artikel wajib

Upload: octania

Post on 10-Jul-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Derbie Octania Suryanto F34080014 Perusahaan 4 (Nilam Jaya)

BAB 1. AGROINDUSTRI Bidang agroindustri secara konsolidasi merupakan bidang usaha yang anak perusahaannya paling banyak, mengelola aset paling besar, dan memiliki karyawan paling banyak dalam lingkungan grup RNI (www.rni.co.id/agroindustri.asp). Komoditas yang digunakan biasanya adalah tebu, kelapa sawit, karet, teh, holtikultura, dan tanaman obat-obatan. Agroindustri dipelajari di departemen TIN IPB dan mencakup teknik dan manajemen industri, teknologi proses dan bioproses (yang mengarah ke nonpangan), dan teknik dan manajemen lingkungan industri. Pada bidang teknik dan sistem industri, ruang lingkupnya mencakup teknik industri dengan fokus sistem produksi dan manajemen, yaitu Ilmu dan teknik sistem yang mencakup softsystem dan hard-system, pemodelan dan simulasi sistem, knowledge engineering, dan sistem bisnis cerdas. Sedangkan teknologi proses mencakup perancangan proses, optimasi proses, ganda skala (scale up), pengembangan produk dan pengembangan bahan baru. Pada bioindustri, ruang lingkupnya adalah identifikasi dan pemanfaatan mikroba dan enzim untuk industri; produksi dan pengembangan produk, proses, dan jasa bioteknologi untuk industri; optimasi dan ganda skala (scale up) bioproses dan bioindustri. Selanjutnya, pada pengendalian mutu terdapat karakterisasi bahan dan produk, pengendalian mutu bahan, proses dan produk, pengembangan parameter dan standar mutu, dan pengembangan teknik pengujian/analisis mutu. Bidang teknologi pengemasan, penyimpanan dan sistem transportasi melingkupi bahan kemasan, alat dan proses pengemasan, teknik penyimpanan dan penggudangan, ekonomi pengemasan, dan sistem transportasi. Pada teknik dan manajemen industri sendiri terdapat pengembangan dan aplikasi teknologi pengendalian pencemaran (input dan output pollution control) pada

sistem agroindustri. Yang terakhir, dalam bisnis dan aplikasi industri terdapat eksplorasi potensi agroindustri, penapisan dan penilaian teknologi dan teknik aplikasi agroindustri, kapitalisasi potensi pertanian bagi agroindustri, kajian perancangan paket teknologi dan scale up, perencanaan dan evaluasi proyek dan bisnis agroindustri, analisis dan jaringan investasi, analisis dan riset bisnis, teknopreneurship, pemasaran. (http://web.ipb.ac.id/) Agroindustri merupakan solusi penting untuk menjembatani keinginan konsumen dan karakteristik produk pertanian yang variatif dan tidak bisa disimpan. Pengertiannya dari yang sangat soft berupa pengolahan pasca panen seperti pembuatan ikan asin yang cuma perlu teknologi pengawetan sampai yang punya value added tinggi di mana produk pertanian di ekstrak dan dikombinasikan dengan produk lain sepert pada industri parfum. Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut, hasil hutan, peternakan dan perikanan. ( http://www.alumni-tin.org/) Agroindustri memiliki keunggulan komparatif bagi Indonesia karena kita memiliki sumberdaya (input) dalam bentuk komoditas pertanian beragam, masih banyak tenaga kerja kita yang berbasis pada pertanian sehingga untuk beralih dari visi pertanian sebagai penghasil produk primer ke pertanian sebagai penghasil produk-produk sekunder dan tersier tidak terjadi lompatan yang terlalu jauh. Disamping itu relatif akan lebih banyak tenaga kerja yang bisa diserap oleh agroindustri dibanding dengan industri teknologi tinggi. (http://andiirawan.com/) Peranan agroindustri sangat luas, mencakup beberapa indikator antara lain: (1) Sektor agro-industri sebagai penyerap tenaga kerja sangat terbesar, meliputi komoditi unggulan sektor tanaman pangan & hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. (2). Sektor agro-industri merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan.

(3). Komoditas sektor agro-industri sebagai penentu stabilitas harga. Harga produk-produk sektor agro-industri memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. (4). Akselerasi pembangunan sektor agro-industri sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor. Pembangunan agroindustri DALAM ARTI LUAS mencakup pemasaran dan perdagangan komoditas. Dalam sistem rantai agro-industri, pemasaran dan perdagangan komoditas sektor agro-industri sangat penting dalam menentukan nilai tambah produk. Dengan pemasaran baik di dalam maupun ke luar negeri maka harga dan nilai tambah sektor agroindustri yang diterima oleh petani produsen akan semakin tinggi. Sebaliknya dengan adanya impor maka produk dalam negeri akan bersaing dalam merebut pasar domestik. Dengan produk domestik yang berdaya saing tinggi maka ekspor dapat dipacu dan akhirnya menghasilkan devisa bagi pembangunan daerah. (images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/) Pembangunan agroindustri patut mengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumberdaya alam perlu diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui penciptaan sumberdaya manusia dan masyarakat agroindustri yang semakin profesional. Masyarakat tani, terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat, perlu terus dibina dan didampingi sebagai manusia tani yang makin maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Sumberdaya alam dan manusia patut menjadi dasar bagi pengembangan pertanian masa depan. Dengan demikian perlu dirumuskan suatu kebijaksanaan pembangunan pertanian yang mengarah pada peningkatan kemampuan dan profesionalitas petani dan masyarakat pertanian untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal dan lestari dengan memanfaatkan rekayasa teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan petani, kesejahteraan masyarakat perdesaan serta menghapus ketertinggalan.

Ruang Lingkup - Teknologi pengolahan hasil nabati - Teknologi pengolahan hasil hewani - Teknologi pengolahan hasil perkebunan - Teknologi pengemasan dan penggudangan - Pengendalian mutu Agroindustri http://www.vedca.net/

BAB 2. TECHNOPRENEURSHIP Pengenalan pada technopreneurship dan sifat-sifatnya (shifting paradigm) Untuk membentuk pemahaman bagaimana technopreneurship dalam menciptakan dampak

Sifat-sifat technopreneur yang sukses, berfikir kritis, penyelesaian masalah, perilaku, perencanaan, implementasi Berfikir seperti seorang technopreneur, mengenali kesempatan, mobilisasi sumberdaya, ide, orang, dan uang

Insinyur dan technopreneur (hubungan antara insinyur dan technopreneur, peranan technopreneur dalam pertumbuhan ekonomi) (http://web.ipb.ac.id/)

MENUJU

KEMANDIRIAN

BANGSA

MELALUI

BUILDING

ENTERPREUNEUR MIND & SOUL Kesadaran negeri untuk membangun generasi kampus yang bermental Surabaya.

technopreneur setidaknya telah dibuktikan oleh kampus politeknik perkapalan

SKEM

PROGRAM

Seperti halnya program technopreneurship di kampus lainnya, program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyusun proposal bisnis dan diajukan kelayakannya lalu didanai oleh pihak kampus. Proposal bisnis disusun oleh mahasiswa politeknik, dengan kelompok atau perorangan. Secara lengkap program pengembangan technopreneurship di PPNS, terdiri atas aktivitas dengan ruang lingkup sebagai berikut: 1. Sosialisasi program 2. Perekrutan calon enterpreneur 3. Pengembangano o

Pelatihan Pemagangan di Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

4. Permodalan 5. Penguatano o

Workshop Pendampingan

6. Monitoring dan Evaluasi (Monev) (http://www.lpb-astra.com/)

BAB 3. KONSEP ADDED VALUE DALAM AGROINDUSTRI kelemahan kita dalam agribisnis selama ini terletak pada aspek off-farmnya. Buktinya? Kita bisa menghasilkan berbagai macam produk pertanian sesuai dengan produksi optimal. Namun justru kita kebingungan disaat kita berhadapan dengan aspek di luar budidaya terutama aspek pemasarannya. Kegagalan itu sendiri diakibatkan visi petani kita belum mengarah pada market oriented. Apalagi bila komoditas tersebut dibudidayakan oleh banyak pihak. Akibatnya disini yang terjadi adalah pasar persaingan sempurna. Dalam keadaan seperti ini maka hanya hukum permintaan dan penawaran yang berlaku. Akan sangat menguntungkan bila permintaan lebih tinggi dari penawaran. Tapi bila yang terjadi sebaliknya maka banyak petani yang merasakan kerugian. Inilah yang terjadi selama ini.

Dalam keadaan seperti itu, petani tidak memiliki power untuk mengendalikan harga. Keadaan over supply yang terjadi di pasar mau tidak mau akan menghasilkan harga jual yang rendah di tingkat petani.

Pemerintah melalui perogram pengembangan agribisnis sesuai dengan konsep agribisnis menekankan bahwa produk akan mempunyai harga jual tinggi bila mempunyai daya saing dan nilai kompetitif. Untuk meningkatkan daya saing tentulah kita harus menekankan dari segi kualitasnya. Namun meskipun dari kualitas yang dihasilkan tercapai namun bila pasokan produk melimpah maka harga pun tidak akan mengalami kenaikan yang berarti pula. Untuk itu kita harus menekankan pada aspek kedua yaitu nilai kompetitif. Nilai kompetitif berarti mempertinggi nilai jual produk itu sendiri. Untuk itu konsep value added atau nilai tambah mutlak dibutuhkan agar produk kita tetap bisa diterima dipasaran. Konsep value added adalah memberikan perlakuan khusus baik berupa pengemasan, maupun pengolahan pada komoditas bersangkutan sehingga nilainya menjadi lebih tinggi. Meskipun mengeluarkan biaya tambahan, namun pendapatan yang diterima dari nilai tambah itu akan mampu menutupi biaya yang dikeluarkan. Seperti contoh sayuran yang dijual di pasar pagi dengan pasar supermarket. Disini terlihat bedanya bahwa meskipun kita hanya melakukan pengemasan yang disertai sortasi dan grading yang baik pada komoditas yang akan dijual sehingga membuat pelanggan tertarik, dan akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi. Padahal barangnya tidak jauh beda dengan yang dijual di pasaran. Atau misalnya perbedaan antara kita menjual jagung tongkol dengan tepung jagung. Disini terlihat bahwa jatuhnya harga akan jauh lebih tinggi pada produk yang sudah mengalami perlakuan. Perbedaan nilai itulah yang menjadi konsep value added. Disini terlihat bahwa sistem itu masih dilaksanakan secara parsial yaitu pada aspek on-farmnya. Sedangkan off farmnya seperti pemasaran, agroindustri dan subsistem sarana pertanian belum digarap dengan baik bahkan cenderung berdiri sendiri. Untuk itu, melalui konsep value added ini diharapkan setidaknya ada

keterkaitan antara subsistem usahatani dengan pemasaran atau dengan agroindustri yang lebih erat.

Disinilah pentingnya adanya konsep nilai tambah dalam meningkatkan harga jual. Meskipun biaya yang kita keluarkan juga meningkat, namun penambahan biaya tersebut masih dapat ditutupi dari penghasilan yang kita dapatkan setelah kita melakukan perlakuan khusus sehingga produk kita memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Jadi, tunggu apalagi? Ingin tetap menjadi petani yang konservatif atau lebih market oriented dengan menerapkan konsep nilai tambah? Pilihan itu ada pada anda sendiri.

(Sukamto Putukusumo, penulis adalah wirausahawan yang bergerak bidang alsintan khususnya mesin penggiling beras di Jakarta) http://www.tanindo.com/abdi14/hal4001.htm Nilai tambah pada produk pertanian biasa dilakukan dalam berbagai bentuk asalkan meberi persepis nilai yang semakin tinggi di benak konsumen. Yang paling sederhana adalah memperbaiki penampilan fisiknya melalui sortir dan jaminan kualitasnya. Konsumen akan mempersepsi rendah pada ikan tangkapan nelayan yang masih apa adanya ; misalnya tercampur antara ikan kecil, ikan besar dan hasil laut lain. Nilai tambah berikutnya muncul melalui penyimpanan dan transportasi. Ikan yang dijual dengan lelang di Pasar ikan Muara Karang akan dihargai lebih mahal ketika sudah disajikan dalam kondisi bersih dan diletakkan di alat pendingin Paserba Carrefour.

Nilai tambah produk pertanian bisa meningkat melalui industri pengolahan. Hanya saja industri dalam konteks masa kini tidak perlu memaksakan makna produksi barang yang sama secara massal. Ketika konsumen sudah semakin demanding, industri harus bisa didesain dan menyesuaikan tuntutan customization

konsumen. Industri zaman sekarang harus sanggup menyediakan beragam produk sesuai permintaan sekelompok kecil bahkan masing-masing konsumen. Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan nilai tambah produk pertanian. Pada dasarnya nilai tambah bukan diukur dari apa yang sudah dilakukan termasuk segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi diukur dari persepsi nilai di benak konsumen. Karena nilai tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi penting. Jadi kalau kita bisa memberi persepsi lebih tinggi melalui value creation dan dilengkapi dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi sumbangan lebih besar. Selama ini komoditas pertanian sering didera gonjang-ganjing anjloknya harga karena pasokan berlimpah. Agroindustri bisa menjadi sarana melepaskan diri dari situasi commodity-like-trap. Nilai tambah bisa ditingkatkan melalui industri pengolahan. Hanya saja industri dalam konteks masa kini, tidak perlu memaksakan produksi barang yang sama secara massal. Ketika konsumen sudah semakin demanding, industri harus bisa didesain dan menyesuaikan tuntutan customization konsumen. Industri zaman sekarang harus sanggup menyediakan beragam produk sesuai permintaan sekelompok kecil bahkan masing-masing konsumen.

http://bung-hatta.info/tulisan_91.ubh