asdasd
DESCRIPTION
adssadTRANSCRIPT
KASUS : P2M TBC
Bapak M(40 tahun) memiliki seorang istri (35 tahun) dan 5 orang anak
yang masing-masing A(perempuan) 15 tahun, S(perempuan) 13 tahun,
As (laki-laki) 10 tahun, Rs (laki-laki) 8 tahun, R (perempuan) 4 tahun.
Anak perempuannya, R saat ini sedang batuk-batuk sudah 3 minggu
tidak kunjung reda. Ada riwayat penurunan berat badan dan keringat
malam juga ada. Berat badan R 12 kg, skar BCG +. Karena tidak tahu
dan tidak punya cukup uang, anak R hanya diberi jamu-jamuan dan obat
warung. Keluarga bapak M tinggal disebidang rumah 4x10 meter di
pemukiman padat penduduk. Sinar matahari sulit masuk kedalam rumah.
PENDAHULUAN
Tujuan : Mengetahui penanganan penyakit TBC di tingkat
puskesmas dan melaksanakan peran dokter keluarga.
Pengertian
Penyakit TBC : Suatu penyakit infeksi menular. Yang menyerang
berbagai organ atau jaringan tubuh.
Penyebab penyakit TBC : Bakteri Mycobacterium tuberculosis
dan Mycobacterium bovis.
Penyakit TBC umumnya menyerang gol usia produktif & gol sosial
ekonomi rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya
manusia yang dapat menghambat pertumbuhan kesehatan dan ekonomi
suatu negara.
Perhatian aktivitas kesehatan dunia dikejutkan oleh suatu deklarasi
‘kedaruratan global’ atau (the global emergency) tuberkulosis (TBC) di
tahun 1993 dari WHO, karena sebagian besar negara-negara di dunia
tidak dapat berhasil mengendalikan penyakit Tuberkulosis tersebut.
Kenapa demikian?, hal ini di sebabkan oleh karena rendahnya angka
kesembuhan penderita yang berdampak pada tingginya status
penularan.
Selain itu penyakit Tuberkulosis ini kembali menjadi perhatian dengan
munculnya fenomena kasus HIV/AIDS dan kejadian MDR (multidrug
resistance).
EPIDEMIOLOGI WHO menyatakan 22 negara dengan beban TBC tertinggi di dunia 50%-nya
berasal dari negara-negara Afrika dan Asia serta Amerika (Brasil). Di katakan
hampir semua negara ASEAN masuk dalam kategori 22 negara tersebut
kecuali, Singapura dan Malaysia. Dari seluruh kasus di dunia, India 30%,
China 15% dan Indonesia 10%.
Menurut SKRT (survei kesehatan rumah tangga) di tahun 1986, penyakit
Tuberkulosis di Indonesia merupakan penyebab kematian ke-3 dan menduduki
urutan ke-10 penyakit terbanyak di masyarakat. Pada tahun 1999 di Jawah
Tengah, menduduki urutan ke-6 dari 10 penyakit rawat jalan di rumah sakit.
Pada profil kesehatan di Indonesia tahun 2002 presentase TBC terbesar :
usia 25-34 tahun (23,67%),
Usia 35-44 tahun (20,46%),
Usia 15-24 tahun (18,08%),
Usia 45-54 tahun (17,48%),
Usia 55-64 tahun (12,32%)
lebih dari 65 tahun (6,68%)
dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31%).
Gambaran di seluruh dunia menunjukan bahwa morbiditas dan mortalitas
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, dan pada pasien yang berusia lanjut
di temuka penderita laki-laki lebih banyka daripada wanita.
Di seluruh provinsi di Indonesia pada tahun 2002 menunjukan bahwa dari 76.230
penderita TBC dengan BTA + terdapat 43.294 laki-laki (56,79%) dan 32.936
wanita (43,21%).
Dengan demikian dari seluruh penderita angka kesembuhan hanya mencapai
70,03% dari 85% yang ditargetkan.
Rendahnya angka kesembuhan ini disebabkan oleh
beberapa fakor :
dari penderita (perilaku, karakteristik, sosial
ekonomi),
petugas kesehatan (perilaku, keterampilan),
ketersediaan obat,
lingkungan (geografis),
PMO (pengawasan minum obat)
serta virulensi dan jumlah kuman.
PEMBAHASAN
Penyakit menular TBC adalah penyakit yang ditularkan melalui
berbagai media. Sehingga merupakan masalah kesehatan yang
besar di hampir semua negara berkembang karena angka
kesakitan dan kematian relatif tinggi dalm waktu yang relatif
singkat.
Penyakit ini masih diprioritaskan mengingat sifat menularnya
yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian besar.
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai
faktor yang saling mempengaruhi :
1. lingkungan (environment),
2. penyebab penyakit (agent) dan
3. penjamu (host)
4. serta jalannya penularan (route of transmission).
Ketiga faktor ini sangatlah penting yang disebut segi
tiga epidemiologi (epidemiological triangle) dan
digambarkan secara sederhana sebagai timbangan.
Bila agent penyebab penyakit dengan pejamu berada
dalam keadaan seimbang, maka seorang dikatakan
berada dalam keadaan sehat.
jika terjadi ketidak seimbangan akan ada pada sehat
atau sakit.
Sedangkan penurunan daya tahan tubuh akan
menyebabkan agent penyebab penyakit menjadi lebih
berat sehingga menjadi sakit.
AGENT (PENYEBAB PENYAKIT TBC)
Sifat” Agent :
ukuran,
kemampuan berkembang biak,
kematian agent, atau
daya tahan terhadap pemanasan atau pendinginan.
Selain itu sifat virulensi.
Virulensi adalah kemampuan atau keganasan suatu agent
penyakit untuk menimbulkan kerusakan pada sasaran.
Agentnya :
Bakteri Mycobacterium tuberculosis
Ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
Bentuk batang tipis, lurus / membengkok,
Bergranular / tidak mempunyai selubung,
Mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri
dari lipoid (terutama asam mikolat).
Sifat istimewa, bertahan terhadap
pencucuian warna dengan asam dan alkohol,
disebut basil tahan asam (BTA),
serta tahan zat kimia dan fisik. keadaan kering
dan dingin,
bersifat dorman dan aerob.
Bakteri mati pada pemanasan 1000C selama 5-
10 menit atau pada pemanasan 600C selama 30
menit dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30
detik.
Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa
berbulan-bulan),
Tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran
udara (ventilasi).
HOST (PENJAMU)
Tentang host :
karakteristik (umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, ras
dan gaya hidup),
Status gizi, atau daya tahan, pertahanan tubuh,
higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit, dan pengobatan.
Karena terjadinya penyakit ditentukan faktor”pada tubuhnya
sendiri yaitu tentang sistem kekebalan atau immunnya.
ENVI RONMENT (LINGKUNGAN)
Tentang Evironment
Segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada disekitar
manusia yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.
Lingkungan fisik : Segala sesuatu yang berada disekitar manusia seperti :
air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin, rumah dan benda mati lainnya.
Lingkungan non-fisik/Lingkungan sosial : Suatu tindakan yang mengatur
kehidupan manusia dan usaha”nya untuk mempertahankan kehidupan
seperti : pendidikan , rasa tanggung jawab, pengetahuan , pekerjaan, dan
keadaan ekonomi.
Lingkungan biologi adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti :
tumbuh-tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme.
Lingkungan Rumah Menurut Nurhidayah (2007) yang mengutip pendapat
Walton, Lingkungan rumah : lingkungan fisik : ventilasi, suhu, kelembaban,
lantai, dinding serta lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni.
Rumahan Sehat Menurut Winslow dan APHA yang dikutip oleh Suyono
dan Budiman (2011), harus memenuhi beberapa persyaratan :
1. memenuhi kebutuhan fisiologis,
2. memenuhi kebutuhan psikologis,
3. mencegah penularan penyakit,
4. dan mencegah terjadinya kecelakaan.
memenuhi kebutuhan fisiologis :
1. Pencahayaan yang cukup, baik cahaya
alam (sinar matahari) maupun cahaya
buatan (lampu).
2. Penghawaan (ventilasi) yang cukup
untuk proses penggantian udara dalam
ruangan.
3. Tidak terganggu oleh suara-suara
yang berasal dari luar maupun dalam
rumah (termasuk radiasi).
4. Cukup tempat bermain bagi anak-
anak dan untuk belajar.
mampu mencegah penularan penyakit :
1. Tersedianya air bersih untuk minum yang
memenuhi syarat kesehatan.
2. Tidak memberi kesempatan serangga
(nyamuk dan lalat), tikus dan binatang
lainnya bersarang di dalam atau di sekitar
rumah.
3. Pembuangan kotoran (tinja) dan air limbah
memenuhi syarat kesehatan.
4. Pembuangan sampah pada tempat yang
baik, kuat dan higienis.
5. Luas kamar tidur maksimal 3,5 m² per
orang dan tinggi langit-langit maksimal
2,7 m.
6. Tempat masak dan menyimpan makanan
harus bersih dan bebas dari pencemaran
atau gangguan serangga (lalat, semut, lipas
dll) dan tikus serta debu.
PENULARAN (TRANSMISSION)
Penularan penyakit TBC melalui udara (droplet nuclei) saat
seorang pasien TBC batuk percikan ludah yang
mengandung bakteri terhirup oleh orang lain saat bernapas.
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan
Penularan penyakit melalui kontak langsung dan tidak
langsung
CARA PENEMUAN PENDERITA TBC
Dibedakan atas dua bagian yaitu : aktif dan pasif :
1. Cara penemuan pada orang dewasa
2. Cara penemuan pada anak-anak
Strategi penemuan pasien Tuberkulosis dilakukan secara pasif dengan promosi aktif
yaitu Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan,
didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien Tuberkulosis.
Pemeriksaan terhadap kontak pasien Tuberkulosis, terutama mereka yang BTA
positif dan pada keluarga anak yang menunjukan gejala sama, harus diperiksa
dahaknya.
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif.
LABORATORIUM
Pada Penyakit TBC dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk menemukan BTA (basil tahan asam) positif atau tidak.
Dapat juga dengan pemeriksaan lain yaitu kultur bakteri
namun, biayanya mahal dan hasilnya lama.
Pemeriksaan dahak berfungsi :
1. Menegakkan diagnosis,
2. Menilai keberhasilan pengobatan dan
3. Menentukan potensi penularan.
Pengambilan spesimen dahak yaitu : secara SPS (sewaktu-pagi-sewaktu)
a. Sewaktu, dahak dikumpulkan pada waktu pertama kali berkunjung.
b. Pagi, dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
c. Sewaktu, dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi
Memerlukan dahak sebanyak lebih 5 mL
Menggunakan pewarnaan panas dengan metode Ziehl Neelsen (ZN) atau
pewarnaan dingin dengan Kinyoun-Gabbet menurut Tan Thiam Hok.
PENGOBATAN Prinsip dasar obat antiTBC harus dapat menembus berbagai jaringan termasuk
selaput otak.
Obat TBC yang digunakan :
a).Obat TBC utama (first line) rifampisin, INH, pirazinamid, etambutol, dan
streptomisin.
b). Obat TBC lain (second line): PAS, viomisin, sikloserin, etionamid, kanamisin, dan
kapriomisin yang digunakan jika terjadi multi drug resistance.
Fixed doses combination (FDC) : Pengobatan TBC umumnya dilakukan dengan
rawat jalan (outpatient basis). Namun ada beberapa kondisi yang membutuhkan
perawatan di RS. Kondisi-kondisi tersebut adalah:
• Meningitis TB dan TB milier, lebih baik selama 2 bulan pertama
• Anak dengan gangguan pernapasan
• TB tulang belakang
Efek samping pengobatan yang parah, misalnya kuning karena keracunan pada hati.
Tabel 2. Dosis Obat Antituberkulosis Lini Pertama
Obat Dosis Harian (mg/kgBB/hari) Dosis Max(mg/hari)
Efek Samping
Isoniazid Rifampisin** Pirazinamid Etambutol Streptomisin
5-15* 10-20 15-30 15-20 15-40
300 600 2000 1250 1000
Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna orange kemerahan Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, hipersensitivitas, gastrointestinal Ototoksik, nefrotoksik
* Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabitias rifampisin
Tabel 3. Dosis OAT Kombinasi pada TB anak
Berat Badan (kg)
2 BulanRHZ (75/50/150 mg)
4 BulanRH (75/50 mg)
5-910-1920-32
1 tablet2 tablet4 tablet
1 tablet2 tablet4 tablet
Catatan:· Bila BB ≥33 kg dosis disesuaikan dengan Tabel 4 (perhatikan dosis maksimal)· Bila BB <5 kg sebaiknya dirujuk ke RS· Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah)
Tujuan utama pengobatan TB pada anak adalah:
• Membunuh sebagian besar bakteri dengan cepat untuk mencegah
perkembangan penyakit dan penularan.
• Menghasilkan kesembuhan permanen dengan membunuh bakteri yang
tidak aktif sehingga tidak akan menimbulkan kekambuhan.
• Mencapai 2 tujuan di atas dengan efek samping seminimal mungkin.
• Mencagah terbentuknya bakteri yang resisten terhadap obat TB dengan
menggunakan kombinasi obat.
PROGRAM DOTS
Prinsip DOTS ini adalah pasien TBC harus mengambil obat dibawah
pengawasan langsung tenaga kesehatan dan sukarelawan yang ditunjuk.
Tujuan DOTS adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
Tugas PMO tidak untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari
unit pelayanan kesehatan melainkan untuk mengawasi pasien TBC agar
menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
Pengawasan minum obat (PMO)
PMO pada dasarnya dapat berasal dari tidak hanya tenaga kesehatan seperti
perawat, dokter tetapi dapat berasal dari :
Anggota keluarga,
Sahabat
bahkan tetangga.
orang yang dikenal, disegani, dipercaya, dan tinggal dekat dengan
penderita.
Seseorang juga dapat menjadi PMO asalkan bersedia membantu pasien
tanpa pamri dan bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama-
sama dengan pasien.
VAKSIN BCG
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan
(bakteri, virus, atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan,
atau mengobati penyakit yang menular.
Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur
strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif
terhadap TBC dan telah digunakan sejak tahun 1921
Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active
tuberculosis dan kematian. Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor
termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan
beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak-anak yang hasil
uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang
dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau
menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin.
vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja
di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi.
Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya
posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin
BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.
Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu
2 – 8oC serta terlindung dari cahaya.
Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi
intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau
injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit
menerima injeksi intradermal. Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk infants diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg)
2. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan 1 dosis vaksin BCG
sebanyak 0,1 ml (0,1mg)
Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 – 15
tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya dilakukan pada usia
12 -15 tahun.
Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan
pada kulit seperti atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain
(perlu ada interval waktu setidaknya 3 minggu).
PENDEKATAN DOKTER KELUARGA
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan
pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, integrative, holistic,
koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran
keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada
semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis
penyakitnya.
Sistem pelayanan dokter keluarga sesungguhnya merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang perlu diatur dalam Undang-
undang. Disinilah sesungguhnya tumbuh kembangnya "the five stars
doctors", sebagai "the agent of change“.
1. "care provider" (sebagai bagian dari kelurga, sebagai pelaksana pealyanan kedokteran
komprehensif, terpadu, berkesinambungan, pada pelayanan dokter tingkat pertama;
sebagai pelapis menuju ke pelayanan kedokteran tingkat kedua)
2. "decicion maker" (sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran, dengan
memperhatikan semua kondisi yang ikut mempengaruhinya)
3. "communicator" (sebagai pendidik, penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat
keluarga dalam banyak hal dan masalah: gizi, narkoba, keluarga berencana, seks, HIV,
AIDS, sters, kebersihan, pola hidup sehat, olah raga, olah jiwa, kesehatan lingkungan)
4. "community leader" (membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan,
utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal
kesehatan dan kedokteran keluarga)
5. "manager" (berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan, dalam ikhwal
penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga).
Karakteristik Dokter keluarga menurut IDI (1982) adalah :
a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga
dan masyarakat.
b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung
jawab atas kelanjutannya.
UPAYA PROMOTIV& PREVENTIF Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara
aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan. (Depkes RI)
Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang kesehatan
masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :
1. Promotion of healt
2. Specifik protection
3. Early diagnosis and prompt treatment
4. Limitation of disability dan
5. Rehablitation.
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Usaha-usaha yang dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, bumil, remaja,
usila,dll) melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan
rumah
b. Pemberian Vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas,
maupun dirumah
c. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
d. Deteksi dini kasus dan factor resiko (maternal, balita, penyakit).
KESIMPULAN
Penyakit TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru
manusia. TBC merupakan salah satu problem utama epidemiologi
kesehatan didunia. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor
penentu yang saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah
epidemi. Interaksi tersebut dapat digambarkan dalam Bagan
“Segitiga Epidemiologi TBC”.
Meningkatnya angka penderita TBC disebabkan berbagai faktor
diantaranya karakteristik demografi keluarga, social ekonomi, sikap
keluarga itu sendiri, seperti ketidaktahuan akan akibat, komplikasi
dan cara merawat anggota keluarganya yang menderita TBC di
rumah dan sikap penderita TBC
Faktor lain yang berpengaruh adalah pengetahuan keluarga yang
kurang tentang penyakit TBC seperti penyebab, akibat dan
komplikasinya, sehingga menyebabkan keluarga dan penderita
TBC kurang termotivasi untuk berobat yang berakibat terjadinya
penularan dalam keluarga.
Akibat lebih jauh dari hal tersebut adalah terjadinya penularan
penderita TBC dalam keluarga dan masyarakat yang kemudian
akan berdampak pada masalah pembangunan kesehatan kesehatan
di Indonesia karena meningkatnya angka penderita TBC.
Saran
Pencegahan terhadap infeksi TBC sebaiknya dilakukan sedini
mungkin, yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan
tersier (rehabilitasi).