artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

20
1 Universitas Indonesia HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : SYARIFAH RATNAWATI NPM : 0806348495 Tanda Tangan : Tanggal : 17 Pebruari 2013 Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

1

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : SYARIFAH RATNAWATI

NPM : 0806348495

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Pebruari 2013

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 2: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

2

Universitas Indonesia

FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yunita T Winarto

NIP/NUP : 195006011981032001

Pembimbing dari mahasiswa S1/S2/S3*:

Nama : Syarifah Ratnawati

NPM : 0806348495

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Program Studi : Antropologi

Judul Naskah Ringkas : Introduksi Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu Pasca Ledakan

Wereng Batang: Apakah Terjadi Perubahan Praktik pada Petani Coklat Desa

Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo?

Menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa, diperbaiki, dipertimbangkan dan dinyatakan

dapat diunggah di UI-ana (lib.ui.ac.id/unggah) dan (pilih salah satu dengan memberi) tanda silang :

☐ Dapat diakses dan dipublikasikan di UI-ana (lib.ui.ac.id).

☐ Akan diproses diterbitkan pada Jurnal Prodi/Jurusan/Fakultas di UI.

☐ Akan diterbitkan pada prosiding seminar nasional pada Seminar

………………………………………………………………

yang diprediksi akan dipublikasikan pada …………(bulan/tahun terbit)

☐ Akan diterbitkan pada Jurnal Nasional yaitu

……………………………………………………………… (nama jurnal),

yang diprediksi akan dipublikasikan pada …………(bulan/tahun terbit)

☐ Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan diterbitkan pada prosiding Konferensi

Internasional pada ………………………………………………

yang diprediksi akan dipublikasikan pada …………(bulan/tahun terbit)

☐ Naskah ringkas ini baik, dan akan diubah/digabung dengan hasil penelitian

lain dan ditulis dalam bahasa Inggris untuk dipersiapkan ke jurnal

internasional, yaitu: …………………………………………..

dan akan akan dipublikasikan pada …………………(bulan/tahun)

☐ Ditunda publikasi onlinenya karena akan/sedang dalam proses paten/HKI

Depok, 14 Pebruari 2013

( Yunita T Winarto )

Pembimbing Skripsi/Tesis/Disertasi*

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 3: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

3

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

___________________________________________________________________

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Syarifah Ratnawati

NPM : 0806348495

Program Studi : Antropologi

Departemen : Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Jenis Karya : Skripsi/Tesis/Disertasi/Karya Ilmiah*: Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right)

atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Introduksi Sekolah Lapang(an) Pengendalian Hama Terpadu Pasca Ledakan Hama Wereng

Batang Coklat: Apakah Terjadi Perubahan Praktik Pada Petani di Desa Kebonharjo,

Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten?

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini

Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam

bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal :17 Pebruari 2013

Yang menyatakan

( Syarifah Ratnawati )

* Contoh Karya Ilmiah: makalah non seminar, laporan kerja praktek, laporan magang, dll

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 4: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

4

Universitas Indonesia

Introduksi Sekolah Lapang(an) Pengendalian Hama Terpadu Pasca

Ledakan Hama Wereng Batang Coklat: Apakah Terjadi Perubahan

Praktik Pada Petani di Desa Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten?

Syarifah Ratnawati

0806348495

FISIP/Antropologi

Pembimbing: Yunita T Winarto

Abstrak

Skripsi ini mengaji individu petani belajar dengan cara orang dewasa, yakni dengan cara

melakukan pengamatan dan pengambilan keputusan dari hasil pengamatan yang telah

dilaksanakannya. Tulisan ini tidak hanya menjelaskan mengenai individu petani belajar, tetapi

juga mengulas mengenai pengayaan skema pengetahuan yang diperolehnya dalam strategi

budi daya tanaman padi setelah mengikuti kegiatan SLPHT. Pengayaan skema pengetahuan

yang diperoleh di SLPHT berupaya diwujudkan oleh beberapa petani dalam praktik

mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Upaya penerapan gagasan PHT yang

dilakukan oleh petani pun bervariasi. Hal itu dipengaruhi oleh faktor kepemilikan lahan dan

sistem bagi hasil, motivasi, emosi, minat dan tujuan setiap petani. Selain itu, skripsi ini

menjabarkan mengenai tentang alih pengetahuan yang dilakukan oleh petani PHT ke non-

PHT dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman.

Kata kunci: Alih pengetahuan; ledakan hama WBC; petani; prakti;, skema pengetahuan;

variasi.

Abstract

This thesis examines learning farmer individual using method for adult, namely by doing

observation and making decision from the results of the observations that have been

conducted. This thesis not only explains the learning farmer individual itself, but also reviews

the enrichment of knowledge schema gained from the rice cultivation strategy after following

the IPM’s activities. The enrichment of knowledge schema that gained from IPM is attempted

to be applied by some farmers in controlling pests and diseases. The application of IPM’s

idea by farmers was also varied. It was influenced by the factors of land ownership and

sharing system, motivation, emotions, interests and goals of each farmer. In addition, this

thesis describes the transfer of knowledge from the IPM farmers to the non-IPM farmers in

controlling pests and diseases.

Keywords: Knowledge transfer; brown planthopper outbreaks; farmers; practices;

Knowledge; schema; variation

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 5: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

5

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Artikel berjudul “Introduksi Sekolah Lapang(an) Pengendalian Hama Terpadu Pasca Ledakan

Hama Wereng Batang Coklat: Apakah Terjadi Perubahan Praktik pada Petani di Desa

Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten?” ini berupaya menyajikan fenomena

individu petani belajar dengan cara orang dewasa, yakni dengan cara melakukan pengamatan

dan pengambilan keputusan dari hasil pengamatan yang telah dilaksanakannya. Artikel ini

tidak hanya menjabarkan mengenai individu petani belajar, tetapi juga mengulas mengenai

pengayaan pengetahuan yang diperolehnya dalam strategi budi daya tanaman padi setelah

mengikuti kegiatan SLPHT. Selain itu, artikel ini menjelaskan tentang alih pengetahuan yang

dilakukan oleh petani pengendalian hama terpadu (selanjutnya disebut petani PHT) ke petani

non-PHT mengendalikan organisme pengganggu Tanaman (OPT).

Tulisan ini mencoba menunjukkan bahwa individu petani belajar dari peristiwa yang

terjadi di dalam kehidupannya dan mencoba mempraktikkan hasil belajar yang diperolehnya

untuk menghindari terulangnya sebuah peristiwa yang merugikan diri sendiri dan lingkungan

hidupnya. Peristiwa yang dimaksud adalah ledakan hama yang dapat menyebabkan kegagalan

panen yang dialami oleh petani. Penjabaran fenomena individu petani belajar dengan cara

orang dewasa dalam artikel ini bertujuan untuk mendukung dan melengkapi temuan yang

telah dilakukan dalam penelitian Vayda dan Setyawati (1998) dan Winarto (2004a) tentang

pembelajaran petani yang diperoleh di SLPHT dan penerapan pengetahuan dalam praktik

mengendalikan OPT.

Vayda dan Setyawati (1998) melakukan penelitian pada petani di Yogyakarta tahun

1990-1992, mereka melihat bahwa perubahan pengetahuan dan praktik tidak berlangsung

dalam waktu singkat. Perubahan tersebut terjadi dalam rentang waktu selama dua tahun.

Petani yang telah mengikuti kegiatan SLPHT ternyata belum dapat mengaktifkan

pengetahuan yang diperolehnya dalam praktik budi daya tanaman padi segera setelah selesai

mengikuti pelatihan pada musim tanam selanjutnya. Pada tahun 1992, mereka mengunjungi

kembali petani di Yogyakarta tersebut.

Ternyata, beberapa petani mengaktifkan pengetahuan yang diperoleh di SLPHT dalam

mengendalikan hama. Dalam tulisannya tersebut, mereka beragumentasi bahwa tingkah laku

penduduk setempat dan pengetahuan yang melandasinya dapat merupakan hal yang

bermanfaat untuk menjadi pokok kajian Antropologi. Mereka menekankan bahwa tingkah

laku dan pengetahuan itu dapat menjadi fokus kajian sekali pun tidak dikenali sebelumnya

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 6: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

6

Universitas Indonesia

sebagai hal yang secara budaya dinilai tepat, secara sosial diterima, atau dalam cara-cara yang

penting, dipengaruhi oleh model-model budaya yang spesifik tentang dunia yang

melingkupinya. Hal itu menunjukkan bahwa tidak hanya faktor budaya yang dapat

memengaruhi terwujudnya suatu tindakan individu, tetapi adanya faktor pengayaan

pengetahuan yang diperoleh individu yaitu melalui SLPHT.

Dalam periode yang sama (1990–1992), Winarto (2004a) melakukan penelitian pada

petani di Subang yang mengalami serangan hama penggerek batang padi putih (PBPP) .Ia

menemukan bahwa petani yang belajar di SLPHT mencoba mempraktikkan pemahaman yang

diperoleh pada kegiatan tersebut dalam situasi terjadinya serangan PBPP selama empat

musim tanam. Petani yang telah mengikuti kegiatan SLPHT memperoleh pengayaan skema

pengetahuan dan perubahan praktik dalam budi daya tanaman padi. Upaya petani di Subang

dalam mencoba mempraktikkan hasil belajar yang diperoleh di SLPHT berlangsung secara

singkat. Perubahan tersebut belangsung selama dua tahun setelah tiga dekade revolusi hijau

mengendalikan hama dengan pemahaman pestisida sebagai “obat” .

Melalui SLPHT itulah petani diperkenalkan pengetahuan ilmiah dalam strategi budi

daya tanaman padi. SLPHT lahir melalui Inpres No.3 tahun 1986 sebagai kebijakan nasional

dalam rangka mengupayakan peningkatan produksi padi dengan strategi pengendalian hama

secara terpadu untuk mengurangi penggunaan pestisida yang dapat menyebabkan meledaknya

populasi hama wereng batang coklat (WBC) pada tahun 1980-an (lihat Fox 1991; lihat pula

Winarto 2004a). Program SLPHT itu pun diterapkan pada kelompok tani pada berbagai desa,

pada tahun 1995 kegiatan SLPHT pertama kali diintroduksikan di desa Kebonharjo,

Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Melalui kegiatan tersebut, petani memperoleh

pengetahuan dalam mengendalikan OPT secara tepat. Namun, dalam kurun waktu 1995-2010

ternyata pemahaman yang diperoleh petani di SLPHT belum dapat diaktifkan karena tidak

ada pendampingan kembali yang dilakukan oleh POPT setelah kegiatan tersebut selesai

dilaksanakan. Pada praktiknya petani PHT masih menggunakan pestisida secara berjadwal

dan tidak bijak dalam mengendalikan OPT.

Praktik petani dalam mengendalikan OPT yang tidak tepat (penyemprotan pestisida

yang tidak bijak) tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya ledakan

hama WBC, selain perubahan iklim (pengaruh La Niña) sebagai faktor kondusif yang

memengaruhi ledakan tersebut (Stigter 2012). Stigter (2012) juga mengutarakan bahwa

perubahan iklim dan terjadinya ledakan hama WBC hanya dapat dikonfirmasi dari hubungan

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 7: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

7

Universitas Indonesia

statistik. Fox (1991, 2012) menyatakan bahwa praktik penyemprotan petisida yang tidak tepat

sasaran itu menyebakan ledakan hama WBC karena dapat memusnahkan musuh alami dan

kebalnya hama WBC. Stigter (2012) mengemukakan pula bahwa ledakan hama WBC terjadi

karena petani melakukan penanaman hibrida dan varietas padi lain yang dianggap tidak tahan

hama, penggunaan pupuk kimia, penanaman padi sepanjang tahun yang dapat menyediakan

makanan bagi hama (lihat juga Bottrell dan Schoenly 2011).

Pada musim tanam tahun 2009 telah terjadi ledakan hama WBC berawal dari

kabupaten Juwiring Kecamatan Klaten. Ledakan hama yang terjadi pada kabupaten tersebut

kemudian menyebar ke beberapa kabupaten yaitu Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo merupakan

salah satu 'keranjang beras' paling produktif di seluruh Jawa Tengah dengan produksi beras

rata-rata lebih dari 6 ton per hektar. Sebagian besar dari ketiga kabupaten tersebut ditanami

padi tiga kali dalam setahun dengan luas tanam tahunan sebesar lebih dari 150.000 hektar

(lihat Winarto dkk., 2011). Serangan hama yang terjadi tersebut mengancam produksi beras di

ketiga kabupaten itu dan wilayah Jawa Tengah (Winarto dkk., 2011). Pada tahun 2010-2011

ledakan hama wereng batang coklat (WBC)1 terjadi pula di Desa Kebonharjo.

Ledakan hama WBC yang terjadi pada tahun 2010–2011 menyebabkan petani

mengalami gagal panen selam 3 musim tanam tahun 2010–2011 dan kehadiran SLPHT pada

tahun 2011 merupakan momentum penting bagi petani Kebonharjo untuk menambah

pengetahuannya dalam mengendalikan hama. Kegiatan tersebut dilakukan selama 1 musim

tanam. Melalui SLPHT itu pula petani mendapatkan pemahaman pengendalian hama secara

tepat dan tidak menggunakan pestisida bila tidak diperlukan. Setelah mengikuti kegiatan

tersebut, apa saja praktik baru dalam budidaya tanaman padi yang dilakukan petani? Gagasan

apa saja yang diaktifkan oleh petani PHT tersebut dalam rangka menghasilkan keluaran?

Respon Pemerintah, LSM YIS dan Petani dalam Mengendalikan Hama WBC

Serangan hama WBC di Desa Kebonharjo terjadi pada awal tahun 2010 hingga pertengahan

tahun 2011 yang mengakibatkan kegagalan panen selama tiga musim. Menurut Kepala Desa

dan Ketua kelompok tani, serangan hama WBC di Desa Kebonharjo diperkirakan berasal dari

1Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) adalah serangga yang memiliki kesuburan tinggi dan mobilitas

tinggi untuk menyerang sawah. Wereng betina dapat menghasilkan sampai 400 telur dalam satu generasi selama

20 hari. Wereng batang coklat dapat terbang dan tersebar dalam radius 20 km. Dalam jumlah besar, wereng

batang coklat dapat menghancurkan tanaman padi dalam satu hari dan menyebabkan apa yang disebut

‘hopperburn’ (Fox 2012).

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 8: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

8

Universitas Indonesia

Kecamatan Juwiring. Hama WBC merupakan serangga yang dapat terbang dan tersebar

dalam radius 20 km (Fox 2012). Bottrell dan Schoenly (2011:124) menguratakan bahwa

“Migration aided by weather frontal systems ensures that some members of a migrating

population will reach distances of several hundred kilometers.” Selain itu, apabila hama

WBC yang dijumpai di lahan padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan apa yang disebut

‘Hopperburn’ (Fox 2012 ).

Tabel 1.1 Respon Petani Sari Makmur Desa Kebonharjo dalam Mengendalikan Hama WBC

Musim

Respon

Petani

Musim Hujan 2010

Januari-April

Musim Kemarau

Basah I 2010

Mei-Agustus

Musim Kemarau

Basah II 2010

September-

Desember

Musim Hujan 2011

Januari-April

Varietas yang

Ditanam

Praktik

Pengendalian

WBC

Kondisi lahan

Pola tanam tidak

serempak

varietas: IR 64,

Memberamo, Inpari 1

dan situbagendit.

Menyemprot

pestisidakimiaberlebih:

BPMC,

Dimehipo,Fipronil

,Imadakloprid.

Sebagian petani

Memberaukan

tanah dan

sebagian petani

lainnya tetap

menanam padi

dengan varietas

Situbagendit,

Umbul-umbul dan

IR 64.

Petani yang tidak

mem-bera-kan

lahan tetap

menyemprot

pestisida dengan

Fipronil, BPMC

dan Alfametrin.

Petani masih

mengalami gagal

panen.

Pola tanam tidak

serempak dengan

varietas: IR 64,

Memberamo,

Umbul-umbul,

Situbagendit

Beberapa petani

masih ada yang

mem-bera-kan

tanah.

Tetap

menyemprot

pestisida kimia

dengan bahan

aktif :

Imadakloprid,

BPMC dan

Fipronil

Petani masih

gagal panen.

Mencoba menanam

varietas: Inpari 1,

Inpari 2, Inpari 6,

Inpari 8, Umbul-umbul,

Waiapu dan

Situbagendit

Pemerintah

memberikan bantuan

pestisida imidakloprid.

Petanitetap

menyemprot pestisida

kimia dengan bahan

aktif,

Fipronil,Imadakloprid,

BPMC, Dimehipo.

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 9: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

9

Universitas Indonesia

Petani mengalami

gagal panen.

Petani memperoleh

panen tetapi tidak

maksimal

(Sumber: Hasil penelitian lapangan Syarifah Ratnawati, 2011)

Respon pemerintah pada musim selanjutnya (mulai bulan Mei 2011) dalam upaya

menyelamatkan kondisi pangan adalah dengan cara membuat sebuah program menanam

secara serempak dengan menanam varietas Inpari 13 yang dikatakan sebagai varietas tahan

wereng. Program tersebut disosialisasikan kepada seluruh desa di Kecamatan Polanharjo

tetapi, Desa Kebonharjo menolak karena telah menanam padi terlebih dahulu dan tidak

bersedia untuk dirombak sawahnya. Ketika tetangga Desa Kebonharjo melaksanakan program

penamanan Inpari 13 secara serempak, di Desa Kebonharjo tengah dilaksanakan introduksi

program SLPHT. Bagaimana pelaksanaan SLPHT berlangsung?

Pelaksanaan sekolah lapang(an) pengendalian hama terpadu (SLPHT)

Kegiatan SLPHT tanaman padi dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan yang dilaksanakan

setiap minggu selama satu musim tanam. Kegiatan pertemuan dipandu oleh petugas pemandu

dan setiap akhir pertemuan ada kegiatan refleksi. Setiap kali pertemuan peserta melakukan

pengamatan terhadap agroekosistem lahan pengamatan, yakni kondisi tanah, air, cuaca,

pertumbuhan jumlah anakan padi, populasi hama dan musuh alami serta mendiskusikan hal

yang ditemukan saat melakukan pengamatan untuk mengambil keputusan strategi

pengendalian budi daya tanaman padi khususnya pengendalian OPT. Selain itu, materi yang

diperkenalkan dalam kegiatan SLPHT adalah mengenal musuh alami, siklus hidup hama

WBC, mempelajari penyakit tanaman padi dan penanggulangannya berdasarkan ambang

ekonomi OPT serta cara menggunakan pupuk kimia diimbangi dengan pupuk organik.

Pemupukan yang dianjurkan adalah penggunaan pupuk kandang sebanyak 1,5-2 ton/ha dan

pupuk urea sekitar 250 kg/ha yang dilakukan tiga kali selama satu musim tanam. Selain itu,

petani juga diintroduksikan penggunaan pestisida yang tepat sasaran, yakni stadia nimfa

dianjurkan untuk menggunakan pestisida berbahan aktif Buprofezin dan stadia dewasa

menggunakan pestisida berbahan aktif BPMC (lihat laporan akhir SLPHT tanaman padi di

Desa Kebonharjo 2011; lihat pula Oka 1991).

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 10: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

10

Universitas Indonesia

SLPHT: Pengayaan Skema Pengetahuan Petani

Bertepatan dengan ledakan hama WBC yang terjadi di Desa Kebonharjo pada tahun 2010-

2011, pelaksanaan SLPHT tahun 2011 bagaikan sebuah ‘pencerahan’ bagi petani dalam

memahami situasi yang terjadi. Kondisi tersebut juga terjadi pada petani di negara Vietnam,

Kamboja dan Indonesia yang mengapresiasikan kehadiran SLPHT sebagai sebuah periode

pencerahan dalam memperkaya pengetahuan mereka (Winarto 2004b:249).

SLPHT dianggap memberikan ‘pencerahan’ kepada petani Kebonharjo karena

sebagian besar petani belum memahami penyebab terjadi ledakan hama WBC yang terjadi

pada tahun 2010-2011. Petani mengganggap bahwa ledakan hama WBC tersebut merupakan

sebuah musibah yang mereka alami. Dalam skema pengetahuan petani, unsur pengetahuan

mengenai peran musuh alami, pengamatan agroekosistem dan penggunaan pestisida secara

bijak belum menjadi bagian pemahaman mereka dalam budi daya tanaman padi. Oleh karena

itu, pelaksanaan SLPHT tersebut memungkinkan petani memperoleh gagasan yang

memperkaya skema pengetahuan mereka. (lihat Winarto 2004b, 2011b). Menurut Strauss dan

Quinn (1997:49) skema adalah “...collections of elements that work together to process

informationat a given time. ” Berdasarkan skema itulah unsur-unsur pengetahuan diaktifkan

individu untuk menginterpretasikan informasi yang baru.

Skema pengetahuan yang dimiliki individu dapat diperkaya dengan adanya

rangsangan-rangsangan baru sehingga rangsangan-rangsangan yang diterima mengaktifkan

unsur pengetahuan yang sudah ada dan dapat mewujudkan kombinasi-kombinasi unsur-unsur

pengetahuan yang baru (lihat Choesin 2002; lihat pula Winarto 2004b). Melalui strategi budi

daya tanaman padi yang diperoleh di SLPHT, beberapa petani memperoleh pengayaan

pengetahuan dalam mengendalikan OPT. Berdasarkan pengayaan skema pengetahuan yang

telah diperoleh petani di SLPHT mengenai pengendalian OPT dan penggunaan Beauveria

Bassiana, Apakah pengetahuan tersebut dapat diacu dan diwujudkan dalam rangka perubahan

praktik?

Perubahan Perilaku: Siapakah Sang Petani?

Upaya penerapan strategi PHT oleh petani Kebonharjo ternyata bervariasi. Terjadinya variasi

itu sejalan dengan argumentasi Winarto (2004a) bahwa praktik dalam menerapkan strategi

PHT itu terkait dengan posisi petani dalam status kepemilikan lahan dan sistem bagi hasil.

Berdasarkan status kepemilikan lahan, seorang petani dapat memiliki kewenangan ‘penuh’

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 11: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

11

Universitas Indonesia

atau tidak dalam menentukan strategi budidaya tanaman padi (lihat Winarto, dkk., 2012).

Selain terkait dengan hal tersebut, penerapan strategi PHT oleh petani juga dipengaruhi oleh

konteks. Konteks merupakan hubungan sebab-akibat yang kompleks dalam menjelaskan

interaksi atau tindakan yang dilakukan oleh individu (Vayda 1983). Dalam fenomena SLPHT,

Bagaimana introduksi strategi PHT dapat diterapkan oleh petani dari beragam kepemilikan

lahan dan sistem bagi hasil ?

Tabel 1.2 Praktik ajaran SLPHT oleh alumni dariberagam kepemilikan lahan dan sistem bagi

hasil garapan

No Kepemilikan-bagi

hasil garapan

Praktik ajaran SLPHT

1 Petani pemilik tidak

menggarap sendiri

Kasus A: Mempercayakan pengelolaan sawahnya pada

penggarap, tidak melakukan gehtok tular pada petani

lain, karena ia tidak pernah bertani dan tidak mengontrol

sawahnya.

Kasus B: berbeda dengan kasus A , pemilik lahan

melakukan gethok tular ke petani mengenai peran musuh

alami dan konsekuensi penyemprotan pestisida yang

tidak bijak sehingga petani penggarapnya mulai

melakukan praktik untuk tidak menyemprot pestisida

saat tidak ada hama

2 Petani pemilik-

penggarap

Kasus A: Ketua kelompok tani yang suka bereksperimen

mencampur bermacam “obat” sebelum ikut SLPHT.

Setelah ikut SLPHT ia mencoba melakukan: pengamatan

rutin, tidak menyemprotkan pestisida jika tidak ada

hama, mengurangi penggunaan pupuk kimia, dan

menggunakan Beauveria bassiana. Memperoleh panen

dengan harga tebasan Rp 4.000.000,00 –

Rp 5.000.000,00- per patok. sebelum ikut SLPHT Rp

3.000.000,00 – Rp 3.500.000,00-. Per patok

Kasus B:

Perolehan harga tebasan yang tinggi juga dialami oleh

Pak Mr dan Pak wd setelah menerapkan asupan SLPHT.

Skema pengetahuan yang diacu dalam rangka perubahan

praktiknya adalah tidak menyemprot pestisida saat tidak

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 12: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

12

Universitas Indonesia

ada hama dan mengurangi penggunaan pupuk kimia dari

40–60 kg ke 25–30 kg dan mengimbanginya dengan

pupuk organik sebanyak 1 kwintal per patok. Pak Mr dan

Pak Wd memperoleh harga tebasan sekitar Rp

3.500.000,00 – Rp 4.500.000,00.- per patok. Sebelum

mengikuti SLPHT mereka memperoleh Rp 2.000.000,00

– Rp.4.000.000,00.- per patok.

Kasus C: berbeda dengan kasus A dan B, petani ini

memiliki pemahaman mengenai konsekuensi

penyemprotan hama yang tidak bijak tetapi masih

menyemprot pestisida kimia Fipronil sebanyak satu kali

selama musim tanam sebagai upaya pencegahan

serangan hama. perubahan praktik yang telah dilakukan

adalah mulai mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Dalam perolehan panen, mendapatkan harga tebasan

sebesar Rp 3.500.000,00.- per patok

3 Petani penggarap

sistem maro

Kasus A: Hasil panen padi bukan sumber penghasilan

utama keluarga karena ia mengelola toko kelontong dan

hanya menggarap satu patok sawah. Ia tidak melakukan

pengamatan seperti diajarkan di SLPHT dengan alasan

kesibukan mengelola tokonya. Ke sawah bila akan

memupuk dan akan panen, tetapi ia mulai mengurangi

penggunaan pupuk dan pestisida kimia.

Kasus B: Berbeda dari A, B mengamati sawah lebih

sering dan rutin untuk mengantisipasi kondisi ekosistem

sawah, juga untuk mengontrol air. Perubahan dalam

penyemprotan pestisida yang akan dilakukan bila

populasi hama sekitar 25—30 ekor/rumpun.

Menggunakan Beauveria bassiana untuk pencegahan

terhadap hama. Mengurangi pupuk kimia, menggunakan

pupuk berimbang dan pupuk organik

4 Petani penggarap

sistem mrapat

Kasus A: Semua biaya produksi ditanggung pemilik.

Meskipun memahami ajaran di SLPHT, tidak dapat

mengubah praktik yang telah ditetapkan pemiliknya.

Misalnya dalam penggunaan pupuk kimia.

Kasus B: Menggarap dengan sistem mrapat Sebelum

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 13: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

13

Universitas Indonesia

ikut SLPHT, B menyemprot sawah 3 kali dalam satu

musim tanam meski tidak ada hama. Setelah ikut

SLPHT, tidak menyemprot jika tidak ada hama.

Melakukan pengamatan rutin ,mengurangi pupuk kimia,

dan menggunakan Beauveria bassiana. Panen mencapai

harga tebasan Rp 5.500.000,00.-

5 Petani penggarap

sistem mertelu

Petani tua yang telah berpengalaman dan

mengembangkan strateginya sendiri yang dipelajari dari

orang tua, misalnya membuat ramuan nabati untuk

dicampur dengan Fipronil. Tetap mempraktikkan ramuan

itu didasarkan keyakinan atas manfaatnya.

6 Petani perempuan Kasus A: Menggantikan suaminya yang buta aksara.

Tidak sempat mengolah lahannya karena kesibukan

membuat dan menjual kerajinan tangan. Mengalami

kesulitan memberitahu suaminya tentang apa yang

dipelajari di SLPHT.

Kasus B: berbeda dengan kasus A, petani perempuan ini

aktif untuk memberitahu suaminya mengenai asupan

PHT dan suaminya merespon positif tindakan yang

dilakukan oleh istrinya tersebut. akhirnya suaminya

dapat melakukan perubahan praktik karena dipandu oleh

istrinya dalam menerapkan asupan PHT tersebut.

7 Petani dari desa

tetangga

Anggota aktif kelompok tani Desa Kebonharjo.

Mengurangi pupuk kimia, mencampurnya dengan pupuk

organik. Masih menggunakan pestisida kimia sebagai

pencegahan sekalipun sudah memahami adanya musuh

alami. Rasa khawatir masih mendorongnya untuk

menggunakan Beauveria bassiana yang dicampur

dengan BPMC dengan interpretasi bahwa hasilnya akan

“baik” untuk pertumbuhan padi dan membasmi hama.

(Sumber : Hasil Penelitan lapangan Syarifah Ratnawati 2011, diadopsi dari Winarto dkk., 2012)

Beberapa petani PHT yang melakukan perubahan praktik dalam mengendalikan OPT

dapat terjadi karena dilandasi oleh keyakinan atas skema pengetahuan yang diperolehnya

(lihat Winarto 2007). Perubahan praktik yang diwujudkan oleh petani PHT juga bervariasi.

Adanya perbedaan faktor tujuan, minat dan keyakinan pada petani dapat memengaruhi variasi

tindakan yang diwujudkan individu tersebut (Vayda 1994; lihat pula Sudhiastiningsih 2012).

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 14: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

14

Universitas Indonesia

Selain itu, motivasi, emosi dan pengalaman yang dimiliki oleh individu dapat mendorong

terwujudnya tindakan dari skema pengetahuan yang diaktifkan (Strauss dan Quinn 1997).

Setelah petani PHT melakukan perubahan praktik dan memperoleh manfaat atas

penerapan gagasan PHT, apakah mereka dapat mengalihkan pengetahuannya tersebut kepada

petani Non-PHT? Ledakan hama WBC merupakan sebuah peristiwa yang perlu

ditanggulangi secara kolektif (lihat Meinzen-Dick dan Di Gregorio 2004). Petani yang hidup

dalam sebuah komuniti, tidak dapat menanggulangi sebuah ‘bencana’ yang terjadi tersebut

secara individu. Oleh karena itu, dalam menanggulangi peristiwa yang terjadi dalam komuniti

dibutuhkan tindakan bersama. Bagi beberapa petani yang telah mengikuti kegiatan SLPHT,

terjadi perubahan praktik dalam budi daya tanaman padi sesuai pengetahuan yang diperoleh

dari kegiatan tersebut. Berdasarkan pemahaman itu, beberapa petani PHT yang hidup dalam

komuniti dengan mata pencaharian yang sama mencoba untuk mengalihkan pengetahuan

kepada petani lain dalam mengendalikan OPT.

Penyebaran informasi dari petani PHT ke non-PHT tidak selalu berjalan lancar.

Winarto (2004a) dalam penelitiannya mengutarakan bahwa mengalihkan pengetahuan ke

petani yang tidak mengikuti pelatihan itu tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan

(lihat Winarto dkk., 2012). Kondisi tersebut juga serupa dengan yang terjadi pada petani

Kebonharjo bahwa transmisi pengetahuan tidak terwujud dengan mudah ke petani non-PHT

di saat tidak ada serangan hama. Alih pengetahuan tidak mudah terjadi karena setiap individu

memiliki hak dalam mengambil keputusan. Winato dan Choesin (2001) mengungkapkan

bahwa hak masing-masing individu untuk mengambil keputusan adalah hak yang harus

mereka hormati. Kepemilikan hak untuk menolak menerapkan prinsip PHT menjadi sebuah

tantangan yang tidak mudah untuk dilewati. Berdasarkan situasi tersebut, bagaimanakah

upaya alih pengetahuan yang dilakukan oleh petani PHT ke petani non-PHT terjadi?

Alih Pengetahuan oleh Petani PHT ke non-PHT

Upaya alih pengetahuan oleh petani PHT ternyata belum dapat menjadi bagian skema

pengetahuan petani non-PHT yang ratusan jumlahnya. Hal itu terlihat dari masih minimnya

petani non-PHT menerima atau tertarik untuk berupaya menerapkan strategi PHT. Saya

asumsikan bahwa perubahan praktik petani Kebonharjo hanya terjadi pada tataran individual.

Situasi itu mengindikasikan bahwa belum terjadi perubahan skema budaya pada komuniti

petani Kebonharjo dalam praktik mengendalikan OPT. Perubahan skema budaya tersebut

dapat terjadi apabila skema pengetahuan mengenai strategi PHT telah mantap pada sejumlah

petani Kebonharjo (lihat Strauss dan Quinn 1997:122 dan lihat pula Choesin 2002). Pada

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 15: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

15

Universitas Indonesia

kenyataannya pengetahuan mengenai pengetahuan PHT masih dimiliki oleh petani yang

mengikuti kegiatan tersebut. Kondisi itu juga serupa dengan yang terjadi pada petani di

Lampung Tengah. Pemahaman prinsip PHT ternyata masih belum dapat menjadi skema

budaya pada komuniti petani di wilayah itu (Winarto 2011a).

Kesimpulan

Penerapan ajaran SLPHT yang dilakukan oleh petani ternyata bervariasi. Munculnya variasi

praktik tersebut disebabkan oleh posisi petani dalam status kepemilikan lahan dan sistem bagi

hasil yang berlaku di Desa Kebonharjo. Posisi petani tersebut menentukan sejauhmana

kewenangannya dalam mengambil keputusan untuk mengubah atau tidak praktik bertaninya

sesuai ajaran SLPHT. Variasi tindakan dalam mewujudkan ajaran SLPHT tersebut terkait

dengan varian petani, yakni pemilik lahan yang tidak menggarap sendiri, petani pemilik lahan

yang menggarap sendiri, petani penggarap maro, petani penggarap mrapat, petani penggarap

mertelu, petani perempuan, dan petani dari tetangga Desa Kebonharjo. Tujuh varian petani

tersebut memperlihatkan adanya perbedaan pengambilan keputusan dalam mengelola lahan

dengan mengacu atau tidak mengacu pada pengetahuan SLPHT yang diperolehnya. Variasi

tindakan yang terjadi pada tujuh varian petani itu muncul dalam konteks seperti adanya

keyakinan, minat, tujuan dan emosi dari masing-masing petani yang berbeda memengaruhi

keputusan mereka dalam menentukan praktik yang dilakukannya. Faktor kontekstual tersebut

juga memengaruhi pengaktifan unsur pengetahuan baru yang diperoleh petani PHT dalam

mengendalikan OPT. Perbedaan motivasi yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan

praktik yang berbeda pula, meskipun mereka memiliki skema pengetahuan yang hampir sama

(Strauss dan Quinn 1997:101).

Perubahan praktik yang telah dilakukan oleh beberapa petani PHT karena

mendapatkan manfaat atas penerapan praktik barunya tersebut mendorong mereka untuk

melakukan alih pengetahuan. Upaya alih pengetahuan dilakukan oleh beberapa petani PHT

kepada petani non-PHT baik kepada petani penggarap, pemilik lahan ataupun kerabatnya.

Namun pada kenyataannya alih pengetahuan tersebut tidak terjadi semudah membalikan

telapak tangan (Winarto, dkk., 2012). Faktor situasi yang dihadapi oleh individu

memengaruhi tindakan petani PHT untuk melakukan atau tidak melakukan alih pengetahuan

kepada non-PHT. Upaya transmisi pengetahuan yang diwujudkan oleh beberapa petani PHT

ternyata masih belum menjadi bagian skema pengetahuan non-PHT. Hal tersebut disebabkan

oleh perbedaan pengalaman dalam mengendalikan OPT yang dimiliki antara petani PHT dan

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 16: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

16

Universitas Indonesia

non-PHT, sehingga alih pengetahuan yang dilakukan belum dapat mengubah keyakinan untuk

menerapkan strategi PHT. Minimnya petani non-PHT yang tertarik untuk menerima dan

mewujudkan pengetahuan yang dialihkan oleh petani PHT menunjukkan bahwa perubahan

pengetahuan dan praktik masih terjadi pada tataran individual, yakni pada diri masing-masing

peserta SLPHT, itu pun secara bervariasi. Perubahan pengetahuan dan praktik masih terjadi

pada beberapa petani yang mengikuti kegiatan SLPHT.

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 17: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

17

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

D’Andrade, R. G.

1992 “Schemas and Motivation”dalam R. G. D’Andrade dan C. Strauss (peny.)

Human Motives and Cultural Models. Cambridge University Press. Hlm.23–

44.

Fox, J. J.

1991 Managing the Ecology of Rice Production in Indonesia. dalam J. Hardjono

(peny.) Indonesia: Resources, Ecology, and Environment. Singapore:Oxford

University Press. Hlm.61–84

Johnson, W.A.

1972 Individuality and Experimentation in Traditional Agriculture.Human Ecology

1 (2):149–159.

Oka, I. N.

1995 Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Ortner, S. B.

2006 Anthropology and Social Theory: Culture, Power, and the Acting Subject.

Durham dan London: Duke University Press.

Strauss, C dan N. Quinn.

1994 “A Cognitive/ Cultural Anthropology.” dalam R. Borofsky (peny.) Assessing

Cultural Anthropology. New York: McGraw-Hill. Hlm.284–300.

1997 A Cognitive Theory of Cultural Meaning. Cambridge University Press.

Winarto, Y. T.

2004a Seed of Knowldege: The Beginning of Integrated Pest Management in Java.

Yale University Press.

2011a “The Ecological Implications of Central versus Local Governance: The

Contest over Integrated Pest Management in Indonesia.”, dalam M. R. Dove,

P. E. Sajise, adan A. A. Doolittle (peny.) Beyond the Sacred Forest. Durham

dan London: Duke University Press. Hlm.276–301

Wiradi. G dan Malakali.

2009 “Penguasaan Tanah dan Kelembagaan.” Dalam M. Shohibuddin (peny.)

Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris. Sleman,

Yogyakarta. Penerbit: Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional Bekerja Sama

dengan Sajogyo Institute. Hlm.102–173.

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 18: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

18

Universitas Indonesia

Wiradi, G. dan C. Manning.

2009 “Landownership, Tenancy and Sources of Household Income: Community

Pattern From a Partial Recencus of Eight Villages In Rural Java.” dalam M.

Shohibuddin (peny.) Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan

Agraris. Sleman, Yogyakarta. Penerbit: Sekolah Tinggi Pertahanan Nasional

Bekerja Sama dengan Sajogyo Institute. Hlm.199–282.

Vayda, A. P.

1983 “Progressive Contextualization: Methods for Research in Human Ecology.”

Human Ecology 11(3):265–281.

1994 “Actions, Variations, and Change: The Emerging Anti-Essentialist View in

Anthropology”dalam R. Borofsky (peny.) Assessing Cultural Anthropology.

New York: McGraw-Hill. Hlm.320–330.

Artikel :

Bottrell, D. G., danK. G. Schoenly.

2011 “Ressurecting The Ghost of Green Evolution Past: The Brown Planthopper as

a Recurring Threat to High-Yielding Rice Production in Tropical

Asia.”Journal of Asia-Pacific Entomology 15(2012):122–140.

Choesin, E. M.

2002 “Connectionism: An Alternative in Understanding the Dynamics of Local

Knowledge in Globalization.” Antropologi Indonesia Special Volume 26

(69):56–64.

Fox, J. J.

2011 “The Brown Planthopper Infestation in Indonesia: A Summary of the Present

Situation”dalam Work-in-progress seminar: Responses to Pest/Disease

Outbreaks in 2010-2011: Reducing or Increasing Threats to Rice Production?

di Depok, Jawa Barat, 1 Maret 2012.

Meinzen-Dick, R. dan Monica D. G.

2003 “Collective Action and Property Rights For Sustainable Development: Overview”

dalam R. Meinzen-Dick dan M. D. Gregorio (peny.) Collective Action and

Property Rights For Sustainable Development. Washington, DC: International

Food Policy Research Institute. Focus II Brief I. Diakses dari

http://www.capri.cgiar.org

Purwanto, S. A.

1998 “Menanam Padi: Kajian Pengambilan Keputusan dalam Menentukan Varietas

Padi.” Antropologi Indonesia 22 (55):69–82.

Stigter, C. (Kees) J.

2012 “Unusual Climate Conditions of 2010/11 and Pest/Disease Outbreaks”dalam

Work-in-progress seminar: Agrometeorological Learning farmers Responses

to the Unusual Climate Conditions of 2010-2011. di Depok, Jawa Barat, 3

Februari 2012.

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 19: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

19

Universitas Indonesia

Winarto, Y. T.

1998 “Hama dan Musuh Alami,” “Obat dan Racun”: Dinamika Pengetahuan Petani

Padi dalam Pengendalian Hama. Antropologi Indonesia 22 (55):53–68.

2004b “The Evolutionary Changes in Rice-crop Farming: Integrated Pest

Management in Indonesia, Cambodia, and Vietnam.” Southeast Asian Studies

42 (3): 241–272.

2007 “Sang Petani-Ilmuwan-Pro-Petani: Penyangga Ketangguhan dan Kedaulatan

Pangan”. Makalah yang Disajikan dalam Peluncuran film dan Seminar

Ketangguhan dan Kedaulatan Pangan: Peran serta Petani-Ilmuwan, 30

Oktober 2007, AJB Bumiputera FISIP UI Depok.

2011b “Weaving the Diverse ‘seeds’ of Knowledge.” The Asia Pasific Journal of

Anthropology 12(3):247–287.

Winarto, Y. T., J. J. Fox, M. Nurhaga, J. Avessina, N. Kinanti, dan B. Dwisatrio.

2011 Brown Planthopper in Klaten–Boyolali–Sukoharjo, Central Java. Diakses dari

http://ricehoppers.net pada tanggal 19 Nopember 2012.

Winarto, Y.T., B. Dwisatrio, S. Ratnawati, dan M. K. Rahayu

2012 Sawah Tangguh di Tangan petani. dipersiapkan untuk balitbang. Tidak

Diterbitkan.

Winarto, Y. T. dan E.M. Choesin.

2001 “Pengayaan Pengetahuan Lokal, Pembangunan Pranata Sosial: Pengelolaan

Sumberdaya Alam dalam Kemitraan.” Antropologi Indonesia 64:91–106.

Vayda, Andrew P dan I. Setyawati.

1998 “Question about Culture-Related Consideration in Research on Cognition and

Agro-Ecological Change: Illustrations From Studies Of Agricultural Pessts

Management in Java.” Antropologi Indonesia 22 (55):41–52.

Skripsi:

Kinasih, M. A.

2012 Respons dan Strategi Petani Dalam Menghadapi Kegagalan Panen

AkibatSerangan Wereng Batang Cokelat (WBC).Artikel Sarjana Strata Satu.

Tidak diterbitkan. Depok: Departemen Antropologi FISIP Universitas

Indonesia.

Prahara, H.

2008 Menonton Film “Bisa Dewek”, Menginterpretasi, dan Bertindak: Perubahan

Pengetahuan dan Praktik pada Kelompok Tani Sri Cendana, Desa Sukadana,

Kabupaten Indramayu. Artikel Sarjana Strata Satu. Tidak diterbitkan. Depok:

Departemen Antropologi FISIP Universitas Indonesia.

Nurahayu, D.

2010 Empat Puluh Tahun Kelanggengan Paradigma Revolusi Hijau: Praktik Petani

Desa Bogor, Kecamatan Sukra, Indramayu dalam Merespon Perubahan Iklim.

Artikel Sarjana Satu. Tidak diterbitkan. Depok: Departemen Antropologi

FISIP Universitas Indonesia.

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013

Page 20: Artikel ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

20

Universitas Indonesia

Sudhiastiningsih, N. N.

2012 Diversitas Respons Petani terhadap Program Inpari 13 di Desa Kahuman,

Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Artikel Sarjana Strata Satu. Tidak

diterbitkan. Depok: Departemen Antropologi FISIP Universitas Indonesia.

Referensi Lain :

Internet:

Peta Klaten diakses dari: id. wikepedia.org pada tanggal 11September 2012

Pukul 19.40 WIB

Siklus Hidup hama diakses: www.deptan.go.id pada tanggal 18 Oktober 2012

Pukul 20.10

Dokumen lain:

Kelurahan Desa Kebonharjo

2011 Buku Data Monografi.

Kelompok Tani Desa Kebonharjo

2007 Profil Kelompok Tani.

Laboratorium POPT Surakarta

2011 Laporan Akhir Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu.

Tim Riset Kolaborasi Internasional UI

2011 Adaptation Options of Farmers to a Changing Climate in a vulnarable

Ecosystem. Depok: Pusat Kajian Antropologi Fisip-UI.

Introduksi sekolah..., Syarifah Ratnawati, FISIP UI, 2013