ariani_laporan seminar ips

12
LAPORAN SEMINAR REGIONAL HIMPUNAN SARJANA PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL INDONESIA (HISPISI) “Mewacanakan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi Dosen : Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh: ARIANI A1A213071 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: ariani-al-ghomaisha

Post on 15-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ariani_laporan Seminar Ips

LAPORAN SEMINAR REGIONAL

HIMPUNAN SARJANA PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL INDONESIA

(HISPISI)

“Mewacanakan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

Dosen : Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

ARIANI

A1A213071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2013

Page 2: Ariani_laporan Seminar Ips

LAPORAN SEMINAR

Hari / Tanggal : Senin, 23 Desember 2013

Tempat Pelaksanaan : Aula Rektorat UNLAM Lt. I

Topik Seminar : Mewacanakan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembawa Acara : Nurul Huda

Moderator : Drs. M. Zaenal Arifin Anis, M.Hum

Pembicara : 1. Drs. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd

2. Dr. Hery Porda Nugroho Putro, M.Pd

3. Setia Budi, S.Pd., M.Pd

4. Aminsyah, S.Pd., M.Pd

5. Aidil Abdi Rachman, S.Pd., M.Pd

Pembukaan oleh Drs. H. Harpani Matnuh, M.H

Kita semua berkumpul di sini dalam rangka pelantikan pengurus Himpunan Sarjana

Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia (HISPISI). Ilmu-ilmu sosial mengajarkan kita untuk

bertindak yang pantas dan baik dalam bermasyarakat, misalnya untuk menghindari tindakan

KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) yang sekarang banyak terjadi di Indonesia. Acara seminar

ini juga akan me-launching buku berjudul “Mewacanakan Pendidikan IPS” yang sangat bagus

untuk kemajuan pemahaman kita tentang pendidikan IPS. Harapan kami kedepan adalah

menerbitkan buku-buku yang dapat digunakan para Bapak dan Ibu dalam mengembangan dan

mendukung proses belajar mengajar IPS di sekolah.

Sambutan-sambutan :

1. Prof. Dr. H. Wahyu, M.S

HISPISI mengambil peran penting untuk revitalisasi ilmu-ilmu sosial, yaitu

menghidupkan atau menggiatkan kembali pendidikan IPS. Ilmu-ilmu sosial mengingatkan

kita untuk menjadi warga negara yang profesional. Warga negara yang belajar dan bekerja

atas prinsip-prinsip:

a. Kerja adalah rahmat

b. Kerja adalah amanah

c. Bekerja adalah panggilan

1

Page 3: Ariani_laporan Seminar Ips

d. Belajar adalah motivasi

e. Belajar adalah ibadah.

Kesadaran tentang pentingnya etika yang berasal dari naluri dan hati manusia akan

menghasilkan manusia-manusia yang kreatif dan inovatif. Generasi muda mendatang dituntut

memiliki etika yang unggul, sehingga dapat mengangkat harkat martabat manusia menjadi

lebih baik. Hal ini dapat terwujud dengan pendidikan berbasis budi luhur bangsa yang mampu

mengatasi kesulitan atau masalah-masalah yang sedang dihadapi bangsa ini.

2. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc

Membahas mengenai pendidikan IPS yang harus direvitalisasi dan dioptimalkan dalam

dunia pendidikan, maka memang seharusnya PIPS digunakan untuk petunjuk dalam

berperilaku. Indonesia sekarang sedang “sakit keras”, karena banyak sekali orang-orang

terdidik yang melakukan hal-hal tercela, seperti korupsi yang semakin menjadi-jadi dan para

pelaku itu seakan tidak tahu malu. Mereka itulah orang-orang terdidik tetapi “miskin” etika,

moral dan norma yang baik. Disinilah peran pendidikan IPS untuk mengajarkan dan

membentuk jiwa-jiwa masyarakat Indonesia yang berkarakter Pancasila.

Indonesia terkenal dengan kearifan lokalnya, tapi ternyata tidak selalu demikian. Ada

seorang ilmuwan luar negeri yang meneliti “ketidak arifan” orang-orang Indonesia, misalnya

perilaku membuang sampah langsung ke sungai adalah tindakan yang tidak arif. Masyarakat

yang tinggal dibantaran sungai mempunyai kebiasaan membuang sampah langsung ke sungai

baik itu sampah organik maupun non organik. Kebiasaan inilah yang membuat sungai

semakin hari semakin kotor banyak sampah berserakan dimana-mana. Ironisnya walaupun

sungai dijadikan tempat pembuangan sampah masal oleh masyarakat, tetapi mereka tetap

menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci pakaian, dan

mandi. Air sungai yang sudah tercemar tentu sangat tidak baik untuk digunakan apalagi kalau

itu untuk konsumsi. Hal ini bebeda sekali dengan keadaan di Belanda. Di sana rumah-rumah

terapung ditata dan dibangun dengan indah, di terasnya ditanami berbagai macam bunga di

pot-pot cantik. Rumah-rumah yang berdiri di atas sungai itu nampak bagus dipandang dan air

sungainya juga masih bersih. Ini sangat berbeda dengan negara kita yang kebanyakkan

sungainya sudah tercemar oleh pemukiman penduduk. Inilah salah satu contoh “ketidak arifan

lokal” yang harus kita ubah menjadi kearifan lokal bangsa Indonesia.

2

Page 4: Ariani_laporan Seminar Ips

Materi yang Disampaikan Pembicara / Narasumber :

1. Judul : Mengembalikan PIPS Ke-hittah-nya

Pembicara : Drs. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd

Orang Indonesia pada umumnya mengartikan IIS dan IPS itu sama. Ilmu-ilmu sosial

itu terdiri dari sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. PIPS

dimaknai sebagai kumpulan mata pelajaran IIS, sehingga IPS diajarkan secara terpadu

(tematik). Hal ini menjadikan semua mata pelajaran IPS dianggap mampu diajarkan oleh

guru yang dididik pada pendidikan IPS. Misalnya guru yang dididik pada bidang studi

sejarah malah menjadi guru mata pelajaran ekonomi. Padahal, guru pendidikan sejarah

dimaksudkan untuk menjadi guru sejarah. Namun yang jauh lebih parah, banyak sekali

guru IPS di Indonesia adalah guru yang tidak berlatarbelakang pendidikan IPS. Karena

itu, tidak mengherankan pembelajaran IPS jauh dari yang diharapkan.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) bukanlah gabungan Ilmu-ilmu Sosial

(IIS), tetapi PIPS itu bersumber dari IIS. Ilmu Sejarah berbeda dengan Pendidikan

Sejarah dalam arti Sejarah dalam ranah keilmuan, sedangkan Pendidikan Sejarah dalam

arti pemanfaatan ilmu sejarah untuk pendidikan.

2. Judul : Pengembangan Pembelajaran IPS dalam Kurikulum 2013

Pembicara : Dr. Hery Porda Nugroho Putro, M.Pd

Adanya kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memberi perspektif kita dalam

pengembangan pembelajaran yang sesuai karakteristik era kini atau zaman sekarang.

Pembelajaran pada kurikulum 2013 dikembangkan dengan pendekatan sainstifik.

Pendekatan ini mempunyai arti bahwa pembelajaran merupakan proses ilmiah untuk

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Misalnya peserta

didik ingin mengetahui kehidupan petani di sawah, lalu ia mengamati bagaimana petani

bekerja, bagaimana kegiatannya di sawah, dan sebagainya.

Pendidikan IPS sangat penting, karena pendidikan IPS itu adalah apa yang ada di

sekitar kita. Kebanyakkan dtemui guru masih menjadi kendali utama pembelajaran,

sedangkan siswa mengikuti arahan guru. Jadi, siswa terbiasa menghapal dan mengerjakan

perintah-perintah guru. Kurikulum 2013 bermaksud merenovasi keadaan itu, sehingga

3

Page 5: Ariani_laporan Seminar Ips

pembelajaran benar-benar sejalan dengan tuntutan zaman. Pada intinya, guru dengan

siswa harus melakukan interaksi bukan berdiskusi. Guru menjelaskan, lalu peserta didik

berani tampil ke depan, bertanya, membedakan masalah, bagaimana siswa

menyampaikan hasil pemikirannya, dan sebagainya. Kurikulum 2013 menuntut peserta

didik lebih aktif, kreatif, dan inovatif.

3. Judul : Materi Ilmu-ilmu Sosial untuk Mata Pelajaran IPS di SMP

Pembicara : Setia Budi, S.Pd., M.Pd

Di SMP, IPS itu diajarkan dengan tema. Tetapi, SK pengangkatan guru tidak

ditemakan. Rupanya, pendidikan IPS itu diambil dai IIS. Karena itu, guru IPS dituntut

memiliki pengetahuan memadai tentang ilmu-ilmu sosial. Materi ajar IPS di SMP

misalnya sejarah, ekonomi, geografi, dan sebagainya. Untuk menjelaskan materi-materi

tersebut, seorang guru harus mampu menjelaskan fakta, konsep, dan generalisasi dari

ilmu-ilmu sosial tersebut.

4. Judul : Model Pembelajaran Nilai, Norma, dan Moral yang Berkonstitusional

Pembicara : Aminsyah, S.Pd., M.Pd

Banyak sekali model pembelajaran yang sudah ada dalam proses belajar mengajar.

Tetapi kenyataannya, kita hanya mengaplikasikan model pembelajaran milik orang lain

atau yang sudah ada, tanpa membuat model-model baru. Menurut filsafat ilmiah, untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, maka harus dikembangkan: (1) indikasi rasional dan (2)

etika. Oleh sebab itu, model pembelajaran dengan mengembangkan nilai dan moral

adalah model baru yang akan diimplimentasikan. Rasio lebih cenderung kepada

pendekatan relatif. Sedangkan etika cenderung kepada perilaku, misalnya: kalimat

“mohon berdiri” adalah pendekatan etika dengan mengucapkana “mohon” yang

menunjukkan sebuah kesopanan.

Belajar itu adalah proses mengubah perilaku. Belajar bukan hanya pendekatan

kognitif, tetapi juga tentang perilaku. Sebuah pengembangan model pembelajaran,

tentu harus di dukung oleh: (1) guru, apakah kemampuan “power skills” yang dimiliki

guru mendorong pengembangan model itu, (2) Daya media pembelajaran yang

interaktif, dan (3) Kedalaman materi pengembangan model itu. Pada intinya, model

4

Page 6: Ariani_laporan Seminar Ips

pembelajaran nilai, norma, dan moral akan membangun potensi ilmu, lalu kemudian

peningkatan dalam belajar.

5. Judul : Kinerja Professional Guru IPS Kota Banjarbaru

Pembicara : Aidil Abdi Rachman, S.Pd., M.Pd

Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji ungkap praktik di lapangan mengenai kinerja

guru di Kota Banjarbaru. Seperti yang diketahui, Banjarbaru mempunyai motto “kota

pendidikan”, kalau begitu harusnya Banjar Baru lebih baik kualitas pendidikannya

daripada daerah-daerah yag lain. Berdasarkan hasil penelitian tentang kinerja guru IPS

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Banjarbaru, menunjukkan bahwa guru-guru

tersebut sebagian besar tidak menyusun program dan perangkat pembelajaran. Artinya

sebagian kecil saja guru-guru yang memang memilki kualitas dan kompetensi yang

melakukan hal-hal tersebut. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran tidak memenuhi

standar proses sistem pendidikan nasional. Kinerja sebagian besar guru IPS juga tidak

memenuhi pedoman Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

Pertanyaan dan Jawaban

1. Bagaimana tanggapan Bapak Aidil Abdi Rachman tentang kenyataan yang

menunjukkan bahwa guru-guru di Banjarbaru kurang professional dan apa yang

seharusnya di lakukan oleh guru-guru tersebut ?

@ Jawaban : Mereka harusnya sudah tahu tentang bagaimana menjadi guru yang

profesional. Artinya dengan adanya fasilitas harus didukung dengan guru yang

kompeten dan berkualitas. Guru juga harus tetap belajar menjadi guru yang

profesional dengan latihan-latihan.

2. Bagaimana aplikasi model yang baru dan cara penerapan model pembelajaran itu ?

@ Jawaban : Model baru itu harus diperkenalkan dalam proses belajar mengajar sampai

menghasilkan sebuah peningkatan pada peserta didik. Peserta didik harus berkembang

sesuai dengan keadaan yang ia hadapi, model baru dengan berbasis nilai, norma, dan

moral sangat cocok diterapkan kepada anak didik di masa kini.

5

Page 7: Ariani_laporan Seminar Ips

3. Bagaimana tanggapan bapak mengenai guru-guru yang tidak membuat RRP. Kalau

guru saja tidak membuat RPP, mengapa mahasiswa ditekankan oleh dosen untuk

membuat RPP ?

@ Jawaban : Pernyataan yang menyatakan bahwa “guru saja tidak membuat RPP, kenapa

mahasiswa ditekankan membuat RPP” akan menjadi pembunuh karakter yang hebat.

Kenyataannya, tidak semua guru tidak membuat RPP. Jadi, yang harus dilakukan

mahasiswa adalah belajar membuat RPP seperti guru yang membuat RPP. Seperti

pepatah “jangan bercermin di air yang keruh”, maksudnya jangan meniru dan

berpandangan hanya pada guru-guru yang tidak membuat RPP tersebut.

Kesimpulan oleh Prof. Dr. H. Wahyu, M.S

Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mempersiapkan anak didik berjiwa

yang baik, berakhlak mulia, bermoral, berkarakter, mampu berpikir kritis dan tanggap

akan tantangan zaman. Model pembelajaran yang tidak bertentangan dengan sistem

pendidikan akan baik untuk dikembangkan. Pelajaran IPS, seperti sejarah, ekonomi,

geografi, sosiologi, dan PKn akan memberi pengetahuan kepada peserta didik, yang

pada akhirnya bermuara pada pembentukan waraga negara yang baik.

Dalam seminar ini yang banyak mendapat sorotan adalah mengenai kinerja

guru. Untuk itu, dalam waktu mendatang akan dilakukan penilaian besar-besaran,

antara lain melakukan mutasi guru. Tetapi, guru tetaplah guru yang harus memiliki

komitmen, kompetensi, kerja keras, konsisten, kemampuan interaksi, dan mampu

memberi pelayanan maksimum terhadap dunia pendidikan.

6