artikel pasmod dan sektor riil

29
Emiten BUMN Harus Jadi Pionir Penggerak Bursa dan Sektor Riil Whery Enggo Prayogi - detikFinance Foto: dok detikFinance Jakarta - Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus menjadi pionir dalam peningkatan peran pasar modal dalam menggerakkan sektor riil di tahun 2010. Meskipun terkesan lambat, beberapa emiten BUMN harus terus merealisasikan proyek-proyek baru, agar kapitalisasi pasar modal dapat berjalan optimal. "Yang terpenting untuk mendorong sektor rill, para emiten harus mau investasi langsung membangun pabrik, permesinan, hingga menambah aset yang baru, " jelas Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa dalam perbincangan di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) SCBD, Jakarta, Senin (4/01/2010). Ia mencontohkan, bagaimana para BUMN bisa menjadi percontohan emiten lain untuk berinvestasi langsung. Seperti yang dilakukan Semen Gresik yang mulai membangun pabrik baru, juga Pertambangan Bukit Asam dengan jalur kereta api sebagai sarana angkutan nikel, bauksit dan alumina. Menurutnya, hal ini sedikit terlambat, jika dilakukan dalam dua sampai tiga tahun kebelakang, tentu akan memberi efek baik saat ini. "Harus digalakan. Harusnya dilakukan 2-3 tahun lalu. Padahal dana mereka ada," jelasnya.

Upload: renny-friska

Post on 06-Aug-2015

53 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pasar modal syariah

TRANSCRIPT

Page 1: artikel pasmod dan sektor riil

Emiten BUMN Harus Jadi Pionir Penggerak Bursa dan Sektor Riil

Whery Enggo Prayogi - detikFinance

Foto: dok detikFinance

Jakarta - Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus menjadi pionir dalam peningkatan peran pasar modal dalam menggerakkan sektor riil di tahun 2010. Meskipun terkesan lambat, beberapa emiten BUMN harus terus merealisasikan proyek-proyek baru, agar kapitalisasi pasar modal dapat berjalan optimal.

"Yang terpenting untuk mendorong sektor rill, para emiten harus mau investasi langsung membangun pabrik, permesinan, hingga menambah aset yang baru, " jelas Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Erwin Aksa dalam perbincangan di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) SCBD, Jakarta, Senin (4/01/2010).

Ia mencontohkan, bagaimana para BUMN bisa menjadi percontohan emiten lain untuk berinvestasi langsung. Seperti yang dilakukan Semen Gresik yang mulai membangun pabrik baru, juga Pertambangan Bukit Asam dengan jalur kereta api sebagai sarana angkutan nikel, bauksit dan alumina.

Menurutnya, hal ini sedikit terlambat, jika dilakukan dalam dua sampai tiga tahun kebelakang, tentu akan memberi efek baik saat ini.

"Harus digalakan. Harusnya dilakukan 2-3 tahun lalu. Padahal dana mereka ada," jelasnya.

Ditambahkannya, emiten BUMN juga harus lebih berani. Jangan ambil kebijakan yang konservatif. Pasar modal harus dikapitalisasi dengan baik, bukan semata kinerja. Rata-rata emiten BUMN, dinilainya memiliki kelebihan kas.

Page 2: artikel pasmod dan sektor riil

"80% dana emiten hanya equity. Seperti Jasa Marga (JSMR), likuiditasnya banyak tapi enggak dipakai. Harusnya untuk sektor riil," katanya.

Pemerintah pun harus memberi insentif, misalkan dengan subsidi suku bunga, hingga pemegang saham akan melihat prospek penanaman investasi langsung, menjanjikan dan dapat memperoleh keuntungan.

Erwin juga mengungkapkan, pencapaian prestasi pasar modal pada perdagangan 2009, tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap sektor riil. "Sektor pasar modal lebih banyak putaran dana di pasar uang saja, sedangkan perusahaan yang sudah listing tidak melakukan ekspansi atas kinerja baik mereka tahun lalu," imbuhnya.

(wep/ang)

Page 3: artikel pasmod dan sektor riil

Menkeu: Pasar Modal Harus Dorong Sektor RiilSenin, 04 January 2010 11:56 WIB

Jakarta, (tvOne)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pasar modal harus meningkatkan perannya dalam menggerakkan sektor riil sehingga bisa memberikan kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. "Tekad tersebut relevan dengan optimisme dan tanggung jawab dan komitmen pelaku pasar modal, untuk memberi kontribusi terbaiknya dalam turut mendorong laju pertumbuhan. Sehingga dapat jadi instrumen menggerakkan sektor riil dalam rangka menciptakan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan," kata Menkeu dalam pembukaan perdagangan hari pertama Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2010 di Jakarta, Senin (4/1).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir dalam acara itu untuk membuka hari pertama perdagangan BEI pada 2010. Dikatakan Menkeu, kinerja perekonomian Indonesia pada 2009 mampu mencatat pertumbuhan positif dan menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. Hal itu, katanya, tercermin dari kinerja BEI yang terbaik di Asean dan nomer dua di Asia Pasifik.

Total laba bersih emiten kuartal III-2009, lanjutnya, naik 48,5 persen dibanding periode yang sama pada 2008. Hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan indeks saham terjadi bukan saja karena sentimen positif tetapi karena kinerja perusahaan yang baik. Menkeu menjelaskan, bahwa saat ini sinyal pemulihan ekonomi global mulai terlihat meski masih ada beberapa elemen risiko yang harus terus dicermati dan waspadai.

Pemberian stimulus di beberapa negara, konsolidasi moneter yang dilakukan Australia dengan menaikkan suku bunga, serta krisis ekonomi di Yunani, adalah contoh risiko yang bisa terjadi di mana saja termasuk di Indonesia apabila lengah. "Untuk itu kami akan terus meningkatkan kemampuan antisipasi dan kewaspadaan dalam mengelola ekonomi meski tidak menutup optimisme," katanya.

Menkeu mengatakan, dirinya bersama pelaku ekonomi khususnya pasar modal akan memelihara komunikasi dan kerja sama saling menghargai dan penuh komitmen kolektif untuk memelihara stabilitas dan kelanjutan pertumbuhan industri ini pada 2010. "Kami tetap optimis dalam menapaki aktifitas 2010. Keberadaan Presiden akan menebalkan rasa itu," katanya. (Ant)

Page 4: artikel pasmod dan sektor riil

Menkeu: Peran pasar modal bagi sektor riil digenjot

oleh : Sylviana Pravita R.K.N.

Cetak Kirim ke Teman Komentar Berbagi

JAKARTA (bisnis.com): Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan menggenjot komunikasi dan koordinasi dengan pelaku pasar modal guna meningkatkan peran pasar modal dalm menggerakkan sektor riil.

Sri Mulyani mengatakan pembukaan perdagangan saham hari ini yang bertema Meningkatkan Peran Pasar Modal dalam Mengerakkan Sektor Riil tersebut sesuai dengan harapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar pasar modal lebih�memberikan kontribusi bagi sektor riil.

Pemerintah Indonesia, lanjutnya, akan terus menjaga perekonomian Tanah Air agar tidak terjadi seperti krisis di Dubai dan penurunan peringkat surat utang di Yunani. Krisis itu juga dapat terjadi di Indonesia apabila Indonesia lengah.

'Kami bersama pelaku ekonomi, terutama pelaku pasar modal, akan mengedepankan komitmen untuk secara kolektif dan sungguh-sungguh menjaga sustainability pada 2010 ini," kata Sri Mulyani, pada pembukaan perdagangan saham pagi ini

Page 5: artikel pasmod dan sektor riil

Ekonomi

  24/06/2009 - 15:53

Pasar Modal Harus Dorong Sektor Riil

INILAH.COM, Jakarta - Pengamat pasar saham Harry Kurniawan berharap terpilihnya paket Ito Warsito menjadi dewan direksi baru PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa mendorong pasar modal lebih bermanfaat dan bisa menggerakkan ekonomi riil.

"Direksi baru ini harus bisa membawa pasar modal bermanfaat pada sektor riil," kata Harry di Jakarta, Rabu (24/6).

"Wajar saja saat terjadi penurunan banyak kalangan yang tidak mau membantu, karena hanya dirasakan oleh beberapa gelintir orang saja," urainya.

Untuk itu, Harry berharap direksi baru BEI ini bisa membawa pasar modal bisa dirasakan oleh banyak orang, seperti halnya penerbitan obligasi untuk pembiayaan Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM).

"Pasar saham harus bisa melakukan pembiayaan UMKM. Pembiayaan pasar saham sifatnya untuk jangka panjang, sedangkan perbankan untuk jangka pendek dan menengah," jelasnya.

Harry menegaskan bahwa dengan bergantinya pimpinan bursa saat ini bursa saham bisa lebih berakselerasi dan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dia berharap pasar saham juga berkembang dan bisa dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas dan lebih meningkatkan benefit (keuntungan) kepada anggota bursa dan pelaku pasar lainnya.

Pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BEI, komisaris Utama PT Bahana Securities, Ito Warsito akhirnya terpilih sebagai Direktur utama Bursa Efek Indonesia (BEI) yang baru menggantikan Erry Firmansyah yang akan memimpin BEI selama periode 2009-2012.

Ito mengalahkan Direktur Utama PT Panin Sekuritas I Made Rugeh Ramia dengan mengantongi 79 suara, Made Rugeh 36 suara, dan satu suara masing-masing tidak sah dan abstain.

Susunan direksi BEI yang baru terdiri dari Direktur Utama Ito Warsito, Direktur Perdagangan dan Keanggotaan Wan Wei Yiong, Direktur Pengembangan Usaha Friderica Widyasari Dewi, Direktur Peraturan dan Pengawasan Uriep Budhi Prasetyo, Direktur Penilaian Perusahaan Eddy Sugito, Direktur Teknologi Informasi Adikin Basirun dan Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Supandi. [*/cms]

Page 6: artikel pasmod dan sektor riil

KECIL SUMBANGAN PASAR MODAL INDONESIA KE SEKTOR RIIL

-

-Direktur Utama PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, mengatakan peran pasar modal di Indonesia dalam menggerakkan perekonomian Indonesia tidaklah besar. Bila dibandingkan antara kebutuhan investasi Indonesia sebesar Rp. 2.100 triliun pertahun, maka sumbangan dari penggalangan dana di pasar modal adalah kecil.-

Edwin memaparkan, kapitalisasai pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak melambangkan pertumbuhan ekonomi. Itu hanya melambangkan harga saham dan volume pergerakannya. -

Yang benar-benar menyentuh sektor riil adalah IPO (Initial Public Offering/ Perusahaan masuk bursa), rights issue (penjualan saham baru kepada para pemegang saham lama) dan obligasi (surat hutang jangka panjang), karena dana yang mereka peroleh dari ketiganya ini adalah untuk kebutuhan operasional dan pengembangan perusahaan. -

Sepanjang tahun 2009, dari perusahaan yang masuk bursa (IPO = initial public offering) kemudian rights issue, dan menerbitkan obligasi, berhasil menggalang dana Rp 38,86 triliun. Terdiri atas IPO Rp 3,8 triliun, rights issue Rp 8.7 triliun dan obligasi Rp 26,36 triliun.-

Perolehan  penggalangan dana sebesar Rp 38,86 triliun tersebut ternyata hanya 1,85 persen dari total kebutuhan investasi Indonesia pertahun (Rp. 2.100 triliun). (Sumber: Harian Republika).

Page 7: artikel pasmod dan sektor riil

Industri Pasar Modal Diarahkan ke Pengembangan Sektor Riil04 Januari 2010

Jakarta, CyberNews. Industri pasar modal Indonesia di tahun 2010 akan diarahkan untuk mengembangkan sektor riil. Demikian seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (4/1).

"Tema ini semakin relevan dan menunjukan optimisme, tanggung jawab dari seluruh pelaku pasar untuk beri kontribusi dalam mendorong laju perekonomia dan dapat jadi instrumen untuk menggerakan sektor riil dalam mengurangi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja," jelas dia di BEI, Jakarta, Senin (4/1).

Menurutnya, dorongan pasar modal untuk menggerakan sektor riil sesuai dengan target pemerintah.

"Ini komitmen kita semua, sesuai arahan Presiden," kata dia.

Menkeu berharap, pasar modal dapat berkontribusi pada peningkatakan kesejahteraan masyarakay Indonesia. Dia menambahkan, meski sinyal pemulihan ekonomi global sudah terlihat, namun masih ada resiko menghadang.

"Ini harus kita cermati dan waspadai," cetus Sri Mulyani.

Beberapa hal yang bisa menjadi tantangan perekonomian di 2010 adalah adanya konsolidasi di sektor moneter.

"Australia sudah naikkan suku bunga," contoh dia.

Selain itu, tambah menkeu, adanya penurunan peringkat utang di beberapa negara serta krisis di Yunani harus diwaspadai.

Page 8: artikel pasmod dan sektor riil

Memacu Pasar Modal untuk Sektor Riil

Grand strategy di bidang industri dan perdagangan sangat dibutuhkan.

AvilianiMahasiswa Program Doktor DMB-IPB Bogor

Semua kalangan membicarakan situasi ekonomi Indonesia saat ini mirip dengan situasi menjelang krisis 10 tahun lalu mengingat aliran modal asing begitu deras, terutama pada instrumen pasar modal dan pasar surat berharga negara atau surat utang negara (SUN). Jumlah arus modal asing yang masuk yang diinvestasikan dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Rp 45 triliun, Surat Utang Negara Rp 77 triliun, dan saham sebesar Rp 5,67 triliun , SUN mencapai sekitar Rp7,6 triliun, sementara melalui pasar modal sebesar Rp 3,3 triliun.

Tak heran jika indeks harga saham BEJ menembus lebih dari 2000, dan harga-harga saham dari emiten terdongkrak cukup tinggi yang terkadang menjadi tidak rasional. Memang harus diakui bahwa peningkatan indeks harga saham yang spektakuler belum diikuti dengan banyaknya emiten baru. Tetapi, bila dilihat dari perkembangannya, lebih dipicu oleh kapitalisasi pasar saham-saham blue-chips.

Kalaupun beberapa tahun belakangan ini ada perusahaan yang go public, lebih banyak pada industri-industri padat modal seperti telekomunikasi, perbankan. Akan tetapi industri yang bersifat padat karya seperti manufaktur dan infrastruktur belum banyak yang ingin melepas sahamnya ke publik.

Untuk mengatasi hal tersebut Wakil Presiden maupun Menteri Perindustrian menyatakan dalam Indonesia Investor Forum 2 di Jakarta bahwa pemerintah akan memacu peran pasar modal agar bukan hanya sebagai tempat spekulasi para investor, tetapi juga mampu menggerakan pertumbuhan sektor riil dengan mendorong semakin banyak perusahaan mencatatkan sahamnya (listing) di bursa. Menteri Keuangan pun turut mendukung dengan akan diberikannya insentif fiskal bagi perusahaan yang akan go public.

Rencana pemerintah untuk menggerakan sektor riil melalui pasar modal perlu mendapat dukungan karena secara teori akan mampu meraup dana besar bagi investasi perusahaan dengan dana yang lebih murah. Selain itu masyarakat sebagai investor dapat mengontrol jalannya usaha dan memperoleh dividen. Selain itu, dengan dana segar, para emiten dapat menggerakan sektor riil melalui pertumbuhan yang berkualitas, maupun penyerapan tenaga kerja.

Privatisasi BUMNDi dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah merencanakan di 2007 akan memprivatisasi paling tidak 14 BUMN melalui IPO. Untuk melakukan hal itu, pemerintah perlu berhati-hati, karena tujuan utama menggerakan pasar modal adalah untuk menahan aliran dana keluar, bukan mengorbankan perusahaan negara yang mempunyai prospek. Yang utama, berbagai persoalan yang membelit BUMN harus diselesaikan lebih dahulu.

Page 9: artikel pasmod dan sektor riil

Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa privatisasi tidak identik dengan setoran APBN tetapi lebih untuk ekspansi usaha dari BUMN itu sendiri. Demikian halnya dengan para pekerja BUMN, perlu disiapkan untuk mengubah cara berpikir, karena rasa memiliki yang terlalu besar sering resisten untuk berubah.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan, BUMN yang akan go public lebih dahulu masuk dalam program restrukturisasi, profitisasi, dan kemudian privatisasi. Hal ini untuk meningkatkan nilai dari BUMN. BUMN yang sangat mendesak membutuhkan dana, terkait dengan infrastruktur. Oleh karena itu perlu memperoleh prioritas untuk lebih dahulu go public, baru BUMN lain yang berimplikasi pada penciptaan lapangan kerja dan multiplier efek ekonomi.

Akan tetapi, BUMN yang masih dibutuhkan sinerginya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat seperti PTPN, Perhutani, dan yang lainnya, perlu dipertahankan lebih dulu. Alasannya, tuntutan perusahaan yang sudah go public tak lepas dari soal keuntungan. Padahal, ada beberapa peran penting yang masih harus dilakukan BUMN untuk menjadi penggerak ekonomi rakyat, yang tidak langsung pada tingginya keuntungan tetapi multiplier efek ekonominya.

FaktaMenenggok beberapa fakta yang selama ini terjadi dalam dunia pasar modal Indonesia maka ada beberapa hal yang mesti diperhatikan pemerintah. Pertama, perusahaan-perusahaan PMA dan beberapa swasta nasional justru mulai melakukan go private atau buyback seperti Sari Husada dan beberapa perusahaan lain yang sebentar lagi menyusul.

Ada beberapa kemungkinan atas langkah itu, seperti mereka tidak lagi membutuhkan dana, atau begitu besar biaya langsung atau tidak yang dibebankan sebagai perusahaan publik karena harus publikasi di lima media besar dan melaporkan segala aktivitas ke bursa, atau unsur lainnya adalah masalah persaingan.

Perusahaan yang semakin transparan dalam rencananya akan dibaca oleh prsaing dan dapat menghilangkan peluang. Belum lagi masalah MTM yang diakibatkan oleh mekanisme pasar, sering menjadi beban perusahaan karena harus membukukan keuntungan atau kerugian yang tidak disebabkan oleh aktivitas langsung perusahaan. Jadi, perlu diteliti maraknya akhir-akhir ini perusahaan akan melakukan go private.

Kedua, apabila pemerintah mengharapkan investor domestik akan lebih banyak berperan menjadi investor di pasar modal, ini perlu dipertanyakan di mana dalam kenyataannya investor domestik jumlahnya relativ kecil. Bila melakukan transaksi mereka hanya bersifat jangka pendek, sehingga bila nilai saham naik, mereka cenderung melepas dan sekedar memperoleh capital gain. Tak heran, jika portofolio saham mayoritas saat ini dikuasai asing (termasuk BUMN-BUMN terbuka).

Dari data menunjukkan, nasabah lokal di pasar modal belum mencapai 1 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Hal inilah yang membuat ketergatungan transaksi pasar modal Indonesia masih tergantung pada investasi asing.

Page 10: artikel pasmod dan sektor riil

Ketiga, penyelesaian masalah hukum di pasar modal seperti masalah insider trading, maupun masalah hukum lain sering tidak tuntas sehingga menyebabkan kerugian bagi emiten. Misalnya saja kasus PT PGN beberapa waktu lalu yang diuntungkan investor yang lebih bersifat spekulan, tetapi yang dikenakan denda justru emiten.

Keempat, emiten menghadapi masalah kebijakan di bidang industri maupun kebijakan ekonomi lain yang tidak konsisten sehingga banyak hambatan untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini juga mempengaruhi harga sahamnya di pasar. Kondisi ini tercermin dari transaksi saham aktif hanya pada beberapa jenis usaha tertentu seperti saham perusahaan perbankan, pertambangan, infrastruktur, dan industri makanan-minuman, tetapi untuk saham lainnya transaksi rendah. Ketiga hal diatas menjadi penyebab belum berjalan secara efisiennya pasar modal di Indonesia.

SolusiRencana pemerintah untuk lebih menggairahkan pasar modal dengan terus gencar memprivatisasi BUMN maupun memacu swasta untuk go public perlu mendapat dukungan, namun memerlukan solusi yang jitu agar tidak hanya sekadar imbauan. Pertama, grand strategy di bidang industri dan perdagangan sangat dibutuhkan, agar para pelaku mempunyai kepastian dalam berusaha.

Sebagai contoh, ketika harga dunia CPO mengalami kenaikan, pemerintah berencana akan mengenakan pajak ekspor. Padahal di sisi lain, para pengusaha telah melakukan ekspansi kebun maupun meningkatkan kuota ekspor. Hal ini dianggap tidak konsisten, dan dapat merugikan emiten.

Kedua, Kebijakan insentif fiskal bagi emiten perlu menjadi pertimbangan, karena selama ini perusahaan go public tidak memperoleh prioritas fiskal, sementara biaya langsung atau tidak yang ditanggung lebih besar dari perusahaan yang tidak go public antara lain dalam bentuk tax clearance, insentif pajak berupa pengenaan tarif pajak penghasilan (PPh) badan yang lebih rendah 15-20 persen dari perusahaan nonterbuka. Lainnya, penghapusan pemeriksaan oleh petugas pajak atas laporan keuangan Emiten yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di Bapepam. Untuk meningkatkan jumlah investor domestik atau lokal maka perlu dipikirkan pembebasan pajak dividen.

Ketiga, implementasi kebijakan di lapangan yang masih banyak menghambat dunia usaha untuk berinvestasi. Saat ini masih banyak yang belum mampu ditangani secara baik, sehingga dikhawatirkan setelah emiten memperoleh dana dari pasar modal, tidak mampu dibelanjakan sehingga akhirnya dana jadi ganggur kembali dan ditempatkan pada instrument jangka pendek. Dalam hal ini pemerintah perlu menunjuk penanggung jawab lapangan atas implementasi kebijakan.

Keempat, dana perbankan cukup besar sehingga perlu ada kebijakan agar memperbolehkan bank membeli saham atau obligasi emiten, dan memperhitungkannya sebagai penambahan loan to deposit ratio. Hal ini merupakan salah satu peningkatan basis investor lokal yang sangat penting bila pasar modal tidak ingin terus menerus tergantung kepada investor asing. Bila investor asing memegang kendali dalam perdagangan, sekali mereka menarik dananya, terpuruk indeks dibuatnya.

Page 11: artikel pasmod dan sektor riil

Kelima, penyelesaian masalah-masalah hukum terkait dengan emiten maupun investor harus tuntas, agar tidak merugikan stakeholder. Oleh karena itu, Bappepam sebagai lembaga pengawas perlu melakukan reformasi di berbagai bidang untuk meningkatkan kualitas pengawasannya.

Page 12: artikel pasmod dan sektor riil

Pemerintah pacu peran pasar modal   Oleh: Pudji Lestari & Rahayuningsih

Pemerintah memacu peran pasar modal dalam menggerakkan pertumbuhan sektor riil dengan mendorong semakin banyak perusahaan mencatatkan sahamnya (listing) di lantai bursa.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kondisi pasar modal saat ini-dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang pernah mencetak rekor tertinggi baru di level 2.104-mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bursa yang cukup tinggi.

Namun, menurut dia, tidak berhenti di situ. Kemajuan pasar modal selayaknya mendorong perekonomian nasional melalui langkah ekspansi perusahaan yang tercatat di dalamnya.

Wapres mengakui pasar modal memang tempat spekulasi bagi investor. Tetapi hendaknya wahana investasi ini juga menjadi tempat yang baik bagi perusahaan untuk berekspansi ke sektor riil.

"Pasar modal harus memberi sumbangan pertumbuhan bagi pasar riil, menggerakkan perekonomian. Walaupun harganya sudah tinggi, banyak perusahaan yang tetap berminat IPO [initial public offering] dan hasilnya digunakan untuk ekspansi. Itulah yang dimaksudkan dengan menggerakkan ekonomi bangsa," tutur Wapres saat menyampaikan pidato pembukaan pada Indonesia Investor Forum (IIF) ke-2, di Jakarta, kemarin.

Alternatif pembiayaan

Dalam kesempatan yang sama, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengharapkan peranan pasar modal sebagai alternatif pembiayaan akan semakin meningkat di masa depan. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menggerakkan perekonomian.

Dia mengatakan dengan banyaknya aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri, memang ada kekhawatiran pasar bakal terpuruk ketika dana itu terbang ke tempat lain.

Karena itu, menurut Menkeu, pemodal lokal harus kuat agar pasar tidak hanya didominasi oleh dana asing. "Sekarang pasar modal domestik sudah lebih kuat. Akan jauh lebih baik bila pasar modal memiliki basis investor domestik yang lebih kuat."

Menkeu mengakui kontribusi pasar modal terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini belum terlalu signifikan. Nilai kapitalisasi bursa yang tercatat Rp1400 triliun baru 42% dari nilai PDB.

Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Ahmad Fuad Rahmany mengatakan asing masih mendominasi kepemilikan efek di pasar modal dengan porsi 67%.

Sementara itu, Dirut Bursa Efek Jakarta Erry Firmansyah mengatakan pasar modal mulai ikut menggerakkan sektor riil melalui sejumlah langkah ekspansi perusahaan.

Page 13: artikel pasmod dan sektor riil

Data jumlah belanja emiten pada 2006 dan 2007 itu, menunjukkan tahun ini proyeksi anggaran ekspansi naik ketimbang tahun lalu.

"Dari 148 emiten yang terlibat dalam pengumpulan data tersebut, terlihat belanja modal perseroan pada 2006 sebesar Rp41 triliun, sedangkan tahun ini Rp55 triliun," tutur Erry.

Insentif pajak

Untuk lebih mendorong perusahaan masuk ke bursa (go public), Menkeu mengatakan dalam satu hingga dua bulan mendatang insentif pajak, khususnya pajak penghasilan di pasar modal, segera ditetapkan.

"Ditjen pajak bersama Bapepam sedang melihat perbedaan di sisi pajak penghasilan, berapa potensi kehilangan negara dan nilai yang akan diisi oleh perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa." (02/08/Abraham Runga) ([email protected]/rahayuningsih@ bisnis.co.id)

Page 14: artikel pasmod dan sektor riil

Kontribusi Pasar Modal Minim

Selasa, 05 Januari 2010 Kinerja Bursa I Pemerintah Ingatkan Ancaman Risiko Global

Kenaikan indeks harga saham domestik 2009 yang spektakuler tidak dibarengi oleh tingginya kontribusi bursa domestik terhadap pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam menggerakkan sektor riil. rnrnJAKARTA – Pemerintah menilai peran dan kontribusi pasar modal nasional saat ini masih sangat minim bagi sumber pendanaan pembangunan

ekonomi nasional. rnrnAktivitas emisi saham perdana, obligasi dan rights issue (penerbitan saham baru) di Bursa Efek Indonesia baru bisa menyumbang 1,85 persen dari total kebutuhan pembangunan ekonomi nasional. Aktivitas emisi itulah yang menjadi dana segar untuk menggerakkan sektor riil. rnrnDengan asumsi pertumbuhan eko nomi sebesar 5,5 persen, di bu tuhkan dana sebesar 2.100 tri liun rupiah. Sementara, total ni lai emisi saham, obligasi dan rights issue di pasar modal pada 2009 hanya mencapai 38,86 triliun rupiah. rnrnKarena itu, pemerintah mendesak kalangan pelaku pasar modal perlu kerja keras untuk meningkatkan perannya dalam menggerakkan sektor riil. rnrn“Tekad tersebut relevan dengan optimisme dan tanggung jawab dan komitmen pelaku pasar modal untuk memberi kontribusi terbaiknya dalam turut mendorong laju pertumbuhan,” tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani di sela pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia awal tahun di Jakarta, Senin (4/1). rnrn”Itu juga untuk jadi instrumen menggerakkan sektor riil dalam rangka menciptakan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan,” tambahnya. Apalagi, kinerja bursa domestik 2009 yang spektakuler tak lepas dari membaiknya fundamental perusahaan yang tercatat di bursa. rnrnHingga kuartal III 2009, total laba bersih dari seluruh emiten tumbuh 48,46 persen menjadi 34 triliun rupiah dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar 22,9 triliun rupiah. rnrnMenanggapi kritik pemerintah tersebut, pengamat pasar modal Edwin Sinaga mengaku perlu kerja ektra keras dari kalangan pelaku pasar modal untuk meningkatkan kontribusinya yang lebih signifi kan bagi pertumbuhan ekonomi. rnrnMenurut Direktur Danareksa Sekuritas Marciano Herman, untuk meningkatkan peran pasar modal, para pelaku pasar juga tetap mencermati arah kebijakan pembangunan dari pemerintah. “Dengan demikian kita bisa memperhatikan arah kebutuhan pendanaan tiap sektor dari pasar modal. rnrnBila arah pertumbuhan ekonomi positif, perusahaan-perusahaan juga pasti banyak yang melakukan ekspansi,” tandas Marciano. rnrnWaspadai Risiko Sementara itu, pasar saham domestik mengawali debut yang positif pada perdagangan awal tahun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,62 persen ke level 2.575,41 poin. rnrnIni sejalan dengan kinerja bursa regional yang juga mengawali perdagangan tahun baru ini yang positif. Indeks Nikkei di bursa Tokyo, terbesar di Asia menguat satu persen ke level tertinggi sejak 3 Oktober 2008. Menurut

Page 15: artikel pasmod dan sektor riil

kalangan analis, kinerja positif ini dipicu oleh ekspektasi investor terhadap pemulihan ekonomi global yang lebih cepat pada tahun ini. rnrnNamun demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap mengingatkan para pelaku pasar modal untuk tetap mewaspadai risiko tinggi dari sektor finansial global tahun ini meskipun ekonomi dunia sudah menunjukkan perbaikan. rnrnHal ini terlihat dari negaranegara maju seperti AS dan Jepang yang masih mempertahankan kebijakan stimulus. rnrnSelain itu, sejumlah bank sentral juga mulai meninggalkan kebijakan moneter yang longgar. Apalagi, dampak dari kebijakan stimulus yang sangat besar mendorong risiko utang pemerintah yang tinggi. rnrnTingginya beban utang telah menjadi ancaman di kawasan Eropa sehingga mendorong penurunan peringkat seperti yang dialami Yunani akhir tahun lalu. “Untuk itu kami akan terus meningkatkan kemampuan antisipasi dan kewaspadaan dalam mengelola ekonomi meski tidak menutup optimisme,” tegas Sri Mulyani.

Page 16: artikel pasmod dan sektor riil

Pasar Modal - Sebuah Tinjauan Strategi Marketing & Promo

by Primora-Harahap @ 2009-03-25 – 10:38:26

Berkesempatan menghadiri seminar Indonesia Investor Forum yg pertama beberapa waktu lalu...

Saya tertarik untuk sedikit menelisik hasil dari seminar tsb dari aspek marketing dan promosinya...

Di usianya yg sudah berjalan 29 tahun (sebuah usia yg sudah tidak belia lagi) ternyata pasar modal Indonesia belum berjalan dengan efektif dan efisien.

Sebagian besar pemain (investor) di pasar modal adalah kelompok2 tertentu saja (umumnya dalam bentuk kelompok korporasi / institusi).Tidak ada perkembangan yg berarti dari sisi perluasan 'konsumen', khususnya untuk segmen retail investor (investor individual).

IMHO, ada banyak hal yg mempengaruhi berjalannya suatu pasar modal dengan efektif dan efisien, diantaranya adalah supply, demand, akses informasi, biaya, awareness, brand image, product knowledge serta customer education.

Supply merupakan perusahaan2 (emiten) yg menerbitkan dan menjual saham nya ke publik melalui pasar modal, dalam hal ini dapat dianalogikan sebagai Produsen.

Demand adalah besarnya investor yg berminat untuk membeli saham, yg merupakan Konsumen pada pasar ini.

Akses informasi meliputi penyebaran informasi maupun kemudahan memperoleh informasi mengenai pasar modal itu sendiri maupun informasi mengenai emiten2 yg menawarkan sahamnya secara tepat waktu sehingga menjadi tepat guna bagi para 'konsumen' (investor) nya - termasuk program2 Promosi bagi produk2 pasar modal.

Aspek biaya lebih merupakan biaya transaksi yg dibebankan kepada konsumen.

Awareness adalah adanya kesadaran publik / masyarakat secara luas mengenai keberadaan maupun fungsi dari pasar modal (termasuk keuntungan / 'USP' yg ditawarkan oleh masing2 produk pasar modal).Adapun image mencakup citra dari pasar modal itu sendiri maupun citra dari para emiten2 yg ber-'jualan' di dalamnya.

Product Knowledge merupakan pengetahuan sales person dalam mempromosikan dan menjual produk dagangannya.

Customer Education lebih menitikberatkan pada sosialisasi produk2 pasar modal (yg relatif masih awam bagi sebagian besar masyarakat Indonesia), yg pada akhirnya berperan penting

Page 17: artikel pasmod dan sektor riil

dalam peningkatan 'Brand' Awareness dari pasar modal itu sendiri maupun dari setiap produk (saham) yg ditawarkan.

Bila dibandingkan dengan negara2 lain (negara2 di regional yg sama - Asia - sekalipun) ternyata perkembangan pasar modal di Indonesia berjalan tidak terlalu cepat untuk kurun waktu 29 tahun yang cukup panjang tsb .

Dari sisi pertumbuhan nilai indeks maupun Share Turn Over memang pasar saham Indonesia termasuk salah satu pasar saham yg tumbuh cukup aktif di regional Asia Pasifik, khususnya dalam 5 tahun terakhir ini. CMIIW

Namun bila dilihat dari jumlah 'konsumen' (investor) masih cukup rendah, terlihat dari prosentase investor (baik dalam bentuk korporasi maupun retail) terhadap pertumbuhan populasi penduduk.Berdasarkan data Bapepam, nilai market capitalization (kapitalisasi pasar modal) Indonesia relatif sangat kecil (hanya sekitar 1 %) terhadap total nilai kapitalisasi pasar seluruh bursa di kawasan Asia Pasifik. Sedangkan Jepang mencapai 64 %, Korea 10 %, Hongkong 15 %, Singapore 5 % dan Malaysia 3 %.

Dari segi perbandingan jumlah total investor (korporasi maupun retail/individual), maka prosentase jumlah investor di Indonesia hanyalah 0.1 % dari total Populasi, yg merupakan tingkat terendah dari negara2 Asia. Sementara Singapura mencapai prosentase jumlah investor tertinggi yaitu 30 %, Hongkong 17.5 %, Malaysia 12.5 %, Korea 8.5 % dan Jepang 8 %.

Berarti hanya sekitar 0.3 juta dari lebih 235 juta rakyat Indonesia yg menjadi konsumen dari pasar modal.

Pertumbuhan jumlah investor lokal (tertutama retail investor) di Indonesia jumlahnya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan sejumlah negara lain. Padahal segmen retail investor merupakan segmen pasar yg masih sangat besar dan terbuka luas bagi produk2 pasar modal.

Pertumbuhan jumlah emiten di pasar modal Indonesia pun belum terlalu menggembirakan, dan volume perdagangan pun masih lebih banyak di dominasi oleh kelompok korporasi/institusi besar saja. Hal ini terlihat dari jumlah rekening nasabah di BEJ yang tidak bertambah secara signifikan, mencerminkan masih sedikitnya jumlah investor, khususnya investor retail di Indonesia.

Mengapa demikian ?

Ternyata hal tersebut tidak lepas dari peran akses informasi.Selama ini penyebaran informasi mengenai pasar modal belum lagi menyeluruh dan belum dapat diakses dengan mudah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Hal ini menyebabkan tidak banyak masyarakat - yg sebetulnya merupakan konsumen potensial - yg mengetahui dengan jelas keberadaan pasar modal, fungsinya, keunggulan/keuntungan yg

Page 18: artikel pasmod dan sektor riil

didapat, maupun info lebih dalam mengenai produk2 (saham) yg ditawarkan serta 'USP' dari produk yg dijual (dalam bentuk prospek dari masing2 emiten penerbit saham tsb). CMIIW

IMHO, Akses Informasi yg masih terbatas dan kalaupun tersebar ke publik tidak lagi tepat waktu (bahkan seringkali sudah 'kadaluwarsa') menjadikan informasi tsb menjadi tidak tepat guna bagi publik (calon konsumen) maupun bagi perkembangan pasar saham itu sendiri.

Penyebaran informasi yg tidak tepat waktu dan tidak berimbang inilah yg membuat masyarakat yg merupakan kosumen potensial menjadi tidak aware, dan tidak yakin akan produk yg ditawarkan. Dengan kata lain akhirnya publik tidak memiliki 'keberanian' untuk turut bermain menjadi investor / menanamkan uangnya dengan membeli sejumlah saham (produk) yg ditawarkan. CMIIW

Program promosi yg juga merupakan bagian dari penyebaran informasi juga terkesan tidak dilakukan dengan baik dan terintegrasi. Banyak sekali program promosi yg tidak memberikan informasi yg seimbang sehingga berakhir menyesatkan, dan pada akhirnya bukan meningkatkan brand image dari produk2 pasar modal tapi justru memberi image negatif.

Masih teringat oleh saya bagaimana hebohnya reksadana dipublikasikan dan dipromosikan oleh sejumlah institusi keuangan pada saat2 awal produk (yg termasuk jenis produk pasar modal) ini diluncurkan.Promosi yg begitu gegap gempita memang sempat menarik perhatian dan minat masyarakat.

Begitu banyak konsumen (investor) yg berhasil di raih. Sebagian besar merupakan retail (individual) investor sesuai dengan segmen pasar yg dibidik oleh produk reksadana ini.Namun apa yg terjadi ?

Kegiatan promosi dan penjualan yg gencar tidak diikuti dengan pembekalan Product Knowledge yg baik kepada setiap sales person.Banyak sales person yg memberikan informasi yg salah dan bahkan cenderung menyesatkan konsumen pada saat berjualan (mungkin sekedar mengejar target penjualan saja... yg penting dagangan laku...) CMIIWAkhirnya... pada saat kondisi perekonomian sedang lesu (termasuk pula lesunya pasar modal global dan regional yg sudah pasti mempengaruhi pasar modal Indonesia), banyak investor yg 'panik' karena merasa keuntungan dan 'pendapatan tetap' yg telah 'dijanjikan' kepada mereka pada saat sales person sibuk berceloteh mengenai 'USP' dari produk ini saat ditawarkan dulu, tidak lagi terbukti.

Penarikan (pencarian) uang dari produk2 reksadana terjadi secara besar2an. Mengakibatkan begitu banyak perusahaan sekuritas yg tidak lagi mampu membayarkan kembali uang nasabah (investor) nya karena penurunan NAB yg cukup besar saat itu.

Apa akibat nya ?

IMHO, Hancurnya 'Brand' Image dari produk reksadana secara khusus maupun pasar modal pada umumnya, yg telah sempat berkibar.

Page 19: artikel pasmod dan sektor riil

Diperlukan upaya yg sangat keras untuk dapat membangun kembali tingkat kepercayaan publik dan tentunya brand image yg positif dari titik keterpurukan tsb.

Tidak mudah tentunya dan membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat membangun kembali Brand Image yg baik.Disamping itu, secara keseluruhan, informasi mengenai keberadaan pasar modal maupun produk2 (saham2 ataupun produk derivatif lainnya) masih belum tersebar merata. Seringkali suatu informasi yg sangat berguna tidak disebarluaskan melalui media2 promosi (termasuk media massa) pada saat yg tepat.

Berita2 mengenai produk2 pasar modal justru beredar di media2 massa justru berita2 tentang akibat dari proses/hasil transaksi penjualan ataupun berita2 setelah suatu produk diperjualbelikan cukup lama di pasar modal dimana harga sudah melambung tinggi atau bahkan sudah jatuh. Informasi mengenai emiten maupun produk2 yg akan diluncurkan serta waktu peluncuran yg tepat seringkali hanya sampai pada kalangan terbatas (biasanya pada kelompok2 investor korporasi, dan belum terlalu menyentuh retail / indivudual investor). CMIIWBahkan banyak masyarakat yg tidak tahu dimana mereka dapat mendapatkan informasi yg tepat.

Lack of information ini membuat kebanyakan investor di Indonesia (khususnya retail investor) melakukan pembelian produk berdasarkan Rumors yg beredar kemudian, karena mereka tidak tahu persis kapan waktu yg tepat untuk melakukan jual beli atas produk2 pasar modal yg mereka inginkan.

Ini yg menyebabkan retail investor di Indonesia terjebak pada situasi membeli saham pada saat harga saham tinggi dan menjual saham justru pada saat harga sedang turun. Dengan demikian sudah pasti retail investor (konsumen) yg lagi2 dirugikan dan pada akhirnya menurunkan tingkat kepercayaan maupun 'keberanian' konsumen dalam membeli produk pasar modal (mengingat produk pasar modal ini merupakan sejumlah uang yg harus di investasikan oleh konsumen pada suatu 'produk' yg secara fisik tidak dapat langsung digunakan).IMHO, Kondisi ini membuat tingkat kepercayaan masyarakat selaku konsumen terhadap keuntungan berinvestasi di pasar modal juga belum cukup tinggi untuk membuat mereka berani menjadi investor (konsumen) dari produk2 pasar modal. Dan pasar modal Indonesia masih didominasi oleh kelompok2 investor korporasi saja.

Tengok, saat peluncuran perdana produk ORI pertama (Obligasi Retail Indonesia) di Indonesia yg baru lalu.

Menurut berita yg saya baca, banyak agen penjual ORI yg mengeluhkan terlalu singkatnya masa sosialisasi ORI sehingga tidak ada cukup waktu untuk meyakinkan masyarakat (sebagai konsumen potensial) dan menarik mereka untuk menjadi pembeli produk tsb. Sedangkan produk ORI tsb merupakan produk yang terbilang baru bagi masyarakat awam, yang notabene merupakan target pasar dari ORI.

Sehingga walaupun berbagai kalangan (pengamat) mengatakan bahwa produk ini termasuk jenis produk yg cukup baik dan aman, tetap saja pada masa2 awal perdagangannya masih jauh dari target yg ditetapkan. Kurangnya informasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat awam

Page 20: artikel pasmod dan sektor riil

atas produk yang baru diluncurkan tsb membuat masyarakat awam sebagai potensial investor ORI belum memiliki tingkat kepercayaan dan keberanian yang cukup untuk menanamkan uangnya dalam bentuk obligasi ritel tsb. Hal ini membuktikan bahwa produk unggulan sekalipun bila diluncurkan tanpa adanya dukungan sosialisasi dan promosi yang baik, sulit untuk mencapai target penjualan.

Bila kemudian akhirnya ORI berhasil terjual over target (bahkan jauh melebihi target) itu lebih disebabkan oleh pemberitaan2 di media masa yg menjelang masa2 berakhirnya penawaran ORI ramai memberitakan keluhan para agen penjual maupun menyoroti 'sinyal kegagalan' penjualan ORI ini. CMIIW

IMHO, pemberitaan2 ini justru menjadi Indirect Promotion bagi produk ini yg pada akhirnya dapat 'menyelamatkan' target penjualannya.

Tampaklah bahwa bagaimanapun suatu program promosi yg baik dan terintegrasi (IMC) sangat diperlukan untuk membangun sebuah 'Brand' (maupun product) Awareness yg kuat. Diperlukan suatu kerjasama yg baik antara pasar modal (termasuk emiten2 di dalamnya) dengan berbagai media promosi untuk dapat menyalurkan informasi seputar produk2 yg ditawarkan. Apalagi mengingat produk2 pasar modal merupakan pasar yg rentan terhadap segala bentuk sentimen (informasi) yg beredar. CMIIW

Pada presentasinya, seorang eksekutif Bank Asing, memaparkan betapa masih jarangnya dilakukan program Customer Education di Indonesia.Hal ini merupakan salah satu konstribusi kepada rendahnya tingkat prosentase jumlah investor terhadap keseluruhan jumlah populasi masyarakat Indonesia yg hanya sekitar 0.1 % saja.

Sebagai perbandingan, di Hongkong (negara yg prosentase jumlah investor terhadap populasi penduduk mencapai 17.5 %) cukup aktif dan rutin menyelenggarakan Public Education Seminar maupun Exhibition untuk produk2 pasar modal nya. Tujuannya tentu untuk meningkatkan awareness masyarakatnya (yg merupakan konsumen potensial) terhadap produk2 pasar modal. Bahkan di negara2 semacam Hongkong, Singapore, Japan maupun Korea, produk2 derivatif dari produk2 utama pasar modal (seperti Option, Warrant, Futures) sudah dikenal dan dipahami dengan cukup baik oleh publik nya. Pengetahuan masyarakat negara2 tsb tidak lagi hanya sebatas saham dan obligasi saja.

Entah kenapa, event2 IMC seperti itu jarang dilakukan di Indonesia. Mungkin juga karena keterbatasan biaya pemerintah (dan BEJ) ??Tapi bukankah dapat menggerakkan pihak swasta yg merupakan emiten2 di pasar modal - yg tentunya berkepentingan terhadap pergerakan pasar modal - dalam pengadaan program2 sosialisasi/promosi (IMC) ini?

Disamping kurangnya program promosi dan informasi yg menyeluruh, ternyata faktor biaya pun masih menjadi salah satu penyebab kurang populer nya pasar modal Indonesia di masyarakat luas. Mengacu pada pemaparan Bapak Erry Firmansyah, yg mengakui bahwa total biaya transaksi di pasar modal Indonesia memang masih pada level menengah dibandingkan dengan total biaya transaksi di pasar2 modal di negara2 lainnya. Total biaya transaksi di BEJ masih

Page 21: artikel pasmod dan sektor riil

berada di atas total biaya transaksi di bursa Hongkong, Australia, New Zealand dan bahkan jauh di atas biaya transaksi di bursa Malaysia, Singapura, Jepang, Korea dan Taiwan.

Total biaya transaksi yg masih cukup tinggi ini membuat bursa saham Indonesia masih dirasa kurang kompetitif oleh para investor.Ternyata sangat diperlukan suatu strategi pemasaran dan komunikasi (IMC) yg menyeluruh untuk dapat memasarkan suatu produk apapun.Demikian pula untuk lebih mempercepat laju pertumbuhan pasar modal di Indonesia. Karena - IMHO - pasar modal merupakan salah satu instrumen penggerak sektor riil yg cukup baik, yg dapat memberi konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi.

Mengingat produk2 yg ditawarkan bukanlah produk 'nyata' yg dapat langsung dipakai atau dirasakan manfaatnya atas sejumlah uang telah di keluarkan oleh konsumen, tentu tidak lah mudah untuk memasarkan produk2 pasar modal - IMHO - tidak sama / semudah memasarkan produk2 konsumtif seperti FMCG misalnya.

Kiranya masih banyak pekerjaan rumah bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan untuk memajukan pasar modal di Indonesia.

any ideas ?

CU,

-(Pri)Mora Harahap-

24 Aug 2006

Page 22: artikel pasmod dan sektor riil