artikel lapindo 50artikel paindo

67
Asal Mula Lumpur Lapindo Sidoarjo Asal Mula Lumpur Lapindo – Kita ingat tragedi semburan lumpur porong sangatlah tragis, banyak mereka yang kehilangan tempat tinggal dan perekonomian. Rumah Sakit, Pabrik, Pasar, Sawah dan Pemukiman luluh lantah tertimbun luapan lumpur porong sidoarjo. Sebagaimana diketahui, asal mula munculnya lumpur panas di Sidoarjo terkait erat dengan pola pengusahaan pertambangan gas oleh sebuah kekuatan korporasi yang kemudian diketahui bernama Lapindo Brantas Inc. Mud Volcano (lumpur panas lapindo) Merupakan hasil sedimentasi yang naik ke atas (permukaan bumi) dari kedalaman 3000 – 4000 meter di bawah tanah. Di seluruh dunia kurang lebih telah terjadi sebanyak 700 kasus dengan 300 kasus terjadi di Azerbaijan, merupakan tanda2 adanya kandungan minyak bumi yang tinggi. Kasus terbesar (Azerbaijan) mencapai luasan dengan diameter 10km dan membentuk gunung baru. Kasus luapan lumpur panas Porong menjadi luar biasa karena terjadi di daerah pemukiman dan industri. Luapan lumpur akan berhenti dengan sendirinya saat tekanan udara yang ada di perut bumi dengan yang ada di permukaan bumi sama, dan tidak bisa dihentikan secara teknis. Dampak lingkungan akibat luapan lumpur panas lapindo adalah terjadinya Perubahan wilayah dari wilayah persawahan dan pemukiman akan menjadi danau lumpur. Penurunan tanah sedalam 1 meter dan terus menurun dengan percepatan 1,5cm perhari. Luapan lumpur yang mengeluarkan material (lumpur dan air) yang dikeluarkan sebesar 126.000m3 perhari, dan tinggi semburan mencapai 15m dari atas permukaan tanah. Sejak letusan pertama tidak ada tanda bahaya yang memperingatkan masyarakat sekitar sumur. Sosialisasi dilakukan Lapindo yang menyesatkan karena menyampaikan tidak akan ada bahaya dari luapan lumpur yang terjadi. 27 perusahaan tutup, 40 UKM tutup, 1.700 buruh menganggur, 241ha sawah produktif hancur, 1.810 rumah penduduk tenggelam dengan kerugian material diperkirakan sebesar Rp3trilyun, dan masih akan bertambah. Semoga saja masalah lumpur lapindo segera teratasi.

Upload: rungu-yoga

Post on 30-Nov-2015

211 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

artikel berita lapindo

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Asal Mula Lumpur Lapindo Sidoarjo

Asal Mula Lumpur Lapindo – Kita ingat tragedi semburan lumpur porong sangatlah tragis, banyak mereka yang kehilangan tempat tinggal dan perekonomian. Rumah Sakit, Pabrik, Pasar, Sawah dan Pemukiman luluh lantah tertimbun luapan lumpur porong sidoarjo. Sebagaimana diketahui, asal mula munculnya lumpur panas di Sidoarjo terkait erat dengan pola pengusahaan pertambangan gas oleh sebuah kekuatan korporasi yang kemudian diketahui bernama Lapindo Brantas Inc.

Mud Volcano (lumpur panas lapindo) Merupakan hasil sedimentasi yang naik ke atas (permukaan bumi) dari kedalaman 3000 – 4000 meter di bawah tanah. Di seluruh dunia kurang lebih telah terjadi sebanyak 700 kasus dengan 300 kasus terjadi di Azerbaijan, merupakan tanda2 adanya kandungan minyak bumi yang tinggi. Kasus terbesar (Azerbaijan) mencapai luasan dengan diameter 10km dan membentuk gunung baru. Kasus luapan lumpur panas Porong menjadi luar biasa karena terjadi di daerah pemukiman dan industri. Luapan lumpur akan berhenti dengan sendirinya saat tekanan udara yang ada di perut bumi dengan yang ada di permukaan bumi sama, dan tidak bisa dihentikan secara teknis.

Dampak lingkungan akibat luapan lumpur panas lapindo adalah terjadinya Perubahan wilayah dari wilayah persawahan dan pemukiman akan menjadi danau lumpur. Penurunan tanah sedalam 1 meter dan terus menurun dengan percepatan 1,5cm perhari. Luapan lumpur yang mengeluarkan material (lumpur dan air) yang dikeluarkan sebesar 126.000m3 perhari, dan tinggi semburan mencapai 15m dari atas permukaan tanah.

Sejak letusan pertama tidak ada tanda bahaya yang memperingatkan masyarakat sekitar sumur. Sosialisasi dilakukan Lapindo yang menyesatkan karena menyampaikan tidak akan ada bahaya dari luapan lumpur yang terjadi.  27 perusahaan tutup, 40 UKM tutup, 1.700 buruh menganggur, 241ha sawah produktif hancur, 1.810 rumah penduduk tenggelam dengan kerugian material diperkirakan sebesar Rp3trilyun, dan masih akan bertambah. Semoga saja masalah lumpur lapindo segera teratasi.

Page 2: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Penyebab Lumpur Lapindo: Gempa!

INILAH.COM, Jakarta Sejumlah ahli menyimpulkan letusan lumpur Lapindo bukan karena human error. Juga tidak pada prosedur eksplorasi tak layak. Penyebabnya, begitu due dilligence dua penelitian, karena faktor alam: gempa! Teori Richard Davies, geolog asal Universitas Durham, Inggris, tentang lumpur Lapindo, terbantahkan. Davies sebelumnya berpendapat lumpur disebabkan prosedut kegiatan eksplorasi yang tak layak. Dia menilai pengeboran gas Banjar Panji-1 tak memenuhi syarat kelayakan.Banyak pihak yang menjadikan penelitian Davies sebagai pijakan berpikir dan bertindak. Lapindo nyaris tersudut. Padahal, letusan lumpur, menurut penelitian sebagian besar ilmuwan dari berbagai negara, disebabkan gempa bumi yang pernah melanda Yogyakarta dan sekitarnya.Kesimpulan penelitian itu terungkap dalam dua laporan terbaru yang dipaparkan dalam acara komunitas ilmuwan geolog di Cape Town, Afrika Selatan. Mereka menyimpulkan bahwa bencana letusan lumpur Sidoarjo bukan dipicu kegiatan pengeboran. 

Laporan pertama dibuat berdasarkan studi due dilligence mengenai proses pengeboran. Pada laporan bertajuk Pengamatan pada Perencanaan Peristiwa Banjar Panji-1 dan Alasan Program Pengeboran, terungkap banyak hal. Antara lain soal perencanaan yang selayaknya operasi pengeboran demi menjaga prosedur industri. Perencanaan juga dilakukan dengan standar tinggi dengan menjaga keselamatan kru."Gempa dan gempa-gempa susulan di Yogyakarta serta dampak yang ditimbulkannya merupakan kunci penyebab kejadian," demikian penggalan dalam laporan tersebut. Laporan ini ditulis dua orang insinyur petroleum terkemuka. Mereka adalah Maurice Dusseault PhD dari Universitas Waterloo, Kanada dan Baldeo Singh, insinyur S3 dari Massachusetts Institute of Technology, AS. 

Bencana letusan lumpur Sidoarjo berawal pada tanggal 29 Mei 2006. Peristiwa itu terjadi setelah gempa bumi yang berkekuatan 6,3 skala richter menyerang Yogyakarta dan sekitarnya. Lumpur panas mulai meletus dari retakan panjang pada jarak 200 km dari pusat terjadinya gempa. Sejak itu, 150.000 m3 lumpur terus keluar tiap hari, menggenangi desa-desa sekitar dan menyebabkan kerusakan pada infrastruktur lokal. Menurut para ahli, aliran lumpur sepertinya dapat berkelanjutan hingga waktu lama.Laporan kedua due diligence disodorkan Ralph Adams, insinyur asal Kanada yang sudah berpengalaman 29 tahun dalam pengeboran minyak dan gas di Indonesia. Adams menulis laporan Banjar Panji-1 Well Control Incident Report."Program pengeboran dan perubahan rangka sumur pengeboran bukan menjadi penyebab letusan. (Semburan) dibuka oleh gempa besar kurang dari 24 jam sebelum kena sumur," tulisnya. 

Dua hasil penelitian ini memperkuat kajian tim geologi Norwegia, Prancis, dan Rusia yang menyimpulkan gempa bumi Yogyakarta sebagai penyebab terjadinya letusan lumpur Sidoardjo. Tim yang dipimpin volkanolog lumpur, Dr. Adriano Mazzini dari University of Oslo, telah melaporkan hal ini di Earth and Planetary Science Letters pada 12 Juli 2007. "Ini menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut mendistribusikan tekanan berulang-ulang di beberapa bagian pada pulau Jawa," tulis Dr. Mazzini dalam laporannya. Di beberapa tempat yang dapat memperparah pecahan pada kesalahan terdahulu, menyebabkan tekanan hawa menjadi lembab. Sehingga menyerap dan menghasilkan letusan melalui banyak proses di bawah permukaan tanah.  Semula, pendapat Davies sempat menghasilkan perhatian besar dari media. Beberepa LSM menggunakannya untuk menyerang perusahaan eksplorasi joint-venture Indonesia-Australia, Lapindo Brantas Inc. Lapindo berhasil membela diri di pengadilan saat di tuntut oleh sebuah LSM lokal. Sebab LSM tersebut gagal memberikan bukti-bukti yang menunjukan kesalahan Lapindo.

Page 3: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Lumpur Lapindo Telan Rp8,6 Triliun dari APBN

Metrotvnews.com, Jakarta: Lumpur panas menyembur di Sidoarjo, Jawa Timur, pada tahun 2006.

Pemerintah berjanji akan menangani dampak semburan panas itu hingga 2014. Tapi siapa sangka,

biaya penanganan lumpur Lapindo itu menelan dana APBN sebesar Rp8,6 triliun yang diambil dari

pajak rakyat.

Hingga Mei 2012, sebanyak 4.229 berkas korban lumpur Lapindo belum dilunasi. Nilai ganti rugi itu

mencapai Rp920 miliar.

Sementara itu, semburan lumpur panas belum dapat dihentikan. Pemerintah pun harus mengeluarkan

anggaran untuk menangani dampak semburan tersebut.

Sejak 2006, pemerintah menanggung biaya penghentian lumpur dan penanganan korban. Hingga

2010, pemerintah mengucurkan dana Rp2,8 triliun. Pada APBN Perubahan 2012, pemerintah

menyetujui anggaran Rp1,2 triliun untuk menangani lumpur.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Achsanul Qosasi, mengatakan akan tetap mengucurkan anggaran

tersebut. Sebab, anggaran diperlukan untuk pemulihan warga yang menjadi korban.

Pengucuran dana dituangkan dalam Pasal 18 UU APBN yang menyatakan bantuan pemerintah

diberikan dan dikelola Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Dana itu untuk melunasi

pembayaran pembelian tanah dan bangunan di luar area bencana.

Enam tahun silam, lumpur panas menyembur di Sidoarjo. Semburan terjadi di saat Lapindo Brantas

Inc melakukan kegiatan pengeboran gas di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan

Porong.(RRN)

http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/05/29/151909/Lumpur-Lapindo-Telan-Rp8-6-Triliun-dari-APBN

Page 4: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Enam Tahun Lumpur Lapindo, Sisakan Tangis dan Dampak Sosial

31 Mei 2012 | 13:16 wib

Enam Tahun Lumpur Lapindo, Sisakan Tangis dan Dampak Sosial

 

 

 

 

 

 

 

 

PADA 29 MEIkemarin tragedi luapan lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo memasuki tahun keenam.

Namun demikian penyelesaian sejumlah masalah yang diakibatkan darinya masih menyisakan tanda

tanya. Semburan masih nampak. Pembayaran ganti rugi pada korban belum tuntas. Diterangkan oleh

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), rata-rata volume lumpur yang menyembur berkisar

10 hingga 15 ribu meter kubik per hari.

Tumpukan 4.129 berkas dari 13.286 keseluruhan berkas korban lumpur belum dilunasi. Nilai ganti

rugi mencapai sekitar Rp 920 miliar. Bahkan mereka yang dinyatakan belum lolos verifikasi sengketa

lahan, belum mendapat pembayaran sama sekali, yaitu sebanyak 73 berkas dengan nilai ganti rugi Rp

27,5 miliar.

Lapindo hanya bisa menjanjikan Rp 400 miliar yang akan didistribusikan pada Juli mendatang dengan

prioritas ganti rugi di bawah Rp 500 juta. Sedangkan sisanya ‘belum jelas’.

Enam Tahun Menyisakan Tangis

Senin (28/5) lalu, Nanik Mulyani warga Desa Jatirejo Kecamatan Porong tak kuasa membendung

derai air matanya. Sambil terisak ia bercerita tentang hidupnya yang mendadak berubah drastis

semenjak lumpur membanjiri desanya dan terutama tempatnya bekerja.

Dalam diskusi enam tahun Lumpur Lapindo di Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Surabaya,

Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (28/5) ini Nanik dan sejumlah perempuan lain korban lumpur

bercerita, sambil terisak mereka menumpahkan endapan masalah yang tak kunjung usai. 

Page 5: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Wanita yang sebelumnya bekerja di pabrik ini mesti menanggung kehilangan pekerjaan, karena

tempatnya bekerja terendam lumpur. Belum lagi rumahnya ikut pula terendam. Lengkap sudah,

pekerjaan hilang, rumahpun tak punya. Untuk menghidupi diri dan keluarganya, kini Nanik bekerja

sebagai pembantu rumah tangga mulai pagi hingga sore. Pada malam hari, ia mencari uang dengan

menjadi tukang ojek.

Dalam hal ganti rugi, dia yang hingga kini masih mengungsi ini memilih skema pembayaran cash and

carry dari PT Minarak Lapindo Jaya dengan pola pembayaran 20 persen lalu 80 persen. Tapi itupun

tak menyelesaikan persoalannya. “sampai sekarang saya baru terima 20 persen, itu pun harus dibagi

dengan saudara ada delapan orang,” ujarnya sambil terus terisak.

“Saya ingin uang saya dibayar. Ini sudah enam tahun. Kemarin saya ikut demo ke Surabaya, malah

dilempari gas air mata,” lanjutnya.

Bertema “Pulihkan Hidup Kami, Selamatkan Negeri Ini”, dalam diskusi itu ditampilkan film

dokumenter tentang kehidupan korban lumpur Lapindo. Tampak kondisi taman kanak-kanak siswa

korban lumpur yang hanya berdinding triplek minim fasilitas, dindingnya pun hanya menutupi

separuh bangunan.

Dampak Sosial

Menurut aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Yuliani, enam tahun masalah lumpur lapindo

hanya menimbulkan dampak sosial.

Masalah kesehatan misalnya. Data di Puskesmas Porong menunjukkan tren sejumlah penyakit terus

meningkat sejak 2006. Penderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) yang pada 2005 sebanyak 24.719

orang, pada 2009 meningkat pesat menjadi 52.543 orang. Selain itu, gastritis yang pada 2005 baru

7.416 orang, pada 2009 melonjak tiga kali lipat menjadi 22.189 penderita.

Kemudian masalah pendidikan, setelah 33 sekolah ditenggelamkan lumpur. Hingga saat ini, belum

ada satu pun sekolah pengganti yang dibangun pemerintah.

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menambahkan, potensi masalah lain yang timbul adalah

masalah kecemburuan sosial dan konflik antarwarga. Mengapa demikian?

Koordinator Nasional JATAM Andrie S Wijaya menjelaskan, penetapan wilayah terdampak lumpur

Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, semakin tidak jelas. Hal ini lah yang berpotensi

memunculkan kecemburuan sosial dan konflik antarwarga dari daerah yang terkena dampak lumpur.

“Bibit konflik horisontal di tingkat warga akibat buruknya pembayaran ganti rugi lahan,” kata Andrie.

Banyak warga yang belum mendapat ganti rugi padahal daerah mereka ditetapkan sebagai wilayah

terdampak sejak pertama kali semburan lumpur terjadi, 29 Mei 2006. Dalam ketidakpastian itu,

Page 6: Artikel Lapindo 50artikel paindo

pemerintah malah menetapkan wilayah terdampak baru dan mempercepat pembayaran. Ini tentu akan

menimbulkan kecemburuan sosial.

Pemerintah menetapkan wilayah lain sebagai wilayah terdampak baru dan proses pembayaran

dipercepat, sementara wilayah yang jelas-jelas terdampak dari awal, pembayarannya malah belum

jelas.

Tuntutan

Mulai 16 April lalu, lebih dari 2.000 orang secara bergantian memblokade tanggul lumpur di titik 25,

Porong, Sidoarjo. Meski terhitung menjadi korban pertama yang terusir dari kampung halaman sejak

2006, hingga kini proses ganti ruginya belum tuntas. Padahal, proses ganti rugi kepada rekan-rekan

mereka yang kampungnya tenggelam belakangan malah sudah banyak yang beres.

Selama blokade, warga melarang truk-truk BPLS masuk. Praktis selama enam minggu belakangan

sama sekali tak ada penguatan tanggul.

Padahal, Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Akhmad Kusairi mengatakan,

curah hujan yang akhir-akhir ini cukup tinggi mengakibatkan kondisi tanggul kritis. Ia khawatir akan

kondisi tanggul jika warga tetap bersikeras menduduki tanggul titik 25 sampai ada kejelasan status.

dari berbagai sumber

( Tiko Septianto / CN32 )

Page 7: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Lumpur Lapindo Bukan Murni Bencana Alam

NASIONAL – LINGKUNGAN

Kamis, 31 Mei 2012 , 17:09:00

Lumpur Lapindo Bukan Murni Bencana Alam

 

JAKARTA – Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) menilai, kasus lumpur Lapindo,

Sidoarjo, Jawa Timur, bukan murni bencana alam. Komnas HAM menilai, ada kesalahan manusia di

balik bencana itu.

Karenanya, menurut Ketua Komnas HAM Ifdal Kasim, lembaga yang dipimpinnya saat ini pihaknya

tengah melakukan penyidikan terkait kasus lumpur Lapindo tersebut.

“Kami sedang melakukan penyidikan, ingin kasus ini dibuka kembali untuk meminta

pertanggungjawaban yang terjadi dari peristiwa ini. Karena bagi kami ini bukan bencana alam murni.

Ini ada aspek kesalahan manusia di dalamnya. Perlu adanya penelusuran lebih jauh terhadap aspek

kesalahan manusia itu,” kata Ifdal, Kamis (31/5), kepada wartawan, di Gedung DPR, Senayan,

Jakarta.

Dia mengatakan, kendati pemerintah berpegang pada putusan pengadilan yang mengatakan ini

bencana alam, dan berarti menganggap tidak ada kesalahan manusia namun bagi Komnas HAM tidak

bisa berhenti begitu saja. “Saya kira jangan berhenti di situ. Dari hasil penyidikan kami ada dugaan ini

bukan semata-mata bencana alam. Ini yang perlu ditindaklanjuti,” ujarnya.

Ifdal mengakui, untuk kasus iniu sudah dikeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3)

oleh Kepolisian dan Kejaksaan. Namun, tegasnya, SP3 itu yang harus dilihat kembali.   Ia

menambahkan, Komnas HAM dalam waktu dekat akan membahas kasus ini. Nantinya Komnas HAM

akan mengeluarkan rekomendasi.

“Yang pasti, seperti yang saya katakan, kami ingin kasus ini diselesaikan. Para korban yang terkena

itu harus mendapatkan ganti rugi, program-program relokasinya harus diselesaikan. Serta berikutnya

adalah penanggulangan lumpur itu sendiri yang harus ditanggulangi lebih baik,” kata Ifdal.

Dia menegakan, Komnas HAM belum menentukan jenis pelanggaran HAM terkait kasus Lapindo.

“Belum, tapi dugaan ada kesalahan manusia,” pungkasnya. (boy/jpnn)

Page 8: Artikel Lapindo 50artikel paindo

TRAGEDI LUMPUR LAPINDO

Posted by agorsiloku pada Oktober 11, 2006

(AKAR MASALAH DAN SOLUSINYA)

Oleh: Yusuf Wibisono

(Dosen Universitas Brawijaya Malang)

Tragedi ‘Lumpur Lapindo’ dimulai pada tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi suatu tragedi

ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman penduduk dan kawasan

industri. Hal ini wajar mengingat volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu meter

kubik perhari (setara dengan muatan penuh 690 truk peti kemas berukuran besar). Akibatnya,

semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi

aktivitas perekonomian di Jawa Timur: genangan hingga setinggi 6 meter pada pemukiman; total

warga yang dievakuasi lebih dari 8.200 jiwa; rumah/tempat tinggal yang rusak sebanyak 1.683

unit; areal pertanian dan perkebunan rusak hingga lebih dari 200 ha; lebih dari 15 pabrik yang

tergenang menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan lebih dari 1.873 orang; tidak

berfungsinya sarana pendidikan; kerusakan lingkungan wilayah yang tergenangi; rusaknya sarana dan

prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon); terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya

yang berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang

selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.3

Lumpur juga berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat (Hg), misalnya,

mencapai 2,565 mg/liter Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002 mg/liter Hg. Hal ini menyebabkan

infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker.4 Kandungan fenol bisa menyebabkan sel darah

merah pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal.5

Selain perusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial banjir lumpur tidak bisa

dipandang remeh. Setelah lebih dari 100 hari tidak menunjukkan perbaikan kondisi, baik menyangkut

kepedulian pemerintah, terganggunya pendidikan dan sumber penghasilan, ketidakpastian

penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, krisis sosial mulai mengemuka. Perpecahan warga

mulai muncul menyangkut biaya ganti rugi, teori konspirasi penyuapan oleh Lapindo,6 rebutan truk

pembawa tanah urugan hingga penolakan menyangkut lokasi pembuangan lumpur setelah skenario

penanganan teknis kebocoran 1 (menggunakan snubbing unit) dan 2 (pembuatan relief well)

mengalami kegagalan. Akhirnya, yang muncul adalah konflik horisontal.

Penyebab Semburan ’Lumpur Lapindo’ (juga : Mengapa Lumpur Panas Menyembur)

Setidaknya ada 3 aspek yang menyebabkan terjadinya semburan lumpur panas tersebut. Pertama,

adalah aspek teknis. Pada awal tragedi, Lapindo bersembunyi di balik gempa tektonik Yogyakarta

Page 9: Artikel Lapindo 50artikel paindo

yang terjadi pada hari yang sama. Hal ini didukung pendapat yang menyatakan bahwa pemicu

semburan lumpur (liquefaction) adalah gempa (sudden cyclic shock) Yogya yang mengakibatkan

kerusakan sedimen.7 Namun, hal itu dibantah oleh para ahli, bahwa gempa di Yogyakarta yang terjadi

karena pergeseran Sesar Opak tidak berhubungan dengan

Surabaya.8 Argumen liquefaction lemah karena biasanya terjadi pada lapisan dangkal, yakni pada

sedimen yang ada pasir-lempung, bukan pada kedalaman 2.000-6.000 kaki.9 Lagipula, dengan

merujuk gempa di California (1989) yang berkekuatan 6.9 Mw, dengan radius terjauh likuifaksi

terjadi pada jarak 110 km dari episenter gempa, maka karena gempa Yogya lebih kecil yaitu 6.3 Mw

seharusnya radius terjauh likuifaksi kurang dari 110 Km.10 Akhirnya, kesalahan prosedural yang

mengemuka, seperti dugaan lubang galian belum sempat disumbat dengan cairan beton sebagai

sampul.11 Hal itu diakui bahwa semburan gas Lapindo disebabkan pecahnya formasi sumur

pengeboran.12 Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo harus sudah memasang casing 30 inchi pada

kedalaman 150 kaki,casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki

dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki.13 Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman

3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka belum memasang casing 9-5/8 inci. Akhirnya, sumur

menembus satu zona bertekanan tinggi yang menyebabkan kick, yaitu masuknya fluida formasi

tersebut ke dalam sumur. Sesuai dengan prosedur standar, operasi pemboran dihentikan,

perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran

berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Namun, dari informasi di lapangan,

BOP telah pecah sebelum terjadi semburan lumpur. Jika hal itu benar maka telah terjadi kesalahan

teknis dalam pengeboran yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada prosedur operasional

standar.14

Kedua, aspek ekonomis. Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja

Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas

bumi. Saat ini Lapindo memiliki 50% participating interest di wilayah Blok Brantas, Jawa

Timur.15 Dalam kasus semburan lumpur panas ini, Lapindo diduga “sengaja menghemat” biaya

operasional dengan tidak memasangcasing. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, keputusan

pemasangan casing berdampak pada besarnya biaya yang dikeluarkan Lapindo. Medco, sebagai salah

satu pemegang saham wilayah Blok Brantas, dalam surat bernomor MGT-088/JKT/06, telah

memperingatkan Lapindo untuk memasang casing (selubung bor) sesuai dengan standar operasional

pengeboran minyak dan gas. Namun, entah mengapa Lapindo sengaja tidak memasang casing,

sehingga pada saat terjadi underground blow out, lumpur yang ada di perut bumi menyembur keluar

tanpa kendali.16

Ketiga, aspek politis. Sebagai legalitas usaha (eksplorasi atau eksploitasi), Lapindo telah mengantongi

izin usaha kontrak bagi hasil/production sharing contract (PSC) dari Pemerintah sebagai otoritas

penguasa kedaulatan atas sumberdaya alam.17

Page 10: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Poin inilah yang paling penting dalam kasus lumpur panas ini. Pemerintah Indonesia telah lama

menganut sistem ekonomi neoliberal dalam berbagai kebijakannya. Alhasil, seluruh potensi tambang

migas dan sumberdaya alam (SDA) “dijual” kepada swasta/individu (corporate based). Orientasi

profit an sich yang menjadi paradigma korporasi menjadikan manajemen korporasi buta akan hal-hal

lain yang menyangkut kelestarian lingkungan, peningkatan taraf hidup rakyat, bahkan hingga bencana

ekosistem. Di Jawa Timur saja, tercatat banyak kasus bencana yang diakibatkan lalainya para korporat

penguasa tambang migas, seperti kebocoran sektor migas di kecamatan Suko, Tuban, milik Devon

Canada dan Petrochina (2001); kadar hidro sulfidanya yang cukup tinggi menyebabkan 26 petani

dirawat di rumah sakit. Kemudian kasus tumpahan minyak mentah (2002) karena eksplorasi Premier

Oil.18 Yang terakhir, tepat 2 bulan setelah tragedi semburan lumpur Sidoarjo, sumur minyak

Sukowati, Desa Campurejo, Kabupaten Bojonegoro terbakar. Akibatnya, ribuan warga sekitar sumur

minyak Sukowati harus dievakuasi untuk menghindari ancaman gas mematikan. Pihak Petrochina

East Java, meniru modus cuci tangan yang dilakukan Lapindo, mengaku tidak tahu menahu penyebab

terjadinya kebakaran.19

Penjualan aset-aset bangsa oleh pemerintahnya sendiri tidak terlepas dari persoalan kepemilikan.

Dalam perspektif Kapitalisme dan ekonomi neoliberal seperti di atas, isu privatisasilah yang

mendominasi.

Solusi Islam atas Kasus Lapindo

Paham kepemilikan telah menjadi polemik para ekonom. Para ekonom kapitalis seperti digambarkan

Hessen,20 berpendapat bahwa jika seluruh kepemilikan bertumpu pada individu (economic

individualism) akan membuat suatu kompetisi penuh, yang digambarkan Adam Smith sebagai ’sistem

sederhana dari kebebasan alamiah’. Namun, dari perjalanan Kapitalisme mulai revolusi industri

hingga sekarang, banyak borok-borok yang ditimbulkan dari paham kepemilikan privat ini. Lawannya

jelas ekonom sosialis, seperti digambarkan Heilbroner,21 bahwa seluruh kepemilikan dipegang oleh

negara. Dalam perjalanan, paham ini juga bukan tanpa masalah, karena kepemilikan negara

direpresentasikan oleh ’pejabat negara’ yang boleh mengeksplotasi ’warga negara’ karena tidak ada

hak kepemilikan privat dalam paham ini. Masalah pun muncul.

Berbagai ramuan dan gado-gado dari kedua paham tersebut menjadi alternatif yang diajukan. Lalu

diuji coba, sebuah trial yang hasilnya senantiasa error. Ekonomi neo-liberal, bersifat kerakyatan

berkeadilan sosial muncul. Namun, semua tidak menyelesaikan masalah. Dalam kasus Indonesia,

pengelolaan SDA jelas tergambar dalam pasal 33 UUD 1945. Namun, Hak Menguasai Negara (HMN)

yang ada dipergunakan oleh ’oknum negarawan’ untuk menjual negara. Dalam banyak kajian diakui

bahwa paradigma HMN merupakan salah satu penyebab dasar (underlying causes) kerusakan

berbagai ekosistem, penyusutan kekayaan alam dan dehumanisasi di Indonesia.22Lantas muncul

tuntutan, supaya dikembalikan pada pengelolaan komunitas (communal right) seperti masyarakat

adat, warga setempat, atau otonomi daerah.23 Namun, hal itu sebenarnya akan menjadi masalah baru

Page 11: Artikel Lapindo 50artikel paindo

yang disebut Hardin24 sebagai “tragedy of the commons”, karena pemanfaatan sumberdaya yang

bersifat terbuka (open access) sehingga rentan over eksploitasi.

Islam menjawab itu semua, dengan konsep kepemilikan yang jelas: kepemilikan individu (private

property); kepemilikan umum (collective property); dan kepemilikan negara (state property). Khusus

berkenaan dengan kepemilikan umum, yaitu seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya

oleh Allah bagi kaum Muslim, dan menjadikan kekayaan tersebut sebagai milik bersama kaum

Muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan tersebut, namun terlarang

memilikinya secara pribadi. Zallum25) mengelompokkan dalam tiga jenis: (1) sarana umum yang

diperlukan seluruh warga negara untuk keperluan sehari-hari seperti air, saluran irigasi, hutan, sumber

energi, pembangkit listrik dll; (2) kekayaan yang asalnya terlarang bagi individu untuk memilikinya,

seperti jalan umum, laut, sungai, danau, teluk, selat, kanal, lapangan, masjid dll; (3) barang tambang

(sumberdaya alam) yang jumlahnya melimpah, baik berbentuk padat seperti emas atau besi, cair

seperti minyak bumi atau gas seperti gas alam. Rasulullah saw. Bersabda:

» �اِر�» َو�الَّن �َم�اِء� َو�ال � �ِأل �َك ال ِف�ي �ٍث� �َال َث ِف�ي �اِء� َك َر� ُش� �َم�وَن� ِل �َم�ْس� ال

Kaum Muslim itu berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput/hutan dan api/energi.  (HR Abu

Dawud dan Ibn Majah).

Walaupun akses terhadapnya terbuka bagi kaum Muslim, regulasi diatur oleh negara. Kekayaan ini

merupakan salah satu sumber pendapatan Baitul Mal kaum Muslim. Khalifah selaku pemimpin negara

bisa berijtihad dalam rangka mendistribusikan harta tersebut kepada kaum Muslim demi kemaslahatan

Islam dan kaum Muslim. Dalam konsep Islam, sesuai dengan tujuan negara bonum publicum,negara

tidak akan menjadi pengkhianat rakyat, namun justru menjadi pelindung bagi rakyatnya.[]

Catatan Kaki:

1) Holm, C. Muckraking in Java’s gas fields. Asia Times Online. 14 Juli 2006

2) Kertas Posisi WALHI Terhadap Kasus Lumpur Panas PT. Lapindo

Brantas,http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/industri/070707_lumpurlapindo_kp/

3) Wikipedia Indonesia, Banjir Lumpur Panas Sidoarjo 2006

4) Koran Tempo, 16 Juni 06

5) Kompas, 19 Juni 2006

6) JATAM, Dari Porong dengan Derita

7) Hot Mud Flow in East Java, Indonesia, Blog

Page 12: Artikel Lapindo 50artikel paindo

8) Kompas, 8 Juni 2006

9) Hamid, A. Bahaya Lumpur Lapindo. ICMI Online. 20 Juni 2006.

10) Hot Mud Flow in East Java, Indonesia, ibid.

11) Kompas, ibid.

12) Kompas, ibid.

13) Lapindo Press Release, 15 Juni 2006

14) Surya, 10 Juni 2006

15) Wikipedia Indonesia, Lapindo Brantas, dan lihat website BPMIGAS.

16) Lumpur, Kesengajaan atau

Kelalaian?, http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/industri/060719_lumpur_li/

17) Cabut PSC Lapindo, Solusi Terhadap Ancaman Bencana Bagi Masyarakat di Sekitar Blok

Brantas, http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/industri/060728_psclapindo_rep/

18) Kertas Posisi WALHI Terhadap Kasus Lumpur Panas PT. Lapindo Brantas, ibid.

19) Jawa Timur, Kaya Migas = Kaya

Bencana, http://www.walhi.or.id/ kampanye/cemar/industri/060730_lapindo_cu/

20) Hessen, R. Capitalism. The Concise Encyclopedia of Economics.

21) Heilbroner, R. Socialism. The Concise Encyclopedia of Economics.

22) Saptariani, N. Potret Perspektif Keadilan Gender dalam Pengelolaan SDA di Indonesia. Jurnal

Perdikan.

23) Prasetiamartati, B. Potensi Komunitas dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang: Menilik

Kasus Pulau Tambolongan, Sulawesi Selatan. INOVASI Vol.6/XVIII/Maret 2006

24) Hardin, G. The Tragedy of the Commons. SCIENCE 162 (1968): 1243-48

25) Zallum, A.Q. 1988. Al-Amwal fi Daulah al-Khilafah (terj.). Hizbut Tahrir.

Page 13: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Wasyarakat Sekitar Diminta Waspadai Tanggul Lumpur Lapindo

Nasional / Minggu, 18 September 2011 17:18 WIB

(Foto Antara)

Metrotvnews.com, Sidoarjo: Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta kepada warga masyarakat mewaspadai tanggul penahan lumpur Lapindo menyusul terjadinya longsoran lumpur di dalam kolam penampungan. Saat ini segala kewenangan terhadap segala kemungkinan yang ada di tanggul penahan lumpur menjadi beban Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).

“Segala bentuk teknis terkait dengan kondisi di tanggul penanggulangan lumpur tersebut menjadi tanggung jawab BPLS yang memahami kondisi di lapangan,” kata Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifulah Yusuf di Sidoarjo usai menghadiri peringatan Hari Jadi ke-13 Partai Amanat Nasional (PAN) di salah satu hotel di Sidoarjo, Ahad (18/9).

Ia mengemukakan, terkait dengan kondisi di Jalan Raya Porong, dirinya mengaku masih belum perlu dilakukan penutupan, mengingat kondisi tanggul masih cukup bagus. “Kami menyerahkan sepenuhnya kepada BPLS terkait diperlukan atau tidak penutupan Jalan Raya Porong pascaterjadinya longsoran lumpur di dalam kolam penampungan,” katanya.

Sementara itu BPLS terus melakukan proses peninggian tanggul penahan lumpur di kawasan Siring pascaterjadinya longsoran lumpur di dalam kolam penampungan. Peninggian tanggul dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya luberan lumpur dari kolam penampungan menyusul ketinggian tanggul yang hanya sebelas meter.

Peninggian itu dilakukan dengan menggunakan tiga alat berat yang ditempatkan di lokasi tanggul penahan lumpur. Selain melakukan peninggian tanggul, BPLS juga melakukan sudetan di dalam kolam penampungan lumpur untuk mengalirkan lumpur ke lokasi lain yang masih memungkinkan.

Dengan demikian beban lumpur yang berada di kolam penampungan di kawasan Siring yang mengalami longsoran bisa berkurang dan tidak membahayakan Jalan Raya Porong.(Ant/BEY)

Page 14: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Peninggian Tanggul Lumpur Lapindo Distop Warga, Raya Porong Rawan

Suparno – detikSurabaya, Sabtu, 17/09/2011 01:31 WIB

Sidoarjo – Perwakilan warga 9 RT di Porong menghentikan paksa aktivitas Badan Penanggulangan

Lumpur Sidoarjo (BPLS) yang sedang melakukan peninggian tanggul lumpur Lapindo di Titik 10

Desa Siring.

25 warga itu menuntut agar wilayah permukiman 9 RT yang terdiri dari 4 RT di Siring Barat, 2 RT di

Desa Jatirejo Barat dan 3 RT di Desa Mindi agar wilayahnya secepatnya mendapat ganti rugi. Selama

ini nasib mereka terkatung-katung karena pemerintah belum mengeluarkan Perpres sebagai payung

hukum pemberian ganti rugi.

Apalagi kondisi luapan lumpur yang belum terkendali membuat penduduk di 9 RT tersebut dihantui

kecemasan. “Volume lumpur sekarang sudah mendekati bibir tanggul. Apa pemerintah menunggu kita

ditenggelamkan lumpur,” kata Bambang Kuswanto, perwakilan dari Siring Barat, Sabtu (17/9/2011)

dinihari.

Peninggian tanggul yang dilakukan sejak 20.00 WIB, Jumat (16/9/2011) itu akhirnya dihentikan

paksa oleh warga pada Pukul 24.00 Wib. “Biar pejabat malam ini datang ke titik 10 untuk memenuhi

tuntutan warga,” kata Bambang.

Pantauan detiksurabaya.com, hingga Pukul 01.16 Wib, Sabtu (17/9/2011), aktivitas peninggian

tanggul berhenti total. Tidak ada kegiatan sama sekali, namun warga masih berkumpul di lokasi untuk

memastikan tidak ada kegiatan.

“Kita inginkan malam ini ada kejelasan soal perpres 9 RT ini masuk daerah terdampak lumpur,”

tegasnya.

Humas BPLS Achmad Khusairi menyatakan bahwa aspirasi warga tersebut akan disampaikan ke

pejabat terkait. “Sebab jika tidak ditanggapi maka kondisi lumpur membahayakan. Kita berusaha

mengamankan rel kereta api dan jalan raya dari luapan tapi kan dihentikan warga,” jelasnya di lokasi.

Pengamatan detiksurabaya.com, kondisi lumpur sudah sangat mengkhawatirkan. Permukaan lumpur

yang terlihat mengering sudah sejajar dengan bibir tanggul buntut dari longsornya ‘gunung’ lumpur

yang terjadi Kamis (15/9/2011). Jika titik 10 tidak ditinggikan maka dikhawatirkan lumpur akan

meluber ke rel kereta dan jalan raya.

“Kondisinya sangat membahayakan,” kata Khusairi.

(gik/gik)

Page 15: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Kritis, Tanggul Lumpur Lapindo Ditinggikan 1 Meter

Suparno – detikSurabaya, Minggu, 18/09/2011 12:55 WIB

(detiksurabaya/Suparno)

Sidoarjo – Sejak mengalami keadaan kritis pada Sabtu (17/9/2011) lalu, Badan Penanggulangan

Lumpur Sidoarjo masih melakukan peninggian tanggul. Peninggian tanggul sekitar 1 meter ini

dimulai di titik 21 Desa Siring, Kecamatan Porong hingga ke titik 10 D di Desa Ketapang Kecamatan

Tanggulangin.

Peninggian tanggul lumpur ini berkisar sekitar satu meter dari elevasi ketinggian awal yakni 11 meter.

Jadi, kini tanggul lumpur lapindo sedang dibikin menjulang mencapai 12 meter dari permukaan air

laut. Namun, upaya peninggian dan penyudetan tanggul ini masih belum mampu menyangi ketinggial

lumpur yang kini kian meluap.

“Tanggul akan ditinggikan satu meter dari tinggisemula 11 meter dari permukaan air laut,” kata

Humas BPLS, Ahmad Khusaeri kepada detiksurabaya.com di lokasi, Minggu (18/9/2011).

Menurut pantauan detiksurabaya.com, di lokasi kini terdapat 3 alat berat yangsedang berusaha

meninggikan dan meratakan tanggul. Ada juga beberapa dump truk yang mondar-mandir menurunkan

pasir dan batu di sekitar tanggul.

Sementara itu, hingga saat ini tidak ada pengunjung wisata yang terlihat di sekitar kawasan wisata

lumpur lapindo. Hal ini karena di setiap pintu tanggul lumpur telah dijaga ketat beberapa anggota

Polres Sidoarjo.

Ada lebih dari empat spanduk yang terbentang di atas tanggul lumpur. Spanduk tersebut bertuliskan

‘Disampaikan kepada masyarakat agar tidak naik atau berada di atas tanggul lumpur. Beresiko dan

berbahaya’.

Page 16: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Kini beberapa anggota polisi dari gabungan Polsek Krembung, Polsek Jabon, Polsek Porong dan

Polsek Tanggulangin terlihat berjaga di setiap pintu tangga masuk tanggul. Mereka mencoba

mengamankan kondisi tanggul lumpur yang hingga saat ini masih belum berkurang volumenya.

Ketinggian lumpur masih setara dengan tanggul di titik 10 D di Desa Ketapang Kecamatan

Tanggulangin.

(bdh/bdh)

Page 17: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung Lumpur

Menunggu Jaringan Ilmuwan Gunung LumpurSenin, 30 Mei 2011 | 22:36 WIB

TEMPO Interaktif, Surabaya –  Adriano Mazzini, ahli geologi dari Oslo University, akhirnya angkat bicara pada sesi terakhir Humanitus Symposium on Indonesia’s Mud Volcano, yang berlangsung di Surabaya. “Saya tidak mau berpendapat karena Richard Davies sudah tidak ada di sini,” katanya. Davies, ahli ilmu kebumian dari Durham University, memang meninggalkan tempat itu lebih dulu untuk mengejar pesawat.

Pada sesi terakhir simposium yang berlangsung Kamis (26/5) petang lalu di Hotel Mercure, 14 pembicara dari dalam dan luar negeri tampil bersama di panggung. Sekitar satu jam, peserta dan wartawan diberi kesempatan bertanya kepada pembicara yang sejak pagi masing-masing mempresentasikan risetnya.

Sebelum sesi berakhir, Davies dan Mark Tingay dari Adelaide University pamit lebih dulu karena ada acara lain di negaranya. Saat itu baru muncul pertanyaan dari seorang wartawan tentang asal penyebab semburan lumpur panas di Desa Renokenongo, Sidoarjo, pada 29 Mei 2006 dan sampai sekarang belum berhenti. “Apakah karena kesalahan pengeboran oleh PT Lapindo Brantas atau karena gempa bumi di Yogyakarta?”

Faktor penyebab semburan lumpur panas itu memang memicu kontroversi berkepanjangan hingga saat ini. Sejumlah ilmuwan kebumian dan perminyakan terbelah dua pendapatnya. Tidak terkecuali di lingkungan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Prof R. P. Koesoemadinata, mantan ketua organisasi ini, pernah membuat surat protes terbuka terhadap penyelenggaraan Lokakarya Lumpur Sidoarjo oleh BPPT pada 2007. Koesoemadinata menilai pembicara lokakarya tersebut lebih didominasi ahli-ahli yang pro-gempa Yogyakarta.

Dalam forum internasional, Richard Davies dan Mark Tingay, dalam tulisannya di jurnal ilmiah, termasuk yang berpendapat faktor pengeboran sebagai penyebab munculnya semburan lumpur panas yang telah menenggelamkan beberapa desa di Sidoarjo. Sementara Adriano Mazzini–dalam jurnal ilmiah–berpendapat sebaliknya, yakni gempa Yogyakarta mengaktifkan patahan Watukosek yang melintasi Sidoarjo dan meletuskan <I>mud volcano<I>.

Untuk memperingati lima tahun semburan, Humanitus Foundation–lembaga swadaya masyarakat non-politik dan non-agama yang berpusat di Australia–dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) menyelenggarakan simposium internasional pada 25-26 Mei 2011. Pada hari pertama, 10 pembicara dari luar negeri dan empat pembicara dari dalam negeri serta para peserta meninjau lokasi kawah semburan dan muara Kali Porong.

Di sekitar kawah, panitia memasang bendera negara-negara yang pernah melakukan penelitian di kawasan lumpur Sidoarjo, antara lain Inggris, Australia, Amerika, Rusia, Jepang, dan Norwegia. Pembicara dan panitia melakukan foto bersama di lokasi semburan dan arena simposium itu.

Akan tetapi, simposium ini tak lepas dari kecaman. Andang Bachtiar, mantan Ketua IAGI dan kini menjadi Ketua Dewan Penasihat IAGI, membuat surat protes terbuka. Dia menuduh panitia tidak berimbang dalam memilih pembicara. Selain itu, mereka lebih menonjolkan ilmuwan asing. “Jadi marilah kita sama-sama ke Porong, Sidoarjo, pada 25-26 Mei ini untuk menyerahkan harga diri keilmuan kita ke para ahli asing dan menyediakan diri dimanfaatkan pihak tertentu untuk bersih-bersih,” katanya.

Direktur Eksekutif Humanitus Foundation Jeffrey Richards menolak tuduhan bahwa pihaknya sengaja mengundang pakar yang pro kepada Lapindo Brantas. “Lupakanlah soal pemicu, jauh lebih penting

Page 18: Artikel Lapindo 50artikel paindo

saat ini menangani para korban,” katanya. Bantahan serupa disampaikan oleh Wakil Kepala BPLS Hardi Prasetya.Menurut Hardi, pembicara yang diundang adalah ilmuwan yang pernah melakukan penelitian dan hasilnya diterbitkan dalam jurnal ilmiah. “Ada dalam Lusi Library kami,” kata guru besar ilmu geologi itu. Kami, kata Hardi, tidak bisa menyetir pendapat para ilmuwan mancanegara yang telah memiliki reputasi.

Panitia simposium terkesan menghindari diskusi soal penyebab semburan. Namun ada saja wartawan yang menanyakan hal itu kepada para ilmuwan. Richard Davies, yang masih tetap berpendapat bahwa pengeboran oleh Lapindo Brantas sebagai pemicu semburan lumpur panas, juga tidak mau berpolemik lebih jauh soal ini. Dalam paparannya dan kepada wartawan, dia lebih berfokus berbicara tentang berapa lama lumpur itu akan keluar.

Sayang, Davies dan Tingay harus kembali ke negaranya, sehingga tidak mengikuti secara penuh sesi terakhir. Jawaban atas pertanyaan wartawan soal penyebab semburan lumpur panas di Sidoarjo akhirnya menggantung. Adriano Mazzini tak ingin menjawab karena Davies dan Tingay tidak berada dalam ruangan. Dia ingin menunjukkan sikap adil.

Memang, tidak seperti sikap sekelompok ilmuwan di Tanah Air, para ahli mancanegara yang berbeda pendapat tersebut rukun-rukun saja selama tiga hari di Sidoarjo. Davies, Tingay, Mazzini, dan ahli lainnya makan dalam satu meja. Mereka pun berada dalam satu mobil saat menuju lokasi lumpur Lapindo dan asyik berdiskusi satu sama lain.

Jeffrey Richards menjelaskan, pihaknya hanya mengganti tiket dan memfasilitasi akomodasi para pembicara. “Mereka mau datang ke sini tanpa dibayar karena (punya) keinginan besar untuk meneliti semburan lumpur ini,” katanya.

Memang, obyek kajian ahli ilmu kebumian kebanyakan produk yang terjadi sejak ribuan hingga miliaran tahun lalu. “Dari lumpur Sidoarjo ini kita mengamati kelahiran dan evolusi serta dinamika obyek ini,” kata Loyc Vanderkluysen, dari Arizona State University.

Hardi Prasetya dan Sofyan Hadi dari BPLS menawarkan kantor lembaganya menjadi tempat penelitian para ahli. Sedangkan Jeffrey Richards berencana membentuk jaringan ilmuwan tentang lumpur Sidoarjo.

Agar tidak menimbulkan kontroversi, seyogianya mereka melibatkan lembaga lain di Tanah Air, seperti LIPI, IAGI, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, serta perguruan tinggi dan lembaga penelitian lain. Selain demi kemaslahatan ilmu pengetahuan, riset tersebut harus bermanfaat untuk membantu warga yang menjadi korban lumpur panas di Sidoarjo.

UNTUNG WIDYANTO

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2011/05/30/brk,20110530-337778,id.html

Catatan RDP “

Publish or perish

Sayang sekali, pendapat dari sisi yang berkeyakinan bahwa Lumpur Lapindo disebabkan oleh pengeboran sangat jarang menuliskan secara ilmiah yang dipublikasikan dalam publikasi “resmi”. Dalam dunia ilmu, segala yang dianggap ilmiah harus ada dalam sebuah journal yang dapat disitir secara benar. Ini memang tidak berarti bahwa yang dipublikasikan merupakan sebuah kebenaran, tetapi yang dipublikasikan inilah yang akan menjadi tersimpan, dalam bahasa geologi terfosilkan.

Page 19: Artikel Lapindo 50artikel paindo

atau preserved. Artinya keberadaanya teruji dan terbukti serta dapat dipertanggungjawabkan.Termasuk tulisan dalam mailist, koran, blog atau website, bukanlah sebuah tulisan ilmiah, dan tidak dapat disitir sebagai rujukan (referensi). Karena ini mirip koran yang tidak ada reviewnya. Davies dan Mazzini keduanya beradu karena tulisannya masuk dalam jurnal ilmiah. Walaupun isinya sama dengan tulisan di Dongeng Geologi sekalipun ! hihihihi. Tapi yg diakui tetep saja mereka-mereka ini.Ini mirip dalam dunia poltik dimana politik yang diakui adalah percaturan politik di dalam parlemen, walaupun sebobrok apapun, tetapi legitimasi ada disana. Obrolan dalam televisi maupun demo bisa saja dianggap parlemen jalanan.

Jadi kalau ingin “terdengar” tuliskan saja pendapat itu dalam sebuah jurnal ilmiah. Diterbitkan. Dan lebih baik lagi kalau naskah publikasinya mendapat ISSN atau ISBN.

Salam

RDP

Page 20: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Protes Penasehat Ahli Geologi Pada Simposium Lumpur LapindoKamis, 26 Mei 2011 | 14:56 WIB

TEMPO/Fully Syafi

TEMPO Interaktif, Surabaya - Humanitus Symposium on Indonesia’s Mud Volcano yang berlangsung pada 25-26 Mei 2011 di Sidoarjo, menuai kecaman dari Andang Bachtiar, Ketua Dewan Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Andang yang pernah menjadi ketua IAGI itu menyayangkan langkah panitia dan menilainya sebagai upaya penggiringan.

Simposium ilmiah itu diselenggarakan Humanitus Foundation — lembaga swadaya masyarakat non-politik, non-agama yang berpusat di Australia — dan Badan  Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Hajatan ini dilakukan untuk memperingati lima tahun lumpur Lapindo yang pertama kali menyembur pada 29 Mei 2006 di  Desa Renokenongo, Sidoarjo dan sampai sekarang belum berhenti.

Ada 17  ilmuwan berbagai negara dan empat dari Indonesia yang menjadi pembicara. Mereka adalah Richard Davies (Durham University), Mark Tingay (Adelaide University), Adriano Mazzini (Oslo University), Loyc Vanderkluysen dan Amanda Clarke (Arizona State University), Igor Kadurin (Russian Institute Electro Physics), Sergey Kadurin (Odessa National University) dan Wataru Tanikawa (Jamstec, Jepang).

Sementara pembicara dari Indonesia adalah Sukendar Asikin (ITB), Awang Harun Satyana (BP Migas), Agus Guntoro dan Sayogi Sudarman (Universitas Trisakti). Sejumlah ahli geologi dan perminyakan hadir sebagai peserta antara lain Yusuf Surachman (pejabat di Bakosurtanal), Bambang Istadi (Lapindo Brantas), dan Edi Sunardi (Universitas Pajajaran).

Diantara pembicara dan peserta hanya Richard Davies yang sejak awal menyebut semburan lumpur dipicu aktivitas pengeboran dari perusahaan milik Grup Bakrie.“Lupakanlah soal pemicu, jauh lebih penting saat ini menangani para korban,” kata Direktur Eksekutif Humanitus, Jeffrey Richards.

Wakil Kepala BPLS Hardi Prasetya menjelaskan pembicara yang diundang adalah yang pernah melakukan penelitian dan hasilnya diterbitkan jurnal ilmiah. “Ada  dalam Lusi Library kami,” kata Hardi, guru besar ilmu geologi.  ”Andang Bachtiar tidak pernah menulis di jurnal ilmiah internasional tentang lumpur panas ini.”  Kami, katanya, tidak bisa menyetir pendapat para ilmuwan mancanegara yang telah memiliki  reputasi.

Menyoroti simposium ini, Andang Bachtiar yang mengaku sebagai geolog merdeka dan Chairman Exploration Think Tank Indonesia, mengirimkan surat protes. Berikut  isi surat tersebut:

Page 21: Artikel Lapindo 50artikel paindo

“Pada 29 Mei 2011 genap 5 tahun tragedi lumpur Lapindo. Usaha bersih-bersih diri masih terus dan makin menjadi, memanfaatkan momen ini. Ada acara simposium yang diselengarakan Humanitus Foundation dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dengan mengumpulkan para ahli asing. Sayangnya ITS, UGM, ITB, Badan Geologi, BPPT, LIPI yang telah melakukan riset juga IAGI, HAGI, IATMI yang punya perspektif unik tentang lumpur Lapindo tidak diberi waktu melakukan presentasi. Mereka cukup diundang sebagai penggembira saja.

Jadi ingat dulu, Februari 2007, IAGI pernah dijadikan ajang justifikasi dengan membuat seminar pincang tak berimbang. Pro-gempa dipersilakan bicara di panggung, yang menganggap itu kesalahan pemboran di floor saja. Sampai-sampai senior bekas Ketua IAGI Prof Koesoemadinata membuat surat terbuka memprotes pincangnya acara tersebut. Terus di Afrika Selatan acara AAPG: lumpur Lapindo sempat disesi khususkan dan berakhir dengan lebih banyak yang menganggap itu karena kecerobohan pemboran.

Acara simposium ini hanya mewakili satu visi. Para ahli Indonesia dari berbagai universitas dan lembaga penelitian hanya diundang partisipasi mendengarkan dan diskusi dan mungkin juga akan dijadikan legitimasi kesimpulan yang sudah ditulis sebelum dimulai.

Memang asyik menyimak ahli asing itu bicara, tapi lebih asyik lagi kalau peneliti Indonesia juga punya waktu bicara. Bukan hanya dari Lapindo & BPMIGAS saja. Lagian koq tendensius dan memihak banget: kenapa justru Lapindo & wakil BP Migas yg bicara ? Mereka berdua segendang sepenarian. Mustinya dari pihak-pihak lain – dari Universitas terutama – yang lebih independen atau sekalian berseberangan madzhab dengan mereka berdua juga bicara.

Rasanya seperti zaman penjajahan dan bodoh sekali kita ini karena sebagian besar dari kita selalu menganggap expatriate lebih jago dari kita sndiri.  Memangnya mereka anggap apa: Amin Widodo (dari ITS), Hasanuddin (ITB), Zainuddin (Badan Geologi), Ben Sapiie (ITB), Agus Hendratno (UGM) dan lainnya yang juga riset & punya pendapat tentang Lumpur Lapindo.

Terus kenapa cuma dari Lapindo dan BP Migas yang mereka undang bicara? Apakah mereka tidak tahu Indonesia punya universitas dan lembaga yang juga melakukan riset di Lumpur Lapindo?

Memang menyedihkan dan menjengkelkan, tapi itulah kenyataan: mental inlander terjajah masih selalu ada di kepala kita. Bahkan di dunia sains pun para administratur, birokrat dan politisi kita tidak bisa menghargai saintisnya sendiri.

Jadi marilah kita sama-sama ke Porong, Sidoarjo pada 25-26 Mei ini untuk menyerahkan harga diri keilmuan kita ke para ahli asing dan menyediakan diri dimanfaatkan pihak tertentu untuk bersih-bersih.

Salam, Andang Bachtiar (Arema, Geologist Merdeka, Ketua Dewan Penasehat IAGI, Chairman Exploration Think Tank Indonesia).

Page 22: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Lima Tahun Semburan Lumpur Lapindo

Lima Tahun Semburan Lumpur Lapindo

Headline News / Sosbud / Jumat, 27 Mei 2011 09:30 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Tragedi Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, sudah memasuki

tahun kelima. Namun luapan lumpur akibat kesalahan pengeboran itu terus menyembur dan

mengancam kehidupan masyarakat sekitar. Padahal luapan lumpur itu telah menenggelamkan

sejumlah perkampungan, berikut harta benda warga sekitar pusat semburan. Ironisnya proses ganti

rugi berjalan di tempat.

Luapan lumpur Lapindo kini sudah mencapai 150.000 meter kubik per hari, dan telah melalap 800

hektare tanah warga sekitar. Sejumlah geolog dari 17 negara mengadakan simposium dan bersepakat

Lumpur Lapindo tidak akan berhenti menyembur.

Ahli Hukum Lingkungan Muspani menegaskan dilema lumpur semakin dikukuhkan dengan tidak

adanya tanggungjawab negara. Peraturan Presiden berbenturan dengan Undang-Undang No 24

tentang Bencana Alam. Peraturan Presiden hanya mengatur penanggulangan masalah lumpur dan

kerugian yang dialami masyarakat.

“Perpres tidak menjelaskan Lumpur Lapindo sebagai bencana apa, dalam UU bencana ada tiga yakni

alam, teknologi, kerusuhan. Perpres hanya memberikan kewajiban kepada Lapindo untuk ganti rugi.

Namun, negara tak menyatakan siapa yang bersalah dalam bencana itu,” ungkap Muspani.

Sementara itu, ahli pengeboran minyak Institut Teknologi Bandung Susila Lusiaga menegaskan

sumber semburan berasal dari pengeboran sumur (drilling). Selama ini, semua pihak melihat

fenomena bencana Lapindo terjadi karena gempa di Yogyakarta pada 2006.

“Kekuatan gempa Yogya hanya 6,3 skala Richter, dan di seluruh dunia tak pernah gempa 6,3 SR

menyebabkan mud volcano dengan jarak 300 kilometer. Gempa Yogyakarta tidak akan pernah

mengakibatkan semburan lumpur Sidoarjo,” ungkap Susila.

Luapan lumpur Lapindo pun menjadi masalah sosial. Namun, entah mengapa negara membiarkannya

selama lima tahun. Pemerintah tidak tegas dalam mengadvokasi warga.

Kini, lima tahun telah berlalu. Semburan Lapindo masih menghantui warga. Potensi semburan

diperkirakan terus keluar bahkan hingga puluhan tahun ke depan. Namun, pemerintah tetap

bergeming. Hak konstitusional warga untuk mendapat perlindungan tak jua didapat. Lumpur Lapindo

telah menjadi satu catatan kelam dalam perjalanan Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.

Page 23: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Pengeboran Sumur Baru Milik Lapindo Dipersiapkan Secara Matang

Jumat, 13/05/2011 17:22 WIB

Pengeboran Sumur Baru Milik Lapindo Dipersiapkan Secara Matang- Rois Jajeli – detikSurabaya

Surabaya – Rencana pengeboran pengembangan sumur gas di Tanggulangin, Sidoarjo sudah

dipersiapkan secara matang oleh PT Lapindo Brantas Inc (LBI). Lapindo berharap, warga sekitar

Tanggulangin tidak perlu khawatir dengan kejadian luapan lumpur di Porong.

“Ketakutan mungkin masih trauma, tapi nggak perlu khawatir, karena tidak ada tanda-tanda

penurunan tanah atau pergeseran tanah,” kata Drilling and Workover Manager PT Lapindo Brantas

Inc, Bambang Heru Yuwono saat dihubungi detiksurabaya.com, Jumat (13/5/2011).

Heru mengatakan, dari informasi yang didapat Badan Pelaksana Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

(BPLS), bahwa adanya penurunan atau pergesaran tanah sekitar 500 meter hingga 1 kilometer dari

pusat semburan lumpur di Porong. Sedangkan jarak lokasi pengeboran di Tanggulangin sekitar 2,5

sampai 3 kilometer dari titik pusat semburan lumpor di Porong.

“Pertama, di Tanggulangin tidak ada tanda-tanda keretakan tanah. Kedua, di Tanggulangin kan juga

ada sumur yang berporduksi, kenyataannya tekanannya tidak berpengaruh. Ketiga, ada casing yang

tertanam. Kalau sampai terjadi penurunan atau pergerakan tanah, pipanya akan penyot. Ternyata, kita

masukkan peralatan produksi masih bisa dan tidak terjadi apa-apa. Keempat, pengeboran di dekat

sumur yang sudah dibor. Kita melakukan pengeboran di situ juga tidak terjadi apa-apa,” terangnya.

Heru menjelaskan, pada dasarnya desain maupun teknik pengeborannya sama seperti pengeboran

sumur yang sudah ada dan letak casing serta kedalamannya juga tak jauh berbeda dengan sumur yang

sudah ada.

“Kita bor di dekat sumur yang sudah ada. Semuanya sama dan kedalamannya juga tak jauh berbeda

sekitar 3.400 sampai 3.600 TVD,” jelasnya.

Page 24: Artikel Lapindo 50artikel paindo

5 Tahun Lumpur Lapindo, Mewaspadai Amblasnya Tanah

5 Tahun Lumpur Lapindo, Mewaspadai Amblasnya Tanah

Friday, 27 May 2011 18:39 Rony Sitanggang

Jelang 5 tahun semburan lumpur Lapindo, di Surabaya, Jawa Timur digelar simposium membahas semburan itu. Acara yang diadakan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dan Lembaga Swadaya Masyarakat asal Australia, Humanitus Foundation tersebut menuai protes. Protes datang dari Andang Bachtiar, Ketua Dewan Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), diantaranya karena tak dilibatkannya ahli geologi dari kampus di Indonesia sebagai pembicara. Dia juga mengungkapkan perlunya survei seismik 3 dimensi   untuk melihat kondisi di bawah gunung lumpur itu. Data itu akan berguna untuk menjawab diantaranya masalah tanah amblas di kawasan itu. Selengkapnya kita simak perbincangan yang diudarakan dalam program sarapan pagi berikut ini;

Ada 17 peneliti datang dalam simposium yang diadakan bertepatan dengan lima tahun peringatan lumpur Lapindo. Anda melihat ada kejanggalan di sini?

Tidak janggal, Biasa saja. Jadi, usaha- usaha secara Internasional untuk meneliti sesuatu, sebab fenomena yang spektakuler secara geologi memang wajar saja. Orang pasti ingin datang, ingin meneliti, ingin presentasi, dan sebagainya. Yang tidak wajar adalah bagaimana itu diselenggarakan dan siapa saja yang disuruh bicara, itu yang tidak wajar.  Tapi kalau banyak orang tertarik dari seluruh dunia kesitu, wajar sekali. Itu memang fenomena dunia.

Kalau anda sendiri, apa alasan anda  tidak hadir dalam konferensi ini ?

Saya tahu sekitar 1,5 bulan yang lalu atau 2 bulan yang lalu ketika saya bersama- sama dengan kawan- kawan dari IAGI dan HAGI membantu tim dari pemerintah, dari badan geologi untuk coba mencari data yang lebih bagus dengan nge-run 3D seismic, merencanakan, dan sebagainya. Dikasih tahu BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo), bahwa akan ada itu seminar atau simposium bulan Mei, dan sebagainya. Saya pikir, bagus juga partisipasi dalam artian untuk mempresentasikan hal- hal kedepannya seperti apa pengelolaannya, itu yang saya maksudkan waktu itu. Tapi saya 2 minggu yang lalu diundang oleh penyelenggara. Di situ, disebutkan kalau yang diundang presentasi sepuluh peneliti dari luar negeri dan dua dari Indonesia. Dan dua dari Indonesia itu satu dari BP Migas, dan Lapindo. Terus saya minta, kalau bisa ada pembicara dari Universitas Indonesia dong, masa ini orang dari luar negeri semua, terus dari Indonesia dikit sekali, ada dari satu BP Migas, satu dari Lapindo.

Mengapa hanya 2 dari Indonesi ?

Pertama kali seperti itu, saya protes. Sudah 2 minggu yang lalu saya kirim surat ke mereka. Terus saya akan dipertimbangkan, terus setelah itu saya coba dihubungi lagi untuk datang. Sementara saya coba atur waktu saya. Saya tanya ke mereka, nanti bagaimana kita disana? Ya, dengerin aja mereka, terus ikut diskusi. Tapi saya tanya apa ada sesi khusus brand storming atau segala macam, mereka tidak tahu. Jadi saya pikir, buat apa juga saya kesana dengan komposisi pembicara seperti itu, hanya mendengarkan. Paling tanya jawab 1 menit 2 menit, setelah itu selesai. Lebih bagus sebenarnya kalau presentasi di depan, mengemukakan apa yang akan dilakukan ke depan. Karena itu, saya tidak bisa. Saya rasa mungkin lebih baik orang- orang yang ingin belajar sesuatu dari mereka yang datang ke sana. Saya sendiri, posisi saya, saya tahu pendapat mereka dan penelitian mereka yang terbaru itu pun, saya juga sudah monitor.

Page 25: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Artinya anda melihat, bahwa acara ini tidak produktif ?

Ya kalau mau lebih produktif, ada produktif juga. Artinya, dari segi ada temuan baru di beberapa hal. Misalnya, tentang bagaimana ke depannya, ada usulan harus ada dana 25.000 dollar per tahun untuk research secara internasional, harus dilakukan secara internasional, dan sebagainya.  Tapi kalau mau lebih produktif  sebenarnya, kalau mau ke depan, undang orang-orang atau badan atau lembaga yang punya rencana 3D seismic running di sana butuh bantuan sekali, untuk desain, untuk ini, dan sebagainya. tapi tidak ada yang diundang untuk bicara dari badan geologi.

Biasanya   ahli geologi,  mengolah data berdasarkan hasil- hasil informasi yang eksak. Ini sudah lima tahun peristiwa terjadi, tapi sampai sekarang masih ada beda pendapat. Apa sebetulnya yang menyebabkan ?

Beda pendapat sangat biasa di dalam geologi. Data yang sama pun, orang dengan background pengetahuan yang berbeda dan experienceyang berbeda juga akan berbeda pendapat tentang suatu data di bawah permukaan. Kenapa ada yang berbeda ? secara scientific saya bisa mengerti. Ketika, seseorang dengan background tektonik yang dari pengetahuan tentang tektonik regional, tentang  gempa, kuat sekali, sementara pengetahuan dia tentang teknik- teknik pengeboran tidak ada. Maka, dia akan lebih ngomong ke tektonik regional daripada teknik pengeboran. Sementara orang yang tahu tentang teknik pengeboran, dan tidak tahu tentang tektonik regional dia akan ngomong lebih banyak pengeboran daripada tektonik regional. Jadi, wajar.

Ada   Geolog asing  yakin bahwa semburan lumpur sudah masuk masa puncak. Ini maksudnya seperti apa? Kondisi terkini, dari hasil kajian anda terkait dengan lumpur Lapindo ini, seperti apa ? apakah sama seperti yang diungkapkan oleh ahli- ahli  asing ?

Saya me-refresh kembali ke November 2010, ketika terjadi pertentangan antara data yang diambil oleh ITS waktu itu yang mengatakan, ini mengenai Out flow-nya dari lumpur itu. Sebenarnya, tidak turun- turun banget, itu ada data dari mereka. Bahkan, mereka masih menghitung sekitar 80.000 – 90.000 meter kubik per day. Tapi sementara itu, ada statement dari kawan- kawan, ini sudah sekitar 25.000 – 30 atau 40.000 meter kubik per hari. Dari dua angka yang berbeda itu, waktu itu saya tanyakan, metodologinya seperti apa? Yang satu mengatakan, pengamatan visual biasa saja. Yang satu mengatakan, lumpur begini- begini. Dari situ saja terlihat, bahwasanya fakta saja yang tadi anda tanyakan mengenai fakta yang tepat, itupun berbeda- beda, itu yang pertama. Yang kedua, tetapi dari segi kenampakkan permukaan saja, sekarang dari satelit kita bisa lihat bahwa, lebih banyak lumpur yang keluar, mengeras di sekitar pusat semburan. Itu anda bisa lihat di satelit. Artinya, fasenya mungkin sudah agak berbeda dengan fase sebelumnya banyak sekali cairan yang keluar. Tapi, apakah ini sudah sampai puncak kemudian mengecil ? Saya juga tidak tahu. Karena, ini juga mungkin bagian dari simpangan dari keseluruhan proses yang ada. Simpangan itu jadi asing lagi. Jadi, bisa jadi setelah ini membesar lagi, mengecil lagi, membesar lagi. Masih butuh pengamatan yang cukup lama untuk hal ini.

Setelah lima tahun semburan lumpur Lapindo, perhatian dari ahli geologi itu, apakah masih berpusat pada apa yang menyebabkan semburan itu terjadi atau sudah mengarah kepada perhatian yang lain? Misalnya, ini manfaatnya apa, dan seterusnya?

Kalau saya sendiri mengamati yang datang kesitu, terutama kalau yang dari luar negeri itu masih utak- atik itu lagi, itu lagi, kenapa tektokniknya, bagaimana, dan sebagainya. Tapi kalau di dalam, secara internal itu di Indonesia sendiri, kita ini yang dari dulu concern tentang hal itu sudah tidak mengurusi mau penyebabnya apa, yang penting sekarang ke depannya daerah mana lagi yang mesti diselamatkan, mana yang mesti amblas, dan sebagainya. Untuk itu harus ada penelitian yang mengarah lebih ke situ. Misalnya monitoring yang continue. Kemudian, di bawah seperti apa, makanya kita usulkan tahun kemarin, coba di run 3D seismic. Padahal,  usulan itu sudah sejak tahun

Page 26: Artikel Lapindo 50artikel paindo

pertama kita  sampaikan, baru kemarin  disetujui  oleh pemerintah. Sekarang lagi direncanakan untuk di run disitu.

Konkritnya itu nanti seperti apa gambarannya ?

3D seismic itu bisa melihat gambaran di bawah permukaan dari seismik secara 3 dimensi. Yang selama ini, gambaran di bawah itu hanya gambaran yang diambil seismik akhir tahun 90-an. Bahkan, sebelum ngebor pun belum ada data terbaru. Apalagi, setelah terjadi kejadian seperti itu, belum ada data seismik terbaru. Kita coba usulkan itu, dan akhirnya disetujui pemerintah. Kita monitor semua dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia itu, ikut membantu untuk merencanakan secara volunteer, secara sukarela. Tiba- tiba ada simposium seperti ini, orang ngomong lagi penyebabnya dan sebagainya.

Jadi mengalihkan lagi, mundur lagi seolah-olah ya?

Saya tidak tahu juga. Memang tujuannya ini untuk penyelesaian ke depan. Tapi, bagaimanapun kontroversi itu terus akan ada. Apalagi peneliti dari luar negeri. Bahkan, ada yang lucu, ada satu peneliti yang presentasi, yang saya baca dilaporan Pak Awang, itu dia presentasi bukan tentang Lapindo. Tetapi tentang kasus di luar negeri. Apa-apaan ini. Daripada kaya gitu, mending orang yang research disitu, disuruh presentasi.

Kalau   prediksi anda. Akan seperti apa ke depan  Sidoarjo? Karena kemarin ada demo warga yang di luar peta terdampak.

Seperti apa kedepannya, saya juga tidak berani bicara sebelum melihat hasil 3D seismic terbaru. Tetapi kalau mau kira- kira seperti apa, kita melihat amblasan yang terjadi terus.  Yang kemungkinan jelas-jelas di luar daerah yang sudah ditanggul di daerah barat sudah pasti. Orang hanya melihat data permukaannya saja. Apakah nanti daerah itu akan meluas ? ya dan tidak saya jawab. Karena, evaluasi tentang itu tergantung bagaimana kita mengevaluasi secara detail 3D seismic yang akan kita run.

Butuh waktu berapa lama kira- kira untuk kita bisa membaca ?

Sampai akhir tahun. Sekitar Desember mudah- mudahan selesai. Karena, run-nya sendiri mungkin cuma sebulan dua bulan saja. Tapi untuk sosialisasi, kontrak segala macam, saya tidak tahu. Repotnya lagi, lagi repot- repot mau mendekati masyarakat, mau coba run di bawah dan penyelesaiannya bagaimana. Tiba- tiba ada yang mau ngebor lagi di sebelah, kan repot juga. Jadi agak susah, memang itu didukung oleh BP Migas, kalau tidak salah Lapindo mau ngebor.

Itu ada dampaknya ?

Saya juga tidak tahu ada dampaknya atau tidak. Tapi kalau jawabannya adalah, dulu waktu ngebor di sekitar Tanggulangin tidak apa- apa. Itu dulu, sebelum tahun 2006, kalau sekarang usulan saya, kalian bikin percobaan dulu, diawasi betul. Jangan ngomong mau ngebor gas atau minyak. Walaupun lebih dangkal, tapi daerahnya lebih dekat. Jombang, Mojokerto saja tidak mau di seismik oleh Exxon Mobil, kok ini yang 2,5 kilo dari situ mau di bor. Menurut saya, kawan- kawan yang di BP Migas maupun Lapindo kurang Strategis.

http://www.kbr68h.com/berita/wawancara/6903-5-tahun-lumpur-lapindo-mewaspadai-amblasnya-tanah

Page 27: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Lumpur Sidoarjo masih 26 tahun lagi

Jumat, 25/02/2011 20:28 WIBLumpur Sidoarjo masih 26 tahun lagiBBCIndonesia.com – detikNews

Peneliti memperkirakan semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur mungkin masih akan terus terjadi 26 tahun ke depan.Para peneliti ini juga mengatakan semburan tersebut berasal dari gunung berapi lumpur yang meletus Mei 2006 dan memuntahkan 180.000 meter kubik per hari atau setara dengan kapasitas air 50 kolam renang standard Olimpiade.

Temuan-temuan ini diterbitkan dalam penerbitan ilmiah Journal of the Geological Society.

Ini taksiran paling andal pertama mengenai seberapa lama semburan lumpur Sidoarjo akan berlanjut.

Salah seorang penulis laporan ilmiah tersebut, Richard Davies, geolog dari Jurusan Sains Kebumian pada Durham University, Inggris mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan perkiraan ini baru bisa dibuat sekarang.

Kami melakukan penaksiran sementara pada tahun 2008, tapi kami melakukan penyempurnaan metodologi secara signifikan, kata Davies kepada BBC News. “Juga, selama dua atau tiga tahun ada banyak debat mengenai penyebab semburan.

Saya rasa ada banyak orang yang ikut merumuskan peristiwa yang terjadi – jadi kini kami telah menyaksikan kemajuan alamiah dari keinginan untuk mengetahui penyebabnya ke berapa lama itu akan berlanjut, tambah Davies.

Tekanan bawah

Penyebab erupsi menjadi topik debat ilmiah berlarut-larut. Kalangan ahli berselisih soal apakah semburan itu akibat sumur bor Lapindo di kawasan yang sama, atau gempa berkekuatan 6,3 yang mengguncang kawasan beberapa hari sebelumnya.

Pada tahun 2008, dalam suatu konferensi di Afrika Selatan, pendukung kedua hipotesis menyampaikan argumentasi mereka di depan panel ahli independen.

Perdebatan tersebut diketuai oleh Profesor John Underhill, yang juga wasit senior di dunia sepak bola, dari Edinburgh University

Sebagian besar dari pakar dalam panel tersebut, 42 dari 74 orang, menerima argumentasi bahwa penyebab semburan adalah kegiatan pemboran.

Profesor Davies mendukung hipotesis pemboran tersebut. “Ada banyak bukti kini yang menunjukkan semburan disebabkan oleh pemboran – yaitu ledakan tidak terkendali.

Pada tahun 2008, perusahaan yang melakukan pemboran di tempat itu dan dipersalahkan telah menjadi pemicu semburan gunung berapi itu setuju untuk membayi gantirugi bagi 50.000 orang yang harus mengungsi.

Namun, argumentasi tersebut tidak menyatakan kegiatan pemboran sebagai satu-satunya penyebab.

Page 28: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Profesor Davies menambahkan bahwa timnya kini mendapatkan keyakinan untuk berani menerbitkan taksiran, sebab mereka juga memiliki data empat tahun tentang jumlah material yang menyembur dari gunung berapi tersebut, dan itu memungkinkan mereka melakukan kalibrasi terhadap model komputer yang dikembangkan oleh salah seorang anggota tim penulis laporan Simon Mathias, peneliti di Durham University.

Lubang

Dia menjelaskan bahwa semburan gunung berapi itu didorong oleh carbonated water di lapisan aquifer, yang ditaksir berada pada kedalaman sekitar 2,5km hingga 3,5km dari permukaan tanah yang menerobos melalui lubang pemboran dan menembus lapisan bahan lumpur (Kalibeng Atas) sebelum menyembur ke permukaan melalui lubang tengah berdiameter 50m.

Input yang dipergunakan dalam model untuk mereka ulang peristiwa di bawah tanah itu berasal dari dua sumur. Satu berada di lokasi lubang tengah, dan satu lagi sekitar 6km dari lubang pertama, tempat ada gunung berapi lumpur alamiah yang lebih kecil.

Ini memberi kami [besaran] tekanan di aquifer sebenarnya, jelas Profesor Davies.

Kemudian kami memperhitungkan faktor-faktor seperti permeabilitas dan porositas batuan untuk memperkirakan waktu yang diperlukan oleh tekanan fluida untuk turun sehingga tidak ada lagi cairan yang akan keluar dari lubang, katanya.

Ini bisa dikatakan metodologi standard, tapi belum pernah benar-benar diterapkan terhadap gunung berapi lumpur sebelum ini, jelasnya.

Dia menambahkan tim menggunakan beragam probabilitas dan menggabungkannya, sehingga menghasilkan jumlah output yang sangat besar. Proses ini disebut realisasi.

Dari 10.000 realisasi, kami benar-benar menolak banyak realisasi, sebab kami ingin mencocokkan laju lumpur yang benar-benar keluar dari gunung berapi dengan data-data tersebut, kata Davies.

Tim peneliti akhirnya menetapkan 381 realisasi dan jumlah itu memungkinkan mereka mencapai taksiran 26 tahun.

Namun, Profesor Davies menambahkan: Dalam perumusan model, ada 10 persen kemungkinan semburan akan berlangsung lebih dari 100 tahun, dan ada 90 persen kemungkinan semburan akan berlangsung lebih dari 10 tahun.

Tim peneliti bekerja dengan asumsi aquifer tidak terisi lagi dari sumber lain atau tidak mengalami recharging, sehingga tidak mungkin tekanan akan kembali begitu tekanan terkuras.

Sejak menyemburkan lumpur, gunung berapi tersebut telah mengubur rumah, sekolah, tempat ibadah dan lahan pertanian dengan luasan sekitar tujuh kilometer persegi.

Jika recharge terjadi, maka taksiran 26 tahun pasti akan terlalu pendek, aku Profesor Davies. Pada dasarnya, Lusi masih menyisakani kejutan-kejutan untuk kita.

(bbc/bbc)

Page 29: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Terendam Lumpur Lapindo, Petani Minta Sawahnya Dibeli

Selasa, 22 Februari 2011 – 12:07 WIB

SURABAYA(Pos Kota)- Keresahan terus menyelimuti petani Gempolsari, Tanggulangin yang sawahnya berbatasan lansung dengan tanggul kolam penampungan lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Semenjak lumpur menyembur, sawah mereka sudah tidak produktif. Warga mendesak agar BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) segera membeli lahan sawah mereka.

Sebelumnya, pemilik sawah asal Gempolsari dan BPLS sudah ada kesepakatan terkait jual beli sawah itu. Namun, dari BPLS sampai saat ini belum memberi kepastian kapan akan membayar sawah milik warga tersebut.

“Kita minta difasilitasi dewan untuk menyelesaikan masalah ini. Karena sampai saat ini belum ada kejelasan apakah sawah kami jadi dibeli atau tidak,” ujar Abdul Wahid Selasa (22/2).

 

Dia menambahkan, kesepakatan yang ada, harga sawah Rp 100 ribu per meter persegi dibayar tunai. Sedangkan tanah kering Rp 700 ribu permeter sesuai ketentuan P2T (Panitia Pembebasan Tanah), karena kawasan itu diluar peta terdampak lumpur. Bahkan, sebanyak 80 persen warga pemilik dari 124 lahan seluas 60 hektare tersebut bersedia melepas lahan sawahnya. “Ada juga sebagian kecil warga gempolsari yang tidak bersedia melepaskan sawahnya,” tandasnya

Humas BPLS Akhmad Kusairi mengatakan, pembatalan jual beli lahan lantaran suara warga terpecah. Sebagian warga sepakat menjual lahan sedangkan sebagian warga lainnya menolaknya dengan beberapa alasan. Diantaranya, meminta harga tanah sawah menjadi Rp 120 ribu per meter persegi.

“Kami tidak bisa memaksa warga untuk menjual lahannya, karena lahan mereka berada di luar peta terdampak lumpur,” tuturnya.

Kusairi menambahkan, pihaknya berharap warga menyelesaikan persoalan secara musyawarah agar tidak ada pertentangan dengan warga lainnya. Jika semua warga sepakat, BPLS akan membeli dengan harga yang wajar. Rencananya, lahan tersebut akan digunakan sebagai kolam penampungan lumpur Lapindo. “Terlebih kolam utama telah melebihi kapasitas,” jelas dia. (nurqomar/B)

http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/02/22/terendam-lumpur-lapindo-petani-minta-sawahnya-dibeli

Page 30: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Pemerintah Tanggung PPh Pengalihan Tanah dan Bangunan Korban Lumpur Lapindo

Selasa, 11/01/2011 07:43 WIBPemerintah Tanggung PPh Pengalihan Tanah dan Bangunan Korban Lumpur LapindoWahyu Daniel – detikFinance

Lumpur Lapindo (dok detikcom)

Jakarta – Pemerintah menanggung pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan dari  pengalihan hak atas tanah atau bangunan yang diterima atau diperoleh  masyarakat korban lumpur Lapindo untuk tahun anggaran 2010.

Kepala Biro Humas Kemenkeu Yudi Pramadi mengatakan, aturan ini ditetapkan lewat Peraturan Menkeu Nomor 239/PMK.011/2010 yang berlaku sejak 21 Desember 2010.

“Peraturan ini dikeluarkan untuk meringankan beban masyarakat yang terkena luapan lumpur tersebut yaitu dengan memberikan keringanan Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan yang terkena luapan lumpur Sidoarjo sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan bangunan,” tutur Yudi dalam siaran pers yang dikutip detikFinance, Selasa (11/1/2011).

Yudi mengatakan pihak yang terkena luapan lumpur Lapindo yang berhak  mendapatkan bantuan keringanan pajak tersebut adalah yang memiliki tanah  atau bangunan yang termasuk dalam:

1. Peta area terdampak tanggal 4 Desember 2006

2. Peta area terdampak tanggal 22 Maret 2007

3. Wilayah penaganan lumpur di luar peta area terdampak tanggal 22 Maret

4. 2007 meliputi Desa Besuki, Desa Pejarakan, dan Desa Kedungcangkring,

5. Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo dengan batas sebagai berikut:

6. Sebelah Utara: tanggul batas peta area terdampak

7. Sebelah Timur: jalan tol ruas Porong-Gempol

8. Sebelah Selatan: Kali Porong

9. Sebelah Barat: batas Desa Pejarakan dengan Desa Mindi.

PPh Ditanggung Pemerintah diberikan dengan pagu anggaran sebesar Rp 205 miliar dan dialokasikan pada APBN 2010.

Page 31: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Tanggul Lumpur Lapindo Jebol Akibat Penurunan Tanah

Kamis, 23/12/2010 17:58 WIB Suparno – detikSurabaya

Air mengali deras/Suparno

Sidoarjo – Jebolnya tanggul penahan lumpur Lapindo di titik 79-80 diduga akibat adanya penurunan tanah. Akibatnya, tanggul yang berada di Desa Gempol Sari jebol selebar sekitar 100 meter.

“Dari pengamatan terjadi penurunan tanah di lokasi titik 79-80,” kata Jianto, salah seorang penanggungjawab keamanan tanggul kepada detiksurabaya.com, Kamis (23/12/2010).

Tanggul penahan lumpur Lapindo yang berada di Desa Gempol Sari dan mengarah ke Desa Glagah Arum, Tanggulangin, pukul 16.00 WIB jebol selebar 100 meter. Akibatnya, jalur alternatif yang melewati kawasan Tanggulangin ditutup.

Dari pengamatan detiksurabaya.com, pukul 17.27 WIB, air yang berasal dari tanggul masih mengalir deras menuju ke Dusun Polo Gunting. Jalan alternatif di kawasan digenangi air setinggi lebih dari 50 cm sepanjang 200 meter.

Sementara itu, Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) saat hendak dikonfirmasi soal kejadian tersebut, telepon genggamnya tidak bisa dihubungi. (bdh/bdh)

Page 32: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Semburan Baru Lumpur Lapindo TerbakarJumat, 08 Oktober 2010 15:56 WIB

MI/Heri Susetyo/wt

SIDOARJO–MI:Semburan baru lumpur Lapindo yang ada di belakang Pos Pantau Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) terbakar diduga dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Humas BPLS Achmad Zulkarnaen mengatakan, kebakaran yang ada di semburan baru tersebut merupakan kali kesekian setelah sebelumnya juga terjadi kebakaran semburan baru yang ada di Desa Besuki, Kecamatan Jabon, Sidoarjo. 

“Kebakaran semburan baru ini dikarenakan adanya gas metan yang keluar bersamaan dengan semburan air dan lumpur dari dalam tanah,” katanya, Jumat (8/10).

Terkait dengan adanya semburan baru tersebut BPLS tidak melakukan pemadaman karena semburan tersebut lokasinya berada di ruang terbuka.

“Karena lokasinya berada di tempat terbuka, maka kami tidak melakukan pemadaman karena kami menilai kebakaran semburan tersebut tidak berbahaya,” katanya.

Namun demikian, dirinya memprediksi semburan tersebut tidak akan berlangasung lama mengingat tekanan gas yang keluar semakin menyusut.

“Meski kami tidak melakukan pemadaman, kami tetap melakukan pemantauan di sekitar lokasi kebakaran semburan tersebut untuk melihat kondisi terbaru,” katanya.

Menurutnya, jika memang pada perkembangannya terjadi peningkatan intensitas gas yang keluar, maka BPLS akan melakukan pemadaman.

Ia mencatat semburan baru yang ada di kawasan tersebut merupakan semburan baru yang ke 194 setelah sebelumnya juga ada semburan baru di kawasan Desa Besuki, Kecamatan Jabon.

Banyaknya semburan baru ini, kata dia, disebabkan adanya tekanan gas dan air yang muncul dari dalam tanah.

Page 33: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Selain itu, semburan baru tersebut juga dipengaruhi oleh adanya penurunan tanah yang terjadi di sekitar lokasi pusat semburan.

“Semburan baru yang muncul saat ini sekitar 60% di antaranya sudah tidak aktif,” katanya.

Ia juga meminta kepada warga masyarakat untuk tidak menyalakan api di sekitar lokasi semburan baru karena masih berpotensi terjadinya kebakaran mengingat gas metan yang keluar masih tinggi.

“Kalau lokasi semburan tersebut berada di daerah terbuka tidak masalah. Namun, kalau lokasinya berada di sekitar pemukiman warga itu yang menjadi soal,” katanya.

Menurutnya, semburan baru yang ada di sekitar lokasi pusat semburan ini masih berpotensi terjadinya kebakaran.

Sebelumnya salah satunya semburan gas di kawasan Siring Barat terbakar dan menyebabkan dua orang luka-luka. (Ant/OL-3)

Page 34: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Semburan Lumpur Sidoarjo akibat Gunung Tua Aktif Kembali

SERGEY V KADURIN

GUNUNG LUMPUR – Laporan hasil penelitian ilmuwan asal Rusia dari Universitas Odessa,

Ukraina, menyatakan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, bukan berasal dari pengeboran,

melainkan akibat kegiatan seismik. Dengan demikian, memicu kembali aktifnya gunung lumpur tua

yang telah terbentuk sekitar 150.000-200.000 tahun lampau. (Suara Karya/Ist)\Senin, 4 Oktober 2010

JAKARTA (Suara Karya): Semburan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur, yang berlanjut hingga kini,

diakibatkan aktifnya struktur gunung lumpur yang telah terbentuk sekitar 150.000-200.000 tahun lalu.

Sejumlah ilmuwan terkemuka Rusia yang meneliti semburan lumpur Sidoarjo menyatakan, bencana

tersebut bukan disebabkan aktivitas pengeboran sumur minyak di sekitar area tersebut.

Tim ilmuwan Rusia Institute of Electro Physics yang dipimpin Sergey V Kadurin

menyimpulkan, semburan tersebut merupakan hasil langsung dari pengaktifan kembali gunung

lumpur tua yang terjadi akibat dari serangkaian kegiatan seismik. Gunung lumpur itu kemudian

meletus pada 29 Mei 2006 silam. Letusan dipicu serangkaian kegiatan seismik yang telah dimulai 10

bulan sebelum terjadinya letusan lumpur di Sidoarjo.

Aktifnya kembali gunung lumpur ini ternyata sudah dipicu oleh dua gempa bumi yang terjadi

sekitar 10 bulan pada 9 Juli 2005 dengan pusat gempa tepat di bawah zona letusan lumpur dengan

kekuatan gempa 4,4 skala richter (SR). Kemudian diikuti gempa berkekuatan 5,5 SR yang berjarak

sekitar 450 kilometer dari lokasi lumpur.

“Gempa bumi yang terjadi sekitar satu tahun sebelum letusan lumpur Sidoarjo memengaruhi di bawah

zona letusan lumpur di area struktur gunung lumpur. Ini merupakan salah satu peristiwa geologi yang

membantu pembukaan saluran lumpur,” kata pengajar senior di Universitas Odessa di Ukraina ini, di

Jakarta, baru-baru ini.

Menurut dia, pergerakan patahan Watukosek yang terjadi terus-menerus telah membantu

proses ini lebih lanjut. “Dan gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan terjadi, bisa menjadi

sebuah kick-off yang terakhir,” ujarnya.

Kesimpulan tersebut didasari penelitian panjang dan serius dengan mengonstruksi sebuah

sistem informasi geologi (geological information system/ GIS) yang memungkinkan mereka

menciptakan sebuah model 3 dimensi dari formasi geologi bawah tanah di area tersebut.

Hal tersebut memungkinkan tim memiliki gambaran sesungguhnya dari sumber lumpur dan

bagaimana sumber lumpur itu memiliki saluran dan lalu menyembur keluar. Juru Bicara Tim Rusia

Boris Gromov mengatakan, minat para ilmuwan dalam meneliti peristiwa ini, di samping ingin

membantu masyarakat Indonesia dalam memecahkan masalah yang disebabkan gunung lumpur di

Jawa, juga sebuah bukti dari persahabatan dan kerja sama antara Rusia dan Indonesia yang telah

terjalin sejak lama. “Rusia juga telah memiliki pengalaman yang luas dalam menangani gunung

lumpur yang banyak terdapat di daerah-daerah yang kaya hidrokarbon, seperti di kawasan Asia

Tengah,” katanya.

Page 35: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Sementara itu, Senior Manager Geologi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan

Gas Bumi (BP Migas) Awang Harun Setyana mengatakan, gempa bumi sangat signifikan memicu

letusan gunung lumpur. “Banyak gunung lumpur di Pulau Jawa dan daerah tersebut merupakan

episentrum. Gempa bumi sangat signifikan memicu letusan gunung lumpur,” ujar Awang. Menurut

dia, erupsi lumpur tidak pernah datang dari lubang sumur, tapi berasal dari sesar yang membentuk

garis lurus sepanjang 40 kilometer.

Di lain pihak, Wakil Ketua Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo, Prof Hardi Prasetyo,

menegaskan, ancaman semburan lumpur di Jawa memang sangat nyata, kendati selama ini belum

masuk dalam agenda bencana alam pemerintah selama ini. “Kasus Lusi (lumpur Sidoarjo–Red)

membuka kesadaran seriusnya ancaman semburan lumpur,” katanya. Untuk itu, dia mengatakan, sejak

tahun 2009 pemerintah mengambil alih sepenuhnya kasus Lusi. “Masalah ini sesungguhnya telah

terjadi sejak dulu kala. Bahkan sebagian ilmuwan percaya bahwa Kerajaan Majapahit runtuh bukan

karena perang, tapi karena semburan lumpur,” tuturnya.

Terkait dengan temuan ilmuwan Rusia Kadurin tersebut, Vice President Relations and Social

Affairs Lapindo Brantas Inc Yuniwati Teryana mengemukakan, sejak awal Lapindo melakukan

pengeboran sudah sesuai prosedur yang ditentukan. Namun, begitu terjadi semburan, muncul berbagai

persepsi yang menyebutkan bahwa itu merupakan kesalahan industri.

“Berbagai polemik pun bermunculan,” ujarnya. Sampai akhirnya, putusan MA menetapkan bahwa

semburan lumpur Lapindo merupakan fenomena alam.

Saat ini, menurut Yuniwati, sejak diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 40

Tahun 2007, penanganan teknis lumpur Lapindo sudah diambil alih pemerintah. Dalam hal ini

dtangani Badan Penanganan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Jadi, menurut Yuniwati, pihak Lapindo sudah

tidak berwenang lagi.

Dia menambahkan, menurut peta area terdampak sejak 22 Maret 2007, PT Lapindo Brantas

hanya bertanggung jawab menangani persoalan dan daerah yang terkena dampak semburan sesuai

peta itu. “Jadi, untuk yang sekarang, kita tidak berwenang lagi menangani. Baik itu daerah baru yang

terkena dampak semburan atau masalah teknis untuk menangani masalah semburan itu sendiri,”

tuturnya. (Budi Seno/A Choir)

Waspadai Lumpur Gunung Tua di Bawah SidoarjoJum’at, 01 Oktober 2010 , 07:53:00

Page 36: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Waspadai Lumpur Gunung Tua di Bawah SidoarjoLumpur Lapindo Ada sejak Zaman Majapahit

Sekelompok ilmuwan Rusia menemukan bukti bahwa lumpur Lapindo terjadi karena aktifnya kembali gunung lumpur tua yang terbentuk pada 15.000–20.000 tahun lalu. Bencana seperti itu ditengarai juga pernah terjadi pada zaman Kerajaan Majapahit.

’’GEMPA BUMI yang terjadi sekitar setahun sebelum letusan lumpur Lapindo merupakan salah satu peristiwa geologi yang membantu pembukaan saluran lumpur. Pergerakan patahan Watukosek yang terjadi terus-menerus telah membantu proses itu lebih lanjut. Gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan terjadi juga bisa menjadi sebuah kickoff yang terakhir,’’ ujar Dr Sergey V. Kadurin yang memimpin tim dari Russian Geological Research Institute (VSEGEI) kemarin (30/9).Lumpur Lapindo terjadi sekitar 10 bulan sebelum semburan pada 9 Juli 2005. Saat itu, terjadi gempa bumi dengan pusat tepat di bawah semburan lumpur dengan kekuatan 4,4 skala Richter. Kemudian, diikuti sebuah gempa lagi 16 hari sebelum semburan lumpur yang berjarak sekitar 450 kilometer dengan kekuatan 5,5 skala Richter. ’’Lalu, dua hari sebelumnya (27/5/2006), terjadi gempa 6,3 skala Richter di Jogjakarta yang berjarak 185 kilometer dari semburan lumpur,’’ jelasnya.

Sebanyak 20 peneliti lembaga itu yakin lumpur Lapindo terjadi karena beberapa kegiatan seismik yang cukup kuat sehingga mempercepat penyaluran lumpur melalui struktur tanah yang telah ada. ’’Kami menggunakan sistem informasi geologi (Geological Information System–GIS) yang memungkinkan mereka menciptakan sebuah model 3D dari formasi geologi bawah tanah,’’ lanjut dia.Kombinasi gangguan seismik itu lantas mengaktifkan kembali gunung lumpur tua. Melalui gambar 3D, tim Rusia tersebut menemukan adanya struktur dua kanal lumpur yang sangat besar di bawah Sidoarjo. ’’Terdapat dua kanal lumpur besar di bawah sana. Karena itu, kami minta pemerintah Indonesia tidak mengabaikan kemungkinan bencana yang akan datang atau lalai dalam mengambil antisipasi yang tepat,’’ ungkapnya.Penelitian tersebut diawali dari kunjungan kenegaraan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Jakarta pada September 2007 yang menyerukan hubungan kerja sama yang lebih baik antara Moskow dan Jakarta. Pihaknya tidak ingin ada debat panjang mengenai hasil penelitian tersebut. Tapi, pemerintah harus waspada dan mengambil tindakan sebaik-baiknya. ’’Kalau perlu, evakuasi penduduk di daerah sekitar,’’ tegasnya.Senior Manager Eksplorasi Pengkajian dan Manajemen Sumber Daya BP Migas (Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas) Awang Harun Satyana mengungkapkan, tragedi serupa dengan lumpur Sidoarjo pernah terjadi pada masa Majapahit. ’’Selain alasan politik, Majapahit mungkin telah mundur oleh deformasi Delta Brantas karena rentetan erupsi gunung lumpur Jombang-Mojokerto-Bangsal di kawasan sepanjang 25 kilometer,’’ katanya.Hal itu terungkap dalam Kitab Pararaton yang ditulis pada 1613 Masehi. Dalam hubungan dengan kemunduran Majapahit, kitab Pararaton mencatat beberapa bencana seperti ’’Banyu Pindah’’ yang terjadi pada 1256 Caka atau 1334 M. Lalu, bencana ’’Pagunung Anyar’’ pada 1296 Caka atau 1374 M. ’’Secara harfiah, Banyu Pindah adalah air yang berpindah dan Pagunung Anyar adalah gunung baru yang bisa jadi itu mud volcano,’’ ungkapnya.Dalam Prasasti Kelagyan (959 Caka atau 1037 M) juga diceritakan, pada suatu hari, Sungai Brantas yang semula mengalir ke utara tiba-tiba mengalir ke timur sehingga memutuskan hubungan negeri Jenggala dan laut, merusak tanaman, serta menggenangi rumah-rumah penduduk. Erlangga bertindak dengan membangun bendungan besar di Waringin Pitu dan memaksa sungai kembali mengalir ke utara. ’’Mungkin, itulah yang disebut bencana ’Banyu Pindah’,’’ jelasnya. (wir/iro)

Page 37: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Kronologi Bencana Lumpur Lapindo

Senin, 08 Januari 2009. 11:45 WIB

DOKMI/ip

01. Tanggal 5 Juni 2006, semburan lumpur panas meluas hingga menutupi hamparan sawah seluas lebih 12 hektar yang masuk dalam wilayah Desa Renokenongo dan Jatirejo. Akibat dari peristiwa ini dilaporkan pohon dan tumbuhan di sekitar lokasi yang tergenang seperti pohon sengon, pisang, dan bambu serta rumput alang-alang mulai mengering. Besarnya semburan lumpur yang keluar dari perut bumi juga menyebabkan ketinggian lumpur sedikit lebih tinggi dari badan jalan Tol Surabaya-Gempol Kilometer 38. Dari peristiwa ini, sebagian penduduk Dusun Siring Tangunan dan Dusun Renomencil berjumlah 188 KK atau 725 Jiwa terpaksa mengungsi ke Balai Desa Renokenongo dan Pasar Baru Porong.

02. Pada tanggal 7 Juni 2006, semburan lumpur panas semakin membesar dan mulai mendekati pinggir bagian Timur di Desa Siring sehingga mengancam pemukiman penduduk di desa tersebut. Kondisi ini terus memprihatinkan karena semakin hari debit lumpur yang keluar dari perut bumi semakin membesar hingga akhirnya pada 7 Juli 2006, lumpur mulai menggenangi areal pemukiman penduduk dusun Renomencil Desa Renokenongo dan Dusun Siring Tangungan, Desa Siring. Akibat dari peristiwa ini 993 KK atau 3815 Jiwa terpaksa mengungsi ke Pasar Baru Porong, atau ke rumah-rumah sanak famili yang tersebar di sejumlah tempat.

03. 10 Juli 2006, lumpur mulai menggenangi areal persawahan bagian Selatan lokasi semburan yang berbatasan dengan Desa Jatirejo, di kawasan itu juga terdapat sejumlah pabrik.

04. 12 Juli 2006 lumpur panas mulai menggenangi areal pemukiman Desa Jatirejo dan Kedungbendo akibat tanggul-tanggul penahan lumpur di Desa Renokenongo dan Siring tidak mampu menahan debit lumpur yang semakin membesar.

05. Pada bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak kurang 25.000 jiwa mengungsi. Tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur. Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur adalah lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring, lahan padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon, serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor kijang. Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat

Page 38: Artikel Lapindo 50artikel paindo

1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini. Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja. Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon). Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit .

06. Memasuki akhir September 2006, Desa Jatirejo Wetan termasuk di sini dusun Jatianom, Siring Tangunan dan Kedungbendo, tenggelam akibat tanggul penahan lumpur di desa Siring dan Renokenongo kembali jebol.

07. 22 November 2006, pipa gas milik Pertamina meledak, yang menyebabkan 14 orang tewas (pekerja dan petugas keamanan) dan 14 orang luka-luka . Peristiwa meledaknya pipa Pertamina diceritakan oleh penduduk seperti kiamat karena ledakan yang sangat keras dan api ledakan yang membumbung sampai ketinggian 1 kilo meter. Penduduk panik dan berlarian tak tentu arah. Suasana sangat mencekam dan kacau balau . Sebelumnya telah ada peringatan bahwa akibat amblesnya tanggul yang tidak kuat menahan beban menyebabkan pipa tertekan sehingga dikhawatirkan akan meledak. Namun peringatan ini tidak diindahkan oleh pihak Pertamina. Peristiwa ini juga mengakibatkan tanggul utama penahan lumpur di desa Kedungbendo rusak parah dan tidak mampu menahan laju luapan lumpur. Dari peristiwa tersebut sejumlah desa di wilayah utara desa tersebut seperti, Desa Kali Tengah dan Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera Kecamatan Tanggulangin, mulai terancam akan tergenang lumpur.

08. 6 Desember 2006, Perumtas I dan II tergenang lumpur dengan ketinggian yang beragam. Di laporkan lebih dari 2000 jiwa harus mengungsi ke Pasar Baru Porong.

09. Memasuki Januari 2007, Perumtas I dan II sudah terendam seluruhnya.

10. Memasuki April 2007, lumpur dan air mulai merendam Desa Ketapang bagian Timur akibat luapan lumpur yang bergerak ke arah Barat menuju jalan raya Surabaya Malang gagal ditahan oleh tanggul-tanggul darurat di perbatasan antara desa Kedungbendo dan Desa Ketapang. Dilaporkan lebih dari 500 orang harus mengungsi ke Balai Desa Ketapang.

11. 10 Januari 2008, Desa Ketapang Barat dan Siring Barat terendam air dan lumpur akibat tanggul di sebelah Barat yang berdekatan dengan jalan raya Malang-Surabaya jebol karena tidak mampu menahan lumpur yang bercampur dengan air hujan. Dilaporkan sekitar lebih dari 500 orang mengungsi ke Pasar Porong atau ke sanak keluarga mereka yang terdekat.

12. Dengan demikian sampai November 2008, terdapat 18 desa yang tenggelam dan/ atau terendam dan/ atau tergenang lumpur, yang meliputi: Desa Renokenongo, Jatirejo, Siring, Kedung Bendo, Sentul, Besuki, Glagah Arum, Kedung Cangkring, Mindi, Ketapang, Pajarakan, Permisan, Ketapang, Pamotan, Keboguyang, Gempolsari, Kesambi, dan Kalitengah. (*/OL-8)

sumber: Wakil Kepala Bidang Eksternal Komnas HAM Nur Kholis

Page 39: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Lumpur Lapindo Sidoarjo

Lumpur Lapindo Sidoarjo, sering orang menyebutnya LUSI, terletak di Dusun Balongnongo, Desa

Renokenongo, Kecamatan porong, Sidoarjo. mungkin lusi adalah singkatan yang diberikan, supaya

mudah di ucapkan dan di ingat. Fakta yang mengerikan karena ulah kepentingan dari segelintir orang,

tempat yang dulunya dipakai untuk bermukim dan tempat tinggal, kini hanya tinggal kenangan.

Di satu sisi, ada unsur positif yang di timbulkan oleh munculnya semburan lumpur panas Lapindo,

yakni sekarang daerah Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan porong, Sidoarjo, Jawa

Timur sejak tanggal 29 Mei 2006 menjadi satu obyek wisata daerah Sidoarjo.

Sekarang Tahun 2012, berarti sekitar 6 tahun sudah desa balongnongo, Renokenongo di guyur

semburan lumpur panas. Kawasan pemukiman, pertanian, perindustrian di tiga kecamatan sudah tidak

terlihat lagi bagai lenyap ditelan bumi.

Ini adalah fakta peristiwa yang terlihat, sebuah kejadian yang harus dialami, entah apapun itu kini

Lumpur Lapindo Sidoarjo telah menjadi sebuah obyek wisata yang tentunya juga menambah

Pendapatan bagi pemkab Sidoarjo, juga menjadi tempat penelitian bagi sebagian ilmuwan yang

mempelajari tentang MOD vulcano.

Banyak hal yang bisa di gali dari peristiwa meluapnya lumpur panas lapindo Sidoarjo, akan di bahas

di artikel selanjutnya, semoga berkenan, dan mungkin anda punya cerita yang tak terlupakan seputar

lumpur Lapindo, mari kita saling berbagi.

Page 40: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Pusat Semburan Lapindo Dijaga Ketat

Senin, 29 Maret 2010 10:40 WIB

Sidoarjo (ANTARA News) – Pusat semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas di titik 25 Desa

Mindi, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin pagi dijaga secara ekstra ketat

menjelang kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Tak seorang pun yang tidak berkepentingan diperkenankan memasuki lokasi itu. Sejak dari pusat

semburan titik 35, petugas keamanan PT Lapindo Brantas melarang orang yang tidak berkepentingan

memasuki kawasan terbatas (restricted area) itu.

“Sebaiknya tidak menunggu di sini. Bapak menunggu pemberitahuan kami selanjutnya,” kata petugas

keamanan di pusat semburan titik 35 Desa Mindi kepada seorang wartawan.

Saking terbatasnya lokasi itu, personel TNI/Polri yang mengamankan kunjungan Presiden hanya

diperkenankan berada di luar lokasi tersebut.

Pengamanan ekstra ketat juga terlihat di seputar tanggul lumpur Lapindo. Personel TNI/Polri

bersenjata lengkap sejak pagi sudah berjaga-jaga di luar tanggul yang berada di tepi Jalan Raya

Tanggulangin-Porong.

Ketatnya pengamanan itu mengakibatkan jalan raya di depan Pasar Porong, terutama yang mengarah

ke Desa Mindi macet total.

Sementara itu, saat berita ini diturunkan Presiden Yudhoyono mendengarkan paparan dari pihak

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) di Terminal VIP Bandara Juanda mengenai

penanganan dampak semburan lumpur.Presiden dijadwalkan mengunjungi pusat semburan lumpur di

titik 25 sekitar pukul 11.00 WIB sebelum melanjutkan kunjungan kerjanya ke Malang.Sebelumnya

Presiden dan rombongan akan mendengarkan paparan dari BPLS di Pendapa Kabupaten Sidoarjo.

Namun rencana tersebut dibatalkan dan paparan dilakukan di ruang VIP Bandara secara tertutup.

Diperoleh informasi, sejumlah aktivis mahasiswa akan melakukan aksi unjuk rasa setelah Presiden

meninggalkan lokasi semburan lumpur.

(M038/B010)

Page 41: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Semburan Pasif Lumpur Lapindo Jadi Aktif

20 Agustus 2010, 11:53:26| Laporan Akhmad

Semburan Pasif Lumpur Lapindo Jadi Aktif

suarasurabaya.net| Kekuatiran BPLS mengenai aktifnya kembali titik semburan pasif, kini terjadi. Seperti di RT 3 RW 1 Siring Porong semburan pasif itu jadi aktif.

Semburan dari titik yang dulunya pasif ini sangat kuat. Air keluar sangat deras dan ketinggian semburan mencapai 10 meter. Saat ini air dari yang berasal dari semburan sudah meluber hingga jalan raya Beringin.

Menurut GANDU SUYANTO Ketua RT3 RW 1 Siring saat dihubungi Suara Surabaya, Jumat (20/08), mengatakan, saat ini air sudah memasuki rumah-rumah warga.

Dia juga mengeluhkan minimnya penanganan yang dilakukan oleh BPLS. “Penanganan dari BPLS sangat minim sekali, hanya mengandalkan satu pompa dan tidak ada pengerukan,”ungkap GANDU.

Menurutnya, semburan kali ini sangat membahayakan sekali. Dengan derasnya air dan penanganan BPLS yang dirasa lambat, dikuatirkan dalam semalam wilayah RT 3 akan tenggelam. “Semburan ini sangat berbahaya bagi warga, saya takut jika terus seperti ini dalam semalam RT 3 bakal tenggelam,” ungkap GANDU.

Melubernya air dari semburan hingga ke jalan Beringin dikarenakan tanggul untuk menahan semburan yang menghadap jalan Beringin jebol. GANDU menjelaskan jebolnya tanggul mengakibatkan air meluber ke jalan raya dan masuk ke rumah-rumah warga hingga mencapai ketinggian 10 cm.

Warga juga curiga dengan derasnya air yang meluber. Menurut GANDU mungkin juga ada pipa PDAM yang bocor. Semburan lumpur dari titik yang dulunya pasif ini diketahui warga sejak Selasa (17/08) lalu. Warga juga berinisiatif menyumbat semburan serta menyedot air dengan pompa.

GANDU mengatakan selain berupa air, semburan itu juga bercampur dengan gas dan juga pasir. GANDU menjelaskan saat ini ada 5 titik semburan di RT 3.

Untuk itu, GANDU meminta Gubernur turun tangan menindaklanjuti masalah ini, agar dapat terselesaikan secepatnya. (med/tin)

Page 42: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Lumpur Lapindo Jadi Perhatian Dunia

KOMPAS/IWAN SETIYAWANSemburan lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.Senin, 15 Februari 2010 | 12:47 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com — Apakah bencana lumpur Sidoarjo atau lumpur Lapindo yang dimulai 29 Mei 2006 lalu dan masih berlangsung sampai sekarang merupakan persoalan rakyat Indonesia atau persoalan dunia? Pertanyaan itu mengemuka pada diskusi yang bertajuk “Living With The Earth” pada Sabtu akhir pekan kemarin di Museum Contemporary Art, Sydney, Australia. Diskusi itu berkaitan dengan pemutaran perdana film dokumenter bertajuk Mud Max: Investigative Documentary Sidoarjo Mud Volcano Disaster.

Banyak pihak di Tanah Air menyakini bahwa lumpur Sidoarjo merupakan peristiwa atau musibah yang terjadi akibat kesalahan prosedur pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Namun, sekarang ini tidak sedikit pula yang yakin bahwa musibah itu merupakan bencana alam yang tidak mungkin dapat dielakkan.

Namun, dari diskusi yang dilaksanakan oleh Immodicus, perusahaan pembuat film dokumenter Mud Max, yang menghadirkan pakar-pakar geologi dari Universitas Universitas Arizona, Amerika Serikat, yakni Profesor Jonathan Fink, Profesor Amanda Clarke dan Prof Hilairy Harrtnett Phd, dan Dr Adriano Mazzini periset dari Universitas Oslo, serta Profesor Ross Griffiths, Kepala Penelitian Geofisika dan Ilmu Bumi Universitas Nasional Australia, terdapat sebuah kesimpulan, tidak perlu mencari siapa yang bersalah dalam peristiwa alam itu. Yang dibutuhkan adalah bagaimana rakyat Indonesia dapat hidup bersama dengan bencana lumpur.

Fenomena alam

Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney Sudaryomo Hartosudarmo juga mengatakan, biarlah kontroversi penyebab bencana itu terus terjadi. Yang diperlukan adalah bagaimana para ahli dari seluruh dunia dapat lebih banyak mempelajari fenomena alam dahsyat yang sudah memorakporandakan kehidupan lebih dari 100.000 orang di Jawa Timur itu.

Prof Amanda Clarke mengatakan, bencana lumpur Sidoarjo pasti akan terjadi dengan atau tanpa kesalahan dari PT Lapindo Brantas. Hal itu memperkuat pernyataan Prof Jonathan Fink sebelumnya bahwa materi lumpur itu sudah ada di bawah bumi tersimpan dalam ratusan tahun dan senantiasa akan keluar cepat atau lambat dengan sebuah kejadian yang akan menjadi pemicunya.

Page 43: Artikel Lapindo 50artikel paindo

“Lumpur itu menyembur karena ada pemicunya. Kami yakin, pemicunya berkaitan dengan gempa Yogya yang terjadi dua hari sebelum lumpur itu menyembur. Menurut saya, saat ini tidak perlu kita mencari siapa yang bersalah atas lumpur itu. Yang diperlukan sekarang adalah mari kita belajar tentang lumpur Sidoarjo. Mempelajari gejala alam itu pasti akan mengajari kita bagaimana mengatur hidup bersama dengan bencana. Dengan mempelajari lumpur Sidoarjo, banyak yang bisa dipetik. Yang pasti, bencana alam itu dapat mendekatkan Indonesia dengan pelajar-pelajar dari seluruh dunia yang ingin mengetahui secara dekat. Bukan tidak mungkin dapat dilakukan kerja sama antara pakar Amerika dan Indonesia untuk mendidik pelajar Amerika yang ingin belajar tentang lumpur vulkanik,” kata Amanda, yang merupakan peneliti gejala alam yang berhubungan dengan erupsi ledakan vulkanik.

Adriano Mazzini menambahkan, gempa Yogya memicu kegiatan magmatik di lokasi Pulau Jawa. Gempa itu bahkan menghidupkan kembali kegiatan gunung berapi Semeru. Dari beberapa penelitiannya, fenomena lumpur vulkanik seperti di Sidoarjo ternyata bukan yang pertama kali terjadi di Jawa Timur.

“Gempa memunculkan reaksi terhadap kegiatan magmatik. Kami meyakini, ada kaitan akibat gempa Yogya dengan Gunung Semeru dan Lumpur Sidoarjo. Hal ini memang agak sulit dipahami oleh masyarakat awam. Namun, dari pandangan ahli geologi, hal ini sangat memungkinkan. Memang diperlukan penelitian yang lebih dalam dan lebih lama untuk mengetahui penyebab kejadian itu,” kata Adriano, yang sudah empat kali mengunjungi Indonesia untuk meneliti lumpur Sidoarjo.

Menurut Profesor Ross Griffiths, dari sisi lain, peristiwa lumpur Sidoarjo merupakan sebuah anugrah luar biasa buat kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Kejadian Sidoarjo, yang sudah berlangsung hampir empat tahun, merupakan fenomena yang sangat jarang terjadi.

“Lumpur Sidoarjo itu tantangan buat kami yang berkutat pada ilmu geologi untuk mempelajarinya. Selama ini geolog lebih banyak mempelajari fenomena vulkanik dari gunung berapi, sementara lupur Sidoarjo juga merupakan materi vulkanik, tetapi yang tidak berkaitan dengan gunung berapi. Ini sangat menarik untuk diteliti,” ujar Ross.

Perlakukan alam dengan baik

Dari pemutaran film dokumenter lumpur Sidoarjo, salah seorang pengunjung Victor Akhmetteeh Djamirze, seorang ahli teknologi dari Kavkaz, Rusia, mengaku takjub dengan gejala alam yang sangat luar biasa seperti yang terjadi di Sidoarjo. Viktor mengatakan, kejadian itu semakin menunjukkan, semestinya manusia memperlakukan alam dengan baik dan tidak pernah menyakiti.

“Nenek saya berpesan agar memperlakukan alam dengan baik. Dia mengatakan, perlakukan alam sebagai perempuan yang ingin kamu pilih sebagai istri. Kamu harus menjaganya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kita juga harus memeliharanya dengan baik agar dia dapat memberikan hal yang baik buat kita dalam hidup ini. Untuk mengeksploitasi alam diperlukan perlakuan yang sama, perlakukan dengan lembut dan kasih sayang,” ujar Viktor.

Chris Fong, Produser Eksekutif film Mud Max, menyatakan, kehadirannya di Sidoarjo awalnya sebenarnya tidak ditujukan secara khusus untuk pembuatan film dokumenter. Ketika itu, pada tahun 2007, Chris bekerja atas permintaan perusahaan perbankan asing yang ingin mengetahui kondisi menyeluruh dari musibah Sidoarjo.

“Kalaupun sekarang ini telah lahir sebuah film dokumenter Mud Max, hal ini lebih merupakan sebuah karya dari peristiwa alam untuk disaksikan oleh semua orang dari seluruh dunia untuk dapat mengetahui fenomena alam di Indonesia. Namun, di balik semua ini, kami tidak memungkiri ada tujuan komersial. Beberapa broadcastsudah menyatakan berminat untuk membeli film ini. Kami

Page 44: Artikel Lapindo 50artikel paindo

bahkan sedang berhubungan dengan National Geografic untuk proses penjualan film ini,” kata Chris.Kompas Syahnan Rangkuti

Dapatkan artikel ini di URL:

http://www.kompas.com/read/xml/2010/02/15/12471965/Lumpur.Lapindo.Jadi.Perhatian.Dunia

Aktivitas Lumpur Lapindo Meningkat Sebelum Gempa

Minggu, 6 September 2009 13:11 WIB

Lumpur Lapindo (ANTARA/Sapto HP)Jakarta (ANTARA News) – Sebelum gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter yang berpusat di Tasikmalaya, Jabar, aktivitas semburan Lumpur Lapindo di Kabupaten Sidoarjo, Jatim diketahui mengalami peningkatan cukup signifikan.

Deputi Operasi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Sofyan Hadi di Jakarta, Minggu, mengatakan, intensitas Lumpur Lapindo di pusat semburan teramati mengalami kenaikan selama lima hari sebelum gempa Tasikmalaya yang terjadi pada Rabu (2/9) pukul 14:55 WIB.

“Selama lima hari sebelum gempa, tinggi semburan naik mencapai 3-4 meter dari sebelumnya hanya maksimal 0,5 meter. Namun, saat gempa terjadi, semburan relatif tenang dan sekarang sudah normal kembali,” katanya mengungkapkan.

Menurut dia, fenomena tersebut mengindikasikan adanya korelasi besar antara peningkatan tekanan di sekitar pusat semburan Lumpur Lapindo, dengan aktivitas kegempaan tektonik di wilayah lain.

“Semburan ini `kan` konteksnya sedang terjadi tekanan. Menjelang gempa, tekanan mencapai puncaknya, namun setelah gempa, tekanan kembali tenang,” ujarnya.

Sejumlah semburan dilaporkan juga terjadi di wilayah Tasikmalaya, pascagempa yang juga dirasakan hingga ke Pulau Sumatra dan Bali tersebut.

Pakar geologi dari Universitas Trisakti, Agus Guntoro mengatakan, memang sangat dimungkinkan semburan Lumpur Lapindo terpengaruh gempa Tasikmalaya, mengingat semburan juga merupakan gejala tektonik.

“Fenomena ini semakin membuktikan, semburan lumpur Sidoarjo disebabkan bencana alam, yakni pergerakan lempeng di dalam bumi dan bukan karena aktivitas pengeboran,” katanya.

Ia menambahkan, adanya gerakan lempeng di tempat lain akan mempengaruhi struktur lempeng di Sidoarjo yang memang sudah terbuka.

Agus juga mengatakan, Lumpur Lapindo yang terus keluar sejak tiga tahun lalu juga membuktikan semburan lumpur merupakan fenomena alam dan tidak terkait dengan pengeboran sumur yang dilakukan Lapindo Brantas.

Berdasarkan analisa suhu dan volume lumpur, lanjutnya, ternyata tidak cocok dengan kondisi zona pengeboran.

Page 45: Artikel Lapindo 50artikel paindo

“Kalau terkait sumur pengeboran, tentunya tidak akan selama ini. Jadi, ini seperti halnya fenomena magma panas bumi yang bisa berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun,” katanya.

Lumpur Lapindo diketahui menyembur pertama kalinya di Desa Siring, Porong, Sidoarjo, Jatim pada 26 Mei 2006.

Dengan demikian, keluarnya lumpur sudah mau memasuki tahun keempat.

Semburan yang diketahui merupakan salah satu fenomena “mud volcano” (gunung lumpur) terbesar di dunia, pertama kali keluar di Desa Siring yang berjarak 200 meter dari lokasi pengeboran sumur di Desa Ronokenongo. (*)

COPYRIGHT © 2009

Human error to blame for Indonesia’s mud volcano: scientists

Scientists Friday unveiled fresh evidence that gas drillers were to blame for unleashing a mud volcano in Indonesia’s East Java that claimed 14 lives and displaced tens of thousands of people. 

In a paper published by the journal Marine and Petroleum Geology, a group led by experts from Britain’s Durham University said the new clues bolstered suspicions the catastrophe was caused by human error.

The company being fingered for the disaster, drilling firm Lapindo Brantas, replied in the same journal that the “Lusi” mud volcano was unleashed by an earthquake at Yogyakarta, 280 kilometres (174 miles) away.

Lusi’s mud has been devouring land and homes in Sidoarjo district since May 2006, imperilling as many as 100,000 people through subsidence and inflicting damage at 4.9 billion dollars, according to an estimate by an Australian expert.

Durham professor Richard Davies said drillers, looking for gas nearby, had made a series of mistakes.

They had overestimated the pressure the well could tolerate, and had not placed protective casing around a section of open well.

Page 46: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Then, after failing to find any gas, they hauled the drill out while the hole was extremely unstable. By withdrawing the drill, they exposed the well hole to a “kick” from pressurised water and gas from surrounding rock formations.

The result was a volcano-like inflow that the drillers tried in vain to stop, he said.

“We found that one of the on-site daily drilling reports states that Lapindo Brantas pumped heavy drilling mud into the well to try to stop the mud volcano,” Davies said in a press release.

By pumping in this heavy mud, the drillers had hoped to create sufficient pressure in the column of the well hole to block the fluid pouring in from the rupture, said Davies.

“This was partially successful, and the eruption of the mud volcano slowed down. The fact that the eruption slowed provides the first conclusive evidence that the bore hole was connected to the volcano at the time of eruption.”

He added: “This is the clearest evidence uncovered so far that the Lusi mud volcano was triggered by drilling. We have detailed data, collected over two years, that show the events that led to the creation of the Lusi volcano.”

A co-author of the discussion paper, Michael Manga, a professor at the University of California at Berkeley, added the Yogyakarta quake was too small and distant to have caused Lusi.

“The stresses produced by the earthquake were minute — smaller than those created by tides and weather,” he said.

Arguments over the causes of Lusi have become a political issue in Indonesia.

The row has hamstrung payments of compensation to people forced from their homes and farmers and factory owners who have lost agricultural land and property to the sea of mud.

Australian specialist Mark Tingay of Curtin University of Technology said last year that Lusi was filling the equivalent of 50 Olympic-size swimming pools every day and could continue spewing over the next 30 years.

Mikroba “Google” Peluang Reklamasi Lumpur Lapindo

Senin, 2 November 2009 20:10 WIB |

Bogor (ANTARA News) – Mikroba “google” membuka peluang untuk mereklamasi lahan kritis, termasuk di antaranya lahan yang terkena semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Penemu mikroba “google”, Ir Ali Zum Mashar MSi, bahkan menjamin lahan yang sudah tertimbun lumpur Lapindo bisa ditanami lagi dalam tempo satu tahun dengan perlakuan mikroba tersebut.

“Dengan menggunakan mikroba tersebut, lumpur Lapindo saya jamin bisa ditumbuhi tanaman dalam tempo satu tahun,” katanya di Bogor, Senin.

“Paling tidak, teknologi ini bisa membantu meminimalisir dampak dari melubernya lumpur tersebut, karena selama ini kita hanya fokus pada bagaimana menghentikan semburan lumpur itu,” kata peneliti Depnakertrans yang tengah mengambil program S3 di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Page 47: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Ali merupakan penerima Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa 2009 dari Pemerintah atas temuan mikroba “Google” yang diberi nama Bio P 2000 Z.

Produk mikroba yang diformulasikan dari 18 mutan mikroba unggul tersebut telah diproduksi secara massal dalam bentuk pupuk hayati cair. Produk yang sudah memperoleh hak paten internasional itu mengandung mikroba “Google” yang sudah dibuat dalam keadaan mati suri dan bisa bertahan hingga dua tahun.

Mikroba “Google” merupakan jenis mikroba yang berperan sebagai pelacak potensi mineral tanah yang tersembunyi sebagai bioaktivator tanah sehingga mampu mengkondisikan kesuburan secara alami serta menetralisir racun dalam tanaman dan membangkitkan gen yang tertidur dalam tanaman tersebut.

Disebut mikroba “Google” karena fungsinya seperti mesin pencari Google.

Ia mengatakan, reklamasi lahan yang tertimbun lumpur Lapindo tidak bisa dilakukan dengan tanaman. “Masalah yang dihadapi adalah lumpur ini mengandung unsur-unsur logam yang bersifat racun terhadap tanaman serta kecilnya partikel lumpur sehingga tanah tidak berpori,” katanya.

Selain lumpur Lapindo, mikroba “Google” juga bisa dimanfaatkan untuk mereklamasi lahan bekas tambang, limbah tambang (tailing) dan mengurai sisa minyak (sludge).

Penggunaan mikroba ini di lahan “normal” mampu meningkatkan produksi padi hingga dua kali lipat dan kedelai hingga tiga kali lipat.

Dari Gambut

Ali mengatakan, penemuan mikroba ini bermula dari keprihatinannya saat masih bertugas di Kalimantan sebagai Kepala UPT Transmigrasi.

“Saat itu Pemerintah mempunyai program sejuta lahan gambut, dan pada tahun 1996 sudah membuka sekitar 41 juta hektare lahan gambut di dekat Barito Selatan,” katanya.

Namun, lahan gambut tersebut ternyata tidak bisa ditanami karena tanah tetap masam meski telah diberi kapur serta adanya kandungan logam terendapkan yang menjadi racun bagi tanaman dan mikroba.

“Setiap tanam selalu gagal, baik itu tanam padi, jagung, kedelai, sayur. Padahal agro input dari Pemerintah sudah luar biasa,” katanya.

Bahkan, saking masamnya tanah gambut itu, petani-petani di wilayah itu sebagian besar sudah tidak mempunyai kuku kaki dan tangan. “Itu karena logam yang berinteraksi di tanah masam `memakan` kalsium kuku,” katanya.

Meski demikian ia masih menemukan beberapa jenis tanaman yang sanggup hidup di tanah yang masam tersebut sehingga Ali kemudian mencoba menanam kedelai dan ternyata bisa hidup dengan akar lebat dan rhizobium.

“Tanaman itu bisa hidup karena adanya mikroba tertentu di dalamnya,” katanya.

Mikroba itu kemudian dikembangkannya dan dikloning dengan beberapa jenis mikroba lain.

Temua itu terus dia kaji hingga akhirnya dia menemukan mikroba “Google”.

Page 48: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Film Lumpur Lapindo Diluncurkan di AS

Minggu, 15 November 2009 16:40 WIB |

Lumpur Lapindo/ilustrasi (ANTARA/Eric Ireng)@Scottsdale, Arizona (ANTARA News) – Masyarakat dunia, termasuk Indonesia, tidak lama lagi dapat menyaksikan sebuah film dokumenter tentang tragedi bencana Lumpur Lapindo, “Mud Max”.

Film yang diproduksi oleh Immodicus SA dan Arizona State University School of Earth and Space Exploration itu diluncurkan pada Jumat (13/11) malam di Scottsdale, Arizona.

Peluncuran yang berlangsung di Hotel Mondrian itu dilanjutkan dengan diskusi panel oleh beberapa ahli geologi tentang fenomena lumpur panas yang mulai menyembur di lahan eksplorasi minyak dan gas PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, pada 29 Mei 2006 itu.

“Mud Max” mengungkap berbagai fakta menyangkut kasus tersebut dari segi keilmuwan, ekonomi, kemanusiaan dan politik.

Dalam “Mud Max”, dimunculkan pendapat bertentangan dari sejumlah ahli tentang penyebab munculnya lumpur, apakah kejadian alam atau kesalahan manusia.

Dalam diskusi panel, Juru Bicara Immodicus SA, Avian Tumengkol, mengatakan film Mud Max tidak diarahkan untuk menentukan apakah semburan lumpur itu merupakan bencana alam atau akibat dari kesalahan manusia.

“Film ini untuk memberi pemahaman, temuan-temuan dan pandangan-pandangan dari kedua pihak. Tujuan film ini adalah untuk memberi kesempatan kepada publik menentukan pemikiran dan pemahaman mereka sendiri untuk menyimpulkan mana yang benar,” kata Avian.

Menurut Produser Eksekutif “Mud Max”, Chris Fong, beberapa stasiun televisi asing telah menyatakan tertarik untuk memutar film berdurasi 47 menit itu..

“Metro TV di Indonesia juga menyatakan minatnya untuk menayangkan film ini,” katanya.

Kontroversi adalah faktor utama yang membuat Chris Fong tertarik memproduksi film soal kasus lumpur Lapindo.

“`Audience` akan tertarik dengan kontroversi…Saya lihat isu ini ternyata lebih rumit dan unsur politisnya demikian kuat,” ujar Chris.

Permasalahan yang demikian rumit sempat membuat ia sendiri kehilangan kesabaran.

“Saya benar-benar hampir menyerah karena sulit sekali mendapatkan jawaban-jawaban,” cetusnya.

Namun, film tersebut akhirnya dapat diselesaikan setelah melewati berbagai riset selama satu tahun dan wawancara dengan berbagai sumber.

Komentar dan keterangan dirangkum dari berbagai pihak, termasuk dari para korban dampak luapan lumpur, pemerintah daerah, pihak PT Lapindo Brantas, Walhi dan BP Migas.

Beda Pendapat

Page 49: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Di bagian akhir tayangan, “Mud Max” menaruh catatan tentang keputusan Mahkamah Agung pada Mei 2009 bahwa PT Lapindo Brantas dibebaskan dari tuduhan dan pemerintah akan mengambil alih tanggung jawab penanggulangan banjir lumpur di Sidoarjo dari Lapindo Brantas.

Bagian itu juga mengungkapkan kecenderungan bahwa kontroversi soal Lumpur Lapindo akan terus berlanjut, demikian pula perbedaan pendapat di kalangan pakar tentang penyebab luapan lumpur di Sidoarjo.

“Mud Max” melaporkan bahwa simposium tentang lumpur Lapindo yang diadakan London Geological Society dan American Association of Petroleum Geologists (AAPG) Oktober 2008, misalnya, tidak dapat membuktikan pembenaran ilmiah tentang penyebab menyemburnya lumpur.

Sebelumnya menurut catatan media, simposium yang diadakan di Cape Town, Afrika Selatan, itu diakhiri dengan pemungutan suara karena pendapat-pendapat yang disampaikan para ahli tentang penyebab lumpur Lapindo sangat bertentangan.

Pemungutan suara yang diikuti oleh 74 ahli perminyakan dunia menunjukkan bahwa 42 ilmuwan mendukung teori bahwa pengeboran ladang Banjar Panji 1 di Sidoarjo yang dilakukan oleh Lapindo Brantas merupakan penyebab menyemburnya lumpur.

Tiga ilmuwan setuju dengan pendapat bahwa semburan lumpur pada 29 Mei 2006 itu disebabkan gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta dua hari sebelumnya.

Enam belas ilmuwan menganggap bukti-bukti yang disampaikan para pakar pembicara tidak meyakinkan; dan 13 ilmuwan lainnya mendukung pendapat bahwa luapan lumpur merupakan kombinasi dampak dari terjadinya gempa bumi serta pengeboran di ladang eksplorasi.

Menurut Chris Fong, “Mud Max” dengan naskah versi Bahasa Indonesia akan diluncurkan di Indonesia pada Januari 2010.

Walhi Laporkan Kasus Lapindo ke KPK

Selasa, 15 Desember 2009 15:10 WIB |

Dua aktivis Walhi melakukan aksi teatrikal di depan gedung KPK, Jakarta, Selasa (15/12).

(ANTARA/Rosa Panggabean)Jakarta (ANTARA News) – Lembaga swadaya masyarakat Wahana

Lingkungan Hidup (Walhi), Selasa, mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan

melaporkan dugaan korupsi dalam penanganan luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Juru bicara Walhi, Erwin Usman, mengatakan bahwa laporan itu terkait dengan pengelolaan keuangan

negara yang diduga tidak sesuai aturan.

Dalam laporannya, Walhi menyertakan data audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2007.

Hasil audit itu menyatakan adanya aliran uang negara sebesar Rp4 triliun untuk menangani kasus

Lapindo.

Page 50: Artikel Lapindo 50artikel paindo

Aliran itu layak dipertanyakan karena dilakukan ketika proses hukum perdata masih berlangsung di

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

“Policy aliran dana sebelum keputusan hukum itu berisiko,” kata Erwin.

Selain menyertakan hasil audit BPK, Walhi juga melengkapi laporan dengan dokumen yang dibuat

oleh sebuah perusahaan pertambangan Medco. Dokumen itu memaparkan 12 kesalahan pengeboran

yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas.

Disamping perkara dugaan korupsi, Walhi menyertakan hasil penyelidikan Komnas HAM yang

mengidentifikasi 18 jenis dugaan pelanggaran HAM. Hasil penyelidikan itu juga menyatakan satu

indikasi pelanggaran HAM berat berupa pemindahan warga secara paksa ke lokasi pengungsian.

Melalui laporan ke KPK, Walhi juga menyatakan ada dugaan korupsi dalam penerbitan Surat Perintah

Penghentian Penyidikan (SP3) oleh Polda Jawa Timur untuk perkara pidana Lapindo.

Sementara itu, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, KPK akan menelaah laporan Walhi

tersebut. KPK akan bertindak sesuai prosedur operasional standar yang biasa dilakukan oleh KPK.

“KPK hanya berwenang tangani tindak pidana korupsi yang ada hubungannya dengan penyelenggara

negara dan penegak hukum,” kata Johan.

Johan membenarkan bahwa KPK pernah memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait aliran

dana untuk menyelesaikan kasus Lapindo.

“Waktu itu kita memang pernah memberi saran ke pemerintah, jika terbukti bukan karena bencana

alam, apa yang diberikan pemerintah harus dikembalikan,” kata Johan.