askep arthritis gout

43
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. ( Susan Martin Tucker.1998 ) Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 ) Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ) 2.2. INSIDEN AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan 60

Upload: abrahamrumayara

Post on 30-Jun-2015

2.518 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP ARTHRITIS GOUT

TINJAUAN PUSTAKA

 2.1. PENGERTIAN

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak

diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam

membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas

lebih lanjut.

( Susan Martin Tucker.1998 )

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama

mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai

dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

( Diane C. Baughman. 2000 )

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan

manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.

( Arif Mansjour. 2001 )

 2.2. INSIDEN

AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden

antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih

sering dari pada pria.

 2.3. ETIOLOGI

AR adalah suatu penyakit otoimun yang timbul pada individu – individu

yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui.

Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang

menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon

antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon

ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR

Page 2: ASKEP ARTHRITIS GOUT

mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G

semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor

rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan

kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik

terhadap penyakit autoimun.

 

2.4. PATOFISIOLOGI

Faktor genetik, infeksi

 

Sasaran primer Sinovium

 

Sinovitis Proliferatif

 

 

Pelepasan kolagenesa & produksi  lisozim o/ fagosit    Pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi

jari tangan

                                                                                                    

Erosi sendi & periartikularis                     P’katan tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula &

ligamentum

 

Page 3: ASKEP ARTHRITIS GOUT

            Kista dan kolaps sendi                   Sublaksasi sendi MCP & p’kembangan penyimpangan ulna klasik

sering timbul                        

 

                                                             Hiperekstensi / deformitas fleksi bisa b’kembang dlm sendi IP

ibu jari tangan,       sendi PIP jr tgn, sendi MCP & IP jr tgn

 

                                                                          Tenosinovitis, jari tng pelatuk, rupture tendo & sindroma

terowongan kaspal lazim di temukan

 

2.5. MANIFESTASI KLINIS

1. Ditetapkan dengan tahapan dan keparahan penyakit.

2. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berfungsi adalah

gambaran klinis yang klasik.

3. Palpitasi persendian menunjukan jaringan spon atau boggi.

4. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami

pembengkakan.

 

 Pola karakteristik dari persendian yang terkena 

1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.

2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,

pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.

3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.

Page 4: ASKEP ARTHRITIS GOUT

4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari

berlangsung selama lebih dari 30 menit.

5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.

 Gambaran Ekstra-artikular

1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia

2. Fenomena Raynaud.

3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di

temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.

 2.6. EVALUASI DIAGNOSIS

1. Beberapa faktor yang menujang diagnosa AR: nodulus reumatoid,

inflamasi sendi, temuan laboraturium.

2. Faktor reumatoid ( FR ) terdapat lebih dari 80% pada darah pasien.

3. jumlah sel darah merah dan komponen komplemen C4 menurun.

 2.7. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai

adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatian juga hal –hal berikut ini :

1. Keadaan umum – komplikasi steroid, berat badan.

2. Tangan – meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan.

3. Lengan – siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar

limfe aksila.

4. Wajah. Periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis,

skleromalasia perforans, katarak, anemia dan tanda – tanda hiperviskositas

pada fundus. Kelenjar parotis membesar ( sinroma Sjogren ). Mulut

( kering, karies dentis, ulkus ), suara serak, sendi temporomandibula

( krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak menyebabkan iritasi.

5. Leher – adanya tanda – tanda terkenanya tulang servikal.

Page 5: ASKEP ARTHRITIS GOUT

6. Toraks. Jantung ( adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup

aorta dan mitral ). Paru – paru ( adanya efusi pleural, fibrosis, nodul

infark, sindroma Caplan ).

7. Abdomen – adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik.

8. Panggul dan lutut.

9. Tungkai bawah – adanya ulkus, pembengkakan betis ( kista Baker yang

reptur ) neuropati, mononeuritis  multipleks dan tanda – tanda kompresi

medulla spinalis.

10. Kaki.

11. Urinalisis untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk

menentukan adanya darah.

 2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa

klinis)

1. Tes serologik

(a) faktor rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif.

             Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul

atasindroma                                       

             Sjogren

             (b) Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira

20 kasus

       2.  Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang

dapat di te 

            mukan adalah:

            (a) pembekakan jaringan lunak;        

Page 6: ASKEP ARTHRITIS GOUT

            (b) penympitan rongga sendi;

            (c) erosi sendi;

            (d) osteoporosis juksta artikuler;

 

             Untuk menilai aktivitas penyakit:

1.      Erosi progresif pada foto sinar X serial.

2.      LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada

artritis reumatoid meliputi :

(a)    penyakit aktif ;

(b)    amiloidosis ;

(c)    infeksi ;

(d)    sindroma Sjorgen ;

3.      Anemia – berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan

dengan aktifitas.

4.      Titer factor rematoid – makin tinggi titernya makin mungkin terdapat

kelainan ekstra artikuler. Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.

 2.9. KOMPLIKASI

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan

ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi

nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying

antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Page 7: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar

dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan

dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik

akibat vaskulitis.

 2.10. PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara istirahat

dan latihan, dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapatkan dukungan.

1. AR dini : penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis terapeutik salisilat

atau obat – obat antiinflamasi nonsteroid ( NSAIDS ); antimalaria emas,

pensilamin, atau sulfasalazin, methotreksat; analgetik selama periode nyeri

hebat.

2. AR sedang , erosit: program formal terapi okupasi dan terapi fisik.

3. AR persisten, erisif; pembedahan rekonstruksi dan kortikosteroid.

4. AR tahap lanjut yang tak pulih: preparat immunosupresif, seperti

metotreksat, siklosfosfamid, dan azatioprin.

5. Pasien AR sering mengalami anoreksia, penurunan berat badan, dan

anemia, sehingga membutuhkan pengkajian riwayat diit yang sangat

cermat untuk mengidntifikasi kebiasaan makan dan makanan yang disukai.

( kortikosteroid dapat menstimulasi napsu makan dan menyebabkan

penambahan berat badan ).       

 2.11. PROGNOSIS

Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada

ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 – 70% pasien

artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini

umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis

rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit jantung, gagal

pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki

keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan,

dengan manifestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan

Page 8: ASKEP ARTHRITIS GOUT

ini memerlukan terapi secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas

dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

 

BAB III

PROSES KEPERAWATAN

 3.1. PENGKAJIAN

1. Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan muskuloskletal

dan tetapkan apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim,

kelemahan umum, nyeri, kaku pada pagi hari, demam, atau anoraksia.

2. Kaji sistem kardiovaskular, pulmonal, dan renal.

3. Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri

tekan, bengkak , dan kemerahan pada sendi yang terkena.

4. Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.

5. Fokuskan pada pengidentifikasi masalah dan faktor – faktor pasien.

6. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan diri.

7. Kumpulan informasi mengenai pemahaman pasien, motivasi,

pengetahuan, kemampuan koping, penglaman masa lalu, persepsi dan

ketakutan yang tidak diketahui.

 3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan, dan

immobilitas sendi.

2. Kerusakan immobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan

gerakan sendi.

3. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan fisik dan

psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.

  3.3. INTERVENSI

Page 9: ASKEP ARTHRITIS GOUT

DX I :

1. Kaji tingkat nyeri

2. Ajarkan dan lakukan teknik – teknik penatalaksanan nyeri untuk

penatalaksanaan jangka pendek segera ( misal gunakan kompres panas dan

dingin, istirahat, dan analgesik ).

3. Ajarkan tentang penatalaksaan nyeri jangka panjang ( misal penggunaan

obat – obat antiinflamasi, menetapkan regimen latihan untuk

mempertahankan mobilitas sendi, dan teknik – teknik relaksasi ).

4. Berikan tindakan yang menghasilkan rasa nyaman ketika memberikan

perawatan.

5. Buat pengharapan yang realitis sehingga pasien dan orang terdekat

mengenali bahwa nyeri dapat dikontrol tergantung pada aktivitas penyakit.

 DX II :

1. Hilangkan nyeri menetap dan kekakuan pada pagi hari untuk

meningkatkan kemampuan mobilitas dan perawatan diri pasien.

2. Bantu dan ajarkan dan / atau latihan rentang gerak aktif setelah tindakan

kompres panas.

3. Kembangkan dan ajarkan rencana program latihan setiap hari

4. Observasi toleransi pasien terhadap program latihan.

5. Dorong aktivitas perawatan diri dan kemandirian.

6. Pertahankan periode istirahat terencana.

7. Pertahankan lingkungan yang aman.

DX III :

1. Coba untuk memahami reaksi emosional pasien terhadap penyakit.

2. Beri semangat untuk melakukan komunikasi sehingga pasien dan keluarga

dapat mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya yang

berhubungan dengan penyakit.

Page 10: ASKEP ARTHRITIS GOUT

3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap program

penatalaksanaan sehingga memungkinkan untuk mencapai hasil yang lebih

positif.

4. Anjurkan mengungkapkan rasa takut dan ansietes terhadap proses

penyakit.

5. Bantu pasien dalam memilih keterampilan.

6. Terima perubahan prilaku: menyangkal, ketidakberdayaan, ansietas,

ketergantungan.

7. Bersikap suportif tetapi tegas dalam menyusun tujuan.

8. Tingkatkan perawatan diri dan libatkan dalam perencanaan perawatan.

9. Dorong kemandirian dan berikan penghargaan trhadap penyelesaian tugas.

10. Modivikasi lingkungan dan sediakan waktu untuk pasien mencapai tujuan.

11. Diskusikan perlunya pembatasan dan perubahan gaya hidup ; berikan

empati dan pemahaman.

Page 11: ASKEP ARTHRITIS GOUT

ASKEP ARTRITIS PIRAI (GOUT)

Label: Askep medikal bedah, Perkuliahan I. KONSEP DASAR

A. PengertianArtritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout mungkin primer atau sekunder.- Gout primerMerupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat- Gout sekunderDisebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

C. EtiologiGout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh : Pembentukan asam urat yang berlebih.• Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.• Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.

Kurang asam urat melalui ginjal.• Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui• Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

D. PatofisiologiBanyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.1. Presipitasi kristal monosodium urat.Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

Page 12: ASKEP ARTHRITIS GOUT

3. FagositosisKristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.4. Kerusakan lisosomTerjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.5. Kerusakan selSetelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

E. Gambaran klinis Fase akutBiasanya timbul tiba-tiba, tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Kulit diatasnya mengkilat dengan reaksi sistemik berupa demam, menggigil, malaise dan sakit kepala. Yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal) tapi sendi lainnya juga dapat terserang. Serangan ini cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari meskipun tanpa terapi. Fase kronisTimbul dalam jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku, dan pegal. Akidat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik. Sendi yang bengkak akibai gout kronik sering besar dan berbentuk noduler. Tanda yang mungkin muncul :- Tampak deformitas dan tofus subkutan.- Terjadi pemimbunan kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal.- Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal- Mikroskofik tanpak kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosisi.

F. Faktor yang berperan- Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.- Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.- Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi, salisilat dosis rendah. G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan non medik.a. Diet rendah purin.Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing) serta banyak minum.b. Tirah baring.Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak. Penatalaksanaan medik.a. Fase akut.Obat yang digunakan :1. Colchicine (0,6 mg)2. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)3. Fenilbutazon.b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah

Page 13: ASKEP ARTHRITIS GOUT

komplikasi.1. Golongan urikosurik- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum.- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.- Benzbromaron.2. Inhibitor xantin (alopurinol).Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.

II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian.a. Identitas pasien.b. Keluhan utama.Nyeri pada daerah persendian.c. Riwayat kesehatan.Riwayat adanya faktor resiko :- Peningkatan kadar asam urat serum.- Riwayat keluarga positif.

B. Pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan :- Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.- Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.- Laporan episode serangan gout.

C. Pemeriksaan diagnostik.- Kadar asam urat serum meningkat.- Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.- Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.- Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat monosodium yang membuat diagnosis.- Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.

D. Diagnosa keperawatan1. Nyeri behubungan dengan kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout ditandai dengan pasien mengunkapkan ketidak nyamanan, merintih, melindungi sisi yang sakit, meringis.

Kreteria evaluasi : nyeri berkurangIntervensi :1. Pantau kadar asam urat serum.2. Berikan istirahat dengan kaki ditnggikan.

Page 14: ASKEP ARTHRITIS GOUT

3. Berikan kantung es atau panas basah.4. Berikan analgesik yang diprogramkan.5. Berikan obat anti gout yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya.6. Instruksikan pasien untuk minim2-3 liter cairan setiap hari dan meningkatkan masukn makanan pembuat alkalis seperti susu, buah sitrun dan daging.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, dan rencana tindakan, koping tidak efektif pada kondisi kronis, ditandai dengan pasien mengungkapkan ketidak pahaman dan meminta informasi.

Kreteria evaluasi : mengunkapakan pemahaman tentang instruksi perawatan diri dan rencana perawatan dan pengobatan.Intervensi :1. Berikan informasi tentang kondisi, proses penyakit dan rencana pengobatan.2. Ajarkan pasien apa yang harus dilakukan selama serangan, instruksi meliputi :- Mengistirahatkan sendi yang nyeri.- Tinggikan eksrtemitas dan berikan kantung es atau panas basah.- Hindarkan aktivitas yang meningkatkan ketidak nyamanan.3. Ajarkn pasien bagaimana mengontrol serangan gout, instruksi harus meliputi :- Menghidarkan faktor pencetus.- Mengunakan obat anti gout sesuai resep.

Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul.1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan, sendi benkok, deformitas.2. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.3. Ganguan aktivitas sehari-hari berhubungandengan terbatasnya gerakan sekunder akibat nyeri pada persendian.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddath. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2001Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998Long, Barbara C. Keperawatan Medikal Bedah 3. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung. 1996Price, Sylvia Anderson. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. EGC. 1990Soeparman. Waspadji, Sarwono. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1998Staf Pengajar Bagian Patologik Akademik. Patologi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 1994

Page 15: ASKEP ARTHRITIS GOUT
Page 16: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Askep Artritis Reumatoid

( Asuhan Keperawatan Klien  Artritis Reumatoid )

Nursing Care Plan on Clients Rheumatoid Arthritis

Pengertian Artritis Reumatoid

Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis)  is a chronic inflammatory disease with primary manifestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi merupakan suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)

Penyebab / Etiologi Artritis Reumatoid

Page 17: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.2. Endokrin3. Autoimmun4. Metabolik5. Faktor genetik serta pemicu lingkunganPada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

Epidemiologi Artritis Reumatoid

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang  ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam.b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .

Page 18: ASKEP ARTHRITIS GOUT

e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

Patofisiologi Artritis Reumatoid

Membran syinovial pada pasien reumatoid artritis mengalami hiperplasia, peningkatan vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus inflamasi, terutama sel T CD4+. Sel T CD4+ ini sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik, reumatoid artritis sangat berhubungan dengan major-histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan antigenic peptide kepada CD4+ sel T yang menujukkan bahwa reumatoid artritis disebabkan oleh arthritogenic yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah antigen endogen telah teridentifikasi, seperti citrullinated protein dan human cartilage glycoprotein 39.

Page 19: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Patofisiologi Artritis Reumatoid

Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan

Page 20: ASKEP ARTHRITIS GOUT

gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

Komplikasi Artritis Reumatoid

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

Diagnostik Artritis Reumatoid

Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association ( ARA ) adalah:1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid9. Pengendapan cairan musin yang jelek10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

Page 21: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Penatalaksanaan / Perawatan Artritis Reumatoid

Oleh karena kausa pasti arthritis reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :

Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari

penderita Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :a. PendidikanLangkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.b. IstirahatMerupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.c. Latihan Fisik dan TermoterapiLatihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres hangat pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.d. Diet/ GiziPenderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.

Page 22: ASKEP ARTHRITIS GOUT

e. Obat-obatanPemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

Konsep Keperawatan Artritis Reumatoid

PengkajianData dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahatGejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.Tanda : MalaiseKeterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.

2. KardiovaskulerGejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas egoGejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).4. Makanan/ cairanGejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksiaKesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )Tanda : Penurunan berat badanKekeringan pada membran mukosa.5. HygieneGejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan

6. NeurosensoriGejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris.7. Nyeri/ kenyamananGejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).

Page 23: ASKEP ARTHRITIS GOUT

8. KeamananGejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetapKekeringan pada meta dan membran mukosa.9. Interaksi sosialGejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.10. Penyuluhan/ pembelajaranGajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja )Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, ” penyembuhan ” arthritis tanpa pengujian.Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.Rencana Pemulanagan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid

Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkatProtein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinoviumArtroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendiAspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.Prioritas Keperawatan1. Menghilangkan nyeri2. Meningkatkan mobilitas.3. Meningkatkan monsep diri yang positif

Page 24: ASKEP ARTHRITIS GOUT

4. mendukung kemandirian5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

Tujuan Pemulangan1. Nyeri hilang/ terkontrol2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

Pohon Masalah

Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid

1. Nyeri Akut/ KronisDapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan.Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokusPerilaku distraksi/ respons autonomicPerilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungiHasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrolTerlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.Mengikuti program farmakologis yang diresepkanMenggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Page 25: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Intervensi dan Rasional:a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri)c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)j. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut)

2. Mobilitas Fisik,M KerusakanDapat dihubungkan dengan : Deformitas skeletalNyeri, ketidaknyamananIntoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan

Page 26: ASKEP ARTHRITIS GOUT

otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitasIntervensi dan Rasional:a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)

3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan PeranDapat dihubungkan dengan : Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan p[ada orang terdekat.

Page 27: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.Perasaan tidak berdaya, putus asa.Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.Menyusun rencana realistis untuk masa depan.Intervensi dan Rasional:a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)i. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)

4. Kurang Perawatan DiriDapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Page 28: ASKEP ARTHRITIS GOUT

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)5. Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah, Keruasakan, Resiko Tinggi TerhadapFaktor risiko meliputi : Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.Dapat dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa menjadi aktual)Hasil yang dihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.Intervensi dan Rasional:a. Kaji tingkat fungsi fisik (R/ Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan)b. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri. (R/ Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu)c. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga. (R/ Menjamin bahwa

Page 29: ASKEP ARTHRITIS GOUT

kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)d. Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet. (R/ Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang)e. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. (R/ Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian)f. Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga bila ada. (R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung kontinuitas dalam situasi rumah).6. Kurang Pengetahuan ( Kebutuhan Belajar ), Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan.Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/ mengingat.Kesalahan interpretasi informasi.Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat

Page 30: ASKEP ARTHRITIS GOUT

umum dan perbaikan jaringan)i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)j. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).

Bibliography

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.

Marilynn E. Doenges dkk. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC, 1999.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilik 2. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Jakarata : EGC, 1999