arsen nira

63
LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI UJI ARSEN OLEH : Nira zulifa silawane Munira Hj abd. Muin Endang lestari simin Sutarni Irmawati. PROGRAM D III ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

Upload: rulhataul

Post on 20-Oct-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

UJI ARSEN

OLEH :

Nira zulifa silawane

Munira Hj abd. Muin

Endang lestari simin

Sutarni

Irmawati.

PROGRAM D III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

TAHUN 2013

A.KATA PENGANTAR

Kata Pengantar.Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak

akan sanggup menyelesaikan dengan baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang TOKSIKOLOGI yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai

sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya

makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “UJI ARSEN” yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi

juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen TOKSIKOLOGI yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara

kami menyusun karya tulis ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

DAFTAR ISI

Cover..........................................................................................................i

Kata pengantar...........................................................................................ii

Daftar isi.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A.Latar blakang masalah............................................................................

B.Perumusan masalah...........................................................................

C.tujuan Penulisan..........................................................................

D. manfaat...............................................................................

BAB II.LANDASAN TEORI.............................................................................

A.Pengertian Arsen...................................................................................

B.Khlasifikasi Arsen............................................................................

C.Karakteristik Arsen.......................................................................

D.Mekanisme masuk Arsen..........................................................

E.Penggunaan Arsen..............................................................................

F.Diagnosis...................................................................................

G.Toksitas...................................................................................

H.patofisiologi......................................................................................

BAB III. PEMBAHASAN....................................................................

A keberadaan Arsen............................................................................

B.Udara...............................................................................................

C.Air.....................................................................................................

D.Biota................................................................................................

BAB IV.PENUTUP........................................................................................

A.Kesimpulan......................................................................................

B.Saran................................................................................................

I.Pendahuluan

A.Latar belakang

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau

konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta mahluk hidup lain.

Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang

menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride,

Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,

Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor

1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),

Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa

diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb),

Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-

logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan

manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun

udara.

Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang digunakan dalam kehidupan

manusia. Penggunaannya antara lain dalam bidang kedokteran, pertanian,

pengawetan kayu, dan lainnya. Namun penggunaan arsen yang tidak tepat

dapat mengakibatkan efek yang fatal bagi kesehatan manusia.

B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1.Bagaimanakah keberadaan arsen di alam? 2.Apa sajakah penggunaan arsen dalam kehidupan manusia?3.Bagaimanakah dampak arsen terhadap kesehatan manusia?4.Bagaimanakah penanggulangan jika terpapar arsen?

C. Tujuan 1.Mengetahui keberadaan arsen di alam.2.Mengetahui penggunaan arsen dalam kehidupan manusia.3.Mengetahui dampak arsen terhadap kesehatan manusia.4.Mengetahui cara penanggulangan jika terpapar arsen.

D. Manfaat 1.Bagi instansi pemerintahDiharapkan dapat memberikan masukan bagi para penentu kebijakan dalam upaya menjaga masyarakat agar tidak terkena dampak merugikan dari arsen. 2.Bagi jurusan Kesehatan MasyarakatMenambah pustaka tentang keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen.3.Bagi MasyarakatMemberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen.4.Bagi MahasiswaMenambah pengetahuan dan wawasan mengenai keberadaan, penggunaan, dampak terhadap kesehatan serta penanggulangannya jika terpapar arsen.

Landasan Teori

A.Pengertian Arsen

Arsen (As) adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA dengan

nomor atom 33. Arsen berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau. Nama

arsenik sendiri pertama kali berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa Yunani

arsenikon yang artinya kuning (www.terselubung.blogspot.com, 2009). Arsen

merupakan bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk

alotropik, yaitu kuning, hitam dan abu-abu (www.wikipedia.org, 2009).

B.Klasifikasi Arsen

Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya

sebagai berikut:

1.Arsen Inorganik

Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa

substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas

dan dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational

Safety and Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan berbagai

gangguan kesehatan kronis, terutama kanker (www.bluefame.com, 2009).

Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen

inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan

bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas

1.073°C senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi

tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih

465°C dan akan menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida

dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25°C dan 8,2% pada suhu 98°C. Sedikit

larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat

cepat larut dalam asam khlorida dan alkalis (Durrant & Durrant, 1966; Carapella,

1973) (Sukar, 2003).

2.Arsen Organik

Senyawa dengan Carbon dan Hydrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen

bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu

arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana

diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik.

Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan carbon-arsen sangat

stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa

senyawa methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara

alami, karena merupakan hasil dari aktivitas biologik. Di dalam air senyawa ini

bisa teroksidasi menjadi methylarsenic acid Senyawa arsen organik lainnya

seperti : arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut

dan sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi (Lauwerys et aI, 1979)

(Sukar, 2003).

Berbagai macam senyawa arsen adalah sebagai berikut:

a.Asam arsenat (H3AsO4)

b.Asam arsenit (H3AsO3)

c.Arsen trioksida (As2O3)

d.Arsin (Arsen Trihidrida AsH3)

e.Kadmium arsenida (Cd3As2)

f. Galium arsenida (GaAs)

g.Timbal biarsenat (PbHAsO4)

C.Karakteristik Arsen

Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di

air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain

(Wijanto, 2005).

Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan

sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan

juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida

arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa

arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa

menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk

padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

D.Mekanisme Masuknya Arsen dalam Tubuh

Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari

makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung

dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).

E.Penggunaan Arsen

Beberapa penggunaan arsen sebagai berikut:

1.Arsenik dalam kehidupan sehari-hari

Arsenik dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bahan pestisida di

buah-buahan. Timbal biarsenat telah digunakan di abad ke-20 sebagai

insektisida untuk buah namun mengakibatkan kerusakan otak pada pekerja

yang menyemprotnya. Arsen juga berperan penting dalam bidang pengobatan.

Di zaman dahulu arsen pernah digunakan sebagai obat sifilis, yaitu salvarsan.

Sampai sekarang arsen masih menjadi salah satu alternatif pengobatan

tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol). Walaupun kebanyakan

sekarang telah digantikan dengan obat-obatan modern. (www.wikipedia.org,

2009)

Galium arsenid dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik.

Galium arsenida adalah material semikonduktor penting dalam sirkuit terpadu.

Sirkuit dibuat menggunakan komponen ini lebih cepat tapi lebih mahal daripada

yang terbuat dari silikon. Selain itu, arsen juga dipakai dalam industri pewarna

dan cat ( www.terselubung.blogspot.com, 2009).

2.Arsenik di air minum

Makanan kita pun mungkin mengandung arsenik dalam jumlah kecil.

Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh WHO

adalah kurang dari 10 ppb. Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang

dipakai untuk menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari

perairan. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk arsenat V

(HAsO42-) dan arsenit III (H3AsO3). Di alam bebas arsenat dan arsenit dapat

mengalami reaksi redoks bolak balik. Konsentrasi yang ditemukan dapat

mencapai 200-4400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm ( www.terselubung.blogspot.com,

2009).

3.Arsenik sebagai racun

Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3 (arsen trioksida) atau warangan.

Warangan ini bentuknya berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air.

Bentuk lainnya adalah bubuk kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4.

Keduanya sempat populer sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya

mereka tidak dipakai lagi. Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun adalah

arsin (As2H3) ( www.terselubung.blogspot.com, 2009).

F.Diagnosis

Ada tes yang tersedia untuk mendiagnosis keracunan dengan mengukur arsenik

dalam darah, urin, rambut dan kuku. Tes urin adalah tes yang paling dapat

diandalkan untuk paparan arsenik dalam beberapa hari terakhir. Tes urin perlu

dilakukan dalam waktu 24-48 jam untuk sebuah analisa yang akurat eksposur

yang akut. Tes rambut dan kuku dapat mengukur tingkat tingginya terpapar

arsen selama 6-12 bulan. Tes-tes ini dapat menentukan apakah seseorang telah

terpapar di atas tingkat rata-rata arsen. Rambut merupakan bioindikator

potensial untuk paparan arsenik karena kemampuannya untuk menyimpan

elemen dari darah. Jenis biomonitoring telah dicapai dengan teknik yang lebih

baru seperti microanalytical berdasarkan Synchroton radiasi fluoresensi sinar-X

(SXRF) spektroskopi dan Microparticle akibat emisi sinar-X (PIXE). Yang sangat

terfokus dan intens studi balok bintik-bintik kecil pada sampel biologis yang

memungkinkan analisis tingkat mikro di sepanjang spesiasi kimia. Metode ini

telah digunakan untuk mengikuti tingkat arsenik sebelum, selama dan setelah

pengobatan dengan oksida Arsenious pada pasien dengan Leukemia akut

Promyelocytic (www.wikipedia.org, 2009).

G.Toksisitas

Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya

memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik..

Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki

toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk).

Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan

70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik

tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen,

terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada

arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur

berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan

kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-

kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang

dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah

dan berair (www.wikipedia.org, 2009).

Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat

berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan

mengakibatkan kematian (www.wikipedia.org, 2009).

H. Patofisiologi

Arsen dapat bermanfaat bagi tubuh, tapi juga dapat mengganggu metabolisme

dalam tubuh. Arsen mengganggu produksi ATP melalui beberapa mekanisme.

Pada tingkat siklus asam sitrat, arsenik menghambat piruvat dehidrogenase dan

bersaing dengan fosfat dalam proses fosforilasi oksidatif, sehingga menghambat

energy, terkait pengurangan NAD+, menghambat respirasi mitokondria dan

sintesis ATP. Produksi hidrogen peroksida juga meningkat. Gangguan metabolik

ini menyebabkan kematian dari sistem organ. Sebuah pemeriksaan mayat

berwarna merah bata mengungkapkan mukosa yang mengalami perdarahan

yang parah (www.wikipedia.org, 2009).

Pembahasan

A.Keberadaan Arsen

Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen,

udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber

pencemaran arsen di lingkungan.

1.Keberadaan Arsen di Alam

a.Batuan (Tanah) dan Sedimen

Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi

dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk

sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite

(FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di

bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan

pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.

Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara

0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih

dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).

Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg

berat kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang

berasal dari sumber buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang

dekat dengan buangan pelelehan tembaga.

B. UDARA

Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa

arsen dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius

(1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air

hujan. Di lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per

meter kubik (Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).

c.Air

Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat

merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi

adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah

dengan kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan

dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada

lapisan di bawah permukaan tanah (www.wikipedia.org, 2009).

Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973;

Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan

methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen

dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam,

air mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi

(geothermal).

d.Biota

Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium,

sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman

(WaIlsh, 1977). Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang

tidak tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS,

1977). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen

selayaknya mengandung kadar arsen tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh &

Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang mengandung

kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah

(Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga

umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.

2.Produksi dalam Industri

Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat

(Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di

dunia mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama

adalah: China, Peru, Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu

mencukupi sampai 90% produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama

industri kimia arsen dan merupakan produk samping dalam pelelehan bijih

tembaga dan timah hitam.

3.Penggunaan Senyawa Arsen

Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam

bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga

acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik

digunakan sebagai pestisida.

Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang

mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama

tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan

sebagai bahan baku pembuatan rokok.

Data pada penelitian asap rokok tembakau menunjukkan bahwa maksimum

terdapat As2O3 dengan kadar berturut-turut untuk cerutu, rokok, dan

tembakau adalah 48.4, 36.3, dan 50.0 ppm . Kadar ini jelah lebih tinggi jika

dibandingkan maksimum kadar arsen dalam rokok adalah 38.5 ppm. Terdapat

variasi kadar arsen yang jelas antara merek rokok tersebut. Hal ini kemungkinan

berkaitan dengan dosis arsen yang terdapat pada pestisida yang diberikan

selama masa pertumbuhan tanaman tembakau (Gross dan Nelson,.........).

Ada atau tidaknya arsen yang mudah menguap secara bebas maupun bersama

dengan partikel lain tidak dapat ditentukan secara pasti. Dari pertimbangan

teoritis dipercaya bahwa arsen yang mudah menguap seperti As2O3, dimana

mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh pembakaran yang tidak

sempurna selama merokok. As2O3 akan mengalami reaksi yang dapat diamati,

menyublim pada temperatur tinggi selama merokok dan terjaga untuk

terkondensasi kembali pada permukaan yang lembab dan dingin. Hal ini

dibuktikan pada saat penelitian, yaitu kapas penyerap yang lembab dapat

menangkap hampir sebagian besar arsen yang ada dalam dalam asap rokok.

Fakta ini merupakan analogi dari kondisi paru-paru yang secara normal lembab,

sehingga bila arsen masuk ke paru-paru akan melekat pada permukaan paru-

paru yang lembab dan hal ini sangat membahayakan ( Gross dan Nelson, )

4.Sumber Pencemaran Arsen dalam Lingkungan

Pembakaran batubara dan pelelehan logam merupakan sumber utama

pencemaran arsen dalam udara. Pencemaran arsen terdapat di sekitar

pelelehan logam (tembaga dan timah hitam). Arsen merupakan salah satu hasil

sampingan dari proses pengolahan bijih logam non-besi terutama emas, yang

mempunyai sifat sangat beracun. Ketika tailing dari suatu kegiatan

pertambangan dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur pencemar

kemungkinan tersebar di sekitar wilayah tersebut dan dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan. Bahaya pencemaran lingkungan ini terbentuk jika

tailing yang mengandung unsur tersebut tidak ditangani secara tepat.

Tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia pada wilayah tropis,

akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun.

Selanjutnya dapat memasuki sistem air permukaan atau merembes ke dalam

akifer-akifer air tanah setempat. Ini terjadi di negara-negara yang memproduksi

emas dan logam dasar (Herman, D.Z. 2006).

Sumber pencemaran arsen juga dapat berasal dari:

1.Pembakaran kayu yang diawetkan oleh senyawa arsen pentavalen, dapat

menaikkan kadar arsen di udara.

2.Pusat listrik tenaga panas bumi (geothermal) yang dapat menyebabkan

kontaminasi arsen pada udara ambient.

3.Pupuk yang di dalamnya mengandung arsen.

B.Dampak Arsen Terhadap Kesehatan Manusia

WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah sebesar 50 ppb

(www.wikipedia.org, 2009). Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air

minum bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu akibat yang merugikan

dari arsen adalah apabila dalam air minum mengandung unsur arsen melebihi

nilai ambang batas, yaitu bila kadarnya melebihi 100 ppb dalam air minum.

Gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa

iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker

usus.

Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat

mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan

jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi

saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan

penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung,

kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.( Wijanto, 2005). Berikut ini

adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh arsen:

1.Mata

Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata

pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata.

2.Kulit

Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit

(hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan

mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic).

3.Darah

Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan terjadinya

pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer).

4.Liver

Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan menyebabkan

efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim

SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati

berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang

perut).

5.Ginjal

Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi

ichemia dan kerusakan jaringan).

6.Saluran pernapasan

Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis

(infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan

kanker paru.

7.Pembuluh darah

Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat

mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal

hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema

paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger).

8.Sistem Reproduksi

Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa

cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi.

9.Sistem Immunologi

Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan

kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan

infeksi virus.

10.Sistem Sel

Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga

menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati.

11.Gastrointestinal (Saluran Pencernaan)

Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual

(nausea) dan muntah (vomiting).

C.Cara Mengatasi Keracunan Arsenik

Pertolongan pertama (standart treatment) bila kulit kita terpapar arsenik: cuci

permukaan kulit dengan air mengalir secara kontinu kurang lebih 10 menit, atau

sampai tidak ada kandungan bahan kimia di atas kulit. Bila perlu, gunakan

sabun. Baju yang terkontaminasi harus dilepaskan. Kemudian segera ke dokter

untuk mendapat pertolongan medis. Sementara bila racun masuk ke

pencernaan, masukkan air dalam jumlah yang cukup besar ke dalam mulut

untuk mencuci. Tetapi, air jangan tertelan. Kalau bahan kimianya sudah

tertelan, minum kurang lebih 250 ml air dan jangan memaksakan muntah.

Segera cari pertolongan medis.

Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik.

Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak

untuk merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia

tidak dapat minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat.

Sedangkan untuk keracunan yang sudah berlangsung lebih lama (termasuk juga

keracunan kronik), sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler

dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan

2-3 kali sehari selama 8 hari ( www.terselubung.blogspot.com, 2009).

Metode kimia dan sintetik saat ini digunakan untuk mengobati keracunan

arsenik. Dimercaprol dan asam dimercaptosuccinic adalah agen chelating yang

mengambil arsenik dari protein darah dan digunakan untuk mengobati

keracunan arsenik akut. Dimercaprol jauh lebih beracun daripada succimer.

Selain itu, ada penelitian menarik yang dilakukan oleh Keya Chaudhuri dan

rekan-rekannya dari Indian Institute of Chemical Biology di Kolkata dalam jurnal

Food and Chemical Toxicology. Mereka melakukan uji coba pada tikus. Tikus

yang diberi makan ekstrak bawang putih kandungan arsenik dalam darah dan

hatinya berkurang 40 persen dan 45 persen dari arsen juga di keluarkan lewat

air seni tikus tersebut. Zat yang mengandung belerang dalam bawang putih

dapat mengurangi kadar arsen dalam jaringan dan darah. Sehingga mereka yang

tinggal di daerah yang beresiko terkontaminasi arsenik dalam air disarankan

untuk mengonsumsi satu sampai tiga siung bawang putih per hari sebagai

pencegahan keracunan arsen.

Kesimpulan

1. Keberadaan arsen di alam meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan

sedimen udara, air dan biota, produksi arsen di dalam industri, adanya

penggunaan arsen oleh manusia dan adanya sumber pencemaran arsen di

lingkungan.

2.Arsen digunakan dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan

pestisida, bahan semikonduktor rangkaian listrik, pupuk, industri pewarna dan

cat serta dalam bidang pengobatan.

3. Dampak negatif akibat terpapar arsen yaitu dapat mengganggu fungsi tubuh

manusia, antara lain mata, kulit, darah, hati, ginjal, saluran pernapasan,

pembuluh darah, sistem reproduksi, sistem immunologi, sistem sel, serta

gastrointestinal (saluran pencernaan).

4.Untuk mengobati keracunan arsen digunakan metode kimia dan sintetik.

Selain itu juga bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang beresiko

terkontaminasi arsenik dalam air disarankan untuk mengonsumsi bawang putih

sebagai pencegahan keracunan arsen. Karena zat yang mengandung belerang

dalam bawang putih dapat mengurangi kadar arsen dalam jaringan dan darah.

Saran

A.Penulisan berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan tentang ARSEN.

B. Penulis berharap semoga makalh ini menjadi sempurna meski mmpunyai banyak kekurangan

C. Semoga makalah ini bermanfaat untuk masa depan kita bersama (amin).

DAFTAR PUSTAKA. 2000. Arsenic.http://www.euro.who.int/document/aiq/6.1_arsenic.pdfDiakses tanggal 16 Oktober 2009.. 2009. Arsen http://www.wikipedia.orgDiakses tanggal 15 Oktober 2009.. 2009. Bahaya Logam Berat dalam Makananhttp://www.bluefame.com/index.phpDiakses tanggal 17 Oktober 2009.. 2009. Keracunan arsenichttp://www.wikipedia.orgDiakses tanggal 15 Oktober 2009.. 2009. Mengenal Arsenikhttp://terselubung.blogspot.com/2009/06/mengenal-arsenik_03.htmlDiakses tanggal 15 Oktober 2009.Gross dan Nelson, . Arsenic in Tobacco Smoke.http://www.ajph.org/cgi/reprint/24/1/36Diakses tanggal 17 Oktober 2009.Herman, D.Z. 2006. Tinjauan terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dari Sisa Pengolahan Bijih Logam. www.geoajeh.net46.net/.../Tinjauan%20tailing%20mengandung%20unsur%20pencemar%20Diakses tanggal 17 Oktober 2009.Sudarmaji, dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan.www.journal.unair.ac.id/detail_jurnal.phpDiakses tanggal 16 Oktober 2009.Sukar, 2003. Sumber dan Terjadinya Arsen di Lingkungan.http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/sukar22.pdfDiakses tanggal 17 Oktober 2009.Tallei, T. 2004. Mekanisme Detoksikasi Logam Berat dalam Tubuh Manusiahttp://trinatallei.blog.friendster.com/2008/05/mekanisme-detoksikasi-logam-berat-dalam-tubuh-manusia/Diakses tanggal 17 Oktober 2009.Wijanto, S.E, 2005. Limbah B3 dan Kesehatan.http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200504121503 - LIMBAH%20B-3.pdfDiakses tanggal 16 Oktober 2009.

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

UJI BARIUM

O

L

E

H

KELOMPOK B-3

Paulus Tonapa

Susy susanti Tulak

Gusmaya Gani

Muammar

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR 2012/2013

A.LATAR BELAKANGKata Pengantar.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi

Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.

Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi

muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang TOKSIKOLOGI yang kami

sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun

dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari

luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya

makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “UJI BARIUM” yang sangat berbahaya bagi kesehatan

seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang

cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen TOKSIKOLOGI yang telah

membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya

tulis ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran

dan kritiknya. Terima kasih.

DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

A.Latar blakang masalah..........................................................................

BAB II.LANDASAN TEORI.............................................................................................................

A.Pengertian...............................................................................................

B.Efek kesehatan dari barium.....................................................

C.Barium di lingkungan............................................................................

D.Efek Barium di lingkungan...................................................................

E.Alat dan bahan………………………………………………………..

PENUTUP........................................................................................

A.Kesimpulan......................................................................................

B.Saran................................................................................................

C.Daftar Pustaka...........................................................................

A. LATAR BELAKANG Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau

konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta mahluk hidup lain.

Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang

menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride,

Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,

Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor

1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),

Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa

diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury

(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat

tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila

ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara.

Barium adalah logam perak putih yang dapat di temukan di lingkungan di mana itu secara alami.Hal ini di kombinasikan dengan bahan kimia lain, seperti belerang,karbon atau oksigen.Ini sangat ringan di identitas dari besi.

TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada uji barium

LANDASAN TEORI

Barium

Barium adalah logam perak-putih yang dapat ditemukan di lingkungan, di mana itu ada secara

alami. Hal ini terjadi dikombinasikan dengan bahan kimia lain, seperti belerang , karbon atau

oksigen . Ii sangat ringan dan densitas adalah setengah dari besi. Barium mengoksidasi di udara,

bereaksi vigoroulsy dengan air untuk membentuk hidroksida, hidrogen membebaskan. Barium

bereaksi dengan hampir semua non-logam, membentuk senyawa yang sering poisouning.

Aplikasi

Barium sering digunakan dalam paduan barium-nikel untuk spark-plug elektroda yang di tabung

vakum sebagai pengeringan dan oksigen-menghapus agen. Hal ini juga digunakan dalam lampu

neon: sulfida barium murni phosphoresces setelah terpapar cahaya.

Senyawa barium digunakan oleh industri minyak dan gas untuk membuat lumpur pengeboran.

Lumpur pemboran menyederhanakan pengeboran melalui batuan dengan pelumas bor.

Senyawa barium juga digunakan untuk membuat cat, batu bata, genteng, kaca, dan karet.

Barium nitrat dan clorate memberikan kembang api warna hijau.

Barium di lingkungan

Barium adalah mengherankan melimpah di kerak bumi, menjadi unsur paling berlimpah 14.

Jumlah tinggi barium hanya dapat ditemukan dalam tanah dan dalam makanan, seperti kacang-

kacangan, rumput laut, ikan dan tanaman tertentu.

Karena ekstensif menggunakan barium dalam kegiatan industri manusia menambah besar

terhadap pelepasan barium di lingkungan. Akibatnya konsentrasi barium di udara, air dan tanah

mungkin lebih tinggi dari konsentrasi alami di banyak lokasi.

Barium memasuki udara selama proses penambangan, proses pemurnian, dan selama produksi

senyawa barium. Hal ini juga dapat memasukkan udara selama batubara dan pembakaran

minyak.

Bijih ditambang utama adalah barit, yang juga paling umum dan witserite. Daerah

pertambangan utama adalah Inggris, Italia, Republik Ceko, Amerika Serikat dan Jerman. Setiap

tahun sekitar 6 juta ton diproduksi dan cadangan diharapkan melebihi 400 juta ton.

Kesehatan efek dari barium

Jumlah barium yang terdeteksi dalam makanan dan air biasanya tidak cukup tinggi untuk menjadi

perhatian kesehatan.

Orang-orang dengan risiko terbesar untuk eksposur barium dengan efek kesehatan tambahan

adalah mereka yang bekerja di industri barium. Sebagian besar risiko kesehatan yang mereka

dapat menjalani disebabkan oleh menghirup udara yang mengandung barium sulfat atau barium

karbonat.

Banyak situs limbah berbahaya mengandung jumlah tertentu barium. Orang-orang yang tinggal

dekat mereka mungkin terkena tingkat berbahaya. Eksposur daripada akan akibat menghirup

debu, tanah atau tanaman makan, atau air minum yang tercemar dengan barium. Kontak kulit

juga dapat terjadi.

Efek kesehatan dari barium tergantung pada kelarutan air dari senyawa. Barium senyawa yang

larut dalam air bisa berbahaya bagi kesehatan manusia. Penyerapan dalam jumlah yang sangat

besar dari barium yang larut dalam air dapat menyebabkan kelumpuhan dan dalam beberapa

kasus bahkan kematian.

Sejumlah kecil barium larut dalam air dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan

bernapas, tekanan darah meningkat, perubahan irama jantung, iritasi lambung, kelemahan otot,

perubahan refleks saraf, pembengkakan otak dan kerusakan hati, ginjal dan jantung.

Barium belum terbukti menyebabkan kanker dengan manusia. Tidak ada bukti bahwa barium

dapat menyebabkan cacat lahir atau infertilitas.

Lingkungan efek barium

Beberapa senyawa barium yang dilepaskan selama proses industri larut dalam air dan ditemukan

di danau, sungai, dan sungai. Karena air kelarutan-mereka senyawa barium dapat tersebar di

jarak yang jauh. Ketika ikan dan organisme air lainnya menyerap senyawa barium, barium akan

terakumulasi dalam tubuh mereka.

Karena bentuk garam larut dengan komponen umum lainnya dari lingkungan, seperti karbonat

dan sulfat, barium tidak mobile dan menimbulkan risiko kecil. Barium senyawa yang persisten

biasanya tetap berada di permukaan tanah, atau dalam sedimen tanah air. Barium ditemukan

dalam tanah sebagian besar lahan pada tingkat rendah. Tingkat mungkin lebih tinggi di lokasi

limbah berbahaya

ALAT DAN BAHAN

1.alat

Tabung reaksi

Bunsen

Kertas saring

Corong

Pipet tetes

2.bahan

Larutan H2SO4 0,1 N

Sampel Ba

PROSEDUR KERJA

1. Masukkan sampel Ba kedalam tabung reaksi (secukupnya)

2. Tambahkan H2SO4 0,1 N sebanyak 2-3 tetes

3. Kemudian homogenkan

4. Dan lihat perubahan yang terjadi

HASIL

Terjadi endapan putih

Pada saat ditambah HCl perubahan yang terjadi tetap terbentuk endapan putih.

PEMBAHASAN

Barium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ba dan nomor

atom 56. Contoh kristal yang dihasilkan Barium antara lain Barium sulfat(BaSO4) dan contoh

basa yang mengandung Barium antara lain Barium hidroksida (Ba(OH)2)

Barium adalah logam putih berwarna perak yang ditemukan di alam. Senyawa barium dapat

diproduksi oleh industri, seperti industri minyak dan gas untuk membuat lumpur pengeboran.

Barium juga digunakan untuk membuat cat, batu bata, ubin, kaca, dan karet dari barium sulfat.

Selain itu, barium digunakan oleh dokter dalam melakukan tes medis dan pengambilan foto

sinar-x. Barium masuk ke dalam udara selama proses pertambangan, pemurnian, produksi

senyawa barium, dan dari pembakaran batubara serta minyak. Beberapa senyawa barium

mudah larut dalam air dan ditemukan di danau atau sungai.

Reaksi

Ba+ + H2SO4 → Ba SO44 (endapan putih) + 2 H +

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum uji barium terjadi endapan putih

PEMBIMBING PRAKTIKUM,

Hasrianti,AMAK

Kesimpulan

1. Keberadaan arsen di alam meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen

udara, air dan biota, produksi arsen di dalam industri, adanya penggunaan arsen

oleh manusia dan adanya sumber pencemaran arsen di lingkungan.

2. Arsen digunakan dalam kehidupan manusia, antara lain sebagai bahan pestisida,

bahan semikonduktor rangkaian listrik, pupuk, industri pewarna dan cat serta

dalam bidang pengobatan.

3. Dampak negatif akibat terpapar arsen yaitu dapat mengganggu fungsi tubuh

manusia, antara lain mata, kulit, darah, hati, ginjal, saluran pernapasan, pembuluh

darah, sistem reproduksi, sistem immunologi, sistem sel, serta gastrointestinal

(saluran pencernaan).

4. Untuk mengobati keracunan arsen digunakan metode kimia dan sintetik. Selain

itu juga bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang beresiko terkontaminasi

arsenik dalam air disarankan untuk mengonsumsi bawang putih sebagai

pencegahan keracunan arsen. Karena zat yang mengandung belerang dalam

bawang putih dapat mengurangi kadar arsen dalam jaringan dan darah.

SARAN

D. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan tentang Barium.

E. Penulis berharap semoga makalh ini menjadi sempurna meski mmpunyai banyak kekurangan

F. Semoga makalah ini bermanfaat untuk masa depan kita bersama (amin).

DAFTAR PUSTAKA

http://translate.googleusercontent.com/translate_c?

depth=1&ei=mmQKUbCpFIjUrQfnlYGwAg&hl=id&prev=/search%3Fq%3Dbarium%26hl

%3Did%26client%3Dfirefox-a%26tbo%3Dd%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel

%3Dnp%26biw%3D1024%26bih%3D497&rurl=translate.google.com&sl=en&u=http://

www.lenntech.com/periodic/elements/ba.htm&usg=ALkJrhjiLZz--

4D2IpsIV9bPQ425BmUYXQ#ixzz2JcCYKPXS

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

UJI MERKURI

OLEH :

IKHRAMAYU SHINTA

MARTAWATI

FATMAWATI

YOSEPH

MUH.AKBAR

HARI ADI AGUS RAHMAT

PROGRAM D III ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

TAHUN 2013

UJI MERCURI (Hg2+)

1. Tujuan praktikum :

1.1 Untuk mengetahui uji identifikasi uji mercuri (Hg2+)

2. Landasan teori : mercuri dalam suasana asam akan menempel pd

lempeng tembaga dan membentuk amal gama berwarna putih

mengkilat setelah dibilas dgn air dan di lap dgn tissu atau kertas saring

3. Alat & Bahan :

3.1 Alat

1. Tabung reaksi

2. Pipet

3. Kaca arloji

4. Kertas saring

5. Tabung sublimasi

3.2 Bahan

1. Dithizon

2. HCl 10%

3. Reagen ganassini

4. Kristal iodium

5. Kawat dan lempeng tembaga

4. Prosedur kerja :

1. Ikat lempeng tembaga dengan benang

2. HgCl kemudian dimasukkan krdalam tabung reaksi (sbg sampel)

3. Diasamkan dengan Hcl 10% sebanyak 2-3 tetes

4. Lempeng tembaga di cuci dengan HNO3 30% selama 2 menit

5. Masukkan ke dalam sampel yang tadi sampai terjadi perubahan

(mengkilat)

5. Hasil :

(+) terjadi amal gama

(-) bila ad Hg maka akan membentuk CU amal gama

6. Pembahasan

Penggunaan merkurisangat luas di mana ± 3.000 jenis kegunaan

dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan

obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar

pembuatan insektisida untuk pertanian (Christian et al dalam Alfian,

2006).

Gambar 1. Diagram aliran merkuri di biosfer

Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam

bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-

menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan

ginjal (Roger, et al dalam Alfian, 2006).Ion merkuri menyebabkan

pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein

menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang

korosif. Merkurijuga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil,

amida dan amina, di mana dalam gugus tersebut merkuri dapat

menghabat fungsi enzim.

Bentuk organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh

dinding usus, hal ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik

(HgCl2¬) yang hanya sekitar 10%. Akan tetapi bentuk merkuri

anorganik ini kurang bersifat korosif daripada bentuk organik. Bentuk

organik tersebut juga dapat menembus barrier darah dan plasenta

sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan gangguan

syaraf (Darmono dalam Alfian, 2006).

Diagnosis toksisitas Hg tidak dapat dilakukan dengan tes biokimiawi.

Indikator toksisitas Hg hanya dapat didiagnosis dengan analisis kadar

Hg dalam darah atau urine dan rambut (Alfian, 2006). Kadar threshold

value metil merkuri untuk dapat menimbulkan gejala klinis bagi orang

dewasa yang peka adalah:

1. Konsentrasimerkuri total dalam darah sebesar 20 – 50

mikrogram/100mL.

2. Konsentrasi pada rambut sebesar 50 – 125 mikrogram/g2

(Ramade F dalam Martono, 2005).

Merkuri merupakan logam yang sangat toksik terhadap organisme,

dalam penggunaan atau aktivitas tertentu merkuri akan disebarkan ke

lingkungan baik berupa bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas,

pertambangan serta sisa buangan industri (Pryde dalam Alfian, 2006).

Semua bentuk merkuri, baik dalam bentuk unsur, gas maupun dalam

bentuk garam organik adalah beracun.

Alkil merkuri merupakan komponen yang paling beracun karena

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Alkil merkuri dengan mudah melakukan penetrasi dan terkumpul

di dalam tenunan otak karena komponen ini mudah menembus

membran biologi.

2. Alkil merkuri mempunyai waktu retensi yang lama di dalam

tubuh sehingga konsentrasi di dalam tubuh semakin lama

semakin tinggi, meskipun dosis yang masuk ke dalam tubuh

makin rendah. Komponen ini diperkirakan mempunyai waktu

paruh di dalam tubuh selama 70 hari.

3. Alkil merkuri dapat dibentuk dari merkuri anorganik oleh aktifitas

mikroorganisme anaerobik tertentu. Transformasi ini dibuktikan

terjadi dengan mudah di dalam lumpur pada dasar sungai dan

danau. Proses transformasi ini belum dibuktikan terjadi di dalam

tubuh, tetapi beberapa mikroorganisme yang ditemukan di

dalam saluran usus hewan yang ditemukan dapat melakukan

proses transformasi tersebut.

Berbagai bentuk merkuri dan hubungannya satu sama lain serta

sifat-sifatnya dapat dilihat pada gambar 2 berikut (Novick dalam

Fardiaz, 1992).

Gambar 2. Bentuk merkuri dan hubungannya satu sama lain serta

sifat-sifatnya

Dalam lingkungan perairan, merkuri anorganik dikonversi oleh

mikroorganisme menjadi metil merkuri yang sangat beracun dan

sangat mudah terserap ke dalam jaringa. Sekitar 90%

kandungan merkuri dalam ikan berupa metil merkuri (Ramade F

dalam Martono, 2005). Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa

sekitar 95% metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh diserap

oleh usus yang sebagian besar tertahan dalam jaringan tubuh,

dan kurang dari 1% yang dikeluarkan lagi dari dalam tubuh

(Mason CF dalam Martono, 2005).

Perairan yang telah tercemar logam berat merkuri bukan hanya

membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan

tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia.

Hal ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan,

bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung

terakumulasi pada biota (Kennish dalam Masriani, 2003).

Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah

penambangan emas masuk ke dalam rantai makanan,

terakumulais pada ikan dan biota sungai. Oleh karena itu

manusia akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan

biota perairan yang tercemar logam tersebut.

Kasus toksisitas metil merkuri pada manusia, baik anak maupun

orang dewasa, diberitakan besar-besaran pasca Perang Dunia

ke-2 di Jepang, yang disebut “Minamata Disease”. Tragedi yang

dikenal dengan Penyakit Minamata, berdasarkan penelitian

ditemukan penduduk di sekitar kawasan tersebut memakan ikan

yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung

merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik

(Pervaneh dalam Alfian, 2006). Tragedi ini telah memakan

korban lebih kurang 100 orang pada tahun 1953 sampai 1960.

Dari korban ini ada yang meninggal atau mengalami cacat

seumur hidup (Hutabarat, 1985:198). Gejala keanehan mental

dan cacat syaraf mulai tampak terutama pada anak-anak.

Tabel Keracunan merkuri yang terbesar tahun 1953 –

1969

Penyakit minamata adalah penyakit gangguan sistem syaraf

pusat yang disebabkan oleh keracunan metil merkuri. Tidak

ditemukan kerusakan pada organ lain kecuali pada sistem syaraf

pusat (Martono, 2005).

Sistem syaraf pusat merupakan target organ dari toksisitas metil

merkuri tersebut, sehingga gejala yang terlihat erat

hubungannya dengan kerusakan sistem syaraf pusat. Gejala

yang timbul adalah sebagai berikut:

1. Gangguan syaraf sensori: paraesthesia, kepekaan menurun

dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan

menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri

pada lengan dan paha.

2. Gangguan syaraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah

jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat dan sulit bicara.

3. Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala dan

hipersalivasi (Alfian, 2006).

7. Kesimpulan

1. Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA) 80

serta mempunyaimasa molekul relatif (MR =200,59).Merkuri

diberikan simbol kimia Hg yangmerupakan singkatan yang

berasal bahasa Yunani Hydrargyricum yang berarticairan perak

2. .Sifat- sifat merkuri yaitu berwujud cair pada suhu kamar (25oC)

dengan titik beku paling rendah sekitar -39oC, sehingga

mudah menyebar di permukaan airdan sulit dikumpulkan.

Merupakan logam yang paling mudah menguap

jikadibandingkan dengan logam yang lain. Merkuri dibagi

menjadi 3 jenis yaitumerkuri elemental.merkuri anaorganik dan

merkuri organic.

3. Sumber utama Merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg

dari tanah danair, disamping itu pembakaran "fossil-fuels"

terutama batu bara. Kadar Hgdiudara akan naik dapat

disebabkan oleh pembuangan sampah padat

sepertitermometer Hg, Switch listrik, dan battery juga

pemakaian cat yangmengandung Hg, anti jamur dan pestisida

serta pembakaran limbah minyak.Sumber utama pada air

adalah dari buangan industri (terutama industri tambangemas)

dan proses pelapukan batuan karena pengaruh iklim.

4. Dampak merkuri dapat berupa gangguan fisiologis, ganggunan

sistim syaraf,gangguan pertumbuhan, dan gangguan terhadap

ginjal. Hingga saat ini belumditemukan antidote maupun obat

untuk menangani keracunan kronis Hg. Untuk keracunan kronis

Hg. Untuk keracunan akut, bisa diberikan BAL (British

AntiLewisite).

5. Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada studi kasus

pencemaran merkuridan dampaknya terhadap kesehatan maka

diperoleh kesimpulan bahwa terdapathubungan antara kadar

Hg pada donor rambut dengan Asupan makanan donorrambut

serta adanya hubungan bermana antara kadar Hg dengan jenis

kelamin,tempat dan lama tinggal.

Pengesahan Pembimbing

( Nur Adi, S.SI., M.KES)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI

Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. [Online]. Avaliable: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf. [7 Mei 2008]

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Konisius.

Hutabarat, S dan Steward M E. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Martono, H. 2005. Penanganan Kasus Keracunan Metil Merkuri di Minamata. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Masriani dan Eny E. 2003. Usaha Pemanfaatan Kepah (Batissa Sp) Sebagai Bioindikator Tingkat

Cemaran Logam Berat Pb dan Cd di Perairan Sungai Kapuas. Laporan Penelitian. Pontianak: FKIP UNTAN.