arsitektur biomorfik di jakarta selatan.pdf

13
1 PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOMORFIK DI JAKARTA SELATAN Oleh : Agus Setiawan Pembimbing 1 : Ir. Atiek Untarti, M.Ars, IAI Pembimbing 2 : L. Edhie Prasetya, ST,MT. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta Email : [email protected] Abstrak Seiring dengan berjalannya waktu,populasi penduduk Jakarta yang cepat dan ketersediaan lahan untuk pemukiman yang sangat terbatas, membawa akibat tingginya harga lahan. Faktor yang paling mempengaruhi perkembangan dan timbulnya permasalahan perkotaan di Jakarta adalah pertambahan jumlah penduduk. Hal inilah yang mengakibatkan kebutuhan akan perumahan yang layak, terutama untuk golongan berpenghasilan menengah kebawah menjadi semakin mendesak sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas. Oleh karena itu mengingat target penghuni rumah susun ini adalah para golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan upah minimum rata-rata (UMR) atau bahkan banyak yang masih berpenghasilan dibawah UMR, maka sulit bagi kalangan ini untuk membeli bahkan mencicil satuan unit rumah susun, karena tidak akan terjangkau oleh mereka. Untuk itu digunakan sistem sewa dalam rumah susun sederhana ini sehingga golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah bisa mendapatkan suatu hunian yang tidak memberatkan mereka dan juga layak untuk dihuni serta dapat melakukan aktifitas bercocok tanam secara vertikal di rumah mereka sendiri. Dengan adanya rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik yang berada di Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama - Jakarta Selatan, sedikit dapat membantu masyarakat golongan menengah kebawah dalam hal hunian yang memakai pendekatan konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam serta memakai tema taman kampung. Dimana penghuni yang berada di setiap unit rumah susun ini, dapat merasakan seperti halnya tinggal disebuah perkampungan yang asri dengan terdapat pepohonan di pekarangan unit rumah susun, melakukan hal bercocok tanam, berkumpul dengan keluarga serta bersosialisasi antar penghuni unit rumah susun lainnya. 1. Pendahuluan Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat bisnis, kota pendidikan, serta kota wisata. Sebagai kota metropolitan, Jakarta terus berkembang dan tumbuh baik secara fisik maupun secara non-fisik. Faktor yang paling mempengaruhi perkembangan dan timbulnya permasalahan perkotaan di Jakarta adalah pertambahan jumlah penduduk. Program 1000 MENARA Kementerian Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia dicanangkan oleh Pemerintah dan berlaku sebagai sebuah langkah strategis dalam menjalankan amanat Undang-Undang sebagai salah satu cara menyejahterakan rakyat. Rusunami dan Rusunawa menjadi projek unggulan untuk menyukseskan program tersebut. Pelaksanaannya perlu perencanaan seksama dan konsisten untuk sebuah hasil maksimal jangka menengah dan panjang. Cipulir adalah kelurahan di kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. Kelurahan ini memiliki penduduk sebanyak 29.041 jiwa dengan luas wilayah 1,95 km 2 yang merupakan salah satu bagian dari kota Jakarta yang terus

Upload: kardi

Post on 18-Nov-2015

101 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 1

    PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOMORFIK DI JAKARTA SELATAN

    Oleh :

    Agus Setiawan Pembimbing 1 : Ir. Atiek Untarti, M.Ars, IAI Pembimbing 2 : L. Edhie Prasetya, ST,MT.

    Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta

    Email : [email protected]

    Abstrak

    Seiring dengan berjalannya waktu,populasi penduduk Jakarta yang cepat dan ketersediaan lahan untuk pemukiman yang sangat terbatas, membawa akibat tingginya harga lahan. Faktor yang paling mempengaruhi perkembangan dan timbulnya permasalahan perkotaan di Jakarta adalah pertambahan jumlah penduduk. Hal inilah yang mengakibatkan kebutuhan akan perumahan yang layak, terutama untuk golongan berpenghasilan menengah kebawah menjadi semakin mendesak sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas. Oleh karena itu mengingat target penghuni rumah susun ini adalah para golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan upah minimum rata-rata (UMR) atau bahkan banyak yang masih berpenghasilan dibawah UMR, maka sulit bagi kalangan ini untuk membeli bahkan mencicil satuan unit rumah susun, karena tidak akan terjangkau oleh mereka. Untuk itu digunakan sistem sewa dalam rumah susun sederhana ini sehingga golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah bisa mendapatkan suatu hunian yang tidak memberatkan mereka dan juga layak untuk dihuni serta dapat melakukan aktifitas bercocok tanam secara vertikal di rumah mereka sendiri. Dengan adanya rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik yang berada di Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama - Jakarta Selatan, sedikit dapat membantu masyarakat golongan menengah kebawah dalam hal hunian yang memakai pendekatan konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam serta memakai tema taman kampung. Dimana penghuni yang berada di setiap unit rumah susun ini, dapat merasakan seperti halnya tinggal disebuah perkampungan yang asri dengan terdapat pepohonan di pekarangan unit rumah susun, melakukan hal bercocok tanam, berkumpul dengan keluarga serta bersosialisasi antar penghuni unit rumah susun lainnya.

    1. Pendahuluan

    Jakarta merupakan pusat pemerintahan, pusat bisnis, kota pendidikan, serta kota wisata. Sebagai kota metropolitan, Jakarta terus berkembang dan tumbuh baik secara fisik maupun secara non-fisik. Faktor yang paling mempengaruhi perkembangan dan timbulnya permasalahan perkotaan di Jakarta adalah pertambahan jumlah penduduk.

    Program 1000 MENARA Kementerian Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia dicanangkan oleh Pemerintah dan berlaku sebagai sebuah langkah strategis dalam menjalankan amanat Undang-Undang sebagai salah satu cara menyejahterakan rakyat. Rusunami dan Rusunawa menjadi projek unggulan untuk menyukseskan program tersebut. Pelaksanaannya perlu perencanaan seksama dan konsisten untuk sebuah hasil maksimal jangka menengah dan panjang.

    Cipulir adalah kelurahan di kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. Kelurahan ini memiliki penduduk sebanyak 29.041 jiwa dengan luas wilayah 1,95 km2 yang merupakan salah satu bagian dari kota Jakarta yang terus

  • 2

    berkembang.Jadi, jika dilihat dari beberapa permasalah di atas khususnya hunian bagi masyarakat golongan menengah kebawah, ide perancangan rumah susun sederhana sewa ini adalah dengan memakai pendekatan arsitektur Biomorfik (konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam), dimana lokasi perancangan rusunawa ini terletak disebuah lahan kosong yang memiliki luas + 2,5 Ha berada di Kel. Cipulir, Kec. Kebayoran Lama - Jakarta Selatan.

    2. Kajian Pustaka

    Rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik adalah bangunan hunian bertingkat yang dapat memanfaatkan keadaan alam sekitar sebagai konsep perancangan tempat tinggal bagi masyarakat menengah ke bawah dengan sistem pembayaran sewa.

    Adapun studi banding untuk perancangan rumah susun sederhanasewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik ini dilakukan terhadap bangunan hunian yang sudah dibangun dan memiliki taman vertikal, baik yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri dengan tujuan memberi ide dan pemahaman terhadap bangunan yang akan direncanakan. Meghna Residence, adalah sebuah karya dari arsitek Bangladesh yaitu Kandaker Zakaria (Jewel). Arsitek menjadikan bangunan setinggi 5 lantai ini layaknya sebuah resort dengan banyak taman dan juga kolam. Tanaman danpohon tumbuh dalam bangunan dengan rambatan pada dinding. Terkesan sangat sejuk. Pemiliknya mengatakan bahwa ia menyukai suasana seperti pedesaan.

    Gambar 01 :

    Foto suasana Meghna residence

    Gambar 02 :

    Suasana balkon Meghna residence

    Gambar 03 :

    Layout Meghna residence

    3. Pembahasan

    Lokasi perancangan rusunawa ini terletak disebuah lahan kosong yang memiliki luas + 2,5 Ha berada di Kel. Cipulir, Kec. Kebayoran Lama - Jakarta Selatan. Dengan kondisi eksisting tapak yang sebagian besar ditumbuhi pepohonan serta tanaman liar lainnya, sangat mendukung untuk pendekatan mengenai konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam.

    Lokasi perancangan rusunawa ini terletak disebuah lahan kosong yang memiliki luas + 2,5 Ha berada di Kel. Cipulir, Kec.Kebayoran Lama - Jakarta Selatan. Dengan kondisi eksisting tapak yang sebagian besar ditumbuhi pepohonan serta tanaman liar lainnya,sangat mendukung untuk pendekatan mengenai konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam.

  • 3

    Gambar 04 : Gambar 05 :

    Peta DKI Jakarta & Wilayah Jakarta Selatan Foto udara lokasi Tapak - Cipulir

    Gambar 06 :

    Foto kondisi eksisting lokasi sekitar tapak

    Peraturan Tata Kota Wilayah Jakarta Selatan

    a. Data Tapak

    1. Batas-batas tapak adalah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Pemukiman penduduk

    Sebelah Selatan : Jalan raya Ciledug, permukiman penduduk komplek SESKO-AL, jalan raya mesjid Al-Mubaraq.

    Sebelah Barat : Pertokoan, permukiman penduduk

    Sebelah Timur : Jalan raya panjang, pertokoan 2. Luas Tapak : + 25.200 M2

    3. Koefesien Dasar Bangunan : 50% 4. Luas Dasar Bangunan : 50% x 25.200 = 12.600 M2

    5. Koefesian Luas Bangunan : 2 6. Luas Total Bangunan : 2 x 25.200 = 50.400 M2

    7. Tinggi Bangunan : max. 15 Lantai 8. Peruntukan : Bangunan hunian 9. Garis Sepadan Bangunan : 10 M 10. Garis Sepadan Jalan : 6 M

  • 4

    b. Potensi Lingkungan Sekitar Tapak

    Gambar 07 :

    Potensi lingkungan sekitar tapak

    Konsep perancangan

    a. Filosofi bangunan

    "Jika hidup kita jauh dari alam, maka bawalah alam mendekat dalam hidup kita. Caranya sederhana, dengan menata taman atau berkebun," Ridwan Kamil.

    Pertimbangan dalam merancang rumah susun sederhana sewa ini adalah bagaimana menciptakan sebuah hunian dengan sistem sewa dan memberi kesempatan penghuni untuk melakukan kegiatan bercocok tanam serta memanfaatkan keadaan alam sekitar dengan berbagai aktifitas seperti halnya tinggal di lingkungan perkampungan? Karena seorang arsitek ternama Indonesia bernama Ridwan Kamil mengatakan,bila seseorang dekat dengan tanaman, maka hal itu dapat mengurangi tekanan pikiran atau stres yang dialaminya. Stres ini erat kaitannya dengan kualitas hidup seseorang.

    Untuk itu muncullah sebuah ide perancangan rumah susun sederhana sewa yang memakai pendekatan arsitektur Biomorfik (konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam). Dimana setiap unit rumah susun memiliki taman vertical sendiri serta ruang taman hidroponik yang terletak di beberapa lantai bangunan (seperti tempat berkumpul ataupun tempat untuk bersosialisasi antar sesama penghuni rumah susun, balkon dan jendela). Ini dimaksudkan agar rumah susun sewa ini terlihat asri dan menciptakan suatu konsep dari pendekatan arsitektur biomorfik itu sendiri.

    b. Ide dan Bentuk Massa Bangunan.

    Perancangan rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik ini adalah sebuah hunian vertical yang memiliki lingkungan yang asri dengan banyaknya terdapat

  • 5

    tanaman hidroponik yang ditanam secara vertikal maupun horizontal. Maka dari itu konsep perancangan bangunan ini adalah kolaborasi antara manusia dan alam sekitar (pendekatan arsitektur biomorfik).Dari segi bentuk massa bangunan, rumah susun sederhana sewa ini sendiri mengambil sebuah bentuk persegi. Karena bentuk persegi ini memiliki beberapa karakteristik, seperti efesien dalam pemanfaatan ruang, lebih mudah dalam penyusunan ruang dan bentuk bangunan,sederhana, nyaman dan tenang, sistem konstruksi sederhana, bersifat stabil, statis dan netral, sirkulasi dalam bangunan jelas dan teratur, serta bersifat murni dan rasional. Agar dari segi estetika bangunan ini tidak terkesan sederhana ataupun standar, untuk itu dari sebuah bentuk persegi tadi dilakukanlah penggubahan massa seperti berikut ini :

    Gambar 08 :

    Tranfomasi bentuk massa yang diterapkan ke denah

    c. Tema Perancangan

    Bahwa dapat kita ketahui sebagian besar masyarakat golongan menengah kebawah adalah terdiri dari masyarakat pedesaan, yang masih bersifat semi agraris. Mereka masih menyukai tinggal di rumah yang langsung di atas tanah dengan perkarangan untuk bercocok tanam, memelihara binatang peliharaan dan untuk bermain anak-anak. Selain itu mereka juga memiliki hubungan kekerabatan, kekeluargaan ataubermasyarakat, potensi keswadayaan, paguyuban yang baik antara tetangga dan di lingkungannya seperti halnya dikehidupan pedesaan atau perkampungan. Permasalahannya adalah bagaimana merancang sebuah bangunan hunian vertikal yang berada di pusat kota dan jauh dari suasana kehidupan kampong yang asri, tenang dan nyaman? Untuk itu, perancangan rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik ini mengambil tema Taman kampung, dimana Kampung atau desa, menurut definisi secara luas, adalah sebuah penempatan manusia di daerah pedesaan. Biasanya lebih kecil dari dusun. Kampung merupakan suatu daerah, di mana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana, di kampung juga terdapat tempat tinggal warga menengah ke bawah di daerah kota. Selain itu, penghuni rumah susun ini dapatmerasakan suasana di perkampungan yang masih banyak terdapat pepohonan (baik buah-buahan maupun sayur-sayuran). Namun bedanya adalah kalau di perkampungan, tanaman ditanam langsung ditanah ataupun halaman rumah,

  • 6

    sedangkan di rumah susun ini sendiri, tanaman ditanam secara biomorfik atau menggunakan pot sebagai media untuk menanam tanaman tersebut. Sehingga tanaman tersebut dapat dengan mudah dibuat secara vertikal dan dapat memaksimalkan lahan yang sangat terbatas yang terdapat di unit rumah susun.

    Gambar 10 : Detail taman sayur vertical pada unit hunian

    Gambar 09 : Tema taman kampung yang diterapkan

    Secara vertical pada Rusunawa ini

  • 7

    d. Konsep perancangan tapak dan bangunan

    Gambar 10 :

    Konsep perancangan tapak dan bangunan

    e. Persyaratan ruang dan standar

    Total Keseluruhan Bangunan :

    Total luas unit type 25 = 11.145,6 m

    Total luas unit type 50 = 10.368 m

    Total luas fasilitas pendukung = 2.208 m

    Total luas bangunan = 23.721,6 m

  • 8

    f. Kebutuhan Parkir (mobil, sepeda motor & gerobak dagangan)

    Berdasarkan standar peraturan parkir untuk bangunan hunian vertical yang terdiri dari bangunan flat, jumlah parkir yang dibutuhkan untuk bangunan dengan luas lantai 70 m2 ke bawah adalah 5 unit/1 mobil. Jadi,kebutuhan parkir rumah susun untuk golongan berpenghasilan rendah ini adalah :

    Jumlah unit kamar :

    - Tipe 25 = 432 unit

    - Tipe 50 = 264 unit

    Total keseluruhan = 696 : 5 = 140 tempat parkir

    Luas parkir yang dibutuhkan adalah 696 x 15 m2 = 10.440 m2

    Namun dalam perancangan rusunawa ini lahan parkir mobil hanya diperuntukan untuk parkir mobil service dan tidak untuk umum. Sehingga parkir mobil yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Untuk sepeda motor, lahan parkir motor pada rusunawa ini adalah 1:1, yaitu 1 unit hunian menyediakan 1 parkir motor. Sehingga parkir sepeda motor harus dapat menampung 696 unit motor. Dengan luas parkir yang dibutuhkan adalah 696 x 2 m2 = 1.392 m2 Sedangkan untuk parkir gerobak dagangan, sama halnya dengan sepeda motor adalah 1:1, yaitu 1 unit hunian menyediakan 1 parkir gerobak. Sehingga parkir gerobak dagangan harus dapat menampung 696 unit gerobak dagangan. Dengan luas parkir yang dibutuhkan adalah 696 x 2 m2 = 1.392 m2. g. Perhitungan Biaya Sewa Per-bulan

    Besarnya biaya sewa disesuaikan dengan besar penghasilan masing-masing golongan masyarakat. Dari seluruh penghasilan per-bulan, 30% dialokasikan untuk biaya hunian. Maka :

    Untuk masyarakat golongan berpenghasilan rendah penghasilan per-bulan berkisar antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.500.000,-. Diasumsikan penghasilan rata-rata per-bulan Rp. 750.000,-. Maka alokasi dana untuk hunian adalah 30% x Rp. 750.000,- = Rp. 225.000,-. Maka biaya sewa untuk satu unit rumah susun sederhana sewa tipe 25 adalah Rp. 225.000,- per-bulan.

    Untuk masyarakat golongan berpenghasilan menengah, penghasilan per-bulan berkisar antara Rp. 2.000.000,- sampai Rp. 3.500.000,-. Diasumsikan penghasilan rata-rata per-bulan Rp. 2.500.000,-. Maka alokasi dana untuk hunian adalah 30% x Rp. 2.500.000,- = Rp. 750.000,-. Maka biaya sewa untuk satu unit rumah susun sederhana sewa tipe 50 adalah Rp. 750.000,- per-bulan

    Untuk rumah toko, penghasilan per-bulan berkisar antara Rp.3.000.000,- sampai Rp.5.000.000,-. Diasumsikan penghasilan rata-rata per-bulan Rp.3.500.000,-. Maka alokasi dana untuk toko dan hunian adalah 30% x Rp.3.500.000,- = Rp. 1.050.000,-. Maka biaya sewa untuk satu unit rumah toko adalah Rp. 1.050.000,- per-bulan.

    h. Perhitungan Analisis Penilaian Investasi

    Penerimaan sewa rumah susun sederhana sewa tiap satu tahun dengan tingkat hunian 100%. Rumah susun sederhana sewa untuk golongan berpenghasilan rendah :

  • 9

    - Untuk tipe 25 = Rp. 225.000,- x 432 unit x 12 bulan = Rp. 1.166.400.000,

    - Untuk tipe 50 = Rp. 750.000,- x 264 unit x 12 bulan = Rp. 2.376.000.000,

    - Untuk tipe rumah took = Rp.1.050.000,- x 12 unit x 12 bulan = Rp. 51.200.000,-

    - Total biaya sewa selama setahun = Rp.3.693.600.000,- i. Sistem Pencahayaan & Tata Udara Pada Rusunawa

    Gambar 12 : Sistem pencahayaan & tata udara bangunan rusunawa

    j. Sistem Struktur Bangunan Rusunawa

    Gambar 12 :

    Sistem struktur bangunan rusunawa

  • 10

    k. Sistem Utilitas Bangunan Rusunawa

    Gambar 14 :

    Sistem utilitas bangunan rusunawa

    4. Kesimpulan

    Dengan adanya rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan arsitektur biomorfik yang berada di Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama - Jakarta Selatan, sedikit dapat membantu masyarakat golongan menengah kebawah dalam hal hunian yang memakai pendekatan konsep perancangan yang mengambil kolaborasi/kerja sama antara manusia dengan alam serta memakai tema taman kampung. Dimana penghuni yang berada di setiap unit rumah susun ini, dapat merasakan seperti halnya tinggal disebuah perkampungan yang asri dengan terdapat pepohonan di pekarangan unit rumah susun, melakukan hal bercocok tanam, berkumpul dengan keluarga serta bersosialisasi antar penghuni unit rumah susun lainnya. Karena seorang arsitek ternama Indonesia bernama Ridwan Kamil mengatakan, bila seseorang dekat dengan tanaman, maka hal itu dapat mengurangi tekanan pikiran atau stres yang dialaminya. Stres ini erat kaitannya dengan kualitas hidup seseorang.

  • 11

    a. Layout Perancangan Rusunawa Dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik

    Gambar 15 :

    Layout perancangan rusunawa dengan pendekatan arsitektur biomorfik

  • 12

    b. Suasana Eksterior Rusunawa Dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik

    Gambar 16 :

    Suasana eksterior rusunawa dengan pendekatan arsitektur biomorfik

    c. Suasana Interior Rusunawa Dengan Pendekatan Arsitektur Biomorfik Gambar 17 : Suasana interior rusunawa dengan pendekatan Arsitektur biomorfik

  • 13

    5. Daftar Pustaka

    Budiharjo, Eko,Tata Ruang Perkotaan, Alumni, Bandung, 1996.

    Budiharjo, Eko dan Sudanti Hardjohubojo, Kota Berwawasan Lingkungan, Alumni, Bandung, 1993.

    Dinas Perumahan, Pola Induk Pembangunan Rumah Susun Di DKI Jakarta, Jakarta.

    Divisi Usaha Rumah Sewa, Pengembangan Penyelenggaraan Rumah Susun

    Sederhana Perum Perumnas, Perum Perumnas, Jakarta,2002.

    Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Pedoman Umum Pembangunan Rusunawa Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Jakarta.

    Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Sekilas Perumahan dan Permukiman di Indonesia, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2001.

    Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota,

    Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, 1983.

    Frick, Heinz, Rumah Sederhana Kebijaksanaan Perencanaan dan Konstruksi, KANISIUS, Yogyakarta, 1984.

    Hanafi, Bahan Mata Kuliah Teknologi Bangunan 2, Jakarta 2009.

    http://sayembara-iai.org/?scr=06.02&ID=21

    http://www.kamusbesar.com/32198/perancangan

    http://belajarsitektur.blogspot.com/2011/11/tafakkur-dari-alam.html

    http://www.archdaily.com/15022/mountain-dwellings-big/

    http://poskota.co.id/berita-terkini/2010/10/11/ratusan-kelengkapan-rusun-dinas-

    kebersihan-dijarah http://www.astudioarchitect.com/2010/03/meghna-residence-rumah-

    arsitektur.html

    http://100motivasi.wordpress.com/2012/05/23/teori-motivasi-hirarki- kebutuhan-abraham-maslow/

    http://100motivasi.wordpress.com/2012/05/23/teori-motivasi-hirarki- kebutuhan-abraham-maslow/

    http://properti.kompas.com/read/2012/07/27/13191320/Membawa.Alam.Lebih.Dekat

    Komarudin, Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1999.

    Perum Perumnas, Pedoman Perencanaan dan Perancangan Pembangunan Rumah Susun, Jakarta, 1994.

    Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun.

    Mildred, F. S., Apartment, Town House and Condominium, Mc Grow-Hill, New York, 1981.

    Wikipedia, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

    Yudohusodo, Siswono, Ir, Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Yayasan Padamu Negeri, Jakarta, 1991.

    http://sayembara-/http://www.kamusbesar.com/32198/per/http://belajarsitektur.blogspot.com/201/http://www.archdaily.com/15022/mount/http://poskota.co.id/berita-terkini/2010/10/11/ratusan-kelengkapan-rusun-dinas-http://www.astudioarchitect.com/2010/http://100motivasi.wordpress.com/201http://100motivasi.wordpress.com/201/http://properti.kompas.com/read/2012/