aplikasi mutasi pada tanaman cabai

24
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merupakan tanaman hortikultura semusim yang mempunyai nilai ekonomi (Barany et al. 2001). Belakangan ini produksi cabai terus meningkat terutama di negara- negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di benua Afrika maupun Asia (Deptan go.id, 2006). Di Indonesia cabai termasuk komoditas hortikultura bernilai ekonomi yang dapat dikonsumsi baik sebagai rempah maupun untuk sayuran. Permintaan cabai di Indonesia diproyeksikan meningkat setiap tahunnya sehingga impor harus dilakukan kalau produksi dalam negeri tidak dapat terpenuhi (BPS, 2000). Salah satu varietas cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah cabai merah keriting. Perbaikan varietas cabai merah keriting seperti ketahanan terhadap penyakit dapat dilakukan melalui aplikasi teknologi mutasi dan teknik kultur jaringan sehingga akan memberikan nilai tambah untuk program pemuliaan, terutama dalam usaha meningkatkan kualitas

Upload: lisma

Post on 09-Apr-2016

126 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Paper Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merupakan tanaman hortikultura semusim yang mempunyai nilai

ekonomi (Barany et al. 2001). Belakangan ini produksi cabai terus meningkat

terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

benua Afrika maupun Asia (Deptan go.id, 2006).

Di Indonesia cabai termasuk komoditas hortikultura bernilai ekonomi yang

dapat dikonsumsi baik sebagai rempah maupun untuk sayuran. Permintaan cabai

di Indonesia diproyeksikan meningkat setiap tahunnya sehingga impor harus

dilakukan kalau produksi dalam negeri tidak dapat terpenuhi (BPS, 2000).

Salah satu varietas cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah

cabai merah keriting. Perbaikan varietas cabai merah keriting seperti ketahanan

terhadap penyakit dapat dilakukan melalui aplikasi teknologi mutasi dan teknik

kultur jaringan sehingga akan memberikan nilai tambah untuk program

pemuliaan, terutama dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi

cabai secara optimal (Morrison dan Evans, 1988).

Salah  satu metoda dalam kultur jaringan yang banyak digunakan untuk

menunjang kegiatan pemuliaan tanaman adalah kultur antera. Tanaman haploid

ganda yang dihasilkan dari kultur antera dapat mencapai homozigot pada generasi

kedua. Hal ini akan mempersingkat waktu seleksi jika dibandingkan dengan

pemuliaan secara konvesional disamping evaluasi karakter kuantitatif yang dapat

dipercepat sehingga lebih menghemat waktu dan tempat

(Kasha dan Maluszynski, 2003).

Page 2: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

2

Keberhasilan aplikasi teknik kultur antera dalam mendapatkan tanaman

haploid ganda pada tanaman cabai masih sedikit  yang  dilaporkan  (Wang et al,

1973., Novak FJ, 1974., serta Mityko et al.,1999; Dolcet-Sanjuan et al.,1997 dan

Gyulai  et al., 2000 dalam Barany et al.,2001).

Rendahnya frekuensi regenerasi tanaman yang berasal dari kultur antera

disebabkan sulitnya memperoleh kalus embriogenik. Sibi et al (1979) telah

melakukan penelitian mengenai androgenesis dari haploid organ untuk

mendapatkan tanaman haploid ganda, tetapi belum berhasil mendapatkan tanaman

yang diinginkan. Rendahnya frekuensi pembentukan kalus embriogenik dari

kultur antera cabai merupakan salah satu kendala dalam menghasilkan tanaman

haploid ganda ( Sibi, 1979)

Untuk mengatasi hal tersebut mungkin perlu dilakukan suatu perlakuan

awal sebelum antera cabai di induksi pada media pembentukan kalus. Salah satu

perlakuan awal yang pernah dilakukan pada kultur antera padi adalah dengan

memberi perlakuan stres dingin selama 2-3 hari pada antera sebelum dikultur dan

hasilnya menunjukkan dapat memperbaiki frekuensi pembentukan kalus

embriogenik. Disamping itu respon dari masing-masing genotipe tanaman sangat

berbeda antara satu genotipe dengan genotipe lainnya. (Ishak dan Ita, 1997).

Page 3: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan

menjelaskan tentang mutasi fisik pada tanaman cabai (Capsicum annum L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan

Page 4: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Cabai merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio :

Spermatophyta; Sub divisi: Angiospermae; Kelas: Dicotyledonae; Ordo:

Tubiflorae (Solanales); Famili: Solanaceae; Genus : Capsicum; Spesies :

Capsicum annum L. (Novary, 1997),

Perakaran tanaman cabai merah merupakan akar tunggang yang terdiri atas

akar utama (primer) dan akar lateral (sekumder). Dari akar lateral keluar

serabutserabut akar yang disebut dengan akar tersier. Panjang akar primer berkisar

35- 50 cm, akar lateral menyebar sekitar 35 – 45 cm (Prajnanta, 1999). Batang

utama cabai merah tegak lurus dan kokoh,tinggi sekitar 30 – 38 cm dan diameter

batang sekitar 1,5 – 3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna cokelat kehijauan.

Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi umur 30 hari setelah tanam

(hst). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai umur 10 hari

setelah tanam. Namun tunas- tunas ini harus di hilangkan sampai batang utama

menghasilkan bunga pertama tepat di antara cabang primer. Cabang primer inilah

yang terus dipelihara dan tidak dirempel sehingga bentuk percabangan dari batang

utama ke cabang primer terbentuk huruf Y (Prajnanta, 1999).

Daun berbentuk sederhana, besarnya bervariasi, berbentuk bulat telur

memanjang ujungnya meruncing, panjang 5 – 12 cm dan lebar 1 – 1,5 cm, tangkai

daun 1 -2,5 (Pracaya,1994).

Bunga tumbuh tunggal atau kadang- kadang berkelompok pada setiap

ruas. Pada saat anhesis, tangkai bunga umunya merunduk. Setiap bunga

mempunyai helai daun bunga dan 5 -6 helai mahkota bunga yang berwarna putih

Page 5: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

5

susu atau kadang- kadang ungu. Bunga cabai mempunyai satu kepala putik

(stigma), berbentuk bulat dengan benang sari yang berjumlah 6 buah

(Prajnanta, 1999).

Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dan satu

bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah.

Bagian buah terdiri atas kulit buah berwarna hijau apabila masih dalam keadaan

muda dan berwarna merah apabila sudah tua/masak, daging buah, dan biji.

Permukaan buah rata dan licin, dan yang telah masak berwarna merah kilat.

Panjang buah berkisar antara 9 -15 cm, diameter 1 – 1, 75 cm, dan berat bervariasi

dari 7,5 – 15 g/buah. Panjang tangkai buah 3,5 – 4,5 cm berwarna hijau tua. Buah

menggantung terletak di percabangan/sekitar ketiak daun (Nawangsih dkk, 2001)

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim termasuk memegang peranan penting dalam budidaya cabai

hibrida yaitu angin, curah hujan, cahaya matahari, kelembaban, suhu. Angin

berperan penting sebagai perantara penyerbukan (Prajnanta, 1999).

Curah hujan pada waktu pertumbuhan tanaman sampai akhir pertumbuhan

yang baik sekitar 600 -1250 mm/tahun. Bila curah hujan berlebihan dapat

menimbulkan penyakit, kekurangan hujan dan tidak ada pengairan juga dapat

membuat tanaman cabai menjadi kerdil. Kelembaban yang rendah dan temperatur

yang tinggi menyebabkan penguapan tinggi sehingga tanaman akan kekurangan

air, akibatnya kuncup bunga dan buah yang masih kecil akan banyak yang rontok

(Pracaya, 1994).

Page 6: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

6

Cahaya matahari penting bagi tanaman untuk fotosintesis, pembentukan

bunga, serta pembentukan buah dan pemasakan buah cabai. Lama penyinaran

yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10 -12 jam penyinaran sehari

(Prajnanta, 1999)

Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 250 C- 300 C, suhu

optimal untuk pertumbuhan adalah 240 C – 280 C. Pada suhu < 150 C dan > 320

C buah yang dihasilkan kurang baik. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan

pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna). Cabai

memerlukan kelembaban relatif 80 % dan sirkulasi udara yang lancar untuk

pertumbuhannya. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan meningkatkan intensitas

serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar (Pracaya, 1994).

Tanah

Tanah yang cocok untuk tanaman cabai merah adalah tanah yang subur

dan kaya bahan organik. Derajat keasaman tanahnya (pH tanah) antara 6,0 -7,0,

pH optimum 6,5. Tanah harus bertekstur remah/gembur. Tanaman cabai merah

dapat juga ditanam di tanah lempung, tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah

hitam (Setiadi, 1996). Tanaman cabai merah baik pertumbuhannya jika ditanam

pada lahan datar dengan lereng kurang dari 5 %, drainase baik, tekstur tanah

lempung, lempung liat berpasir, debu, lempung berliat atau lempung berdebu

(Widodo, 2002).

Dosis iradiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat

menentukan keberhasilan terbentuknya tanaman mutan. Broertjes  dan  Van 

Harten  (1988)  melaporkan kisaran  dosis  radiasi  sinar  gamma  pada  berbagai 

jenis tanaman hias,  dan  untuk  tanaman  anyelir  kisaran  yang telah  dicobakan 

Page 7: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

7

berada  pada  selang yang masih  cukup lebar, yaitu  antara 25-120 gray. Jika

iradiasi dilakukan pada benih, pada umumnya kisaran dosis yang  efektif lebih

tinggi dibandingkan jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak

kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang diiradiasi, maka akan

semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk sehingga tanaman menjadi

lebih sensitif. Untuk  itu maka perlu dicari  dosis  optimum  yang  dapat  efektif

menghasilkan tanaman mutan  yang pada  umumnya  terjadi  pada  atau  sedikit 

dibawah  nilai LD50  (Lethal  Dose  50).  LD50  adalah  dosis  yang

menyebabkan  50%  kematian  dari  populasi  yang diradiasi

(Herison, et al., 2008).

Page 8: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

8

PEMBAHASAN

Mutasi

Mutasi adalah perubahan materi genetik, yang merupakan sumber pokok

dari semua keragaman genetik dan merupakan bagian dari fenomena alam

(Aisyah, 2006). Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam, namun peluang

kejadiannya sangat kecil, yaitu sekitar 10-6 (Aisyah, 2009). Induksi mutasi dapat

dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia seperti EMS (ethylene methane

sulfonate), NMU (nitrosomethyl urea), NTG (nitrosoguanidine), dan lain-lain)

atau mutagen  fisik  (seperti  sinar gamma,  sinar X, sinar neutron dan lain-lain).

Akan tetapi mutasi dengan iradiasi pada bagian vegetatif  tanaman

memperlihatkan hasil  yang  lebih  baik  dibandingkan  perlakuan  dengan

mutagen  kimia (Aisyah, 2009).

Mutasi gen adalah perbahan yang terjadi pada susunan molekul DNA atau

gen. Mutasi gen terjadi pada susunan kimianya (DNA). Bila struktur kimia gen

berubah maka fungsinya pun akan berubah pula. Gen yang mengalami mutasi

terdapat pada sel-sel tubuh (sel somatis) maka perubahan diturunkan ke sel anakan

melalui pembelahan mitosis. Bila gen yang mengalami mutasi terdapat pada sel

kelamin (gamet) maka perubahan akan diwariskan pada keturunannya

(Herison, et al., 2008).

Aplikasi induksi mutasi dengan mutagen fisik dapat dilakukan melalui

beberapa teknik, yaitu (a) iradiasi tunggal (acute iradiation), (b) chronic

irradiation, (c) iradiasi terbagi (frationated irradiation), dan (d) iradiasi berulang

(Misniar, 2008). Iradiasi tunggal adalah iradiasi yang dilakukan hanya dengan

satu kali penembakan sekaligus. Chronic irradiation adalah iradiasi dengan

Page 9: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

9

penembakan dosis rendah, namun dilakukan secara terus-menerus selama

beberapa bulan. Iradiasi terbagi adalah radiasi dengan penembakan yang

seharusnya dilakukan hanya satu kali, namun dilakukan dua kali penembakan

dengan dosis setengahnya sedangkan radiasi berulang adalah radiasi dengan

memberikan penembakan secara berulang dalam jarak dan waktu yang tidak

terlalu lama (Wiarnata, 2014)

Peristiwa mutasi merupakan proses acak (random), dan sukar diamati

karena ; jarang terjadi pada proses biasa dari replikasi DNA, tidak ada cara untuk

mengetahui manakah gen yang akan mengalami mutasi dalam suatu sel atau suatu

generasi, munculnya bebas apakah ia mampu atau tidak beradaptasi terhadap

lingkungan hidup organisme bersangkutan (Warianto,2011).

Radiasi Sinar Gamma

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam

bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber

energi (BATAN, 2008). Radiasi energi tinggi adalah bentuk-bentuk energi yang

melepaskan tenaga dalam jumlah yang besar dan kadang-kadang disebut juga

radiasi ionisasi (BATAN, 2008) karena ion-ion dihasilkan dalam bahan yang

dapat ditembus oleh energi tersebut (Crowder, 1986). Radiasi dapat menginduksi

terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan dibebani oleh tenaga kinetik yang

tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman

yang  pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom

tanaman (Poespodarsono, 1988).

Sinar gamma (seringkali dinotasikan dengan huruf Yunani gamma,( g )

adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh

Page 10: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

10

radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran

elektron-positron. Sinar g ditemukan oleh ahli kimia dan fisika Perancis Paul

Ulrich Villard pada tahun 1900, ketika beliau sedang mengkaji uranium. Bekerja

di bidang kimia di Ecole Normale Superieure, Paris, dia menemukan bahwa sinar

g tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet (Tienkartina.ppt)

Mutasi Radiasi Sinar Gamma Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)

Bahan – bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Benih cabai

dan media tanam jadi. Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Tray perkecambahan, label, alat tulis, alat ukur, dan Gamma chamber 4000A

Metode Pelaksanaan; masukkan benih cabai ke dalam plastic, aadiasi benih –

benih tersebut ke dalam gamma chamber 4000A dengan sumber radiasi Co60,

kecambahkan benih dalam tray perkecambahan, amati daya tumbuh dan tinggi

tanaman dan bandingkan antar perlakuan, dan buat kurva respon LD50

(Wiranata, 2014).

Nilai LD50 dapat diperoleh dengan mengetahui pola respon daya tumbuh

tanaman terhadap berbagai dosis iradiasi. Bahwa semakin tingi dosis iradiasi,

dapat menurunkan daya tumbuh tanaman. Menurunnya daya hidup tanaman

disebatkan karena adanya efek deterministik akibat iradiasi sinar gamma. Efek

deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan

radiasi. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima tanaman di atas dosis

ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah iradiasi.

Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima

lebih besar dari dosis ambang (PPIN BATAN, 2008).

Page 11: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

11

Respon daya tumbuh benih cabai menghasilkan respon linear, Cabai  y =

102.13376 – 0.126588x  Linear Fit  457.285, bahwa benih Cabai menghasilkan

LD50 sebesar 457.285. LD50 pada benih di atas pada umunya tinggi, hal ini

mengindikasikan bahwa baenih tersebut memiliki radiosensitivitas yang rendah.

Hal ini diduga karena kandungan air pada benih tersebut sudah sangat rendah.

Semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang

diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk sehingga

tanaman menjadi lebih sensitif (Herison, et al., 2008).

Bahwa semakin tinggi dosis iradiasi dapat menurunkan tinggi tanaman.

Wuryan (2009) mengemukakan bahwa iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata

menurunkan rata-rata tinggi planlet beberapa genotipe krisan. juga menjelaskan

bahwa menurunnya tinggi kecambah adalah indikator yang paling umum

digunakan untuk melihat efek mutagen, baik fisik maupun kimia. Penurunan

tinggi tanaman tersebut dapat terjadi karena iradiasi dapat menyebabkan rusaknya

kromosom tanaman, sehingga mengakibatkan terganggunya tanaman tersebut.

Ionisasi akibat iradiasi dapat menyebabkan pengelompokan molekul – molekul

sepanjang jalur ion yang tertinggal karena iradiasi yang dapat menyebabkan

mutasi gen atau kerukan kromosom (Aisyah, 2006).

Dampak Mutasi

Aplikasi mutasi buatan dalam memperoleh bibit tanaman yang diharapkan.

Mutan yang sudah dapat dibuat menjadi tanaman yang poliploid artinya

berkromosom banyak. Cara mendapatkan poliploid dengan menggunakan

kolkisin. Pengaruh positif mutasi buatan diantaranya tanaman poliploid biasanya

mempunyai ukuran yang lebih besar. Tindakan pembibitan dari mutasi buatan

Page 12: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

12

harus diulang-ulang supaya di dapatkan sampai menjadi galur murni, yaitu

jenisnya sudah mantap. Apabila tidak diulang-ulang kemungkinan jenis itu

mengadakan perkawinan dengan jenis asal sebelum mutasi, maka akan ada

kecenerungan untuk menurunkan keturunan seperti semula. Seperti telah kita

ketahui bahwa mutasi juga ada yang menguntungkan bila dipandang darti

hidupnya suatu organisasi atau individu. Hal ini sebenarnya merupakan bahan

baku bagi terselenggaranya evolusi dari segala organisme. Sebagai contoh adanya

mutan (individu yang bermutasi) keturunan ini mengadakan mutasi-mutasi lagi

dan keturunan ini mampu mempertahankan hidup sampai beberapa generasi

kemudian. Maka mungkin dapat bergenotif maupun fenotifnya jauh berbeda

dengan nenek moyangnya, sehingga akan terjadi individu baru yang mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya (evolusi dari sini perlu diingat bahwa

mutasi itu tidak selalu menjadi species baru) (Wiarnata, 2014)

Pengaruh negatif mutasi buatan : poliploid umumnya gagal mengahasilkan

keturunan secara generative, menguntungkan bila diperbanyak secara vegetative.

Manfaat pengetahuan mutasi, Para ilmuwan biologi mengetahui bahwa sinar

gamma dapat menimbulkan ionisasi pada sel-sel pembentuk jaringan tubuh.

Ionisasi terjadi bila elektron terlepas dari suatu atom dan menggabung ke atom

lainnya. Molekul DNA yang banyak mengandung atom-atom yang terionisasi

dapat menjadikan gen labil dan akhirnya berubah. Gen yang berubah susunan

kimianya, fungsinya berubah pula. (Warianto,2011)

Bila gen ini sel-sel gamet, manifestasi perubahan ini dapat diamati pada

generasi berikutnya. Dengan dasar pengetahuan ini, para ilmuwan menggunakan

sinar gamma atau sinar-sinar lain yang berenergi tinggi sebagai mutagen buatan.

Page 13: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

13

Dari eksperimen yang telah banyak dilakukan, diperoleh data bahwa mutasi pada

sel-sel generatif kebanyakan bersifat letal, yaitu membawa kernatian pada

keturunannya sebelum atau beberapa waktu setelah kelahiran. Karena itu,

pembuatan mutan dengan cara ini, misalnya biji-biji yang akan diunggulkan perlu

dilakukan pada jumlah yang amat besar dan intensitas radiasi yang optimal.

Masalahnya adalah bagaimana cara pengaturan intensitas ini. Hal ini memerlukan

riset berulang kali dan berjangka panjang untuk menemukan mutan yang

dikehendaki (Safitri dan Lenni, 2010)

Page 14: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

14

KESIMPULAN

1. Mutasi adalah peristiwa perubahan sifat gen (susunan kimia gen) atau

kromosom yang menyebabkan perubahan sifat yang baka (diturunkan)

tetapi bukan sebagai akibat persilangan atau perkawinan.

2. Sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik

yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik

lainnya seperti penghancuran elektron-positron

3. Aplikasi radiasi Sinar Gamma dilakukan untuk memperoleh bibit tanaman

yang diharapkan menjadi tanaman yang poliploid artinya berkromosom

banyak

4. Semakin tinggi radiasi Sinar Gamma akan menurunkan daya tumbuh

tanaman cabai.

Page 15: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

15

DAFTAR FUSTAKA

Aisyah, S. I. 2006. Mutasi induksi, hal. 159 – 178. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.

____________., H. Aswidinoor, A. Saefuddin, B. MArwoto, dan S. Sastrosumarjo. 2009. Induksi mutasi pada stek pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) nelalui iradiasi sinar gamma. J. Agron. Indonesia. 37 (1) : 62 – 70.

Azri Kusuma Dewi 1) dan Ita Dwimahyani 2)  (PDF File didownload dari Google.com - MEMPELAJARI-KULTUR.pdf)

Barany. 2001. Radiosensitivity studies in Basmati rice. Pak. J. Bot. 35 (2) : 197 – 207.

Biro Pusat Statistik. 185-199.

BPS. 2002. Survei pertanian produksi tanaman pangan dan sayuran di Indonesia.

DEPTAN.2006.Radiasi.http://www.batan.go.id/organisasi/kerjasama.php. 19Desember 2006.

Hadioetomo,dkk (2006), Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press

Herison, C., Rustikawati, Sujono H. S., Syarifah I. A. 2008. Induksi mutasi melalui sinar gamma terhadap benih untuk meningkatkan keragaman populasi dasar jagung (Zea mays L.). Akta Agrosia 11(1):57-62.

Ishak, Dwimahyuni I. Mutagenesis. Hal 322 – 356. Dalam Soetarso (Ed). Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Kesha and Maluszynski. 2003. Effect of gamma rays and EMS on two varieties of soybean. Asian Journal of Plant Sciences. 5 (4) : 721 – 724.

Morrison and Evans. 1988. Sorghum breeding for improved drought tolerance using induced mutation wiyh gamma irradiation. J. Agron. Indonesia. 38 (2) : 95 – 99

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU IPB dan LSI-IPB. Bogor. 168 hal.

Qu, J. M., and Chen. 1983. Breeding Field Crops. Iowa State University Press. Ames. 432 p.

Safitri, R., F. Lenni. 2010. STUDY OF GAMMA RAY IRRADIATION ON FOOD,PRESERVETION (Case Study on Chili Powder). Jurusan Biologi. FMIPA Universitas Syiah Kuala

Page 16: Aplikasi Mutasi Pada Tanaman Cabai

16

Sanjaya, L., G. A. Wattimena, E. Guharja, M. Yusuf, H. Aswidinnoor, dan P. Stam. 2002. Keragaman ketahanan aksesi Capsicum terhadap antraknose (Colletotrichum capsici) berdasarkan penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi Pertanian. 7 (2) : 37 – 42.Susanto, U., A. A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003. Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3):125-131

Sibi, S. 1979. Aplikasi mutasi induksi dan variasi somaklonal dalam pemuliaan tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. 22(2) : 70-78.

Suharsono, M. Alwi, A. Purwito. 2009. Pembentukkan tanaman cabai haploid melalui induksi ginogenesis dengan menggunakan serbuk sari yang diiradiasi sinar gamma. J. Agron. Indonesia. 37 (2) : 123 – 129.

Warianto, C. 2011. Mutasi.19-05-2011 Publish Author

Wiarnata, I. M. A. 2014. Induksi Variasi Cabai Merah (Capsicum annum L.) Dengan Ethyl Methanesulfonate Pada Berbagai Tingkat Waktu Perendaman. Universitas Udayana. Denpasar