askeb patologi mola

32
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN MOLA HIDATIDOSA Disusun oleh: Kelompok IV Deni Aristina 011012025 Monica Briliandra 011012056 Natalia Dwinita M 011211223024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2013

Upload: evy-wulandari

Post on 07-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

patologi mola

TRANSCRIPT

Page 1: Askeb Patologi Mola

ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU DENGAN MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh:

Kelompok IV

Deni Aristina 011012025

Monica Briliandra 011012056

Natalia Dwinita M 011211223024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2013

Page 2: Askeb Patologi Mola

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di

Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Data

organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap tahun

sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalinan

dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan 99%

kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450

kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup.

Penyebab kematian terbesar merupakan perdarahan sebanyak 30% dari total kasus

kematian, eklamsi (keracunan kehamilan) 25%, infeksi 12%. Perdarahan dapat terjadi pada

saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa

terjadi pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya

3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada

awal kehamilan meliputi abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan

lanjut antara lain meliputi solutio plasenta dan plasenta previa. Dari kasus perdarahan

diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal

kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan

molahidatidosa.

Molahidatidosa adalah tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan

abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin

biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan

tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah

anggur. Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan molahidatidosa berkisar antara

2,2% - 5,7%.

Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam

masareproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak

ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan

insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat

Page 3: Askeb Patologi Mola

Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 ± 1500 kehamilan

Molahidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis

Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan

Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan

Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola

lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan patologis pada ibu dengan

mola hidatidosa sesuai dengan manajemen varney.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar mola hidatidosa

2. Mahasiswa mampu menjelaskan kosep dasar asuhan kebidanan pada mola

hidatidosa

3. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subyektif dan data obyektif pada

mola hidatidosa

4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah actual pada mola

hidatidosa

5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnose potensial dan masalah potensial

pada mola hidatidosa

6. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Kebutuhan tindakan segera pada mola

hidatidosa

7. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara

menyeluruh pada mola hidatidosa.

8. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang

menyeluruh sesuai kebutuhan ibu dengan mola hidatidosa.

Page 4: Askeb Patologi Mola

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Mola Hidatidosa

2.1.1 Pengertian

Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya

mengalami perubahan hidrofik. Uterus dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi

yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan

seperti rangkaian buah anggur (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I,

2000)

Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal yang

muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta. Molahidatidosa adalah

penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon

placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili dan perubahan hidropik. Hamil

anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang

terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “ bakal janin “ sehingga terbentuk

jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur.

2.1.2 Etiologi

Belum diketahui pasti ada yang menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan dan

genetik. Faktor risiko terdapat pada golongan sosio ekonomi rendah, usia di bawah

20 tahun dan paritas tinggi (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000).

Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor

penyebabnya adalah :

1.      Faktor ovum

Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah

sel sperma.

2.      Imunoselektif dari trofoblas

Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon

imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya

nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus  tidak terbentuk dengan baik

sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus

tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.

Page 5: Askeb Patologi Mola

3.      Usia

Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi kehamilan mola.

Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur

relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia

subur dapat terjadi kehamilan mola.

4.      Keadaan sosio-ekonomi yang rendah

Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan

sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh

kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan

janinnya.

5.      Paritas tinggi

Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa

karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat

diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau

menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat

terjadi kehamilan molahidatidosa.

6.      Defisiensi protein

Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan

dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat

protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam

makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.

7.      Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau

adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit (desease).

Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang termasuk

virulensinya seta daya tahan tubuh.

8.      Riwayat kehamilan mola sebelumnya

Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian

terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola

adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang

berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “.

Page 6: Askeb Patologi Mola

2.1.3 Patofisiologi dan klasifikasi

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih

biasanya tidak ada janin, hanya pada molapartialis kadang-kadang ada janin.

Gelembung itu sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur gelembung ini

dapat mengisi seluruh cavum uteri.

Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak

adanya pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan chromosom

didapatkan poliploid dan hampir pada semua kasus mola susunan sek chromatin

adalah wanita. Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein. Kadang-

kadang hanya pada satu ovarium kadang pada keduanya.

Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal

dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas

mengakibatkan peningkatan kadar hCG. Mola hidatidosa komplit terjadi ketika ovum

tidak mengandung kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke

dalam zigot abnormal. Gambaran mikroskopik kehamilan mola hidatidosa antara lain

proliferasi trofoblas, degenerasi hidopik dari stroma villi, serta terlambatnya

pembuluh darah dan stroma.

Kehamilan mola hidatidosa dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Mola hidatidosa lengkap;

2. Mola hidatidosa parsial, dan

3. Mola hidatidosa invasif.

Mola hidatidosa lengkap

Mola hidatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membran, kromosom

maternal haploid dan paternal 2 haploid.

Mola hidatidosa parsial

Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan

normal, kromosom paternal diploid.

Mola hidatidosa invasif

Mola hidatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,

terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.

Page 7: Askeb Patologi Mola

2.1.4 Manifestasi klinis

1. Amenore dan tanda – tanda kehamilan

2. Perdarahan kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, karena perdarahan

ini pasien biasanya anemis.

3. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan

4. Tidak teraba adanya janin, tidak adanya balloment, tidak ada bunyi jantung anak

dan tidak nampak rangka janin pada rotgen foto. Pada mola partialis, keadaan

yang jarang terjadi, dapat di ketemukan janin

5. Hiperemisis lebih sering terjadi, lebih keras dan dan lebih lama.

6. Pre eklampsi atau eklamsi yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu

7. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala

mual dan muntah berat. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000)

2.1.5 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan sonde uterus (hanifa)

  Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis

servikalis dan kavu uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik

sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola ( cara Acosta-Sison ). Tes

acorta sison dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan

2. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urin

3. Ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)

4. Foto rontgen abdomen tidak terlihat tulang-tulang janin ( pada kehamilan 3-4

bulan ). Pemeriksana T3 dan T4 bila ada gejala hiotoksikosis (Arif Mansjoer,

Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000)

2.1.6 Diagnosis Banding

1.      Kehamilan ganda

2.      Hidramnion

3.      Abortus

2.1.7 Komplikasi

1.      Perdarahan yang hebat sampai terjadi syok. Jika tidak segera ditolong dapat

berakibat fatal.

2.      Perdarahan yang berulang-ulang dapat menyebabkan anemia.

Page 8: Askeb Patologi Mola

3.      Perforasi karena keganasan dank arena tindakan.

4.      Menjadi ganas ( Penyakit Trofoblast Ganas ) pada kira-kira 18-20 % kasus,

akan menjadi mola destruens atau kariokarsinoma.

2.1.8 Penatalaksanaan

Tindakan yang lebih diutamakan adalah menegakkan diagnosis mola hidatidosa

sebelum gelembung mola ( hamil anggur ) dikeluarkan, sehingga perdarahan yang

timbul pada waktu mengeluarkan mola dapat dikendalikan. Pada kasus dengan

gelembung mola keluar spontan, sebagian wanita dating dalam keadaan syok dan

anemis sehingga memerlukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian

transfuse darah yang cukup banyak.

Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap sebagai berikut :

1.      Perbaikan keadaan umum

Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan memerlukan transfuse,

sehingga penderita tidak jatuh dalam kedadaan syok dan dapat menjadi penyebab

kematian. Di samping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat dikuti perdarahan

sehingga persiapan darah menjadi program vital terapi mola hidatidosa. Pada waktu

mengeluarkan mola dengan kuretage didahului pemasangan infuse dan uterotonika

sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarahan.

2.      Pengeluaran jaringan mola hidatidosa

Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa pertimbangan berkaitan

dengan usia penderita dan paritas. Pada mola hidatidosa dengan usia muda dan

jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan dengan melakukan tindakan.

a)      Evakuasi jaringan mola hidatidosa.

Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dilakukan dengan kuretage atau

dengan vakum kuretage, yaitu alat penghisap listrik yang kuat sehingga dapat

menghisap jaringan mola dengan cepat. Penggunaan alat vakum listrik mempunyai

keuntungan, yaitu jaringan mola dengan cepat dapat dihisap dan mengurangi

perdarahan. Evakuasi jaringan mola dilakukan sebanyak dua kali dengan interval

satu minggu, dan jaringan diperiksa kepada ahli patologi anatomi.

b)      Histerektomi

Dengan pertimbangan usia yang relative tua ( di atas 35 tahun ) dan paritas lebih

dari 3, penderita mola hidatidosa mendapat tindakan radikal histerektomi.

Pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan kariokarsinoma menjadi

lebih tinggi. Hasil operasi diperiksakan kepada ahli patologi anatomi.

Page 9: Askeb Patologi Mola

3.      Pengobatan Profilaksis dengan sitostatika ( kemoterapi )

Mola Hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi

koriokarsinoma ( 65-75%). Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas,

penderita mola hidatidosa dibeerikan profilaksis dengan sitostatika ( kemoterapi )

Methortraxate ( MTX ) atau Dactinomycin. Pengobatan profilaksis atau terapi

sitostatika memerlukan perawatan dan pengawasan di rumah sakit.

4.      Pengawasan Lanjutan

Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga kesembuhan penyakit

mola hidatidosa memerlukan pengawasan. Di samping itu rekuren mola hidatidosa

mempercepat kejadian kariokarsinoma sehingga setelah penanganan mola

hidatidosa perlu menunda kehamilan paling sedikit satu tahun. Metode keluarga

berencana yang dianjurkan adalah pil KB, pantang berkala, kondom atau alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan post-mola hidatidosa adalah :

a)      Melakukan pemeriksaan dalam dengan pedoman “ Trias Acosta Sison :

HBSL” yaitu :

History : Post-mola hidatidosa

Post-abortus : Postpartum

Bleeding : Terjadi perdarahan berkelanjutan

Softness : Perlunakan rahim

Enlargement : Pembesaran rahim

Dengan evaluasi berdasarkan Trias Acosta Sison kemungkinan degenerasi ganas

secara klinis dapat ditegakkan.

b)      Pemeriksaan hormone.

Sebelum dapat ditetapkan dengan pemeriksaan canggih, mola hidatidosa ditetapkan

dengan melakukan pemeriksaan Galli Mainini. Pemeriksaan alat canggih dilakukan

untuk menetapkan kadar hormone gonadotropin.

c)      Pemeriksaan foto thoraks.

Pemeriksaan foto thoraks dilakukan karena kemungkinan metastase ke paru-paru

dengan gejala batuk-batuk disertai dahak berdarah, dapat menimbulkan akumulasi

cairan di dalam pleural.

d)     Mencari metastase.

Degenerasi ganas mola hidatidosa bila dijumpai metastase bintik kebiruan pada

vagina yang merupakan tanda khas korio karsinoma.

Page 10: Askeb Patologi Mola

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan dengan Mola Hidatidosa

2.2.1. Pengkajian

2.2.1.1 Data Subyektif

1. Biodata/Identitas meliputi nama ibu dan suami, umur, pendidikan,dan

pekerjaan. Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

merupakan resiko terjadi kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada

kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia

subur dapat terjadi kehamilan mola.

2. Keluhan utama pada mola hidatidosa

a)      Terdapat gejala hamil muda yang kadang lebih nyata dari kehamilan

biasa seperti mual, muntah, pusing yang berlangsung lebih hebat.

b)      Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna

tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.

c)      Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu

ada) yang merupakan diagnose pasti.

3. Riwayat menstruasi

Meliputi: siklus haid, dan HPHT. Menstruasi yang tidak teratur merupakan

salah satu resiko terjadinya mola. HPHT untuk menentukan usia kehamilan,

pada mola hidatidosa besar uterus lebih besar dari usia kehamilannya.

4. Riwayat obstetri

Kebanyakan mola hidatidosa sekarang dapat didiagnosis pada trimester

pertama sebelum tanda dan gejala muncul melalui USG. Pada mola partial

pasien biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan abortus

inkomplit atau missed abortion. Paritas tinggi memiliki kemungkinan

terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya sehingga ada

kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa. Pada ibu

yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa

karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic. Namun

juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan

molahidatidosa. Keguguran 2 kali atau lebih, riwayat kehamilan mola

sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya mola.

5. Riwayat Penyakit yag Pernah Diderita

Page 11: Askeb Patologi Mola

Ada riwayat kehamilan mola sebelumnya, karena riwayat kehamilan mola dapat

meningkatkan kejadian mola hingga lebih dari 10 kali lipat. Kekambuhan

molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap

12 penelitian yang total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola

adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan

yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer “

6. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga

Adanya riwayat keluarga yang mengalami mola sebelumya. Perkembangan

molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap

invasi oleh trofoblas dan hal ini bisa kemungkinan diturunkan secara genetik.

7. Pola Fungsional Kesehatan

Pola nutrisi

Secara epidemiologi, mola komplit dapat meningkat bila wanita kekurangan

karoten dan defisiensi vitamin A. Kekurangan protein juga merupakan faktor

yang menyebabkan terjadinya mola. Selain itu keperluan akan zat protein pada

waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan

mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna. (Sarwono, 2008).

8. Pola kebisaan

Merokok merupakan salah satu faktor terjadinya mola hidatidosa. Infeksi

virus/toksoplasmosis merupakan faktor salah satu. Infeksi mikroba dapat

mengenai semua orang termasuk wanita hamil terutama pada wanita hamil yang

mempunyai peliharaan berbulu.

2.2.1.2 Pengkajian Data Objektif

1. Pemeriksaan umum.

Tanda-tanda vital

- Tekanan darah normal adalah antara 90/60 mmHg hingga 130/90 mmHg.

Pada mola tekanan darah lebih rendah dari normal kurang dari 90/60

mmHg.

2.Pemeriksaan fisik

a.Wajah

Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningan yang disebut dengan

muka mola (mola face).

b. Abdomen/uterus

Page 12: Askeb Patologi Mola

Uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan, teraba lebek. Tidak teraba

bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin. Tidak terdengar dentak

jantung janin, tapi terdengar bising dan bunyi khas.

c.Genetalia

Jika gelembung mola keluar dapat terlihat dengan jelas.

3.Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin,

terdapat perdarahan dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina.

4.Pemeriksaan Laboratorium

Kadar β HCG cenderung meningkat dan bertambah kuat. Kadar HCG yang jauh lebih

tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa kadar HCG darah paling tinggi

100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.

5.Pemeriksaan penunjang lain

-Rontgen

Tidak tampak gambaran tulang janin. Tampak gambaran mirip badai salju.

-USG

Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran berongga seperti anggur.

2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada

pasien.

2.2.2.1 Diagnosa Aktual: G..P..A.. UK.. dengan mola hidatidosa

Diagnosa diperoleh keterangan dan keluhan ibu langsung dan hasil

pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah ke diagnosa.

2.2.2.2 Masalah (yang mungkin terjadi)

1. Gangguan psikologi

Ibu merasa sedih karena kehamilan yang diharapkan

2. Anemia.

Disebabkan perdarahan yang berulang-ulang dan kurangnya asupan gizi

pada mual dan muntah.

3. Keterbatasan beraktifitas

Karena nyeri yang diderita ibu menyebabkan ibu membatasi aktifitasnya

2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Page 13: Askeb Patologi Mola

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan

berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang gawat.

1. Perdarahan hebat

2.      Anemia

3.      Infeksi

4.      Syok

5.      Perforasi uterus

6.      Keganasan 18 – 20 % kasus

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

1. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.

2. Rujukan ke tempat pelayanan medis rujukan terdekat.

2.2.5 Perencanaan

1. Beritahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan

R/ ibu mengetahui keadaanya saat ini.

2. Buat tata laksana masalah yang muncul pada ibu dengan mola hidatidosa seperti

mual yang berlebih, pusing serta perdarahan yang terjadi.

R/ Masalah yang dihadapi ibu mampu ditangani dengan baik supaya keadaan ibu

tidak semakin memburuk.

3. Memberikan informconsent kepada keluarga bahwa keadaan ibu perlu dilakukan

rujukan untuk penanganan yang lebih tepat.

R/ Keluarga mengetahui keadaan ibu serta tindakan medis yang akan dilakukan.

4. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi dan penanganan

yang tepat.

R/ Penanganan mola hidatidosa merupakan wewenang dokter dalam memberikan

terapi sehingga perlu dilakukan kolaborasi dan rujukan untuk mendapatkan

penanganan yang tepat.

5. Lakukan persiapan rujukan dengan memasang infus RL dan transfusi darah jika

diperlukan.

R/ Mencegah terjadinya anemia dan syok pada ibu dalam perjalanan menuju ke

tempat rujukan.

Page 14: Askeb Patologi Mola

2.2.6 Implementasi

a. Menjelaskan ada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.

b. Memperbaiki KU Ibu.

c. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

d. Memberikan ibu terapi untuk meredakan rasa mualnya.

e. Menganjurkan untuk melakukan rujukan serta kuretase di dokter spesialis

kandungan

f. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan mola

g. Melakukan pendokumentasian.

2.2.7 Evaluasi

a. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi ibu saat ini.

b. KU Ibu sudah diperbaiki.

c. Ibu bersedia untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas/pekerjaan berat.

d. Ibu bersedia meminum B6

e. Ibu bersedia untuk melakukan rujukan dan kuretase isap.

f. Ibu mengerti mengenai kehamilan mola yang dialaminya.

g. Pendokumentasian sudah dilakukan.

Page 15: Askeb Patologi Mola

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 18 September 2013

3.1 PENGKAJIAN

DATA SUBYEKTIF

1. BIODATA/IDENTITAS

Nama Ibu : Ny. “SM”

Umur : 40 tahun

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Pedagang.

2. Keluhan Utama:

Ibu mengatakan keluar darah tadi pagi jam 06.00 WIB serta ibu merasa mual dan

pusing yang berlebihan

3. Riwayat Menstruasi:

Siklus : 30 hari

HPHT : 15 Mei 2013

4. Riwayat Obstetri

Ini merupakan kehamilan yang ke-5. Ibu mengalami mual muntah berlebihan

sejak awal kehamilan hingga sekarang.

5. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Sebelumnya ibu tidak pernah didiagnosis mengalami kehamilan dengan mola

hidatidosa.

6. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga dari ibu yang pernah mengalami kehamilan mola

hidatidosa.

7. Pola Fungsional Kesehatan

Pola nutrisi

Setiap hari ibu makan dengan nasi, lauk dan sayur.

8. Pola kebiasaan

Page 16: Askeb Patologi Mola

Ibu tidak pernah merokok sebelum dan selama hamil.

Data Objektif

Keadaan Umum : lemah

Tanda-tanda vital

TD : 90/60 N : 88x/menit

S : 36,7⁰C RR :20x/menit

Pemeriksaan fisik

a. Wajah

Muka terlihat pucat kekuningan dengan konjungtiva pucat.

b. Abdomen/uterus

TFU pertengahan symphisis-pusat, teraba lebek, tidak teraba bagian-bagian janin dan

ballotement serta gerakan janin. Tidak terdengar detak jantung janin..

Genetalia

Keluar darah bergumpal seperti gelembung.

Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin,

terdapat perdarahan dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina.

Pemeriksaan Laboratorium

Darah : Hb : 8gr%

Urin : Didapatkan kadar β HCG mencapai 4.500.000 IU/L.

Pemeriksaan penunjang lain

- USG

Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran berongga seperti anggur.

3.3 Interpretasi Data

Diagnosa : G5P4004 UK 16 minggu 3 hari dengan mola hidatidosa.

Masalah : anemia

3.4 Identifikasi dan antisipasi diagnose potensial

Tumor ganas dari troboflast /choriocarsinoma

3.5 Tindakan segera

Kolaborasi dan rujukan

 3.6 Perencanaan

Page 17: Askeb Patologi Mola

1. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.

2. Perbaiki KU Ibu

3. Anjurkan ibu untuk istirahat

4. Berikan ibu terapi B6

5. Anjurkan untuk melakukan rujukan.

6. Beri tahu ibu tentang Mola Hidatidosa yang di alaminya.

7. Lakukan pendokumentasian.

3.7 Implementasi

a. Menjelaskan ada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini.

b. Memperbaiki KU Ibu. Memberikan Ibu infus RL 20 tpm untuk menggantikan

cairan tubuh ibu yang hilang juga karena perdarahan, pemenuhan gizi yang baik

yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral yang dapat

mencukupi kebutuhan kehamilan ibu saat ini seperti nasi, sayur, lauk misal :

tempe, tahu, ikan, hati, daging, buah dan susu.

c. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu dilarang untuk melakukan

aktifitas yang berat-berat karena dapat menyebabkan perdarahan yang lebih

parah pada ibu.

d. Memberikan ibu terapi B6 3x1sebelum makan, untuk meredakan rasa mualnya.

e. Menganjurkan untuk melakukan rujukan serta kuretase di dokter spesialis

kandungan, tujuannya agar membersihkan uterus dari sisa jaringan gelembung-

gelembung mola yang seperti buah anggur. Kehamilan molahidatidosa ini harus

digugurkan segera setelah diagnosa ditentukan karena dapat berlanjut menjadi

choriocarsinoma yaitu tumor ganas dari troboflast yang biasa timbul setelah

kehamilan molahidatidosa. Ibu dapat hamil lagi, bila uterus ibu dilakukan

kuretase agar dapat membersihkan jaringan-jaringan mola yang seperti buah

anggur tersebut, kehamilan mola ini dapat terjadi pada wanita yang terkena

infeksi, defisiensi makanan dan genetik faktor resiko sosial ekonomi rendah,

usia dibawah 20 tahun dan paritas tinggi, ibu dapat hamil lagi setelah jarak 2

tahun dari kehamilan ini.

f. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ibu ini adalah kehamilan mola tipe

komplet (klasik) yang tidak ditemukan janin yang gelembung itu biasanya

sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur, gelembung ini dapat

mengisi diseluruh cavum uteri pada pemeriksaan USG juga terlihat seperti

sarang tawon, seperti badai salju, terdapat gelembung-gelembung menyerupai

Page 18: Askeb Patologi Mola

buah anggur, kemudian pada pemeriksaan Beta HCG kadar gonadtropin chorion

dalam darah dan air kencing sangat tinggi.

g. Melakukan pendokumentasian.

3.8 Evaluasi

a. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi ibu saat ini.

b. KU Ibu sudah diperbaiki.

c. Ibu bersedia untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas/pekerjaan

berat.

d. Ibu bersedia meminum B6

e. Ibu bersedia untuk melakukan rujukan dan kuretase isap.

f. Ibu mengerti mengenai kehamilan mola yang dialaminya.

g. Pendokumentasian sudah dilakukan.

Page 19: Askeb Patologi Mola

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, penulis akan menganalisa antara asuhan kebidanan pada

ibu dengan mola hidatidosa dengan teori yang ada. Banyak hal yang ditemukan dalam

melaksanakan asuhan kebidanan mulai dari pengumpulan data hingga penatalaksanaan.

A. Subyektif

Pada pengumpulan data subyektif, hasil anamnesa,keluhan ibu adalah

mengeluarkan darah dan mual muntah berlebih. Hal tersebut sesuai dengan teori Arif

Mansjoer dalam Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000 bahwa pada mola hidatidosa akan

muncul keluhan seperti gejala hamil bahkan berlebih karena kadar beta HCG yang

meningkat serta perdarahan yang diakibatkan oleh.

Umur ibu 40 th. Hal tersebut sesuai dengan teori Wiknjosastro dalam buku Ilmu

Kandungan edisi kedua, 2005 yang menyatakan bahwa faktor usia yang dibawah 20 tahun

dan diatas 35 tahun merupakan resiko terjadi kehamilan mola.

Selain usia, paritas juga mungkin merupakan penyebab terjadinya mola, hal tersebut juga

tampak pada kasus dimana ibu hamil anak ke-5.

B. Data Obyektif

Dalam pengumpulan data obyektif didapatkan keadaan umum ibu lemah, wajah

pucat dan konjungtiva anemis sesuai dengan teori teori Arif Mansjoer dalam Kapita

Selekta Kedokteran Jilid I, 2000 dimana ibu dengan mola menjadi pucat dan anemis

karena perdarahan.

Pada pemeriksaan abdomen terdapat TFU pertengahan symphisis-pusat, teraba

lebek, tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement serta gerakan janin. Tidak

terdengar detak jantung janin. Hal tersebut sesuai dengan teori Wiknjosastro dalam buku

Ilmu Kandungan edisi kedua, 2005 dimana manifestasi klinis pada mola adalah Perbesaran

uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak teraba adanya janin, tidak adanya balloment,

tidak ada bunyi jantung anak dan tidak nampak rangka janin pada rontgen foto.

Pada genetalia terdapat pengeluaran darah bergumpal seperti gelembung. Sesuai dengan

teori manuaba dalam buku pengantar kuliah obstetric, 2007 bahwa pada mola terjadi

perdarahan yang bergumpal berasal dari gelembung-gelembung villi.

Pada pemeriksaan dalam rahim terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin,

terdapat perdarahan dan jaringan dalam canalis cervikalis dan vagina. Pada pemeriksaan

darah didapatkan Hb : 8gr dan pada urin didapatkan kadar β HCG mencapai 4.500.000

IU/L. Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran berongga seperti anggur. Sesuai dengan

Page 20: Askeb Patologi Mola

teori Arif Mansjoer dalam Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2000 pada pemeriksaan USG

juga terlihat seperti sarang tawon, seperti badai salju, terdapat gelembung-gelembung

menyerupai buah anggur, kemudian pada pemeriksaan Beta HCG kadar gonadtropin

chorion dalam darah dan air kencing sangat tinggi.

Demikian analisa penulis yang menyatakan adanya kesesuaian antara asuhan kebidanan

pada ibu dengan mola hidatidosa dengan teori yang ada.

Page 21: Askeb Patologi Mola

BAB V

PENUTUP

Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. SM umur 40 tahun dengan mola

hidatidosa, maka dapat disimpulkan :

Pada pengkajian data, informasi diperoleh dari klien dengan melakukan anamnesa

tentang riwayat kesehatan serta keluhan yang ada hubungannya dengan mola hidatidosa.

Pada diagnosa didapatkan Ny. SM umur 40 tahun dengan mola hidatidosa, untuk itu

penulis bertujuan memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan 7 langkah varney.

Pada antisipasi masalah dan identifikasi kebutuhan segera yang ada pada kasus dilakukan

berdasarkan teori yang ada.

Semua intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang ada pada ibu dan semua dapat

dilaksanakan dengan baik karena adanya sarana dan keterlibatan pasien sehingga pada

akhir pelaksanaan asuhan kebidanan berakhir dengan baik dan memuaskan.

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang dilakukan, sehingga dapat dilihat

keberhasilan/kegagalan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan. Evaluasi dilakukan

setelah intervensi diberikan. Dalam melakukan asuhan kebidanan ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

1. Faktor penunjang

- Pasien memberikan kepercayaan kepada petugas

- Sarana dan prasarana yang tersedia

2. Faktor penghambat

Adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam memberikan asuhan

kebidanan dan konseling pada pasien.

I.1 Saran

5.2.1 Bagi mahasiswa :

1. Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengembangkan diri baik secara

teori maupun praktek nyata, membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan

memperluas wawasannya tentang kehamilan dengan mola hidatidosa.

5.2.2 Bagi Klien

1. Diharapkan klien dan keluarga mengerti dan tahu mengenai kehamilan

dengan mola hidatidosa.

2. Hendaknya pasien dan keluarga memanfaatkan sarana dan pelayanan

kesehatan yang ada dalam proses pengobatan mola hidatidosa.

Page 22: Askeb Patologi Mola

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary,Gant. 2005. Obstetri williams vol2. Jakarta: EGC

Soekimin. 2005. Penyakit Trofoblas Ganas. Sumatera: Fakultas Kedokteran USU.

Wiknjosastro, Hanifa, et al,. 2005.Ilmu Kandungan edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba, IBG, Chandranita Manuaba, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.

Jakarta : EGC.