asal muasal kerajaan sunda

26
KERAJAAN KALINGGA I. Masa Berdiri dan Lokasi Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber- sumber Tiongkok. Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya- Buddha. Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari : Catatan dari zaman Dinasti Tang Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-ling sebagai berikut. Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera. Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu. Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading. Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa. Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan

Upload: naya-raihanah

Post on 27-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

sejarah

TRANSCRIPT

Page 1: Asal Muasal Kerajaan Sunda

KERAJAAN KALINGGA

I. Masa Berdiri dan Lokasi

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak

Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini

belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan

Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya

diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.

Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara

Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari

negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya

dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan

Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut

menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.

Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari :

Catatan dari zaman Dinasti Tang

Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan Ho-

ling sebagai berikut.

Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La

(Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak

Pulau Sumatera. Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.

Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya

terbuat dari gading. Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari

bunga kelapa. Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading

gajah. Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling

diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana.

Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.

Catatan I-Tsing

Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah

menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina

bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa

Tionghoa. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu

antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana

dalam agama Buddha Hinayana.

Page 2: Asal Muasal Kerajaan Sunda

Kisah lokal

Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani

legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa

pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya

agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan.

Carita Parahyangan

Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima,

Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang

kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang

bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa.

Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja

Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Ratu Sanjaya menggantikan

buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram,

dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan

Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri

Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai

Panangkaran.

II. Nama-nama Raja beserta Masa Kekuasaannya

a. Pada tahun 674, kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Shima yang terkenal akan

peraturan kejamnya terhadap pencurian, dimana hal tersebut memaksa orang-orang

Kalingga menjadi jujur dan selalu memihak pada kebenaran.

b. Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Ratu Sanjaya menggantikan

buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi

Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram

Kuno.

III. Peninggalan – peninggalan

a. Candi

1. Candi Angin

Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa

Tengah.

2. Candi Bubrah

Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara,

Jawa Tengah.

Page 3: Asal Muasal Kerajaan Sunda

b. Prasasti

1. Prasasti Tukmas

Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di

lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di

Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan

Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti

bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa

Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang

mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang

mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada

prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan

bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-

dewa Hindu.

2. Prasasti Sojomerto

Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten

Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan

berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi

prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya

bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula.

3. Prasasti Upit (disimpan di Kantor/Dinas Purbakala Jateng di Prambanan Klaten)

Kampung Ngupit merupakan daerah perdikan, yang dianugerahkan oleh Ratu Shima.

Ngupit terletak di Desa Kahuman/Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten

Klaten. Prasasti tersebut semula dijadikan alas/bancik padasan tempat untuk wudlu' di

Masjid Sogaten, Desa Ngawen. Dan sejak tahun 1992 sudah disimpan di Kantor

Purbakala Jawa tengah di Prambanan.

Sumber :

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kalingga

2. http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-kalingga.html

3. http://www.portalsejarah.com/sejarah-kerajaan-kalingga-kerajaan-hindu-budha-pertama-

di-jawa-tengah.html

Page 4: Asal Muasal Kerajaan Sunda

KERAJAAN SUNDA

I. Masa Berdiri dan Lokasi

Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi di

bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah

sekarang). Kerajaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan Pulau Sumatera.

Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha, kemudian sekitar abad ke-14 diketahui kerajaan ini

telah beribukota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kalapa

dan Banten.

Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara.

Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa

Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah

dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, dia memiliki dua anak, yang

keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari

Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa,

yang selanjutnya mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal,

kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan

penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari

Tarumanagara, serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri.

Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya

memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah

tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini.

Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Dia dinobatkan sebagai raja Sunda

pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M).

Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di

sebelah barat, Galuh di sebelah timur).

Page 5: Asal Muasal Kerajaan Sunda

II. Nama-nama Raja beserta Masa Kekuasaannya

Menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang berangka tahun 1030 (952 Saka), diketahui bahwa

kerajaan Sunda dipimpin oleh Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti

Samarawijaya Sakalabuwana Mandala Swaranindita Haro Gowardhana

Wikramottunggadewa.

Prasasti lain yang menyebut raja Sunda adalah Prasasti Batutulis yang ditemukan di Bogor.

Berdasarkan Prasasti Batutulis berangka tahun 1533 (1455 Saka), disebutkan nama Sri

Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata, sebagai raja yang

bertahta di Pakuan Pajajaran. Prasasti ini terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis,

Kecamata

Naskah kuno Fragmen Carita Parahyangan (koleksi Perpustakaan Nasional Kropak 406)

menyebutkan silsilah raja-raja Sunda mulai dari Tarusbawa, penerus raja terakhir

Tarumanagara, dengan penerusnya mulai dari Maharaja Harisdarma, Rahyang Tamperan,

Rahyang Banga, Rahyangta Wuwus, Prebu Sanghyang, Sang Lumahing Rana, Sang

Lumahing Tasik Panjang, Sang Winduraja, sampai akhirnya kepada Rakean Darmasiksa.

Naskah kuno Carita Parahyangan (koleksi Perpustakaan Nasional) menyebutkan silsilah raja

setelah masa Tarumanagara. Yang pertama disebutkan adalah Tohaan di Sunda (Tarusbawa).

Berikutnya disebutkan nama-nama raja penerusnya seperti Sanjaya, Prabu Maharaja Lingga

Buana, raja Sunda yang gugur dikhianati di Bubat (Jawa Timur) yang merupakan ayahnya

Rahiyang Niskala Wastu Kancana, sampai Surawisesa.

Sedangkan nama-nama raja penerus Surawisesa yang berperang dengan Kesultanan Banten

dan Kesultanan Cirebon dapat ditemukan dalam sejarah Banten.

Tahun-tahun masa pemerintaha para raja Sunda secara lebh terperinci dapat ditemukan pada

naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):

1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)

2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)

3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)

4. Rakeyan Banga (739 - 766)

5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)

6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)

7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)

8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)

9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)

10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)

11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)

12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)

13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)

14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)

15. Munding Ganawirya (964 - 973)

16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)

Page 6: Asal Muasal Kerajaan Sunda

17. Brajawisésa (989 - 1012)

18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)

19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)

20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)

21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)

22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)

23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)

24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)

25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)

26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)

27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)

28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)

29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)

30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)

31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)

32. Prabu Bunisora (1357-1371)

33. Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475)

34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)

35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)

36. Prabu Surawisésa (1521-1535)

37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)

38. Prabu Sakti (1543-1551)

39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)

40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)

III. Peninggalan-peninggalan

Padrão Sunda Kalapa (1522), sebuah pilar batu

untuk memperingati perjanjian Sunda-Portugis,

Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé,

Kawali, Ciamis.

Page 7: Asal Muasal Kerajaan Sunda

IV. Penyebab Berakhir / Keruntuhan

Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa

(1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551),

Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-

1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir,

sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten,

mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.

Sumber :

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda

2. https://www.facebook.com/permalink.php?

id=127353874007838&story_fbid=379878438755379

3. http://sejarah-kerajaan-di-indonesia.blogspot.co.id/2013/07/sejarah-kerajaan-sunda.html

Page 8: Asal Muasal Kerajaan Sunda

Kerajaan Kahuripan

Kahuripan, begitulah nama kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada

tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh

tahun 1006.

Raja Kerajaan Medang terakhir bernama Dharmawangsa Teguh tewas terbunuh dalam

sebuah pesta. Ia wafat setelah diserang oleh Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu

Sriwijaya) yang menyerang Watan (Wotan), ibu kota Kerajaan Medang. Hampir semua

keluarga Dharmawangsa tak ada yang tersisa. Namun ada satu keponakannya yang

berhasil lolos. Namanya Airlangga.

Airlangga adalah putera pasangan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh) dan

Udayana raja Bali. Bersama pengawalnya, Narotama, Airlangga mengungsi ke hutan dan

pegunungan. Di sana ia hidup sebagai pertapa.

Berdirinya Kahuripan

Pada tahun 1009, berbagai utusan rakyat menjumpai Airlangga. Ia diminta untuk

mendirikan kembali Kerjaan Medang. Perimintaan itu dilaksanakan. Airlangga kemudian

membangun ibukota baru yang disebut Watan Mas. Kota itu terletak di sekitar Gunung

Penanggungan (daerah Mojokerto-Pasuruan, Jawa Timur).

Kerajaan kian berkembang setelah kekuatan Sriwijaya runtuh. Kerajaan-kerajaan daerah

di sekitar Jawa Timur berhasil ditaklukan. Namun pada tahun 1032 Airlangga kehilangan

kota Watan Mas karena diserang oleh seorang raja wanita. Airlangga kemudian

membangun ibu kota baru bernama Kahuripan (di daerah Sidoarjo sekarang).

Musuh wanita dapat dikalahkan. Pun Raja Wurawari (sekutu Sriwijaya yang menewaskan

Raja Dharmawangsa) dapat dihancurkan. Saat itu wilayah kerajaan mencakup hampir

seluruh Jawa Timur.

Nama Kahuripan kemudian l dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin

Airlangga.Pusat kerajaan Airlangga kemudian dipindah lagi ke Daha, berdasarkan

Prasasti Pamwatan, 1042 dan Serat Calon Arang.

Pada akhir pemerintahannya, Airlangga mulai memikirkan ahli waris penerus kerajaan.

Seharusnya, yang berhak pertamakali naik tahta adalah putrinya, Sanggramawijaya

Tunggadewi. Namun sang putri tidak menginginkan tahta kerajaan. Ia memilih hidup

sebagai pertapa.

Page 9: Asal Muasal Kerajaan Sunda

Selain Sanggramawijaya Tunggadewi, ia memiliki dua putra: Sri Samarawijaya dan

Mapanji Garasakan. Akhirnya, pada November 1042, Airlangga membagi kerajaan itu

menjadi dua: Kadiri dan Janggala.

Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya. Janggala beribu kota di

Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan.

Setelah membagi dua kerajaannya, Airlangga kembali ke hutan pegunungan. Ia menjalani

kehidupan pertapa hingga akhir hayatnya pada tahun 1049.

Sumber :

1. http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Archive/Sejarah-Indonesia/Zaman-Pra-Kolonial/

Tahun-1000-1099/Tahun-1019-Kerajaan-Kahuripan

2.

3.

Page 10: Asal Muasal Kerajaan Sunda

KERAJAAN TARUMANEGARA

I. Masa Berdiri dan Lokasi

II. Nama-nama Raja beserta Masa Kekuasaannya

III. Peninggalan – peninggalan

IV. Penyebab Berakhir / Keruntuhan

Page 11: Asal Muasal Kerajaan Sunda

KERAJAAN SRIWIJAYA

I. Masa Berdiri dan Lokasi

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan

banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta

membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat

dan kemungkinan Jawa Tengah. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari

abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya

tahun 671. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad

ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.

II. Nama-nama Raja beserta Masa Kekuasaannya

Tahun Nama Raja Ibukota Bukti671 Dapunta Hyang atau

Sri JayanasaSrivijayaShih-li-fo-shih

Catatan perjalanan I Tsing pada tahun 671-685, Penaklukan Malayu, penaklukan Jawa Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur (686), Karang Brahi dan Palas Pasemah

Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah bercita-cita agar Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan bercorak maritim.

702 Sri Indrawarman Shih-li-t-'o-pa-mo

Sriwijaya Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok 702-716, 724

728 Rudra VikramanLieou-t'eng-wei-kong

Sriwijaya Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok 728-742

775 Sri Maharaja Sriwijaya Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand dan menaklukkan Kamboja

Pada masa pemerintahan Raja Dharmasetu, Kerajaan Sriwijaya berkembang sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan, disana Kerajaan Sriwijaya membangun sebuah pangkalan di daerah Ligor. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya juga mampu menjalin hubungan dengan China dan India. Setiap kapal yang berlayar dari India dan China selalu singgah di Bandar-bandar Sriwijaya.

Pindah ke Jawa (Jawa Tengah atau Yogyakarta)

Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya

778 DharanindraRakai Panangkaran

Jawa Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara kompleks Candi PrambananPrasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan

782 Samaragrawira atau Rakai Warak

Jawa Prasasti Nalanda dan prasasti Mantyasih tahun 907

792 Samaratungga atau Rakai Garung

Jawa Prasasti Karang Tengah tahun 824825 menyelesaikan pembangunan candi Borobudur

840 Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan856 Balaputradewa Suwarnadwipa Kehilangan kekuasaan di Jawa, dan

kembali ke Suwarnadwipa Prasasti Nalanda tahun 860, India

Page 12: Asal Muasal Kerajaan Sunda

Tahun Nama Raja Ibukota BuktiBerita tentang raja Balaputradewa diketahui dari keterangan Prasasi Nalanda. Balaputradewa memerintah sekitar abad ke-9, pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya berkembang pesat menjadi kerajaan yang besar dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Ia menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di India seperti Nalanda dan Cola. Balaputradewa adalah keturunan dari dinas Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.

960 Sri Udayaditya WarmadewaSe-li-hou-ta-hia-li-tan

SriwijayaSan-fo-ts'i

Utusan ke Tiongkok 960, & 962

988 Sri Cudamani Warmadewa Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa

Sriwijaya Malayagiri (Suwarnadwipa) San-fo-ts'i

Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamaniwarmadewa, Kerajaan Sriwijaya pernah mendapat serangan dai Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Namun, serangan tersebut berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya.

990 Jawa menyerang Sriwijaya, Catatan Atiśa, Utusan ke Tiongkok 988-992-1003, pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi nama cheng tien wan shou1008 Sri Mara-

VijayottunggawarmanSe-li-ma-la-pi

San-fo-ts'i Kataha

Prasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 1008

1025 Sangrama-Vijayottunggawarman

Sriwijaya Kadaram Diserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawananPrasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore, India

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mengalami serangan dari Kerajaan Chola. Di bawah pimpinan Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayattunggawarman akhirnya ditawan. Namun pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I Kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman kemudian dibebaskan kembali.

1183 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa

Dharmasraya Dibawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand

III. Peninggalan – peninggalan

Candi Muara Takus Prasasti kedukan bukit

Page 13: Asal Muasal Kerajaan Sunda

Arca Prasasti Kota Kapur Candi Borobudur

IV. Penyebab Berakhir / Keruntuhan

Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade berikutnya, seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i ke Cina tahun 1028.Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri. Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya. Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena adanya pengendapan lumpur di Sungai Musi dan beberapa anak sungai lainnya, sehingga kapal-kapal dagang yang tiba di Palembang semakin berkurang. Akibatnya, Kota Palembang semakin menjauh dari laut dan menjadi tidak strategis. Akibat kapal dagang yang datang semakin berkurang, pajak berkurang dan memperlemah ekonomi dan posisi Sriwijaya.

Sumber :1. https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 2. http://informasiana.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya-terlengkap/3. http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html

Page 14: Asal Muasal Kerajaan Sunda

KERAJAAN KAHURIPAN

I. Masa Berdiri dan Lokasi

Kahuripan adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun

1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006.

Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah tahun 1009-1042, dengan

gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga

Anantawikramottunggadewa. Ia lahir tahun 990. Ibunya bernama Mahendradatta, seorang

putri Wangsa Isyana dari Kerajaan Medang. Ayahnya bernama Udayana, raja Kerajaan

Bedahulu dari Wangsa Warmadewa. Airlangga memiliki dua orang adik, yaitu Marakata

(menjadi raja Bali sepeninggal ayah mereka) dan Anak Wungsu (naik takhta sepeninggal

Marakata). Ia dibesarkan di istana Watugaluh (Kerajaan Medang) di bawah pemerintahan

raja Dharmawangsa. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat, bahkan

mengadakan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan

serangan ke Sriwijaya.

II. Nama-nama Raja beserta Masa Kekuasaannya

III. Peninggalan – peninggalan

IV. Penyebab Berakhir / Keruntuhan

Sumber :

4. http://sejarahdinusantara.blogspot.co.id/2012/06/

sejarah-dari-kerajaan-kahuripan.html

5. http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/

kerajaan-kahuripan.html

6. https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kahuripan

Membangun Sri Wijaya Asrama tahun 1036

Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk mencegah banjir musiman.

Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara Kali Brantas, dekat

Surabaya sekarang.

Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.

Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.

Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha.

Airlangga juga menaruh perhatian terhadap seni sastra. Tahun 1035 Mpu Kanwa menulis

Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut menceritakan

Arca Airlangga

Page 15: Asal Muasal Kerajaan Sunda

perjuangan Arjuna mengalahkan Niwatakawaca, sebagai kiasan Airlangga mengalahkan

Wurawari.

Candi Belahan

Pembelahan Kerajaan

Pada tahun 1042 Airlangga turun takhta menjadi pendeta. Menurut Serat Calon Arang

ia kemudian bergelar Resi Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurut Babad Tanah Jawi ia

bergelar Resi Gentayu. Namun yang paling dapat dipercaya adalah prasasti Gandhakuti

(1042) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku

Sang Pinaka Catraning Bhuwana.

Menurut cerita rakyat, putri mahkota Airlangga menolak menjadi raja dan memilih

hidup sebagai pertapa bernama Dewi Kili Suci. Nama asli putri tersebut dalam prasasti

Cane (1021) sampai prasasti Turun Hyang (1035) adalah Sanggramawijaya Tunggadewi.

Menurut Serat Calon Arang, Airlangga kemudian bingung memilih pengganti karena

kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Mengingat dirinya juga putra raja Bali,

maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang

bernama Mpu Bharada berangkat ke Bali mengajukan niat tersebut namun mengalami

kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan Udayana digantikan putra keduanya yang bernama

Marakata sebagai raja Bali, dan Marakata kemudian digantikan adik yang lain yaitu Anak

Wungsu.

Airlangga terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi

menetapkan perbatasan antara bagian barat dan timur. Peristiwa pembelahan ini tercatat

dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II.

Kerajaan barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri

Samarawijaya. Kerajaan timur bernama Janggala berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan,

diperintah oleh Mapanji Garasakan. Dalam prasasti Pamwatan, 20 November 1042,

Airlangga masih bergelar Maharaja, sedangkan dalam prasasti Gandhakuti, 24 November

1042, ia sudah bergelar Resi Aji Paduka Mpungku. Dengan demikian, peristiwa

pembelahan kerajaan diperkirakan terjadi di antara kedua tanggal tersebut.

Arca Dewi Kilisuci

Akhir Pemerintahan Airlangga

Setelah membagi kerajaan menjadi 2 Airlangga Kemudian menjadi pertapa, dan

meninggal tahun 1049. Airlangga semasa hidupnya dianggap titisan Wisnu, dengan

Page 16: Asal Muasal Kerajaan Sunda

lancana kerajaan Garudamukha. Sehingga sebuah arca indah yang disimpan di musium

Mojokerto mewujudkannya sebagai Wisnu yang menaiki garuda. Prasasti Sumengka

(1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi Aji Paduka Mpungku

dimakamkan di tirtha atau pemandian.

Kolam pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi

Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan arca Wisnu

disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui Airlangga adalah

penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung tersebut dapat diperkirakan

sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya, yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu

Mapanji Garasakan.

Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak diketahui dengan pasti

apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga, ataukah tahun pembangunan candi

pemandian tersebut. Kisah Airlangga digambarkan dalam Candi Belahan di lereng

Gunung Penanggungan. Dalam perkembangannya Kahuripan mempunyai peranan

penting pada jaman Kerajaan Janggala dan Majapahit

Kahuripan sebagai Ibu Kota Jenggala

Pada akhir pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan

perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, yaitu

Sanggramawijaya Tunggadewi, memilih menjadi pertapa dari pada naik takhta. Pada

akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu

bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya,

serta bagian timur bernama Jenggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada

Mahapanji Gasarakan. Setelah turun takhta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa

sampai meninggal sekitar tahun 1049.

Karya Sastra Kahuripan

Di bawah pemerintahan Airlangga, seni sastra berkembang. Tahun 1035, Mpu Kanwa

menggubah kitab Arjuna Wiwaha, yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Kitab tersebut

menceritakan Arjuna, inkarnasi Wisnu yang tak lain adalah kiasan Airlangga sendiri.

Kisah Airlangga digambarkan dalam Candi Belahan di lereng Gunung Penanggungan.

Salah satu karya Sastra peninggalan kerajaan Kahuripan adalah Kakawin Arjuna

Wiwaha karangan Empu Kanwa Arjunawiwaha merupakan salah satu kakawin yang

diwujudkan pada jaman Kahuripan dibawah raja besarnya Airlangga. Sang pengarang,

Page 17: Asal Muasal Kerajaan Sunda

yakni Mpu Kanwa, mendapat kehormatan untuk menggubahnya dengan mencuplik dari

seri Mahabharata sub-bagian “wanaparwa”.

Cerita ini bertitik tolak dari tokoh Arjuna yang merupakan kekasih para Dewa di

Kahyangan. Karena dialah yang nantinya mampu menyelamatkan Kahyangan beserta

para penghuninya para Dewa dari ancaman mara bahaya. Relief cerita ini dipahatkan pada

candi Tegowangi, kecamatan Pare, kabupaten Kediri, jawa Timur.

Candi Tegawangi

Menurut data sejarah yang ada, dipercaya kuat Arjunawiwaha merupakan sebuah

kakawin tertua dari “periode” Jawa Timur setelah peta politik berpindah dari Jawa

Tengah. Hal ini jaman-jaman pendahulu Airlangga seperti Dharmawangsa hingga ke raja

besar pendiri “periode” Jawa Timur yakni Mpu Sindhok tidak meninggalkan sebuah

kakawinpun yang dapat kita lihat sampai saaat ini. Kakawin Arjunawiwaha mengandung

suatu kaitan sejarah dimasa lalu. Lihatlah bagian awal dan akhirnya :

Awal :

-Ambek sang paramarthapandita huwus limpad sakeng sunyata tan sangkeng wisaya

prayojana nira lwir sanggraheng lokita siddha ning yasawirya don ira sukha ning rat

kiningkin nira santosaheletan kelir sira sakeng sang hyang jagatkarana.

-Usnisangkwi lebu ni paduka nira sang mangkana lwir nira menggeh manggala ning

miket kawijayan sang Parta ring kahyangan

Terjemahannya :

-Batin yang bijak sungguh-sungguh telah tembus sampai ketingkat (kesempurnaan)

tertinggi. Dari keadaan sunyata (kosong) bukan dari kawasan panca Indra, timbulah

tekadnya untuk mengabadikan diri (membuka diri ) pada urusa-urusan duniwai.

-Semoga amal baktinya yang penuh pahala serta tindakannya yang bersifat ksatriya,

mencapau tujuannya. Daulat terhadap dirinya sendiri dan penuh santosa (ketentraman

batin) ia menerima keadaan ini, yakni tetap terpisah oleh tabir dari Sebab Abadi dunia ini

Akhir :

Sampun keketan ing katharjunawiwaha pangarana nikeSaksat tambay ira mpu Kanwa

tumatametu-metu kakawinBhrantapan teher angharep samarakarya mangiring ing hajiSri

Airlangghya namo ‘stu sang panikelan tanah anganumata

Terjemahannya

Page 18: Asal Muasal Kerajaan Sunda

-Kuletakkan puncak kepalaku pada debu sandal raja yang menampakkan diri dengan cara

ini (keutamannya). Ia merupakan sumber berkat yang tak pernah kering untuk

menuangkan kemenangan Partha (Arjuna) dikediaman para dewa di Kahyangan.

Gambaran ini sesuai sekali dengan kenyataan bahwa Airlangga yang selanjutnya berhasil

menegakkan kembali kerajaan Kahurian setelah wafatnya raja Dharmawangsa atas

serangan dari kerajaan lain (Wengker) , yang tidak berhak atas kedaulatannya. Airlangga

melakukan perlawanan dengan tinggal di hutan-hutan bersama para resi dan tokoh-tokoh

suci agama selama bertahun-tahun guna mempersiapkan usaha merebut kembali kerajaan

Kahuripan yang bagaimanapun juga dia masih tergolong kerabat raja Dharmawangsa

walau berasal dari keluarga di Bali. Akhirnya dia berhasil mengusir raja penjajah beserta

sekutunya sehingga kedamaian berhasil ditegakkan kembali.

ShareThis Copy and Paste

- See more at: http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-

kahuripan.html#sthash.83vHe9pM.dpuf