asal mula penggunaan bahasa gaul

6
Nama : Hendry Pramudhia Agusta Kelas : 1MRK4 NIM : 1341320003 Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul Bahasa gaul tidak hanya muncul belakangan ini saja, tetapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda biasa disebut bahasa prokem atau bahasa okem. Salah satu kosakata bahasa prokem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah "bokap". Bahasa prokem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka tidak mengerti. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi bersembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan. Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Istilah dalam bahasa prokem seperti mokal, mokat, atau bokin dan lain-lain. Dalam bahasa prokem, kata dibentuk dengan menyisipkan "ok" di tengah kata yang bagian akhirnya dibuang. Contoh: preman, dibuang "an"-nya dan disisipkan "ok" di tengah, dan preman pun berubah menjadi prokem. Sepatu yang menjadi sepokat dan duit jadi doku. Juga ada kata yang dibolak-balik seperti pusing menjadi suping.(Wikipedia: 2005)

Upload: hendry-pramudhia

Post on 16-Jan-2016

434 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul

TRANSCRIPT

Page 1: Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul

Nama : Hendry Pramudhia Agusta

Kelas : 1MRK4

NIM : 1341320003

Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul

Bahasa gaul tidak hanya muncul belakangan ini saja, tetapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda biasa disebut bahasa prokem atau bahasa okem. Salah satu kosakata bahasa prokem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah "bokap".

Bahasa prokem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka tidak mengerti. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi bersembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan.

Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Istilah dalam bahasa prokem seperti mokal, mokat, atau bokin dan lain-lain.

Dalam bahasa prokem, kata dibentuk dengan menyisipkan "ok" di tengah kata yang bagian akhirnya dibuang. Contoh: preman, dibuang "an"-nya dan disisipkan "ok" di tengah, dan preman pun berubah menjadi prokem. Sepatu yang menjadi sepokat dan duit jadi doku. Juga ada kata yang dibolak-balik seperti pusing menjadi suping.(Wikipedia: 2005)

Pada tahun 1970-an, Dengan motif yang kurang lebih sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya khasanah perbendaharaan bahasa gaul. Anak muda 1970-an memperkenalkan asoy untuk asyik dan ajojing untukberdisko. Pada masa itu, Teguh Esha, lewat novel Ali Topan Anak Jalanan (1972) dan sekuelnya, Ali Topan: Detektif Partikelir (1973), mempopulerkan bahasa prokem yang aslinya dari bahasa para preman (Tajudin, Tempo: 2007).

Pada 80-an bahasa gaul anak muda makin marak. Radio salah satu sumbernya.Sandiwara radio Catatan Si Boy (Cabo) di Prambors banyak menyumbang istilah baru."Cabo harus bermain di kalimat karena radio hanya menjual suara," ujar Wanda

Page 2: Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul

Tumanduk, salah satu penulis naskahnya dalam buku Tempat Anak Muda Mangkal. Prambors juga mempopulerkan kata-kata lama bahasa Jawa seperti tembang untuk lagu, dan anyar untuk baru, juga kawula dan wadyabala (Tajudin, Tempo: 2007).

Dekade berikutnya, bahasa komunitas banci masuk dalam bahasa pergaulan anak muda secara umum. Debby Sahertian, bintang Lenong Rumpi, mengabadikan bahasa itu dalam Kamus Bahasa Gaul. Dari sana sejumlah kata berubah arti, seperti ember (memang), sutra (sudah), akika (aku), dan sebagainya. Kata-kata bahasa Inggris juga makin marak disisipkan dalam percakapan sehari-hari.(Tajudin, Tempo: 2007)

Belakangan, kita sering menemukan pemakaian kata "secara" yang kurang tepat.Tidak hanya dalam percakapan, kesalahkaprahan pemakaiannya juga bisa dijumpai dalam sejumlah tulisan. Contohnya kalimat: "Secara kita tuh makhluk sosial, kita pun dituntut untuk belajar bersosialisasi." Pemakaian kata "secara" di kalimat itu jelas salah, dan bisa diganti dengan karena atau mengingat.Parahnya lagi, pemakaian kata itu kadang juga tidak terdeteksi sebagai sebuah kesalahan.Dalam versi ini, kata "secara" biasanya muncul sebagai kemubaziran. Misalnya: "Secara akar musik emo bermula dari punk dan hardcore punk." harusnya kalimat itu bisa ditulis: "Akar musik emo adalah punk dan hardcore punk," atau: "Musik emo berakar pada punk dan hardcore punk."

Contoh lain: "Padahal, secara jarak tempuh, rumah Anda yang lebih jauh dari rumah sahabat Anda." Seharusnya kalimat itu bisa lebih singkat: "Padahal, rumah Anda yanglebih jauh dari rumah sahabat Anda.”

Tentu saja, masih banyak kata yang populer dalam pergaulan kaum muda. Tidak selamanya bahasa gaul memiliki pola khas seperti bahasa prokem, kadang malahdicomot dari sumber yang susah dilacak. Misalnya, kata tajir untuk kata kaya.Tajir sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti pedagang.Ada jayus yang berarti kegagalan dalam melucu. Konon, itu dicomot dari nama seseorang yang sering gagal melucu.

Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering tidak beraturan dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan kita tidak dapat mempredeksi bahasa apakah yang berikutnya akan menjadi bahasa gaul.

Bahasa gaul memiliki sejarah sebelum penggunaannya popular seperti sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut adalah sejarah dari beberapa kata dalam bahasa gaul tersebut:

1). Nih Yee...

Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985.pertama kali yang mengucapkan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya dijadikan bahan lelucon oleh Euis Darliah dan popular hingga saat ini (Grafura, 2006).

Page 3: Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul

2) Memble dan Kece

Kata memble dan kece merupakan kata-kata ciptaan khas Jaja Mihardja.Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul “Memble Tapi Kece” yang diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama (Grafura, 2006).

3) Booo....

Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama kata Boo…adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan. Kemudian kata-kata dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan pergaulan kalangan artis.Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang benar-benar mempopulerkan kata ini (Grafura, 2006).

4) Nek...

Setelah kata Boo... popular, tak lama kemudian muncul kata-kata Nek... yangdipopulerkan anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek... pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya. Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata Nek...(Grafura, 2006).

5) Jayus

Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat popular. Kata ini dapat berarti sebagai „lawakan yang tidak lucu, atau „tingkah laku yang disengaca untuk menarik perhatian, tetapi justru membosankan.Kelompok yang pertama kali mengucapkan kata ini adalah kelompok anak SMU yang bergaul di sekitar Kemang.Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi.Dirinya dipanggil oleh teman-temannya Jayus.Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan Blok M. Herman atau Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari perhatian, tetapi justru menjadikan bosan teman-temannya.Salah satu temannya bernama Sonny Hassan atau Oni Acan sering memberi komentar jayus kepada Herman.Ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti teman-temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di lingkungan anak-anak SMU sekitar (Urbanus, 2009).

6. Jaim

Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image (Urbanus, 2009).

7. Gitu Loh...

Kata Gitu Loh pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran.Gina mempunyai seorang kakak bernama Ronny Baskara seorang pekerja event organizer. Sedangkan Ronny punya teman kantor bernama Siska Utami. Suatu hari Siska bertandang ke rumah Ronny.Ketika dia bertemu Gina, Siska bertanya dimana kakaknya,

Page 4: Asal Mula Penggunaan Bahasa Gaul

lantas Gina menjawab di kamar, Gitu Loh. Esoknya si Siska di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu Loh...di tiap akhir pembicaraan (Grafura,

2006).

8. Cupu

Sebutan ini lazim ditujukan untuk seseorang yang berpenampilan kuno, jadul (jaman dulu). Dengan kata lain dianggap tidak mencerminkan kekinian, misalnya berkacamata tebal dan modelnya tidak trendy, kutu buku, kurang bergaul di kalangan anak muda. Cupu sendiri merupakan kependekan dari kalimat “culun punya”. Culun dapat berarti “lugu-lugu bego”, punya dapat berarti “benar-benar”, jika digabung menjadi : benar-benar lugu/bego (Urbanus, 2009).

Selama ini bahasa anak muda cuma dianggap bahasa cakapan temporer yang tidak baku dan harus ditulis miring. Bahasa itu dianggap seperti tren pakaian anak muda yang terus berganti bersama musim atau sebagai satu bentuk pemberontakan dan keisengan anak muda, atau cara mereka keluar dari kekakuan bahasa baku. Artinya biarkan bahasa itu berkembang di koridor yang berbeda.Bersikap seperti itu adalah pilihan gampang, tapi cenderung tidak mau repot.

Saya tidak sedang ingin mengatakan harus ada aturan yang melarang penggunaan bahasa-bahasa itu, meski memang banyak yang menganggapnya sebagai perusak tata bahasa Indonesia. Justru sebaliknya, kita sebenarnya memanfaatkan kedinamisan anak muda dalam menciptakan bahasa itu sebagai salah satu sumber penambahan kata dan perkembangan bahasa baku. Meski bahasa gaul memiliki dunianya sendiri, tidak ada salahnya mengadopsi atau mengambil kata baru dari mereka, apalagi jika tidak dimiliki bahasa baku. Dan ketika itu terjadi, kata-kata itu tak perlu ditulis miring atau diberi tanda "Cak" (cakapan) dalam kamus.

Misalnya, jayus atau garing, karena agak susah mencari kata yang berarti gagal melucu dalam bahasa baku. Meski garing berasal dari bahasa Jawa dan berarti kering, tapi tetap saja arti "obrolannya kering," dan "obrolannya garing," tidak sama. Begitu pula kata dugem yang tidak bisa diganti dengan kongko atau disko.Nuansanya lebih luas.Tentu saja tidak semua bisa diangkut.Harus ada seleksi ketat.Kata-kata yang dibolak-balik sebaiknya tidak diambil. Juga kata-kata yang ada di bahasa baku tapi dipakai untuk maksud yang menyimpang, seperti pemakaian "secara" yang amburadul tadi.