artikel ptk.pdf

11
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW PADA MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUS SA’ADAH GRESIK Sri Jayanti MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik Abstrak: Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. pendidikan agama Islam yang berlangsung selama ini lebih banyak bersikap menyendiri, kurang berinterksi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mengikuti kebutuhan peserta didik dalam arti yang luas yakni pembelajarannya cenderung kurang bersifat dinamis, progresif, dan inovatif terutama dalam. Untuk itu guru harus bisa kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatakan keterampilan bercerita peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan metode Talking Stick. Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan kegiatan, pengamatan, refleksi dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas V di MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik dengan jumlah peserta didik 28 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan tes (pre-test dan post-test). Dari análisis didapatkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik pada siklus pertama adalah 70 %, belum mencapai ketuntasan secara maksimal, dan pada siklus kedua dengan menggunakan metode Talking Stick adalah 85 % tergolong cukup mencapai standart ketuntasan belajar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Metode Talking Stick dapat meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik. Kata Kunci: Peningkatan keterampilan bercerita, Sejarah Kebudayaan Islam, peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, Metode Talking Stick.

Upload: jayaitnay

Post on 30-Jul-2015

229 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel PTK.pdf

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA ISRA’ MI’RAJ NABI

MUHAMMAD SAW PADA MATA PELAJARAN SKI

MELALUI METODE TALKING STICK

PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUS SA’ADAH GRESIK

Sri Jayanti

MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik

Abstrak: Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. pendidikan agama Islam yang berlangsung selama ini lebih banyak bersikap menyendiri, kurang berinterksi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mengikuti kebutuhan peserta didik dalam arti yang luas yakni pembelajarannya cenderung kurang bersifat dinamis, progresif, dan inovatif terutama dalam. Untuk itu guru harus bisa kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Masalah yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatakan keterampilan bercerita peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan metode Talking Stick. Penelitian ini menggunakan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan kegiatan, pengamatan, refleksi dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas V di MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik dengan jumlah peserta didik 28 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan tes (pre-test dan post-test). Dari análisis didapatkan bahwa ketuntasan belajar peserta didik pada siklus pertama adalah 70 %, belum mencapai ketuntasan secara maksimal, dan pada siklus kedua dengan menggunakan metode Talking Stick adalah 85 % tergolong cukup mencapai standart ketuntasan belajar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Metode Talking Stick dapat meningkatkan keterampilan bercerita peristiwa pada siswa kelas V MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik.

Kata Kunci: Peningkatan keterampilan bercerita, Sejarah Kebudayaan Islam, peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, Metode Talking Stick.

Page 2: Artikel PTK.pdf

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran sejarah Islam yang dimaksudkan untuk menggali, mengembangkan, dan mengambil ibrah pelajaran sejarah dan kebudayaan Islam, sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan mengungkapkan kembali berupa kemampuan pemahaman peserta didik melalui bercerita segingga tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan, serta dalam rangka membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah dalam arti luas.

Selain itu, Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebanyakan guru pada masa sekarang dalam mengajarkan Sejarah Kebudayaan Islam masih tidak menggunakan metode yang inovatif dan menyenangkan. Metode yang digunakan masih bercorak mekanis dan lebih mengutamakan pengkayaan materi, sehingga proses pembelajaran cenderung kaku, statis, monoton, tidak dialogis dan bahkan membosankan.

Dalam kenyataannya, realita-realita yang terjadi oleh siswa secara umum sesuai dengan apa yang dialami oleh siswa di MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik. Mereka masih banyak yang belum menguasai materi peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW terutama dalam menceritakannya kembali. Dari 28 siswa hanya 30% yang memahami materi selebihnya belum memahami materi khususnya, pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan peristiwa Isra’-Mi’raj Nabi Muhammad SAW”, mereka juga merasa bosan dalam mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mencari solusinya dengan menerapkan metode Talking Stick dengan harapan agar dapat menumbuhkan kembali motivasi mereka untuk belajar Sejarah Kebudayaan Islam terutama menceritakan peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Dari latar belakang inilah maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peningkatan Keterampilan Bercerita Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Pada Mata Pelajaran SKI dengan Metode Talking Stick Pada Siwa Kelas V MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik”

Untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode Talking Stick di MI Tarbiyatus Sa’adah?

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode Talking Stick di MI Tarbiyatus Sa’adah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis:

Page 3: Artikel PTK.pdf

a. Manfaat Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan perkembangan bagi teori pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah/Sekolah, khususnya pembelajaran bercerita peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

b. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para guru di Madrasah Ibtidaiyah sebagai sumber belajar dan sebagai alternatif pemecahan masalah pembelajaran pada keterampilan menceritakan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, dan oleh Peserta didik dimanfaatkan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat dan petunjuk praktis, dan kongkrit sehingga dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa terutama kelas V di MI Tarbiyatus Sa’adah Panceng Gresik baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, serta keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Sedangkan manfaat bagi peneliti adalah akan menambah pengalaman dan wawasan dalam menentukan cara yang dilakukan dalam kegiatan belajar Sejarah Kebudayaan Islam terutama pada materi menceritakan dan memahami peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik.

Metode talking stick merupakan metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif agar pembelajaran bisa berjalan dengan rencana dan menyenangkan. Beberapa para ahli yang memaparkan tentang pengertian metode talking stick diantaranya Suprijono mengungkapkan bahwa metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukaan pendapat”. Metode talking stick adalah proses pembelajaran yang menggunakan media tongkat dalam mengemukakan pendapat secara langsung dan bergantian.

Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka bertanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model kolabo-ratif, karena dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang melibatkan beberapa pihak seperti guru pembimbing mata pelajaran dan peneliti yang secara bersama melakukan penelitian. dilaksanakan di MI Tarbiyatus Sa’adah Gresik.

Lokasi Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Lokasi : Nama Madrasah : MI Tarbiyatus Sa’adah

Page 4: Artikel PTK.pdf

Alamat Madrasah : Dsn. Bejan Ds. Siwalan Kec. Panceng Kab. Gresik Kelas : V Lingkungan fisik dan sosial : Masyarakat menengah ke bawah Komposisi kelas : Satu kelas belajar terdiri dari 28 peserta didik Kemampuan akademik : Kemampuan akademik sedang, karena

keterampilan bercerita peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW pada mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam rendah.

Latar Belakang sosial ekonomi orang tua : Petani dan buruh pabrik

Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada minggu pertama sampai ke empat bulan

januari tahun 2015.

Desain Penelitian

Siklus Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian dari Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan (Acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting).

Gambar 1: Model Kurt Lewis

Identifikasi

masalah

Perencanaan

(planning)

Siklus I

Refleksi

(reflecting)

Tindakan

(Acting)

Observasi

(observing)

Siklus II

Perencanaan

ulang

Page 5: Artikel PTK.pdf

Senara keseluruan pertama, sebalum melaksanakan tindakan, peneliti harus menyusun perencanaan (planning), yaitu dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. Kedua, setelah perencanaan tersusun dengan rapi dan matang, barulah peneliti melaksanakan tindakan (acting) yang telah dirumuskan pada RPP pada situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga, pada tahapan ini peneliti melaksanakan pengamatan (observing) dikelas yang meliputi: 1) mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; 2) memantau kegiatan diskusi/kerja sama antar siswa-siswi dalam kelompok; 3) mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) RPP (2) Format observasi kegiatan belajar mengajar, berupa lembar pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (3) Membuat alat test/evaluasi.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam PTK ini adalah; observasi, wawancara, dan tes. Tenik yang pertema adalah Observasi, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar keterampilan bercerita siawa dan implementasi metode Talking Stick dalam PBM; kedua adalah Wawancara, yaitu meraih data dengan cara memberikan pertanyaan lisan dan memerlukan jawaban lisan; Ketiga adalah tes, yaitu sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah contoh prilaku dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan menceritakan peristiwa.

Alat Pengumpulan data pada PTK kali ini adalah:

1) Lembar pengamatan kegiatan siswa. 2) Lembar pengamatan kegiatan guru. 3) Lembar tes lisan. 4) Lembar kerja diskusi.

Peneliti mengubah metode pembelajaran dari menggunakan pembelajaran dengan metode konvensional (memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca sendiri peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW) menjadi pembelajaran yang menggunakan metode Talking Stick

Page 6: Artikel PTK.pdf

Tekhnik Analisa Data

Untuk mengetahui ketepatan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data, dalam penelitian ini análisa dilakukan dengan memberikan evaluasi pre test dalam setiap akhir pembelajaran dan juga memberi score atas kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran

Análisis ini dihitung dengan menggunakan ststistik sederhana yaitu : 1. Peserta didik dinyatakan telah tuntas belajar apabila mencapai score 75 % atau

nilai 75 dan kelas disebut tuntas belajar apabila kelas telah mencapai keberhasilan belajar 80% untuk menghitung hasil belajar digunakan rumus sebagai berikut P =E peserta didik tuntas belajar x 100 untuk Peserta Didik.

2. Memberikan nilai post- test, peneliti menggunakan acuan A. Untuk score 81 s/d 100 : lulus dengan predikat baik B. Untuk score 65 s/d 80 :lulus dengan predikat cukup C. Untuk nilai kurang dari 45: Tidak lulus.

3. Untuk penerapan metode Talking Stick semua data yang berhasil dikumpulkan dari sumber sumber penelitian akan dihubungkan dengan metode diskriptif análisis sederhana yaitu: menjelaskan data - data yang diperoleh dengan menggunaklan nilai rata rata hitung atau disebut aritmatik mean dengan digunakan rumus : M = Ex

N

M = mean yang dicari Ex = jumlah dari nilai N = banyaknya nilai

Untuk memberikan nilai pada hasil keaktifan peneliti memberi penilaian sebagai berikut : A. Untuk nilai 4 cukup baik B. Untuk nilai 3 baik C. Unruk nilai 2 cukup. D. Untuk nilai 1 kurang.

KERANGKA TEORITIK

Sejak anak manusia lahir telah ada keterampilan yang dilakukan ,baik oleh orang tua masyarakat dan pemerintah dan setiap orang mempunyai keterampilan dan bakat yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil tugas yang telah dikerjakan.( Anton M Moeliono. 1988; 935) Keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang artinya cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Keterampilan berarti kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Keterampilan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda tergantung agaimana kita berlatih untuk lebih baik. ( WJS Poerwodarminto. 1984;1088).

Page 7: Artikel PTK.pdf

Melatih keterampilan dapat dilakukan sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya keterampilan membuat cerita, keterampilan menulis puisi, keterampilan berpidato, dll.

Seiring berjalannya waktu dinamika perubahan dan pengembangan strategi dan model belajar ataupun pembelajaran sangat cepat dan produktif, sehingga pembaharuan pendidikanpun mengalami perubahan begitu cepat.

Dulu, para pendidik masih sangat rekat dengan model dan gaya pembelajaran yang trasformatif dan guru harus mengontrol agar peserta didik bisa berubah sesuai dengan model dan gaya yang sudah dirancang. Akan tetapi hari ini strategi dan metode ini kurang relevan karena banyaknya pilihan inovasi pembelajaran yang terus berkembang dari waktu ke waktu , pembaharuan strategi pembelajaran lebih mengarah pada peningkatan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung optimal yang berimbas pada peningkatan hasil belajar peserta didik.

Dalam hal ini peran guru sangat diperlukan , dengan kekreatifannya dan didukung dengan media dan metode-metode pembelajaran yang inovatif dan variataif yang dikuasai pendidik dapat merubah suasana pembelajaran menjadi unik dan menarik.

Metode Talking Stick hadir untuk memberikan sumbangan dan pilihan bagi para pendidik dan dunia pendidikan terutamanya dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammas SAW.

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini. Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku– suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. (Suprijono, Agus; 2012;109)

Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan partisispasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem balajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka bertanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok

Page 8: Artikel PTK.pdf

untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. ( Rusman, 2011;203)

Manfaat belajar dan mengajar dengan metode Talking Stick adalah: 1. Memberi semanagat kepada peserta didik, karena dalam metode ini peserta

didik dilatih untuk membuat ceritasecara bergantian dan berurutan. 2. Lebih efektif dan efisien 3. Mengingat materi pelajaran lebih cepat dan mempertahankannya lebih lama. Ada beberapa kelemahan yang tentunya juga ada dalam metode talking stick ini , diantaranya adalah membuat siswa deg-degan. Tetapi dengan kekreatifan dan dan keprofesionalan serta kepribadian yang dimiliki oleh pendidik semua proses pembelajaran sesulit apapun akan teratasi (UU.14:2005,Permendiknas.74 : 2008) Selamat mencoba.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Persoalan yang terjadi di kelas adalah rendahnya hasil belajar dalam aspek keterampilan bercerita peserta didik dalam proses pembelajaran, hal ini disebabkan karena penggunaan metode yang kurang tepat dengan karakteristik peserta didik, sehingga kejenuhan dan suasana yang tidak kondusif akan terjadi dan memnghambat tercapainya ketuntatasan dalam belajar.

Siklus I

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, menyusun fasilitas atau sarana seperti media yang di perlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu : lembar kerja, lembar observasi guru dan siswa.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus satu dilaksanakan pada tanggal 15 juni 2014 di kelas V dengan jumlah peserta didik 28 orang. Dalam kegiatan ini peneliti bertindak sebagai guru pendamping, proses pembelajaran mengacu kepada Rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.

Pada akhir proses pembelajaran peserta didik diberi pre-test dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran yanga, dilalui.

Dari hasil pre test dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran yang konvaensional (peserta didik diber waktu 15 sampai 20 menit untuk membaca cerita Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW) untuk peserta diperoleh nilai rata rata peserta didik 7,20 hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal peserta didik belum tuntas belajar karena memperoleh nilai kurang dari 75 sebesar 70% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang diharapkan

Page 9: Artikel PTK.pdf

yaitu 85 % dikarenakan sebagian peserta didik kurang antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Siklus II

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, menyusun fasilitas atau sarana seperti media yang di perlukan dikelas, mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu : lembar kerja, lembar observasi guru dan siswa.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 22 juni 2014 di kelas V dengan peserta didik 29. Dalam kegiatan pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai guru , proses pembelajaran mengacu pada RPP 2 yang telah direvisi dari pengalaman disiklus satu sehingga kekurangan dan kesalahan yang terjadi pada kegiatan siklus satu tidak terulang pada siklus 2. Pada akhir proses pembelajaaran peserta didik diberi pos-test dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik selama proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Data hasil penilaian pada siklus II bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Talking Stick diperoleh nilai rata rata peserta didik 8,22 dan ketuntasan belajar peserta didik mencapai 85 % atau seluruh peserta didik sudah bisa dikatakan tuntas dalam belajar.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus 2 dengan menerapkan metode Talking Stick peserta didik mengalami peningkatan yanag lebih baik dari siklus yang pertama yang menggunakan metode konvensional. Adanya peningkatan ini diharapkan dapat memberi motivasi kepada peserta didik untuk lebih aktif belajar dan bersemangat dalam proses pembelajaran.

Refleksi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus pertama peserta didik kurang antusias dalam mengikutai proses pembelajaaran sehingga pencapaian hasil belajar kurang maksimal, keadaan ini berbeda ketika dilaksanakan siklus 2 yang menggunakan metode Talking Stick peserta didik sangat aktif dalam megikuti pelajaran sehingga diperoleh hasil akhir telah mencapai standar kelulusan pencapaian hasil belajar

Berikut adalah perbandingan antara siklus 1 dan siklus 2:

Page 10: Artikel PTK.pdf

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaaran yang telah dilakukan dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta análisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode Talking Stick memiliki dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik dengan indikator siklus pertama nilai rata- rata 6,20 dan setelah dilakukan siklus kedua dengan segala revisi yang telah dilakukan peneliti nilai rata rata mencapai 8,22 Penggunakan metode Talking Stick tergolong cukup baik dan telah diterapkan oleh beberapa guru.

0

5

10

siklus 1 siklus 2

rata-rata

rata-rata

Page 11: Artikel PTK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Putra.

Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012)

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

Eni Purwati, dkk, Penelitian Tindakan Kelas Paket 5, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), hal. 12.

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 203

UU.14:2005,Permendiknas. 2008

WJS Poerwodarminto. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Jakarta : Balai Pustaka