askep bayi baru lahir dari ibu dengan dg

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari beberapa penelitian epidemologis di Indonesia didapatkan prevalensi Diabetes mellitus sebesar 1,5- 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan angka kejadian DM dalam kehamilan adalah 0,3-0,7%. Wijono melaporkan rasio 0,18% di RSCM di Jakarta (1). Pada tahun terakhir ini terjadi peningkatan kejadian DM dengan sebab yang belum jelas, tetapi faktor lingkungan dan faktor predisposisi genetik memegang pengaruh. Kehamilan sendiri merupakan beban baik dari pihak ibu hamil seperti kenaikan kortisol, maupun dari plasenta janin yang mengeluarkan steroid dan human placental lactogen yang menyebabkan resistensi insulin dengan akibat gangguan toleransi glukosa. Penyakit ini menyebabkan perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang dipengaruhi kehamilan serta persalinan. Sudah jelas bahwa metabolisme glukosa dipengaruhi oleh kehamilan, hal ini terbukti dengan meningkatnya lactat dan piruvat dalam darah, akan tetapi kadar gula puasa tidak meningkat. Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama kali dalam masa Keperawatan Maternitas II Page 1

Upload: indahramadhan

Post on 20-Jan-2016

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari beberapa penelitian epidemologis di Indonesia didapatkan prevalensi

Diabetes mellitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun.

Diperkirakan angka kejadian DM dalam kehamilan adalah 0,3-0,7%. Wijono

melaporkan rasio 0,18% di RSCM di Jakarta (1).

Pada tahun terakhir ini terjadi peningkatan kejadian DM dengan sebab

yang belum jelas, tetapi faktor lingkungan dan faktor predisposisi genetik

memegang pengaruh. Kehamilan sendiri merupakan beban baik dari pihak ibu

hamil seperti kenaikan kortisol, maupun dari plasenta janin yang mengeluarkan

steroid dan human placental lactogen yang menyebabkan resistensi insulin

dengan akibat gangguan toleransi glukosa. Penyakit ini menyebabkan perubahan

metabolik dan hormonal pada penderita yang dipengaruhi kehamilan serta

persalinan. Sudah jelas bahwa metabolisme glukosa dipengaruhi oleh kehamilan,

hal ini terbukti dengan meningkatnya lactat dan piruvat dalam darah, akan tetapi

kadar gula puasa tidak meningkat. Diagnosis diabetes sering dibuat untuk pertama

kali dalam masa kehamilan karena penderita datang untuk pertama kalinya ke

dokter atau diabetesnya menjadi tambah jelas oleh karena kehamilan (1).

Diabetes mellitus dalam kehamilan masih merupakan masalah yang

memerlukan penanganan khusus karena angka kematian perinatal yang relative

tinggi. Sebelum tahun 1922, tidak ada bayi dari ibu yang menderita DM dalam

kehamilan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam dua dekade

terakhir ini angka kematian perinatal pada DMG telah dapat ditekan, sejak

ditemukan insulin oleh Banting dan Best tahun 1921. Dari laporan peneliti

menyebutkan dengan penurunan kadar glukosa darah penderita DMG, maka

angka kematian perinatal juga akan menurun (1).

Angka lahir mati terutama pada kasus dengan diabetes mellitus yang tidak

terkendali dapat terjadi 10 kali dibandingkan kehamilan normal. Angka kematian

Keperawatan Maternitas II Page 1

Page 2: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

perinatal bayi dengan ibu DM gestasional sangat tergantung pada keadaan

hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun angka kematian dilaporkan 3-

5% dengan angka morbiditas fetal 4%. Sedangkan angka kematian fetal di bagian

perinatologi FK UI/RSCM dari tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran (1).

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :

a. Memahami tentang bayi yang dilahirkan dari ibu dengan DM

b. Memahami akibat perubahan metabolisme pada bayi dari ibu dengan DM

c. Memahami manifestasi klinis pada bayi dari ibu dengan DM

d. Memahami penapisan dan kriteria diagnosis pada bayi dari ibu dengan DM

e. Memahami penatalaksanaan pada bayi dari ibu dengan DM

f. Memahami komplikasi pada bayi dari ibu dengan DM

g. Memahami asuhan keperawatan pada bayi dari ibu dengan DM

1.3 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, antara lain :

a. Bagaimana bayi yang dilahirkan dari ibu dengan DM ?

b. Bagaimana akibat perubahan metabolisme pada bayi dari ibu dengan DM ?

c. Bagaimana manifestasi klinis pada bayi dari ibu dengan DM ?

d. Bagaimana penapisan dan kriteria diagnosis pada bayi dari ibu dengan DM ?

e. Bagaimana penatalaksanaan pada bayi dari ibu dengan DM ?

f. Bagaimana komplikasi pada bayi dari ibu dengan DM ?

g. Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi dari ibu dengan DM ?

Keperawatan Maternitas II Page 2

Page 3: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bayi yang Dilahirkan dari Ibu Diabetes

Peninggian kadar insulin sementara pada bayi-bayi yang dilahirkan dari

ibu yang menderita diabetes tejadi pada ibu mereka yang kontrol metaboliknya

tidak adekuat. Manifestasi ini sering terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan

berat lebih dari 4,5 kg, namun kadang juga terjadi pada bayi yang dilahirkan

dengan berat lahir yang sesuai untuk masa gestasinya. Selama masa intra uterin,

kadar glukosa darah ibu yang selalu tinggi, berpengaruh hingga fetus juga

mengalami hiperglikemia. Hal ini menstimulasi sel pankreas sehingga insulin pun

dibentuk dan kadarnya meningkat. Insulin yang meningkat ini menyebabkan

deposit lemak terjadi dan berakibat secara klinis bayi akan tampak bulat, gemuk,

dan mengalami pletora (2).

Pada saat dilahirkan, bayi tiba-tiba mengami pemutusan hubungan dari

darah ibu dan tidak lagi menerima efek hiperglikemia dari ibunya. Hal ini

menyebabkan bayi mengalami hipoglikemia yang terjadi tiba-tiba, disebabkan

karena sel β pankreas tidak dapat segera menyesuaikan kondisi perubahan

keadaan hiperglikemia menjadi hipoglikemia, pada saat itu sel pankreas masih

mengeluarkan insulin, meskipun kadar glukosa telah mencapai 70 mg/dl, sehingga

pada jam-jam pertama setelah kelahiran, bayi akan mengalami hipoglikemia yang

harus segera diatasi karena dapat menyebabkan kematian. Pada bayi ini,

pemecahan lemak bebas manjadi keton, tidak terjadi dan biasanya bayi sensitif

terhadap pemberian glukagon (2).

2.2 Epidemiologi

Angka prevalen gestasional diabetes sukar dicari karena berbagai faktor

mempengaruhi perhitungan ini, seperti faktor rasial, atau perbedaan etnik, usia ibu

dan obesitas serta perbedaan dalam kriteria diagnosa gestasional diabetes. Namun

diperkirakan penyakit diabetes sebelum kehamilan kira-kira 0,2%-0.3% dari

Keperawatan Maternitas II Page 3

Page 4: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

seluruh kehamilan yang terjadi, sedangkan gestasional diabetes terjadi pada 2%-

3% dari ibu-ibu yang hamil. Kontrol metabolik yang baik pada ibu dengan

gestasional diabetes dapat menurunkan sekian kali lipat kelainan pada neonatus

bahkan angka mortalitas pun akan menurun beberapa kali lipatnya (2).

Penelitian secara retrospektif, sudah menunjukkan kelainan janin,

kematian janin dalam kandungan, kematian perinatal dan bayi yang cacat pada

mereka yang berhasil hidup, secara bermakna lebih tinggi pada kehamilan pada

ibu yang menderita diabetes. Namun, demikian kini dengan kontrol metabolik

yang baik, angka kelainan janin dan angka kematian janin menurun dan sama

dengan angka kejadian pada kehamilan yang normal (2).

Secara umum, bayi yang dilahirkan dari ibu dengan gestasional diabetes

(diabetes yang bermanifestasi saat kehamilan) ternyata komplikasinya lebih

sedikit dibandingkan bayi dari ibu yang klinis menderita diabetes sebelum

kehamilannya, dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang telah menderita komplikasi

mikrovaskuler juga gangguan komplikasinya berbeda dari bayi yang dilahirkan

oleh ibu dengan diabetes yang belum mengalami komplikasi mikrovaskuler (2).

Morbiditas dan Mortalitas Pernatal

Kehamilan dengan diabetes dihubungkan dengan peningkatan morbiditas

pernatal. Bayi dari ibu diabetes mempunyai permasalahan yang unik dan

membutuhkan penanganan khusus (1).

1) Makrosomia

Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih

dari 4000 gr seperti yang terlihat pada gambar 1.

Keperawatan Maternitas II Page 4

Page 5: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Gambar 1. Contoh bayi makrosomia

Dari berbagai penelitian didapatkan kesan bahwa hiperinsulinemia dan

peningkatan penggunaan zat makanan bertanggung jawab pada peningkatan

ukuran badan janin, hipotesis perdersen menyebutkan bahwa hiperglikemia

maternal merangsang hiperinsulinemia janin dan makrosomia.

Gambar 2. Pengaruh insulin terhadap pertumbuhan janin

Keperawatan Maternitas II Page 5

Page 6: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Komplikasi dari persalinan pervaginam pada bayi makrosomia bisa

dihindari bila ukuran janin diketahui lebih dulu dengan pemeriksaan USG.

Persalinan pervaginam harus dipertimbangkan baik-baik mengingat besarnya

risiko terjadinya distosia bahu. Namun demikian bila dipertimbangkan tindakan

seksio kaisar dikerjakan untuk berat janin lebih dari 4000 gram maka angka seksio

kaisar akan mencapai 50% pada ibu diabetes yang tergantung insulin.

2) Kematian Janin dalam rahim

Kadar glukosa maternal yang tidak stabil bisa menyebabkan terjadinya

janin mati dalam rahim, yang merupakan kejadian khas pada ibu dengan diabetes.

Janin yang terpapar hiperglikemia cendrung mengalami asfiksia dan sidosis

walaupun mekanisme yang pasti belum jelas, tetapi diduga keto-asidosis

mempunyai hubungan yang erat dengan matinya janin. Bila kadar glukosa darah

meternal dalam batas normal, kematian janin dalam rahim jarang terjadi.

Hiperinsulinemia yang terjadi pada janin akan meningkatkan kecepatan

metabolisme dan keperluan oksigen untuk menghadapi keadaan-keadaan seperti

hiperglikemia, keto-asidosis, pre-eklampsia dan penyakit vaskuler yang dapat

menurunkan aliran darah utero-plasenter serta oksigenasi janin.

Frekuensi janin mati dalam rahim atau bayi lahir mati berkisar antara 15-

20%. Usaha untuk menghindari kematian janin tiba-tiba dalam rahim yaitu dengan

melakukan terminasi kehamilan beberapa minggu sebelum aterm. Tetapi tindakan

ini sering menimbulkan mortalitas neonatal karena prematuritas iatrogenik.

3) Sindrom gawat napas

Persalinan prematus umumnya dihubungkan dengan timbulnya sindroma

gawat napas (SGN) yang sering akibat penyakit membran hialin. Penyakit

membran hialin pada bayi dari ibu diabetes bukan karena prematuritas, tetapi juga

karena maturasi paru yang terlambat akibat hiperinsulinemia janin yang

menghampat produksi surfaktan. Hiperinsulinemia juga menggangu pengaruh

pematang paru dari kortisol.

Termasuk dalam usaha pencegahan terjadinya SGN adalah kontrol

metabolisme glukosa dengan hati-hati, persalinan spontan saat aterm, persalinan

pervaginam dan monitor janin selama kehamilan lebih awal (misalnya karena

Keperawatan Maternitas II Page 6

Page 7: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

retardasi pertumbuhan, gawat janin) memungkinkan dan paru-paru belum matang

pada uji cairan amnion, maka pemberian kortikosteroid, TRH (Thyroid Releasing

Hormone) atau tiroksin intraamnion dapat memerlukan pengawasan ketat

terhadap glukosa meternal dan adanya hiperinsulinemia.

4) Malformasi kongenital

Malformasi kongenital merupakan salah satu penyebab utama dari

mortalitas pernatal pada kehamilan dengan diabetes, yaitu sekitar 30 sampai 40%

dari semua mortalitas perinatal. Insidens malformasi kongenital sekitar 7,5 – 12,9

% dari kehamilan dengan diabetes. Berbagai macam malformasi kongenital yang

bisa terjadi dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 1. Malformasi kongenital pada bayi dari ibu diabetes

Kardiovaskuler

Transposisi pembuluh darah besar

Defek septum ventrikel

Defek septum atrium

Ventrikel kiri hipoplastik

Situs invesus

Anomali aorta

Sistem syaraf pusat

Anensefali

Ensefalokel

Meningomielokel

Mikrosefali

Skeleta

Sindroma regresi kaudal

Spina bifida

Genitourinaria

Ginjal absen (sindroma potter)

Ginjal polikistik

Ureter ganda

Keperawatan Maternitas II Page 7

Page 8: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Gastrointestinalis

Fistula trakheoesofageal

Atresia saluran cerna

Anus imperforata

5) Abnormalitas metabolisme neonates

Hiperinsulinemia akan menekang glukoneogenesis dan glikogenolisis

janin. Kadar glukosa normal pada bayi aterm diatas 30-35 mg % dan bayi preterm

diatas 20-25 mg %. Glukosa menurun sampai kadar yang rendah 1 -1 ½ jam

setelah kelahiran. Bila didapatkan hipoglikemia pada bayi yang dilahirkan,

pengobatannya ialah dengan penyuntikan glukosa 20% 4 ml/kg bb, kemudian

disusul dengan pemberian infus glukosa 10%.

Oleh karena bahaya hipoglikemia pada bayi baru lahir dari ibu diabetes,

maka pengawasan glukosa neonatal sangat penting. “Early feeding” membantu

mencegah terjadinya hipoglikemia.

Hipokalsemia bisa terjadi pada hari ke 2-3 kehidupan, yang umumnya

asimtomatik. Polisitemia biasanya bersamaan dengan hiperviskositas yang

dihubungkan dengan hipoksia yang merangsang eritropoietin dan pada akhirnya

merangsang eritropoesis. Sedang hiperbilirubinemia dihubungkan dengan

polisitemia yang disertai peningkatan “break down dan turn over” sel darah

merah.

6) Gangguan neurobehavioral

Katonuria maternal, khususnya bila manifes bisa trimester III,

dihubungkan dengan rendahnya IQ dan gangguan neuropsikiatri, walaupun hal ini

dipertentangkan. Dan gangguan tersebut baru bisa diketahui setelah umur 4-5

tahun dengan permeriksaan yang teliti.

2.3 Akibat Perubahan Metabolisme pada Bayi

Tabel 2 di bawah ini mnunjukkan kelainan yang mungkin terjadi pada bayi

dan ibu diabetes, pada saat antenatal, perinatal, neonatus, dan periode abak dan

remaja. Meskipun tidak semua namun sebagian merupakan akibat dari kondisi

Keperawatan Maternitas II Page 8

Page 9: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

hiperglikemia, dan hiperinsulinemia pada fetus. Faktor lain yang diduga

berpengaruh seperti hipoglikemia, hiperosmolalitas, hiperkenemia, gangguan

mioinositol dan metabolisme asam arachidonat, radikal bebas, gangguan

pembentukan matriks selular dan inhibitor somatomedin diketahui mengganggu

organogenesis. Kondisi intrauterin ini diduga berpengaruh jangka panjang untuk

anak dan ibu diabetes. Pentingnya diperhatikan dan menetapnya efek perubahan

lingkungan metabolik pada ibu hamil dengan diabetes yang tidak terkontrol (2).

Tabel 2. Kelainan yang terjadi pada bayi dari ibu diabetes (2)

Kelainan

Antenatal

Kelainan

Pernatal

Kelainan Neonatal Kelainan masa

anak dan remaja

Kematian janin

Trombosis in

utero

Malformasi

Kongenital

Makrosomia

Trauma

kelahiran

Gangguan metabolik:

Hipoglikemia

Hipokalsemia

Hipomagnesemia

RDS

Polisitemia

Hiverviskositas

Trombosis

Gangguan

Kardiovaskuler

Hipertrofi

kardiovaskuler

Sirkulasi fetal

persisten

Kelainan jantung

kongenital

Obesitas

Diabetes

Gangguan

intelektual

Autoantibodi

1. Kelainan-kelainan antenatal

a. Gangguan organogenesis

Kejadian gangguan meningkat pada ibu dengan diabetes. Diduga ini

berkaitan dengan adanya gangguan vaskuler pada ibu hamil dengn diabetes yang

Keperawatan Maternitas II Page 9

Page 10: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

tidak terkontrol disertai dengan hiperinsulinemia, sehingga dapat menurunkan PO2

arteri ibu.

b. Malformasi kongenital

Meskipun kematian perinatal menurun pada kehamilan ibu dengan

diabetes karena perawatan antenatal yang lebih baik, kelainan malformasi

kongenital akan menjadi masalah yang muncul. Penelitian terdahulu menunjukkan

dua sampai empat kali lipat kejadian malformasi ini pada kehamilan dengan

diabetes. Patogenesis kelainan kongenital ini belum diketahui dengan pasti,

namun diduga faktor genetik tidak memegang peran, karena tidak ada peningkatan

kejadian defek pada bayi-bayi dari ayah yang diabetes, sehingga diduga kuat hal

ini terjadi karena lingkungan intrauterin selama periode organogenesis. Biasanya

kelainan/anomali muncul sebelum minggu ketujuh gestasi, dimana pada saat itu

kehamilan belum terdeteksi dan yang diderita belum ditangani dengan intensif. Ini

mungkin yang menyebabkan kemungkinan kematian perinatal menurun, karena

penanganan perinatal ibu dengan diabetes yang lebih intensif namun, kelainan

malformasi pada fetus tetap sudah tejadi. Dengan demikian angka kejadian

malformasi kongenital ini tetap meningkat. Pada wanita dengan diabetes,

dianjurkan untuk mengikuti keluarga berencana sehingga kehamilan seyogyanya

dapat direncanakan hingga kelainan diabetesnya dapat dikontrol dengan ketat.

Bila hal ini terjadi maka kejadian malformasi kongenital akan menurun.

Berbagai malformasi ditemukan pada bayi-bayi ibu diabetes, antara lain

pada malformasi pada jantung dan otak, sindrom regresi caudal dan berbagai

multisistem malformasi. Kelainan jantung kongenital diantaranya transposisi

pembuluh besar, koarktasio aorta, defek septal atrial dan ventrikuler, lima kali

lebih banyak pada bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes. Yang tersering teruatam

adalah hipertropi pada semua miokardial. Dengan meningkatnya pertumbuhan

jaringan, defak pada septum ventrikel akan makin nyata dan morbiditas kelainan

ini meningkat bersamaan dengan makin menebalnya septum tersebut.

Berkurangnya output untuk jantung, hambatan aliran keluar (outflow) dari

ventrikel kiri dan kematian tiba-tiba dapat terjadi. Kelainaan anomali dengan

unilateral atau bilateral agenesis ginjal dilaporkan terjadi pada bayi ibu diabetes.

Keperawatan Maternitas II Page 10

Page 11: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Oleh karena itu USG ginjal perlu dianjurkan terutama bila ditemukan juga adanya

defek pada pharyngeal pouch cardiac ketiga dan keempat. Di samping itu perlu

dievaluasi pula fungsi imunologi dan para tiroidnya. Problem kardiak pada bayi-

bayi ini selalu memberikan gejala. Namun demikian studi terhadap perubahan

fungsi diastolik yang merupakan indikasi memburuknya fungsi relaksasi dan

compliance ventrikel pada bayi-bayi yang tanpa gejala dan tanpa hipertrofi septal

atau ventrikel menunjukkan adanya disfungsi miokardium yang tersembunyi

(subtile) dan ini berbahaya karena kelainan akan bermanifestasi bila bayi

mengalami stres.

Kelainan otak dapat terjadi termasuk anensefale, meningomielokel,

holoprosensefale. Displasia septooptik, dan displasia oatak yang tidak biasa

pernah dilaporkan. Sindroma regresi caudal yang dilaporkan pada bayi ibu

diabetes. Kelainan ini berupa kelainan yang bermanifestasi pada bagian bawah

yang ekstremitas dan spinal berbentuk kelainan minimal hingga agenesis dari

secrum dan kedua kaki. Bentuknya bisa berupa hipoglossia, sindroma hipodaktili,

atresia jejunum, kompleks polisplenia dengan agenesis ginjal dan mesocardia,

atresiabilier, malformasi lien dan malformasi colon. Anomali pada uterus

trombosis dan ganggren pernah dilaporkan.

c. Makrosomia

Merupakan kelainan yang sering dijumpai pada bayi ibu diabetes. Pada ibu

diabetes yang tidak terkontrol, berat lahir bayi-bayinya rata-rata 550 gr lebih berat

dan 1,5 cm lebih panjang dari bayi normal pada 36-38 minggu masa gestasi.

Kelebihan Bbini terutama karena meningkatnya kelebihan lemak subkutan dan

pembesaran viscera (bagian dalam dada dan perut terutama hati dan jantung.

Meskipun kontrol metabolik ibu dengan diabetes sudah cukup baik. Pada ibu

gestasional diabetes dengan kontrol metabolik ketatpun insiden makrosomia

masih dijumpai sebesar 17,9% terdapat bukti-bukti yang terus meningkat bahwa

makrosomia berkaitan dengan kadar glukosa darah satu jam post prandial pada

trimester ketiga. Saat ini direkomendasikan bahwa nilai kadar glukosa satu jam

post prandial harus setinggi 130 ml/dl. Hal ini karena adanya hubungan antara

kadar glukosa ibu yang rendah dengan berat lahir yang lebih kecil untuk usia

Keperawatan Maternitas II Page 11

Page 12: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

gestasinya. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian jangka panjang untuk

menentukan nilai kadar glukosa yang optimal sehingga tidak menimbulkan

makrosemia atau justru terjadi retardasi pertumbuhan intrauterin.

Faktor lain yang mungkin berpengaruh menimbulkan makrosemia adalah

munculnya antibodi pada ibu terhadap insulin. Maternal imunoglobulin g ternyata

dapat mengangkut insulin ibu masuk ke dalam darah fetuss. Hasil penelitian yang

berusaha mencari hubungan antara antibodi terhadap insulin maternal dan

makrossomia ternyata menjadi perdebatan. Suatu penelitian perspektif dengan

kontrol antara manusia dan insulin binatang selama kehamilan ternyata kadar

antibodi terhadap insulin dari maternal atau fetus berhubungan dengan jenis

insulin yang dipakai. Namun demikian dengan diabetes tipe 1 yang dipilih secara

acak menggunakan insulin manusia, sebelum 20 minggu gestasi, ternyata bayi-

bayinya sedikit yang mengalami besar untuk masa gestasinya. Respon C peptida

terhadap rangsangan glukosa atau asam amino sangat rendah pada usia tiga bulan.

Cara pemberian insulin juga menjadi pokok penelitian dalam rangka pembentukan

antibodi terhadap insulin. Pada suatu percobaan dengan kontrol, produksi antibodi

insulin dibandingkan pada ibu yang hamil dengan diabetes gestasional yang

menggunakan injektor jet dan injeksi dengan jarum biasa. Yang menggunakan

injektor jet ternyata mempunyai hubungan dengan berkurangnya pembentkan

antibodi terhadap insulin dan keanekaragaman nilai glukosa post prandial

dibandingkan yang menggunakan jarum injeksi.

2. Kelainan saat pernatal

Makrosomia yang terjadi, menimbulkan komplikasi pada ibu maupun pada

janin yang dilahirkan. Ibu yang melahirkan bayi makrosomia, mempunyai resiko

tinggi untuk mengalami penyulit persalinan, karena mungkin harus dilakukan

seksio caesar dan dapat terjadi laserasi perineal berat. Makrosomia dapat

menimbulkan kelahiran yang traumatis, mungkin karena adanya distosia bahu

yang berakibat timbulnya trauma lahir atau asfiksia.

Akibat trauma lahir dapat berbentuk cefalhematom, perdarahan subdural, fraktur

clavicula, trauma pleksus brachialis, laserasi hepar dan lien. Sebagai upaya untuk

Keperawatan Maternitas II Page 12

Page 13: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

memperkirakan resiko trauma lahir pada bayi-bayi dari ibu diabetes, dilakukan

perkiraan ukuran jaringan lunak humerus janin menggunakan USG. Bahu bayi

yang besar berpotensi menimbulkan keulitan pada persalinan. Pengukuran ini

berguna untuk membedakan bayi yang besar dengan obesitas trunkal dari bayi

yang secara simetris besar.

3. Kelainan neonatal

Setelah lahir, bayi dari ibu diabetes mempunyai risiko munculnya

kelainan-kelainan klinis. Ini misalnya gangguan metabolism karena hipoglikemia,

hipokalsemia, dan hipomagnesemia, distress pernapasan, kelainan hematologi

seperti polisitemia, dengan hiperbilirubinemia, hiperviskositas, thrombosis vena

renalis, masalah kardiovaskuler seperti sirkulasi fetus persisten atau karena kardio

miopati hipertropi.

a. Hipoglikemia

Penyebab hipoglikemia pada bayi diabetes ternyata multi faktoral. Segera

setelah lahir, glukosa yang ada segera digunakan karena keadaan

hiperinsulinemia. Pada kondisi ini, tubuh tidak mampu untuk memobilisaasi

glukosa dari sumber lain meskipun sumber glikogen dan jaringan lemak cukup

besar. Glucagon pada keadaan ini tertekan, demikian pula reseptor insulin sebagai

respon hiperinsulinemia. Semua faktor diatas berkontribusi menimbulkan

hiperinsulinemik hipoglikemia; dan tidak ada substrat alternative untuk

metabolism enersi otak.

Karena hipoglikemia pada bayi-bayi ibu diabetes ini lebih sering tidak

bergejala, maka pemeriksaan glukosa darah sebaiknya dilakukan secara serial

pada 72 jam pertama setelah lahir, tidak saja pada bayi-bayi yang jelas dari ibu-

ibu yang diabetes tetapi juga pada bayi dengan berat lahir besar untuk masa

gestasinya yang mungkin diabetes ibu tidak terdeteksi/tidak ada riwayat diabetes.

Sebaiknya tidak menggunakan glukostrip untuk menentukan kadar glukosa darah,

karena faktor yang mengganggu banyak seperti polisitemia, jumlah darah yang

sedikit, dapat menyebabkan negatif palsu.

Keperawatan Maternitas II Page 13

Page 14: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Gejala hipoglikemia pada bayi baru lahir terdiri dari gemetaran, tidak mau

menyusui, pucat, bradikardi, sianosis, kejang dan apnea. Bayi yang tidak bergejala

namun mengalami hipoglikemia dari pemeriksaan serial, hanya diberikan makan

dini saja (early feeding). Bayi dengan gejala memerlukan pemberian glucagon 30

g/kgbb iv atau im atau dapat diberikan bolus dextrose 10% dengan dosis

20ml/kgbb, diikuti dengan infuse dextrose dengan GIR (Glucose Infusion Rate) 4-

8 mg/kgbb/menit. GIR dapat ditambah menjadi 8-15 mg/kgbb/menit. Namun bila

telah melampaui 12 mg/kgbb/menit, atau bila hipoglikemia lebih dari 72 jam dan

GIR tidak dapat diturunkan secara bertahap, maka perlu dipikirkan penyebab

hipoglikemia lain.

b. Hipokalsemia & hipomagnesemia

Neonatal hipokalsemia dini (serum-kalsium < 7 mg/dl) terjadi pada 50%

bayi-bayi ibu dengan diabetes. Terjadi pada tiga hari pertama kelahiran dan

disebabkan dengan berbagai kondisi yang terjadi pada bayi ibu diabetes. Kondisi

ini antara lain prematuritas, afiksia saat lahir, trauma kelahiran, gangguan

pernapasan (respiratory distress) dan pemberian magnesium sulfat pada ibunya.

Kekerapan dan beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat kontrol

diabetes ibunya dan diperberat dengan adanya afiksia. Hipokalsemia sering

berkaitan dengan hiperfosfatemia dan hipomagnesemia. Penyebab kelainan ini

diduga karena terjadi hipoparateroit fungsional. Kadar hormon paratiroid biasanya

rendah pada hipokalsemia dan lambat dalam mengantisipasi, dibandingkan

dengan bayi dengan kadar kalsium naormal. Yang menarik volume mineral tulang

yang diukur dengan photon absorptiometri secara bermakna memang menurun

pada bayi ibu yang diabetes. Hipokalsemia pada bayi ini biasanya tidak bergejala

atau gejalanya sangat minim, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan serial pada 72

jam pertama kelahiran.

c. Sindroma gangguan pernapasan

Berdasarkan penelitian oleh Robert dkk pada tahun 1975, terdapat 5-6 kali

lipat kejadian gangguan pernapasan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes

dibandingkan ibu yang normal. Hal ini mungkin berkaitan dengan seringnya

kelahiran premature, operasi Caesar dan afiksia neonatorum saat kelahiran.

Keperawatan Maternitas II Page 14

Page 15: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Apakah hiperglikemia dan hiperinsulin juga berperan pada maturitas paru masih

kontroversi.

Terdapat penelitian yang memperkuat hubungan antara kondisi kehamilan

ibu diabetes dengan maturitas paru janin, namun banyak pula penelitian yang

tidak menemukan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu, kelainan ini masih

menjadi perdebatan para ahli. Namun semua bayi yang dilahirkan ibu diabetes

harus dimonitor apakah mengalami gangguan pernapasan pada jam-jam pertama

kelahiran.

d. Kelainan hematologi

Kelainan hematologis yang terjadi pada ibu diabetes antara lain:

polisitemia, hiperviskositas, hiperbilirubinemia, Biasanya polisitemia pada bayi

ibu diabetes lebih jelas dibandingkan bayi lain, disebabkan karena peninggian

eritropoetin. Konsentrasi eritropoetin plasma ternyata mempunyai korelasi

langsung dengan insulin plasma baik padam ibu diabetes maupun kontrol. Insulin

mempengaruhi langsung pada eritropoetin terbukti bahwa insulin merangsang

“pertumbuhan progenitor eritrosit pada darah umbilical” atau secara tidak

langsung meningkatkan eritropoetin melalui hipoksia jaringanyang terjadi pada

kelahiranbayi ibu diabetes. Polisitemia sendiri dapat terjadi pada kondisi

hiperviskositas dan ini dapat berdampak buruk pada susunan saraf sentral, paru,

dan sirkulasi ke ginjal. Sirkulasi fetus persisten dan thrombosis vena renalis

merupakan sequalac pada bayi ibu diabetes. Peniggian bilirubin indirek

(hiperbilirubinemia) pada bayi-bayi ini bisa disebabkan karena enzim hepar yang

belum matang, disamping karena bertambahnya katabolisme hemoglobin.

e. Kelainan kardiovaskular

Masalah kardiovaskular pada ibu diabetes terkait dengan kelainan

congenital jantung atau kardiomiopati hipertrofik serta meningkatnya sirkulasi

fetus persisten. Kelainan-kelainan diatas juga diduga terkait dengan afiksia dalam

kandungan, polisitemia, hiperviskositas dan hipoglikemia. Dengan hipoksia yang

sering terjadi pada bayi-bayi ini mungkin terjadi kelambatan penurunan resistensi

pembuluh darah paru.

Keperawatan Maternitas II Page 15

Page 16: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

2.4 Manifestasi Klinis

Bayi dari ibu diabetes dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama

kehamilan sering memiliki kesamaan yang mengherankan satu sama lain. Mereka

cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya

organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan (plethoric) seperti bayi yang

sedang mendapat kortikosteroid, namun, bayi ini berat badannya bisa normal atau

rendah, terutama jika mereka dilahirkan sebelum cukup bulan atau jika ibu

menderita penyakit vaskular (3).

Bayi cenderung gelisah, gemetar, dan mudah terangsang selama usia 3 hari

pertama, walaupun hipotania, lesu, dan daya isap jelek dapat juga terjadi. Mereka

mungkin menderita salah satu dari berbagai menifestasi hipoglikemia.

Pemunculan dini tanda-tanda ini lebih mungkin dihubungkan dengan dengan

hipoglikemia dan pemunculannya yang lambat (belakangan) tampaknya

diakibatkan hipokalsemia; kelainan-kelainan ini juga dapat terjadi bersamaan.

Asfiksia perinatal atau hiperbilirubinemia dapat memperlihatka tanda-tanda yang

sama. Kadang-kadang, hipomagnesemia dapat disertai hipoksemia (3).

Sekitar 75% bayi dari ibu diabetes dan 25% bayi dari ibu yag menderita

diabetes selama kehamilan menderita hipoglikemia, tetapi hanya sebagian kecil

yang simtomatik. Kemungkinan bayi menderita hipoglikemia menjadi lebih besar

dan kadar glukosa mungkin lebih rendah pada tali pusat yang lebih dekat ke

plasenta atau kadar kadar glukosa darah ibu sewaktu puasa. Biasanya, titik

terendah kadar glukosa darah bayi dicapai antara 1 samapai 3 jam; penyembuhan

spontan mulai pada umur 4-6 jam (3).

Banyak bayi dari ibu yang diabetes menderita takipnea selama usia 5 hari,

yang dapat merupakan menifestasi sementara dari hipoglikemia, hipotermia,

polisitermia, gagal jantung, takipnea sementara, atau edema otak karena tarauma

lahir atau asfiksia bayi dari ibu yang diabetes memperlihatkan insidens sindrom

kegawatan pernapasan yang lebih besar daripada bayi ibu yang normal pada umur

kehamilan yang sama; insidens yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh

anatagonis anatara kortisol dan insulin pada sintesis surfaktan (3).

Keperawatan Maternitas II Page 16

Page 17: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Kardiomegali lazim ada (30%), dan gagal jantung terjadi pada 5-10% bayi

dari ibu diabetes. Hipertrofi sekat asimetris dapat terjadi, manifestasinya serupa

dengan stenosis subaorta hipertropi idopatik. Trauma lahir juga terjadi akibat

makrosomia janin (3).

Perkembangan neurologis dan pusat osifikasi cenderung menjadi imatur

dan berhubungan dengan besar otak (yang bertambah) dan umur kehamilan bukan

dengan berat badan total. Ada juga kenaikan insidens hiperbilirubinemia,

polisitemia, dan trombosis vena renalis; trombosis vena renalis harus dicurigai

bila ada massa di panggul, hematuria dan trombositopenia (3).

Insidens anomali kongenital bertambah 3 kali pada bayi yang ibunya

menderita diabetes; malformasi jantung (VSD, ASD, transposisi pembuluh darah

besar, koarktasio aorta) dan agenesis lumbosakral adalah yang paling lazim

terjadi. Anomali tambahan meliputi cacat pipa saraf, hidronefrosis, agenisis ginjal,

atresia duodenum atau anorektum, dan holoprosensefali. Pada bayi ini dapat juga

timbul kembung perut yang disebabkan oleh pelambatan sementara pada

perkembangan sisi kiri kolom, sindrom kolon kiri kecil (3).

2.5 Penapisan dan Kriteria Diagnosis

Karena prevalensi dari diabetes dalam kehamilan tinggi, maka perawatan

antepartum yang optimum memerlukan uji diagnostik yang sensitiv pada semua

wanita hamil. Metode diagnostic harus cepat dan praktis. O, Sullivan dan Mahan

malaporkan bahwa pemeriksaan yang sederhana pada semua wanita hamil lebih

berguna dalam nengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terkena biabetes

daripada indicator-indikator kain seperti riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat

obstetric sebelumnya atau obesitas (1).

Untuk mengidentifikasi pasien dengan intoleransi glukosa uji penapisan

dari O, Sullivan dengan menggunakan 50 g glukosa oral pada kehamilan 26

minggu dan pemeriksaan plasma 1 jam dianjurkan pemakaianya. Pasien-pasien

yang beresiko tinggu untuk mendapat diabetes mellitus dalam kehamilan juga

penapisan pada kehamilan 12,18,32 minggu. Pasien-pasien tersebut yang kadar

Keperawatan Maternitas II Page 17

Page 18: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

gulanya lebih dari 150 mg% setelah diberikan uji toleransi glukosa tersebut

sebaiknya harus diobati (1).

Sekali ditemukan pada pasien glukosa toleransi abnormal maka penderita

tersebut dirujuk ke klinik untuk mendapatkan konseling mengenai pengaturan

diet. Masih terdapat kontroversi mengenai perbedaan cara skrining DMG antara

kelompok dengan faktor resiko dan tanpa faktor resiko (1).

American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1986)

merekomendasikan bahwa penapisan hanya perlu untuk wanita-wanita resiko

tinggi yaitu yang berumur lebih dari 30 tahun, ada riwayat keluarga dengan

diabetes, pernah melahirkan bayi makrosomia, bayi dengan malformasi atau bayi

lahir mati, wanita hamil yang gemuk, hipertensi atau glukosuria (1).

Sementara itu, karena masih belum adanya keseragaman dalam membuat

kriteria diagnosis diabetes dalam kehamilan, maka American Collage of

Obstetricians and Gyenecologists (Hughes, 1972) membuat standarisasi.

Seseorang dianggap menderita diabetes bila tes toleransi glukosanya

menunjukkan hasil sebagai berikut (1):

Puasa : normal atau kurang dari 100 mg%

1 / 2 jam : lebih dari 150 mg %

1 jam : lebih dari 160 mg %

2 jam : 120 mg % atau lebih

3 jam : normal atau lebih dari 120 mg %

2.6 Penatalaksanaan

Pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita DM, dilakukan

pemeriksaan darah tali pusat untuk mengukur kadar glukosa darah dan hematokrit

bayi. Selain itu, persiapan resusitasi neonatus harus dilakukan dengan baik.

Masalah yang mungkin timbul pada bayi adalah (4):

Penanganan bayi dari ibu DMG harus dilakukan dengan seoptimal

mungkin, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut (4):

Pada tingkat Polindes, BIDMG harus dikelola sejak dilahirkan. Evaluasi

dilakukan segera setelah lahir, meliputi (4):

Keperawatan Maternitas II Page 18

Page 19: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Penghitungan nilai APGAR

− Pemeriksaan keadaan umum bayi

− Pemeriksaan fisik untuk melihat adanya cacat bawaan

− Pemeriksaan plasenta

− Pemeriksaan kadar glukosa

− Pemeriksaan hematokrit tali pusat

− Pengawasan lanjut

Pemeriksaan fisik diulang untuk melihat perubahan yang terjadi pada janin

seperti gemeteran, apnea, kejang, tangis lemah, malas minum dan adanya tanda

sindroma gawat nafas, kelainan jantung, kelainan ginjal, trauma lahir pada

extremitas, kelainan metabolik dan kelainan saluran cerna. Untuk mencegah

hipoglikemia bayi diberi minum (dosis 60-90 ml/kg BB hari), dibagi dalam

beberapa dosis, dimulai sejak jam pertama selanjutnaya tiap 12 jam.

o Pada tingkat Puskesmas, BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah

terjadinya hipoglikemia sesuai penanganan diatas.

o Pada tingkat Rumah Sakit, BIDMG harus dikelola sejak lahir dan dicegah

terjadinya hipoglikemia sesuai penanganan diatas ditambah dengan

pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan dan memantau adanya

kelainan BIDMG.

- Kadar glukosa serum tali pusat diperiksa pada 1, 2, 4, 8, 12, 24, 36 dan 48 jam

setelah kelahiran. Apabila kadar reflectancemeter < 45 mg/dl, harus diperiksa

kadar glukosa serum.

- Kadar kalsium dan magnesium harus diperiksa pada umur 6, 12, 24 dan 48

jam.

- Hematokrit harus diperiksa dari tali pusat dan pemeriksaan selanjutnya pada

umur 4 dan 24 jam.

- Kadar serum bilirubin harus diperiksa bila bayi tampak kuning.

- Pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.

- Mengatasi kelainan metabolik.

a. Hipoglikemia (5)

Pengelolaan Hipoglikemia

Keperawatan Maternitas II Page 19

Page 20: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

1. Glukose darah kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L) atau terdapat tanda hipoglikemi

Pasang jalur IV jika belum terpasang.

Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit.

Infus glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan.

Periksa kadar glukose darah satu jam setelah bolus glukose dan kemudian

tiap tiga jam :

Jika kadar glukose darah masih kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L), ulangi

pemberian bolus glukose seperti tersebut di atas dan lanjutkan

pemberian infus.

Jika kadar glukose darah 25-45 mg/dL (1,1-2,6 mmol/L), lanjutkan

infuse dan ulangi pemeriksaan kadar glukose setiap tiga jam sampai

kadar glukose 45 mg/dL (2,6 mmol/L) atau lebih.

Bila kadar glukose darah 45 mg/dL (2,6 mmol/L) atau lebih dalam dua

kali pemeriksaan berturut-turut, ikuti petunjuk tentang frekuensi

pemeriksaan kadar glukose darah setelah kadar glukose darah kembali

normal.

Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI

peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian

minum.

Bila kemampuan minum bayi meningkat turunkan pemberian cairan

infus setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan infus glucose

dengan tiba-tiba.

2. Glukose darah 25 mg/dL (1,1 mmol/L)-45 mg/dL (2,6 mmol/L) tanpa tanda

Hipoglikemia

Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras

dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Pantau tanda hipoglikemia dan bila dijumpai tanda tersebut, tangani

seperti tersebut di atas.

Periksa kadar glukose darah dalam tiga jam atau sebelum pemberian

minum berikutnya :

Keperawatan Maternitas II Page 20

Page 21: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Jika kadar glukose darah kurang 25 mg/dL (1,1 mmol/L), atau terdapat

tanda hipoglikemia, tangani seperti tersebut di atas.

Jika kadar glukose darah masih antara 25-45 mg/dL (1,1-2,6 mmol/L),

naikkan frekuensi pemberian minum ASI atau naikkan volume

pemberian minum dengan menggunakan salah satu alternatif cara

pemberian minum.

Jika kadar glukose darah 45 mg/dL (2,6 mmol/L) atau lebih, lihat

tentang frekuensi pemeriksaan kadar glukose darah di bawah ini.

Frekuensi pemeriksaan glukose darah setelah kadar Glukose darah

normal

Jika bayi mendapatkan cairan IV, untuk alasan apapun, lanjutkan pemeriksaan

kadar glukose darah setiap 12 jam selama bayi masih memerlukan infus. Jika

kapan saja kadar glukose darah turun, tangani seperti tersebut di atas.

Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa kadar glukose

darah setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan:

Jika kapan saja kadar glukose darah turun, tangani seperti tersebut diatas.

Jika kadar glukose darah tetap normal selama waktu tersebut, maka

pengukuran dihentikan.

Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering, paling tidak 8

kali sehari, siang dan malam. Bila bayi berumur kurang 3 hari, amati sampai umur

3 hari, periksa kadar glukose pada:

saat bayi datang atau pada umur 3 jam;

tiga jam setelah pemeriksaan pertama, kemudian tiap 6 jam selama 24 jam

atau sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan

berturut–turut.

Bila kadar glukose £ 45 mg/dL atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi

(tremor atau letargi), tangani untuk hipoglikemi (lihat Hipoglikemi);

Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain,

bayi dapat minum dengan baik, pulangkan bayi pada hari ke 3.

Keperawatan Maternitas II Page 21

Page 22: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit,

bayi tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah

lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

b. Hipokalsemia

Bila dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10%

sebanyak 1 ml/kgBB intravena, kadar kalsium dipantau setiap 12 jam dan

selama pemantauan diperhatikan adanya bradikardia, aritmia jantung dan

ekstravasasi cairan dari alat infus karena dapat menyebabkan nekrosis kulit

(4).

c. Hipomagnesemia

Dapat dikoreksi dengan larutan magnesium sulfat 50% sebanyak 1,2

ml/kgBB/hari intramuskuler dalam dibagi dalam 2-3 dosis (4).

d. Pengobatan terhadap kelainan hematologis

Pada keadaan hiperbilirubinemia, dilakukan pemantauan terhadap kadar

bilirubun serum dengan seksama sejak bayi mulai kuning, bila perlu

diberikan terapi sinar atau transfuse tukar. Pada polisitemia, apabila kadar

hematokrit darah vena 60-70% tanpa gejala, diberikan tambahan minum

sebanyak 20-40 ml/kgBB/hari. Kadar hematokrit diperiksa setiap 6-12

jam, sampai nilainya dibawah 65%. Bila kadar Hematokrit > 70% dan

timbul gejala, harus dilakukan transfusi tukar parsial dengan plasma beku

segar (4).

e. Asfiksia

Oleh karena sebagian besar bayi yang dilahirkan dari ibu diabetes

menderita asfiksia dengan derajat yang berbeda-beda, maka prosedur

resusitas tergantung derajat asfiksianya. Dan jika ada asfiksia, maka

resusitas harus segera dilaksanakan seperti pada gambar 3 berikut (1).

Keperawatan Maternitas II Page 22

Page 23: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

2.7 Komplikasi

Komplikasi pada bayi dari ibu DMG: makrosomia, hipoglikemia neonatal,

mortalitas neonatal, mortalitas perinatal, malformasi kongenital,

hiperbilirubinemia, polisitemia, hipokalsemia, dan sindrom distress pernapasan.

Hipoglikemia neonatal dapat terjadi sampai beberapa jam setelah kelahiran (6).

2.8 Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan terhadap bayi dari ibu diabetes adalah

mengkaji tanda RDS, hiperbilirubinemia, trauma lahir, kelainan kongenital,

hipokalsemia. Pengkajian keperawatan yang cermat dan terus menerus serta

perawatan yang intensif sangat penting dalam penurunan bahaya potensial.

( untuk pengkajian buat per system dan berikan penjelasan pada kondisi

abnormal/gangguan)

II. Diagnosa Keperawatan

( tambahkan diagnose keperawatan untuk penanganan umum pada bayi

baru lahir, dan tambahkan diagnose untuk resiko hipoglikemia)

Adapun diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada bayi dari ibu dengan

DM adalah sebagai berikut (19,20,21):

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Gangguan ventilasi spontan b.d

faktor metabolik.

Definisi: penurunan cadangan

energi yang menyebabkan

ketidakmampuan individu untuk

mempertahankan pernapasan

yang adekuat untuk menyokong

kehidupan.

Respiratory

status: ventilation

Vital signs

Ventilation assistance

Monitor respirasi dan

status oksigenasi

Pertahankan pola napas

Monitor efek dari

perubahan posisi pada

oksigenasi

Upaya memulai

resusitasi jika

diperlukan.

Monitor kelemahan

Keperawatan Maternitas II Page 23

Page 24: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

otot-otot pernapasan

Auskultasi suara napas

Fasilitasi posisi untuk

ventilasi

2. Risiko asfiksia

Faktor risiko: faktor internal

(proses penyakit)

Definisi: peningkatan risiko

asfiksia yang tidak disengaja

(udara yang tidak adekuat

tersedia untuk inhalasi)

Respiratory status

Respitory status:

ventilation

Respiratory

status: airway

patency

Resuscitation: fetus

Monitor vital signs

fetus, menggunakan

auskultasi dan palpasi

atau monitor elektronik

fetus, jika diperlukan.

Observasi dari

ketidaknormalan tanda-

tanda frekuensi jantung

fetus.

Menggunakan suplai

oksigen 6-8 L jika

terjadi ketidaknormalan

pada pola napas atau

pola detak jantung.

Mengevaluasi kembali

detak jantung janin .

Pemberian cairan

intravena jika

diperlukan.

3. Ketidakefektifan pola napas b.d

imaturitas neurologis .

Definisi: inspirasi dan/atau

ekspirasi yang tidak memberi

ventilasi adekuat

Respiratory

status: ventilation

-Respiratory rate

-Ritme resporatori

-Kedalaman

inspirasi

-Volume tidal

Respiratory Monitoring

- Monitor rata – rata,

kedalaman, irama dan

usaha respirasi

- Catat pergerakan

dada,amati kesimetrisan,

penggunaan otot

Keperawatan Maternitas II Page 24

Page 25: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

-Kapasitas vital

-Penggunaan otot-

otot aksesori

pernapasan

-Bunyi napas

abnormal

Retraksi dada

-Dyspnea pada

saat istirahat

tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan

intercostals

- Monitor suara nafas,

seperti dengkur

- Monitor pola nafas :

bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

- Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan

paradoksis)

- Auskultasi suara nafas,

catat area penurunan /

tidak adanya ventilasi

dan suara tambahan

- Tentukan kebutuhan

suction dengan

mengauskultasi crakles

dan ronkhi pada jalan

napas utama

- auskultasi suara paru

setelah tindakan untuk

mengetahui hasilnya

Monitor respirasi dan

position O2

BAB III

PENUTUP

Keperawatan Maternitas II Page 25

Page 26: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Guna menyempurnakan makalah ini, diharapkan adanya masukan saran

dan kritik dari para pembaca. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

penulis maupun pembaca agar dapat memahami lebih lanjut tentang asuhan

keperawatan pada bayi dari ibu dengan DM. Untuk dosen yang mengampu atau

dosen yang memberikan tugas dalam pembuatan makalah ini agar dapat

menjelaskan pada mahasiswa lebih detail lagi pada bagian yang masih kurang

pada pembahasan yang dilakukan pada saat diskusi.

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan Maternitas II Page 26

Page 27: Askep Bayi Baru Lahir Dari Ibu Dengan DG

1. Syamhudi B. Refrat: Bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Laboratorium Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang, 2008.

2. Soenggoro EP. Bayi dari Ibu Diabetes. Berkala Ilmiah Kesehatan Fatmawati 2006; 7 (18): 750-756.

3. Nelson. Ilmu kesehatan anak vol 1. Jakarta : EGC, 1999.

4. Suparman E. Diabetes mellitus dalam kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran 2003; 139: 22-26.

5. Indarso F. Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu yang bermasalah. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya, 2006.

6. Sharmilakrishna T., Naidu JN., and Rajeswari DR. Gestasional diabetes mellitus: an overview. International Journal of Applied Biology and pharmaceutical Technology 2011; 2(1): 226-232.

7. Wiley, Blackwell. Nursing Dianoses Definition and Classification 2009-2011. 2009. United States of America: Mosby Elsevier.

8. Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. United States of America: Mosby Elsevier, 2009.

9. Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier, 2009

Keperawatan Maternitas II Page 27