apresiasi prosa fiksi cerpen

21
Disusun Oleh Nama : Reny Puspita NIM : 312008050 Kelas/Semester : A/5 Mata Kuliah : Apresiasi Prosa Fiksi Dosen Pengasuh : Dra. Hj. Nurhayati Syukri

Upload: renyvoesvita

Post on 02-Jul-2015

773 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

Disusun Oleh

Nama : Reny Puspita

NIM : 312008050

Kelas/Semester : A/5

Mata Kuliah : Apresiasi Prosa Fiksi

Dosen Pengasuh : Dra. Hj. Nurhayati Syukri

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2010/2011

Page 2: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan analisis cerpen ini dalam mata

kuliah Apresiasi Prosa Fiksi dengan cerpen yang berjudul Oplos karya Rifan

Nazhif. Cerpen ini dianalisis untuk memenuhi tugas individu dalam mata kuliah

Apresiasi Prosa Fiksi yang merupakan penilaian dan batas kemampuan

mahasiswa dalam memahami materi yang telah diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Dra. Hj. Nurhayati

Syukri selaku dosen pengasuh dalam mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi yang telah

memberikan materi, bimbingan, dan masukkan dalam cerpen yang penulis buat.

Penulis sadar dalam analisis cerpen ini masih banyak sekali kesalahan,

baik dari kata, tata kalimat, diksi, dan struktur kalimat. Saran dan kritik yang

membangun sangat penting penulis harapkan sehingga dapat membangun

motivasi untuk menulis yang lebih baik lagi. Penulis adalah manusia yang tidak

sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah.

Demikianlah kata pengantar ini penulis buat, penulis ucapkan terima kasih

banyak atas semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian drama ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, November 2010

Penulis

i

Page 3: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I SINOPSIS CERPEN .................................................................... 1

BAB II UNSUR INTRINSIK CERPEN

2.1 Tema ........................................................................................ 3

2.2 Alur/Plot .................................................................................. 3

2.3 Penokohan ............................................................................... 4

2.4 Latar/Setting ........................................................................... 6

2.5 Sudut Pandang ....................................................................... 8

2.6 Gaya Bahasa ........................................................................... 9

BAB III UNSUR EKSTRINSIK CERPEN

Nilai Moral .................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 11

ii

Page 4: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

BAB I

SINOPSIS CERPEN

Ruang depan rumah berdinding papan, kini telah dikerubungi perempuan.

Sebagian besar mereka mengenakan kerudung dan membaca surat yasin bersama-

sama, dengungnya seperti lebah yang merubung sarang di pohon mangga belakang

rumah. Sementara itu, ada seseorang perempuan di sudut sana sambil terbata-bata

membaca surat yasin, sudah dua kali ia pingsan dan dua kali ia diberi minyak angin

agar siuman tapi setelah itu dia menyayat lagi. Di dalam benaknya dia bingung hidup

sendirian serta memiliki 3 orang anak kecil yang belum sekolah yang setiap hari

harus diberi makan. Ia hanya memiliki sepasang tangan yang digunakannya untuk ke

sawah garapannya dia itu adalah Latifah. Latifah melihat sosok laki-laki yang

terbujur kaku dihadapannya yaitu Parmin (suaminya). Matanya tetap mendelik meski

sudah berpuluh kali diusap lembut hingga keras, wajahnya menyiratkan kesakitan,

dadanya lebam-lebam, kukunya yang meng-hitam belum sempat dibersihkan, dan

dilengannya membekas berapa tusukan, itu tusukan dari jarum infus yang mencoba

menyelamatkan nyawanya tapi Allah berkehendak lain. Parmin meninggal dengan

kondisi yang mengenaskan.

Sebelumnya di rumah sakit, beberapa perawat mondar-mandir, seorang dokter

berkeringat memasuki sebuah ruangan ternyata di dalam ruangan itu ada 2 orang

perempuan yaitu ibunya Parmin dan Latifah istrinya yang menemani pasien itu. Tiba-

tiba seorang polisi berkumis tebal, berpangkat kapten yang bernama Simorangkir

mempersilakan dokter untuk memeriksa pasien yang lebih pantas disebut mayat.

Sebelumnya juga di sebuah rumah berdinding papan Parmin mengerang-erang kedua

belah tangannya berganti-ganti memegangi kepala, dada, dan perut. Semuanya jadi

serba salah, ke kiri tak enak, ke kanan tak sedap, sementara istirnya duduk di ujung

dipan memegang sapu tangan yang direndam dengan air dingin untuk mengompres

kepala suaminya tapi Parmin masih merasa kepanasan. Dia berulang kali mengumpat

dan berkata kotor, mulutnya mengeluarkan bau tak sedap bahkan lauk pauk yang

telah membusuk diperutnya bersama dengan alkohol dimuntahkannya, ibu Parmin

1

Page 5: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

dari balik jendela tetap saja mengoceh sambil mengulek bumbu kacang untuk gado-

gado, sekarang hasilnya apa dari kamu minum-minuman keras itu kau harus dibawa

ke rumah sakit, biaya-nya darimana Parmin? Hutang sudah banyak, apakah usaha dari

membecak bisa menutupi semua hutang untuk makan saja kita masih berhutang.

Parmin dan Rok-kan cs sedang menghadapi hidangan besar, sepuluh piring penuh

dengan nasi dan lauk pauk, sebaskom besar cairan berwarna merah pekatpun

membuarkan aroma, di sebelah baskom bergelimpangan botol kosong bekas

minuman anggur merah, whisky, suplemen, juga obat sakit kepala, dan sebotol kecil

obat tetes mata. Cair-an itu langsung dimasukkan ke dalam gelas besar dihadapannya.

Kemudian,bagai- kan unta minum, dia meneguk cairan itu sampai tandas. Semulanya

Parmin me-nolak untuk meminum minuman oplosan itu telah merenggut nyawa

banyak orang, tapi Rokkan cs malah menertawakannya, hanya orang-orang bodoh

yang mampus karena meminum minuman ringan seperti ini. Parmin tidak senang di-

sepelekan. Langsung diciduknya cairan itu memenuhi gelas besar di hadapannya. Dia

minum bagaikan unta, Rokkan senang dan menepuk-nepuk bahu Parmin. Ibu dan

istrinya Latifah telah melarang untuk tidak minum-minuman keras, tapi tidak ada

yang bisa menghambat acara pesta bersama Rokkan cs. Dari meminum minuman

oplosan itu Parmin meninggal sementara teman-temannya masih di rumah sakit dan

dalam kondisi yang sekarat dan hampir meninggal.

2

Page 6: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

BAB II

UNSUR-UNSUR INTRINSIK

Pengertian Unsur-unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya

sastra. Unsur-unsur tersebut adalah tema, alur, penokohan, latar, sudut

pandang, dan gaya bahasa. (Burhan Nurgiyantoro, 1994:23)

2.1 Tema

Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. (Tarigan, 1982:160)

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya. (Aminuddin, 2000:91)

Tema dalam cerpen “Oplos” adalah Kelalaian. Kelalaian di sini maksudnya

Parmin sudah mengetahui bahwa meminum minuman keras yang telah dioplos

akan mengakibatkan kematian tapi masih saja ia melakukannya hanya karena di

olok-olok oleh Rokkan cs.

“Hai, kenapa kau tak mengambil minuman surgawi itu?”Rokkan tertawa.

“Ayolah! Setengah uang pembeli minuman itu kan darimu! Kenapa? Takut

mati?” (Paragraf 19)

“Iya, Bos! Minuman oplosan telah merenggut nyawa banyak orang.” Bibir

Parmin bergetar. “ Itulah orang-orang bodoh! Hanya mereka yang pemula yang

mampus meminum minuman ringan seperti ini. Parmin tak senang disepelehkan.

Langsung diciduknya cairan itu memenuhi gelas besar di hadapannya. Dia

minum bagaikan unta. Rokkan senang. Dia menepuk-nepuk senang bahu Parmin.

(Paragraf 20 dan 21)

2.2 Alur

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan

peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku

dalam suatu cerita. (Aminuddin, 2000 :83)

3

Page 7: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu

hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. (Burhan;Stanton, 1965:14)

Alur dalam cerpen “Oplos” ini adalah Alur maju mundur, karena mencerita-kan

Parmin yang telah meninggal akibat dari meminum minuman oplosan lalu baru

menceritakan akibat dari kemantian Parmin. Baca kutipan cerpen di baw-ah ini.

Alur Maju

Sesosok tubuh yang terbujur kaku di tengah ruang, yang telah membuat hati si

perempuan sangat sedih. Lelaki itu kini telah menjadi mayat, matanya tetap

mendelik meski sudah bepuluh kali diusap lembut hingga keras. Di lengannya,

tepat di lipatan tangan yang terhubung dengan siku, masih membekas beberapa

tusukan. Itu tusukan dari jarum infus, yang mencoba membantu menyelematkan

nyawa si lelaki. Tapi akhirnya Allah berkehendak lain. Lelaki itu mati dengan

kondisi yang mengenaskan. (Paragraf 3)

Alur Mundur

“ Sebelumnya di rumah sakit beberapa perawat hilir mudik. Seorang dokter

berkeringat memasuki sebuah ruangan dan ada dua perempuan yang menemani

seorang pasien. “ (Paragraf 5)

“ Kabar dari keluarganya, kemarin di hajatan kawinan tetangganya, si Parmin

ini minum-miuman keras. Parmin dan teman-temannya mengoplos minuman

keras. Entah dengan bahan-bahan apa. Pihak kepolisian sedang menye-

lidiknya.”(Paragraf 8)

Sebelumnya di sebuah bilik rumah berdinding papan, yang beberapa bagian di

tempeli poster penyanyi rock, juga gambar-gambar botol minuman keras, Parmin

mengerang-ngerang. Kedua belah tanggannya bergantian memegangi kepala,

dada, dan perut. Ke kiri tak enak, ke kanan tak sedap. Terlentang, dia seperti

melihat ratusan bintang mengapung di bawah langit-langit rumah.(Paragraf 10)

2.3 Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku

dalam cerita. (Aminuddin, 2000 :79)

4

Page 8: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita. (Burhan; Jones, 1968:33)

a. Tokoh Utama

1. Parmin (pemabok, pemboros, tidak sayang dengan keluarga, dan mudah

diolok-olok).

“ Aku juga tak ingin Mas berbuat yang tidak-tidak dengan uang yang

kuberikan tadi,” timpal Latifah. “Uang itu untuk membayar hutang gula,

kopi, dan minyak goreng di kedai Pak Sa’i. Aku tak enak ditagih terus.”

Parmin tersenyum. Ditepuk-tepuknya dompet di kantong belakang celana

jeansnya. Cukuplah uang di dalamnya untuk me-nambahi pembelian

minuman keras yang akan disantapnya bersama Rokkan cs. (Paragraf

27)

“Hai, kenapa kau tak mengambil minuman surgawi itu?” Rokkan

tertawa. “Ayolah! Setengah uang pembeli minuman itu kan darimu!

Kenapa? Takut mati?” Parmin tak senang disepelehkan. Langsung

diciduknya cairan itu memenuhi gelas besar di hadapannya. (Paragraf

19)

2. Latifah (penyayang dan penyabar)

“ Dia bingung tinggal sendirian membela tiga anak kecil yang belum

bersekolah. Bagaimana dia bisa menyumpal mulut-mulut yang tak mau

lapar itu? Bagaimana menyekolahkan mereka? Sementara dia hanya

memiliki sepasang tangan yang digimbalkan ke sawah garapannya. Ach!

Dia tak sanggup berpikir lagi. Otaknya ngambang.” (Paragraf 2)

“Sudahlah, Bu! Tak enak didengar orang,” kata Latifah. Kepalanya

muncul di jendela bilik.(Paragraf 12)

3. Ibu Parmin (cerewet dan suka marah-marah)

“ Itulah tak mau mendengarkan perkataan orang tua. Sudah berulang

kali kupesankan, jangan pernah bergaul dengan Rokkan cs. Tapi tetap

5

Page 9: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

saja kau tak perduli. Tetap saja kau minum-minum bersama mereka.

Sekarang hasilnya, apa? Kau hampir mampus. Kau harus dibawa pula ke

rumah sakit. Biayanya darimana, Parmin? “kalau mau mengambil lagi

dari modal usaha gado-gado ini, bisa mampus kita semua,” lanjut si

ibu.” (Paragraf 11)

b. Tokoh Tambahan

1. Dokter (acuh dengan pasien)

“ Siapa namanya?” tanya dokter. Entah kepada siapa. Tapi matanya

tertuju kepada perempuan yang parasnya lebih muda. “Parmin!” yang

menjawab perempuan berparas lebih tua. “Saya ibunya, Pak Dok! Ini

Latifah, istrinya. Mereka sudah lama menikah dan memiliki tiga anak,”

lanjutnya. Dokter tampak acuh tak acuh mendengar penjelasan ibu

Parmin. Dia hanya membutuhkan nama pasien, yaitu Parmin. (Paragraf

6)

2. Polisi (tegas)

“Dia sekarat, Pak Dokter!” kata polisi berpangkat kapten itu. “Parmin

dan teman-temanya mengoplos minuman keras. Entah dengan bahan-

bahan apa. Pihak kepolisian sedang menyelidikinya.” (Paragraf 8)

3. Rokkan cs (memperolok-olok dan mabuk-mabukan)

“Hmm, pesta besar kita,” kata Rokkan. Perunya yang membuncit

berguncang-guncang karena ditepuknya dari kiri dan kanan.

“Hai, kenapa kau tak mengambil minuman surgawi itu?” Rokkan

tertawa. “Ayolah! Setengah uang pembeli minuman itu kan darimu!

Kenapa? Takut mati?” Parmin tak senang disepelehkan. Langsung

diciduknya cairan itu memenuhi gelas besar di hadapannya.” (Paragraf

17)

2.4 Latar/Setting

Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat,

waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.

(Aminuddin, 2000:67)

6

Page 10: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung

yang mencakup tempat, waktu, dan kondisi-kondisi psikologis dari semua

yang terlibat dalam cerita tersebut. (Tarigan, 1982:157)

a. Latar fisik : Tempat dan Waktu

Latar Tempat

“Ruang depan rumah berdinding papan, yang beberapa bagian ditempeli

almanak lama berposter artis berpakaian seksi.” (Paragraf 1)

“Sebelumnya di rumah sakit. Beberapa perawat hilir mudik. Seorang dokter

berkeringat memasuki sebuah ruangan. Ada dua perempuan yang menemani

seorang pasien yang sedang bernafas sesekali dan kedengaran sesak.”

(Paragraf 5)

“Sebelumnya di pinggir parit, di bawah dua batang kelapa, Parmin dan

Rokkan cs.” (Paragraf 16)

Latar Waktu

“ Kemarin dia melihat di televisi berita sangat menghebohkan dan

menakutkan.” (Paragraf 18)

“Pesta perkawinan Indah dan Amman pasti merah hari ini, “ kata Parmin.

Dia menyeruput kopi dengan mata berbinar. Dia membayangkan pesta

minuman bersama Rokkan cs akan mengakhiri hari Minggunya yang

menyengangkan.” (Paragraf 23)

b. Latar Psikologis

“Seseorang perempuan di sudut ruang, dengan kerudung yang tak sanggup

menutupi rambut riap-riapnya masih beberapa kali menyayat-nyayat. Dua

kali dia pingsan. Dua kali hidungnya dijejali parfum sinyongyong, sehingga

siuman dan menyayat-nyayat lagi. Dia binggung ditinggal sendirian

membela tiga anak kecil yang belum bersekolah. Bagaiman dia bisa

menyumpal mulut-mulut yang tak mau lapar itu? Bagaimana menyekolahkan

mereka? Sementara dia hanya memiliki sepasang tangan yang digimbalkan

ke sawah garapannya. Ach! Dia tak sanggup berpikir lagi. Otaknya

ngambang. (Paragraf 2)

7

Page 11: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

Dari kutipan di atas kita bisa melihat betapa kuat dan tegarnya seorang istri

sekaligus ibu dari ketiga anaknya yang telah ditinggal suaminya meninggal

dunia karena ulahnya sendiri. Mau tidak mau Latifah harus menjalani

kehidupan yang diyakininya suatu saat akan berubah seiring dengan

berjalannya waktu. Walaupun dia hanya sebagai petani di sawah dan ibunya

hanya sebagai penjual gado-gado dengan kehidupan yang sederhana.

2.5 Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) adalah posisi fisik, tempat persona atau

pembicara melihat dan menyajikan gagasan-gagasan atau peristiwa-peristiwa

yang dipilih oleh sang penulis. (Tarigan, 1982:130)

Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam

cerita yang dipaparkannya. (Aminuddin, 2000: 90)

a. Sudut pandang orang kedua (dia,mereka)

“Dia bingung tinggal sendirian membela tiga anak kecil yang belum

bersekolah. Bagaimana dia bisa menyumpal mulut-mulut yang tak mau lapar

itu? Sementara dia hanya memiliki sepasang tangan yang digimbalkan ke

sawah garapannya.” (Paragraf 2)

“Mereka menceritakan tentang lelaki yang terbujur kaku itu. Tentang

penampilan tubuhnya yang menyedihkan. Mereka juga menceritakan bahwa

teman si lelaki, ada yang terbujur kaku di rumah sakit.” (Paragraf 4)

b. Sudut pandang orang ketiga (pengamat)

“Beberapa bulan belakangan ini, dia kerap kali membaca berita di koran

tentang beberapa warga masyarakat yang mati karena meminum minuman

keras oplosan. Bahkan saat bersantai di ruang kerjanya sekali dua televisi

memeprtunjukkan adegan tragis itu.” (Paragraf 9)

8

Page 12: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

2.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.

(Gorys Keraf, 1980:113)

Gaya bahasa adalah cara seseorang pengarang menyampaikan gagasannya

dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu

menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan

emosi pembaca. (Aminuddin, 2000:72)

a. Gaya bahasa persamaan atau simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yang

dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia

langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. (Gorys Keraf,

1980:138)

“ Dengungnya seperti lebah yang merubung sarang di pohon mangga

belakang rumah itu.” (Paragraf 1)

“Cairan itu langsung dimasukkan ke gelas besar dihadapannya. Kemudian

bagaikan unta minum, dia meneggak cairan itu sampai tandas.” (Paragraf

17)

9

Page 13: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

BAB III

UNSUR EKSTRINSIK

Pengertian unsur ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi

secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya

sastra. (Burhan Nurgiyantoro, 1994:23)

Nilai Moral

Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai

per-buatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila

(KBBI, 1994)

“ Itulah tak mau mendengarkan perkataan orang tua. Sudah berulang kali

kupesankan, jangan pernah bergaul dengan Rokkan cs. Tapi tetap saja kau

tak perduli. Tetap saja kau minum-minum bersama mereka. Sekarang

hasilnya, apa? Kau hampir mampus.” (Paragraf 11)

“Jangan kau bilang akan minum-minum bersama Rokkan cs., ya!” si ibu

langsung menyambar. “Aku tak ingin kau mati karena minuman keras, Min!

Tak kau lihat berita di televisi kemarin?” Lihat, Bu! Tapi orang yang mati itu

minum-minuma keras oplosan kami tidak!” Sama saja!” Si ibu memberengut.

(Paragraf 24 dan 25)

10

Page 14: Apresiasi Prosa Fiksi Cerpen

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Keraf, Gorys. 1980. Diksi dan Gaya Bahasa. Semarang: Nusa Indah

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Bandung: Gajah Mada

Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa.

Bandung: Angkasa

11