aptikom standar pengembanganskemakkni bnsp

Upload: inaagustina879124

Post on 18-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    1/24

    RANCANGAN 1 PEDOMAN BNSP 219- 2012

    ===================================

    Pengembangan Skema Sertifikasi KerangkaKualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

    Badan Nasional Sertifikasi Profesi

    Badan NasionalSertifikasi Profesi

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    2/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    1

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Pendahuluan 2

    1. Tujuan dan ruang lingkup 2

    2. Acuan Normatif 2

    3. Istilah, Definisi 2

    4. Persyaratan umum pengembangan skema sertifikasi KKNI 3

    4.1. Persyaratan dasar pengembangan skema sertifikasi KKNI

    4.2. Pengorganisasian pengembangan skema sertifikasi KKNI

    4.3. Pembentukan Tim Teknis Skema

    5. Verifikasi peta kompetensi dan standar kompetensi 5

    6. Pemetaan unit-unit kompetensi dalam KKNI 67. Struktur Skema Sertifikasi 8

    8. Validasi Skema sertifikasi KKNI 10

    9. Pemeliharaan Skema sertifikasi KKNI 10

    Lampiran:

    Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi NasionalIndonesia

    11

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    3/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    2

    Pendahuluan

    Kerangka kualifikasi adalah instrumen pengembangan, pengelompokan dan pengakuanketerampilan, pengetahuan dan kompetensi yang tidak terputus pada salah satu jenjang. Inimerupakan sebuah cara untuk menata kondisi kualifikasi saat ini dan selanjutnya yang diperolehsebagai hasil pembelajaran baik di kelas, ditempat kerja atau lainnya. Kerangka kualifikasimenunjukkan perbandingan perbedaan kualifikasi dan bagaimana seseorang berpindah dari satu

    jenjang ke jenjang lainnya baik dalam satu kerja maupun lintas sektor industri dan bahkan daripendidikan kejuruan ke jenjang akademik yang lebih tinggi.

    Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dimaksudkan menjadi kerangka kerja sistem sertifikasiyang mengintegrasikan sertifikasi bidang pendidikan dan pelatihan dalam rangka pemberianpengakuan terhadap kompetensi tenaga kerja.

    1. Tujuan dan Ruang Lingkup

    1.1. Tujuan

    1.1.1. Pedoman Skema Sertifikasi KKNI ditujukan bagi otoritas kompeten (kementrianatau lembaga) dalam proses pengembangan dan pemeliharaan Skema Sertifikasi

    KKNI, dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

    1.1.2. Memastikan mutu serta pengakuan terhadap kemampuan dan pengalamanseseorang pada tingkat nasional, regional dan internasional.

    1.1.3. Memastikan bahwa kualifikasi yang ditetapkan sudah sesuai dengan kebutuhansosial dan ekonomi.

    1.1.4. Memperbaiki akses peluang terhadap pendidikan, pelatihan dan jenjangjabatan/karir.

    1.1.5. Memastikan bahwa standar pendidikan dan pelatihan dapat diterapkan dalamdunia kerja.

    1.2. Ruang Lingkup

    1.2.1. Pedoman ini merupakan persyaratan untuk otoritas kompeten dalammengembangan skema sertifikasi KKNI, termasuk pemeliharaan skema sertifikasiKKNI.

    1.2.2. Standar Kompetensi yang digunakan dalam pengembangan skema sertifikasiKKNI adalah SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia)

    2. Acuan normatif

    2.1. Undang Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    2.2. Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas2.3. Peraturan Pemerintah No 31 tahun 2006 tentang Sistim Pelatihan Kerja Nasional

    2.4. Peraturan Presiden No 8 tahun 2012 tentang KKNI

    2.5. RMCS ILO 2006

    2.6. ISO 17024:2012

    3. Isitilah, Definisi

    3.1. Kualifikasi -Peragaan dari atribut personal, pendidikan, pelatihan dan/atau pengalamankerja Profesi.

    3.2. KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    4/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    3

    kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerjasesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

    3.3. Sistem kualifikasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan pengakuan(recognition) seperti halnya pengembangan kualifikasi, penjaminan mutu, asesmen,proses akreditasi dan sertifikasi yang proses-prosesnya memerlukan hubungan lintassektor dan kelembagaan.

    3.4. Skema Sertifikasi KKNI adalah persyaratan sertifikasi spesifik yang berkaitan denganpenjenjangan yang ditetapkan dengan menggunakan standar dan aturan khusus yangsama serta prosedur yang sama.

    3.5. Asosiasi Profesi adalah satu atau lebih wadah organisasi dan atau himpunan orangperseorangan yang terampil dan atau ahli atas dasar kesamaan disiplin keilmuan danatau profesi di bidang tertentu dan atau yang berkaitan.

    3.6. Komite Skema Sertifikasiadalah komite yang terdiri dari para pemangku kepentinganyang bertugas menyiapkan skema sertifikasi KKNI.

    3.7. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Komite Skema, beranggotakanunsur-unsur industri, para pakar yang relevan dengan bidang keahlian atau sektor dan

    pemangku kepentingan.3.8. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia adalah rumusan baku standar

    kompetensi yang berlaku secara nasional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    3.9. Pengakuan Kompetensi adalah penghargaan dalam bentuk materiel maupun nonmateriel yang diberikan kepada seseorang sebagai pengakuan atas kompetensi kerjayang dikuasainya.

    3.10. Pemangku Kepentingan adalah komunitas atau organisasi yang secara permanenmenerima dampak dari aktivitas atau kebijakan, dimana mereka berkepentinganterhadap hasil aktivitas atau kebijakan tersebut.

    3.11. Instansi Teknisadalah Departemen, Kantor Menteri Negara atau Lembaga Pemerintah

    lainnya, yang merupakan pembina teknis sektor yang bersangkutan.

    3.12. Konvensi Skema sertifikasi KKNI adalah forum untuk mencapai konsensusmasyarakat sektor profesi tentang rancangan skema sertifikasi KKNI menjadi skemasertifikasi KKNI.

    3.13. Recognition of Current Competency (RCC) adalah pengakuan kompetensi saat iniyang dimiliki oleh seseorang, yang diperloleh melalui pelatihan, pengalaman kerja.

    3.14. Recognition of Prior Learning (RPL) adalah pengakuan pengetahuan danketerampilan seseorang yang diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman kerjasebelumnya yang dapat diakui (kredit) setara dengan sebuah unit kompetensi ataumodul.

    4. Persyaratan umum pengembangan skema sertifikasi KKNI

    4.1. Persyaratan dasar pengembangan skema sertifikasi KKNI:

    4.1.1. Peta kompetensi dan SKKNI harus telah tersedia sebagai dasarpengembangan skema sertifikasi KKNI.

    4.1.2. Adanya tuntutan para pemangku kepentingan, yang seharusnya mencakupi:asosiasi industri, asosiasi profesi, pendidikan, pelatihan, dan/atau otoritaskompeten sesuai bidangnya.

    4.1.3. Skema sertifikasi KKNI harus dibuat sebagai jawaban atas persyaratanpemerintah yang spesifik (misalnya perlindungan masyarakat) atau kebutuhanpasar (seperti kredibilitas, kepercayaan dan peningkatan profesi/pekerjaan);

    4.2. Pengorganisasian pengembangan skema sertifikasi KKNI.

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    5/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    4

    4.2.1. Komite Skema Sertifikasi Nasional seharusnya dibentuk pada Kementerian/Lembaga yang melibatkan pemangku kepentingan, dan koordinasikan denganBNSP.Komite Skema Sertifikasi dibentuk secaraAd Hockberdasarkan SuratKeputusan Pimpinan Otoritas Kompeten terkait.

    4.2.2. Tujuan pembentukan Komite Skema adalah sebagai berikut:

    4.2.2.1. Memastikan dukungan dari para pemangku kepentingan sertapihak-pihak lain yang terkait

    4.2.2.2. Memastikan bahwa proses pengembangan Skema dilakukandengan mengikutsertakan wakil-wakil dari semua para pemangkukepentingan sesuai dengan porsi peranan masing-masing

    4.2.2.3. Memastikan bahwa proses pengembangan skema telah dilakukansesuai dengan Pedoman BNSP tentang pengembangan skemasertifikasi KKNI, termasuk memastikan ketelusuran dari skemayang dikembangkan.

    4.2.3. Organisasi Komite Skema

    4.2.3.1. Anggota Komite Skema terdiri dari wakilwakil para pemangkukepentingan industri terkait.

    4.2.3.2. Komite Skema terdiri dari seorang ketua merangkap anggota,seorang sekretaris merangkap anggota dan selebihnya anggotabiasa.

    4.2.4. Tugas dan tanggung jawab Komite Skema

    4.2.4.1. Komite Skema menyusun kerangka acuan rencanapengembangan berdasarkan analisa kebutuhan mikro, makro,regional dan internasional.

    4.2.4.2. Menetapkan persyaratan dasar sertifikasi sesuai dengan jenjangdalam KKNI

    4.2.4.3. Membentuk Tim Teknis Skema Sertifikasi yang terdiri ataspersonil dengan kualifikasi pengembang skema, perumusdan/atau verifikator standar, dan terlatih pengembangan skemasertifikasi, dengan tugas:

    Menyusun rancangan skema sertifikasi KKNI

    Menetapkan deskripsi bidang spesifik, ruang lingkup yangakan dimasukkan kedalam skema.

    Menetapkan persyaratan kualifikasi dan prosedur evaluasidan pemeliharaan kualifikasi termasuk surveilan dansertifikasi ulang.

    Menetapkan persyaratan kompetensi para asesor dansemua personil yang terkait dalam proses sertifikasi.

    Memastikan ketelusuran skema sertifikasi KKNI

    Memastikan dukungan dari pihak-pihak terkait terhadapskema sertifikasi dan bukti keberterimaannya terhadapcakupan skema sertifikasi tersebut

    Tim teknis bertanggung jawab kepada Komite Skema.

    4.2.4.4. Menetapkan kebijakan harmonisasi RPL dan RCC

    4.2.4.5. Melakukan konsultasi dengan para pemangku kepentingantentang pengembangan dan penerapan.

    4.2.4.6. Komite Skema bertanggung jawab kepada Otoritas Kompetenterkait.

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    6/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    5

    5. Verifikasi peta kompetensi dan standar kompetensi.

    5.1. Peta seharusnya merupakan gambaran komprehensif tentang kompetensi dari setiap fungsidalam suatu lapangan usaha yang akan dipergunakan sebagai acuan dalam menyusun

    standar kompetensi. Peta kompetensi harus dikembangkan melalui riset analisa fungsiberdasarkan fungsi bisnis/organisasi yang mencakupi fungsi kunci, fungsi utama dan fungsidasar.

    5.2. Pada level industri/organisasi, fungsi bisnis diidentifikasi sebagai bisnis utama suatu industri/usaha/ organisasi atau diidentifikasi dari fungsi sector/ subsector/ bidang. Ketelusuran dantingkat ekivalensinya seharusnya dengan pemetaan bisnis nasional, seperti BKLUI (BukuKelompok Lapangan Usaha Indonesia), Nomor HS (Harmonized Standard) dan lain-lain.

    5.3. Fungsi kunci (key function)seharusnya merupakan fungsi-fungsi suatu kesisteman dengandisiplin ilmu spesifik yang dihimpun untuk menjadi fungsi bisnis. ketelusuran dan tingkatekivalensinya seharusnya diidentifikasi dengan sistem/ disiplin dalam standard dan regulasiteknis.

    5.4. Fungsi utama (major function) seharusnya merupakan fungsi subsistem atau sub disiplin darifungsi kunci.

    5.5. Fungsi dasar (basic function) seharusnya merupakan fungsi dasar terkcil dalamindustri/organisasi untuk menghasilkan produk atau jasa kepada klien external maupun klienunit mandiri internal lainnya. Ketelusuran dan tingkat ekivalensinya seharusnya diidentifikasidengan fungsi-fungsi dasar dalam standar dan regulasi teknis.

    1

    !"#"$%

    '()$%*+$+*,

    *%-"+!(*,

    ."%)+* /*+%*+

    ."%)+* 0"%1*

    !"#$

    &'()*+(,-

    ."%)+*

    "!$2$

    !./0+1

    2'()*+(,-

    !"#$%&

    ()%)*!"#$%& ()*&+,*$-

    34323%

    34323%

    34323%

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    /$!$+$%5$(*$/3467$%-"$%

    73%*4$*$%60'273!

    3%+*0"%1*

    !"#$%&

    ()%)*!"#$%& ()*&+,*$-

    34323%

    34323%

    34323%

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    +"+

    /$!$+$%5$(*$/3467$%-"$%

    73%*4$*$%60'273!3

    %+*0"%1*

    7323!$$% 0'273!3%+*/89:; (21+

    ">?@= ;A;B

    ),- .-/0 ,1234 563-747-/ 5-/ 8-0-69-/-:

    *>?89A98?;

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    7/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    6

    5.6. Validasi peta kompetensi hasil identifikasi dan/atau riset seharusnya dilakukan melaluikonvensi yang merupakan bagian dari pengembangan Standard Kompetensi Nasional, ataudalam konvensi skema sertifikasi KKNI. Hasil pemateaan didokumentasikan seperti tabledibawah ini.

    6. Pemetaan unit-unit kompetensi dalam KKNI.

    6.1. Level unit-unit kompetensi dalam KKNI merupakan jenjang kualifikasi kompetensi yang berisi

    unit-unit kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikanantara kompetensi lulusan dari bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta

    !"#$%&'(

    *+( ,$',-%+

    *+( .$"/&!-"%*+( .$"/&!-"% *+(

    .$"/&!-"%*+( .$"/&!-"%

    *+( .$"/&!-"% *+( .$"/&!-"% *+( .$"/&!-"% *+( .$"/&!-"%

    012-'

    .$"/&!-"%

    012-' .$"/&!-"%

    PEMETAAN FUNGSI BISNIS ...................

    - Basic function

    - Basic function

    - Basic function

    !"#$% '$(" )*+,$($-./ 01-2./ #/.-/. 333333333

    !"#$%& ("#)&

    !"#$ &'()*+(,-

    !"#$%& "*+,+

    !"#$ &'()*+(,-

    !"#$%& -+%+.

    !"#$ &'()*+(,-

    45 4565 454545

    454565

    454575

    457 456545

    456565

    456575

    6 6545 654545

    654565

    654575

    6565 656545

    656565

    656575

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    8/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    7

    pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai denganstruktur pekerjaan, Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012 (terlampir), KKNIterdiri dari 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 1 sebagai kualifikasiterendah dan Kualifikasi 9 sebagai kualifikasi tertinggi.

    6.2. Jenjang dan Penyetaraan KKNI

    6.2.1.KKNI terdiri atas 9 (sembilan) jenjang kualifikasi, dimulai dari jenjang 1 (satu) sebagaijenjang terendah sampai dengan jenjang 9 (sembilan) sebagai jenjang tertinggi. Jenjangkualifikasi KKNI terdiri atas:

    jenjang 1 sampai dengan jenjang 3 dikelompokkan dalam jabatan operator;

    jenjang 4 sampai dengan jenjang 6 dikelompokkan dalam jabatan teknisi atau analis;

    jenjang 7 sampai dengan jenjang 9 dikelompokkan dalam jabatan ahli.

    Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup nilai-nilai sesuai deskripsi umum

    6.2.2.Setiap jenjang kualifikasi pada KKNI memiliki kesetaraan dengan capaian pembelajaranyang dihasilkan melalui pendidikan, pelatihan kerja atau pengalaman kerja.

    6.3. Identifikasi level unit kompetesi dan pemaketan dalam KKNI.

    6.3.1.Pemaketan dalam KKNI dalam suatu bidang seharusnya terdiri atas kompetensi umum(common competency), kompetansi inti yang merupakan kompetensi kunci dalam petakompetensi, dan kompetensi pilihan.

    6.3.2.Identifikasi level unit kompetensi seharusnya melalui tahap-tahap berdasarkan:

    6.3.2.1. Kemampuan melakukan/mendemostrasikan fungsi dasar, sesuai diskriptorKKNI.

    6.3.2.2. Pengetahuan yang dibutuhkan sesuai diskriptor KKNI.

    6.3.2.3. Kemampuan pengelolaan sesuai diskriptor KKNI.

    6.3.3.Kesimpulan level unit kompetensi berdasarkan analisa tiga parameter dalam diskriptorKKNI, dan didokumentasikan seperti tabel dibawah ini.

    LEVEL KOMPETENSI

    UMUM

    KOMPETENSI INTI KOMPETENSI

    PILIHAN

    ! # $

    %

    &

    '

    (

    )

    *

    $

    #

    !

    Tabel KKNI dalam bidang .......

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    9/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    8

    6.4. Validasi peta KKNI suatu bidang hasil identifikasi dan/atau riset seharusnya dilakukanmelalui konvensi skema sertifikasi KKNI.

    7. Struktur Skema Sertifikasi.7.1. Skema sertifikasi harus berisi elemen-elemen lingkup sertifikasi, deskripsi tugas dan fungsi,

    kompetensi yang dipersyaratkan, kemampuan fisik (bila diperlukan), persyaratan dasar (bilatersedia), dan code of conduct.

    7.2. Struktur skema sertifikasi harus mencakupi persyaratan dasar peserta uji kompetensi,permohonan, asesmen (metode), keputusan sertifikasi, program surveilan (metode), kriteriapembekuan dan penarikan, penambahan ruang lingkup atau level sertifikasi, sertifikasiulang, dan penggunaan sertifikat.

    7.3. Struktur skema sertifikasi KKNI harus memuat persyaratan sertifikasi, hak pemohon, sertakewajiban profesi yang disertifikasi termasuk kode etik profesi (term and conditions).

    7.4. Paket skema sertifikasi diidentifikasi dari table pemaketen KKNI yang dapat mencakupi

    Sertifikat I hingga Sertifikat IX.

    7.5. Setiap jenjang skema level KKNI berisi unit-unit kompetensi SKKNI selevel yang terdiri ataskompetensi umum, kompetensi inti tertentu, dan plihan (bila tersedia) sesuai levelnya, sertaunit-unit persyaratan dasar (dapat berbeda level/ level dibawahnya), seperti ilustrasi dibawahini.

    7.6. Identifikasi kesetaraan dalam rangka Recognition of Prior Learning & Recogniton of CurrentCompetencies

    7.6.1.Setiap jenjang level KKNI harus mampu memberikan pengertian dan pedoman kepadamasyarakat yang ingin berpindah dari satu jenjang ke jenjang lainnya secara efektif danefisien.

    7.6.2.Setiap jenjang level KKNI seharusnya mampu menunjukkan keterkaitan dan ketelusurandengan sistem pendidikan nasional terutama vokasional.

    Skema sertifikasi KKNI

    !"#$%&'( *

    +

    ,

    -

    .

    /

    0

    1

    2

    *

    SKKNI 6SKKNI

    6

    SKKNI 6SKKNI

    6

    + Pre-

    requisites

    SKKNI

    6

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    10/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    9

    7.6.3.Dalam hal ketelusuran formal tidak diperoleh maka pengakuan terhadap pengalamanjenjang kualifikasi tempat kerja, pendidikan non formal, pelatihan kerja seharusnya dapatdilakukan.

    7.7. Standar kompetensi dan metode asesmen yang digunakan harus diidentifikasi bagi calonpeserta baik yang baru lulus pelatihan maupun profesi yang sudah pengalaman.

    7.8. Proses sertifikasi KKNI

    7.8.1. Sertifikasi dapat diajukan oleh perseorangan.

    7.8.2. Pemohon dapat mengajukan skema sertifikasi untuk sebuah jenjang dalam kualifikasitertentu.

    7.8.3. Pemohon harus memenuhi persyaratan adan aturan yang berlaku.

    7.8.4. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga yang telah memenuhi persyaratan.

    7.8.5. Penerbitan sertifikat dilakukan oleh lembaga penerbit atas nama BNSP.

    7.9. Surveilan pemegang sertifikat KKNI.

    7.9.1. Surveilan kemampuan terhadap pemegang sertifikat selama masa sertifikat tersebutuntuk memastikan bahwa pemegang sertifikat menunjukkan konsistensinya sesuaidengan skema sertifikasi.

    7.9.2. Surveilan dilakukan oleh lembaga yang sudah memenuhi persyaratan.

    7.9.3. Kegiatan surveilan dilakukan dan tidak tidak terbatas pada:

    a Uji Profisiensi

    b Asesmen di tempat kerja;

    c Wawancara terstruktur;

    d Konfirmasi tentang catatan hasil kerja dan pengalaman yang memuaskan;

    7.9.4. Lembaga yang memenuhi persyaratan untuk melakukan surveilan harus mempunyaipersyaratan tentang prosedur pembatalan sertifikat bila pencabutan dilakukan dalammasa berlakunya sertifikat.

    7.9.5. Metode dan tata cara sruveilan ditetapkan oleh Komite Skema dan harus dilakukanuntuk tujuan surveilan.

    7.10. Sertifikasi ulang.

    7.10.1. Sertifikasi ulang adalah proses memastikan kesesuaian dengan standar yang terkini.Komite Skema harus menetapkan secara rasional berlakunya masa sertifikat.Rasionalisasi dapat dilakukan berdasarkan pada pertimbangan:

    a Perkembangan dunia industri dan keterkaitannya dengan skema sertifikasi;

    b Hasil penelitian;

    c Perubahan ilmu pengetahuan;

    d Permintaan pemangku kepentingan;

    e Pendapat ahli;

    f Perubahan kebijakan.

    7.10.2. Sehubungan dengan skema sertifikasi, sertifikasi ulang yang dilakukan oleh lembagayang berwenang tidak terbatas pada:

    a Asesment ditempat kerja

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    11/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    10

    b Pengembangan kemampuan profesi melalui ujian-ujian tertentu;

    c Wawancara terstruktur;

    d Konfirmasi tentang catatan hasil kerja dan pengalaman yang memuaskan;

    e Ujian profisiensi;

    f Pemeriksaan kesehatan.

    7.10.3. Metode dan waktu penetapatan sertifikasi ulang ditetapkan oleh Komite Skema dansesuai dengan seluruh ketentuan yang berlaku dan harus dilakukan hanya dalamrangka sertifikasi ulang saja. Bila diperlukan uji kemampuan maka prosesadministrasinya harus dilakukan oleh lembaga yang berwenang.

    7.11. Penggunaan Kualifikasi sertifikat KKNI.

    7.11.1. Peserta yang berhasil mendapatkan sertifikat kompetensi berhak mempromosikandirinya sesuai kialifikasi KKNI yang didapat.

    7.11.2. Nama Kualifikasi terdiri atas Sertifikat sesuai levelnya (I s/d IX) diikuti sebutan bidangintinya.

    7.11.3. Menyatakan bahwa sertifikasinya hanya berlaku untuk ruang lingkup sertifikasi yangdiberikan.

    7.11.4. Sertifikat tidak dapat dipindah alihkan baik atas nama perorangan maupun lembaga.

    8. Validasi Skema sertifikasi KKNI

    8.1. Validasi skema sertifikasi KKNI seharusnya dilakukan melalui konvensi skema sertifikasi

    KKNI, yang merupakan mekanisme validasi skema sertifikasi KKNI yang objektif dan

    transparan dalam membuat komitmen dan konsensus secara nasional dengan melibatkanseluruh pemangku kepentingan yang terkait.

    8.2. Pemangku kepentingan seharusnya mencakupi unsur-unsur asosiasi profesi, industri,lembaga pendidikan dan pelatihan, praktisi, dan pakar/mastering yang relevan dengan bidangkeahlian atau sektor, serta unsur pemerintah yakni BNSP, KEMNAKERTRANS,KEMENDIKBUD dan instasi teknis sesuai bidangnya.

    8.3. Konvensi harus diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Konvensi yang dibentukInstansi Teknis sesuai bidangnya.

    8.4. Hasil konvensi skema sertifikasi KKNI disampaikan dan diverifikasi oleh BNSP untukditetapkan penerapannya secara nasional.

    9. Pemeliharaan Skema sertifikasi KKNI

    9.1. Setiap pemangku kepentingan wajib melakukan pemeliharaan skema sertifikasi KKNI.

    9.2. Ruang lingkup pemeliharaan tidak terbatas pada evaluasi standar kompetensi, audit mutuinstitusi pendidikan, kesesuaian penjenjangan dengan situasi terkini dalam konteks nasional,regional dan internasional.

    9.3. Usulan perbaikan skema sertifikasi KKNI seharusnya disampaikan kepada BNSP melaluiinstansi teknis sesuai bidangnya.

    9.4. Kegiatan pemeliharaan sebaiknya dilakukan setiap periode tertentu sesuai kesepakatanpara pemangku kepentingan.

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    12/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    11

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    13/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    12

    LAMPIRAN

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    14/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    13

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    15/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    14

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    16/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    15

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    17/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    16

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    18/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    17

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    19/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    18

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    20/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    19

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    21/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    20

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    22/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    21

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    23/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    22

  • 5/28/2018 Aptikom Standar PengembanganSkemaKKNI BNSP

    24/24

    PEDOMAN BNSP 219-2012

    23