artikel - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 artikel...

18
ARTIKEL

Upload: others

Post on 07-Mar-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

ARTIKEL

Page 2: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

P-ISSN: 2303-1832 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X e-ISSN: 2503-023X https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/al-biruni/index mm 20XX

PENGEMBANGAN ASSESMEN KETERAMPILAN BERPIKIR

TINGKAT TINGGI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

BERBASIS BUDAYA LOKAL

Bahtiar1, Ati Sukmawati2

1,2, Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Mataram

*Correspondence address: [email protected]

Received:………, 2018. Accepted: .................., 2018. Published:……………, 2018

Abstract: This study aims to develop assessment of high-level thinking skills in physics based on local

wesdem. This research through four (4) stages of development: defining, designing, developing, and

distributing. The results of this study indicate the validity value of 3.94 on the rating scale of 3.0 ≤ SV ≤4.0

with a very valid category and can be implemented with small revisions. The practicality of assessment of

high-level thinking skills based local wesdem is obtained from the readability of assessment instruments with

a percentage of 81%, the level of difficulty of the instrument with a percentage of 72%, and responses from

respondents with a percentage of 83%. Data about assessment effectiveness is obtained from learning

completeness, where classical completeness is 100% and indicator completeness is 90.5%. Thus the

assessment of high-level thinking skills in physics-based local wesdem can be said to be feasible to be

disseminated.

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan assesmen keterampilan berpikir tingkat tinggi

pada materi fisika berbasis budaya lokal. Penelitian ini melalui empat (4) tahapan pengembangan:

pendefinisian, pendesainan, pengembangan, dan penyebaran.. Hasil penelitian ini menjukkan nilai

kevalidan 3,94 pada rentan skala penilaian 3,0 ≤ SV ≤4,0 dengan katagori sangat valid dan dapat

diimplementasikan dengan revisi kecil. Kepraktisan assesmen keterampilan berpikir tingkat tinggi berbasis

budaya lokal diproleh dari keterbacaan instrumen assesmen dengan prsentase 81%, tingkat kesulitan

instrumen dengan presentase 72%, dan respon dari responden dengan presentase 83%. Data tentang

keefektifan assesmen diproleh dari ketuntasan belajar, dimana ketuntasan klasikal sebesar 100% dan

ketuntasan indikator sebesar 90,5%. Dengan demikian maka assesmen keterampilan berpikir tingkat tinggi

pada materi fisika berbasis budaya lokal yang dikembangkan dapat dikatakan layak untuk disebarkan.

© 2018 Pendidikan Fisika FTK UIN Raden Intan Lampung

Kata kunci: Assesmen, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, materi fisika berbasis budaya lokal.

PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar

(UUD) Negara Republik Indonesia Tahun

1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mengemban fungsi tersebut

pemerintah menyelenggarakan suatu

sistem pendidikan nasional sebagaimana

tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Implementasi Undang-Undang No. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah

peraturan, diantaranya PP No. 32 Tahun

2013 tentang Standar Pendidikan

Nasional. Kedua perangkat hukum

tersebut mengamanatkan agar kurikulum

disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi

yang ada di daerah.

Pentingnya memperhatikan potensi

yang ada di daerah dikemukakan oleh

Mardapi, (2010) melalui studi prediktif,

bahwa era globalisasi akan memunculkan

citra global dengan budaya global yang

langsung menentang budaya lokal. Hal ini

sejalan dengan pendapat Ferrari dan

Potrowowski (2008), bahwa “Western

Page 3: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

education in the past of couple of centuries

has typically focused on imparting content

knowledge and developing cognitive skills

in students. Schools promote intelligent

but not necessarily wise students.” Dengan

kenyataan tersebut, meskipun secara

akademis peserta didik memperoleh nilai

tinggi, tetapi mereka gagal

memperlakukan kehidupan dengan baik,

sehingga sering melakukan tindakan tidak

bijak (foolishness) yang merugikan dirinya

sendiri dan orang lain (Sternberg, 2005) .

Pada ranah akademis, berbagai hal

dapat diupayakan untuk menanggulangi

kemungkinan tersebut. Pernyataan

tersebut berdasarkan pada kemampuan

yang dimiliki siswa untuk beradaptasi.

Sebagai daya dukung, tidak dapat

dipungkiri bahwa manusia memiliki

keterampilan yang sangat kompleks. Salah

satunya keterampilan berpikir, pada ranah

kognitif terbagi menjadi enam tingkatan,

yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Schraw

(2011) merincikan keterampilan berpikir

tersebut ke dalam dua tingkatan yaitu

keterampilan berpikir tingkat rendah

(Lower Order Thinking Skills) yang terdiri

atas pengetahuan dan pemahaman, dan

keterampilan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skills) yang terdiri

atas aplikasi, analisis, sintesis dan

evaluasi.

Kenyataan dilapangan, sesuai dengan

Laporan TIMSS pada tahun 2007, bahwa

hanya 5% dari mahasiswa Indonesia yang

dapat mengerjakan soal-soal dalam

kategori tinggi dan advance, yang

memerlukan penalaran (berpikir tingkat

tinggi). Di sisi lain, 78% mahasiswa

Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-

soal kategori rendah yang memerlukan

knowing atau hafalan saja. Sementara

negara-negara Asia seperti; Jepang, Korea,

Taiwan, Hongkong, Singapura, Malaysia,

dan Thailand berada di atas Indonesia

(TIMSS, 2007). Selain itu, hasil studi

PISA menunjukkan Indonesia peringkat

10 terbawah dari 65 negara. Diketahui juga

bahwa mahasiswa Indonesia menguasai

pelajaran hanya sampai pada level 3,

sementara negara-negara lain ada yang

mencapai level 4, 5, dan 6 (PISA, 2009) .

Berdasarkan kesenjangan di atas maka,

peneliti menganggap penting mengetahui

keterampilan berpikir tingkat tinggi

mahasiswa terhadap materi fisika berbasis

budaya lokal. Hal tersebut tertuang dalam

penelitian yang berjudul pengembangan

assesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis budaya

lokal.

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Asesmen

Terdapat beberapa istilah yang terkait

dengan penilaian yaitu assesmen

(assessment), tes (test), pengukuran

(measurement), dan evaluasi (evaluation).

Istilah-istilah tersebut bagi kebanyakan

orang sulit untuk dibedakan artinya

sehingga sering kali ditemui

penggunaannya dalam konteks yang

kurang tepat.

Asesmen dapat diartikan sebagai proses

untuk mendapatkan informasi dalam

bentuk apapun yang dapat digunakan

untuk dasar pengambilan keputusan

tentang peserta didik, baik yang

menyangkut tentang kemampuannya, daya

serap pembelajaran, kurikulum, program

pembelajaran, keadaan sekolah maupun

kebijakan sekolah (Uno dan Koni, 2012).

Linn dan Gronlund (1995) menyatakan

bahwa asesmen merupakan istilah umum

yang melibatkan semua rangkaian

prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang hasil

belajar peserta didik. Menurut Overton

(2008): Asesmen adalah proses

mengumpulkan informasi untuk

memantau kemajuan dan membuat

keputusan pendidikan apabila diperlukan.

Seperti tercantum dalam definisi tentang

tes, pada asesmen tidak hanya meliputi tes,

tetapi juga termasuk metode seperti

observasi, wawancara, monitoring

perilaku, dll. Menurut Pantiwati (2013)

Page 4: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

asesmen merupakan kegiatan tentang

kemajuan belajar peserta didik dengan

menggunakan bermacam-macam

prosedur, seperti tes formal, inventori,

checklist, asesmen diri, portofolio, proyek

dan kegiatan lainnya.

Gambar 2.1. Asessing Learning in

Program

2. Prosedur Asesmen

Melakukan asesmen pembelajaran

harus dilaksanakan dengan prosedur

tertentu. Prosedur ini merupakan langkah

yang dilalui pendidik atau pendidik dalam

melakukan penilaian (Uno dan Koni,

2012) . Subali (2010) mengemukakan

bahwa agar dapat diperoleh alat asesmen

atau alat ukur yang baik perlu

dikembangkan suatu prosedur atau

langkah-langkah yang benar, yang

meliputi perencanaan asesmen yang

memuat maksud dan tujuan asesmen yaitu:

a. Penyusunan kisi-kisi;

b. Penyusunan instrumen/alat ukur;

c. penelahan (review) untuk menilai

kualitas alat ukur/instrumen secara

kualitatif,yakni sebelum digunakan;

d. Uji coba alat ukur, untuk menyelidiki

kesahihan dan keandalan secara

empiris;

e. Pelaksanaan pengukuran;

f. Asesmen yang merupakan interpretasi

hasil pengukuran; pemanfaatan hasil

asesmen

Assesmen digunakan untuk mengukur

ketercapaian tujuan pembelajaran dari

proses belajar dan menunjukkan apakah

strategi pengajar berhasil atau tidak.

Berdasarkan informasi tersebut kita dapat

mengevaluasi dan memperbaiki strategi

belajar.

Berikut ini tahapan-tahapan mengasses

suatu proses pembelajaran:

Gambar 2.2 Assessment Cycle

Berdasarkan gambar 2.2 di atas, maka

tahapan asesmen dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Rencana dan Diagnosa

Pada tahapan ini, merupakan awal dari

proses assesmen. Langkah-langkah yang

harus dilakukan pada tahapan ini adalah

sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan dan indikator.

Tujuan merupakan pernyataan yang

spesifik tentang apa yang hendak

dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut diturunkan dari KI (Kompetensi Inti)

dan KD (Kompetensi Dasar).

Sedangkan indikator merupakan

statmen yang menjadi tolak ukur

tercapainya tujuan

2) Menetapkan level kognitif. Dimensi

proses kognitif dalam taksonomi

blooms dapat dikelompokkan menjadi

tiga level kognitif, yakni:

Level 1 peserta didik diharapkan

menguasai kemampuan dasar dalam

menguasai pelajaran (Knowing).

a) Memperlihatkan kemampuannya

dalam mengingat dan memahami

materi

b) Memperlihatkan tingkatan dasar

dalam memecahkan masalah

sekurangnya dengan satu cara.

Page 5: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

c) Memperlihatkan kemampuan

dasar dalam grafik, label dan

materi visual

d) Mengkomunikasikan fakta

dasar dengan logika sederhana

Level 2 pada level ini peserta didik

memiliki kemampuan aplikatif

(Applying)

a) Dapat mengaplikasikan prinsip dan

konsep dalam koneks tertentu.

b) Menginterpretasi, menganalisa,

data dan informasi

c) Mengkomunikasikan dengan jelas

dan terorganisir

Level 3 pada level ini peserta didik

berkemampuan menalar dan berlogika

(Rassioning)

a) Memperlihatkan pemahaman dan

kemampuan yang luas terhadap

materi pelajaran serta dapat

menerpakan pemahaman pada

situasi familiar dengan cara yang

berbeda.

b) Menganalisis, mensintesis, evaluasi

gagasan dan informasi factual

c) Menjelaskan hubungan konsep

d) Menginterpretasi dan menjelaskan

gagasan konseptual

e) Mengekspresikan gagasan-gagasan

nyata dan akurat dengan logika

yang benar

f) Memcahkan masalah dengan

banyak cara

Pengajaran

Tiga hal utama yang harus

diutamakan dalam proses

pembelajaran, yakni:

1) Berorientasi kepada siswa

2) Berorientasi pada isi/materi yang

terhadapnya unjuk kerja siswa

dipraktekkan.

3) Realistis bagi kebutuhan siswa.

Pemilihan tipe tes yang akan

digunakan lebih banyak ditentukan

oleh kemampuan dan waktu yang

tersedia pada penyusun tes daripada

kemampuan peserta tes atau aspek

yang ingin diukur.

Penilaian dan pengukuran

Pengelompokkan tes berdasarkan

bentuknya terdiri dari benttuk uraian

dan bentuk obyektif. Kegunaan tes. Tes

dapat digunakan diantaranya untuk

kepentingan berikut ini:

1) Seleksi; hasil tes dapat digunakan

untuk mengambil keputusan tentang

seseorang yang akan diterima atau

ditolak dalam suatu proses seleksi.

2) Penempatan; tes digunakan untuk

menemtukan tempat yang cocok bagi seseorang untuk dapat

berprestasi dan berproduksi secara

efisien dalam suatu proses

pendidikan atau pekerjaan tertentu.

3) Diagnosis dan remedial; tes dapat

digunakan juga untuk mengukur

kekuatan dan kelemahan dalam

suatu program pendidikan tertentu.

4) Umpan balik; hasil tes dapat

digunakan untuk memberikan

umpan balik, baik bagi individu yang

menempuh tes maupun bagi dosen.

5) Motivasi dan bimbingan belajar;

hasil tes seharusnya dapat

memotivasi siswa untuk belajar

Perbaikan program; hasil tes dapat

digunakan untuk bahan masukan untuk

perbaikian program pendidikan

selanjutnya.

Remidiasi

Tes hasil belajar harus mengukur

apa-apa yang telah dipelajari dalam

proses pembelajaran sesuai dengan

tujuan atau hasil pembelajaran yang

diharapkan. Dengan demikian langkah

pertama adalah menentukan hasil

belajar yang akan diukur, apakah

termasuk ranah kognitif, afektif, atau

psikomotor, kemudian baru rumuskan

tujuan pembelajaran khusus yang

mencerminkan perilaku yang akan

diukur. Tes hasil belajar disusun benar-

Page 6: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

benar mewakili materi yang telah

dipelajari siswa. Untuk keperluan ini,

penyusun tes dapat mengambil sampel

materi apa saja yang mewakili dan patut

ditanyakan kepada siswa.

3. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Menurut taksonomi Bloom yang

telah dirievisi keterampilan berpikir

pada ranah kognitif terbagi menjadi

enam tingkatan, yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

dan evaluasi. Schraw et al. (2010)

mengklasifikasikan keterampilan

berpikir yang dimiliki Bloom menjadi

dua tingkatan yaitu keterampilan

berpikir tingkat rendah (Lower Order

Thinking Skills) yang terdiri atas

pengetahuan dan pemahaman, serta

keterampilan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skills) yang

terdiri atas aplikasi, analisis, sintesis

dan evaluasi.

Stein dan Lane (dalam Thompson,

2008) mendefinisikan higher order

thinking yaitu memberikan pemikiran

yang kompleks, tidak ada algoritma

untuk menyelesaikan suatu tugas, ada

yang tidak dapat diprediksi,

menggunakan pendekatan yang

berbeda dengan tugas yang telah ada

dan berbeda dengan contoh-contoh

yang telah diberikan. Resnick (dalam

Arends, 2008) mendefinisikan higher

order thinking sebagai berikut:

1. Higher-order thinking is

nonalgorithmic; thatis, the path of

action is not fully specified in

advance.

2. Higher-order thinking tends tobe

complex.

3. Higher-order thinking often yields

multiple solutions, each with

costsand benefits, rather than unique

solutions.

4. Higher-order thinking in volves

nuanced judgment and

interpretation.

5. Higher-order thinking is effortful.

There is considerable mental work

involved in thekinds of elaborations

and judgments required.

Kemampuan melibatkan analisis,

evaluasi, dan kreasi dianggap sebagai

kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Menurut Brookhart (2010, p. 29)

kemampuan berpikir tingkat tinggi

(HOTS) meliputi kemampuan logika

dan penalaran (logic and reasoning),

analisis (analysis), evaluasi

(evaluation), dan kreasi (creation),

pemecahan masalah (problem solving),

dan pengambilan keputusan

(judgement) .

METODE

PENELITIAN/EKSPERIMEN

1. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

pengembangan. Penelitian pengembangan

ini menghasilkan asesmen keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi fisika

berbasis budaya lokal yang dikembangkan

dengan model 4-D, yakni: Define

(pendefisian), Design (pendesainan),

Develope (pengembangan), dan Disminute

(penyebaran).

Gambar 3.1 Skema Langkah-langkah

pengembangan oleh Thiagarajan (1974)

1. Pendefinisian

Tahap define adalah tahap untuk

menetapkan dan mendefinisikan syarat-

syarat pembelajaran. Tahap define ini

mencakup dua tahap pokok, yakni:

pertama analisis kebutuhan mencakup

Page 7: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

tujuan dan konsep. Kemudian, kedua

adalah analisis karakter yang mengungkap

tentang pola pikir peserta didik dan

kedalaman materi ajar.

2. Pendesainan

Tahap perancangan bertujuan untuk

merancang perangkat pembelajaran.

Empat langkah yang harus dilakukan pada

tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes

(criterion-test construction), (2) pemilihan

media (media selection) yang sesuai

dengan karakteristik materi dan tujuan

pembelajaran, (3) pemilihan format

(format selection), yakni mengkaji format-

format asesmen yang ada dan menetapkan

format asesmen yang akan dikembangkan,

(4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih.

3. Pengembangan

Tahap pengembangan adalah tahap

untuk menghasilkan produk

pengembangan yang dilakukan melalui

dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli

(expert appraisal) yang diikuti dengan

revisi, (2) uji coba pengembangan

(developmental testing).

4. Penyebaran

Proses diseminasi merupakan suatu

tahap akhir pengembangan. Tahap

diseminasi dilakukan untuk

mempromosikan produk pengembangan

agar bisa diterima pengguna, baik

individu, suatu kelompok, atau sistem.

Produsen dan distributor harus selektif dan

bekerja sama untuk mengemas materi

dalam bentuk yang tepat.

Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain

dengan tujuan untuk mengetahui

efektifitas penggunaan perangkat dalam

proses pembelajaran. Penyebaran dapat

juga dilakukan melalui sebuah proses

penularan kepada para praktisi

pembelajaran terkait dalam suatu forum

tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan

tujuan untuk mendapatkan masukan,

koreksi, saran, penilaian, untuk

menyempurnakan produk akhir

pengembangan agar siap diadopsi oleh

para pengguna produk.

2. Data penelitian

a) Data validitas asesmen diperoleh

dengan menggunakan lembar

validasi yang diisi/dinilai oleh

pakar.

b) Data kepraktisan diproleh dengan

mengamati keterlaksanaan proses

penilaian, tingkat keterbacaan, dan

kendala-kendala yang dihadapai di

lapangan.

c) Data keefektifan diproleh melaui

tes keterampilan berpikir tingkat

tinggi berbasis budaya lokal dan

respon siswa terhadap penilaian

yang dilakukan.

3. teknik analisa data

Analisis data dalam penelitian ini

mendeskripsikan validitas, efektivitas, dan

kepraktisan asesmen keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Analisa data yang dilakukan

bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta

yang digunakan untuk menjawab rumusan

masalah yang telah dirumuskan dalam

penelitian lebih menekankan makna dari

pada generalisasi (Sugiyono, 2014).

Analisis Validitas

Validitas konstuk dan validitas isi

terhadap asesmen keterampilan berpikir

tingkat tinggi pada materi fisika berbasis

budaya lokal menggunakan deskriptif

kualitatif. Data yang diperoleh dianalisis

dengan rata-rata skor tiap aspek.

Tabel 3.1

Kriteria Pengkategorian Penilaian Interval

Skor

Kategori

Penilaian

Keterangan

3.6 ≤ P

≤ 4

Sangat

valid

Dapat digunakan tanpa

revisi

2.6 ≤ P

≤ 3.5

Valid Dapat digunakan dengan

sedikit revisi

1.6 ≤ P

≤ 2.5

Kurang

valid

Dapat digunakan dengan

banyak revisi

Page 8: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

1 ≤ P

≤ 1.5

Tidak

Valid

Belum dapat digunakan

dan masih memerlukan

konsultasi

(Ratumanan & Laurens, 2006)

Analisis Kepraktisan Asesmen

Teknik analisis data yang digunakan

pada tahap ini adalah deskriptif kuantitatif

dengan teknik persentase sebagai berikut:

𝑃 = ∑ 𝐾

∑ 𝑁 x 100%

Keterangan:

P = Persentase keterlaksanaan RPS ∑ 𝐾 = Jumlah aspek yang terlaksana ∑ 𝑁 = Jumlah keseluruhan aspek yang

diamati

Persentase keterlaksanaan fase

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Persentase No Persentase

Keterlaksanaan RPP

Kategori

1 0% - 20% Tidak baik

2 21% - 40% Kurang baik

3 41% - 60% Cukup baik

4 61% - 80% Baik

5 81% - 100% Sangat baik

(Adaptasi Ratumanan, 2011: 106)

Perhitungan reliabilitas instrumen

pengamatan keterlaksanaan pembelajaran

sebagai berikut:

Percentage = [1 − 𝐴−𝐵

𝐴+𝐵] 𝑥 100%

Keterangan:

A : frekuensi aspek aktivitas yang

teramati oleh pengamat yang

memberikan frekuensi tinggi.

B : frekuensi aspek aktivitas yang

teramati oleh pengamat yang

memberikan frekuensi rendah.

Analisis Keefektifan Asesmen

Data kreativitas mahasiswa diperoleh

dengan menggunakan tes berpikir kreatif

berupa soal yang dikerjakan pada awal dan

akhir pertemuan materi pemuaian adaptasi

dari “the Scientific Structure Creativity

Model (SSCM).” Tes yang digunakan

berupa soal tertulis dalam bentuk tes

uraian sebanyak 5 butir soal.

Prosedur skoring tes berpikir kreatif

adalah jumlah dari skor fluency, skor

flexibility, dan skor originality. Skor

fluency subyek diperoleh dengan langsung

menghitung seluruh jawaban subyek

terhadap setiap tugas yang diberikan oleh

subyek itu, tanpa memperhatikan kualitas

jawabannya. Skor flexibility untuk setiap

tugas diperoleh dengan menghitung

jumlah pendekatan atau daerah konten

yang digunakan dalam jawaban itu. Skor

originality dikembangkan dari tabulasi

frekuensi dari seluruh jawaban yang

diperoleh. Frekuensi dan persentase dari

setiap jawaban dihitung. Probabilitas dari

suatu jawaban lebih kecil dari 10%, diberi

skor 2 poin; Probabilitasnya dari 50

sampai 10%, diberi skor jawaban 1 poin;

Probabilitas dari suatu respon lebih besar

dari 50%, diberi skor jawaban 0 poin. Di

samping validasi ahli, instrumen berpikir

kreatif juga dianalisis sensitivitas butir soal

dengan persamaan:

Keterangan:

S = Indeks sensitivitas butir soal

N = Jumlah mahasiswa yang

mengikuti tes ∑ 𝑆𝑒𝑠𝑛

1 = Jumlah skor subjek setelah proses pembelajaran

∑ 𝑆𝑒𝑏𝑛1 = jumlah skor subyek sebelum

proses pembelajaran

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠=skor maksimal yang diperoleh mahasiswa

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛 =skor minimal yang diperoleh mahasiswa

Butir soal dikatakan baik dan peka

terhadap pembelajaran apabila sensitivitas

berada lebih besar atau sama dengan 0,30

(Gronlund, 1985). Sedangkan untuk

mengetahui perubahan skor tes

kemampuan berpikir kreatif mahasiswa

dianalisis dengan menggunakan

persamaan N-Gain.

𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 =𝑆𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑆𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑆𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

(Hake, 1999)

Page 9: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

Tabel 3.4

Kriteria Perubahan Skor (N-gain)

mahasiswa Sebelum dan Sesudah

Pembelajaran

Rentang Skor Keterangan

> 0,70 Tinggi

0,30 – 0,70 Sedang

< 0,30 Rendah

(Sumber: Hake, 1999)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kevalidan

Produk pengembangan ini berupa

instrumen asesmen penilaian keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi fisika

berbasis budaya lokal. Simulasi dilakukan

proses rancangan pengajaran yang

bertujuan agar lebih memudahkan

peneliti saat akan melakukan uji coba

terhadap prototype yang sudah dalam

kategori valid. Hasil simulasi yang

dimaksud yakni menyusun langkah-

langkah yang akan dilakukan saat

melakukan uji coba, dan langkah itu

diawali dengan menyiapkan tugas berupa

kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan, kemudian memberikan

penjelasan terkait dengan produk yang

dikembangkan dan memulai proses

penilaian kinerja dengan instrumen

assessmen yang dikembangkan.

Asesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis budaya

lokal yang dikembangkan dalam penelitian

ini mengangkat materi yang terdiri dari;

(1) pengantar tentang istilah assesmen,

pengukuran, penilaian, dan evaluasi; (2)

HOTS (Higher Order Thinking Skills); (3)

budaya lokal; (4) Asesmen keterampilan

berpikir tingkat tinggi berbasis budaya.

Berikut ini disajikan contoh instrumen tes

keterampilan berpikir tingkat tinggi

berbasis budaya lokal:

Contoh instrumen tes 1

Tahukah kamu konsep fisika yang

terkandung dalam permainan masa

kecilmu ini.

a) Jika kamu mengingatnya, tulislah

konsep-konsep tersebut!

b) Temukan berbagai permainan khas

daerah kamu dengan konsep fisika

yang serupa!

Contoh instrumen tes 2

Seni rupa dan suara tidak jarang kita

temukan di daerah-daerah dengan jenis

yang beragam. Berikut ini disajikan

beberapa seni rupa dalam budaya daerah

Gambar seni dan alat music daerah NTB

Seni menumbuk padi di daerah Bima

menghasilkan bunyi yang khas, tidak

kalah seru dengan kesenian khas Lombok

sebut saja Gendang Beleq. Kedua tradisi

tersebut sama-sama menghasilkan bunyi.

Selain tradisi tersebut, ada berbagai alat

yang khusus didesain untuk keperluan

menghasilkan bunyi yang nikmat untuk di

dengarkan, seperti: seruling, gambus

(katipu) dan lain-lain.

Berpikir tingkat tinggi

a) Desainlah alat tradisional yang

mengandung konsep suhu dan kalor.

b) Desainlah rumah adat atau gapura

daerah dengan menggunakan

lambang dan simbol-simbul sains

fisika.

Page 10: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

Hasil review ahli terhadap asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

materi fisika berbasis budaya lokal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1

berikut ini:

Tabel 4.1

Hasil Validasi Asesmen No Komponen

KBTT

Rerata

Penilaian

Katagori

1 Kelayakan

Isi

3.92 SV

2 Kebahasaan 3,90 V

3 Penyajian 4,02 SV

Jumlah 11,84

Rata-rata 3,94 SV

Keterangan:

V1, V2, dan V3 : Validator 1, 2, dan 3

SV : Sangat Valid

Tabel 4.1 menunjukkan hasil validasi

dari tiga validator, rata-rata penilaian

validator untuk seluruh komponen adalah

3,94 dengan kategori sangat valid. Selain

informasi tersebut, Tabel 4.1 juga

menginformasikan tentang kevalidan isi

(content validity) di mana hasil penilaian

validator adalah 3, 92 dengan katagori

sangat valid.

Krippendorff (2004), menyatakan

kelayakan instrumen sebagai klasifikasi

prosedur yang konsisten yang bersesuaian

dengan tingkat kematangan siswa. Nation

Center for Educational Research and

Develovement (NECRD, 1999) merinci

panduan Asesmen Penilaian (Assesment

Guides) bahwa, instrumen penilaian

mencakup 3 (tiga) dimensi kopetensi

penilaian, yakni: mengaplikasikan,

mengkomunikasikan, dan mempraktikkan

ilmu pengetahuan tersebut. Shweta (2013),

tes hasil belajar tidak dapat mengungkap

semua materi yang ada dalam bidang studi

tertentu sekalipun hanya untuk satu

semester. Oleh sebab itu harus diambil

sebagian dari materi dalam bentuk sampel

tes. Sebagai sampel maka harus dapat

mencerminkan materi yang terkandung

dari seluruh materi bidang studi. Lebih

spesifik Gail & Sullivan (2011) mendetail,

tes yang memilki validitas isi adalah tes

yang mengukur tujuan khusus tertentu dan

sejajar dengan materi atau isi pelajaran

yang diberikan.

Dengan demikian, penilaian validator

terhadap assesmen yang dikembangkan

memiliki presentase reliabilitas yang

tinggi. Di mana assesmen tes yang

dikembangkan memiliki maksud tertentu

dan bersifat khusus, seperti pada contoh

instrumen di atas.

Dukungan secara empiris juga

dikemukakan oleh Nursalam (2014) di

mana karakteristik dari asesmen ada dua,

yaitu; 1) peserta dalam mengkreasikan

suatu produk atau terlibat dalam suatu

aktivitas (perbuatan) seperti melakukan

eksperimen, praktek dan sebagainya, 2)

produk dari tes kinerja lebih penting dari

pada perbuatan atau kinerjanya.

Masukan saran dan komentar ahli isi

yang berkenaan dengan pengembangan

asesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis budaya

lokal adalah sebagai berikut:

a. Warna huruf (font color) tidak sesuai.

b. Tidak ada penomoran dan keterangan

gambar serta beberapa gampar tidak

ada keterangan pengantar (gambar

tiba-tiba muncul).

c. Gambar yang dibuat tidak di desain

dengan baik.

d. Istilah-istilah dalam asesmen

disesuaikan dengan konteks.

e. Pengaturan ruang atau tata letak

belum sesuai.

Berdasarkan penilaian dari ahli isi

terhadap pengembangan asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

materi fisika berbasis budaya lokal

sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.1 di

atas bahwa pengembangan asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

materi fisika berbasis budaya lokal berada

dalam kualifikasi sangat valid, sehingga

dapat digunakan dengan revisi kecil.

Adapun revisi yang dimaksud pada

Tabel 4.2 sebagai berikut:

Page 11: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

Tabel 4.2

Revisi Asesmen Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi Pada Materi Fisika

Berbasis Budaya Lokal No Item yang Direvisi Revisi

1 Warna huruf (font color)

tidak sesuai

Sudah direvisi

2 Tidak ada penomoran

dan keterangan gambar

serta beberapa gampar

tidak ada keterangan

pengantar (gambar tiba-

tiba muncul).

Sudah direvisi

3 Gambar yang dibuat

tidak di desain dengan

baik.

Sudah direvisi

4 Istilah-istilah dalam

asesmen disesuaikan

dengan konteks.

Sudah direvisi

5 Pengaturan ruang atau

tata letak belum sesuai.

Sudah direvisi

Dukungan terhadap hasil penilaian ini

oleh Ratumanan & Laurens (2006) di

mana pencapaian kualitas ini dikarenakan

pengembangan asesmen ini telah melalui

beberapa tahapan, yaitu analis kebutuhan,

analisis konsep, analisis tugas, diskusi

dengan dosen-dosen fisika, dan telah

divalidasi oleh pakar (validator).

Berdasarkan masukan dari validator,

maka revisi yang telah dilakukan dalam

asesmen ini adalah pada komponen

kelayakan penyajian terdiri atas; (1) warna

huruf (font color) tidak sesuai; (2) tidak

ada penomoran dan keterangan gambar

serta beberapa gampar tidak ada

keterangan pengantar (gambar tiba-tiba

muncul); (3) gambar yang dibuat tidak di

desain dengan baik; (4) istilah-istilah

dalam asesmen disesuaikan dengan

konteks; dan (5) pengaturan ruang atau tata

letak belum sesuai sehingga memberikan

kontribusi nyata dalam melatih

keterampilan berpikir tingkat tinggi

mahasiswa.

2. Kepraktisan

Kepraktisan suatu asesmen ditinjau dari

hasil penilaian pengamat. Berbagai

komponen yang menjadi sumber data

kepraktisan adalah keterbacaan, tingkat

kesulitan dan respon dari peserta didik.

Berikut ini disajikan data tentang

kepraktisan:

a). Tingkat keterbacaan asesmen

Keterbacaan diperoleh dengan

teknik close procedure. Persentase

tingkat keterbacaan asesmen disajikan

pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Tingkat Keterbacaan Asesmen

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Responden Asesmen Sains

Persentase

Keterbacaan

(%)

Kategori

1 75 Sedang

2 85 Tinggi

3 85 Tinggi

4 75 Sedang

5 85 Tinggi

Rata-rata 81 Tepat untuk

Pembelajaran

Tabel 4.4 menunjukkan secara

sistematis persentase tingkat keterbacaan

asesmen sains. Mahasiswa mendapat skor

75%-85% untuk tingkat keterbacaan

asesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis budaya

lokal, atau persentase skor 81%, sehingga

kategori tingkat keterbacaan asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

materi fisika berbasis budaya lokal adalah

materi tepat untuk pembelajaran.

Tingkat kesulitan asesmen dievaluasi

dalam beberapa tahap. Tiap tahapan

terlihat pada setiap pertemuan yang

dilaksanakan dalam empat (4) kali

pertemuan. Setiap pertemuan, dosen

menyarankan mahasiswa untuk

menggarisbawahi kalimat yang tidak

dimengerti atau tidak pahami. Dalam hal

tingkat kesulitan, pakar mengemukakan

bahwa untuk mengembangkan

kemampuan matematis siswa, maka

pembelajaran harus menjadi lingkungan

dimana siswa mampu terlibat secara aktif

dalam banyak kegiatan belajar yang

bermanfaat. Begitupun Piaget (1972)

dalam Reys, et all (1998:19) menyatakan

bahwa pengetahuan dibuat oleh siswa

sendiri, bukan ditemukan seperti batu atau

suatu pemberian. Data tentang tingkat

Page 12: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

kesulitan asesmen ini diperoleh dari 5

orang mahasiswa sebagai sampel, adapun

data yang dimaksud seperti disajikan pada

Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7

Tingkat Kesulitan Asesmen

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Pada Materi Fisika Berbasis Budaya

Lokal Responden Asesmen

Persentase

Kesulitan

(%)

Kategori

1 7,60 Kecil

2 6,65 Kecil

3 7,80 Kecil

4 7,50 Kecil

5 6,50 Kecil

Rata-rata 7.21 Sangat

Mudah

Tabel 4.7 menunjukkan secara

sistematis persentase tingkat kesulitan

asesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis budaya

lokal. Persentase tingkat kesulitan asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi pada

materi fisika berbasis budaya lokal antara

6,50%-7,50%, atau rata-rata persentase

skor 7.11%, sehingga dikategorikan kecil

atau sangat mudah.

Construck Validity/ Format Buku:

sudah sesuai dengan kategori valid, hasil

respon mahasiswa sekitar 82,50%

mahasiswa sangat tertarik dengan buku

asesmen, 17,5% mahasiswa cukup tertarik,

0% kurang tertarik dan Content Validity

(Isi Buku dan Bahasa) sudah sesuai dengan

kategori valid. Hasil respon mahasiswa

sekitar 85,75% mahasiswa sangat tertarik

dengan soal-soal yang, 14,25% mahasiswa

cukup tertarik, 0% kurang tertarik. Hal

yang lain mahasiswa memberikan respon

adalah sebanyak 32,50% mahasiswa

menilai buku asesmen sangat baru, 75,62%

mahasiswa menilai cukup baru, 4,38%

mahasiswa menilai kurang baru, 8,75%

mahasiswa menilai sangat mudah, 83,12%

mahasiswa menilai cukup mudah, 8,13%

mahasiswa menilai sulit, 1,25%

mahasiswa menilai sangat sulit.

Respon mahasiswa terhadap komponen

keterampilan berpikir tingkat tinggi yang

dilatihkan, 26,95% mahasiswa menilai

sangat baru, dan 61,72% mahasiswa

menilain cukup baru, 11,33% mahasiswa

menilai kurang baru. Sebanyak 56,25%

mahasiswa sangat berminat bahwa

pembelajaran dengan buku asesmen untuk

meningkatkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi mahasiswa dapat diterapkan

pada pokok bahasan selanjutnya, 42,75%

mahasiswa menilai cukup berminat dan

tidak ada mahasiswa yang kurang berminat

atau tidak berminat. Respon mahasiswa

terhadap penjelasan dosen saat kegiatan

belajar mengajar, 37,50% siswa menilai

sangat jelas, 62,50% mahasiswa menilai

cukup jelas, dan tidak ada mahasiswa yang

menilai kurang jelas atau tidak jelas.

Respon mahasiswa terhadap bimbingan

dosen selama kegiatan penemuan, 28,13%

mahasiswa menilai sangat jelas, 71,87%

mahasiswa menilai cukup jelas, dan tidak

ada mahasiswa yang menilai kurang jelas

atau tidak jelas. Respon mahasiswa

terhadap komponen-komponen lembar

penilaian produk, keterampilan berpikir

tingkat tinggi adalah 1,03% mahasiswa

menilai sangat mudah, 60,42% mahasiswa

menilai cukup mudah, 35,42% mahasiswa

menilai sulit, dan 3,13% mahasiswa sangat

sulit.

3. Keefektifan

Hasil rekapitulasi ketuntasan indikator

tes hasil belajar keterampilan berpikir

tingkat tinggi mahasiswa kelas A dan

mahasiswa kelas B dapat dilihat pada

Grafik 1 berikut.

Grafik 1

Ketuntasan Indikator Keterampilan

Berpikir Tingkat Tinggi

Page 13: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

Berdasarkan Grafik 1 di atas, diperoleh

informasi bahwa asesmen keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi fisika

berbasis budaya lokal, semua indikator

soal tuntas. Menurut Tajularipin et al.

(2015) kemampuan berpikir tingkat tinggi

mempunyai tiga komponen yaitu

kemampuan berpikir, kebiasaan berpikir

dan metakognitif. Kemampuan berpikir

tingkat tinggi dapat ditingkatkan dengan

memberikan persoalan berupa open-ended

question, tugas dalam kelas dan umpan

balik dalam pembelajaran. Menurut

Beetlestone (2012) menjelaskan tentang

umpan balik, jika hasil karya mahasiswa

dihargai dan ditingkatkan, maka rasa harga

diri untuk proses kreatif akan meningkat

dan jika hasil karya mahasiswa dinilai

secara kritis maka dapat membangun

keterampilan kreativitas dan estetika.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan

tujuan penelitian, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Asesmen yang dikembangkan valid

berdasarkan penilaian validator. Nilai

kevalidan sebesar 3,94 sehingga

dikatagorikan valid. Oleh karena itu,

asesmen yang dikembangkan dapat

diterapkan pada mahasiswa Prodi

Tadris Fisika UIN Mataram.

2. Asesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis

budaya lokal praktis untuk

meningkatkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi mahasiswa. Hal ini

berdasarkan hasil skor kategori tingkat

keterbacaan asesmen keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi

fisika berbasis budaya lokal sebesar

81% artinya bahwa materi tepat untuk

pembelajaran. Selanjutnya persentase

tingkat kesulitan asesmen keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi

fisika berbasis budaya lokal antara

6,50%-7,50%, atau rata-rata persentase

skor 7.11%, sehingga dikategorikan

kecil atau sangat mudah. Sedangkan

untuk keterlaksanaan pembelajaran

telah mengalami peningkatan mulai

dari awal pembelajaran sampai dengan

akhir pembelajaran dengan kategori

sangat baik. Hal tersebut didukung oleh

respon mahasiswa terhadap

pembelajaran, dengan akumulasi nilai

minat belajar mahasiswa mencapai

100%. Selain itu tidak terdapat kendala-

kendala yang menyudutkan

pengimplementasian asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi

pada materi fisika berbasis budaya lokal

yang dikembangkan, artinya bahwa

asesmen tersebut dapat dengan mudah

diterapkan (praktis).

3. Asesmen keterampilan berpikir tingkat

tinggi pada materi fisika berbasis

budaya lokal efektif untuk

meningkatkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi.Pada bagian Pustaka,

diberikan beberapa contoh yang relatif

banyak digunakan oleh jurnal-jurnal

internasional. Silahkan para penulis

untuk menyesuaikan diri.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, peneliti menyarankan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Produk asesmen penilaian keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi

fisika berbasis budaya lokal, hanya

mengkaji beberapa pokok bahasan saja,

bagi peneliti lain bisa mengembangkan

pokok bahasan yang berbeda.

2. Produk asesmen penilaian keterampilan

berpikir tingkat tinggi pada materi

fisika berbasis budaya lokal, tidak

diujicobakan secara menyeluruh pada

mahasiswa. Untuk mendapatkan hasil

Page 14: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

yang representatif diusahakan

memperbanyak sampel untuk ujicoba.

3. Pada penelitian ini, hanya

mengembangkan instrumen asesmen

keterampilan berpikir tingkat tinggi

yakni kemampuan menganalisis,

mengevaluasi dan menciptakan. Untuk

peneliti lain, bisa memilih indikator

keterampilan berpikir tingkat tinggi

selain tiga indikator di atas.

4. Perlunya melatih siswa menggunakan

keterampilan keterampilan berpikir

tingkat tinggi secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel jurnal:

Diani, R. (2015). Pengembangan

Perangkat Pembelaran Fisika Berbasis

Pendidikan Karakter Dengan Model

Problem Basen Instruction. Jurnal

Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 4

(2), 231-241.

Beetlestone, F. (2012). Creative Learning:

Strategi Pembelajaran untuk

Melesatkan Kreativitas Siswa.

Terjemahan Yusron, N. Bandung:

Nusa Media.

Mardapi. 2010 (Hal. 13). ”Pengembangan

Buku Pelengkap Pembelajaran

Membaca pada Mahasiswa Sekolah

Dasar Kelas VI”.Jurnal. Semarang:

FBS Unnes.

Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., dan

Stanco, G.M. (2012). TIMSS 2011

International Results in Science.

Boston College, Chestnut Hill:

TIMSS & PIRLS International Study

Center.

National Center for Educational Research

and Develovement. Manahej al-

ta’alim wa ahdafaha (Pulic

Educational curricula and goal).

Beirut, Lebanon: Author, 1999

Subali, Bambang. (2010). Pengukuran

Ketrampilan Proses Sains Pola

Divergen Mata Pelajaran Biologi Sma

Di Provinsi DIY dan Jawa Tengah.

Prosiding Seminar Nasional Biologi

“Biologi dan Pengembangan Profesi

Pendidik Biologi” 3 Juli 2010.

Sulaiman, T., Ayub, A. F. M., & Sulaiman,

S. (2015). Curriculum Change in

English Language Curriculum

Advocates Higher Order Thinking

Skills and Standards-Based

Assessments in Malaysian Primary

Schools. Mediterranean Journal of

Social Sciences, Vol. 6, No. 2, p: 494-

500.

Suwandi, Sarwiji (2010). Model Asesmen

dalam Pembelajaran. Surakarta:

Yuma Pustaka.

TIMSS (2007). International Results in

Science. 77-92. Chestnut Hill: TIMSS

& PIRLS International Study Center,

Boston College.

Thompson, T. (2008). Mathematics

Teachers’ Interpretation of Higher-

Order Thinking in Bloom’s

Taxonomy. IEJME.Vol 3, No 2, Hal

96-109.

Wasis, Yuni, S.R, & Sukarmin. (2014).

Karakterisasi Instrumen Penilaian

Berpikir Tingkat Tinggi dan Literasi

Sains: Studi komparatif soal TIMSS,

PISA, dan UN. Laporan penelitian

fundamental yang didanai oleh DP2M

Dikti.

Buku:

Arends, R. 2012. Learning to Teach, 9th

Edition. New York: Mc-Graw Hill.

Anderson and David R. Krathwohl, 2007,

Taxonomy Learning, Teaching, and

Assessing, Longman, New York

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi

Aksara.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi

Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Beetlestone, F. (2012). Creative Learning:

Strategi Pembelajaran untuk

Melesatkan Kreativitas Siswa.

Terjemahan Yusron, N. Bandung:

Nusa Media.

Page 15: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

Borich. 2015. Observation skills for

efektive teaching (6th edition).

English. Pearson.

Gail & Sullivan (2011) A Primer on the

Validity of Assessment Instruments.

Journal of Graduate Medical

Education, 515 N State St, Suite 2000,

DOI: 10.4300/JGME-D-11-00075.1

Krippendorff, K. Content Analysis: An

Introduction to its methodology. Sage,

Thousand Oaks, CA. 2004

Linn dan Gronlund (1995). Measurement

and Assessment in Teaching, 11th

Edition. New York. Pearson.

Nursalam. (2014). Pengukuran dalam

Pendidikan. Makassar: Alauddin

University Press.

Ratumanan T.G dan Laurens. (2006).

Evaluasi Hasil Belajar Yang Relevan

Dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Surabaya: Unesa

University Press.

Overton (2008). Assessing Learners with

Special Needs (text only) 6th (Sixth).

New York. Prentice Hall.

Schraw, Gregory et al. (2011). Assessment

Of Higer Order Thinking Skillss.

America: Information Age

Publishing.

Suwandi, Sarwiji (2010). Model Asesmen

dalam Pembelajaran. Surakarta:

Yuma Pustaka.

Shweta Bajpai, Ram Bajpai (2013)

Goodness Of Measurement:

Reliability And Validity. International

Journal of Medical Science and Public

Health | 2014 | Vol 3 | Issue 2. DOI:

10.5455/ijmsph.2013.191120133.

Received Date: 07.10.2013

Uno dan Koni, (2012). Assessment

Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

Prosiding seminar:

Pantiwati (2013). Strategi Pembelajaran

Self Assesment Dan Metakognisi

Dalam Pembelajaran Sains. Proseding

2015 Prodi Pendidikan Biologi FKIP

Muhammadiyah Malang.

ISSN/2016.05 - 27 Mei 2015

Subali, Bambang. (2010). Pengukuran

Ketrampilan Proses Sains Pola

Divergen Mata Pelajaran Biologi Sma

Di Provinsi DIY dan Jawa Tengah.

Prosiding Seminar Nasional Biologi

“Biologi dan Pengembangan Profesi

Pendidik Biologi” 3 Juli 2010.

Internet:

Huitt, Hummel, & Kaeck, (2001). Kizlik,

2014. Measurement, Assessment, and

Evaluation in Education. Retrieved

February 6, 2015, from

http://www.adprima.com/measureme

nt.htm

Melissa (2011) The assessment cycle

consists of the following steps: 1)

articulate the student learning goals

and objectives, 2) gather information

about how well students are learning

(outcomes), 3) give feedback and

interpret information through means

like rubrics, and 4) use information to

improve student learning. Tersedia di

https://law.marquette.edu/facultyblog

/2011/10/25/assessing-law-students-

learning/ Posted on October 25, 2011.

PISA. (2009). Assesment of Reading,

Mathematical and Scientific Literacy.

(Online). Tersedia:

http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/4

4/63/33692793.pdf. (diakses 26

Februari 2017).

TIMSS (2007). International Results in

Science. 77-92. Chestnut Hill: TIMSS

& PIRLS International Study Center,

Boston College.

Aturan

Kemdikbud .2016. Materi Pengembangan

Instrumen Penilaian, BIMTEK PKB

Guru Garis Depan, Ditjen GTK. Tim

Penyusun.

PP No. 32 Tahun 2013 (Hal. 10). Standar

Nasional Pendidikan. Tim Penyusun.

Jakarta

Page 16: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi XX (X) (20XX) X-X

UUD RI. 1945. Tentang pendidikan yang

menyeluruh bagi seluruh rakyat

Indonesia. Tim Penyusun

UUD RI No. 20 Tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional. Tim

Penyusun

Page 17: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya

BUKTI SUBMIT JURNAL

Page 18: ARTIKEL - repository.uinmataram.ac.idrepository.uinmataram.ac.id/111/1/110 Artikel Penelitian.pdf · checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya. ... bentuknya