artikel ilmiah pengembangan buku cerita bergambar … fitra farenda... · 2018-06-30 · maupun...

22
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1 ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK LITERASI PEMBELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar OLEH: MAS FITRA FARENDA A1D114040 JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1

ARTIKEL ILMIAH

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK

LITERASI PEMBELAJARAN SAINS

DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH:

MAS FITRA FARENDA

A1D114040

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 2

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK

LITERASI PEMBELAJARAN SAINS

DI SEKOLAH DASAR

OLEH:

MAS FITRA FARENDA

A1D114040

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK

Farenda, MF. 2018. Pengembangan Buku Cerita Bergambar Untuk Literasi

Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Skripsi, Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP, Universitas Jambi.

Pembimbing I Dra. Hj. Destrinelli, M.Pd, Pembimbing II Panut Setiono,

S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci: Buku cerita bergambar, literasi pembelajaran sains

Karakteristik peserta didik pada usia 7 – 11 tahun tergolong kedalam tahap

operasional konkret. Pada usia yang masih tergolong anak-anak ini, mereka lebih

menyukai sumber belajar yang menarik perhatian dan minat belajar peserta didik.

Buku cerita bergambar sangatlah diminati semua peserta didik di tingkat sekolah

dasar. Untuk itu buku cerita bergambar dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan

sebagai sumber pendukung pada saat literasi pembelajaran sains di sekolah dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sumber belajar yang valid dan praktis

untuk literasi pembelajaran sains di sekolah dasar pada kelas VI.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and

development) dengan model pengembangan ADDIE yaitu Analysis (Analisis),

Design (Perencanaan), Development (Pengembangan), Implementations (Uji

coba) dan Evaluation (Evaluasi) dengan subjek penelitian peserta didik kelas IV

SDN 46/X Rantau Jaya Kec. Rantau Rasau Kab. Tanjung Jabung. Kevalidan

sumber belajar diperoleh melalui validasi pembelajaran dan validasi bahasa.

Sedangkan kepraktisan sumber belajar diperoleh dari angket respon guru dan

peserta didik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kevalidan oleh validator

materi yaitu memperoleh rerata 4.8 dengan kategori sangat valid dan validator

bahasa yaitu 4.4 dengan kategori sangat valid. Kepraktisan buku cerita bergambar

dari respon guru diperoleh nilai 4.75 dengan kategori sangat valid, respon peserta

didik dengan persentase 4,6 dengan kategori sangat valid.

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa

pengembangan buku cerita bergambar untuk literasi pembelajaran sains di sekolah

dasar termasuk dalam kategori sangat valid dan sangat praktis untuk digunakan

dalam proses pembelajaran. Dengan demikian buku cerita bergambar sudah bisa

untuk diuji cobakan ke kelas IV sekolah dasar.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 3

1. PENDAHULUAN

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa “sistem pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan

peradaban bangsa dalam misi mencerdaskan kehidupan bangsa”. Demi

mencerdaskan kehidupan bangsa seorang guru harus mampu menciptakan

pembelajaran yang menarik agar peserta didik termotivasi untuk belajar. Salah

satu untuk mewujudkan pembelajaran yang menarik seorang pendidik harus dapat

menyusun sumber belajar yang menarik perhatian peserta didik, salah satunya

ialah sumber belajar yang dikemas dalam bentuk buku cerita bergambar.

Buku cerita bergambar merupakan buku bacaan yang di dalamnya terdapat

cerita dan disertai dengan gambar, gambar pada buku menggambarkan suasana di

dalam cerita baik itu dalam bentuk dongeng, legenda ataupun cerita binatang

(fabel). Mengapa buku cerita bergambar? Karena pada dasarnya menurut

Nurgiyantoro (2005:152) bahwa “dengan gambar-gambar cerita menarik yang

dihadirkan, siswa akan membaca dengan penuh kesungguhan, mengikuti dan

mencoba memahami alur gambar aksi yang dilihatnya, gambar tersebut akan

menjadi salah satu daya gerak mengembangkan fantasi lewat imajinasi dan

logika”. Maka dari itu gambar yang tercantum dalam teks sama-sama pentingnya

di dalam buku cerita karena gambar sebagai perantara komunikasi dan

menyampaikan pesan cerita kepada anak. Dengan kolaborasi antara tulisan dan

gambar warna-warni maka akan menumbuhkan minat baca dan rasa ingin tahu

tentang cerita dari bukutersebut. Dengan buku cerita yang disertai gambar warna-

warni anak akan bersemangat untuk membacanya. Dalam pembelajaran di sekolah

dasar buku cerita bergambar dapat digunakan sebagai pendukung pembelajaran

pada literasi.

Sumber belajar merupakan seperangkat alat pendukung dalam

pembelajaran yang dikemas semenarik mungkin dan disusun secara sistematis

untuk dapat membantu tercapainya tujuan kurikulum. Sehingga dengan adanya

sumber belajar akan dapat memusatkan perhatian dan memunculkan minat siswa

serta motivasi di dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prastowo

(2012:17) bahwa “sumber belajar pada dasarnya merupakan segala bahan (baik

informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan

sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran”. Dalam pembelajaran, penggunaan sumber belajar sangat

dibutuhkan, karena dengan adanya sumber belajar, pembelajaran menjadi lebih

menarik dan menyenangkan. Salah satu cara agar pembelajaran lebih menarik

ialah pengemasan sumber belajar melalui informasi dari berbagai buku teks

bacaan yang ada di SD, modul, jurnal penelitian yang diunduh melalui internet,

dan juga informasi dari lingkungan sekitar yang berhubungan dengan materi

pembelajaran.

Sumber belajar yang menarik sangat cocok jika digunakan pada anak

sekolah dasar, karena usia anak sekolah dasar berkisar antara 6 – 12 tahun. Pada

usia tersebut anak sudah dapat berfikir secara nyata serta dapat memahami atas

apa yang telah dibaca dan dilihat pada buku cerita bergambar, karena buku cerita

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 4

bergambar dapat dilihat dan diraba. Hal ini sesuai dengan pendapat (Majid,

2014:8) yang menyatakan bahwa “Pada usia ini anak berada pada tahap

operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret

dan mendalam”. Dengan usia yang tergolong masih anak-anak, kondisi ideal pada

pembelajaran di sekolah dasar seharusnya dapat mengembangkan minat dan

bakat, menyenangkan, dan menarik, sehingga pembelajaran tidak jenuh dan tidak

membosankan.

Setelah menganalisis karakteristik peserta didik, jika sumber belajar yang

dikembangkan berupa buku cerita bergambar, maka peserta didik akan senang

terhadap sumber belajar yang baru. Selain itu dapat menarik perhatian peserta

didik untuk membaca buku cerita bergambar tersebut dibandingkan dengan buku

pelajaran yang telah ada. Karena buku pelajaran yang tersedia mengandung lebih

banyak tulisan sehingga membuat anak jenuh dalam belajar, selain itu minat anak

untuk membaca menjadi menurun. Dengan demikian kondisi yang diharapkan

tidak bisa tercapai dengan sepenuhnya. Hal ini terjadi karena anak pada usia

tersebut lebih tertarik untuk membaca buku yang lebih menonjol gambarnya. Jika

hal ini dibiarkan secara terus menerus maka akan berdampak buruk terhadap

peserta didik di kemudian hari. Maka dari itu, dengan adanya sumber belajar

berupa buku cerita bergambar ini akan dapat mendorong anak terbiasa untuk

membaca dan memahaminya, karena membaca merupakan bagian dari program

yang diluncurkan oleh pemerintah yaitu gerakan literasi sekolah (GLS).

Berdasarkan Darmono (2016:7) bahwa “Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

merupakan program yang digulirkan Kemendikbud secara Nasional , dibawah

payung hukum Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penanaman budi

pekerti”. Menurut Muhammad (2016:7) meyatakan bahwa “GLS adalah gerakan

sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh

untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik. Setelah

pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap

pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan kurikulum

2013)”. Maksud dari berbagai elemen ialah melibatkan peserta didik, guru, kepala

sekolah, dan orang tua/wali. Berdasarkan pendapat tersebut bahwasannya gerakan

literasi sekolah sudah diketahui secara menyeluruh di setiap jenjang pendidikan

dengan menyesuaikan kurikulum 2013, dengan tujuan untuk mewujudkan

pembiasaan membaca kepada peserta didik. Namun kegiatan membaca pada

umumnya membosankan bagi anak-anak. Jika sumber belajar yang disediakan

oleh sekolah menggunakan buku yang terdapat gambarnya, maka akan

memunculkan minat anak-anak sekolah dasar untuk membaca teks seperti buku

cerita bergambar, karena anak-anak sekolah dasar sangat menyukai buku bacaan

yang terdapat gambar dan disertai dengan warna yang menarik. Maka dari itu

dengan adanya buku cerita bergambar tersebut akan dapat menggiatkan literasi

pembelajaran sains peserta didik di sekolah dasar.

Literasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam

membaca dan menulis. Menurut Abidin (2017:1) menyatakan bahwa “orang yang

dapat dikatakan literat adalah orang yang mampu membaca dan menulis atau

bebas buta huruf”. Literasi yang dimaksud di sini ialah lebih dari sekedar

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 5

membaca atau menulis, namun mencakup keterampilan berpikir yang berasal dari

media cetak, visual, digital, atau audio. Literasi yang dilakukan di sekolah dasar

bisa untuk semua kopetensi dasar. Pada dasarnya literasi hanya sebagai wadah

untuk mewujudkan generasi emas abad 21. Melalui pengembangan buku cerita

bergambar, peserta didik akan memahami materi pada muatan IPA tema 2 selalu

berhemat energi.

2. KAJIAN TEORETIK

2.1 Teori Belajar

Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekanan-

penekanan tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai

hasil belajar. Adapun teori belajar yang memberikan pandanagan khusus tentang

belajar diantaranya yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Kontstruktivisme.

Dari ketiga teori diatas pengembangan ini mengacu pada teori belajar

Konstruktivisme, karena di dalam teori ini peserta didik harus mampu

mengkronstruksi pengetahuan yang di peroleh dari membaca buku cerita

bergambar serta mampu memberikan makna melalui pengalaman nyata.

serta mampu memberikan makna melalui pengalaman nyata.

2.2 Penelitian dan Pengembangan

R&D merupakan singkatan dari research & development atau yang biasa

dikenal dengan penelitian dan pengembangan dapat di definisikan sebagai

penelitian yang dapat menghasilkan produk baru atau dapat juga menganalisis

produk yang sudah ada lalu diperbaharui dengan meningkatkan kualitas produk

yang telah dianalisis. Menurut Tegeh, dkk (2014:xii) menyatakan bahwa

“penelitian pengembangan adalah upaya mengembangkan dan menghasilkan

suatu produk berupa materi, media, alat, dan strategi pembelajaran yang

digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran kelas/laboratorium, dan bukan

untuk menguji teori”. Sedangkan Sugiyono (2016:297) mengatakan bahwa

“metode penelitian dan pengembangan (research & development) adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji

keefektifan produk tersebut”. Kedua pendapat tersebut sejalan dengan pendapat

Putra (2013:67) bahwa “ secara sederhana R&D bisa di definisikan sebagai

metode penelitian yang sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencari

dan menemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan,

menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur,

bermakna”.

Berdasarkan ketiga pendapat yang telah diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan (R&D) adalah kegiatan atau

proses yang dilaksanakan dalam rangka menganalisis produk yang telah ada atau

menciptakan suatu produk baru, dan langkah selanjutnya yaitu mengembangkan

produk baru atau memperbaiki kualitas produk yang telah dianalisis guna untuk

memperbaiki pembelajaran di dalam kelas. Namun peneliti hanya pada tahap

mengembangkan dan hanya melihat prosedur pengembangan, kevalidan dan

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 6

kepraktisan sumber belajar yang dikembangkan saja, tidak sampai menguji

keefektifan sumber belajar yang dikembangkan.

2.3 Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar mempunyai peranan penting di dalam dunia

pendidikan, terutama di tingkat sekolah dasar. Karena buku cerita bergambar

merupakan sesuatu hal yang tidak asing di dalam kehidupan anak-anak. buku

cerita bergambar merupakan buku yang menyampaikan pesan melalui dua cara

yaitu tulisan yang diperjelas dengan ilustrasi, baik itu cerita rakyat, hikayat,

maupun cerita binatang (fabel). Gambar yang terdapat di dalam buku berfungsi

sebagai pendukung sekaligus menyampaikan isi cerita. Karena menurut Lestari

(2016:24) menyatakan bahwa “buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan

dengan menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar”. Sedangkan menurut

Krisnawan (2017:24) bahwa “buku cerita bergambar merupakan buku yang dibuat

dengan memadukan cerita, gambar dan bahasa yang sederhana serta dikemas

halaman sampul yang menarik”.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk usia

anak yang duduk di bangku sekolah dasar khususnya peserta didik kelass IV, pada

umumnya sangat menyukai buku cerita yang terdapat gambarnya. Buku cerita

bergambar sangat cocok jika diterapkan di dalam proses pembelajaran, karena

buku cerita bergambar akan dapat menumbuhkan minat baca dan merangsang

pemahaman siswa terhadap makna/maksud dari cerita yang dibaca. Melalui buku

cerita bergambar pula anak-anak merasa terbantu untuk dapat memahami isi

bacaan dengan melihat gambar yang mendukung cerita, selain itu gambar juga

dapat memberikan hubungan dengan isi materi pembelajaran. Namu buku cerita

yang digunakan di dalam pembelajaran bukan buku cerita yang dijual dipasaran,

buku cerita bergambar yang dimaksud ialah buku certia bergambar yang telah

dikembangkan berdasarkan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan

kompetensi dasar di kelas IV.

2.3.1 Jenis-jenis buku dan karakteristik buku cerita bergambar

2.3.1.1 Jenis-jenis buku

1. Fiksi

Buku fiksi merupakan buku yang menceritakan tentang suatu kejadian

tidak nyata yang bersumber dari khayalan, rekaan, dan imajinasi dari penulisnya.

Cerita yang dikategorikan kedalam fiksi yaitu cerita misteri, humor, binatang serta

fantasi yang dibuat oleh penulis yang dituangkan kedalam cerita dan dikemas

dalam bentuk buku cerita bergambar, novel, komik, dan cerpen.

2. Non fiksi

Buku non fiksi tentunya kebalikan dari buku fiksi. Yang dimaknai sebagai

buku yang berisi informasi yang dibuat berdasarkan kejadian nyata yang datanya

didapat sesuai fakta yang terjadi. Yang termasuk kedalam buku non fiksi

diantaranya biografi dan ensiklopedia, karena dalam menulis buku biografi harus

berdasarkaan fakta orang yang bersangkutan karena tidak mungkin berdasarkan

imajinasi penulis. Sedangkan dalam menulis ringkasan/rangkuman buku

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 7

ensiklopedia harus berdasarkan bidang yang bersangkutan terhadap semua cabang

ilmu pengetahuan, karena ensiklopedia merupakan gabungan dari beberapa buku

yang isi di dalamnya berapa ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad.

2.3.1.2 Karakteristik buku cerita bergambar

Karakteristik buku cerita bergambar menurut Faizah (dalam Lestari, 2016:

29-30) menjelaskan beberapa karakteristik yang terdapat pada buku cerita

bergambar antara lain “1) buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung; 2)

buku cerita bergambar berisi konsep-konsep yang berseri; 3) konsep yang ditulis

dapat dipahami oleh anak-anak; 4) gaya penulisannya sederhana; 5) terdapat

ilustrasi yang melengkapi teks”. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2005:210)

bahwa “buku cerita yang baik untuk anak seharusnya memenuhi persyaratan

berikut: materi dapat dipahami anak, menggunakan bahasa yang sederhana

sehingga dapat dibaca dan dipahami anak, mempertimbangkan kesederhanaan

(kompleksitas) kosakata.

2.3.2 Manfaat dan fungsi buku cerita bergambar

2.3.2.1 Manfaat buku cerita bergambar

Manfaat dari penggunaan buku cerita bergambar ini ialah dapat

merangsang dan menarik minat peserta didik untuk membaca serta dapat

membantu siswa untuk dapat memahami isi cerita melalui tulisan yang didukung

dengan ilustrasi. Dengan demikian membaca tidak harus menggunakan buku yang

isi di dalamnya cenderung tulisan saja, namun membaca akan lebih menarik dan

mudah dimengerti/dipahami jika menggunakan buku cerita bergambar. Karena

menurut Farida (dalam Wisangnuari, 2017:26) bahwa “gambar adalah bahasa

alam pikir anak, semua informasi yang diterima akan dipikirkan di alam pikiran

dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri”.

2.3.2.2 Fungsi buku cerita bergambar

Pada umumnya buku cerita bergambar berfungsi sebagai bahan bacaan

anak-anak tingkat sekolah dasar. Namun buku cerita bergambar dapat dijadikan

suatu sumber belajar di dalam pembelajaran. Fungsi buku cerita bergambar ialah

sebagai sarana yang dapat membantu anak dalam mengembangkan tingkat emosi

yang dimiliki oleh anak. Melalui buku cerita bergambar peserta didik dapat

mempelajari penggalaman hidup di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.

Selain itu buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengembangkan

daya imajinasinya melalui pemahaman dari buku tersebut.

2.3.3 Buku cerita bergambar sebagai sumber belajar

Dalam menggunakan sumber belajar haruslah diperhatikan. Karena

sumber belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, berhasil atau

tidaknya suatu pembelajaran tergantung strategi dan sumber belajar yang

digunakan oleh seorang pendidik. Pada usia anak sekolah dasar, penggunaan

sumber belajar sebagai pendukung pembelajaran sangatlah penting. Karena

dengan menggunakan sumber belajar yang menarik, siswa akan termotivasi

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 8

dalam belajar. Pada usia 7 – 11 tahun anak-anak dalam tahap perkembangan

berfikir secara nyata (konkrit) sehingga penggunaan buku cerita bergambar sangat

berpengaruh terhadap pembelajaran. Dengan buku cerita bergambar, peserta didik

akan semangat dalam membaca karena selain terdapat tulisan, buku cerita

bergambar dilengkapi pula ilustrasi yang mendukung cerita tersebut.

2.3.4 Struktur atau bagian-bagian buku secara umum

Untuk menyusun sebuah buku dengan kesatuan yang utuh, maka buku

hendaknya disusun berdasarkan struktur yang baik dan rapi. Struktur dan bagian-

bagian buku secara umum ialah terdapat cover, halaman Preliminaries, Bagian

utama (isi), dan bagian Postliminary. Dimana dari setiap struktur terdapat bagian-

bagiannya (Suwarno, 2011 : 77).

Berdasarkan struktur buku secara umum penulis merumuskan struktur

untuk mengembangkan buku cerita bergambar antara lain :

1. Cover

a. Cover depan

b. Cover belakang

2. Halaman preliminaries

a. Halaman judul (halaman prancis atau halam kulit ari)

b. Catatan hak cipta

c. Halaman tambahan (kata pengantar)

d. Daftar isi.

e. Kompetensi inti, kompetensi dasar,indikator, tujuan pembelajaran.

f. Petunjuk membaca

g. Pengenalan tokoh

3. Bagian utama (isi)

a. Judul bab

b. Alinea

c. Ilustrasi

d. Judul lelar

4. Bagian postliminary

a. Daftar pustaka

b. Biografi penulis

2.4 Karakteristik Peserta Didik

Memahami karakteristik peserta didik sangatlah penting agar sumber

belajar yang digunakan sesuai dengan dunia mereka dan kebutuhan belajarnya.

Karakteristik peserta didik kelas IV sekolah dasar masih termasuk kedalam tahap

atau fase pertumbuhan dan perkembangan. Siswa kelas IV biasanya berumur 10 –

11 tahun. Perkembangan setiap individu tidak hanya dalam satu asspek saja, tetapi

dalam beberapa aspek. Havighurst (dalam Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih,

2009: 121) mengemukakan bahwa “setiap tahap perkembangan individu harus

sejalan dengan perkembangan aspek-aspek, yaitu fisik, psikis, emosional, moral

dan sosial”. Menurut pendapat (Majid, 2014:8) yang menyatakan bahwa “Pada

usia ini anak berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun) yang ditandai

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 9

oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam”. Dengan usia yang tergolong

masih anak-anak, kondisi ideal pada pembelajaran sains diterapkan buku cerita

bergambar yang di dalamnya dikemas materi IPA.

2.5 Literasi

2.5.1 Pengertian literasi

Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek

huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols & Shadily dalam Maulita,

2015:15). Literasi merupakan kegiatan peserta didik sebelum memulai

pembelajaran berlangsung yaitu seperti membaca, menulis, atau mengidentifikasi

gambar. Namun demikian, literasi utamanya berhubungan dengan bahasa dan

bagaimana bahasa itu digunakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kern

(2000:88) bahwa “literasi tidak sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis)

melainkan mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan

baik dalam konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah

wacana/diskursus”.

2.5.2 Tingkatan literasi

Literasi tidaklah seragam karena literasi memiliki tingkatan-tingkatan yang

menanjak. Jika seseorang sudah menguasai satu tahapan literasi maka ini

memiliki pijakan untuk naik ke tingkatan literasi berikutnya. Menurut Wells

(1987:111) bahwa terdapat empat tingkatan literasi, yaitu performative,

functional, informational, dan epistemic. Orang yang tingkat literasinya berada

pada tingkat performative, ia mampu membaca dan menulis, serta berbicara

dengan simbol-simbol yang digunakan (bahasa). Pada tingkat functional orang

diharapkan dapat menggunakan bahasa untuk memenuhi kehidupan sehari-hari

seperti membaca buku manual. Pada tingkat informational orang diharapkan dapat

mengakses pengetahuan dengan bahasa. Sementara pada tingkat epistemic orang

dapat mentransformasikan pengetahuan dalam bahasa. Dengan demikian

tingkatan literasi dimulai dari tingkatan paling bawah yaitu performative,

functional, informational, dan epistemic.

2.6 Literasi Pembelajaran sains di sekolah dasar

Pad a penelitian ini literasi dikaitkan dengan pembelajaran sains. Istilah

sains sendiri berasal dari bahasa inggris Science yang berarti pengetahuan

(Syaodih, dkk, 2015:41). Sains merupakan kemampuan menggunakan

pengetahuan sains untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami dan mengambil

keputusan terhadap perubahan alam melalui aktifitas yang dilakukan oleh

manusia, selain itu mampu mengubah tujuan pembelajaran yang pada awalnya

hanya mencapai ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan, tetapi dapat

mengaplikasikan tiga ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga apa

yang dipelajari memiliki dayaguna, baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun

masyarakat (Azimi, dkk 2017).

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 10

Literasi pembelajaran sains yang terdapat dalam kurikulum 2013 menuntut

peserta didik melek terhadap sains atau ilmu pengetahuan. Dalam penerapannya,

literasi pembelajaran sains tidak terlepas dari sumber belajar sebagai pendukung,

sumber pendukung yang dimaksud ialah berupa buku. Buku yang tepat digunakan

sebagai literasi pembelajaran sains ialah buku cerita bergambar. Jika guru masih

menggunakan metode pembelajaran tradisional maka akan menjadikan siswa

sebagai pendengar pasif, maka dari itu di dalam kurikulum 2013 sains

memerlukan pembaharuan dan inovasi baru dalam menyampaikannya sehingga

peserta didik dapat menerima dan memahami sains sebagai bagian dari kehidupan

mereka.

Penerapan literasi dalam pembelajaran sains melalui buku cerita

bergambar pada kurikulum 2013 ini menggunakan penerapan tematik, dimana

satu tema memiliki keterkaitan dengan banyak mata pelajaran. Hal ini sesuai

dengan konsep dasar pembelajaran tematik menurut Majid (2014:80) menyatakan

bahwa “pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada murid”. Namun dalam penerapan buku cerita

bergambar sebagai pendukung dalam pembelajaran sains yang akan dipadukan

kedalam pembelajaran terpadu setelah literasi yang dilakukan di dalam kelas.

Selain itu buku pegangan siswa pada kurikulum 2013 harus dibuat semenarik

mungkin dan disertai gambar-gambar yang bertujuan untuk menumbukan

motivasi dan minat anak untuk membaca pada saat proses pembelajaran.

Proses pembelajaran literasi pembelajaran sains yang dilakukan di sekolah

dasar meliputi beberapa komponen yaitu: 1) kesesuaian materi yang ada dalam

buku cerita bergambar sesuai dengan Standar Kopetensi/Kompetensi inti dan

Kompetensi Dasar; 2) Ketelitian dalam merancang materi dalam penyampaian

materi, ilustrasi dan contoh pada buku cerita bergambar; 3) Materi yang

disampaikan sesuai dengan perkembangan jaman (mutakhir); 4) Kesesuaian

pemakaian bahasa dengan tingkat perkembangan peserta didik; 5) Komunikatif

yang berarti materi yang disampaikan melalui buku cerita beergambar dapat

diserap dan dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik (BNSP dalam

Handoyo, 2016).

Dalam mengembangkan Sumber belajar harus memperhatikan tata

kebahasaannya yang meliputi : 1) Ketepatan struktur kalimat, 2) Keefektifan

kalimat, 3) Kebakuan istilah, 4) Pemahaman terhadap pesan atau informasi, 5)

Kemampuan memotivasi peserta didik, 6) Keseuaian dengan perkembangan

intelektual peserta didik, 7) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional

peserta didik, 8) Ketepatan tata bahasa, 9) Ketepatan ejaan (BSNP:2012).

3. METODE PENGEMBANGAN

3.1 Model Pengembangan

Pada penelitian ini, pengembangan media pembelajaran dilakukan

menggunakan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development,

Implementation, Evaluation) sebagai pedoman mengembangkan buku cerita

bergambar untuk literasi pembelajaran sains.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 11

Peneliti mengembangkan buku cerita bergambar tema 2 selalu berhemat

energi subtema 1 sumber energi dan subtema 2 manfaat energi. Adapun alasan

pemilihan model ADDIE antara lain: 1) Model ADDIE merupakan model yang

memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi dan revisi secara terus

menerus dalam setiap fase yang di lalui. Sehingga produk yang dihasilkan

menjadi produk yang valid dan reliabel; 2) Konsep yang ada pada model ADDIE

jelas dan tidak rumit untuk diterapkan; 3) Model ADDIE telah banyak digunakan

dan menghasilkan produk yang layak.

3.2 Prosedur Pengembangan

Dalam pengembangan terdapat prosedur yang harus dilakukan secara

sistematis dan terarah. Pengembangan buku cerita bergambar yang

dikembangankan pada penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan

model ADDIE. Berikut ini prosedur pengembangan yang akan dilaksanakan:

3.2.1 Analisis (analysis)

Langkah p ertama yang harus dilakukan dalam mengembangkan sumber

belajar ialah menganalisis. Hal yang dianalisis yaitu analisis materi pokok

pembelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pada kelas IV

Sekolah Dasar, membaca buku guru dan buku siswa kelas IV tema 2 selalu

berhemat energi namun berfokus pada muatan IPA. Setelah itu, barulah

menganalis tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Analisis tujuan pembelajaran

untuk mengetahui gambaran hasil pembelajaran yang diharapkan. Selanjutnya

dilakukan analisis karakteristik dan analisis kebutuhan peserta didik untuk

mengetahui bagaimana kondisi peserta didik sekolah dasar agar sumber belajar

yang dikembangkan dapat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta

didik.

3.2.2 Desain (design)

Langkah awal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menentukan

kompetensi dasar, materi, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini

sesuai dengan kurikulum. Selanjutnya menentukan tokoh, alur cerita, aplikasi

computer untuk pembuatan dan jenis kertas yang akan digunakan sesuai produk

yang telah direncanakan.

3.2.3 Pengembangan (development)

Pada tahap pengembangan meliputi kegiatan menyiapkan material/bahan

yang diperlukan sesuai spesifikasi produk yang dikembangkan. Sumber belajar

yang dirancang membutuhkan objek-objek guna untuk mengembangkan sumber

belajar yang dibuat sesuai dengan materi dan tujuan yang akan disampaikan

dalam pembelajaran. Sumber belajar yang dikembangkan akan divalidasi oleh ahli

pembelajaran dan ahli bahasa. Pada tahap pengembangan maka perlu

mempersiapkan alat, bahan dan aplikasi yang digunakan dalam pembuatan buku

cerita bergambar ialah sebagai berikut: Printer, Kertas, Laptop, Adobe photoshop

CS5, Microsoft office word 2013, dan Paint tool SAI. Sedangkan ukuran buku

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 12

cerita bergambar yang akan dikembangkan ialah seukuran kertas A4 (11 cm x 15

cm) dilipat dua. Setelah produk yang didesain selesai dibuat, maka langkah

selanjutnya akan dilakukan validasi oleh para ahli pembelajaran dan ahli bahasa

kemudian di revisi agar produk yang dikembangkan layak digunakan untuk di uji

coba.

Validasi dilakukan oleh ahli materi dan ahli bahasa. Ahli materi pada

pengembangan ini adalah seorang dosen ahli minimal yang berspesifikasi sarjana

(S1) pendidikan. Ahli bahasa yang diminta kesediaannya untuk memvalidasi tata

bahasa pada buku cerita bergambar minimal yang berspesifikasi sarjana (S1)

pendidikan. Setelah divalidasi, maka adanya penyempurnaan (revisi produk) yang

dikembangkan. Selanjutnya jika sumber belajar telah dikatakan valid oleh kedua

validator, maka langkah selanjutnya ialah akan dilakukan uji coba.

3.2.4 Implementasi (Implementation)

Setelah produk atau buku cerita bergambar yang telah dirancang dikatakan

valid, maka langkah selanjutnya ialah melakukan uji coba produk atau tahap

implementasi produk yang telah dikembangkan pada situasi nyata yaitu

implementaasi untuk literasi pembelajaran sains di kelas. Pada tahap ini kegiatan

yang dilakukan ialah penerapan sumber belajar secara nyata kepada siswa.

3.2.5 Evaluasi

Pada tahap ini setelah sumber belajar diuji coba, maka akan dilakukan

evaluasi terhadap produk pengembangan yang meliputi isi / materi pada buku

cerita bergambar yang dikembangkan serta evaluasi terhadap keberhasilan sumber

belajar yang dikembangkan, pasti terlihat adanya kekurangan dan kesalahan pada

buku cerita bergambar tersebut. Selanjutnya Pada tahap evaluasi ini maka sumber

belajar yang dibuat mengalami penyempurnaan dan perbaikan.

3.3 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu guru/wali

kelas dan siswa kelas IV sekolah dasar. Uji coba pada penelitian dan

pengembangan ini dilakukan pada kelompok besar yang memiliki tingkat

kemampuan berbeda-beda. Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan

metode yang telah dikembangkan pada situasi nyata yaitu dikelas. Uji coba

produk ini dimaksudkan untuk melihat kebermanfaatan sumber belajar yang

dikembangkan dan untuk mengetahui kepraktisan sumber belajar yang

dikembangkan melalui angket respon siswa terhadap sumber belajar yang telah

dikembangkan. Selain respon siswa diperlukan pula respon dari guru terhadap

buku cerita bergambar. Data-data tersebut digunakan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan buku cerita bergambar yang merupakan produk dalam

penelitian ini.

3.4 Jenis Data

Data yang telah dikumpulkan melalui pelaksanaan eval uasi formatif yang

dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: data dari evaluasi tahap pertama pada

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 13

validasi ahli materi dan validasi ahli bahasa. Tahap kedua data dari hasil uji coba

kelompok yang berupa angket respon guru dan angket respon peserta didik yang

ada di kelas IV sekolah dasar.

Seluruh data yang diperoleh di kelompokan menurut sifatnya menjadi dua

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dan data kuantitatif

diperoleh dari data validasi ahli materi, ahli bahasa,uji dan angket respon guru

serta peserta didik.

3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data baik itu data deskriptif kualitatir maupun deskriptif

kuantitatif. Instrumen dalam pengembangan ini berupa angket respon guru dan

angket respon peserta didik. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis angket tertutup, karena untuk membatasi subjek dalam menjawab angket.

Instrumen ini berupa lembar validasi ahli pembelajaran dan ahli bahasa. Lembar

validasi materi digunakan untuk mengetahui kesesuaian materi yang dibuat

relevan terhadap kompetensi yang diharapan. Sedangkan lembar validasi ahli

bahasa digunakan untuk mengetahui kevalidan tata kebahasaan dalam sumber

belajar yang dikembangkan untuk pembelajaran. Selain lembar validasi dari ahli

pembelajaran dan ahli bahasa, peneliti juga menggunakan angket untuk

mengetahui respon guru dan respon siswa yang berkaitan dengan kepraktisan

penggunaan produk.

3.6 Teknik Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh dianalisis dan dikelompokkan sesuai

dengan masing-masing instrumennya. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk

melihat hasil dari sebuah pengembangan. Analisis data merupakan proses

pengumpulan data yang diperoleh dari lembar validasi ahli materi dan ahli bahasa,

angket respon guru dan peserta didik, dan dokumentasi yang disusun secara

sistematis (Sugiyono, 2015:335).

Teknik analisis data pada pengembangan ini menggunakan analisis data deskriptif

kualitatif yang digunakan untuk mengolah data hasil dari komentar dan saran dari

ahli materi, ahli bahasa, siswa dan guru. selanjutnya analisis deskriptif kuantitatif

yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari angket dalam bentuk

persentse. Berikut merupakan pedoman penilaian skor menurut Anita, dkk

(2015:171-178) sebagai berikut:

1. Analisis angket kevalidan dan kepraktisan

Untuk menentukan tingkat interval skor dan kategori, maka

digunakan ketentuan konversi nilai sebagai berikut: Tabel 3.6 Konversi Nilai Skala Lima

Interval Kategori

X > Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

X Sangat Kurang

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 14

Sumber: Anita, dkk (2015:171-178)

Selanjutnya untuk menentukan kelas interval, maka dilakukanlah penghitungan

dari ketentuan di atas sebagai berikut:

Diketahui :

Skor maksimal ideal : 5

Skor minimal ideal : 1

Rerata ideal ( ) :

(5 + 1) = 3

Simpangan Baku ideal (SBi) :

(5 - 1) = 0,67

Ditanyakan:

Interval skor sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik?

Jawaban:

Kategori sangat baik = X > + 1,80 SBi

= X > 3 + (1,80 . 0,67)

= X > 3 + (1,21)

= X > 4,21

= 4,22 – 5,00

Kategori baik = + 0,60 SBi < X ≤ + 1,80 SBi

= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67)

= 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)

= 3,40 < X ≤ 4,21

= 3,41 – 4,21

Kategori cukup baik = - 0,60 SBi < X ≤ + 0,60 SBi

= 3 - (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67)

= 3 - (0,40) < X ≤ 3 + (0,40)

= 2,60 < X ≤ 3,41

= 2,61 – 3,41

Kategori kurang baik = - 1,80 SBi < X ≤ - 0,60 SBi

= 3 - (1,80 . 0,67) < X ≤ 3 - (0,60 . 0,67)

= 3 - (1,21) < X ≤ 3 - (0,40)

= 1,79 < X ≤ 2,60

= 1,80 – 2,60

Kategori sangat kurang baik = X ≤ - 1,80 SBi

= X≤ 3 – (1,80 . 0,67)

= X ≤ 3 – (1,21)

= X ≤ 1,79

Selanjutnya, dilakukanlah perhitungan data yang diperoleh dari angket para

ahli untuk mengetahui tingkat kevalidan materi dan kevalidan bahasa. Perhitungan

menggunakan rumus sebagai berikut.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 15

Keterangan:

R = Rerata hasil penilaian para ahli/praktisi

Vij = Skor hasil penilaian para ahli/praktisi ke-j kriteria

n = Banyaknya para ahli/praktisi yang menilai

m = Banyaknya kriteria

Untuk melihat interval skor dan kategori kevalidan buku cerita bergambar yang

dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Interval skor dan kategori

Interval Skor Kategori

4,22 – 5,00 Sangat Valid

3,41 – 4,21 Valid

2,61 – 3,40 Cukup Valid

1,80 – 2,60 Kurang Valid

0 – 1,79 Sangat Kurang Valid

Untuk analisis data kepraktisan diperoleh dari angket respon guru dan siswa.

Dalam menentukan kategori pada analisis kepraktisan ini menggunakan cara yang

sama dengan analisis kevalidan media. Sehingga pada akhirnya interval skor dan

kategori kepraktisan media akan terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.8 Interval skor dan kategori Praktis

Interval Skor Kategori

4,22 – 5,00 Sangat Praktis

3,41 – 4,21 Praktis

2,61 – 3,40 Cukup Praktis

1,80 – 2,60 Kurang Praktis

0 – 1,79 Sangat Kurang praktis

4. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengembangan

4.1.2 Hasil Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan yang dihasilkan ialah sumber belajar

dalam bentuk buku cerita bergambar untuk literasi pembelajaran sains di sekolah

dasar. Setelah produk selesai pada tahap development (pengembangan), produk

divalidasi terlebih dahulu sebelum di uji cobakan ke peserta didik. Adapun

validasi yang digunakan ialah validasi materi dan validasi bahasa. Setelah produk

valid, selanjutnya dilakukan uji coba produk untuk melihat kebermanfaatan

produk. Sedangkan untuk mengukur kepraktisan produk menggunakan angket

respon guru dan respon siswa terhadap buku cerita bergambar.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 16

a. Validasi materi

Hasil validasi materi ini telah dilakukan sebanyak empat kali. Berikut

skor perolehan tahap pertama sampai yang ke empat. (1) Validasi tahap I yaitu

mendapat skor penilaian rerata

Rerata yang diperoleh sangat

rendah dikarenakan validator ahli hanya memberikan saran terhadap instrumen

validasi agar untuk diperbaiki karna tidak sesuai. (2) Validasi kedua dapat dilihat

bahwa rerata hasil validasi yaitu

. Rerata yang diperoleh masih

rendah sehingga dikategorikan “kurang valid”. Hal ini dikarenakan di dalam buku

cerita bergambar hanya terdapat kompetensi dan kompetensi dasar sehingga buku

cerita bergambar belum bisa diukur layak atau tidak karena indikator dan tujuan

belum ada.(3) Pada validasi tahap III rerata hasil validasi yaitu

.

Rerata yang diperoleh sudah mencapai kategori “valid” dan sudah layak untuk

diuji cobakan dengan revisi sesuai saran. (4) ) Pada validasi tahap IV rerata hasil

validasi yaitu

. Rerata yang diperoleh sudah mencapai kategori

“sangat valid”, dalam hal ini buku cerita bergambar sudah dinyatakan valid

sehingga sudah layak untuk diuji cobakan tanpa revisi.

b. Validasi bahasa

Validasi bahasa hanya dilakukan sebanyak satu kali. Berdasarkan validasi

yang telah dilaksanakan maka penskoran perolehan pada validasi tahap I dapat

dikatakan valid karena reratanya yaitu

. Rerata yang diperoleh

sudah mencapai kategori “sangat valid” sehingga sudah layak untuk diuji cobakan

dengan revisi sesuai saran.

c. Kepraktisan buku cerita bergambar

penilaian guru/wali kelas terhadap buku cerita bergambar memperoleh

jumlah rerata

. Rerata yang diperoleh sudah bisa dikategorikan

“sangat valid”. Selain angket respon yang diisi oleh guru/wali kelas, pada tahap

ini peneliti juga meminta tanggapan dari peserta didik kelas IV SDN 46/x Rantau

Jaya terhadap buku cerita bergambar yang telah dikembangkan. Berikut hasil

penilaian uji coba buku cerita bergambar oleh peserta didik di kelas IV SDN 46/x

Rantau Jaya memperoleh jumlah skor keseluruhan 324. Rerata yang diperoleh

yaitu

. rerata yang diperolah dikategori “sangat valid”.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan buku cerita bergambar yang

dikembangkan layak digunakan untuk literasi pembelajaran sains di sekolah dasar

pada kelas 4.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kajian Produk Yang Telah Direvisi 1. Prosedur pengembangan

Pengembangan buku cerita bergambar untuk literasi pembelajaran sains

ditempuh melalui beberapa tahap yaitu :

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 17

a. Analysis (Analisis)

Pada tahap analisis ini dilakukan tinjauan terhadap kompetensi dasar dan

karakteristik peserta didik. Analisis kompetensi dasar sangatlah diperlukan

sebelum mengembangkan suatu produk. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan

indikator dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada analisis

karakteristik peserta didik menurut pendapat Majid (2014:8) yang menyatakan

bahwa “Pada usia ini anak berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun)

yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam”. Artinya anak

pada usia tersebut cenderung lebih suka melihat gambar-gambar yang berwarna

dibandingkan tulisan pada buku. Alfin (2015: 192) menyatakan bahwa “analisis

karakteristik awal siswa merupakam salah satu upaya yang dilakukan untuk

memeproleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan

kepentingan siswa, berkaitan dengan suatu program pendidikan tertentu.

b. Design (Rancangan)

Setelah melakukan analisis, tahap selanjutnya adalah pembuatan ide cerita

yang di dalamya mengandung materi selalu berhemat energi, kemudian dibuat

skenario cerita. Selanjutnya dilakukan pembuatan tokoh yang aka dipakai di buku

cerita bergambar. Adapun tokoh yang dibuat dalam buku cerita bergambar adalah

delapan tokoh utama yaitu Udin, Beni, Edo, Lani, Dayu, siti, Meli dan ibu vani

sebagai gurunya. Tokoh-tokoh yang telah direncanakan tersebut merupakan tokoh

kartun yang ada di dalam buku siswa pada kurikulum 2013, tokoh kartun dipilih

agar peserta didik tidak merasa asing terhadap tokoh pada buku cerita bergambar.

c. Development (Pengembangan)

Pada tahap development (pengembangan) yang dilakukan yaitu

mengembangkan sumber belajar yang telah dirancang menjadi sebuah produk,

kemudian divalidasi oleh validator ahli materi dan dan validator ahli bahasa.

Validasi merupakan proses penilaian rancangan produk yang dilakukan dengan

memberikan penilaian berdasarkan pemikiran rasional tanpa uji coba lapangan hal

ini sesuai dengan pendapat Azwar (Wahyuni:2014) menyatakan bahwa “validitas

mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurannya”.

d. Implementation (Implementasi)

Pada tahap implementasi, produk yang dinyatakan valid kemudian

dilakukan uji coba dengan melihat sejauh mana kebermanfaatan dan kepraktisan

sumber belajar. Asyar (2012: 100) berpendapat bahwa “hal ini diperlukan karena

kadang-kadang apa yang dikonsep oleh penulis dan para ahli belum tentu sesuai

dengan kenyataan dilapangan”. Setelah melakukan uji coba kepada siswa, saran

dan komentar siswa diperlukan untuk mengevaluasi sumber belajar yang telah

dikembangkan. Selain itu, guru juga menjadi pengamat dalam pembelajaran.

Penulis meminta respon guru dan siswa untuk mengetahui kepraktisan produk.

Menurut Sukardi (Rifai, 2011:3) “pertimbangan praktikalitas dapat dilihat dalam

aspek kemudahan penggunaan, dapat digunakan sewaktu-waktu, waktu singkat,

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 18

cepat, sebagai pengganti atau variasi serta biaya murah jika hendak

menggunakannya”.

e. Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi tahap-tahap pengembangan

yang dilakukan. Mulai dari analisis sampai implementasi. Menurut Tegeh (2014:

43) “evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan

yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir

program untuk mengetahui pengaruhnya. Evaluasi dilakukan untuk perbaikan dan

penyempurnaan sumber belajar.

4.2.2 Kevalidan buku cerita bergambar

Kevalidan buku cerita bergambar didapatkan dari hasil validasi yang

dilakukan pada tahap pengembangan (development). Validasi dilakukan oleh

validator pembelajaran dan validator bahasa. kriteria penilaian untuk

pembelajaran merujuk pada pendapat BNSP dalam Handoyo (2016) yaitu : “1)

kesesuaian materi yang ada dalam buku cerita bergambar dengan Standar

Kopetensi dan Kompetensi Dasar; 2) Ketelitian dalam merancang materi dan

penyampaian materi, ilustrasi dan contoh pada buku cerita bergambar; 3) Materi

yang disampaikan sesuai dengan perkembangan jaman (mutakhir); 4) Kesesuaian

dengan perkembangan peserta didik”. Dari 4 indikator kemudian dibuat menjadi

10 item deskriptor. Validasi materi dilakukan sebanyak empat tahap, yaitu sebagai

berikut : (1) Validasi tahap I yaitu memperoleh rerata 1 dengan kategori sangat

tidak valid. (2) Validasi kedua dapat dilihat bahwa rerata hasil validasi yaitu 2.6

dengan kategori sangat kurang valid. (3) Pada validasi tahap III rerata hasil

validasi yaitu 4 dengan kategori valid dan sudah layak untuk diuji cobakan dengan

revisi sesuai saran. (4) ) Pada validasi tahap IV rerata hasil validasi yaitu 4.8

dengan kategori sangat valid, dalam hal ini buku cerita bergambar sudah

dinyatakan valid sehingga sudah layak untuk diuji cobakan tanpa revisi. Menurut

Vieven dalam Fatmawati (2016:99) "penilaian validitas perangkat pembelajaran

diukur berdasarkan hasil validasi".

Sedangkan validasi bahasa hanya dilakukan satu kali saja, kriteria yang

dijadikan pendoman untuk melakukan penilaian ialah mengacu pada BSNP

(2012) yaitu “1) Ketepatan struktur kalimat, 2) Keefektifan kalimat, 3) Kebakuan

istilah, 4) Pemahaman terhadap pesan atau informasi, 5) Kemampuan memotivasi

peserta didik, 6) Keseuaian dengan perkembangan intelektual peserta didik, 7)

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta didik, 8) Ketepatan

tata bahasa, 9) Ketepatan ejaan”. Dari 9 indikator menjadi 9 item deskriptor pula.

Adapun hasil skor perolehan, buku cerita bergambar dikategorikan baik dengan

rerata 4.4 dengan kategori sangat valid. selanjutnya validator menyatakan buku

cerita bergambar sudah dapat digunakan namun direvisi seperlunya saja.

4.3.3 Kepraktisan buku cerita bergambar

Setelah media dinyatakan valid oleh validator ahli, selanjutnya sumber

belajar dinilai oleh guru kelas IV untuk mengetahui kepraktisan media yang telah

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 19

dibuat. Guru memberikan penilaian bahwa buku cerita bergambar untuk literasi

pembelajaran sains ini sangat praktis dan layak untuk diuji cobakan dengan rerata

4.75. sedangkan rerata yang diperoleh dari seluruh peserta didik yaitu 4.6 dengan

kategori sangat valid. Kepraktisan sumber belajar dapat dilihat dari penilaian

angket respon guru dan peserta diidik.

4.3.4 Produk akhir

Kajian produk pengembangan ini akan dianalisis dan dipaparkan dari

setiap karakteristiknya. Pada buku cerita bergambar dilakukan kajian analitik yang

ditinjau dari : (1) desain fisik (2) desain teks (3) desain visual dan (4) komponen

isi.

5. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian dan pengembangan buku cerita bergambar untuk literasi

pembelajaran sains di sekolah dasar untuk peserta didik kelas IV menggunakan

model ADDIE dengan lengkah-langkah: (1) analysis (analisis), (2) design

(perencanaan), (3) development (pengembangan), (4) implementation (uji coba)

(5) evaluation (evaluasi).

Kevalidan buku cerita bergambar pada validasi materi menunjukkan hasil

akhir dengan rerata 4.8 dengan kategori “sangat valid” sehubungan aspek

kesesuaian materi dengan KI dan KD, keakuratan materi, kemutakhiran materi,

dan kesesuaian dengan perkembangan peserta didik. Dan validasi bahasa dengan

hasil rerata 4.4 dengan kategori “sangat valid” sehubungan dengan aspek

ketepatan struktur materi, keefektifan kalimat, kebakuan istilah, pemahaman

terhadap pesan atau informasi, kemampuan memotivasi peserta didik, kesesuaian

dengan perkembangan intelektual peserta didik, kesesuaian dengan tingkat

perkembangan emosional peserta didik, ketepatan tata bahasa, dan ketepatan

ejaan. Dari validasi tim ahli dapat dikatakan sumber belajar dalam bentuk buku

cerita bergambar untuk literasi pembelajaran sains dinyatakan valid.

Kepraktisan buku cerita bergambar dinilai oleh guru dan siswa. Pada saat

uji coba guru juga menjadi pengamat dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru

melihat kepraktisan sumber belajar dari segi kebermanfaatan buku cerita

bergambar dalam proses pembelajaran. Hasil perolehan rerata dari guru ialah 4,75

dengan kategori “sangat valid”. Selanjutnya angket respon yang diisi oleh siswa

memperoleh tingkat kepraktisan dengan rerata 4.6 dengan kategori “sangat valid”.

5.2 Implikasi

Adapun implikasi pada penelitian ini adalah:

1. Buku cerita bergambar hasil pengembangan dapat menjadi sumber belajar

sebagai pendukung pembelajaran sains untuk peserta didik melalui literasi

kelas IV sekolah dasar dalam mencari tahu sumber energi, manfaat,

perubahan bentuk energi, dan energi alternatif.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 20

2. Buku cerita bergambar hasil pengembangan dapat menjadi sumber belajar

yang menarik dan baru bagi peserta didik karena memuat cerita yang mudah

dipahami dan disertai dengan ilustrasi yang menggambarkan cerita, sehingga

akan membangkitkan minat baca peserta didik.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan serta simpulan yang telah

diuraikan, buku cerita bergambar sebagai sumber belajar masih banyak memiliki

kelemahan, peneliti mengharapkan guru dapat menggunakan buku cerita

bergambar pada saat literasi pembelajaran sains di sekolah dasar. Selain itu,

beberapa saran pemanfaatan dan pengembangan produk lebih lanjut yang

dibutuhkan ialah penulis menyarankan, peneliti lain bisa melanjutkan penelitian

ini menggunakan sumber belajar yang telah dikembangkan dalam bentuk

eksperimen maupun penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. Dkk. 2017. Pembelajaran Literasi Strategi: Meningkatkan

Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca dan Menulis. Jakarta:

Bumi Aksara.

Al- Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2014.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,

Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenamedia Group

Alfin, J. 2015. Analisis Karakter Siswa pada Tingkat Sekolah Dasar. Surabaya:

Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya

Anita, Dkk. 2015. Analisis keterampilan dasar mengajar mahasiswa pendidikan

matematika dalam pembelajaran mikro. Vol 3, No 4, ISSN 2339-1685

Asyar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Referensi Jakarta.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

.

Azimi, dkk. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran IPA Berbassis Literasi

Sains untuk Siswa Sekolah Dasar. Pancasakti Science Education Journal,

vol 2(2): 146.

Branch, Robert M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. Springer:

USA.

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta.

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 21

Darmono. 2016. Keberaksaraan Informasi dan Gerakan Literasi Sekolah,

Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Manajemen Perpustakaan Sekolah,

April 22 sd 24, Kabupaten Sumenep.

Fauzi Torikul. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web Untuk

Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada Konsep Ekologi Kelas X MIA Di

SMA Negeri 3 Sumedang. Skripsi. IAIN: Cirebon.

Handoyo, Alvinia G. 2016. Analisis Kesesuaian Modul Bahasa Mandarin Rumah

Bahasa Universal Kelas VII SMP Kristen YSKI Semarang Dengan Rambu-

rambu Kelayakan Isi BSNP, Skripsi, Universitas Negeri Semarang,

Semarang.

Kern, Richard. 2000. Literacy and Language Teaching. New York: Oxford

University Press.

Krisnawan, Hilarius A. 2017. Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis

Pendidikan Anti Korupsi Untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas II B

SD Negeri Dayuharjo Tahun Pelajaran 2016-2017, Skripsi, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Lestari, Mira D. 2016. Pengembangan Buku Cerita Untuk Menanamkan Karakter

Peduli Sosial, Jujur dan Tanggung Jawab Siswa Sekolah Dasar Kelas

Rendah, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Luzar, M. L. C. 2011. Efek Warna Dalam Dunia Desain dan Periklanan,

Universita BINUS., 2 (2): 1084-1096.

Maulita, I. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Literasi Sains

Bertema Aplikasi Gaya Dalam Kehidupan, Skripsi, Universitas Negeri

Semarang, Semarang.

Muhammad, Hamid. 2016. Panduann Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah

Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Kemendikbud.

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 22

Permendikbud. 2016. Buku Yang Digunakan Oleh Satuan Pendidikan

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.

Yogyakarta: Diva press.

Rifai, H. 2011. Prakikalitas Modul Berbasis Masalah pada Perkuliahan Kulkulus I

di STIKIP Sumatera Barat. Jurnal. Padang: STIKIP PGRI

Setiono. Panut. 2014. Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Nilai Budaya

Lokal Untuk Kelas IV SDN Rampal Celaket 1 Kota Malang. Diterbitkan

Setyaningsih, Florentina P. 2017. Pengembangan Buku Cerita Bergambar

Berbasis Pendidikan Antikorupsi Untuk Pembelajaran Membaca Siswa

Kelas III B SD Kanisius Wirobrajan I Yogyakarta. Skripsi. Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pengembangan reasearch and development.

Bandung: ALFABETA

Suwarno. 2011. Perpustakaan & Buku / Wacana Penulisan & Penerbitan Buku.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Syaodih, Emawulan. Dkk. 2015. Prosiding Seminar Nasional: Membangun

Imajinasi dan Kreativitas Anak Melalui Literasi. Bumi Siliwangi, vol 2: 23.

Tegeh, Made, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Teguh Mulyo, 2017. Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Buku Pengawas pada

Dinas Pendidikan Kabupaten Pati (Prosiding Seminar Nasional).

Wells, Gordon. 1987. Apprenticeship in Literacy. Interchange Journal Vol. 18

Nos. ½

Wisangnuari, Secundina K. 2017. Pengembangan Buku Cerita Bergambar

Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Pembelajaran Membaca

Siswa Kelas III SD Kanisius Kuumendaman Yogyakarta, Skripsi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.