artikel b enam jenis pohon berkhasiat obat dan …

8
Oleh : Andianto* ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN KEBERADAANNYA ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN KEBERADAANNYA Artikel Artikel B u d a y a pengobatan tradisional dengan memanfaat- kan bagian-bagian tanaman sudah lama teruji dan tumbuh berkembang di Indonesia. Dalam per- kembangannya, di- kenal istilah jamu, kemudian dikenal dengan adanya obat herbal terstandar (OHT), dan terakhir yang kita kenal dengan istilah fitofarmaka. Ketiganya merupakan tingkatan produk obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Jamu dapat dibedakan dengan obat tradisional lainnya karena jamu belum mengalami proses standardisasi bahan baku. Menurut Poerwadarminta (1976) jamu adalah obat yang dibuat dari akar-akaran, daun- daunan, kulit dan sebagainya atau bahan obat- obatan dari tumbuhan. Standardisasi bahan baku sangat diperlukan dalam uji praklinik maupun uji klinik sebagai persyaratan untuk mendapatkan status fitofarmaka yang setara dengan obat konvensional yang dapat diresepkan oleh dokter. Slogan “kembali ke alam” mendasari pengguna- an bahan tumbuhan sebagai pengobatan tradisional saat ini. Kesadaran adanya efek samping bila mengkonsumsi obat konvensional (modern) dalam waktu yang lama, bahan alam yang relatif murah dan kemudahan memperolehnya, serta kenyataan adanya penyakit tertentu yang belum dapat diobati dengan obat modern menjadi sekian alasan mengapa obat bahan alami mulai kembali digunakan. Pemanfaatan hasil hutan di Indonesia belumlah mampu menggali potensi sumber daya alam secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan lebih dominannya konsumsi hasil hutan berupa kayu dibandingkan hasil hutan non kayu atau hasil hutan ikutan lainnya. Salah satu hasil hutan ikutan diantaranya berupa bahan kimia alami yang berasal dari jenis-jenis tanaman hutan yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat. Sebagai wilayah mega biodeversity, tidak dipungkiri bahwa hutan di Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Dari sekitar 30.000 jenis tumbuhan di Indonesia, tidak kurang dari 1.000 jenis diantaranya diketahui dapat digunakan sebagai bahan baku obat (Hamid , 1990 dalam Zuhud, 1991). Tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan baku obat bahan alam maupun modern (Dalimartha, 2008). Diantara tumbuhan yang berkhasiat obat tersebut diketahui 87 jenis adalah pohon hutan (Jafarsidik, 1986). Komponen kimia tumbuhan terbagi ke dalam beberapa golongan senyawa yang sebagian besar merupakan bahan ekstraktif tumbuhan. Zat ekstraktif merupakan produk akhir proses metabolisme yang terbagi ke dalam dua kategori, yaitu metabolisme primer dan metabolisme sekunder. Metabolisme primer merupakan susunan kimia sederhana (gula, asam amino, lemak sederhana) dan terdapat pada semua tanaman serta jumlahnya bergantung pada jenis, gen, unsur et al. FORPro 12

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

Oleh : Andianto*

ENAM JENIS POHONBERKHASIAT OBATDANKEBERADAANNYA

ENAM JENIS POHONBERKHASIAT OBATDANKEBERADAANNYA

ArtikelArtikel

Bu d a y a

p e n g o b a t a n

t r a d i s i o n a l

dengan memanfaat-

kan bagian-bagian

tanaman sudah lama

teruji dan tumbuh

b e r k e m b a n g d i

Indonesia. Dalam per-

kembangannya, di-

kenal istilah jamu, kemudian dikenal dengan

adanya obat herbal terstandar (OHT), dan

terakhir yang kita kenal dengan istilah

fitofarmaka. Ketiganya merupakan tingkatan

produk obat-obatan yang berasal dari

tumbuhan. Jamu dapat dibedakan dengan obat

tradisional lainnya karena jamu belum

mengalami proses standardisasi bahan baku.

Menurut Poerwadarminta (1976) jamu adalah

obat yang dibuat dari akar-akaran, daun-

daunan, kulit dan sebagainya atau bahan obat-

obatan dari tumbuhan. Standardisasi bahan

baku sangat diperlukan dalam uji praklinik

maupun uji klinik sebagai persyaratan untuk

mendapatkan status fitofarmaka yang setara

dengan obat konvensional yang dapat

diresepkan oleh dokter.

Slogan “kembali ke alam” mendasari pengguna-

an bahan tumbuhan sebagai pengobatan

tradisional saat ini. Kesadaran adanya efek samping

bila mengkonsumsi obat konvensional (modern)

dalam waktu yang lama, bahan alam yang relatif

murah dan kemudahan memperolehnya, serta

kenyataan adanya penyakit tertentu yang belum

dapat diobati dengan obat modern menjadi sekian

alasan mengapa obat bahan alami mulai kembali

digunakan.

Pemanfaatan hasil hutan di Indonesia belumlah

mampu menggali potensi sumber daya alam secara

optimal. Hal ini dibuktikan dengan lebih

dominannya konsumsi hasil hutan berupa kayu

dibandingkan hasil hutan non kayu atau hasil hutan

ikutan lainnya. Salah satu hasil hutan ikutan

diantaranya berupa bahan kimia alami yang berasal

dari jenis-jenis tanaman hutan yang dapat

digunakan sebagai bahan baku obat. Sebagai

wilayah mega biodeversity, tidak dipungkiri bahwa

hutan di Indonesia sangat kaya akan berbagai jenis

tumbuhan. Dari sekitar 30.000 jenis tumbuhan di

Indonesia, tidak kurang dari 1.000 jenis diantaranya

diketahui dapat digunakan sebagai bahan baku

obat (Hamid , 1990 dalam Zuhud, 1991).

Tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan yang

berpotensi sebagai bahan baku obat bahan alam

maupun modern (Dalimartha, 2008). Diantara

tumbuhan yang berkhasiat obat tersebut diketahui

87 jenis adalah pohon hutan (Jafarsidik, 1986).

Komponen kimia tumbuhan terbagi ke dalam

beberapa golongan senyawa yang sebagian besar

merupakan bahan ekstraktif tumbuhan. Zat

ekstraktif merupakan produk akhir proses

metabolisme yang terbagi ke dalam dua kategori,

yaitu metabolisme primer dan metabolisme

sekunder. Metabolisme primer merupakan susunan

kimia sederhana (gula, asam amino, lemak

sederhana) dan terdapat pada semua tanaman

serta jumlahnya bergantung pada jenis, gen, unsur

et al.

FORPro12

Page 2: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

hara, iklim dan taksonominya tidak berbeda. Pada

metabolisme sekunder penyebaran senyawanya

terbatas (hanya ada pada jenis tertentu) dan

campuran senyawanya lebih kompleks (seperti

tanin, lignin, lemak, terpen), serta taksonominya

berbeda. Golongan senyawa ekstraktif tersebut

dikenal dalam beberapa kelompok senyawa,

yaitu : 1. kelompok terpens dan terpenoids

seperti resin, minyak atsiri; 2. gabungan senyawa

phenolik seperti tanin; 3. lemak seperti minyak

lemak; dan 4. lilin (wax) seperti karet, gum. Terpens

merupakan zat ekstraktif kayu yang mengandung

semua kelas terpen (dari monoterpenes hingga

tetraterpenes, kecuali sesterpena yang merupakan

kelas yang sangat jarang). Terpen merupakan

hidrokarbon murni. Gabungan senyawa phenolik

meliputi tanin, lignin, flavonoids, stilbene dan

quinon. Minyak lemak yang dihasilkan oleh

tumbuhan dikelompokkan dalam senyawa lemak.

Lemak merupakan ester asam karbonat tinggi

(asam lemak) dengan gliserol. Sedangkan lilin

adalah ester asam lemak dengan alkohol tinggi

(Syafii, 2009).

Kelompok senyawa-senyawa yang berasal dari

tumbuhan selain merupakan sumber dari banyak

bahan farmasi dan obat-obatan juga digunakan

sebagai bahan baku industri cat, pewarna, plastik

dan korek api. Kelompok senyawa terpens seperti

resin sebagian dihasilkan dari Famili Dipterocar-

paceae yaitu , , . Jenis

tumbuhan ini menghasilkan produk yang dikenal

dengan damar mata kucing. Produk ini memiliki

komposisi asam damar, damar resin yang berguna

sebagai bahan baku pembuatan korek api,

kembang api, plastik, plester, vernis dan lak. Kopal

juga merupakan produk dari kelompok resin yang

dihasilkan dari pohon yang memiliki

komposisi seperti pinena yang berguna dalam

pembuatan cat, vernis, lak merah dan tinta. Produk

lain dari kelompok resin ini adalah gondorukem,

yang berasal dari suku . Gondorukem

memiliki komposisi kimia anhidrida asam abietat

dan abietat anhidrida yang berguna dalam

pembuatan sabun, campuran cat, tinta, pelitur.

Produk lainnya adalah jernang yang diperoleh dari

jenis yang memiliki komposisi kimia

berupa resin drako yang diperlukan dalam

pembuatan bahan pewarna keramik, marmer, cat

dan keperluan farmasi. Kemenyan juga salah satu

produk yang berasal dari jenis yang memiliki

k o m p o s i s i k i m i a b e r u p a e s te r b e n zo a t ,

benzeldehida, vanilin, asam sinamat dan sterol yang

digunakan untuk obat batuk, obat luka, kosmetik

Shorea Vatica Dryobalanops

Agathis

Pinaceae

Daemanorops

Styrax

dan industri vernis (Syafii, 2009).

Akar wangi, cendana, nilam, kayu putih,

eukaliptus, gandapura, dan kamper menghasilkan

produk minyak atsiri yang berguna untuk bahan

kosmetik, farmasi, aroma pewangi dan insektisida.

Pohon jarak, kemiri, tengkawang dan wijen juga

menghasilkan senyawa lemak yang dimanfaatkan

untuk farmasi, energi, pangan dan kosmetik.

Sedangkan bahan sebagai penyamak dapat

diambil dari berbagai jenis pohon seperti akasia dan

jenis-jenis pohon mangrove. Sebagai bahan karet

dapat diambil dari pohon perca, jelutung, jenis

dan jenis-jenis dari suku Sapotaceae.

Bahan ini dimanfaatkan dalam produk insulator

kabel, pembuatan gigi, perekat, cat dan permen

karet. Gom dihasilkan dari pohon

yang dimanfaatkan dalam

pembuatan perekat, korek api, dan tinta (Syafii,

2009).

Potensi pemanfaatan jenis-jenis pohon sebagai

sumber bahan kimia terutama yang diketahui

berkhasiat obat sudah banyak dikenal, namun

kondisi keberadaan jenis-jenis tersebut di lapangan

dewasa ini belum banyak diketahui. Daerah-daerah

di Indonesia yang menginformasikan data

keberadaan jenis pohon tertentu yang dikenal

berkhasiat obat belum semuanya benar, hal ini bisa

saja karena berbagai perubahan dan kondisi di

lapangan akibat berbagai faktor yang terjadi.

Gencarnya exploitasi menyebabkan tidak sedikit

jenis-jenis tertentu mulai langka atau bahkan tidak

lagi diketahui keberadaannya.

Tulisan ini menyajikan informasi sekilas me-

ngenai keberadaan 6 (enam) jenis pohon ber-

khasiat obat baik yang tumbuh di hutan alam

maupun di areal kebun masyarakat hasil survey

tahun 2005 hingga tahun 2009, serta manfaat

kandungan kimia alami-nya yang disadur dari

beberapa sumber literatur

.

Jenis pohon spp. termasuk dalam

suku Lauraceae. Menurut Rismunandar (1989) suku

Lauraceae memiliki ciri pohon mulai kulit batang

hingga ranting yang mengandung minyak atsiri,

daunnya tunggal, berseling dan berwarna hijau.

Pucuk daun ada yang berwarna kemerah-merahan.

Bunga kecil berkelamin dua berwarna hijau atau

kuning. Bentuk buah buni, berbiji satu, berdaging

bulat memanjang. Kostermans (1957) me-

ngelompokkan 2.000 hingga 2.500 jenis anggota

Palaqium

Acasia, Sterculia

dan, Swietenia

Cinnamomum

A. P a k a n a n g i / K i s e r e h (

)

C i n n a m o m u m

parthenoxylon/C. porrectum

FORPro 13

� Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012

Page 3: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

famili ke dalam 31 marga (genus)

diantaranya adalah genus , ,

, , dan .

Terdapat sekitar 600 jenis pohon di Indonesia yang

dikenal dan biasa disebut dengan nama daerah

“medang” yang di dalamnya termasuk genus

. Dalam Prosea No. 5 (2) tahun 1995

disebutkan bahwa marga (genus) Cinnamomum

beranggotakan sekitar 250 jenis. Heyne (1987),

menyinggung beberapa anggota marga

Cinnamomum diantaranya seperti Bl.,

Nees & Eberm., Bl.,

Bl., Bl., Meissn.,

Bl., dan Breyn.

Pakanangi/Kisereh (

dapat ditemukan di lahan perkebunan

coklat milik rakyat di Desa Namo, dusun Sada Unta,

Gunung Panto Lumba Kec. Kulawi, Kabupaten

Donggala propinsi Sulawesi Tengah. Pohon ini

tumbuh pada lahan dataran tinggi dan

pegunungan dengan ketinggian sekitar 800 mdpl.

Pohon yang ditemui berdiameter kecil dan

merupakan trubusan dari tunggak pohon

tebangan yang sudah mati.

Pada peninjauan ke lokasi pabrik pengolahan

minyak pakanangi (PT. Artha) tahun 2008 di Desa

Batu Suya, Kecamatan Sindue Kabupaten

Lauraceae

Cinnamomum Sassafras

Litsea Eusideroxylon Cryptocarya Cassytha

Cinnamomum

C. burmanii C.

camphora C. Cassia C. culilawan

C. javanicum C. Parthenoxylon C.

Sintok C. zeylanicum

C. par thenox ylon/C.

porrectum)

Pohon dan batang kayu pakanangi/kisereh

( )C. parthenoxylon/C. porrectum

Donggala, bahan baku yang digunakan umumnya

berupa tunggak-tunggak dan akar pohon

pakanangi yang berasal dari daerah Kabupaten

Poso, dan sekitar Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi,

Sulawesi Tengah. Penyelamatan/pelestarian jenis

pohon pakanangi perlu segera dilakukan karena

saat ini keberadaannya sudah sangat sulit

ditemukan. Penghentian pengolahan minyak

pakanangi perlu dipertimbangkan apabila tidak

ada upaya budidayanya. Apabila hal ini dibiarkan

berlangsung, dikhawatirkan jenis pohon pakanangi

nasibnya akan serupa dengan jenis pohon eboni

yang sudah masuk dalam jenis yang dilindungi.

B. Kulilawang/Kulilawan ( )C. halmaherae

Pohon berkhasiat obat dengan nama setempat

kulilawan ditemukan pada areal hutan adat di Desa

Telutih Baru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku

Tengah. Hutan adat ini berada di bawah lereng yang

berbatasan dengan daerah luar kawasan Taman

Nasional Manusela. Saat ditemukan terdapat sekitar

10-15 pohon dan kurang lebih 20-25 anakan

kulilawan (sapling) dengan kondisi tapak hutan

berupa batu-batu berkarang. Berdasarkan hasil

identifikasi pada herbarium Puslitbanghut Hutan

dan Konservasi (Puskonser) Bogor, nama botanis

pohon ini adalah

Kosterm.

Berdasarkan informasi masyarakat setempat,

pemungutan kulit kulilawan dilakukan dengan cara

menebang pohon hingga roboh. Hal tersebut

mengakibatkan keberadaan pohon kulilawan di

Desa Telutih Baru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten

Maluku Tengah semakin berkurang dan sulit

ditemukan. Sepuluh tahun silam, di sekitar daerah

ini pernah terdapat usaha penyulingan minyak

kulilawan yang dikelola oleh masyarakat setempat.

Karena bahan baku semakin berkurang, usaha ini

akhirnya gulung tikar dan saat ini usaha demikian

sudah tidak ditemukan lagi. Selain kulilawan, di

daerah ini juga terdapat jenis pohon lain dengan

nama daerah kanini, kole, linghua, kenari, kayu besi

dan meranti. Masyarakat memanfaatkannya untuk

bahan pembuatan rumah, kayu bakar dan

pembuatan perabot rumah tangga. Pada lahan

areal hutan adat ini sudah banyak ditanami jenis-

jenis pohon perkebunan seperti cengkeh, coklat

dan jati super.

Hasil peninjauan di Desa Negeri Lima,

Kecamatan Leihitu di kabupaten yang sama

ditemukan sejenis pohon dengan ciri kulit batang

mengeluarkan bau harum balsam. Namun

Cinnamomum halmaherae

FORPro14

Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 �

Page 4: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

Daun dan kayu Kulilawan (C. halmaheirae Kosterm)

demikian jenis pohon ini belum diketahui nama

setempatnya dan belum dimanfaatkan sebagai

tanaman obat oleh masyarakat. Hasil identifikasi

contoh herbarium, pohon ini memiliki nama

botanis A.Gray suku

. Kurangnya pengetahuan masyarakat

setempat mengenai jenis-jenis pohon yang

memiliki khasiat obat menyebabkan ketidak

pedulian terhadap jenis ini, sehingga pemanfaatan

pohonnya hanya sebatas untuk pembuatan

rumah.

Produk dari beberapa jenis pohon

umumnya berasal dari bagian kulitnya yang berasa

manis, sehingga kebanyakan masyarakat menyebut

jenis ini dengan pohon kayu manis. Kulit kayu manis

padang adalah kulit batang dalam

perdagangan dikenal dengan nama

dengan bau khas aromatik, rasa agak manis, agak

pedas dan kelat. Jenis dalam dunia

perdagangan dikenal dengan .

Jenis yang asli Indonesia dalam

perdagangan diberi nama padang kaneel atau

eks. padang. Jenis Blume banyak

ditemukan di Jawa Barat dan Tengah. Sedangkan

Blume asli dari Ambon (Rismunandar,

1989).

Menurut Anonim (2007), penyebaran

di Indonesia banyak terdapat di daerah

Sumatera, khususnya di daerah Provinsi Sumatera

Barat dan Kabupaten Kerinci. Pohon kayu manis di

Sumatera disebut dengan holim, holim manis,

modang siak-siak (Batak), kanigar, kayu manis

(Melayu), madang kulit manih (Minangkabau). Di

Jawa dikenal dengan huru mentek, di kalangan

masyarakat suku Sunda dikenal dengan kiamis,

kanyengar (Kangean), dan di daerah lain seperti

kesingar (Nusa Tenggara), kecingar, cingar (Bali),

onte (Sasak), kaninggu (Sumba), Puundinga

(Flores). Selanjutnya dijelaskan bahwa tanaman ini

juga terdapat di daerah Srilanka, namun kulit

Alphitonia zizyphoides

Rhamnaceae

Cinnamomum

C. burmannii,

Cassia vera

C. zeylanicum

ceylon cinnamon

C. burmanni

cassia vera C. sintok

C.

culilawan

C.

burmannii

C. Kayu Manis ( sp.)Cinnamomum

batangnya lebih tipis dari kulit batang

yang ada di Indonesia. Dikenal 2 varietas

, varietas pertama yang berdaun muda

berwarna merah pekat dan varietas kedua berdaun

hijau ungu. Varietas pertama terdiri dari 2 tipe, yaitu

tipe pucuk merah tua dan tipe pucuk merah muda.

Varietas yang banyak ditanam di daerah pusat

produksi di Sumatera Barat dan Kerinci adalah

varietas pertama. Varietas kedua hanya didapat

dalam jumlah populasi yang kecil. Kayu manis

pucuk merah mempunyai kualitas yang lebih baik,

tetapi produksinya lebih rendah daripada kayu

manis yang berpucuk hijau.

Meskipun keberadaan pohon kayu manis

awalnya banyak tumbuh di hutan, dewasa ini sudah

banyak dibudidayakan pada lahan perkebunan,

dan pekarangan penduduk. Kegunaan dan manfaat

jenis kayu ., seperti kayu manis

sangat luas dan kandungan kimianya telah banyak

diinformasikan. Bahan aktif pada kayu manis adalah

eugenol dan safrol yang ditemukan pada kayu atau

kulit (Putra, 2005) dalam Triantoro dan Susanti

(2006). Menurut Sastrohamidjojo (

2005) dalam Triantoro dan Susanti (2006)

disebutkan bahwa komponen senyawa kimia yang

diperoleh dari kayu kulilawan ( .)

hampir sama dengan senyawa kimia yang berasal

dari kulitnya, yaitu eugenol (69,0%) dan safrol

(21,0%). Eugenol dan safrol tidak hanya terdapat

pada tanaman kulilawang dan masoi tetapi juga

pada pala ( ), kayu manis

( , cengkeh ( ), dan

sirih ( . Di Indonesia banyak pohon

penghasil minyak atsiri yang

mengandung komponen safrole (Sumadiwangsa,

2006). Hasil penelitian Triantoro dan Susanti (2006)

pada Kulilawan menunjukkan bahwa eugenol kayu

teras di bagian pangkal (66,23%) lebih tinggi

dibandingkan dengan bagian ujung (34,36%), dan

sebaliknya safrol berkadar lebih tinggi pada bagian

ujung (12,10%) dibandingkan dengan bagian

pangkal (9,56%). digunakan sebagai

bahan baku farmasi, yaitu sebagai obat analgesik

lokal dan antiseptik. Selain itu disebutkan pula

bahwa eugenol dapat dikonversi menjadi senyawa

turunan amfetamin maupun L-DOPA (dihidroksi

fenil alanin) yang dikenal sebagai obat parkinson.

Safrole dapat digunakan sebagai bahan baku pada

pembuatan tropical antiseptik dan ekstasi

(Triantoro dan Susanti, 2006). Beragamnya

kegunaan senyawa safrole mengindikasikan

perlunya kehati-hatian dalam penggunaan jenis

kayu .

C. burmannii

C.

burmannii

Cinnamomum spp

Personal comm.,

C.culilawane Bl

Myristica fragrans

C.burmanii) Sizygium aromatica

Piper betle)

Cinnamomum

Cinnamommum

Eugenol

FORPro 15

� Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012

Page 5: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

Masyarakat Kabupaten Solok di Sumatera Barat

sebagian besar memanfaatkan pohon kayu manis

untuk diambil kulitnya. Pemanfaatan batang pohon

kayu manis umumnya digunakan untuk kayu bakar

dikarenakan kayunya yang cepat mengalami

retakan, sehingga sebagian kecil masyarakat

memanfaatkannya sebagai kayu pertukangan.

Pohon kayu manis ( Camm dan

Blume) banyak tumbuh di Desa/Jorong

Bukit Gompong, Petak Tinggi, Koto Gadang Talang,

Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Pohon ini

ditemukan di areal lahan perkebunan swasta, hutan

alam serta hutan rakyat. Tumbuh pada lahan yang

datar hingga dataran tinggi dan pegunungan,

dengan ketinggian sekitar 900 mdpl. Tinggi pohon

berkisar antara 4 - 15 m dengan diameter pangkal

batang antara 7-50 cm. Potensi pohon kayu manis

cukup tersedia di daerah setempat, terlihat pada

pekarangan dan kebun masyarakat dan merupakan

usaha sampingan selain menanam tanaman

kebun/ladang.

Selain di Kabupaten Solok, pohon kayu manis

juga tumbuh di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi

Selatan pada areal lahan pekarangan rumah dan

kebun warga. Jenis yang ditemui adalah

Miq., Blume dan

Miq. Jenis-jenis ini tumbuh pada lahan

yang datar hingga dataran tinggi dan pegunungan

dengan ketinggian sekitar 800 mdpl. Tinggi pohon

berkisar antara 3 - 15 m dengan diameter pangkal

batang antara 8 - 25 cm. Potensi pohon kayu manis

cukup tersedia di daerah setempat (desa Cindranae

dan sekitarnya).

C. coriaceum

C.burmanii

C.subavenium C.inners Reinw ex.

C.celebicum

Di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi

Tengah juga ditemukan pohon kayu manis

( ). Pohon ini ditemukan di areal lahan

hutan yang sudah dibuka menjadi lahan

perkebunan coklat milik rakyat. Tumbuh pada lahan

dataran tinggi dan pegunungan dengan ketinggian

sekitar 800 mdpl. Jenis kayu manis yang ada di

daerah ini merupakan hasil penanaman masyarakat

pada tahun 1972 yang merupakan jenis tanaman

dalam program reboisasi saat itu. Namun saat ini

pohon kayu manis digantikan dengan jenis

tanaman perkebunan (coklat), sehingga pohon

kayu manis yang terdapat di daerah ini hanya

merupakan sisa hasil penanaman tahun 1972 yang

belum di tebang.

Di Kecamatan Kedungbanteng, Desa Windujaya,

Dusun Peninis yang terletak di lereng Gunung

Slamet-Jawa Tengah, pohon kayu manis didominasi

oleh yang dikenal dengan nama

setempat Keningar dan yang dikenal dengan

manis atau ki teja. Tinggi pohon tercatat antara

10 - 15 m dan diameter pangkal batang antara

25 - 30 cm. Umur pohon diperkirakan 15-30 tahun.

Daerah ini memiliki curah hujan tercatat rata-rata

3000-4000mm/tahun (type B). Pohon kayu manis

tumbuh pada lahan dataran tinggi dengan

ketinggian 500-1000 mdpl, dimana suhu udara

berkisar antara 24,4 - 30,9 C. Kondisi lahan setempat

memiliki kemiringan lereng sekitar 25-40% yang

merupakan zona pegunungan Serayu utara yang

sebagaian besar tertutup oleh endapan Gunung

Slamet dengan jenis tanah latosol coklat. Daerah

setempat merupakan daerah aliran sungai (DAS)

Serayu, Sub Das Logawa.

Salah satu jenis tumbuhan yang juga diketahui

berkhasiat obat adalah Pulai ( sp.). Jenis ini

termasuk ke dalam suku . Secara

hirarki taksonomi jenis ini berturut-turut termasuk

ke dalam Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta,

Klas Magnoliopsida, Ordo Gentianales, Suku/famili

dan Genus (Anonim, 2008).

Dari sekitar 40 hingga 60 jenis pohon spp.

yang dikenal dengan nama Pulai diantaranya

adalah

dan yang

terkenal adalah (L.) R.Br. (Anonim, 2008).

Salah satu jenisnya, yaitu (pulai

rawa) dapat mencapai diameter 100 cm dengan

tinggi 40-50 m, mempunyai banir dan batang

C.burmanii

C.burmanii

C.iners

Alstonia

Apocynaceae

Apocynaceae Alstonia

Alstonia

A. macrophylla, A. angustiloba, A. angustifolia,

A. spatulata, A. elliptica, A. oblongifolia, A.

pneumatophora, A. scholaris, A. costaca

A.scholaris

A.pneumatophora

0

D. Pulai ( sp.)Alstonia

Pohon, daun dan batang kayu manis

( sp.) di Kabupaten Banyumas - Jawa TengahCinnamomum

Pohon dan batang kayu manis ( sp.)

di Kabupaten Solok - Sumatera Barat

Cinnamomum

FORPro16

Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 �

Page 6: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

bergalur berwarna abu-abu hingga putih. Jenis

kayu ini cocok untuk ukiran, peti dan kayu lapis.

Jenis ini memiliki akar nafas yang besar dan

panjang, sehingga dikenal dengan pulai rawa.

Bagian kulit mengandung alkaloid

sebagai bahan obat. Kayunya banyak digunakan

untuk papan tulis sekolah, sehingga dinamakan

scholaris. Pohon dapat mencapai tinggi

lebih dari 40 m, batang pohon tua beralur sangat

jelas, sayatan berwarna krem dan banyak

mengeluarkan getah berwarna putih (Anonim,

2001) Jenis umumnya disebut dengan

pulai gading (Pulai putih) dan tersebar luas

terutama di Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat

(Anonim, 2008). Genus terdiri dari sekitar

40 jenis, dimana dua jenis merupakan tumbuhan

asli di daerah tropis Afrika, empat jenis di Australia,

sekitar 15 jenis di daerah Pasifik, 12 jenis di daerah

Malesiana dan sisanya di benua Asia. (Rudjiman

., 1994). Selanjutnya diinformasikan bahwa kulit

jenis ini mengandung latex yang penting dan sering

digunakan sebagai obat tradisional, di daerah Fiji

digunakan untuk mata yang bermasalah, kulitnya

digunakan untuk melawan malaria dan bahan

obat penenang di Pilipina dan jenis ini begitu

populer di India dan Jawa untuk penyakit diare

dan disentri. Heyne (1987) mencatat bahwa di

Indonesia terdapat 11 jenis , yaitu

Miq, Wall,

M i q , M i q , M i q ,

Backer, Miq,

R. BR., BL., dan

Miq).

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu

wilayah dimana dapat ditemui keberadaan pohon

jenis pulai. Tiga jenis pulai yang dapat ditemui

di daerah ini adalah pulai putih ( ),

pulai hitam ( ) dan pulai rawa

( ). Selain di kawasan hutan

KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus)

Balai Penelitian Kehutanan Palembang, tegakan

pulai rawa ( ) terlihat tumbuh di

sudut pinggiran jalan arah ke luar kota.

Pohon Pulai diinformasikan banyak digunakan

sebagai bahan obat-obatan. Menurut Heyne (1987)

getah dimanfaatkan untuk

penyembuhan luka bernanah, dan kulit

dapat digunakan untuk membersihkan lambung

dari lendir, mengobati perut kembung dan

pembengk ak an l impa. Jenis

mengandung tiga senyawa alkaloid yaitu ditamine,

echitamine (ditaine), Echitenines, beberapa

senyawa lemak dan resin, sedangkan dalam

A.scholaris

A.scholaris

A.scholaris

Alstonia

et

al

Alstonia

A.acuminata A.angustifolia A. angustiloba

A . e x i m i a A . g r a n d i f o l i a

A.pneumatophora A.polyphylla

A.scholaris A.spathulata A.villosa

(Blaberopus villosus

A. scholaris

A. angustiloba

A. pneumatophora

A. pneumatophora

A.pneumatophora

A.scholaris

A . s c h o l a r i s

penggunaan sebagai obat kulitnya dimanfaatkan

untuk obat tradisional sebagai obat diare dan

disentri (Grieve, 2009). Menurut Anonim (2008),

kulit mengandung alkaloida ditanin,

ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin,

ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triterpen,

sedangkan daunnya mengandung pikrinin, dan

bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol

yang dapat mengatasi borok, bisul, rasa sakit

setelah melahirkan (nifas), beri-beri dan payudara

bengkak karena bendungan ASI. Kulitnya

diberitakan dapat mengatasi demam, malaria,

limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri,

kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut,

kolik, kencing manis, tekanan darah tinggi, wasir,

anemia, gangguan haid, rematik akut.

Famili dari beberapa jenis penghasil gaharu

adalah genus ,

dan . tercatat

memiliki 12 jenis. Jenis dari

diantaranya adalah

Manfaat gaharu dikelompokkan ke dalam

penggunaan obat-obatan, parfum dan kosmetika

(Anonim, 2002). Menurut Sidiyasa dan Suharti

(1987) dalam Anonim (2002), selain jenis tumbuhan

spp. dan spp., gaharu dapat

diperoleh dari jenis-jenis tumbuhan seperti

spp; spp; spp;

spp; dan spp. Dalam buku

(1960) tercatat bahwa fami l i

terdiri dari beberapa genus, yaitu

,

dan

Di sekitar daerah Samboja, Kabupaten Kutai

Kertanegara ditemukan beberapa jenis pohon

penghasil gaharu genus . Batang pohon

ini memiliki diameter berkisar 20 cm - 65 cm

dengan tinggi berkisar 10 m - 25 m. Masyarakat

setempat mengenal 4 jenis pohon penghasil

A.scholaris

Thymelaeaceae Aetoxylon, Aquilaria

Gyrinops Gonystylus Genus Aquilaria

Thymelaeaceae

Amyxa pluricornis Domke,

Gyrinopsis cumingiana, Phaleria Sp., Gyrinops

versteegii (Gilg) DOMKE, Aquilaria malaccensis LAMK.,

A.beccariana VAN TIEGH., dan A.microcarpa BAILL.

Aquilaria Gonystilus

Weikstromia Enkleia Actoxylon

Gyrinops Dalbergia Flora

M a l e s i a n a

Thymelaeaceae

Aquilaria Enkleia, Linostoma, Wikstroemia, Daphne,

Gyrinops, Drapetes, Pimelea Amyxa.

Aquilaria

E. Gaharu ( sp., sp )Aquilaria Gyrinops .

Daun dan kayu pulai putih (A. scholaris)

FORPro 17

� Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012

Page 7: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

(Aquilaria sp.)Pohon dan kayu gaharu

F. Pasak Bumi ( Jack)Eurycoma longifolia

Jenis pohon pasak bumi ( Jack)

termasuk anggota dari suku . Suku

Dayak Kenyah menggunakannya untuk obat sakit

E.longifolia

Simaroubaceae

perut dan demam, suku Banjar menggunakannya

untuk (penunjang stamina) sedangkan

di Thailand digunakan untuk anti malaria. Pasak

bumi sudah merupakan komoditi ekspor (Mandang

dan Andianto, 2005).

aphrodisiac ,

FORPro18

gaharu yang dicirikan dengan penampakan kulit

batang pohon dan bentuk daun, yaitu gaharu

buaya, gaharu tanduk, gaharu air, dan gaharu

beringin. Dari beberapa sumber Herbarium

Wanariset Samboja, diperoleh informasi bahwa di

sekitar daerah Samboja hanya dapat ditemukan

2 jenis pohon penghasil gaharu, yaitu ,

dan . Diinformasikan juga bahwa

belum pernah ditemukan di daerah

Kaltim bagian selatan (Kutai Kertanegara).

Adanya sejumlah masyarakat yang masih

menebang pohon penghasil gaharu yang belum

tentu kayunya mengandung gaharu, dikhawatirkan

akan semakin langkanya jenis-jenis pohon

penghasil gaharu. Dikahawatirkan apabila

penebangan pohon ini terus berlanjut akan

menimbulkan kelangkaan di daerah Samboja.

Kegiatan pembudidayaan anakan pohon penghasil

gaharu, serta penyuntikan pohon guna mendapat-

kan kandungan gaharu sudah diupayakan saat ini.

Pohon gaharu ( ) juga

ditemukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur di

wilayah kerja RPH Anfoang selatan pada tanah yang

berbatu kapur keras yang minus air. Tinggi pohon

sekitar 4 - 6 m dan diameter antara 15 - 20 cm. Pohon

ini banyak tumbuh di hutan alam kawasan lindung

yang mutlak tidak boleh ada kegiatan produksi.

Umumnya tumbuh pada daerah tanah berbatu,

miskin hara dan air.

A.beccariana

A.microcarpa

A. Malaccensis

G.versteghii, G.cumingiana

Pohon pasak bumi dapat ditemukan di desa-

desa Kecamatan Bangkinang Barat -Kabupaten

Kampar Provinsi Riau. Ditemukan di kebun karet

rakyat yang berumur kurang lebih 15 tahun. Pohon

ini memiliki ketinggian sekitar 0,5 - 9 m dengan

diameter pangkal batang 1-12 cm, adapun ukuran

diameter pangkal akar berkisar 1-15 cm dan

panjang akar 45 - 245 cm.

Lokasi ditemukannya pasak bumi ini awalnya

merupakan wilayah hutan adat (ulayat). Menurut

informasi salah satu warga setempat, hutan adat

dapat dijadikan areal perkebunan dengan biaya

sangat murah. Untuk lahan seluas 1-2 Ha

masyarakat cukup membayar seharga 300 - 400 ribu

kepada orang yang dituakan, yaitu Nini Mama

(Datuk). Bila keadaan ini berlangsung terus,

dikhawatirkan hutan adat semakin berkurang dan

berubah menjadi perkebunan.

Pohon pasak bumi di daerah ini umumnya masih

berbentuk anakan tingkat tiang (sapling) dan

junmlahnya agak jarang, namun demikian

ditemukan juga pohon dengan akar berdiameter

sebesar ukuran paha orang dewasa dengan

panjang kurang lebih dua meter. Masyarakat sekitar

masih menganggap pohon pasak bumi sebagai

tanaman penggangu (gulma), sehingga pada saat

pembersihan lahan untuk perkebunan maka pohon

pasak bumi banyak yang ditebas. Dikarenakan sifat

pohon yang mudah bertunas diduga akar pasak

bumi berfungsi sebagai tempat penyimpanan

cadangan makanan. Hal ini terlihat pada ukuran

akar yang umumnya hampir sama atau lebih besar

dari ukuran batang pohon. Pohon pasak bumi

berbuah pada bulan Juni, namun belum diketahui

kapan mulai dan berakhir menghasilkan buah.

Pohon dan akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.)

Penutup

Sejalan dengan perkembangan industri obatmaupun farmasi yang berbahan baku tumbuhan(herbal), maka seiring itu pula eksploitasi terhadaptumbuhan berkhasiat obat gencar dilakukan yangnotabene hingga saat ini masih banyak yang

Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 �

Page 8: Artikel B ENAM JENIS POHON BERKHASIAT OBAT DAN …

berasal dari hutan alam. Usaha secara bijaksanamelalui pengkayaan atau penanaman jenis-jenispohon berkhasiat obat secara intensive perlusegera dilakukan guna mencegah dan mengurangilangkanya jenis-jenis pohon tersebut terutamajenis-jenis tertentu yang sangat bernilai ekonomis.Sudah saatnya program pembangunan HutanTanaman Industri (HTI) juga diarahkan kepadaupaya pemenuhan bahan baku industri obat danfarmasi.

Sumber Bacaan

Anonim, 2001. I nformasi s ingk at benih.No.2.Alstonia scholaris (L) R.Br. IndonesiaForest Seed Project. T.H.R. Ir.H. Juanda.Bandung. http://www. dephut.go.id/INFORMASI/RRL/IFSP/ Alstonia_scholaris.pdf. diakses tgl. 27-10-2009. jam 11.58.

_____. 2002. Rekomendasi Strategi GenerikPengembangan Industri Gaharu. Biro Kerja-sama Luar Negeri dan Investasi. SekretariatJenderal. Departemen Kehutanan.

_____. 2007a. Kayu Manis, http : //www.wikipedia.org., diakses 26 April 2007.

_____. 2007b. (http :

//www.usda.com., diakses 27 April 2007.

_____. 2008a. Jenis poh Pulai.http:// pule3.wordpress.com/ diakses tgl 27-10-2009 jam12.10

_____. 2008b. Kenalilah Pulai (Alstonia sp.).......

(Bagian III) . Teknik silvikultur.http://

ozonsilampari.wordpress.com/2008/02/01/

diakses tgl. 27-10-2009. jam 12.05

_____. 1995. PROSEA. Plant Resources of South-East

Asia No 5 (2). Timber trees: Minor commercial

timbers. Bogor Indonesia.

_ _ _ _ _ . 1 9 6 0 . Fl o r a M a l e s i a n a . S e r i e s I .

Spermatophyta Flowering Plants. Vol 6, part

6. Wolters-Noordhoff Publishing. Groningen,

The Netherlands.

Dalimartha, S. 2008. Jamu, Dahulu, Sekarang, Dan

Masa Depan. Makalah Semiloka: Jamu,

Brand Indonesia. Kementrian koordinator

Bidang Perekenomian. Jakarta.

Cinnamomum burmannii Nees&Th.Nees) Nees ex Blume Padang cassia,

FORPro 19

Heyne, K. 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid

II. Terjemahan. Badan Litbang Kehutanan,

Jakarta.

Jafarsidik, Y.1986. Potensi tumbuhan hutan (pohon)

penghasil obat tradisional. Prosiding diskusi

pemanfaatan kayu kurang dikenal. 13-14

Januari, 1987. Cisarua, Bogor. Badan Litbang

Kehutanan, Bogor.

Kostermans, A.J.G.H. 1957. PENGUMUMAN.

Communication. Balai Besar Penjelidikan

Kehutanan Indonesia. Nr 57. Lauraceae. Balai

Besar Penjelidikan Kehutanan Indonesia.

Bogor.

Mandang, Y.I. dan Andianto. 2005. Identifikasi jenis

kayu berkhasiat obat. Laporan Hasil Peneliti-

an. Pusat Penelitian dan pengembangan

Teknologi Hasil Hutan. Belum dipublikasikan.

Poerwadarminta, J.W.J.S. 1976. Kamus umum

bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka. Jakarta.

Rudjiman, Gintings, N., Martawijaya, A., Ilic, J. 1994.

Plant Resources of South-East Asia 5. (1)

Timber trees: Major commercial timbers. P.82-

90. PROSEA. Bogor.

Rismunandar, 1989. Kayu Manis. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Syafii,W. 2009. Kontak personal dan Bahan kuliah

Pemanfaatan Komponen Kimia Hasil Hutan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumadiwangsa S, E . 2006. Laporan Mengikuti

Second Regional Survey Meeting on Safrole-

Rich Essential Oils. 28-30 September 2006.

Kuala Lumpur, Malaysia.Tidak diterbitkan.

Triantoro, R.G.N. dan Susanti, C.M.E. 2006.

Kandungan bahan aktif kayu kulilawang

( .) dan Masoi

( ). Makalah pada

pelatihan fungsional peneliti tingkat pertama

angkatan XXXV-LIPI, Cibinong. Tidak

diterbitkan.

Zuhud, E.A.M. 1991. Pelestarian pemanfaatan

tumbuhan obat hutan tropis Indonesia.

Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya

Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor dan

Yayasan Pembinaan Suaka Alam dan

Margasatwa Indonesia, Bogor.

Cinnamomum culilawane Bl

Cryptocaria massoia

� Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012