40 u/l

L : 53-128 u/l

P : 42-98 u/l

6) Data tambahan

a) Intra operasi

Pasien dibawa ke ruang operasi pukul 08.00 wita, pasien

diberi posisi supine (terlentang) dan dipasang alat

monitoring. Pasien kemudian dianastesi dengan general-

anastesi kemudian dimasukkan obat medikasi yaitu recofol

106 mg secara bertahap esmeron 50 mg, KTM 10 mg,

fentanyl 50 mg melalui IV perset. Setelah itu pasien

diinhalasi dengan sevoflurance + N2O + O2 dan intubasi

ETT 7,5 m. Kemudian daerah payudara kanan yang akan

dilakukan tindakan mastestomy didesinfektan dengan

betadine dan dipasang duk steril di seluruh tubuh pasien

kecuali pada daerah payudara kanan. Operasi dimulai pukul

08.00 Wita, kemudian dilakukan penorehan 20 cm

bentuk elips. Setelah dilakukan penorehan dilakukan

pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan nodus

limfe aksilaris (masektomi radikal). Setelah proses

pengangkatan kemudian dilakukan pembersihan luka

dengan NaCI dan betadine dan dilakukan penjahitan

heacting dalam dan heacting luar. Selain itu juga dipasang

drain. Selama operasi terdapat perdarahan 400 cc, jumlah

cairan RL 2 flash (1000 cc) dan exfafusin 500 cc. Setelah

itu mengobservasi nafas spontan melalui gerakan bagian

yang mengembang dan mengempis tanpa di bantu dan dari

nilai, TTV pada monitor yaitu tekanan darah 112/98 mmHg,

nadi 80 kali/menit, SaO2 ; 89 %. Kemudian dilakukan

sunction melalui selang ETT pada mulut, sampai sekret dan

saliva berkurang. Secara perlahan-lahan dilakukan ekstubasi

ETT. Pasien dilakukan pembebatan pada dada dengan

stagen operasi, selesai dilakukan pada pukul 10.00 wita,

kemudian pasien dipindahkan ke ruang RR (recovery room/

pemulihan). Hasil pemeriksaan TTV selama operasi :

Jam Tekanan Darah Nadi SaO2

08.00

08.15

08.30

08.45

09.30

10.00

148/78 mmHg

142/92 mmHg

140/90 mmHg

124/88 mmHg

112/88 mmHg

120/80 mmHg

90x/menit

78x/menit

78x/menit

76x/menit

74x/menit

80x/menit

96%

98%

96%

97%

96%

89%

.

Pada tanggal 31 Mei 2008 jam 08.00 wita pasien dilakukan

tindakan operasi mastektomi. Selesai operasi pasien

dibawah ke ruang RR pukul 10.15 wita dan dilakukan

observasi didapatkan tanda-tanda vital: tekanan darah=

120/80 mmHg, nadi = 80 kali/menit. respirasi =18

kali/menit, suhu = 36°C. Perdarahan pada drain belum ada.

pada luka/jaritan post operasi mastektomi tidak terdapat

perdarahan. Pasien mengeluh mual dan muntah sebanyak 3

kali ( 150 cc) terdapat sekret pada mulut pasien. Di ruang

RR dilakukan penilaian alderete score yaitu aktivitas

(pasien mampu menggerakkan ekstrimitas kemudian jatuh

dengan score 1, respirasi (pasien sudah bisa bernafas

spontan) dengan score 2, sirkulasi (tekanan darah normal

yaitu 120/80 mmHg) dengan score 2, kesadaran (pasien

belum sadar penuh) dengan score 1, warna kulit (normal

yaitu tidak ada cyanosis atau pucat) dengan score 2. Jumlah

alderate score yaitu 8 karena tekanan darah normal dan

pasien sudah dapat. bernafas spontan pasien dipindahkan ke

ruang Cendrawasih RSUD Wangaya

b) Post operasi

Pada tanggal 31 Mei 2008 pukul 11.00 wita pasien

dipindahkan ke ruang Cendrawasih dan terpasang IVFD RL

28 tetes/menit, IVFD Dextrose 5% + Petidine 100mg +

ketorolak 60mg, terpasang drain. Saat pengkajian pukul

16.00 wita pasien mengeluh nyeri seperti ditusuk-tusuk

pada luka operasi bagian dada kanan. Pasien mengatakan

setelah puasa pasien belum diperbolehkan makan, pasien

mengeluh mual dan pusing, pasien mengatakan minum

sedikit demi sedikit, minum 1 gelas ( 250 cc). Pasien

minum tampak dibantu oleh keluarga. Saat pengkajian

pasien mengatakan kencing sebanyak 4 kali ( 800 cc)

warna kuning, bau pesing. Pasien kencing dibantu oleh

keluarga dengan menggunakan pispot. Saat pengkajian

pasien mengatakan dari tadi pagi belum BAB Pasien

mengatakan tidurnya merasa terganggu karena. adanya luka

operasi pada dada kanan, pasien tidur pukul 21.00 wita dan

bangun pagi pukul 05.00 wita, saat pengkajian pasien sudah

sadar dari pengaruh.efek anastesi. Pasien mengatakan hanya

dilap dengan air hangat sebanyak 2 kali/hari yaitu pagi dan

sore hari, gosok gigi 2 kali/hari, pasien belum keramas.

Dalam pemenuhan kebersihan diri pasien dibantu oleh

keluarganya. Pasien mengatakan nyeri pada dada kanan dan

nyeri bertambah bila tangan diangkat dengan skala nyeri 6,

terdapat luka operasi. Pasien mengeluh tidak dapat

melakukan aktivitas seperti mandi. makan, BAK/BAB

secara mandiri. Pasien mengatakan dibanlu oleh keluarga

atau perawat, pasien mengeluh ada rasa malu dengan

keadaan hilangnya payudara bagian kanan. Pasien selalu

memikirkan perubahan atau kehilangan bagian tubuhnya.

Pasien mengeluh merasa takut terhadap penolakan oleh

orang lain terhadap keadaannya, pasien tampak menutupi

bagian tubuhnya dan tidak berani melihat. Pasien

mengatakan kurang mengetahui bagaimana dengan

pengobatan dan penyakit yang dideritanya. Pasien bertanya-

tanya tentang penyakit dan keadannya, pasien tampak

bingung, pasien mengatakan sakit pada luka operasi di dada

kanan, nyeri dirasakan bertambah bila tangan kanan

digerakkan. Pasien mengatakan sakit dirasakan seperti

ditusuk-tusuk, skala nyeri 6 dari 10 skala nyeri yang

diberikan. Pasien tampak merintih dan meringis, melindugi

bagian yang nyeri. Pemeriksaan tanda-tanda: vital

didapatkan tekanan. darah = 120/80 mmHg; nadi = 30

kali/menit, respirasi = 18 kali/menit, suhu =- 36oC. Adapun

keadaan fisik pasien yaitu pada payudara terdapat luka

operasi post mastektomi pada dada kanan dengan panjang

luka 20 cm, terpasang drain dengan jumlah 100 cc warna

merah, cairan yang keluar berupa darah, luka. operasi post

mastektomi tertutup gaas steril dan hypapix. dada dibebat

dengan stagen. nyeri tekan ada.

Pada eskremitas pada tangan kiri teipasang IVFD dextrose

5% + petidine 100 mg + ketorolak 60 mg 20 tetes/menit

(micro), IVFD RL 28 tetes/menit, oedema dan cyanosis

tidak ada, gerakan terkoordinasi.

Diagnosis medis : post mastektomi hari ke- 0

Therapi post operasi mastektomi (tanggal 31 Mei 2008)

- IVFD RL 28 tetes/menit

- IVFD dextrose 5% + petidine 100 mg + ketorolak 60 mg

30 tetes/menit (micro)

- Cefotaxime 3 x 1 gram

- Flagy 1 supp 3 x 500 mg

- Gastridin 3x 25 mg/ml

- Kaltropen supp 3 x 500 mg

b. Analisa Data

T ABEL 1ANALIsA DAT A PASIEN YH

DENGAN CA MAMMAE DEXTRA STADIUM II (T2N1Mo)DI RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA

T ANGGAL 29 MEI 2008 No Data Subyektif Data Objektif Kesimpulan 1 Pasien merasa takut

dan khawatir

dengan tindakan

operasi yang akan

dilakukan

- Pasien tampak tegang

- Pasien terlihat gelisah

- Pasien tampak

termenung

- Nadi = 105 kali/menit

- Tekanan darah =

140/90 mmHg

Ansietas

2 Pasien mengatakan

sakit pada payudara

kanan apabila

disentuh atau

dipegang

- Skala nyeri 4 dari 10

rentang skala yang

diberikan

- Pasien tampak

meringis

- Pasien merintih

- Nadi = 105 kali/menit

- Tekanan darah =

140/90 mmHg

- Terdapat nyeri tekan

pada payudara kanan

Nyeri akut

3 Pasien mengatakan

sakit dirasakan

seperti ditusuk-

tusuk

- Teraba massa berupa

benjolan pada

payudara kanan di

kuadran lateral atas

- Terdapat luka bekas

operasi pengangkatan

tumor payudara pada

payudara kanan

(tanggal 16 mei 2008)

- Panjang luka 10 cm,

luka tampak kering

dan bersih

TABEL 2 ANALISA DATA PASIEN YH

DENGAN POST MASTEKTOMI HARI KE-0 DI RUANG BOUGENVILK RSUD WANGAYA

TANGGAL 31 MEI 2008

No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan 1 2 3 41 - Pasien mengatakan sakit

pada luka operasi di dada

kanan

- Sakit dirasakan

bertamhah bila tangan

kanan digerakkan

- Pasien mengatakan sakit

dirasakan seperti ditusuk-

tusuk

- Pasien mengatakan

tidurnya merasa

terganggu karena luka

operasi pada dada kanan

- Skala nyed 6 dari 10

skala nyeri yang

diberikan

- Pasien tampak

merintih

- Pasien terlihat

meringis

- Pasien melindugi

bagian yang nyeri

- Nyeri tekan ada

Nyeri akut

2 - Terdapat luka post

operasi mastektomi

pada dada kanan

Risiko

infeksi

dengan panjang luka

20 cm

- Terpasang drain

dengan jumlah 100

cc warna merah,

cairan yang keluar

berupa darah.

- Luka operasi post

mastektomi tertutup

gaas steril dan

hypapix

- Terpasang IVFD

dextrose 5% +

petidine 100 mg +

ketorolak 60 mg 30

tetes/menit

3 - Pasien mengeluh ada rasa

malu dengan keadaan

hilangnya payudara

bagian kanan

- Pasien selalu memikirkan

perubahan atau

kehilangan bagian

tubuhnya

- Pasien mengeluh merasa

takut terhadap penolakan

oleh orang lain terhadap

keadaannya

- Pasien tampak

menutupi bagian

tubuhnya dan tidak

berani melihatnya

Gangguan

citra tubuh

5 - Pasien mengeluh tidak

dapat melakukan

- Pasien minum

tampak dibantu oleh

Sindrom

kurang

aktivitas seperti mandi,

makan, BAK/BAB

secara mandiri

- Pasien mengatakan

dibantu oleh keluarga

atau perawat

keluarganya

- Pasien makan

tampak disuapi oleh

keluarga

- Pasien kencing

dibantu oleh

keluarga dengan

menggunakan pispot

- Dalam pemenuhan

kebersihan diri

pasien dibantu oleh

keluarganya

perawatan

diri

6 - Pasien mengatakan

kurang mengetahui

bagaimana dengan

pengobatan dan penyakit

yang dideritanya

- Pasien bertanya-

tanya tentang

penyakit dan

keadaannya

- Pasien tampak

bingung

Kurang

pengetahuan

c. Rumusan Masalah

1) Pre Operasi

a) Nyeri akut

b) Ansietas

2) Post Operasi

a) Nyeri akut

b) Resiko infeksi

c) Gangguan citra tubuh

d) Sindrom kurang perawatan diri

e) Kurang pengetahuan

d. Analisa Masalah

1) Pre Operasi

a) P : Nyeri akut

E : Diskontinuitas jaringan

S : Pasien menyatakan nyeri pada payudara kanan apabila

disentuh atau dipegang, pasien mengatakan nyeri

dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 dari 10

rentang skala nyeri yang diberikart- pasien tampak

meringis, pasien merintih. Nadi = 105 kali/menit,

tekanan darah = 140/90 mmHg, terdapat nyeri tekan pada

payudara kanan, teraba massa berupa benjolan pada

payudara kanan dekat areola mammae, terdapat luka

bekas operasi pengangkatan tumor payudara pada

payudara kanan (tanggal 16 Mei 2008), panjang luka

10 cm. luka tampak kering dan bersih.

Proses terjadi :

Karena adanya akibat dari terganggunya sistem

pengaturan gen di mana sel menjadi malignansi yang

terus menerus membelah tanpa memperhatikan

kebutuhan menyebabkan terjepitnya saraf perifer.

Kemudian oleh saraf eferen diteruskan ke thalamus dan

disampaikan ke korteks serebri bagian spinal cord. Jika

tidak ada gate control stimulus oleh saraf ateren

diteruskan ke saraf perifer kemudian diintepretasikan

sebagai nyeri

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Menyebabkan gangguan rasa nyaman pasien

b) P : Ansietas

E : Tindakan operasi (mastektomi)

S : Pasien merasa takut dan khawatir dengan tindakan

operasi yang akan dilakukan, pasien tampak tegang,

pasien terlihat gelisah, pasien tampak termenung, nadi:

105 kili/menit, 100 0 : 140/90 mmHg

Prosester jadinya:

Karena kurangnya informasi tentang tindakan operasi

menyebabkan pasien merasa khawatir dengan keadaan

diri sehingga pasien menjadi gelisah dan tegang.

Akitat bila tidak ditanggulangi:

Pasien kurang kooperatif dalam pelaksanaan tindakan

2) Post Operasi

a) P : Nyeri akut

E : Trauma jaringan dan efek spasme otot sekunder akibat

Operasi

S : Pasien mengatakan sakit pada luka operasi di dada

kanan. sakit dirasakan bertambah bila tangan kanan

digerakkan. Pasien mengatakan sakit dirasakan seperti

ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan tidurnya merasa

terganggu karena luka operasi pada dada kanan, skala

nyeri 6 dari 10 skala nyeri yang diberikin pasien tampak

merintih. terlihat meringis pasien melindungi bagian

yang nyeri, nyeri tekan ada.

Proses Terjadinya :

Karena adanya pembedahan sehingga terdapat jaringan

yang terputus yang merangsang impuls saraf oleh korteks

cerebri diantarkan ke otak kemudian dipersepsikan

sebagai rasa nyeri.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Mempengaruhi rasa nyaman dan dapat terjadi syok pada

pasien

b) P : Resiko Infeksi

Faktor resiko :

Sisi masuknya, organisme sekunder terhadap,

pembedahan (luka operasi).

Proses Terjadinya :

Terdapatnya luka/terganggunya integritas jaringan dan

adanya kontak dengan dunia luar sehingga memudahkan

kuman berkembang biak sehingga untuk perawatan luka

operasi harus dilakukan dengan tehnik septik dan aseptik

Akibat bila tidak ditanggulangi

Maka akan terjadi infeksi.

c) P : Gangguan citra tubuh

E : Perubahan penampilan sekunder hilangnya bagian dari

tubuh

S : Pasien mengeluh ada rasa malu dengan keadaan

hilangnya payudara bagian kanan, pasien selalu

memikirkan perubahan atau kehilangan bagian tubuhnya,

pasien mengeluh merasa takut terhadap penolakan oleh

orang lain terhadap keadaannya. Pasien tampak menutupi

bagian tubuhnya dan tidak berani melihat.

Proses terjadinya :

Adanya prosedur bedah yang mengubah gambaran.

tubuh. Dimana dilakukan pengangkatan pada payudara.

Pada wanita payudara merupakan bagian tubuh yang

memiliki arti penting baik dalam hal estetika maupun

rasa percaya diri karena prosedur bedah tersebut

(mastektomi) menyebabkan harga diri rendah.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Pasien mengalami harga diri rendah.

d) P : Sindrom kurang perawatan diri

E : Kelemahan atau nyeri pasca operasi

S : Pasien mengeluh tidak dapat melakukan aktivitas seperti

mandi, makan, BAK/BAB secara mandiri, pasien minum

tampak di bantu oleh keluarga atau perawat, pasien

makan disuapi oleh keluarga, pasien kencing di bantu

oleh keluarga dengan menggunakan pispot. Dalam

pemenuhan kebersihan diri pasien di bantu oleh

keluarganya.

Proses Terjadinya :

Karena adanya nyeri ketidaknyamanan pasca operasi

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas

pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri

sehingga dalam pemenuhanya di bantu oleh keluarga.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Kebutuhan sehari-hari pasien tidak terpenuhi.

e) P : Kurang pengetahuan

E : Kurang terpajan informasi

S : Pasien mengatakan kurang mengetahui bagaimana

perawatan luka operasi dan penyakit yang dideritanya,

pasien bertanya-tanya tentang penyakit dan keadaannya

pasien tampak bingung

Proses terjadinya :

Karena kurang terpajannya dengan informasi

menyebabkan pasien kurang mengetahui bagaimana

perawatan luka operasi dan penyakitnya sehingga pasien

bertanya-tanya tentang penyakit dan keadaanya, terlihat

bingung

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Pasien kurang kooperatif dan dapat menghambat proses

penyembuhan.

e. Diagnosa keperawatan

1) Pre Operasi

a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan di

tandat dengan pasien mengatakan pada payudara kanan

apabila disentuh atau dipegang, pasien mengatakan sakit

dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 3 dari l0 rentang

skala nyeri yang diberikan, pasikan tampak meringis, pasien

merintih, nadi = 105 kali/menit, terdapat nyeri tekan pada

payudara kanan, teraba massa berupa benjolan pada payudara

kanan dekat area la mammae terdapat luka bekas operasi

pengangkatan tumor payudara. Pada payudara kanan

(Tanggal16 Mei 2008) panjang luka 10 cm tampak kering

dan bersih.

b) Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi (mastektomi

ditandai dengan pasien merasa takut dan khawatir dengan

tindakan operasi yang akan dilakukan, pasien tampak tegang

pasien terlihat gelisah, tampak termenung, nadi = 105

kali/menit. Tekanan darah = 140/90 mmHg.

2) Post Operasi

a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan efek

spasme otot sekunder akibat operasi ditandai dengan pasien

mengatakan sakit dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien

mengatakan tidurnya merasa terganggu karena luka operasi

pada dada kanan, skala nyeri 6 dari 10 skala nyeri yang

diberikan, pasien tampak merintih terlihat menangis pasien

melindungi bagian yang nyeri, nyeri tekan ada

b) Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme

sekunder terhadap pembedahan (luka operasi).

c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

penampilan sekunder terhadap hilangnya bagian dari tubuh

ditandai dengan pasien mengeluh ada rasa malu dengan

keadaan hilangnya payudara bagian kanan, pasien selalu

memikirkan perubahan atau kehilangan bagian tubuhnya.

Pasien mengeluh merasa takut terhadap penolakan oleh orang

lain terhadap keadaannya. Pasien tampak menutupi bagian

tubuhnya dan tidak berani melihat.

d) Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan atau nyeri pasien operasi ditandai dengan pasien

mengeluh tidak dapat melakukan aktifitas seperti mandi,

makan, BAK/BAB secara mandiri, pasien mengatakan di bantu

oleh keluarga atau perawat, pasien minum tampak di bantu

oleh keluarga, pasien makan disuapi oleh keluarga, pasien

kencing di bantu dengan menggunakan pispot. Dalam

pemenuhan kebersihan diri pasien di bantu oleh keluarganya.

e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

informasi di tandai dengan pasien mengatakan kurang

mengetahui bagaimana dengan pengobatan dan penyakit yang

dideritanya, pasien bertanya-tanya tentang penyakit dan

keadaanya, pasien tampak bingung.

2. Perencanaan

a. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1) Pre Operasi

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan pada pre operasi

berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien :

a) Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi ditandai

dengan pasien merasa takut dan khawatir dengan tindakan

operasi yang akan dilakukan, pasien tegang, pasien terlihat

gelisah, pasien termenung, nadi=105 kali/menit,. TD = 140/90

mmhg

b) Nyeri akut berhubungan dengan diskontunuitas, jaringan

ditandai dengan pasien mengatakan sakit dirasakan seperti

ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 dari 10 rentang skala nyeri yang

diberikan, pasien tampak meringis, pasien merintih, nadi = 105

kali/menit, terdapat nyeri tekan pada payudara kanan, teraba

massa berupa benjolan pada payudara kanan dekat areola

mammae, terdapat luka bekas operasi pengangkatan tumor

payudara kanan (tanggal 16 Mei 2008) panjang luka 10 cm

luka tampak kering dan bersih

2) Post Operasi.

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan pada post.

berdasarkan masalah yang dikeluhkan oleh pasien

a) Nyeri akut berhubungan dengan truma jaringan dan efek

spasme otot sekunder akibat operasi ditandai dengan pasien

mengatakan sakit dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien

mengatakan tidumya merasa terganggu karena luka operasi

pada dada kanan, skala nyeri 6 dari 10 skala nyeri yang

diberikan, pasien tampak merintih terlihat menangis, pasien

melindungi bagian yang nyeri, nyeri tekan dada.

b) Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya organisme

sekunder terhadap pembedahan (luka operasi).

c) Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan

kelemahan atau nyeri pasca operasi ditandai dengan pasien

mengeluh tidak dapat melakukan aktivitas seperti mandi,

makan, BAB/BAK secara mandiri, pasien mengatakan dibantu

oleh keluarga atau dirawat, pasien minum tampak dibantu oleh

keluarga pasien makan disuapi oleh keluarga, pasien kencing

dibantu oleh keluarga. dengan menggunakan pispot, dalam

pemenuhan kebersihan diri pasien dibantu oleh keluarganya.

d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan

penampilan sekunder terhadap hilangnya bagian dari tubuh

ditandai dengan pasien mengeluh ada rasa malu dengan

keadaan hilangnya payudara bagian kanan, pasien selalu

memikirkan perubahan atau kehilangan bagian tubuhnya,

pasien mengeluh merasa takut terhadap penolakan oleh orang

lain terhadap keadaanya. Pasien tampak menutupi bagian

tubuhnya dan tidak berani melihat.

e) Kurrang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

informasi ditandai dengan pasien mengatakan kurang

mengetahui bagaimana dengan pengobatan dan penyakit yang

dideritanya, pasien bertanya-tanya tentang penyakit dan

keadaannya. pasien tampak bingung

b. Rencana Keperawatan

TABEL 3 RENCANA PERAWATAN PASIEN DY DENGAN CA MAMMAE DEXTRA STADIUM II (T2N1M0)

DI RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA TANGGAL 29 – 31 MEI 2008

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional

1 2 3 4 5Kamis,

29 Mei

2008

Pkl.

12.10

Wita

Ansietas berhubungan

dengan tindakan operasi

(mastektomi) ditandai

dengan pasien merasa

takut dan khawatir dengan

tindakan operasi yang

akan dilakukan, pasien

tampak tegang, pasien

terlihat gelisah, tampak

termenung, nadi = 105,

kalilmenit. Tekanan darah

= 140/90 mmHg

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 2 x 30 menit

diharapkan ansietas

dapat berkurang dan

terkontro/diatasi dengan

kriteria hasil:

1. Pasien tampak

tenang

2. Pasien tidak merasa

khawatir lagi

tentang tindakan

1. Observasi tanda-tanda vital

tiap 6 jam

2. Jelaskan tujuan dan

persiapan untuk tes

diagnostik

3. Beri motivasi pada pasien

4. Berikan lingkungan,

perhatian, keterbukaan dan

penerimaan untuk pasien

orang terdekat, anjurkan

orang terdekat ada kapanpun

diinginkan

- Dengan mengobservasi tanda--

tanda vital mengetahui adanya

palpitasi menunjukkan tingkat

kecemasan pasien.

- Pemahaman jelas akan prosedur

dan apa yang terjadi meningkatkan

persaan kontrol dan mengurangi

ansietas

- Dengan motivasi pasien akan

merasakan dirinya lebih berarti

- Waktu dan privasi diperlukan

untuk memberikan dukungan,

operasi yang akan

dilakukan

3. Nadi dalam batas

normal (80-100

kali/menit)

5. Evaluasi kecemasan pasien

setelah diberikan penjelasan

diskusi perasaan tentang antisipasi,

kehilangan dan masalah lain.

- Mengetahui tingkat penerimaan

pasien terhadap penjelasan.

Kamis,

29 Mei

2008

Pkl.

12.10

Wita

Nyeri akut berhubungan

dengan diskontinuitas,

jaringan ditandai dengan

pasien mengatakan sakit

dirasakan seperti ditusuk-

tusuk, skala nyeri 4 dari 10

rentang skala nyeri yang

diberikan, pasien tanpak

meringis, pasien merintih,

nadi = 105 kali/menit,

terdapat nyeri tekan pada

payudara kanan, teraba

massa berupa benjolan

Setelah diberikan

asuhanl keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri pasien

dapat terkontrol dengan

kriteria hasil:

1. Pasien dapat

melakukan tehnik

ditraksl (mis :

mengobrol) dan

relaksasi (misal :

nafas dalam)

2. Skala nyeri ringan

1. Observasi tanda-tanda vital

tiap 6 jam

2. Ajarkan, tehnik distraksi

(misalnya: membaca,

mengobrol) dan relaksasi

(misalnya: nafas dalam)

3. Anjurkan untuk mengatur

posisi yang nyaman untuk

mengurangi nyeri

4. Evaluasi derajat nyeri/rasa

tidak nyaman dengan

menggunakan skala 0-10

- Dengan mengkaji tanda:tanda vital

dapat mengidentikasi rasa nyeri

pasien

- Distraksi seperti membaca

majalah, mengobrol dapat

mengalihkan perhatian terhadap

nyeri dan relaksasi seperti latihan

nafas dalam dapat menurunkan

ketegangan otot

- Dengan posisi yang nyaman dapat

mengurangi rasa sakit dan

meningkatkan sirkulasi

- Untuk mengetahui kuantitas nyeri

pada payudara kanan dekat

area la mammae, terdapat

luka bekas, operasi

pengangkatan tumor

payudara kanan, panjang

luka l0 cm luka tampak

kering dan bersih

(1-3)

3. Pasien dapat

mengontrol nyeri

4. Nadi dalam batas

normal (80-100

kali/menit)

yang menunjukkan adanya

perubahan dan perbaikan

TABEL 4 RENCANA PERAWATAN PASIEN DY DENGAN POST OPERASI MASTEKTOMI HARI KE-0

DI RUANG CENDRAWASIH RSUD WANGAYA TANGGAL 31 – 2 JULI 2008

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional

1 2 3 4 5Sabtu

31 Mei

2008

Pkl.

16.15

Wita

Nyeri akut berhubungan

dengan trauma jaringan

dan efek spasme otot

sekunder akibat operasi

ditandai dengan pasien

mengatakan sakit

dirasakan seperti ditusuk-

tusuk, pasien mengatakan

tidurnya merasa terganggu

karena luka operasi pada

dada kanan, skala nyeri 6

dari 10 skala nyeri yang

diberikan, pasien tampak

merintih terlihat meringis,

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri pasien

dapat terkontrol dengan

kriteria hasil:

1. Pasien tampak lebih

tenang

2. Skala nyeri ringan

(1-3)

3. Pasien dapat

mengontrol nyeri

1. Observasi tanda-tanda vital

tiap 6 jam

2. Ajarkan pasien untuk

melakukan tehnik distraksi

(misalnya: membaca,

mengobrol dan relaksasi

nafas dalam

3. Anjurkan untak mengatur

posisi yang nyaman untuk

mengurangi nyeri

4. Delegatif dalam pemberian

analgetik : petidine 100 mg

+ ketorolak 60 mg. 30

tetes/menit (micro),

- Dengan mengkaji tanda-tanda vital

dapat mengidentfikasi rasa nyeri

pasien

- Dengan distraksi dapat perhatian

dengan relaksasi nafas dalam dapat

mengurangi rasa nyeri pasien

- Dengan posisi yang nyaman dapat

mengurangi rasa sakit dan

meningkatkan sirkulasi

- Dengan memberikan analgetik

dapat menurunkan nyeri atau

spasme oto

pasien melindungi bagian

yang nyeri, nyeri tekan ada

kaltropen supp 3x500 mg

Sabtu

31 Mei

2008

Pkl.

16.15

Wita

Resiko infeksi

berhubungan dengan sisi

masuknya organisme

sekunder terhadap

pembedahan (luka operasi)

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan tidak terjadi

infeksi dengan kriteria

hasil:

1. Tanda infeksi tidak

terjadi seperti kalor,

dolor, rubor, tumor

dan fungsio laesa.

2. Warna drain merah,

berupa darah

3. Luka post op bersih

dan terawat dengan

baik

4. Luka dalam keadaan

kering

1. Observasi tanda-tanda

infeksi seperi kalor, dolor,

rubor, tumor dan fungsio

laesa

2. Observasi tanda-tanda vital

tiap 6 jam

3. Rawat luka dengan tehnik

aseptik : alkohol, betadine

4. Kosongkan drain luka secara

periodik catat jumlah dan

karakteristik drainase

5. Delegatif pemberian

antibiotik sesuai indikasi:

- Cefotaxime 3 x 1 gram

- flagyl supp 3 x 500 mg

- Dengan mengobservasi tanda-

tanda infeksi akan mempermudah

penanganan terhadap infeksi

- Dengan mengobservasi tanda-

tanda vital dapat mengetahui

terjadi infeksi khususnya melalui

peningkatan suhu tubuh

- Bila balutan kotor dan basah dapat

menyebabkan iritasi dan

memberikan media untuk

pertumbuhan bakteri .

- Akulumasi cairan meningkatkan

penyembuhan dan menurunkan

kerentanan terhadap infeksi

- Dengan pemberian antibiotik

dapat membunuh

perkembangan kuman

5. Suhu tubuh normal

(36-370C)

Sabtu

31 Mei

2008

Pkl.

16.15

Wita

Sindrom kurang perawatan

diri berhubungandengan

kelemahan atau nyeri

pasca operasi ditandai

dengan pasien mengeluh

tidak dapat melakukan

aktivitas seperti mandi,

makan, BAB/BAK secara

mandiri, pasien

mengatakan di bantu oleh

keluarga atau perawat,

pasien minum tampak di

bantu oleh keluarga pasien

makan disuapi oleh

keluarga, pasien kencing

di bantu oleh keluarga

dengan menggunakan

Setelah diberikan

asuhan keperawatan,

selama 3 x 24 jam

diharapkan pasien

mampu melakukan

aktivitas atau mobilitas

secara bertahapdengan

kriteria hasil :

1. Pasien mampu

melakukan mobilisasi

dini secara bertahap,

misal : miring kanan

dan kiri, duduk

2. Pasien mengatakan

badannya tidak

lemah

3. Pasien mampu

1. Berikan lingkungan yang

nyaman dan tcnang

2. Bantu dan dorong dalam

melakukan aktivitas sesuai

kemampuan

3. Latih dan awasi pasien untuk

melakukan gerak aklif

maupun pasif

4. Libatkan pasien dan

keluarga dalam pemenuhan

ADL mis : makan, minum,

mandi

- Memberi dan me.ningkatkan

relaksasi guna melepaskan

ketergantungan setelah operasi

- Meningkatkan kemampuan otot

dan sirkulasi

- Untuk melatih mobilisasi dan

memudahkan resolusi inflamasi

jaringan yang cedera

- Memenuhi kebutuhan ADL pasien

dan menghemat energi cegah

kelelahan

pispot, dalam pemenuhan

kebersihan diri pasien

dibantu oleh keluarganya

memenuhi ADL

secara mandiri

seperti: duduk tanpa

dibantu, makan,

minum

Sabtu

31 Mei

2008

Pkl.

16.15

Wita

Gangguan citra tubuh

berhubungan dengan

perubahan penampilan

sekunder terhadap

hilangnya bagian diri

tubuh ditandai dengan

pasien mengeluh ada rasa

malu dengan keadaan

hilangnya payudara bagian

kanan, pasien selalu

rnemikirkan perubahan

atau kehilangan bagian

tubunya, pasien mengeluh

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 3 x 24 jam

diharapkan harga diri

meningkat dengan

kriteria hasil:

1. Pasien menunjukkan

penerimaan diri

dalam situasi

2. Pasieh tampak tenang

3. Pasien kooperatif

dalam program

pengobatan

1. Dengarkan dengan aktif

masalah dan ketakutan

pasien

2. Berikan dukungan

emosional

3. Dorong pasien untuk

mengekspresikan perasaan,

misal: marah, berduka

4. Berikan penguatan positif

untuk meningkatkan/

perbaikan dan partisipasi

program pengobatan

- Menyampaikan perhatian dan

dapat dengan lebih efcktif

mengidentiflkasi kebutuhan dan

masalah dan juga strategi koping

pasien dan seberapa efektif

- Kehilangan payudara

menyebabkan reaksi perasaan

perubahan gambaran diri

- Kehilangan bagian tubuh dan

menerima kehilangan hasrat

seksual menambah proses

kehilangan yang membutuhkan

penerimaan

merasa takut terhadap

penolakan oleh orang lain

terhadap keadaanya.

Pasien tampak menutupi

bagian tubuhnya dan tidak

berani melihat .

- Mendorong kelanjutan prilaku

sehat

Sabtu

31 Mei

2008

Pkl.

16.15

Wita

Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurang terpajan informasi

ditandal dennga

mengatakan kurang

mengetahui bagaimana

dengan pengobatan dan

penyakit yang dideritanya,

pasien bertanya-tanya

tentang penyakit dan

keadaannya, Pasien

tampak bingung

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama 1 x 30 menit

diharapkan pengetahun

pasien bertambah

dengan kriteria hasil:

1.Pasien mengatakan

paham dengan proses

penyakit dan

pengobatan

2. Pasien berpartisipasi

pada program

pengobatan

1. Kaji tingkat pemahaman

pasien tentang proses

penyakit

2. Beri informasi tentang

penyakitnya

3. Diskusikan perlunya

keseimbangan kesehatan,

nutrisi, makan dan

pemasukan cairan yang

adekuat

4. Tekankan perlunya

melanjutkan perawatan

kesehatan dan evaluasi

- Mengidentifikasikan area

kekurangan pengetahuan

- Memberikan dasar pengetahuan

sehingga pasien dapat membuat

pilihan yang tepat dan clapat

menurunkan ansietas

- Memberikan nutrisi optimal dan

mempertahankan volume sirkulasi

untuk meningkatkan regenerasi

jaringan atau proses penyembuhan

- Memberi kesempatan untuk

membuat aturan tintuk memenuhi

kebutuhan perubahan/individual

3. Pasien tidak terlihat

bingung