aplikasi model rasch dalam pengujian alat ukur …

11
29 Jur nal Psikoisl amika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015 penelit iannya t ersebut, mereka menemukan bahwa kesehat an ment al mempunyai per an yang sangat pent i ng dan str at egis dal am menci ptakan budaya or gani sasi yang efekt i f dan ef isien. Kajian t entang kesehatan mental memang mer upakan suatu kaj ian yang menar i k dan pent i ng untuk ditel i ti kar ena pada dasar nya seti ap or ang sel al u mendambakan kesehatan dal am hi dupnya. Dalam pandangan psi kol ogi, kesehat an ment al dapat di def i ni sikan menj adi dua pola yai t u per t ama pola negati f yang mendef ini sikan kesehatan ment al sebagai suat u kondi si ter hindar nya seseor ang dar i segala gangguan neur osis dan psikosi s. Pola kedua adalah ber sifat posi t if yang mendef inisi kan kesehatan mental sebagai kemampuan indi vidu dal am penyesuaian di r i sendi r i dan t erhadap l i ngkungan sosi alnya (Vei t and Ware, 1983) . Ada beberapa al asan mengapa kesehatan ment al menjadi i su penting dalam duni a kerja. Danna dan Gr iffin (1999) menyat akan alasan penti ngnya kesehatan mental di tempat kerj a, yai tu; pert ama, pengalaman indi vi du bai k f i sik, emosional, mental, at au sosial akan mempengar uhi PENDAHULUAN Uni versit as Islam Negeri Maul ana Mali k I br ahim (UIN Mali ki ) Mal ang adalah i nst itusi atau l embaga pendi di kan t i nggi yang telah mendapat pengakuan dari masyar akat l uas, bai k t ingkat regional, nasional , bahkan int ernasi onal . Hal ini dibukti kan dengan semaki n banyaknya mi nat masyar akat bai k dar i dal am negeri maupun luar negeri untuk menempuh pendidikan tinggi di UIN Maliki Malang. Pengakuan masyar akat t ersebut , t idak terl epas dar i ki ner j a dan produkt ivit as para ci vit as akademik baik dar i j ajaran pimpinan, dosen, maupun karyawannya. Dengan kata lain, kual i t as produkti vi tas kerj a menjadi f aktor penting bagi kekuatan dan keberlanjut an UIN Malang sebagai sebuah l embaga pendi dikan at au or ganisasi yang t elah di percaya masyar akat . Banyak f akt or yang dapat di duga menjadi penyebab pr odukt ivitas kerj a. Peneli t i an t ent ang produkti vi tas dalam kegiatan orginasasi t el ah dil akukan oleh Koopman et .al ( 2002) yang ber dasarkan hasil peneli ti annya menemukan bahwa pr odukt i vi tas kerj a di pengaruhi oleh banyak f akt or bai k yang secara l angsung maupun yang t idak l angsung. Dal am Rahmat Azi z azi r ahma@psi .uin- malang.ac.i d Fakuit as Psikol ogi Univer sit as I slam Negeri ( UIN) Malang Abstract Thi s r esear ch ai ms t o exami ne the validity and reli abili t y of mental heal th scal e in t he workpl ace by usi ng the Rasch model approach as well as compare the resul t s of anal ysis wi th cl assical test theory appr oach. The subj ect wer e 60 employees at the St at e I slamic Univer si t y Malang. The anal ysi s showed that the ment al health scal e in the workpl ace is decl ar ed valid and r eli abl e ei ther by using the approach of Rasch model and cl assi cal test theory. Thi s means that both approaches ar e abl e t o f i nd the same resul t s on the t est of ment al health scal e i n t he wor kpl ace. Keywor d: ment al heal th, Rasch model , classical t est theory PSIKOI SLAMIKA. Jurnal Psi kol ogi I slam (JPI ) copyr ight f f i 2015 Pusat Peneli t an dan Layanan Psikol ogi. Volume 12. Nomor 2, Tahun 2015 APLI KASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR KESEHATAN MENTAL Dl TEMPAT KERJA

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

29Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

penelitiannya tersebut, mereka menemukan bahwakesehatan mental mempunyai peran yang sangatpenting dan strategis dalam menciptakan budayaorganisasi yang efektif dan efisien.

Kajian tentang kesehatan mental memangmerupakan suatu kajian yang menarik dan pentinguntuk diteliti karena pada dasarnya setiap orangselalu mendambakan kesehatan dalam hidupnya.Dalam pandangan psikologi, kesehatan mental dapatdidefinisikan menjadi dua pola yaitu pertama polanegatif yang mendefinisikan kesehatan mentalsebagai suatu kondisi terhindarnya seseorangdari segala gangguan neurosis dan psikosis. Polakedua adalah bersifat positif yang mendefinisikankesehatan mental sebagai kemampuan individu dalampenyesuaian diri sendiri dan terhadap lingkungansosialnya (Veit and Ware, 1983).

Ada beberapa alasan mengapa kesehatan

mental menjadi isu penting dalam dunia kerja.Danna dan Griffin (1999) menyatakan alasanpentingnya kesehatan mental di tempat kerja,yaitu; pertama, pengalaman individu baik fisik,emosional, mental, atau sosial akan mempengaruhi

PENDAHULUANUniversitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

(UIN Maliki) Malang adalah institusi atau lembagapendidikan tinggi yang telah mendapat pengakuandari masyarakat luas, baik tingkat regional, nasional,bahkan internasional. Hal ini dibuktikan dengansemakin banyaknya minat masyarakat baik daridalam negeri maupun luar negeri untuk menempuhpendidikan tinggi di UIN Maliki Malang. Pengakuanmasyarakat tersebut, tidak terlepas dari kinerja danproduktivitas para civitas akademik baik dari jajaranpimpinan, dosen, maupun karyawannya. Dengankata lain, kualitas produktivitas kerja menjadifaktor penting bagi kekuatan dan keberlanjutanUIN Malang sebagai sebuah lembaga pendidikanatau organisasi yang telah dipercaya masyarakat.

Banyak faktor yang dapat diduga menjadipenyebab produktivitas kerja. Penelitian tentang

produktivitas dalam kegiatan orginasasi telah dilakukanoleh Koopman et.al (2002) yang berdasarkan hasilpenelitiannya menemukan bahwa produktivitaskerja dipengaruhi oleh banyak faktor baik yangsecara langsung maupun yang tidak langsung. Dalam

Rahmat [email protected]

Fakuitas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN) Malang

Abstract • This research aims to examine the validity and reliability of mental health scale inthe workplace by using the Rasch model approach as well as compare the results of analysis withclassical test theory approach. The subject were 60 employees at the State Islamic UniversityMalang. The analysis showed that the mental health scale in the workplace is declared validand reliable either by using the approach of Rasch model and classical test theory. This meansthat both approaches are able to find the same results on the test of mental health scale inthe workplace.

Keyword: mental health, Rasch model, classical test theory

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright ffi 2015 Pusat Penelitan dan LayananPsikologi. Volume 12. Nomor 2, Tahun 2015

APLIKASI MODEL RASCHDALAM PENGUJIAN ALAT UKUR

KESEHATAN MENTAL Dl TEMPAT KERJA

Page 2: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 201530

kesalahan dibandingkan dengan kelas 4 dan 5 atassoal yang sama. Kemudian dia menggambarkangrafik untuk menampilkan hasil dari kedua testtersebut, dan mendapati bahwa galat {error) darisatu tes berhubungan dengan 1,2 galat pada tesyang lain, perbandingkan yang sama pada ketigakelas yang diuji. Artinya derajat kesulitan antarakedua tes sudah didapatkan. Supaya konstanta rasioini terjadi, peluang untuk menjawab soal denganbetul haruslah sama ketika ketika kemampuansiswa sama dengan tingkat kesulitan soal. Dengankata lain siswa mempunyai peluang kesempatan50^ menjawab dengan betul ketika kemampuansiswa sama dengan tingkat kesulitan soal (Bond

and Fox, 2007).Menurut Sumintono & Widhiarso (2014) keunggulan

pemodelan Rasch dibanding metoda lainnya,khususnya teori tes klasik, yaitu kemampuanmelakukan prediksi terhadap data yang hilang(missing data), yang didasarkan kepala polarespon yang sistematis. Hal ini jelas menjadikanhasil analisis statistik yang lebih akurat dalampenelitian yang dilakukan, dan yang lebih pentinglagi, pemodelan Rasch mampu menghasilkan nilaipengukuran standar error untuk instrumen yangdigunakan yang dapat meningkatkan ketepatanperhitungan. Selanjutnya untuk memperjelashasil analisis Rasch dalam tulisan ini, dibuatlaporan hasil pengujian validitas dan reliabilitasitem yang dilakukan dengan pendekatan teorites klasik, yang dalam praktiknya berupa analisisyang bertujuan untuk mengkorelasikan antara skordari suatu item dengan skor pada perangkat item(item total correlation) yang biasanya dihitungdengan korelasi point-biseriat atau korelasi productmoment. Hal ini dilakukan untuk membandingkandan memperjelas hasil analisis model Rasch tentangkesehatan mental di tempat kerja pada karywanUIN Malang.

KERANGKA KERJA TEORITIKOrganisasi Kesehatan Dunia {World Health

Organization) mendefinisikan kesehatan mental"a state of well-being in which the individualrealizes his or her own abilities, can cope withthe normal stresses of life, can work productivelyand fruitfully, and is abie to make a contributionto his or her community ". Pada definisi tersebutdapat dipahami bahwa kesehatan mental diartikansebagai kondisi sejahtera yang dirasakan individu,di mana dia menyadari kemampuannya, dapatmengatasi tekanan-tekanan dalam kehidupannya,

bagaimana individu di tempat kerja. Kedua,kesehatan mental pekerja menjadi bagian pentingkarena akan menumbuhkan kesadaran terhadapfaktor-faktor lain yang menimbulkan resiko bagipekerja. Misalkan, karakteristik tempat kerja yangmendukung keamanan dan kessejahteraan bagipekerja, potensi ancaman kekerasan atau agresi ditempat kerja (kekerasan seksual dan bentuk-bentukperilaku disfungsional lainnya), bahkan hubunganantara pimpinan dan bawahan yang berimplikasipada kesehatan mental. Ketiga, kesehatan mentalmenjadi bagian penting karena kesehatan yanglemah akan mempengaruhi kinerja.

Beberapa penelitian tentang kesehatan mentaltelah banyakdilakukan. Banyak penelitian-penelitianyang mengangkat fenomena tersebut dari berbagaiperspektif, baik perspektif fisik, sosial, emosional,maupun mental (Danna 6 Griffin, 1999; Marchan,Durand, & Harvey, 2014; Rees, Breen, Cusack, &Hegney, 2015). Peneliti lain dilakukan oleh Park,Attenweiler, & Rieck, (2012) yang meneliti tentangkesehatan mental pada mahasiswa.

Penelitian tentang kesehatan mental yangmemfokuskan pada pengembangan alat ukurjuga telah dilakukan. Misalnya penelitian yangdilakukan oleh Johnson (2010) yang menelititentang reliabilitas inventori kesehatan mentalpada orang yang mempunyai masalah serius tentangkesehatan mentalnya. Peneliti lain dilakukan olehWalker, Thorne, Powers, & Gaonkar (2010) yangmengembangkan alat ukur kesehatan mental.

Penelitian tentang penggunaan model Raschsebagai salah satu program berbasis komputer dalampengujian alat ukur juga telah banyak dilakukandiantaranya penelitian yang dilakukan oleh Phillipson,(2008) yang menggunakan pendekatan modelRasch dalam mengukur prestasi, penelitian lainnyadilakukan oleh Maat, (2015) yang menggunakanmodel Rasch dalam pengukuran tes matematika,penelitian tentang harga diri telah dilakukanwidhiarso (2013) dan peneliti Stephens, (2014)yang menggunakan pendekatan model Rasch dalammenguji kepuasan siswa terhadap layanan akademik.Sejauh ini penelitian tentang pengembangan alatukur tentang kesehatan mental di tempat kerjamasih sangat jarang dilakukan, apalagi denganmenggunakan pendekatan model Rasch.

Pemodelan Rasch muncul dari analisis yangdilakukan oleh Dr Georg Rasch pada hasil ujianyang dia lakukan sendiri. la melakukan dua buahtest pada siswa SD kelas 4, 5 dan 6. Hasilnyaditemukan bahwa siswa kelas 5 lebih sedikit membuat

Page 3: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

dalam ilmu fisika, kimia dan biologi, yaitu dalamhal eksperimentasi dan pengukuran (measurement).Dalam aspek pertama dalam ilmu sosial dikenal disainpenelitian berupa eksperimen, kuasi eksperimendan survey (Creswell, 2012); sedangkan pada aspekkedua memunculkan teori tes klasik {classical testtheory atau CTT) yang digagas oleh Spearmanpada tahun 1904 (Alagumalai et al., 2005), sertapendefinisian pengukuran oleh Stevens pada 1946(Mari et al., 2012) yang diterapkan secara luas padaberbagai ilmu-ilmu sosial.

Terdapat berbagai kritik yang dialamatkanpada CTT. Diantara berbagai kritik tersebut telahdisampaikan oleh Schumaker (dalam Alagumalaiet al., 2005) yang menyebutkan bahwa koefisienreliabilitas CTT tergantung pada banyaknya sampel,skala pengukuran yang tidak linear, keterbatasanrentang skor serta keseimbangan korelasi negatif-positif. Bila dilihat definisi dari Stevens (Mari etal., 2012) pun jelas disebutkan bahwa jenis datayang didapat melalui teknik pengukuran yangmenanyakan opini atau sikap, adalah nominal danordinal sehingga alat analisis yang bisa digunakanpun terbatas. Bahkan operasi aritmatika dasarseperti tambah, kurang, kali dan bagi pun tidakbisa dilakukan karena angka yang didapatkan bukanbilangan bulat namun skor yang berupa data ordinal.Kekurangan pendekatan teori tes klasik kemudiandiperbaiki dengan teori respon butir (item responsetheory atau IRT) dengan berbagai variasi parameterlogistiknya (PL), salah satunya adalah 1PL yangdikembangkan menjadi model rasch. Tidak sepertipendekatan teori tes klasik yang selalu bergantungpada skor, IRT tidak tergantung pada sampel soal/pernyataan tertentu dan abilitas orang yang terlibatdalam ujian/survey.

Georg Rasch mengembangkan satu model analisisdari Item Response Theory pada tahun 1960-an biasadisebut 1 PL yang berarti satu parameter logistic(Olsen, 2003). Model matematika ini kemudiandipopulerkan oleh Ben Wright (Linacre, 2011). Dengandata mentah berupa data dikotomi (berbentukbenar dan salah) yang mengindikasikan kemampuansiswa, Rasch memformulasikan hal ini menjadi satumodel yang menghubungan antara siswa dan aitem(Sumintono & Widhiarso, 2013). Sebagai ilustrasi,seorang siswa yang mampu mengerjakan 80^ soal

dengan benar tentu mempunyai abilitas yang lebihbaik dari siswa lain yang hanya bisa mengerjakan65% soal. Data tersebut (persentase) menunjukkanbahwa data mentah yang diperoleh tidak lain adalahjenis data ordinal yang menunjukkan peringkat dan

dapat bekerja secara baik dan produktif, sertamampu memberi kontribusi kepada masyarakatnya(Organization a others, 2004).

Definisi lain tentang kesehatan mentaldikemukakan juga telah dikemukakan oleh Taylora Brown (1988) yang menyatakan bahwa, manusiayang memiliki kesehatan mental yang baik adalahmanusia yang memiliki kemampuan menerimadirinya dan lingkungannya tanpa merasa kecewadan mengeluh. Mereka dapat menerima sifat-sifatyang ada pada dirinya yang mungkin berbeda dengangambaran ideal dirinya tanpa merasa terbebani.

Pendapat lain dikemukakan oleh Keyes (2002)menyatakan bahwa kesehatan mental memberikontribusi penting bagi status kesehatan seseorangsecara menyeluruh. Kesehatan mental bukan hanyatidak adanya penyakit mental tetapi lebih padakeadaan mental yang sejahtera. Sejalan denganpendapat diatas dikemukakan oleh Veit and Ware(1983) menyatakan bahwa keadaan mental yangsejahtera sebagai indikator kesehatan mental itumencakup dua aspek, yaitu pertama aspek terbebasnyaindividu dari tekanan psikologi {psychological distres)yang dicirikan dengan tingginya tinggkat kecemasan,depresi dan kehilangan kontrol; kedua, terdapatnyakesejahteraan psikologi {psikotogi well-being) yangdicirikan dengan adanya perasaan positif secaraumum, kondisi emosional dan kepuasan hidup.

Dari beberapa definisi tentang kesehatanmental yang telah dikemukakan tersebut dapatdisimpulkan bahwa kesehatan mental merupakankeadaan di mana individu merasa sejahtera.Kesehatan mental yang baik ditunjukkan dengan1) Kemampuan individu untuk mengetahui potensidirinya dan mampu memaksimalkan potensinya; 2)Kemampuan individu mengatasi kondisi-kondisi yangmenekan dalam hidupnya; 3) Kemampuan individuuntuk bekerja secara produktif dan bermanfaat ditempat kerja, keluarga, komunitas, dan di antarateman. Karena itu, kesehatan mental dalam konteksdi tempat kerja, dapat dijelaskan bahwa individuyang sehat mentalnya adalah individu yang mampumewujudkan keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan,mampu menyesuaikan dengan dirinya sendiri danlingkungannya, sehingga menjadi individu yangproduktif dan mampu memberi kontribusi positifdi tempat kerja.

Menurut Punch (2009) riset kuantitatif dalamilmu sosial lebih dulu dikenal dibandingkan penelitiankualitatif. Pada masa 1800-an dimana kemajuansains yang pesat menyebabkan ilmu-limu sosialtertarik untuk menerapkan kaidah yang digunakan

Page 4: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor 2 Tahun 201532

menyatakan bahwa pengujian responden (person)dan butir soal (item) secara bersamaan menunjukkanbahwa riset kuantitatif seperti yang biasa dilakukanoleh disiplim ilmu sains, juga dapat dilakukan halyang sama dengan disiplin ilmu pengetahuan sosialyang biasanya diidentikan dengan riset kualitatif.Konsekuensi berikutnya adalah asumsi peringkatyang dibuat saat kuesioner dikonsepkan ataupunbutir soal yang disusun, melalui pemodelan Raschini dapat diverifikasi apakah memang hal inimenghasilkan pola yang diharapkan atau tidak.Bentuk kalibrasi ini sangat unik dan hanya didapatipada pemodelan Rasch saja, dimana hal inimodelnya sama seperti persyaratan kalibrasi yangharus dipenuhi dalam pengukuran oleh instrumendalam disiplin ilmu sains dalam melakukan kalibrasipada skala pengukurannya. Dengan kata lain,kalibrasi dilakukan dalam pemodelan Rasch secarasekaligus dalam tiga hal, yaitu skala pengukuran,responden (person), dan butir soal (item). Suatuinstrumen yang tidak dikalibrasi maka mempunyaikemungkinan menghasilkan data yang tidak validdan bisa menyebabkan kegiatan riset yang dilakukanmengalami kegagalan.

Kajian tentang kesehatan mental dalam bidangpsikologi menjadi kajian yang menarik dan berkembangpesat. Organisasi Kesehatan Dunia (World HealthOrganization) mendefinisikan kesehatan mental"a state of well-being in which the individualrealizes his or her own abilities, can cope withthe normal stresses of life, can work productivelyand fruitfully, and is able to make a contributionto his or her community ". Pada definisi tersebutdapat dipahami bahwa kesehatan mental diartikansebagai kondisi sejahtera yang dirasakan individu,di mana dia menyadari kemampuannya, dapatmengatasi tekanan-tekanan dalam kehidupannya,dapat bekerja secara baik dan produktif, sertamampu memberi kontribusi kepada masyarakatnya(Organization 6 others, 2004).

Definisi lain tentang kesehatan mentaldikemukakan juga oleh Taylor & Brown (1988)yang menyatakan bahwa, manusia yang memilikikesehatan mental adalah manusia yang memilikikemampuan menerima dirinya dan lingkungannyatanpa merasa kecewa dan mengeluh. Mereka dapatmenerima sifat-sifat yang ada pada dirinya yangmungkin berbeda dengan gambaran ideal dirinyatanpa merasa terbebani.

Pendapat lain dikemukakan oleh Keyes (2002)menyatakan bahwa kesehatan mental memberikontribusi penting bagi status kesehatan seseorang

tidak tinier (Linacre, 1999).Menurut Sumintono & Widhiarso (2014) ada

beberapa kesulitan dalam aplikasi pemodelanRasch untuk melakukan analisis, penjelasan dankesimpulan dari data satu ujian atau kuesionersurvey yang ada. Intinya adalah kembali kepadadefisini yang diberikan oleh George Rasch. Polarespon yang diberikan menunjukkan validitas daritiap responden (person) kepada setiap butir soal(item). Sehingga hal ini menyebabkan pemodelanRasch mampu menetapkan validitas konsep darisetiap butir soal. Suatu butir soal atau aitem,dikatakan valid ketika dia mampu untuk membedakanantara responden yang mampu dengan yang tidakmampu. Selanjutnya mereka menjelaskan adanyadua kemungkinan yang perlu dibahas lebih lanjutakan hal ini.1.Kemungkinan pertama adalah ketidaksesuaian

responden yang terlibat dalam ujian yang diberikan(atau partisipan dalam survey kuesioner), hal inikarena hasil yang diberikannya memang tidaksesuai dengan yang diharapkan. PemodelanRasch dapat mendeteksi adanya respondenyang memang tidak sesuai dilibatkan dalampengumpulan data dan dapat mengemukakanargumen kenapa dia perlu dikeluarkan karenatidak sesuai dengan model yang ada. Temuanini jelas akan berkontribusi secara pentingdalam riset yang dijalankan. Tidak sepertihalnya dalam praktek pengolahan data statistiktradisional yang dilakukan tidak dapat diketahuisecara pasti, namun dalam pemodelan Raschakan muncul dengan sendirinya.

2.Kemungkinan kedua adalah sehubungan denganbutir soal atau aitem yang digunakan. Bilaternyata respon yang didapati bahwa terdapataitem tidak dapat membedakan respondenkemampuan responden; antara yang mampudan yang tidak mampu, maka butir soaltersebut perlu untuk direvisi ulang atau malahaitem yang bersangkutan dibuang saja. Dalamsuatu kondisi ekstrem tertentu dimana hasilyang didapat sangat tidak sesuai, maka kitaperlu memperbaiki semua butir soal yang adaatau memperbaiki semua pernyataan karenamemang tidak mengukur apa yang seharusnyadiukur (validitas disangsikan). Hal ini jelasmenunjukkan bahwa pemodelan Rasch tidaksekedar mengukur reliabilitas item saja, namunjuga menguji validitas konsep interumen yangdigunakan.Selanjutnya Sumintono 6t Widhiarso (2014)

Page 5: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa darijumlah tersebut yang masa kerjanya lebih dari 10tahun sebanyak 17 orang (28,33%) dan kurang dari10 tahun sebanyak 43 orang (71,67%).

Jenis skala yang digunakan pada penelitian iniadalah skala likert yang digunakan untuk mengukurvariabel kesehatan mental. Definisi dan pengukurandari variabel tersebut adalah sebagai berikut:Kesehatan mental diartikan sebagai terwujudnyakeserasian antara fungsi kejiwaan dan terciptanyapenyesuaian diri antara individu dengan dirinyadan lingkungannya. Data kesehatan mental inidiperoleh melalui alat ukur modifikasi penulisterhadap alat ukur The Mental Health Inventory(MHI-38) yang telah dibuat oleh Veit and Ware

(1983). Aspek yang diungkap oleh alat ukur iniadalah kondisi kesehatan mental positif (perasaanpositif secara umum, kondisi emosional atau rasacinta, dan kepuasan hidup) dan kondisi kesehatanmental negatif (kecemasan, depresi, dan hilangnya

100%71.6728.33

Subjek %Jumlah

604317

JumlahKurang dari 10 tahunLebih dari 10 tahun

Masa kerja

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa darijumlah 60 subjek tersebut yang berstatus sebagaiPNS sebanyak 20 orang (33,33%) Non-PNS sebanyak40 orang (66,67%). Selanjutnya komposisi subjekpenelitian berdasarkan masa kerja yang dianggaplama (lebih dari 10 tahun) dan masa kerja yangdianggap belum lama (kurang dari 10 tahun) dapatdirinci sebagai berikut:

Tabel 3. Komposisi Subjek Penelitian Berdasarkan

Masa Kerja

100%66.6733.33

Subjek %Jumlah

604020

JumlahSebagai Non-PNSSebagai PNS

Status Pekerjaan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwadari jumlah 60 subjek. Dari jumlah tersebut laki-laki sebanyak 34 orang (56,67^) dan perempuansebanyak 26 orang (43,33%). Selanjutnya komposisisubjek penelitian berdasarkan perbedaan statuspekerjaan sebagai PNS atau Non-PNS dapat dirincisebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi Subjek Penelitian BerdasarkanStatus Pekerjaan

100%43.33

56.67

%Jumlah

Subjek

602634

JumlahPerempuan

Laki-laki

Jenis kelamin

secara menyeluruh. Kesehatan mental bukan hanyatidak adanya penyakit mental tetapi lebih padakeadaan mental yang sejahtera. Sejalan denganpendapat diatas dikemukakan oleh Veit and Ware(1983) menyatakan bahwa keadaan mental yangsejahtera sebagai indikator kesehatan mental itumencakup dua aspek, yaitu pertama aspek terbebasnyaindividu dari tekanan psikologi {psychological distres)yang dicirikan dengan tingginya tinggkat kecemasan,depresi dan kehilangan kontrol; kedua, terdapatnyakesejahteraan psikologi {psikologi well-being) yangdicirikan dengan adanya perasaan positif secaraumum, kondisi emosional dan kepuasan hidup.

Dari beberapa definisi tentang kesehatanmental yang telah dikemukakan tersebut dapatdisimpulkan bahwa kesehatan mental merupakankeadaan di mana individu merasa sejahtera.Kesehatan mental yang baik ditunjukkan dengan1) Kemampuan individu untuk mengetahui potensidirinya dan mampu memaksimalkan potensinya; 2)Kemampuan individu mengatasi kondisi-kondisi yangmenekan dalam hidupnya; 3) Kemampuan individuuntuk bekerja secara produktif dan bermanfaat ditempat kerja, keluarga, komunitas, dan di antarateman. Karena itu, kesehatan mental dalam konteksdi tempat kerja, dapat dijelaskan bahwa individuyang sehat mentalnya adalah individu yang mampumewujudkan keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan,mampu menyesuaikan dengan dirinya sendiri danlingkungannya, sehingga menjadi individu yangproduktif dan mampu memberi kontribusi positifdi tempat kerja.

METODEPopulasi dalam penelitian ini adalah karyawan

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang. Subjek penelitian diambil dari karyawanyang berasal berbagai fakultas, rektorat danperpustakaan yang berada di lingkungan UniversitasIslam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwasubjek usia termuda adalah 22 tahun dan usia tertuaadalah 50 tahun. Selanjutnya komposisi subjekpenelitian berdasarkan perbedaan jenis kelamindapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Subjek Penelitian BerdasarkanJenis Kelamin

Page 6: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor2Tahun 201534

Semakin tinggi koefisen korelasinya makasemakin tinggi tingkat validitas itemnya.Selanjutnya, untuk pengujian reliabilitasnyamenggunakan formula alfa Cronbach. Suatualat ukur penelitian dapat dikatakan reliabeljika mendapatkan nilai @ lebih dari 0,600.

2. Pengujian dengan pendekatan model Raschdengan menggunakan program winsteps.Salah satu perbedaannya dengan model teorites klasik adalah selain memperhatikan itemjuga memperhatikan aspek responden danmenghitung besaran korelasinya. Hasil outputanalisis program winsteps yang ditampilkanadalah:a.Item measure yang bertujuan untuk

mengetahui kualitas tiap item dengancara mengukur logit item yang diuji.

b.Person measure yang bertujuan untukmengetahui kualitas person dengan caramengukut logit person yang diuji.

c.Variable maps yang bertujuan untukmenjelaskan peta person dan item yangdiuji.

d.Scato$ram yang bertujuan melihat hasilanalisis dalam bentuk scalogram (gambardalam bentuk skala).

e.Summary statistic yang bertujuan untukmengetahui secara keseluruhan kualitasrespon dan item sekaligus juga interkasiyang terjadi antara keduanya.

HASIL DAN PEMBAHASANSkala kesehatan mental yang dikembangkan

dalam penelitian ini merupakan alat ukur hasilproses modifikasi (mengurangi, menambahi danmerubah) item dari skala Mental Health Inventory.Hasil selengkapnya tentang pengujian reliabilitasdata terhadap skala kesehatan mental adalahsebagai berikut:1.Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatan

mental pada aspek kecemasan diperolehnilai a sebesar 0,726. Dari 4 aitem yang diujidinyatakan tiga item yang valid dengan koefisienkorelasi aitem berkisar antara 0,457 sampai0,653 dan satu item dinyatakan gugur (itemnomor 1) karena koefisien korelasinya kurangdari 0,300.

2.Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatanmental pada aspek depresi diperoleh nilai asebesar 0,617. Dari 4 aitem yang diuji dinyatakantiga item yang valid dengan koefisien korelasiaitem berkisar antara 0,391 sampai 0,450

Teknik anallsis data yang dilakukan terdiridari dua jenis yaitu analisis dengan menggunakanpendekatan teori tes klasik dan pendekatan modelRasch. Penjelasan kedua pendekatan tersebutadalah:1. Pengujian validitas dan reliabilitas dengan

menggunakan pendekatan teori tes klasik yangdalam praktiknya berusaha mengkorelasikanantara item total dengan skor tiap item.

24444

4

44Jumlah

21, 22, 23, 2417,18, 19, 2013, 14, 15, 16

09, 10, 11, 12

05, 06, 07, 0801, 02, 03, 04NomorItem

Puas

CintaEmosi

H ila n gcontrol

DepresiCemas

Indikator

Jumlah

Positif

Negatif

Aspek

kontrol perilaku dan emosi). Alat ukur ini berupaskala likert yang jawabannya berupa pilihan denganenam alternatif jawaban.

Proses modifikasi alat ukur dilakukan denganmenggunakan beberapa cara, diantaranyaadalah:1.Mengurangi jumlah item. Maksudnya jumlah

item pada mental Health Inventory (MHI)semula adalah 38 item tapi pada skala inidikurangi menjadi 24 item yang terdiri dari 6sub-variabel (indikator).

2.Menambah jumlah item. Maksudnya jumlah itempada mental health inventory (MHI) semualkomposisi antar indikatornya tidak seimbang,ada yang banyak ada yang sedikit. Misalnyauntuk indikator kepuasan hidup jumlahnyahanya 1 item padahal untuk indikator depresijumlahnya ada 19 item karena itu pada skalaini jumlahnya diseimbangkan sehingga menjadi4 item untuk masing-masing indikator.

3.Merubah redaksi item. Maksudnya ada itemitem yang redaksi bahasanya kurang cocokuntuk subjek karyawan di UIN Malang karena ituredaksinya dirubah menjadi lebih kontekstual.Namun demikian, ada juga item yang redaksinyasesuai dengan aslinya.

4.Mengurangi alternatif jawaban yang sebelumnyaberjumlah 6 pilihan dirubah menjadi 4 alternatifpilihan yaitu hampir setiap saat, sering sekali,jarang, dan tidak pernah.

Tabel 4. Sebaran item skala kesehatanmental

Page 7: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

35Jurnal Psikoislamika | Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa variabelkesehatan mental mempunyai tingkat reliaabilitasyang paling tinggi @ 0,888 dibanding masing-masingindikatornya. Selanjutnya secara berurutan tingginyareliabilitas aspek kesehatan mental adalah aspkekepuasan hidup, emosi positif, afeksi, kehilangankontrol, kecemasan, dan depresi.

Selanjutnya hasil analisis alat ukur kesehatanmental pada karyawan Universitas Islam Negeri(UIN) Maulana Malik Ibrahim malang berdasarkanpengujian model Rasch ^summary statistik, itemmeasure, person measure, dan scalo^ram) ditemukanhasil sebagai berikut:1. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari

summary statistik diperoleh informasi sebagaiberikut:a.Person measure yang diperoleh 1.50

menunjukkan rata-rata nilai respondendalam instrumen kesehatan mental. Nilairata-rata yang lebih tinggi dari logit 0,0menunjukkan kecenderungan respondenyang lebih banyak menjawab sangatsetuju pada pernyataan di berbagaiitem. Khusus untuk jawaban pada aspektekanan psikologis (depresi, cemas, danhilang kontrol) datanya terlebih dahuludirubah, yang sebelumnya unfaforabledirubah menjadi favorable.

b.Nilai alpha Cronbach yang diperoleh sebesar0,88 artinya reliabilitas yang diperolehalat ukur ini tinggi. Nilai ini merupakanukuran reliabilitas yang dalam praktikpengukurannya berupa interaksi antaraperson dan item secara keseluruhan.

c.Nilai person reliability diperoleh angka0.88 dan item reliability 0.89. Hal ini dapatdisimpulkan bahwa konsistensi jawabandari responden dan kualitas item dalaminstrumen adalah tinggi.

d.Pengelompokkan person dan item dapatdiketahui dari nilai separation. Makinbesar nilai separation maka kualitasinstrumen dalam hal keseluruhan respondendan item makin bagus karena mampumengidentifikasi kelompok respondendan item. Nilai person separation yangdiperoleh adalah 2,71 (dibulatkan menjadi3) dan nilai item separation adalah 2,84(dibulatkan menjadi 3) artinya ada 3kelompok responden dan 3 kelompokitem.

0.862

0,748

0,761

0,7120,617

0,726

0,888

Reliabilitas

0

0

0

01

1

2Gugur

4

4

4

43

3

22Valid

4

4

4

44

4

24SemulaItem

• Kepuasan

• Afektif(cinta)

• Emosi

Positif

• Kehilangankontrol

• Depresi

•Kecemasan

KesehatanMental

Nama Variabel

dan satu item dinyatakan gugur (item nomor2) karena koefisien korelasinya kurang dari0,300.

3.Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatanmental pada aspek kehilangan kontrol diperolehnilai a sebesar 0,712. Dari 4 aitem yang diujidinyatakan semunya valid dengan koefisienkorelasi aitem berkisar antara 0,486 sampai0,554.

4.Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatanmental pada aspek emosi diperoleh nilai asebesar 0,761. Dari 4 aitem yang diuji dinyatakansemunya valid dengan koefisien korelasi aitemberkisar antara 0,502 sampai 0,662.

5.Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatanmental pada aspek afeksi (cinta) diperolehnilai a sebesar 0,784. Dari 4 aitem yang diujidinyatakan semuanya valid dengan koefisienkorelasi aitem berkisar antara 0,513 sampai0,738.

6.Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatanmental pada aspek kepuasan hidup diperolehnilai a sebesar 0,862. Dari 4 aitem yang diujidinyatakan semunya valid dengan koefisienkorelasi aitem berkisar antara 0,685 sampai0,748.

Hasil pengujian reliabilitas skala kesehatanmental pada semua aspek diperoleh nilai a sebesar0,888. Dari 24 aitem yang diuji dinyatakan 22 itemvalid dan 2 item gugur, dengan koefisien korelasiaitem berkisar antara 0,333 sampai 0,713. Dari hasilpengujian di atas dapat disimpulkan bahwa skalayang diuji telah memenuhi persyaratan metodologissehingga dapat digunakan dalam penelitian. Untukmemperjelas hasil diatas dapat dilihat pada tabelberikut:

Tabel 5. Hasil pengujian validitas dan reliabilitasberdasarkan teori tes klasik

Page 8: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor 2 Tahun 201536

hanya berjumlah 3 item karena ada item yangkoefisien korelasinya kurang dari 0,300.

Item yang dinyatakan tidak valid untuk aspekkecemasan adalah item nomor 1 yang bunyinyaadalah: Dalam sebulan terakhir, seberapa seringAnda menemukan diri anda berusaha dan mencobauntuk tenang. Berdasarkan hasil di atas dapatdiduga bahwa item tersebut membingungkan bagisubjek untuk dijawab secara konsisten dengan itemyang lain karena seolah-olah ada dua pernyataanyang diukur pada item tersebut yaitu berusahadan mencoba.

Item yang dinyatakan tidak valid untuk aspekdepresi adalah item nomor 2 yang bunyinya adalah:Dalam sebulan terakhir, seberapa sering Andamenghabiskan waktu untuk merenungi sesuatuyang negatif. Berdasarkan hasil diatas didugabahwa item tersebut membingungkan bagi subjekuntuk dijawab secara konsisten dengan item yanglain karena kalimat "sesuatu yang negatif" dapatdiartikan dengan berbagai interpretasi sehinggamenjadi ambigu.

Untuk menjelaskan hasil diatas, maka berdasarkanpendapat Peacock, Ervin, ft Daly (2009) yangmenyatakan bahwa individu yang memiliki keterbatasankemampuan penalaran akan kesulitan memahamibutir pernyataan di dalam skala. Akibat kesalahanmemahami pernyataan tersebut pola responsmereka kurang bisa dimodelkan. Kedua, respondenmemiliki strategi tertentu dalam merespons butirpernyataan, misalnya respons yang mengandungkepatutan sosial. Pada butir yang dinilai sensitif,mereka akan berusaha menunjukkan bahwa merekaadalah individu yang ideal dalam kaca mata sosial,namun pada butir yang tidak terlalu sensitif merekamemberikan respons yang jujur.

Selain itu, menurut Fisher (1993). Menyatakanbahwa ada responden yang kurang memiliki motivasidalam merespons skala. Rendahnya motivasi inimenyebabkan mereka memberikan respons asal-asalan. Dampaknya adalah respons mereka bervariasidan tidak konsisten, tergantung pada mood merekasaat merespons butir. Namun demikian dari hasilanalisis diatas dapat disimpulkan bahwa alat ukurkesehatan mental, baik secara keseluruhan maupuntiap sub-variabel dari kesehatan mental yang diajukanadalah baik dan cocok digunakan untuk mengukur

kesehatan mental pada karyawan Universitas IslamNegeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Selanjutnya hasil pengujian reliabilitas yangditemukan ternyata jauh lebih tinggi dari persyaratanyang ditentukan yaitu 0,600. Baik ketika diuji

2.Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dariitem measure diperoleh informasi sebagaiberikut:

3.Dari total count yang diperoleh menunjukkanbahwa semua item menunjukkan angka 60artinya tidak ada data yang hilang dalamanalisis karena jumlah subjek yang ditelitiberjumlah 60 orang.

4.Item yang paling mudah disetujui olehresponden adalah item nomor C1 (kesehatanmental aspek kecemasan 1) karena nilai logititem menunjukkan angka 2,20 yang merupakanitem dengan nilai logit tertinggi.

5.Item yang paling susah disetujui oleh respondenadalah item nomor H1 (kesehatan mental aspekkehilangan kontrol 1) karena nilai logit itemmenunjukkan angka -1.56 yang merupakanitem dengan nilai logit terendah.

6.Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dariperson measure diperoleh informasi sebagai

berikut:a.Responden dengan nomor 24 menunjukkan

logit person sebesar 4,02. Hal ini berati bahwaresponden tersebut mempunyai kecenderungantingkat kesehatan mental yang tinggi dibandingyang lainnya.

b.Responden dengan nomor 36 menunjukkanlogit person sebesar -0,86. Hal ini berati bahwaresponden tersebut mempunyai kecenderungantingkat kesehatan mental yang rendah dibandingyang lainnya.

c.Semua responden menunjukkan total countsebesar 24. Hal ini berati bahwa semuaresponden menjawab dengan lengkap skalakesehatan mental yang diberikan (tidak adaitem yang tidak terjawab).

7.Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dariscalogram diperoleh informasi bahwa tidakditemukan responden yang menunjukkan personfit order. Hal ini berarti bahwa respondensemuanya menjawab item dengan konsisten(tidak ada yang menjawab asal-asalan).Berdasarkan hasil uji validitas terhadap alat

ukur kesehatan mental dengan menggunakan teorites klasik dapat disimpulkan bhawa semua item yangdiuji dinyatakan valid karena mempunyai koefisienkorelasi diatas 0,300. Demikian juga hasil analisis

tiap sub-variabel (kecemasan, depresi, kehilangankontrol, emosi positif, afeksi atau cinta, dankepuasan hidup) menunjukkan hasil yang valid danreliabel. Hanya saja untuk sub-variabel kecemasandan depresi jumlah item yang valid masing-masing

Page 9: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

37Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

kelompok. Selanjutnya hasil pengujian misfitditemukan bahwa responden penelitian dalammenjawab item dilakukan secara konsisten. Hasilini menunjukkan bahwa item yang dibuat adalahbagus.

Hasil pengujian item measure menunjukkanbahwa ada dua item yang dipersepsi atau didugaterlalu mudah atau terlalu sulit oleh subjek penelitianadalah item kesehatan mental aspek kecemasan(item 1) dan item kesehatan mental aspek depresi(item 2). Hal ini berarti bahwa hasil yang diperolehdari pengujian model Rasch adalah sama denganhasil pengujian pada teori tes klasik.

Hasil pengujian person measure pada aspektotal count menunjukkan angka sebesar 24 artinyasemua item yang diuji telah dijawab oleh subjekpenelitian (tidak ada item yang tidak terjawab).Hal ini berarti bahwa item yang dibuat cukupmemberikan daya tarik untuk dijawab atau mungkinjuga subjek penelitiannya adalah orang yang seriusdan sungguh-sungguh dalam mengisi alat ukurkesehatan mental yang diberikan.

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkanbahwa kedua pendekatan yang digunakan dalammenguji alat ukur kesehatan mental pada karyawanUIN Malang memberikan hasil yang konsisten, danmenghasilkan suatu kesimpulan bahwa alat ukuryang diuji adalah alat ukur yang bagus sehinggadapat digunaka^dalam penelitian selanjutnya.

Creswell, J.W. (2012). Educational Research: planning,conducting and evaluating quantitative andqualitative research. Boston: Pearson.

Danna, K., & Griffin, R. W. (1999). Health and well-being in the workplace: A review and synthesisof the literature. Journal of Management,25(3), 357-384.

Fisher, R. J. (1993). Social Desirability Bias and theValidity of Indirect Questioning. Journal ofConsumer Research, 20(2), 303-315.

DAFTAR PUSTAKAAlagumalai, S., Curtis, D.D. and Hungi, N. (editors)

(2005). Applied Rasch Measurement: bookof exemplars, papers in honour of John P.Keeves. Dordrecth: Springer.

Bond, T.G., 8t Fox, C. (2007). Applying the RaschModel. Fundamental measurement in theHuman Sciences. Lawrence Erlbaum Associates,Publishers. Mahwah.

secara keseluruhan (24 item) maupun ketika diujiberdasarkan sub-variabel kesehatan mental. Halini berarti alat ukur yang diajukan telah memenuhipersyaratan reliabilitas alat ukur menurut pendekatanteori tes klasik.

Hasil pengujian diatas dapat disimpulkanbahwa ke 14 item yang dibuat untuk mengukurkesehatan mental dapat digunakan untuk penelitianpenelitian lebih lanjut tentang kesehatan mentalpada sivitas akademika UIN Malang. Hanya sajauntuk bahan pertimbangan, perlu diperhatikantentang format yang dibuat dapat digunakan denganberbagai macam jenis sehingga tidak terkesanmenjenuhkan dan membosankan bagi subjek yangmengisi instrumen tersebut.

Selanjutnya hasil analisis alat ukur denganmenggunakan pendekatan model Rasch menemukanbahwa nilai reliabilitas alat ukur kesehatan mentalyang diperoleh sebesar 0,88. Hal ini berarti bahwaalat ukur yang diuji mempunyai tingkat reliabilitasyang tinggi. Hasil ini menarik untuk dicermatikarena nilai yang diperoleh adalah sama antarahasil pengujian dengan pendekatan classical testteory dan hasil dari pengujian model Rasch yaitu0,888 dan 0,88.

Hasil pengujian separation terhadap persondan item menunjukkan bahwa alat ukur ini mampumengelompokkan person dan item ke dalam 3

Page 10: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor 2 Tahun 201538

©

o

•e

©

e

e

©

Seberapa sering Anda merasa nyaman berkomunikasi dengan kolega Anda?

Seberapa sering Anda merasakan bahwa mencmtai dan dicintai terasa penuh dan sempuma?

Seberapa sering Anda merasa dicintai dan diinginkan?

19

18

17

^ "--•• ™!•-• - • • •::^^\ •• :^" '• - ^

o

o

e

o

o

o

o

o

1o

o

o

o

e

e

©

e

e

e

e

e

e

e

e

e

e

e

e

©

e

©

e

e

e

e

e

e

©

©

e

©

e

©

©

e

o

o

©

e

e

©

o

©

©

©

O

©

©

©

O

Seberapa sering pada umumnya Anda menikmati hal yang dilakukan?

Seberapa sering Anda merasa santai dan bebas dan ketegangan?

Seberapa sering kehidupan sehari-hari Anda penuh dengan hal-hal yang menarik?

Seberapa sering Anda merasakan bahwa masa depan teriihat penuh harapan danmenjanjikan?

Seberapa sering Anda merasa ingin menangis ketika menghadapi masalah?

Seberapa sering Anda merasa Tidak mempunyai apa-apa dalam menatap masa depan?

Seberapa sering Anda merasa kehilangan kontrol terhadap pikiran, perasaan, dan perilakuanda?

Seberapa sering Anda merasa bahwa orang lain akan lebih baik jika Anda sudah mati?

Seberapa sering Anda merasa sia-sia daiam melakukan aktivitas sehari-hari?

Seberapa sering Anda menggunakan waktu untuk menikmati rasanya putus asa atau kelabu?

Seberapa sering Anda menghabiskan waktu untuk merenungi sesuatu yang negatif?

Seberapa sering Anda mearasa berada pada titik yang terendah?

_ _ • • ™ -- •• *• ^Tjzil^"r-.. • ^^^ tii ^i^z*

Seberapa sering Anda merasakan sebagai orang yang lelah atau merasa tak berdaya?

Seberapa sering Anda mendapatkan din Anda sebagai orang yang bingung atau frustasi ?

Seberapa sering Anda menjadi 'nervous' ketika menghadapi situasi yang tidak diharapkan?

Seberapa sering Anda menemukan did Anda berusaha dan mencoba untuk tenang?

16

15

14

13

fj.f,.-

12

11

10

9

8

7

6

5

5. '

4

3

2

1

Bagian3 .:

DALAM SEBULAN TERAKHIR:i . , ;|: .

Tidak pemahJarangSering sekallHampir Setiap saat

o©©o

Lampiran.Skala Kesehatan Mental

Gambarkanlah kondisi diri anda SEJAK SEBULAN TERAKHIR sampai SAAT INI untuk menjawabpertanyaan SEBERAPA SERING mengalami kondisi yang dirasakan di TEMPAT KERJA, dengan cara memilihsalah satu angka pada kolom di bawah ini yang paling sesuai dengan keadaan Anda.

Page 11: APLIKASI MODEL RASCH DALAM PENGUJIAN ALAT UKUR …

39Jurnal Psikoislamika I Volume 12 Nomor 2 Tahun 2015

oooo

"••••.

o

©©©©

©

©©©©

©

oooO

O

Seberapa sering Anda merasa bergairah dalam melakukan aktivitas sehari-hari?

Seberapa sering Anda menikmati apa yang terjadi dalam kehidupan ini?

Seberapa sering Anda merasa puas dalam melakukan kegiatan sehari-hari?

Seberapa sering Anda merasa bahagia dalam menjalani kehidupan ini?

Seberapa sering periakuan kolega yang membuatAnda merasa bahagia? •

24232221

20