artikel 1 peran bank sentral di tengah pandemi covid-19

32
47 keterbatasan ruang fiskal melalui kebijakan non-konvensional pembelian surat berharga pemerintah. Dampak COVID-19 terhadap Per- ekonomian Sejak pertengahan Februari 2020, pandemi COVID-19 terus menyebar ke luar Tiongkok dan menambah jumlah korban terinfeksi ataupun yang meninggal dunia. Beberapa negara Emerging Markets (EM) seperti India dan Brazil mengalami lonjakan kasus infeksi COVID-19. Sementara itu, beberapa negara Advanced Economies (AE) seperti Amerika Serikat (AS) dan Euro Area (EA) (terutama Spanyol dan Prancis) terindikasi menuju second wave, setelah sempat melandai pada Mei dan Juni 2020. Hingga 16 September 2020, total kasus infeksi terbesar didominasi oleh AS (6,7 Pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai dampak negatif yang signifikan hingga mengakibatkan krisis kesehatan dan ekonomi yang terburuk di dunia sejak Great Depression 1930. Aktivitas ekonomi terhenti dengan diberlakukannya pembatasan aktivitas masyarakat sehingga jutaan orang kehilangan pekerjaan dan meningkatkan kemiskinan. Pada kondisi seperti ini, stimulus fiskal sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan, mencegah kenaikan pengangguran, serta membantu sektor usaha dan UMKM. Namun, penurunan penerimaan pemerintah menyebabkan ruang fiskal menjadi terbatas. Koordinasi antar otoritas sangat diperlukan untuk mengatasi dampak pandemi. Dalam konteks ini, bank sentral baik di negara maju maupun berkembang turut membantu pemerintah mengatasi Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19 Oleh: Fenty Tirtasari Ekarina dan Gabriel Fedrichson 1 Artikel 1 BAB 3 1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Penelitian dan Asesmen Internasional

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

47

keterbatasan ruang fiskal melalui kebijakan

non-konvensional pembelian surat berharga

pemerintah.

Dampak COVID-19 terhadap Per-

ekonomian

Sejak pertengahan Februari 2020,

pandemi COVID-19 terus menyebar

ke luar Tiongkok dan menambah

jumlah korban terinfeksi ataupun

yang meninggal dunia. Beberapa negara

Emerging Markets (EM) seperti India dan Brazil

mengalami lonjakan kasus infeksi COVID-19.

Sementara itu, beberapa negara Advanced

Economies (AE) seperti Amerika Serikat (AS)

dan Euro Area (EA) (terutama Spanyol dan

Prancis) terindikasi menuju second wave,

setelah sempat melandai pada Mei dan Juni

2020. Hingga 16 September 2020, total

kasus infeksi terbesar didominasi oleh AS (6,7

Pandemi COVID-19 menimbulkan

berbagai dampak negatif yang signifikan

hingga mengakibatkan krisis kesehatan dan

ekonomi yang terburuk di dunia sejak Great

Depression 1930. Aktivitas ekonomi terhenti

dengan diberlakukannya pembatasan

aktivitas masyarakat sehingga jutaan orang

kehilangan pekerjaan dan meningkatkan

kemiskinan. Pada kondisi seperti ini, stimulus

fiskal sangat diperlukan untuk mengatasi

masalah kesehatan, mencegah kenaikan

pengangguran, serta membantu sektor usaha

dan UMKM. Namun, penurunan penerimaan

pemerintah menyebabkan ruang fiskal

menjadi terbatas. Koordinasi antar otoritas

sangat diperlukan untuk mengatasi dampak

pandemi. Dalam konteks ini, bank sentral

baik di negara maju maupun berkembang

turut membantu pemerintah mengatasi

Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19Oleh: Fenty Tirtasari Ekarina dan Gabriel Fedrichson1

Artikel 1

BAB

3

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Penelitian dan Asesmen Internasional

Page 2: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

48

Grafik 1. International Tourists Arrival During COVID-19

Sumber: WTO

Milion1600

1200

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020

800 692

-3 million (-0,4%)SARS

-37 million (-4,0%)Global economic crisis

Global economic crisis-850 million (-58%)-1020 million (-70%)-1140 million (-78%)

893

1464

400

0

(e) 610

(e) 320

(e) 440

COVID-19 menyebabkan pengeluar-

an pemerintah naik tinggi untuk membantu

sektor kesehatan, bisnis, dan rumah

tangga sehingga memperlebar defisit

fiskal. Berbagai fiscal measures yang ditempuh

pemerintah di antaranya berupa pendanaan

kebutuhan darurat sektor kesehatan, tunjangan

gaji, pembayaran cuti, pemberian pinjaman

dan hibah ke perusahaan. IMF memperkirakan

defisit anggaran pemerintah secara global

akan melebar hingga lebih dari -6% PDB pada

2020 (dari -3,7% PDB pada 2019)-Grafik 2.

Amerika Serikat (AS) menjadi kontributor utama

pelebaran defisit fiskal global, seiring berbagai

stimulus fiskal yang masif.

Grafik 2. Government Fiscal Balances Changes

Sumber: IMF, World Economic Database

Contribution to the change in global government fiscal balances change, 2007-20, % of GDP

ChinaUnited StatesEuro AreaEmerging EconomiesRest of the WorldWorld

2

0

-2

-4

-6

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

juta kasus), India (5 juta kasus), Brazil (4,3 juta

kasus), dan Rusia (1 juta kasus).

Penerapan containment measures

di berbagai negara untuk menekan

penambahan kasus COVID-19 berdampak

pada perlambatan ekonomi global.

Pada awal penyebaran, berbagai negara

menerapkan kebijakan containment berupa

pembatasan perjalanan (travel restriction),

social distancing, hingga lockdown.

Lockdown yang ketat menyebabkan investasi

global tertunda, disrupsi pada supply barang,

dan tingkat pengangguran meningkat. Di sisi

konsumsi, ketidakpastian yang meningkat

akibat pandemi menyebabkan konsumen

lebih selektif dan menahan belanja sehingga

permintaan konsumsi global melemah tajam.

COVID-19 juga berdampak pada

penurunan kinerja ekspor dan sektor

pariwisata global. Pelemahan permintaan

global mengakibatkan pemburukan kinerja

ekspor barang global yang turun sebesar

-2,8% qtq pada TW1-20, dan makin

dalam hingga -15% qtq pada TW2-20. Di

sektor pariwisata, pembatasan perjalanan

yang meluas dan level of social distancing

menyebabkan kinerja industri pariwisata

turun signifikan. Berdasarkan skenario United

Nation World Trade Organization (UNWTO),

international tourist arrivals berpotensi turun

60% hingga 80% pada 2020 dibandingkan

2019 (Grafik 1). Penurunan ekspor dan

wisatawan internasional berdampak pada

pelemahan penerimaan fiskal, terutama pada

negara-negara yang memiliki ketergantungan

tinggi pada perdagangan dan pariwisata.

Page 3: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

49

Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi

COVID-19

Berbagai bank sentral di dunia

mengambil peran cukup besar di tengah

keterbatasan instrumen lainnya dalam

upaya untuk mempercepat pemulihan

ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Langkah tersebut ditempuh melalui kebijakan

non-konvensional atau quantitative easing

(QE), yaitu dengan cara membeli obligasi

pemerintah atau aset keuangan jangka

panjang lainnya dari open market. Pembelian

obligasi tersebut akan meningkatkan

likuiditas di pasar, dan mendorong perbaikan

pertumbuhan kredit dan investasi, serta

menurunkan cost of money. Dengan suku

bunga yang lebih rendah, bank dapat

memberikan pinjaman dengan biaya yang

lebih murah, sehingga diharapkan dapat

menggerakkan kembali sektor riil.

Kebijakan QE ditempuh oleh Bank

sentral AE dan EM untuk mengatasi

pandemi. Secara historis, QE dilakukan oleh

bank sentral di AE, dan diimplementasikan

pada saat suku bunga mencapai zero lower

bound (ZLB) serta inflasi pada level yang

rendah. Dalam kondisi tersebut, bank sentral

menempuh QE untuk menjaga ketersediaan

kredit ke perusahaan, menjaga fungsi

pasar obligasi, dan mendukung monetary

accommodation ketika suku bunga telah

mencapai effective lower bound. Kini

kebijakan QE juga ditempuh oleh bank

sentral EM untuk membantu mengatasi

keterbatasan ruang fiskal pemerintah. Selain

itu, QE di beberapa negara juga ditujukan

Kenaikan pengeluaran pemerintah

di tengah penurunan penerimaan

juga menyebabkan kenaikan tingkat

utang. Rasio utang sektor publik diprediksi

melampaui historis utang selama 150 tahun

terakhir, termasuk saat perang dunia I dan

II. Rasio utang publik pada 2020 diestimasi

dapat mencapai 122% PDB di AE, dan

62% PDB di EM (Grafik 3). Kenaikan debt

ratio tertinggi akibat pandemi diperkirakan

dialami oleh AS seiring defisit yang melebar

untuk membiayai berbagai benefit antara lain

unemployment benefits, payroll tax deferral,

dan subsidi gaji kepada perusahaan kecil dan

menengah (Grafik 4).

Grafik 3. Global Public DebtSumber: IMF, World Economic Database

1880 1900 1920 1940 1960 1980 2000 2020

WWI% GDP

WWII

Advancedeconomies

Emerging marketeconomies

GlobalFinancial

Crisis

GreatLockdown

140

120

100

80

60

40

20

0

Grafik 4. Global Government Debt Changes

Sumber: IMF, World Economic Database

ChinaUnited StatesEuro AreaEmerging EconomiesRest of the WorldWorld

Contribution to the change in global government debt change, 2007-20, % of GDP

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

14

12

10

8

6

4

2

0

-2

-4

Page 4: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

50

The Fed telah memberikan forward guidance

bahwa suku bunga akan tetap rendah hingga

ekonomi membaik.

Grafik 5. Fed Fund RateSumber: Federal Reserve

0,25

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 62017 2018 2019 2020

% Fed Fund Rate

Di tengah krisis pandemi yang

makin menekan perekonomian AS, the

Fed juga menempuh kebijakan moneter

unconventional. QE telah dilakukan oleh

the Fed, yaitu melalui pembelian US Treasury

Bills dan mortgage backed securities (MBS),

termasuk commercial MBS. Bahkan, the Fed

juga merilis municipal liquidity facility untuk

membantu state dan local government dalam

mengelola tekanan cash flow. Melalui fasilitas

tersebut, the Fed dapat membeli short-

term notes yang diterbitkan negara bagian

(termasuk district Columbia) hingga USD500

miliar, dan dari pemerintah daerah dengan

ketentuan berdasarkan jumlah penduduk.3

Kebijakan European Central Bank (ECB)

Sejak penyebaran COVID-19

meningkat tajam di Kawasan Euro pada

3 The Fed dapat membeli surat berharga yang diterbitkan oleh US counties yang berpenduduk minimal 500.000, dan dari US cities yang berpenduduk minimal 250,000. https://www.federalreserve.gov/monetarypolicy/muni.htm.

untuk mengatasi market dislocations yang

diakibatkan oleh perilaku risk aversion

investor. Di sini, bank sentral memegang

peranan sebagai dealers and buyers of last

resort in the bond market2.

Kebijakan the Fed

Dalam upaya mengatasi dampak

negatif pandemi terhadap perekonomian

AS, the Fed telah merilis sejumlah

kebijakan akomodatif. Kebijakan yang

telah ditempuh the Fed sejak Maret 2020

meliputi kebijakan moneter conventional

dan unconventional. Dalam pelaksanaan

kebijakan moneter conventional, the Fed

telah menurunkan suku bunga kebijakan,

biaya discount window lending, dan reserve

requirements. Sementara itu, kebijakan

moneter unconventional yang ditempuh

antara lain berupa QE dan berbagai fasilitas

lainnya untuk menjaga stabilitas pasar

keuangan berfungsi baik.

The Fed berupaya menjaga

likuiditas pasar dengan penurunan suku

bunga. Pada dua unscheduled meeting Maret

2020, the Fed telah menurunkan suku bunga

hingga 150 bps pada kisaran 0%-0,25%

(Grafik 5). Penurunan pertama suku bunga

dilakukan pada 3 Maret 2020 sebesar 50 bps,

dan dilanjutkan penurunan pada 15 Maret

2020 sebesar 100 bps. Tingkat suku bunga

tersebut tetap dipertahankan hingga saat ini.

2 Citibank Asia Economic Outlook & Strategy, “Rethinking Monetary Policy: Creeping Acceptance of Deficit Monetization”, 2020.

Page 5: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

51

Emergency Purchase Program (PEPP)

dan Asset Purchase Program (APP). PEPP

merupakan program pembelian aset yang

diterbitkan publik dan swasta, yang termasuk

dalam kategori aset eligible untuk APP sebesar

EUR1,35 triliun hingga Juni 2021. ECB juga

melakukan penambahan nilai pembelian

bersih program APP yang telah berjalan

dengan total net purchase sebesar EUR120

miliar hingga akhir 2020 (di luar program

APP sebesar EUR20 miliar per bulan), dan

memberikan beberapa pelonggaran kriteria

Corporate Sector Purchase Program (CSPP)

dan Public Sector Purchase Program (PSPP)-

Grafik 7.

Grafik 6. ECB Policy RateSumber: ECB

-0,6

-0,35

-0,1

0,15

0,4

%Re�nancing Rate (0,0%)Deposit Facility (-0,5%)

Marginal Lending Facility (0,25%)

Grafik 7. APP Monthly Net PurchaseSumber: ECB

PSPPCBPP3

CSPP

ABSPPAverage monthly APP target

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

-102015 2016 2017 2018 2019 2020

EUR bn

awal Mar-20, ECB telah melonggarkan

kebijakan untuk mengatasi pemburukan

ekonomi akibat pandemi. Pelonggaran

kebijakan ditujukan untuk mendukung

likuiditas bank termasuk likuiditas USD,

memperkuat fungsi pasar, mengurangi

keketatan kredit sektor swasta, dan

memberikan stimulus kepada sektor riil.

Seiring dengan kebijakan moneter, otoritas

fiskal berbagai negara di Kawasan Euro juga

merilis berbagai paket stimulus dalam bentuk

pinjaman lunak, job retention scheme,

unemployment insurance dan direct cash

payment.

ECB menempuh serangkaian

kebijakan konvensional yang akomodatif.

ECB mempertahankan instrumen suku bunga

kebijakan dalam level yang rendah. Main

refinancing operations tetap sebesar 0,00%

(sejak Mar-16); marginal lending facility

0,25% (sejak Mar-16); dan deposit facility

-0,50% (sejak Sep-19)-Grafik 6. Sementara

itu, untuk menjaga kecukupan likuiditas

moneter, ECB melakukan penambahan jumlah

lelang pinjaman jangka panjang kepada bank

melalui operasi Longer Term Refinancing

Operation (LTRO) dan melonggarkan

pinjaman jangka panjang secara targeted

kepada bank melalui Targeted Longer Term

Refinancing Operation (TLTRO). ECB juga

menyediakan liquidity backstop dalam bentuk

Non-Targeted Pandemic Emergency Longer-

Term Refinancing Operations (PELTRO) untuk

mendukung likuiditas sistem keuangan.

ECB juga merilis kebijakan

non-konvensional berupa Pandemic

Page 6: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

52

yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan

untuk mendorong pemulihan ekonomi di

masa pandemi COVID-19.

BI juga melanjutkan kebijakan

stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai

nilai fundamental dan mekanisme

pasar di tengah masih berlanjutnya

ketidakpastian pasar keuangan global. BI

melakukan stabilisasi dan penguatan Rupiah

melalui peningkatan intensitas kebijakan

triple intervention di pasar spot, Domestic

Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun

pembelian SBN dari pasar sekunder. BI juga

melakukan penurunan GWM valas dan

memperluas jenis underlying transaksi bagi

investor asing untuk memberikan alternatif

lindung nilai atas kepemilikan Rupiah.

Kebijakan stabilisasi nilai tukar juga didukung

upaya untuk memperkuat ketahanan

eksternal melalui kerja sama bilateral swap

dan repo line dengan sejumlah bank sentral

negara lain.4

Di pasar uang dan pasar valas,

BI memperluas instrumen dan transaksi

melalui penyediaan lebih banyak

instrumen lindung nilai terhadap risiko

nilai tukar Rupiah. BI menyediakan instrumen

transaksi DNDF, memperbanyak transaksi

swap valas, dan menyiapkan term repo untuk

kebutuhan perbankan, serta memperkuat

operasi moneter dan pendalaman pasar

keuangan syariah melalui instrumen Fasilitas

Likuiditas Berdasarkan Prinsip Syariah (FLisBI),

4 Sumber: Tinjauan Kebijakan Moneter September 2020 Bank Indonesia.

Kebijakan Bank Indonesia

Sepanjang Februari-September

2020, Bank Indonesia (BI) telah

menempuh bauran kebijakan dalam

rangka memitigasi risiko COVID-19

terhadap perekonomian dan mendorong

program Pemulihan Ekonomi Nasional

(PEN). BI memperkuat seluruh instrumen

bauran kebijakan yang dimiliki untuk menjaga

stabilitas nilai tukar Rupiah, mengendalikan

inflasi, dan mendukung stabilitas sistem

keuangan. Bahkan, BI mengambil langkah

kebijakan lanjutan secara terkoordinasi

dengan pemerintah dan Komite Stabilitas

Sistem Keuangan untuk menjaga stabilitas

makroekonomi dan sistem keuangan, serta

pemulihan ekonomi nasional.

Grafik 8. BI 7-Day RR RateSumber: Bank Indonesia

7,0

6,0

5,0

4,0

3,0

4,75

4,00

3,25

Jan-

17M

ar-1

7M

ay-1

7Ju

l-17

Sep-

17No

v-17

Jan-

18M

ar-1

8M

ay-1

8Ju

l-18

Sep-

18No

v-18

Jan-

19M

ar-1

9M

ay-1

9Ju

l-19

Sep-

19No

v-19

Jan-

20M

ar-2

0M

ay-2

0Ju

l-20

Sep-

20

BI-7Day RR RateDF RateIF Rate

%

Kebijakan akomodatif BI ditempuh

melalui pemotongan suku bunga. Sejak

awal 2020, BI telah menurunkan BI7DRR

sebesar 100bps menjadi 4,00%. Penurunan

dilakukan pada Februari, Maret, Juni, dan Juli

2020 masing-masing sebesar 25bps (Grafik

8). Keputusan ini konsisten dengan prakiraan

inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal

Page 7: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

53

menyalurkan kredit UMKM dan ekspor impor,

serta kredit non-UMKM sektor-sektor prioritas

yang ditetapkan dalam program PEN dari 31

Desember 2020 menjadi sampai dengan 30

Juni 2021. BI juga menurunkan batasan down

payment dari kisaran 5%-10% menjadi 0%

dalam pemberian kredit/pembiayaan kendaran

bermotor untuk pembelian kendaraan

bermotor berwawasan lingkungan, dengan

tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian.

Penutup

Pandemi COVID-19 berdampak luas

pada ekonomi di berbagai sektor. Koordinasi

yang erat antara fiskal dan moneter sangat

diperlukan untuk menerapkan strategi dan

bauran kebijakan yang tepat. Bank sentral,

baik di AE maupun di EM, mengambil peran

cukup besar di tengah ruang fiskal yang

terbatas, di antaranya melalui kebijakan

non-konvensional berupa pembelian surat-

surat berharga pemerintah. Di Indonesia,

BI berperan dalam membantu pemerintah

melalui pembelian Surat Utang Negara (SUN)

dan/atau Surat Berharga Syariah Negara

(SBSN) berjangka panjang di pasar perdana.

BI juga bersinergi dengan pemerintah

dalam rangka memenuhi kebutuhan

pembiayaan penanganan COVID-19 melalui

kesepakatan bersama antara pemerintah dan

BI dalam skema burden sharing. BI membiayai

public goods yang menyangkut hajat hidup

Pengelolaan Likuiditas Berdasarkan Prinsip

Syariah (PaSBI), dan Sertifikat Pengelolaan

Dana Berdasarkan Prinsip Syariah Antar Bank

(SiPA). BI juga memperkuat instrumen Term

Deposit valas, mendorong perbankan untuk

menggunakan penurunan GWM valas, dan

melanjutkan penguatan strategi operasi

moneter. BI turut mendorong pengembangan

instrumen pasar uang untuk mendukung

pembiayaan korporasi dan UMKM sejalan

dengan program PEN.5

BI menempuh berbagai langkah

kebijakan untuk menjaga ketersediaan

likuiditas bagi pembiayaan kredit

perbankan dan mempercepat upaya

pemulihan ekonomi nasional. Upaya

tersebut dilakukan melalui pembelian

obligasi pemerintah, penyediaan likuiditas

perbankan dengan repo SBN, swap valas,

serta penurunan Giro Wajib Minimum (GWM)

Rupiah. Selanjutnya, BI memperkuat sinergi

ekspansi moneter dengan akselerasi stimulus

fiskal pemerintah. BI membantu pendanaan

APBN 2020 melalui pembelian SBN dari pasar

perdana.

Pada kebijakan makroprudensial,

BI menempuh kebijakan akomodatif

sejalan dengan bauran kebijakan

nasional, termasuk berbagai upaya untuk

memitigasi risiko di sektor keuangan akibat

pandemi COVID-19. Relaksasi kebijakan di

antaranya berupa perpanjangan pelonggaran

GWM Rupiah sebesar 50 bps bagi bank yang

5 Sumber: Tinjauan Kebijakan Moneter September 2020 Bank Indonesia.

Page 8: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

54

Referensi:

Adrian, T.,& Natalucci, F.,“COVID-19 Crisis Poses Threat to Financial Stability”, IMF Blog, 14 April 2020

Adrian, T., & Natalucci, F.,“COVID-19 Worsens Pre-existing Financial Vulnerabilities”, IMF Blog, 22 Mei 2020.

Arquie, A., et.al., “COVID-19: Has the Time Come for Mainstream Macroeconomics to Rehabilitate Money Printing?”, Policy Brief CEPII No.31, April 2020.

Arslan, Y., Drehmann, M., et.al., “Central Bank Bond Purchases in Emerging Market Economies”, BIS Bulletin Vol.20, Juni 2020.

Benigno, G., Hartley, J., et al., “Credible Emerging Market Central Banks Could Embrace Quantitative Easing to Fight COVID-19”, VOXEU CEPR, 29 Juni 2020.

Blanchard, O.,& Pisani-Ferry, J.,“Monetisation: Do Not Panic”, VOXEU CEPR, 10 April 2020.

CitiResearch, “Rethinking Monetary Policy: Creeping Acceptance of Deficit Monetization”,27 Juli 2020.

ECB, “Monetary Policy Decision”, 10 September 2020.

Garvey, P., “QE in Emerging Markets: The Unconventional Risks”, THINK, 8 Juni 2020.

Gaspar, V., Lam, W.R.,et al. “Fiscal Policies to Contain the Damage from COVID-19”, IMF Blog, 15 April 2020.

Muhleisin, M., Gudmunsson, T.,et al. “COVID-19 Response in Emerging Market Economies: Conventional Policies and Beyond”, IMF Blog, 6 Agustus 2020.

Nomura Global Economic Research, “Debt monetisation, who’s next?”, 7 Agustus 2020.

orang banyak pada 2020.6 Kebijakan akan

dilakukan secara prudent, dengan menerapkan

tata kelola yang baik (good governance) dan

transparan. Kebijakan tersebut, diharapkan

dapat membantu percepatan pemulihan

ekonomi nasional di tengah pandemi yang

masih berlangsung. Ke depan, BI akan terus

berkoordinasi dengan pemerintah, Otoritas

Jasa Keuangan (OJK), dan otoritas terkait,

serta senantiasa memantau perkembangan

pandemi COVID-19 dalam menetapkan

langkah kebijakan yang diperlukan untuk

memitigasi dan mengurangi dampaknya

terhadap perekonomian nasional.

6 https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-burden-sharing-pembiayaan-penanganan-pandemi-covid-19-antara-pemerintah-dan-bank-sentral/

Page 9: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

55

Di tengah pandemi yang belum mereda, eskalasi tensi perdagangan dan geopolitik di

sejumlah negara berpotensi meningkatkan tekanan terhadap perekonomian global. Peningkatan

ketegangan perdagangan terutama disebabkan oleh tensi perdagangan AS-Tiongkok dan

risiko ‘no trade deal’ Brexit. Sementara itu, tensi geopolitik akibat sengketa teritorial juga kian

memanas, antara lain di kawasan Himalaya (perbatasan India–Tiongkok), Laut Tiongkok Selatan,

dan Eastern Mediterranean (Turki dan Yunani). Perkembangan social unrest di Hong Kong yang

telah berlangsung sejak Juni 2019 juga masih memengaruhi sentimen geopolitik global.

Eskalasi Tensi Global Berpotensi Menambah Tekanan pada Perekonomian GlobalOleh: Masagung Suksmonohadi dan Michael Christian1

Artikel 2

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Penelitian dan Asesmen Internasional.

A. Eskalasi Tensi Perdagangan

Pandemi COVID-19 telah

menyebabkan krisis terberat yang pernah

dialami dunia—terburuk sejak Perang Dunia

II. Krisis COVID-19 tidak hanya mengekspos

kerentanan di sektor kesehatan, namun

juga menciptakan tantangan yang unik bagi

banyak negara dan hubungan antarnegara.

Pendekatan inward-looking policy yang

mengemuka pasca-ketegangan perdagangan

AS dan Tiongkok hingga 2019 makin

menguat seiring pandemi COVID-19.

Tensi AS–Tiongkok

Tensi perdagangan antara AS dengan

Tiongkok meningkat seiring penyebaran

COVID-19, setelah sempat mereda pada

awal 2020 terbantu oleh phase one deal

(POD). Ketegangan antar dua negara tersebut

terutama terkait isu (i) perdagangan barang;

dan (ii) rivalitas di bidang teknologi. Di sisi

perdagangan barang, ketegangan kembali

mengemuka karena realisasi impor Tiongkok

atas barang dan jasa AS jauh di bawah

kesepakatan POD.2 Hingga Juli 2020, realisasi

2 Dalam POD yang berlaku sejak 14 Februari 2020, Tiongkok harus meningkatkan impor sejumlah barang dan jasa pada 2020-2021 senilai USD200 miliar di atas level 2017.

Page 10: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

56

menyulitkan pengembangan teknologi

Tiongkok. Pemenuhan komitmen POD

yang tersendat menimbulkan keraguan

atas rencana phase two trade deal untuk

meningkatkan impor Tiongkok atas produk

AS. Sementara itu, eskalasi ketegangan

AS-Tiongkok di bidang teknologi (tech

decoupling) berpotensi menimbulkan

instabilitas supply chain di Tiongkok, sehingga

perusahaan di negara tersebut diperkirakan

makin bergantung pada dukungan otoritas

dalam mengembangkan teknologi yang self-

reliant.

US’s YTD Goods Exports to China

Grafik 1. Realisasi Ekspor Bulanan AS ke Tiongkok vs Target POD (2020)

USS$bn

Covered Goods-ActualCovered Goods-Target

Sumber: Citi Research

160

Jan/20 Apr/20 Jul/20 Oct/20

120

80

40

0

Grafik 2. Target Ekspor Tahunan

AS ke Tiongkok dalam POD (2020-21)

Manufactured GoodsAgriculture

2019 exports of covered goods & service to China in 2017

2020 Target ($76.7 above 2017 �gure)

2021 Target ($123.3 bn above

2017 �gure)

EnergyServices

US$billions

122

209

255

300

250

200

150

100

50

0

Sumber: Citi Research

POD hanya sekitar 47% dari target prorata

bulanan 2020.3 Di sisi teknologi, penetrasi

global sejumlah perusahaan telekomunikasi

Tiongkok (Huawei) dan jasa (TikTok) juga

menghadapi resistensi dari pihak AS.

Beberapa eskalasi ketegangan teknologi AS-

Tiongkok adalah:

• Larangan ekspor: AS menerbitkan entity

list yang melarang sejumlah perusahaan

Tiongkok untuk membeli produk AS,

antara lain ZTE (April 2018) dan Huawei

(Mei 2019).

• Restriksi produksi: AS melarang Huawei

menggunakan teknologi AS untuk

memproduksi semikonduktor melalui

pabrikan luar negeri (Mei 2020).

• Pemblokiran aplikasi buatan Tiongkok:

AS melarang transaksi antara entitas AS

dengan TikTok (ByteDance) dan WeChat

(Tencent), dengan pertimbangan privasi

dan keamanan nasional. Kemendag

AS berencana menerapkan Tiktok ban

pada 27 September 2020 (dari awalnya

15 September 2020), seiring dengan

rencana kerja sama operasi Tiktok

di AS dengan Oracle dan Walmart.

Namun dalam perkembangan terakhir,

ByteDance diberi waktu ekstra untuk

finalisasi rencana kerja sama oleh sebuah

keputusan hakim pengadilan.

Ketegangan di bidang perdagangan

dan teknologi tersebut menimbulkan

ketidakpastian phase two deal dan

3 Target impor jasa tidak diperhitungkan, karena tidak dilaporkan secara bulanan.

Page 11: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

57

playing field, (ii) fishing, (iii) governance,

dan (iv) Irish Protocol. Ketidakpastian trade

deal kembali meningkat pada September

2020, seiring dengan rencana Inggris

untuk mengesampingkan beberapa poin

(“unilaterally reinterpret parts of”) Withdrawal

Agreement melalui Internal Market Bills.5

Grafik 3. Brexit Uncertainty IndexSumber: Goldman Sachs

0

10

20

30

40

50

60

14 15 16 17 18 19 20 210

10

20

30

40

50

60% %

Brexit Uncertainty IndexJanuary 2014 - August 2020

Brexit Referendum

2019General Election

InternalMarket

Bill

Grafik 4. Trading Partner Utama Inggris pada 2018

Sumber: Sumber: Bloomberg | * Note: prioritas negara untuk FTAs

Total trade in goodsTotal trade in services

EU

U.S*

China

Japan*

India

Australia*

New Zealand*

0 100B 200B 300B 400B 500B 600B

£435,7B£212,7B£648,4BTotal

EU

No trade deal akan menimbulkan

instabilitas yang dapat menghambat

pemulihan ekonomi. Tanpa kesepakatan

5 Inggris menyatakan baru akan menempuh opsi tersebut apabila dinilai terdapat penyimpangan dari itikad baik UE, meski UE keberatan dengan langkah tersebut. Opsi ini dipandang sebagai upaya Inggris untuk mengamankan kepentingannya jika tidak tercapai Free Trade Agreement (FTA)

Eskalasi ketegangan teknologi juga

akan menghambat penetrasi 5G Tiongkok

ke pasar global melalui Huawei. Langkah

AS dalam memblokir penjualan chip asal AS

kepada Huawei memaksa Huawei hanya dapat

menggunakan chip produksi domestik (yang

masih tertinggal dibandingkan dengan chip

AS dalam mendukung 5G). Kesulitan Huawei

dalam mengembangkan dan/atau menjual 5G

akan mengubah konstelasi global supply chain

dan dapat menguntungkan kompetitornya

(Ericsson, Nokia, dan Samsung). AS juga

tengah mempertimbangkan memasukkan

SMIC (chipmaker utama Tiongkok) ke dalam

entity list, yang akan makin menghambat

perkembangan teknologi Tiongkok.4 Sejauh

ini, sebagai respons, Tiongkok masih fokus

pada pemenuhan pasokan chip hingga awal

2021.

Risiko No Trade Deal Brexit

Inggris dan Uni Eropa (UE) menghadapi

risiko no trade deal pada Brexit seiring belum

tercapainya kesepakatan di sejumlah area.

Negosiasi untuk mencapai kesepakatan

perdagangan belum membuahkan hasil meski

batas waktu perpanjangan transition period

Brexit pada 30 Juni 2020 telah terlampaui.

Negosiasi juga terhambat oleh merebaknya

pandemi yang menggeser prioritas masing-

masing pihak pada penanganan dampak

COVID-19. Terdapat empat aspek yang

masih terus dinegosiasikan, yaitu (i) level

4 Entity list berisi daftar perusahaan yang dilarang untuk bertransaksi dengan AS dan beberapa mitra AS.

Page 12: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

58

berkembang menjadi isu ekonomi akibat

aksi boikot produk Tiongkok oleh India.

Pemerintah India juga melakukan sejumlah

langkah sbb.:

i. mengumumkan rencana kenaikan tarif

impor barang dari Tiongkok;

ii. menunda izin bongkar muat barang

impor yang berasal dari Tiongkok;

iii. mengetatkan pemeriksaan latar belakang

(background check) pebisnis, akademisi,

tenaga ahli industri, dan advocacy group

yang mengajukan visa;

iv. memblokir 118 aplikasi Tiongkok, antara

lain gim, mesin pencari, media sosial,

perekayasa foto, serta pemutar video

dan musik (bertambah dari 59 aplikasi

pada Juli-20); dan

v. melarang partisipasi perusahaan

Tiongkok dalam proyek penyediaan

infrastruktur 4G dan jaringan 5G.

Peningkatan tensi antara India dengan

Tiongkok menyebabkan komplikasi bagi

India. Pada satu sisi, kedaulatan wilayah

perlu dijaga meski menimbulkan ketegangan

militer. Namun di sisi lain, India memiliki

ketergantungan yang tinggi terhadap produk

impor dan investasi dari Tiongkok. Hingga

akhir 2019, Tiongkok merupakan negara

asal impor terbesar India (14,1%) dan tujuan

ekspor terbesar ke-3 (5,3%) setelah AS dan

UEA. Selain itu, Tiongkok merupakan investor

utama proyek infrastruktur India (pangsa

11%), bersama dengan Jepang. Namun,

dampak ketegangan India dan Tiongkok

dagang pada 31 Desember 2020, Inggris

dan UE akan kembali menerapkan ketentuan

dagang menurut aturan WTO.6 Ketidakpastian

suplai barang dan jasa kemungkinan akan

berdampak negatif pada ekonomi Inggris. No

deal juga dapat menimbulkan konflik terkait

potensi backdoor perdagangan melalui

Irlandia Utara dan potensi hard border di

Pulau Irlandia. Namun kedua pihak masih

optimis akan mencapai kesepakatan dagang

pada pertengahan Oktober 2020, agar dapat

diratifikasi menjelang akhir tahun.

B. Eskalasi Tensi Geopolitik

Prospek pertumbuhan ekonomi

global yang sedang melemah menghadapi

tambahan tantangan dari peningkatan

tensi geopolitik. Ketegangan geopolitik

seperti sengketa teritorial dan social unrest

masih terjadi di beberapa wilayah, sehingga

meningkatkan ketidakpastian global.

India–Tiongkok

Ketegangan geopolitik antara

Tiongkok dan India tereskalasi sehingga

memicu aksi boikot produk. Pada Mei 2020,

ketegangan militer di wilayah perbatasan

Ladakh (India) dan Tibet (Tiongkok)

memanas setelah terjadi kontak senjata

yang menimbulkan korban jiwa. Ketegangan

yang makin memanas tersebut kemudian

6 Goldman memperkirakan dampak jangka panjang terhadap ekonomi Inggris akibat no trade deal sebesar 2-3 kali lipat dari dampak siklikal pandemi COVID-19.

Page 13: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

59

pada hukum internasional (seperti 1982

UNCLOS) dan penegakan Treaty of Amity and

Cooperation in Southeast Asia (TAC) sebagai

panduan code of conduct dalam menjalankan

hubungan antarnegara di kawasan ASEAN.

Selain penegakan pada dua pedoman

internasional tersebut, beberapa Menteri

Luar Negeri ASEAN, termasuk Indonesia,

menekankan pentingnya menegakkan prinsip

yang tertuang dalam the Zone of Peace,

Freedom and Neutrality (ZOPFAN) Declaration.

Sengketa di Eastern Mediterranean

Peningkatan ketegangan geopolitik

akibat sengketa teritorial juga berlangsung di

kawasan Eastern Mediterranean. Ketegangan

hubungan antara Turki dan Yunani makin

tereskalasi seiring sengketa teritorial di

perairan Eastern Mediterranean yang diduga

mengandung cadangan gas alam dan minyak

bumi yang cukup besar.7,8 Ketegangan

memuncak saat Turki mengirimkan kapal

penelitian seismik, Oruc Reis, untuk

melakukan eksplorasi cadangan gas alam

dan minyak bumi di kawasan perairan sisi

selatan Turki, yang juga dekat dengan Pulau

Kastellorizo, Yunani. Aktivitas eksplorasi Turki

tersebut menimbulkan ketegangan karena

7 Ketegangan antara Turki dengan Yunani telah berlangsung sejak 1974 terkait invasi Turki di wilayah Siprus. Aksi militer tersebut menyebabkan Siprus terbagi menjadi dua (Siprus dan Republik Turki Siprus Utara). Ketegangan mereda setelah dimediasi oleh AS.

8 US Geological Survey mengestimasikan terdapat cadangan gas sebanyak 60 triliun cubic feet (setara dengan konsumsi gas UE selama 76 tahun) dan 1,7 miliar barel minyak di kawasan Eastern Mediterranean.

kepada ekonomi regional dan global

diperkirakan relatif terbatas. Selain itu, kedua

belah pihak juga telah melakukan langkah-

langkah untuk meredakan ketegangan.

Sengketa Laut Tiongkok Selatan

Sengketa di Laut Tiongkok Selatan

juga menjadi tantangan geopolitik yang

kembali mengemuka. Sengketa teritorial ini

menghangat seiring penerapan sanksi AS

kepada 24 entitas bisnis dan sejumlah pejabat

asal Tiongkok yang dinyatakan terlibat dalam

pembangunan pulau buatan di kawasan Laut

Tiongkok Selatan. Sebagai konsekuensi dari

sanksi tersebut, entitas bisnis AS dilarang

melakukan transaksi barang dan teknologi

dengan entitas bisnis Tiongkok yang

dikenakan sanksi tanpa memperoleh izin

khusus dari Department of Commerce AS.

Individu yang terkena sanksi beserta keluarga

juga dilarang masuk ke teritori AS.

Kawasan Laut Tiongkok Selatan

menjadi salah satu kunci bagi pengelolaan

pengaruh geopolitik di kawasan Asia

Pasifik. Baik AS maupun Tiongkok memiliki

kepentingan geopolitik dan geo-ekonomi

pada wilayah tersebut. Dalam kaitan ini,

kedua negara cukup aktif terlibat dalam

perundingan terkait isu Laut Tiongkok

Selatan. Dalam menyikapi isu tersebut,

Konferensi Menlu ASEAN pada 9 September

2020 menekankan bahwa ASEAN akan terus

mengedepankan perdamaian, stabilitas,

keamanan, dan freedom of navigation di

kawasan. ASEAN akan berpegang teguh

Page 14: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

60

Mediterranean adalah upaya UE untuk

mengurangi dependensi pasokan energi dari

Rusia melalui pembangunan Eastern Med

Undersea Pipeline dan pengembangan green

energy.10

Sumber: BBC

Gambar 1. Peta Sengketa Teritorial Turki – Yunani

GREECE TURKEY Self-declaredTurkish Republicof Northern Cyprus

Overlapping claims

Turkey/GreeceTurkey/CyprusCyprus/N CyprusGreece/EgyptTurkey/Libya

Kastellorizo

LIBYA

EGYPT

CYPRUS

Turkish shipsurvey area

Sumber: Raam op Rusland

Gambar 2. Jaringan Gas Pipeline Rusia

Norway

Sweden

Germany

AustriaHungaria

Romania

Slovakia

Poland

Lithuania

Belarus

Latvia

Estania

Finland

Russia

Ukraine

Bulgaria

TurkeyAzerbaijan

Greece

Italy

CzechRep.

Nord Stream

Druzhba Oil Pipeline

South Caucasus PipelineTurk Stream Pipeline

Trans Anatolian Pipeline

Trans Adriatic Pipeline

Nord Stream 2

Sejumlah upaya mediasi telah dilakukan

untuk menurunkan ketegangan antara Turki

dan Yunani. Pada Juli 2020, Jerman sempat

berupaya memfasilitasi diskusi bilateral antara

Turki – Yunani, namun kandas saat Yunani

10 Eastern Med Undersea Pipeline akan menyalurkan LNG dari Israel ke EU melalui Siprus, Yunani, dan Italia.

Yunani menganggap wilayah eksplorasi

termasuk dalam wilayah perairannya, yang

kemudian dibantah oleh Turki.

Turki dan Yunani memiliki

kepentingan atas potensi cadangan gas

alam dan minyak bumi di wilayah tersebut.

Turki berkepentingan untuk melakukan

eksplorasi gas alam dan minyak bumi guna

mengurangi ketergantungan terhadap supply

dari Rusia. Sementara itu, Yunani berupaya

mempertahankan klaim wilayah teritorial

sekaligus mempertahankan implementasi

proyek Eastern Med Undersea Pipeline.

Ketegangan di Eastern Mediterranean

menjadi perhatian khusus Pemimpin Negara

NATO dan UE, seiring banyak kepentingan

berbagai negara yang terlibat, baik dalam

konteks bisnis maupun pengaruh geopolitik.

Salah satu kepentingan yang ditengarai

juga memengaruhi ketegangan geopolitik

di Eastern Mediterranean adalah kompetisi

antara AS dengan Rusia dalam penguasaan

pangsa ekspor LNG ke UE. Rusia telah

menguasai 40% pangsa ekspor LNG UE

dan berencana memperbesar pangsa ekspor

melalui kerja sama pembangunan TurkStream

gas pipeline. Turki menjadi titik strategis

sebagai hub berbagai komoditas strategis

UE, termasuk energi. AS sebagai pemain baru

di pasar LNG juga berusaha meningkatkan

pangsa ekspor di UE.9 Kepentingan lain

yang juga mengemuka pada tensi di Eastern

9 Pada Desember 2019, AS (USTR) menjatuhkan sanksi kepada entitas bisnis Rusia yang dinyatakan terlibat dalam pembangunan Nordstream 2 dan TurkStream gas pipeline.

Page 15: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

61

memengaruhi hubungan politik Tiongkok

dengan beberapa negara. Tiongkok juga

sempat bersitegang dengan Inggris dan

Australia terkait isu Hong Kong. PM Inggris

menawarkan kewarganegaraan tetap dan

PM Australia menawarkan ‘safe haven’

bagi warga Hong Kong.12 Pemerintah

Tiongkok sebaliknya menganggap Inggris

melakukan intervensi terhadap urusan dalam

negeri, sehingga berpotensi meningkatkan

ketegangan hubungan perdagangan dan

investasi kedua negara.

Posisi Hong Kong sebagai international

financial hub dapat terancam seiring

social unrest yang belum juga mereda dan

pandangan antar negara yang berseberangan

terkait isu tersebut. Lembaga think tank,

Fraser Institute, memperkirakan Singapura

berpeluang mengambil alih posisi Hong Kong

sebagai “World’s Freest Economy”—yang

telah disandang selama 30 tahun—akibat

terjadinya social unrest dan ketegangan

antarnegara yang ditimbulkannya. Kondisi ini

menempatkan peringkat legal system Hong

Kong pada titik terendah dalam 16 tahun

terakhir.

C. Lesson Learned

Eskalasi tensi perdagangan

dan geopolitik di sejumlah kawasan

meningkatkan potensi downside risks

12 Sebagai konsekuensi Hong Kong berada di bawah yurisdiksi Inggris, terdapat 300.000 warga Hong Kong yang telah memiliki status ‘British National Overseas’ dan 2,6 juta penduduk lainnya eligible untuk mengajukan status kewarganegaraan Inggris.

menandatangani perjanjian maritim dengan

Mesir.11 Pada September 2020, Kanselir

Jerman, Angela Merkel kembali menjalin

komunikasi dengan Presiden Turki, namun

belum menghasilkan suatu kesepakatan.

Sekretaris Jendral NATO juga berupaya

menengahi ketegangan dengan mengusulkan

fasilitasi diskusi teknis untuk “menyusun

mekanisme demiliterisasi dan mencegah

insiden di Eastern Mediterranean”—Turki

menyetujui usulan mediasi, namun Yunani

menolak. International Court of Justice (ICJ)

kemungkinan menjadi mediator selanjutnya.

Upaya diplomasi antara Turki dan

Yunani masih terus diupayakan, meski

menghadapi sejumlah tantangan. Turki

menyatakan siap untuk berdiskusi, namun

tidak akan mengurangi aktivitas maritimnya.

Sementara itu, Yunani menginginkan Turki

segera meninggalkan wilayah perairannya.

Apabila upaya diplomasi gagal, UE menyatakan

akan mengenakan sejumlah aksi ataupun sanksi

tertentu bagi Turki. Rencana aksi UE terhadap

Turki itu menjadi salah satu isu prioritas dan

akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan

Pemimpin UE akhir September 2020.

Social Unrest di Hong Kong

Social unrest yang berlangsung

di Hong Kong sejak Juni 2019 juga turut

11 Pada 6 Agustus 2020, Yunani dan Mesir menjalin kerja sama pembagian wilayah maritim. Hal tersebut memancing kemarahan Turki sebab wilayah yang dibagi beririsan dengan kerja sama pembagian wilayah maritim antara Turki dengan Libya yang telah ditandatangani pada November 2019.

Page 16: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

62

mengemuka, perlu terus dilakukan upaya

untuk menjaga kepercayaan stakeholders—

termasuk persepsi positif terhadap ekonomi

Indonesia, menjaga ketahanan sektor

eksternal, dan melanjutkan koordinasi antar

kementerian/lembaga terkait.

terhadap perekonomian global, di tengah

pandemi yang juga belum mereda. Eskalasi

tensi perdagangan dan geopolitik berpotensi

menambah ketidakpastian global, sehingga

perlu dicermati dampaknya pada kinerja pasar

keuangan dan perekonomian Indonesia.

Dalam menyikapi berbagai risiko yang

Page 17: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

63

melakukan penanganan COVID-19, termasuk

upaya mendorong pemulihan ekonomi yang

berimplikasi pada peningkatan kebutuhan

pembiayaan fiskal. Kondisi tersebut makin

memperkuat pentingnya upaya pengelolaan

persepsi positif perekonomian Indonesia

melalui koordinasi intensif antar otoritas

untuk mendukung percepatan pemulihan

ekonomi pasca-pandemi COVID-19, termasuk

komunikasi langkah kebijakan yang ditempuh

secara terbuka.

Fitch Ratings Mengukuhkan Sovereign

Credit Rating Indonesia

Indonesia memperoleh afirmasi

(pengukuhan kembali) peringkat

sovereign credit rating (SCR) pada BBB

dengan outlook stabil, seiring keyakinan

Fitch Ratings (Fitch) atas komitmen

Pemerintah Indonesia dalam menjaga

stabilitas makroekonomi dan kredibilitas

Mempertahankan peringkat

investment grade di tengah pandemi

COVID-19 memiliki arti penting bagi

perekonomian suatu negara. Indonesia

termasuk salah satu negara yang mampu

mempertahankan sovereign credit rating satu

notch di atas peringkat investment grade

terendah (BBB) dari Fitch Ratings dengan

outlook stabil. Pencapaian positif tersebut

menunjukkan keyakinan lembaga rating

terhadap komitmen Pemerintah Indonesia

dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan

kredibilitas kebijakan, di tengah maraknya

negative rating action yang terjadi pada

sejumlah negara pasca meluasnya pandemi

COVID-19. Meski tekanan terhadap

perekonomian terjadi secara menyeluruh,

lembaga rating secara khusus menaruh

perhatian terhadap langkah kebijakan yang

ditempuh pemerintah dan otoritas dalam

Afirmasi Sovereign Credit Rating Indonesia dari Fitch Ratings di Tengah Pandemi COVID-19Oleh: Betty Purbowati Cahyadewi1

Artikel 3

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Hubungan Investor

Page 18: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

64

oleh fokus pemerintah pada pembangunan

infrastruktur. Fitch juga menyatakan bahwa

pemerintah telah merespons pandemi

COVID-19 dengan cepat melalui berbagai

kebijakan untuk mendukung sektor rumah

tangga dan korporasi, termasuk Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta

menempuh sejumlah langkah terobosan yang

bersifat sementara, termasuk penundaan

ketentuan batas atas defisit fiskal 3% dari PDB

selama tiga tahun dan kebijakan pembiayaan

defisit secara langsung oleh bank sentral.

Fitch berpandangan kebijakan

fiskal yang berhati-hati dalam beberapa

tahun terakhir telah memberikan ruang

bagi berbagai kebijakan yang ditempuh

pemerintah untuk mengatasi dampak

pandemi COVID-19. Mengacu pada defisit

fiskal selama satu dekade terakhir yang selalu

berada di bawah 3% dari PDB, Fitch meyakini

pemerintah akan memenuhi komitmen untuk

kebijakan di tengah pandemi COVID-19

dan tantangan perekonomian global.

Fitch mempertahankan SCR Indonesia pada

level BBB/outlook stabil (investment grade)

didukung oleh prospek pertumbuhan ekonomi

jangka menengah yang baik dan beban utang

pemerintah yang relatif rendah dibandingkan

negara peers pada peringkat yang sama. Di

sisi lain, Fitch menggarisbawahi tantangan

yang masih dihadapi, yaitu ketergantungan

terhadap sumber pembiayaan eksternal yang

masih tinggi, penerimaan pemerintah yang

rendah, serta indikator struktural seperti

tata kelola dan PDB per kapita yang masih

tertinggal dibandingkan negara peers.

Fitch memperkirakan Indonesia

akan mengalami kontraksi pertumbuhan

ekonomi pada 2020 yang dipengaruhi

oleh pandemi COVID-19. Pertumbuhan

ekonomi diperkirakan kembali meningkat

pada 2021 dan 2022 antara lain didukung

Grafik 1. SCR Indonesia2006

BBB+

BBB-

BBB

BB+

B+

BB-

BB

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Investment Grade

Below Investment Grade

S&P

JCRA

R&I

Fitch

Moody’s

Page 19: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

65

Grafik 2. Penurunan SCR - Agustus 2020Sumber: S&P, Moody's, dan Fitch

Downgrades in Jan-JulDowngrades in Aug

40

35

30

25

20

15

10

5

0Fitch

34 23 25

36

25 26

2

21

Moody’s S&P

Grafik 3. Penurunan Outlook - Agustus 2020Sumber: S&P, Moody's, dan Fitch

Negative outlook revisions in Jan-JulNegative outlook revisions in Aug

50

45

40

35

30

25

20

15

10

5

0Fitch

43 27

36

45

40

28

26

2

1

4

Moody’s S&P

Dalam kaitan ini, secara khusus

Fitch menilai dampak COVID-19 terhadap

risiko kredit pada beberapa negara

makin meningkat seiring ketidakpastian

berakhirnya pandemi COVID-19.

Namun, negara-negara dengan ruang fiskal

dan bantalan eksternal yang memadai

diperkirakan masih akan berada pada kondisi

yang lebih baik. Di kawasan Asia Pasifik,

negative rating action oleh Fitch terjadi pada

11 negara. Fitch melakukan downgrade pada

Hong Kong, Maldives, dan Sri Lanka. Fitch

juga merevisi outlook dari positif menjadi

stabil pada Filipina, Thailand, dan Vietnam,

sementara revisi outlook dari stabil menjadi

negatif terjadi pada Australia, India, Jepang,

Laos, dan Malaysia. Dibandingkan dengan

membawa defisit fiskal kembali di bawah

3% dari PDB pada 2023. Fitch juga mencatat

bahwa Bank Indonesia telah menyediakan

likuiditas bagi sistem perbankan sebagai

respons atas terjadinya pandemi, disertai

dengan penurunan suku bunga kebijakan

sebesar 100 bps sejak Februari 2020 menjadi

4,0%.

Negative Rating Action di tengah

Pandemi COVID-19

Meluasnya pandemi COVID-19

yang menyebabkan perlambatan

aktivitas ekonomi di sejumlah negara

telah memicu negative rating action

(penurunan sovereign credit rating atau

SCR dan outlook) oleh lembaga rating

utama. Penurunan SCR dan outlook yang

terjadi sejak paruh pertama 2020 terus

berlanjut sampai dengan Agustus 2020,

meski dengan kecepatan yang lebih lambat

dan mulai didominasi oleh negara pada

kelompok peringkat non-investment grade.

Sampai dengan Agustus 2020, tercatat 87

negara mengalami penurunan SCR dan 113

negara mengalami penurunan outlook. SCR

downgrade sepanjang Agustus 2020 terjadi

pada 5 negara, yaitu Belize (menjadi CCC+

dari CC, setelah sempat diturunkan menjadi

SD pada 12 Agustus), Bahrain (menjadi B+ dari

BB-), Oman (menjadi BB- dari BB), Tanzania

(menjadi B2 dari B1), dan Laos (menjadi

Caa2 dari B3). Negative outlook terjadi pada

7 negara selama Agustus 2020, sedikit lebih

tinggi dari 5 negara pada Juli 2020.

Page 20: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

66

proses pemulihan juga diperkirakan

akan berlangsung lama dan berbeda

pada masing-masing negara. Pada negara

emerging, meski indikasi resesi diperkirakan

hanya bersifat temporer, lembaga rating

cenderung lebih berhati-hati dan mencermati

risiko peningkatan utang pemerintah dan

pendanaan eksternal. Sementara itu, pada

negara maju, lembaga rating menaruh

perhatian terhadap area fiskal, termasuk

prospek fiskal jangka menengah dan

komitmen dalam melakukan konsolidasi

fiskal.

Realisasi PDB TW2-20 sejumlah

negara mengindikasikan bahwa

pemulihan ekonomi akan bergantung

pada kemampuan untuk mengendalikan

COVID-19. Munculnya gelombang kedua

COVID-19 atau stagnasi ekonomi yang

lebih panjang akan berisiko pada SCR suatu

negara. Pemulihan yang lebih lambat dari

perkiraan dapat berdampak pada pelemahan

fiskal yang lebih dalam dari antisipasi awal,

sehingga menjadi faktor risiko terhadap

kemampuan pemerintah dalam melakukan

perbaikan kondisi fiskal secara gradual

dalam jangka menengah. Lembaga rating

juga menaruh perhatian terhadap dampak

pelemahan ekonomi kepada peningkatan

tensi sosial dan risiko politik, yang dapat

memengaruhi pengambilan kebijakan dan

menghambat proses penyesuaian fiskal dan

reformasi struktural yang diperlukan untuk

pemulihan ekonomi.

negara-negara Asia Pasifik yang mengalami

negative rating action, SCR Indonesia mampu

dipertahankan pada level BBB/outlook stabil

seiring keyakinan Fitch terhadap prospek

ekonomi Indonesia dalam jangka menengah

yang baik serta didukung oleh kredibilitas

kebijakan moneter dan fiskal. Secara

khusus, pada aspek makroekonomi, Fitch

meyakini kapasitas Indonesia untuk meredam

shock tidak akan menyebabkan dampak

yang berkepanjangan terhadap stabilitas

makroekonomi dalam jangka menengah,

sehingga mampu mengompensasi penurunan

skor terutama pada variabel volatilitas

pertumbuhan ekonomi.

SoverignAustraliaSingaporeHongkongMacaoNew ZealandKOREATaiwanCHINAJAPANMalaysiaThailandINDONESIAPhilippinesINDIAVIETNAMBangladeshMaldivesMongoliaSri LankaLaosPakistan

AAAAAAAA-AAAAAA-AA-A+AA-BBB+BBBBBBBBB-BBBB-BBB-B-B-

NegativeStableStable

NegativePositiveStableStableStable

NegativeNegative

StableStableStable

NegativeStableStable

NegativeStable

NegativeNegative

Stable

LTFCIDR Outlook

Tabel 1. Posisi SCR Negara-negara Kawasan Asia Pasi�k (Fitch)

Secara umum, lembaga rating

memperkirakan pandemi COVID-19

memberikan tekanan jangka panjang

terhadap perekonomian global, sehingga

Page 21: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

67

menyangkut upaya pemulihan ekonomi dan

dunia usaha, terdiri dari pembiayaan untuk

UMKM, Korporasi non-UMKM, dan non-

public goods lainnya.

Burden sharing BI dan pemerintah

dalam jangka pendek diperkirakan

belum akan secara langsung berdampak

pada penilaian lembaga rating terhadap

SCR Indonesia. Fitch menilai skema

burden sharing dalam jangka pendek

bermanfaat karena dapat mengurangi

beban pemerintah. Fitch memerkirakan

kesepakatan tersebut tidak akan memberikan

tekanan inflasi pada 2020 seiring permintaan

yang masih lemah. Dengan rekam jejak

Indonesia yang baik, khususnya kredibilitas

kebijakan moneter dan fiskal, dalam jangka

pendek, Fitch menyatakan masih cukup

nyaman dengan skema burden sharing.

Menjaga Persepsi Positif

Di tengah negative rating

action yang terjadi pada sejumlah

negara, Indonesia perlu memerhatikan

perkembangan pertumbuhan ekonomi,

kinerja fiskal, dan stabilitas sistem

keuangan. Upaya menjaga keberlanjutan

implementasi reformasi fiskal dan

reformasi struktural juga menjadi aspek

yang diperhatikan lembaga rating dalam

menilai kredibilitas kebijakan ototitas. Selain

memastikan kredibilitas kebijakan moneter,

fiskal, dan struktural, upaya pengelolaan

persepsi positif ekonomi Indonesia sangat

penting dilakukan melalui penyampaian

Kredibilitas Kebijakan

Di tengah tekanan terhadap

perekonomian, lembaga rating secara

khusus memonitor langkah kebijakan

yang ditempuh pemerintah dan

otoritas dalam melakukan penanganan

COVID-19, termasuk upaya mendorong

pemulihan ekonomi. Salah satu langkah

kebijakan yang menjadi perhatian lembaga

rating dan investor adalah kebijakan burden

sharing Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.

Skema burden sharing adalah kebijakan

extraordinary sebagai bentuk koordinasi

intensif antara BI dan Kementerian Keuangan

untuk mempercepat pemulihan ekonomi yang

telah terdampak pandemi COVID-19. Dalam

hal ini, kebijakan fiskal dan moneter akan

tetap dilakukan secara prudent dan disiplin,

dengan terus memonitor perkembangan

risiko, serta memastikan pemulihan ekonomi

terus berjalan

Skema burden sharing merupakan

kebijakan yang ditempuh pemerintah

dalam rangka pembiayaan penanganan

COVID-19 dan pemulihan ekonomi

nasional sebesar Rp903,46 triliun. Skema

burden sharing didasarkan pada kelompok

penggunaan pembiayaan untuk public

goods dan non-public goods. Pembiayaan

public goods ditujukan untuk pembiayaan

yang menyangkut hajat hidup orang

banyak, terdiri dari pembiayaan di bidang

kesehatan, perlindungan sosial, serta sektoral

kementerian/lembaga (K/L) dan Pemda.

Sementara itu, pembiayaan untuk non-public

goods ditujukan untuk pembiayaan yang

Page 22: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

68

Dalam konteks ini, kita juga perlu mewaspadai

dampak meluasnya pandemi COVID-19 dan

eskalasi risiko lain yang menjadi perhatian

lembaga rating serta dampaknya kepada

perekonomian, seperti tensi geopolitik AS dan

Tiongkok dan pemilu di AS. Kondisi tersebut

memperkuat pentingnya pengelolaan

persepsi positif ekonomi Indonesia melalui

koordinasi kebijakan yang intensif antar

otoritas. Sinergi tersebut diharapkan dapat

mendukung percepatan pemulihan ekonomi

dan terjaganya kredibilitas kebijakan.

informasi kebijakan terkini yang ditempuh

otoritas secara terbuka.

Lembaga rating terus memonitor

perkembangan dampak pandemi

COVID-19 terhadap ekonomi dan kondisi

fiskal suatu negara, serta kredibilitas

kebijakan yang di tempuh oleh otoritas.

Sinyal pemburukan ekonomi yang persisten

dan indikasi ketidakmampuan otoritas dalam

implementasi kebijakan berpotensi menjadi

risiko bagi pertimbangan lembaga rating

untuk melakukan negative rating action.

Page 23: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

69

antara BI dan Kementerian Keuangan Jepang.

Kerja sama tersebut terutama ditujukan untuk

mendorong penggunaan mata uang lokal

(Rupiah atau Yen) secara lebih luas dalam

memfasilitasi perdagangan dan investasi

langsung antara Indonesia dan Jepang.

Menindaklanjuti Nota Kesepahaman, BI dan

Kementerian Keuangan Jepang menyepakati

kerangka kerja sama LCS antara Indonesia

dan Jepang yang resmi diimplementasikan

mulai 31 Agustus 2020. Dengan implementasi

kerja sama LCS ini, maka pelaku usaha di

Indonesia sudah dapat melakukan transaksi

antara lain direct trading JPY/IDR tanpa perlu

menggunakan hard currency sebagai media

perantara untuk aktivitas ekonomi yang

bersifat riil dengan difasilitasi oleh bank ACCD

yang ditunjuk. Peran aktif dari para pelaku

usaha dalam memanfaatkan kerja sama

LCS dengan negara mitra diharapkan turut

mendukung upaya otoritas dan pemerintah

dalam menjaga stabilias nilai tukar Rupiah

dan makroekonomi secara keseluruhan.

Kerja sama Local Currency Settlement

(LCS) berbasis Appointed Cross Currency

Dealer (ACCD) ditujukan untuk mengurangi

dominasi hard currency guna mendukung

upaya menjaga stabilitas makroekonomi

dan sistem keuangan Indonesia.

Mempertimbangkan dampaknya yang positif

terhadap perekonomian, Bank Indonesia (BI)

secara aktif terus memperluas kerja sama

LCS ACCD yang telah dijalin saat ini dengan

Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand

ke mitra strategis lainnya. Dengan sasaran

Jepang sebagai salah satu mitra utama

bagi Indonesia, BI telah menandatangani

Nota Kesepahaman dengan Kementerian

Keuangan Jepang pada 5 Desember 2019

untuk menyepakati pembentukan kerangka

kerja sama LCS berbasis ACCD.

Kesepakatan LCS ACCD dengan

Jepang menandai tonggak sejarah penting

dalam upaya penguatan kerja sama keuangan

INDONESIA MEMULAI IMPLEMENTASI KERJA SAMA LOCAL CURRENCY SETTLEMENT DENGAN JEPANGOleh: Ita Vianty, Satwika Lulu, Tommy Aditya1

Artikel 4

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Hubungan Internasional 3

Page 24: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

70

khususnya melalui jalur nilai tukar. Nilai

tukar Rupiah terhadap hard currency

yang lebih bergejolak dapat mengganggu

kemampuan para pelaku usaha dalam

memenuhi kewajiban utang luar negeri

atau perdagangan. Salah satu upaya untuk

mengurangi ketergantungan terhadap hard

currency dimaksud adalah dengan mendorong

penggunaan mata uang lokal dalam setelmen

perdagangan dan investasi Indonesia dengan

negara lain, terutama dengan negara-negara

di kawasan melalui inisiasi kerja sama LCS,

salah satunya dengan Jepang.

Kerja Sama LCS ACCD Indonesia-Jepang

Jepang adalah salah satu mitra

penting bagi Indonesia, tidak saja

dalam hal perdagangan namun juga

investasi langsung. Dari sisi perdagangan,

rerata perdagangan selama 2015-2019

menunjukkan bahwa Jepang merupakan

negara tujuan ekspor dan asal impor

terbesar ketiga. Hubungan yang signifikan

ini tercermin dari rerata ekspor (migas dan

nonmigas) senilai USD16,8 miliar (10,3%

dari total ekspor Indonesia) dan rata-rata

impor (migas dan nonmigas) senilai USD15,2

miliar (9,5% dari total impor Indonesia)

(Tabel 1).2 Crude materials (bahan mentah),

manufactured goods (produk manufaktur),

mineral fuels (bahan bakar mineral), serta

machinery and transport equipment (mesin

dan alat transportasi) adalah komoditas

nonmigas utama yang diekspor Indonesia ke

2 Data SEKI BI (rata-rata 2015-2019).

Latar Belakang

Pandemi COVID-19 telah

menurunkan aktivitas perekonomian

dunia dan harga komoditas yang

kemudian memicu kepanikan di pasar

keuangan global. Di pasar keuangan

domestik, penurunan persepsi para investor

terhadap kondisi perekonomian terkini dan

prospek ke depan, memicu capital outflow.

Kondisi tersebut memberikan tekanan

terhadap Rupiah, di saat terjadi penurunan

supply USD dari eksportir akibat lesunya

perdagangan global. Kondisi tersebut

mendorong BI melakukan berbagai upaya

kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Perdagangan internasional

Indonesia paling banyak dilakukan

dengan negara di kawasan Asia dan

Timur Tengah dengan porsi sekitar 74%

dari total nilai perdagangan Indonesia.

Sementara itu, perdagangan dengan Amerika

dan Eropa berada di urutan ke-2 dan ke-3

dengan porsi masing-masing 10,5%. Meski

demikian, perdagangan Indonesia hingga kini

masih didominasi dalam valuta hard currency

dengan porsi sekitar 95% untuk ekspor dan

85% untuk impor.

Dominasi hard currency sebagai

settlement currency dalam struktur

perdagangan, investasi, dan pasar

keuangan domestik, menimbulkan

ketergantungan yang tinggi terhadap

hard currency sehingga membuat Rupiah

lebih mudah fluktuatif. Hal tersebut dapat

berdampak pada stabilitas makroekonomi,

Page 25: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

71

currency dengan pangsa rata-rata sebesar

92% untuk ekspor dan 61% untuk impor

(Tabel 2). Sementara itu, rerata share

penggunaan mata uang lokal (JPY dan IDR)

masing-masing adalah 5,9% dan 1,4% untuk

ekspor, serta 32,4% dan 5,8% untuk impor.

Penggunaan JPY lebih banyak digunakan

dalam transaksi impor Indonesia dari Jepang

dibandingkan ekspor Indonesia ke Jepang.

Dari segi ekspor, dominasi hard currency tidak

terlepas dari mayoritas ultimate destination

produk ekspor dari Jepang ke Amerika

Serikat, yang berupa machinery and transport

equipment (mesin dan alat tranportasi).4 Dari

segi impor, dominasi produk impor asal Jepang

yang berupa barang elektronik dan peralatan

mesin/transportasi ditransaksikan dalam hard

currency karena sifat bahan baku produksi

yang di-outsource dari berbagai negara.

4 Data World Bank WITS (tahun 2018)

Jepang. Sementara itu, produk industri olahan

dengan teknologi tinggi, seperti machinery

and transport equipment (mesin dan alat

transportasi) dan manufactured goods

(produk manufaktur) merupakan komoditas

nonmigas utama yang diimpor dari Jepang.

Hubungan yang penting juga terlihat dari

sisi investasi langsung Jepang ke Indonesia.

Jepang merupakan investor terbesar ketiga

bagi Indonesia, setelah Singapura dan

Belanda, selama periode 2014-2017. Rerata

investasi asing yang masuk dari Jepang

(inward FDI) tercatat senilai USD21,1 miliar

per tahun (9,1% dari total FDI yang masuk).3

Penyelesaian (setelmen) per-

dagangan Indonesia dan Jepang masih

didominasi dalam hard currency, meski

Jepang merupakan mitra utama. Mata

uang utama tersebut menjadi settlement

3 Data IMF CDIS (rata-rata 2014-2017)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Ekspor

Peringkat Tujuan Pangsa (%)Nilai Rata-rata(juta USD)

Impor

Peringkat Asal Pangsa (%)Nilai Rata-rata(juta USD)

Tiongkok

AS

Jepang

Singapura

India

Malaysia

Korea

Thailand

Filipina

Taiwan

Lainnya

Total

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tiongkok

Singapura

Jepang

Thailand

AS

Korea

Malaysia

Australia

India

Jerman

Lainnya

Total

21,9

17,2

16,8

12,5

12,2

8,1

7,4

6,0

5,9

4,7

49,6

162,3

36,2

18,9

15,2

9,1

8,5

8,3

8,2

5,4

3,7

3,5

42,9

160,0

13,5%

10,6%

10,3%

7,7%

7,5%

5,0%

4,6%

3,7%

3,6%

2,9%

30,5%

22,7%

11,8%

9,5%

5,7%

5,3%

5,2%

5,1%

3,4%

2,3%

2,2%

26,8%

Tabel 1. Negara Asal Transaksi Perdagangan Indonesia (rata-rata 2015-2019)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Page 26: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

72

Selain itu, faktor lain yang memengaruhi

penggunaan hard currency antara lain adalah

(i) efisiensi transaksi yang menyebabkan

perusahaan induk menggunakan hard

currency untuk mendapatkan economies of

scale dan menjamin kecukupan likuiditas hard

currency untuk mengelola risiko mata uang,

(ii) mengurangi currency mismatch antara

sumber pendapatan dengan pembiayaan

perusahaan (termasuk biaya hedging), dan

(iii) faktor preferensi bisnis perusahaan.

Penggunaan mata uang lokal (JPY

atau IDR) dalam transaksi perdagangan

antara Indonesia dan Jepang yang masih

rendah juga dipengaruhi oleh kebijakan

head office dan rendahnya posisi tawar

perusahaan Indonesia dibandingkan

perusahaan Jepang. Survei Bank Indonesia

pada 2018 menunjukkan bahwa perusahaan

Indonesia yang mempunyai hubungan

dagang erat dengan Jepang pada umumnya

adalah anak perusahaan di Jepang (terafiliasi),

sehingga cenderung mengikuti kebijakan

head office terkait pemilihan mata uang untuk

setelmen. Bargaining power perusahaan

Indonesia terhadap perusahaan Jepang juga

relatif rendah, termasuk dalam pemilihan

valuta setelmen. Meski penggunaannya

masih terbatas, pangsa penggunaan IDR dan

JPY dalam transaksi perdagangan Indonesia

dengan Jepang cenderung meningkat selama

periode 2015-2019 dengan nilai rerata

sebesar USD1,05 miliar/tahun (7,3%) untuk

ekspor, dan USD6,0 miliar/tahun (38,2%)

untuk impor.

Inisiasi Kerja Sama Penggunaan Mata

Uang Lokal dengan Jepang

Ketergantungan terhadap hard

currency dalam hubungan perdagangan

Indonesia dengan Jepang yang

tinggi mendorong inisiasi kerja sama

penggunaan mata uang lokal berbasis

Tabel 2. Porsi Penggunaan Mata Uang Transaksi Perdagangan Indonesia–Jepang (2015-2019)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

12345678910

USDJPYIDRCNYSGDEURAUDGBPHKDLainnya

USDJPYIDRSGDEURTHBMYRAUDBNDLainnya

12345678910

13,280,850,200,080,040,01

0,000060,000060,000030,00002

14,5

9,55,10,90,2

0,0320,0030,0020,0010,0000,002

15,6

91,9%5,9%1,4%0,5%0,3%0,1%0,0%0,0%0,0%0,0%

60,5%32,4%

5,8%1,1%0,2%0,0%0,0%0,0%0,0%0,0%

Ekspor

PeringkatValutaAsal

ValutaAsal

PangsaRata-rata

PangsaRata-rata

Nilai Rata-rata(miliar USD)

Impor

Peringkat Nilai Rata-rata(miliar USD)

Total Total

Page 27: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

73

dengan makin beragamnya jenis instrumen

keuangan dalam mata uang lokal. Dengan

berkembangnya pasar keuangan domestik,

hal ini pada akhirnya dapat mendukung

upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan

sistem keuangan Indonesia.

Kerangka kerja sama LCS Indonesia

dengan Jepang didukung oleh bank yang

ditunjuk otoritas untuk memfasilitasi

penyelesaian transaksi (setelmen) dalam

Rupiah atau Yen. Dalam hal ini, BI dan

otoritas mitra menunjuk beberapa bank

yang memenuhi persyaratan tertentu sebagai

pihak yang memfasilitasi setelmen pelaku

usaha Indonesia dengan pelaku usaha Jepang

dalam Rupiah atau Yen, atau yang disebut

dengan Appointed Cross Currency Dealer

(ACCD) untuk memastikan implementasi LCS

sesuai dengan pedoman operasional. Dengan

menunjuk beberapa bank tertentu tersebut,

BI dan otoritas mitra dapat memantau

implementasinya. Penunjukan bank ACCD ini

juga dilakukan BI ketika menjalin kerja sama

LCS dengan Malaysia dan Thailand pada

2018.

Implementasi Kerja Sama LCS Indonesia

dengan Jepang

Indonesia resmi memulai

implementasi kerja sama LCS berbasis

ACCD dengan Jepang pada 31 Agustus

2020. Sebagaimana kerja sama LCS dengan

Malaysia dan Thailand, kerangka yang

mendasari kerja sama ini mencakup tiga fitur

utama, yaitu (i) ketentuan terkait transaksi

Appointed Cross-Currency Dealers

(LCS ACCD) dalam setelmen transaksi

dengan Jepang. Melalui kerja sama ini,

penggunaan mata uang lokal untuk setelmen

transaksi dengan Jepang diharapkan dapat

ditingkatkan untuk mengurangi kerentanan

ekonomi Indonesia terhadap shock yang

bersumber dari global akibat tingginya

ketergantungan terhadap hard currency,

dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar.

Selain itu, inisiasi kerja sama ini juga ditujukan

untuk memperluas kerja sama LCS berbasis

ACCD yang telah dijalin Indonesia saat ini

dengan Malaysia dan Thailand.5

Mewujudkan hal tersebut, BI dan

Kementerian Keuangan Jepang telah

menandatangani Nota Kesepahaman pada

5 Desember 2019 untuk membentuk suatu

kerangka kerja sama LCS yang optimal bagi

kedua negara sehingga memberikan manfaat

bagi pelaku usaha dalam menggunakan

mata uang lokal untuk setelmen, yaitu (i)

memberikan opsi untuk diversifikasi eksposur

mata uang; (ii) mengurangi biaya transaksi

karena menggunakan kuotasi langsung

(direct quotation) antara Rupiah dan Yen;

dan (iii) meningkatkan daya saing pelaku

usaha. Bagi perekonomian, kerja sama LCS

juga berdampak positif terhadap upaya

pengembangan pasar keuangan domestik

terutama pasar mata uang lokal, seiring

5 Kerja sama LCS ACCD pertama kali diinisiasi oleh BI dengan Malaysia (Bank Negara Malaysia) dan Thailand (Bank of Thailand) pada 2016 dan telah diimplementasikan sejak Januari 2018 dengan tren volume, frekuensi, dan jumlah transaksi yang meningkat.

Page 28: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

74

sedangkan JPY merupakan international

currency, BI dan Kementerian Keuangan

Jepang bersama-sama menyusun kerangka

kerja sama LCS yang sesuai dan optimal untuk

kondisi hubungan ekonomi dan keuangan

kedua negara.

1. Ketentuan terkait Transaksi Valas

oleh Bank ACCD

Sebagai dasar dalam melakukan

transaksi LCS (underlying), BI dan Kementerian

Keuangan Jepang sepakat bahwa underlying

transaksi LCS antara Indonesia dan Jepang

mencakup (i) transaksi perdagangan (ekspor

dan impor barang dan jasa); (ii) transaksi

pendapatan primer yang meliputi penerimaan

dan pembayaran kompensasi tenaga kerja,

pendapatan investasi dari investasi langsung,

investasi portofolio, dan investasi lainnya;

(iii) transaksi pendapatan sekunder yang

valas yang dapat dilakukan bank ACCD, (ii)

kriteria dan mekanisme penunjukan bank

ACCD, dan (iii) mekanisme pelaporan,

surveilans, dan sharing informasi antar

otoritas sebagaimana gambar 1. Secara

prinsip, kerangka kerja sama LCS ACCD

Indonesia dengan Jepang ini mengacu pada

kerangka kerja sama LCS ACCD antara

Indonesia dengan Malaysia/Thailand, yaitu (i)

transaksi LCS dapat menggunakan kegiatan

ekonomi riil sebagai underlying transaksi; (ii)

bank ACCD yang ditunjuk memenuhi kriteria

tertentu; dan (iii) otoritas menerima laporan

transaksi LCS dari bank ACCD sehingga

dapat melakukan sharing data/informasi

dengan otoritas di negara mitra. Namun,

mempertimbangkan karakter hubungan

ekonomi dan keuangan antara Indonesia dan

Malaysia/Thailand berbeda dengan Indonesia

dan Jepang, dan bahwa mata uang MYR dan

THB merupakan non-international currency

Signing MoU Local Currency Settlement ACCD antara BI dan bank sentral/otoritas mitra

Menyepakati Kriteria ACCD

Pembukaan rek SNA dan Sub-SNA oleh ACCDTransaksi Spot, Forward, atau Swap FX/IDR, dalam rangka hedeging, dengan eligible underlyingTransfer dana (overbooking), termasuk dalam rangka investasiFinancing dalam mata uang IDR, mata uang negara mitraDirect quotation: FX/IDR

a.

b.

c.

d.

e.

Menyepakati Framework LCS

Gambar 1. Kerangka LCS Berbasis ACCD Indonesia-Jepang

Page 29: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

75

currency ketika kondisi pasar keuangan global

kurang kondusif.

Dalam melakukan transaksi LCS ini,

BI mengeluarkan ketentuan LCS berupa

Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Peraturan

Anggota Dewan Gubernur (PADG)7 serta

pedoman operasional bagi bank ACCD agar

dapat melakukan transaksi Rupiah terhadap

Yen (IDR/JPY) secara langsung (direct trading)

tanpa perlu melalui hard currency dalam

memfasilitasi kepentingan setelmen nasabah.8

Hal-hal pokok yang diatur terkait transaksi

IDR/JPY antara lain (i) jenis transaksi IDR/JPY

yang dapat dilakukan bank ACCD untuk

menyelesaikan (tod, tom, spot, forward,

swap); (ii) batas nilai transaksi LCS yang dapat

7 PBI No.22/12/PBI/2020 (https://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/Pages/PBI_221220.aspx) tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral Menggunakan Mata Uang Lokal (Local Currency Settlement) Melalui Bank dan PADG No.22/20/PADG/2020 (https://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/Pages/PADG_222020.aspx) tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral Antara Indonesia dan Jepang Menggunakan Rupiah dan Yen melalui Bank

8 Disusun bersama Kementerian Keuangan Jepang

meliputi penerimaan dan pembayaran sektor

pemerintah, penerimaan dan pembayaran

sektor lainnya (termasuk remitansi)6; serta (iv)

investasi langsung (foreign direct investment/

FDI) dalam bentuk investasi antara pelaku

usaha di Indonesia dan Jepang dengan

batasan minimum kepemilikan ekuitas

10% (sepuluh persen) atau pinjaman antar

perusahaan (intercompany loan) dalam satu

grup yang sama. Keempat kegiatan tersebut

dijadikan sebagai underlying transaksi LCS

dengan Jepang karena merupakan kegiatan

ekonomi yang bersifat riil (bukan spekulasi)

dan memiliki tren yang cenderung meningkat

dengan nilai yang signifikan bagi kedua

negara (Tabel 3). Dengan demikian, transaksi

LCS antara kedua negara diharapkan dapat

dilakukan secara meluas untuk keempat

kegiatan ekonomi tersebut sehingga dapat

mengurangi permintaan terhadap hard

currency yang selama ini menjadi sumber

volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap hard

6 Kecuali hadiah, donasi, dan sumbangan/hibah

Tabel 3. Transaksi Kegiatan Ekonomi Riil Indonesia – Jepang (Rata-rata ’15-’19)

Sumber: SEKI, IMF CDIS, diolah

Jenis Transaksi (Juta USD)

- Ekspor- Impor

- Remitansi ke Jepang- Remitansi ke Indonesia

- Inward Direct Investment- Outward Direct Investment

17.45613.256

336163

21.29066

15.26512.982

375167

19.90590

17.02715.364

382170

22.432283

18.76418.305

378190

23.930137

15.13116.084

373213

24.887219

52.567736

2,79 2,59 2,95 3,27 3,02

48.783683

55.657779

61.702864

56.907797

II. Transaksi Pendapatan Sekunder

III. Investasi Langsung

Total (in USD Million)

Total per day (RRH in Rp Triliun)Total (in Rp. Triliun)

2015 2016 2017 2018 2019I. Transaksi Perdagangan

Page 30: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

76

itu, implementasi kerja sama LCS ACCD

Indonesia dengan Jepang dilakukan dengan

menunjuk beberapa bank yang dinilai

memenuhi kriteria tertentu sebagai ACCD di

Indonesia dan Jepang serta dipandang memiliki

kemampuan untuk memfasilitasi transaksi

antara Rupiah dan Yen sesuai kerangka kerja

yang disepakati kedua otoritas. Secara prinsip,

prosedur ini juga dilakukan ketika implementasi

kerja sama LCS dengan Malaysia dan Thailand.

Setelah bank ACCD ditunjuk oleh BI, bank

ACCD dimaksud secara resmi dapat beroperasi

memfasilitasi kepentingan transaksi nasabah

menggunakan mata uang lokal (IDR atau JPY)

sesuai ketentuan LCS dan relaksasi ketentuan

nilai tukar yang diberikan BI.

Untuk operasionalisasi kerja sama

LCS Indonesia dengan Jepang, bank-bank

ACCD yang telah ditunjuk sebagai ACCD

di Indonesia dan Jepang untuk saat ini

adalah sebagaimana dalam Tabel 4. Untuk

bertransaksi di antara mereka, masing-

masing bank ACCD diperbolehkan untuk

membuka rekening SNA pada lebih dari satu

bank ACCD di Jepang sesuai keputusan bisnis

bank (one to many).

3. Mekanisme Pelaporan, Surveilans,

dan Sharing Informasi antar Otoritas

Dalam rangka memastikan

implementasi kerja sama LCS berbasis ACCD

berjalan sesuai kerangka dan pedoman

operasional, BI dan Kementerian Keuangan

Jepang sepakat untuk secara berkala

melakukan (i) monitoring dan surveilans

dilakukan tanpa dokumen underlying, yaitu

sebesar setara USD25,000 per transaksi; (iii)

publikasi atas kuotasi harga langsung (direct

quotation) IDR/JPY oleh bank ACCD di sarana

penyedia informasi seperti Reuters yang

dapat digunakan sebagai rujukan transaksi

bagi nasabah; (iv) pembukaan rekening untuk

transaksi LCS (rekening Special Purpose Non-

resident Account/SNA bagi bank ACCD dan

rekening sub-SNA bagi nasabah); (v) jenis

transaksi yang dapat dilakukan oleh nasabah

dalam rekening sub-SNA; (vi) pembiayaan

dalam Rupiah atau Yen yang dapat diberikan

oleh bank ACCD kepada nasabahnya di

negara masing-masing untuk membiayai

kegiatan perdagangan dan investasi langsung;

dan (vii) kewajiban penyampaian laporan

transaksi LCS oleh bank ACCD kepada BI

secara berkala. Dengan pengaturan ini,

pelaku usaha di Indonesia sudah mulai dapat

melakukan transaksi LCS dengan pelaku

usaha di Jepang untuk kegiatan ekonomi riil

yang diperbolehkan sesuai dengan ketentuan

BI melalui bank ACCD menggunakan Rupiah

atau Yen, sebagai alternatif dari penggunaan

hard currency.

2. Kriteria dan Mekanisme Penunjukan

Bank ACCD

Dalam implementasi kerja sama LCS

menggunakan Rupiah atau Yen, BI perlu

memantau transaksi LCS untuk memastikan

bahwa implementasi berjalan sesuai ekspektasi

dan memitigasi potensi risiko yang mungkin

ditimbulkan terhadap perekonomian. Untuk

Page 31: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Bab 3 - Artikel

77

pelaku usaha Jepang menggunakan

Rupiah atau Yen. Pelaku usaha Indonesia

yang memiliki hubungan dagang, transaksi

pendapatan primer dan sekunder, serta

investasi langsung dengan pelaku usaha

Jepang dapat memanfaatkan kerja sama LCS

ACCD ini. Selain dapat melakukan hedging

(lindung nilai) transaksi berdenominasi IDR/

JPY untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai

tukar, pelaku usaha juga dapat memperoleh

manfaat dari biaya transaksi valas yang lebih

murah melalui kuotasi nilai tukar secara

langsung (direct trading) yang ditawarkan

oleh bank ACCD Indonesia. Beberapa sektor

di Indonesia yang berpotensi memanfaatkan

kerangka LCS tersebut antara lain real estate,

konstruksi, perdagangan, merchandise/ritel,

manufaktur, dan lainnya untuk memfasilitasi

transaksi dengan perusahaan induk/afiliasi

di Jepang, seperti keperluan investasi,

penanaman modal, pengadaan bahan baku,

pembelian lahan, pembayaran lisensi, dan

remitansi dividen. Selanjutnya, untuk terus

meningkatkan awereness dan pemahaman

pelaku usaha atas manfaat-manfaat yang

diperoleh dari transaksi LCS, BI bersama

atas implementasi berdasarkan laporan

transaksi LCS yang disampaikan oleh bank

ACCD kepada otoritas; dan (ii) sharing

informasi dan diskusi antar otoritas terkait

progres implementasi dan aspek kepatuhan

bank ACCD, termasuk area penguatan

yang diperlukan. Untuk itu, bank ACCD di

Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan

transaksi LCS setiap bulan kepada BI, antara

lain meliputi transaksi valuta asing yang

dilakukan, posisi terbuka transaksi Yen pada

SNA Yen, posisi dan mutasi saldo SNA Yen,

transer dana, posisi saldo dan mutasi sub-SNA

Yen, posisi pembiayaan, saldo dan mutasi

SNA Rupiah milik bank ACCD Jepang yang

dikelola bank ACCD Indonesia serta saldo

dan mutasi sub-SNA IDR yang dikelola bank

ACCD Jepang.

Manfaat Kerja Sama LCS Indonesia

dengan Jepang Bagi Pelaku Usaha

Dengan telah dimulainya kerja

sama LCS Indonesia dengan Jepang,

pelaku usaha di Indonesia sudah mulai

dapat menyelesaikan transaksi dengan

Tabel 4. ACCD Indonesia dan ACCD Jepang untuk Kerja Sama LCS ACCD Indonesia - Jepang

Bank ACCD Indonesia Bank ACCD Jepang

MUFG Bank, Ltd., Cabang Jakarta Mizuho Bank, Ltd.

PT. Bank BTPN, Tbk MUFG Bank, Ltd.

PT. Bank Central Asia (Persero), Tbk PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, Cabang Tokyo

PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk Resona Bank, Limited

PT. Bank Mizuho Indonesia Sumitomo Mitsui Banking Corporation

PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

Page 32: Artikel 1 Peran Bank Sentral di Tengah Pandemi COVID-19

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi III 2020

78

dengan negara mitra diharapkan akan turut

mendukung upaya otoritas dan pemerintah

dalam menjaga stabilias nilai tukar Rupiah

dan makroekonomi secara keseluruhan.

dengan bank ACCD akan melakukan

sosialisasi secara intensif dan reguler kepada

pelaku usaha. Peran aktif dari para pelaku

usaha dalam memanfaatkan kerja sama LCS