aplikasi model infiltrasi pada tanah dengan model kostiyacov dan

12
APLIKASI MODEL INFILTRASI PADA TANAH DENGAN MODEL KOSTIYACOV DAN MODEL HORTON MENGGUNAKAN ALAT RAINFALL SIMULATOR JURNAL ILMIAH KONSERVASI SUMBERDAYA AIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: JATI KUNCORO MUNALJID NIM. 115060400111057-64 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2015

Upload: doanquynh

Post on 09-Dec-2016

231 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

APLIKASI MODEL INFILTRASI PADA TANAH DENGAN MODEL

KOSTIYACOV DAN MODEL HORTON MENGGUNAKAN ALAT

RAINFALL SIMULATOR

JURNAL ILMIAH

KONSERVASI SUMBERDAYA AIR

Diajukan untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Disusun Oleh:

JATI KUNCORO MUNALJID

NIM. 115060400111057-64

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2015

APLIKASI MODEL INFILTRASI PADA TANAH DENGAN MODEL KOSTIYACOV

DAN MODEL HORTON MENGGUNAKAN ALAT RAINFALL SIMULATOR

Jati Kuncoro Munaljid1, Lily Montarcih L

2, Runi Asmaranto

2, Dian Noorvy K

3

1. Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2. Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

3. Mahasiswa Program Doktor Teknik Sumber Daya Air Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya – Malang, Jawa Timur, Indonesia

Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pada siklus hidrologi, hujan yang jatuh ke tanah membentuk limpasan dan beberapa

diantaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Penelitian ini ditekankan pada infiltrasi

terhadap tanah menggunakan alat rainfall simulator yang bertujuan untuk mengetahui model

infiltrasi terbaik jika mengaplikasikan Model Kostiyacov dan Model Horton terhadap laju

infiltrasi pada alat simulator hujan.

Tanah yang akan diuji pada alat simulator hujan akan divariasikan 3 macam kepadatan

yaitu d1, d2, dan d3. Setiap 1 kepadatan memiliki 3 macam kemiringan yaitu 2%, 3%, dan 4%.

Setiap percobaan pada alat simulator hujan memiliki intensitas hujan sebesar 2lt/menit.

Dari hasil analisa, menunjukan laju infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kepadatan dan

kemiringan. Kepadatan tanah dan kemiringan yang semakin tinggi membuat nilai laju infiltrasi

semakin kecil. Sebaliknya, kepadatan tanah dan kemiringan yang semakin rendah membuat

nilai laju infiltrasi semakin besar. Rata – rata kesalahan relatif pada Model Horton 20,365%

lebih kecil dibandingkan pada Model Kostiyacov 29,498%, dan nilai korelasi pada Model

Horton 0,884 lebih besar dari Model Kostiyacov 0,594. Hasil ini menunjukan Model Horton

lebih baik dari Model Kostiyacov pada penelitian di alat rainfall simulator. Kata Kunci: Laju Infiltrasi, Kepadatan, Kemiringan, Kesalahan Relatif, dan Nilai Korelasi

ABSTRACT The hydrological cycle of rain that falls to the ground forming a runoff and some of which

gores into the ground named infiltration. This research is emphasized in the infiltration to

land using the rainfall simulator aims to find out the best model infiltration if apply Model

Kostiyacov and Model Horton of infiltration rate on the rainfall simulator.

The land that will be tested on the rainfall simulator to be varried 3 kinds of desinty that

is d1, d2, and d3. Every 1 density has 3 kinds of slope that is 2%, 3%, and 4%. Any experiments

on the rainfall simulator has an itensity of 2lt/minute.

From the Results of analysis, showed the infiltration rate is highly influenced By the

density Any slope. The density and slope the higher of making value the infiltration rate is

getting smaller. In contrast, the density and slope the lower of making value the infiltration

rate is getting bigger. The relative error on average Model Horton 20,365% smaller than on

Model Kostiyacov 29,498% and the value correlation Model Horton 0,884 bigger than Model

Kostiyacov 0,594. The results indicate the Model Horton is better than Model Kostiyacov on

the research rainfall simulator. Keywords: Infiltration Rate, Density, Slope, Relative Error, and Value Correlation.

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangunan berkembang sangat

pesat yang disebabkan meningkatnya

pertumbuhan penduduk yang tinggi,

pertumbuhan ekonomi dan perkembangan

parawisata, menyebabkan lahan-lahan

yang tertutup oleh bangunan-bangunan

kedap air (beton, aspal, dan sejenisnya)

yang menyebabkan berkurangnya resapan

air hujan ke dalam tanah, dan bertambah

besarnya aliran permukaan (surface run

off).

Perubahan tata guna tanah di daerah

resapan akibat pembangunan untuk

pengembangan permukiman, industri dan

fasilitas perkotaan diperkirakan telah

mengganggu rantai siklus hidrologi.

Berdasarkan siklus hidrologi, Soemarto

(2008) menyatakan bahwa proses daur atau

siklus hidrologi adalah air laut menguap

karena adanya radiasi matahari, dan awan

yang terjadi oleh uap air, bergerak di atas

daratan didesak oleh angin. Desakan angin

dan tabrakan diantara butir-butir uap air

akan menjadi hujan. Hujan yang jatuh ke

tanah membentuk limpasan (runoff) yang

mengalir kembali ke laut. Beberapa

diantaranya masuk ke dalam tanah

(infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah

(perkolasi) ke dalam daerah jenuh

(saturated zone) yang terdapat di bawah

permukaan air tanah atau permukaan

phreatik. Air dalam tanah ini bergerak

perlahan-lahan melewati akuifer masuk

sungai atau kadang-kadang langsung ke

laut.

1.2 Identifikasi Masalah

Infiltrasi merupakan masuknya aliran

air kedalam tanah melalui permukaan

tanah. Kondisi ini sangat dipengaruhi

oleh berbagai hal, diantaranya: intensitas curah hujan, porositas tanah, kerapatan

massa tanah, kadar air tanah, tekstur

tanah, struktur tanah, kepadatan tanah,

kemiringan lahan.

Berdasarkan uraian diatas laju

infiltrasi dipengaruhi oleh pori-pori tanah,

semakin rapat pori-pori tanah maka

semakin kecil laju infiltrasinya dibanding

tanah yang memiliki pori-pori lebih besar

akan memiliki laju infiltrasi yang besar

dan miringnya lahan juga mempengaruhi

laju infiltrasi pada lahan, tetapi itu semua

tergantung dari perlakuan disetiap

lahannya.

1.3 Batasan Masalah

Terdapat beberapa batasan – batasan

dalam pembahasan skripsi ini, yaitu :

1. Penentuan lokasi pengambilan

sample tanah di Kelurahan Tlogomas

kota Malang.

2. Penelitian dilakukan pada kondisi

sifat fisik tanah, yaitu ukuran butiran

tanah, berat jenis tanah, berat isi

tanah, kadar air, volume tanah.

3. Penentuan laju infiltrasi berdasarkan

variasi kemiringan, kepadatan dan

intesitas hujan 2 liter/menit

4. Penelitian menggunakan alat rainfall

simulator.

5. Hasil penelitian tidak dibandingkan

dengan kondisi lapangan.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian ini didasarkan pada

masalah sebagai berikut:

1. Berapa besar kesalahan relatif jika

mengaplikasikan Model Kostiyacov

dan Model Horton terhadap laju

infiltrasi pada alat simulator hujan?

2. Berapa besar nilai korelasi jika

mengaplikasikan Model Kostiyacov

dan Model Horton terhadap laju

infiltrasi pada alat simulator hujan?

1.5 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini ada 2 yaitu :

1. Mengetahui kesalahan relatif jika

mengaplikasikan Model Kostiyacov

dan Model Horton terhadap laju

infiltrasi pada alat Simulator Hujan.

2. Mengetahui nilai korelasi jika mengaplikasikan Model Kostiyacov

dan Model Horton terhadap laju

infiltrasi pada alat Simulator Hujan.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

pemerintah diharapkan dapat mengelola

2

daerah perkotaan, terutama hidrologi

perkotaan dengan menerapkan konsep

drainase yang berwawasan lingkungan

(eco drainage).

II. TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi merupakan gerakan air dari

permukaan tanah yang tidak kedap air

masuk ke dalam tanah karena adanya gaya

grafitasi dan gaya kapiler tanah.

Selanjutnya peristiwa infiltrasi

didefinisikan berbeda-beda oleh beberapa

ahli, namun demikian bila ditelaah secara

mendalam definisi tersebut mempunyai

pengertian pokok yang hampir sama, yaitu

perpindahan air dari atas ke dalam

permukaan tanah.

Laju maksimal gerakan air masuk ke

dalam tanah dinamakan kapasitas

infiltrasi. semakin tinggi kepadatan tanah,

maka infiltrasi akan semakin kecil.

Kepadatan tanah ini dapat disebabkan oleh

adanya pengaruh benturan-benturan hujan

pada permukaan tanah.

Penentuan besarnya infiltrasi dapat

dilakukan dengan melalui tiga cara, yaitu:

1. Menentukan perbedaan volume air

hujan buatan dengan volume air larian

pada percobaan labolatorium

menggunakan simulasi hujan buatan

(metode simulasi labolatorium).

2. Menggunakan alat ring infiltrometer

(metode pengukuran lapangan)

3. Teknik pemisahan hidrograf aliran

dari data aliran air hujan (metode

separasi hidrograf).

Model dalam perhitungan infiltrasi

sebagai berikut :

1. Model Kostiyakov menggunakan

pendekatan fungsi power dengan

tidak mamasukkan kadar air awal dan

kadar air akhir (saat laju infiltrasi

tetap) sebagai komponen fungsi.

Fungsi infiltrasi dan laju infiltrasi

disajikan pada persamaan di bawah

ini:

𝐹 = 𝑎𝑡𝑏 , 0 < b < 1

𝑓 = 𝑑𝐹

𝑑𝑡= 𝑎𝑏𝑡𝑏−1

Dimana a dan b adalah konstanta.

Konstanta a dan b tergantung pada

karakteristik tanah dan kadar air tanah

awal. Konstanta ini tidak bisa ditentukan

sebelumnya dan biasanya ditentukan

dengan penarikan sebuah garis lurus pada

kertas grafik untuk data empirik atau

dengan menggunakan metode pangkat

terkecil.

2. Model horton adalah salah satu model

infiltrasi yang terkenal dalam

hidrologi. Horton mengakui bahwa

kapasitas infiltrasi berkurang seiring

dengan bertambahnya waktu hingga

mendekati nilai konstan. Horton

menyatakan pandangannya bahwa

penurunan kapasitas infiltrasi

dikontrol oleh faktor yang beroperasi

di permukaan tanah dibanding dengan

proses aliran di dalam tanah.

Model Horton dapat dinyatakan

secara matematis mengikuti persamaan

berikut:

𝑓 = 𝑓𝑐 + (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐)𝑒−𝑘𝑡 ; i ≥ fc dan k =

konstan

Keterangan:

f = laju infiltrasi nyata (cm/h)

fc = laju infiltrasi tetap (cm/h)

fo = laju infiltrasi awal (cm/h)

k = konstanta geofisik

Model ini sangat simpel dan lebih

cocok untuk data percobaan. Kelemahan

utama dari model ini terletak pada

penentuan parameternya fo, fc dan k dan

ditentukan dengan data fitting.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Studi Lokasi penelitian berada di

Kelurahan Tlogomas di Kota Malang.

Kota Malang terletak ditengah-tengah

wilayah Kabupaten Malang. Secara

geografis wilayah Kota Malang berada

diantara 112,06° – 112,07° Bujur Timur

dan 7,06° – 8,02° Lintang Selatan, dengan

luas wilayah 11.005,66 ha (110,06 km2).

Batas – batas wilayah Kota Malang pada

sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Singosari dan Karangploso,

sebelah selatan berbatasan dengan

3

Kecamatan Tajinan dan Pakisaji, sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Pakis

dan Tumpang, sebelah barat berbatasan

dengan Kecamatan Wagir dan Dau. LOKASI

Gambar 1. Daerah Lokasi Penelitian

3.2 Bahan dan Peralatan yang

Digunakan Bahan :

1. Pengambilan sample tanah ini

dilakukan di Kelurahan Tlogomas

yang berada di Kota Malang.

Alat : 1. Rainfall simulator digunakan untuk

membuat simulasi pada penelitian ini.

Rainfall simulator merupakan alat

yang memungkinkan kita melihat

siklus hidrologi dalam skala kecil,

tetapi ada faktor yang tidak

dimasukan dalam alat ini yaitu

evapotranspirasi dan evaporasi.

3.3 Diagram Alir Pengerjaan

Langkah – langkah pengerjaan dapat

dilihaat pada diagram alir berikut ini :

Gambar 2. Diagram Alir Skema

Pengoperasian Alat

Gambar 3. Diagram Alir Pengerjaan

Skripsi

4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Karakteristik Tanah

Pada penelitian ini, sampel tanah

yang digunakan berasal dari tanah galian

berlokasi di Kelurahan Tlogomas. Tanah

galian tersebut dibawa ke Laboratorium

Tanah dan Air Tanah untuk dilakukan

pengujian berat jenis tanah dan gradasi

butiran tanah.

4.1 Analisis Berat Jenis Tanah

Berat jenis tanah atau Specific Gravity

adalah perbandingan antara berat tanah

dengan berat air yang memiliki volume

sama dengan tanah tersebut pada suhu

atau temperatur yang sama. Hasil

perhitungan didapatkan nilai Specific

Gravity (Gs) = 2,223

4.1.1 Analisis Ukuran Butiran Tanah

Gradasi ukuran butiran tanah sebagai

berikut :

Tabel 1. Analisis Ukuran Butiran

Tanah

Lokasi

Ukuran Butiran Tanah (φ)

Berat

Sand Silt Clay Jenis

(%) (%) (%) (Gs)

Tlogomas

18,0 46,8 35,2 2,223

4.1.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan

Tekstur (USDA)

Komposisi butiran tanah tersebut

dapat diklasifikasikan menurut United

Stated Department of Agriculture (USDA)

didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 4. Klasifikasi Menurut Segitiga

Tekstur Tanah ( USDA )

Didapatkan bahwa tanah galian di

Kelurahan Tlogomas termasuk campuran

tanah liat dan lempung berlanau (silty clay

loam) .

4.1.3 Menentukan Kepadatan Tanah

( ɣd )

Kepadatan direncanakan sebanyak 3

variasi yaitu :

1. Kepadatan 1 ( d1 )

Tanah dengan berat kering 120 kg

kemudian ditambahkan air 20%. Tanah di

padatkan dengan penumbuk seberat 2,9

kg. Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan

masing-masing lapisan ditumbuk

sebanyak 2 putaran. Putaran digunakan

untuk mendapatkan ketinggian disetiap

sisi sama. Tinggi tanah setelah di padatkan

menjadi 13,4 cm. Kemudian akan

didapatkan nilai ɣd dari kepadatan 2

putaran adalah 0,83 gr/cm3.

2. Kepadatan 2 ( d2 )

Tanah dengan berat kering 120 kg

kemudian ditambahkan air 20%. Tanah di

padatkan dengan penumbuk seberat 2,9

kg. Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan

masing-masing lapisan ditumbuk

sebanyak 4 putaran. Putaran digunakan

untuk mendapatkan ketinggian disetiap

sisi sama. Tinggi tanah setelah di padatkan

menjadi 11,5 cm. Kemudian akan

5

didapatkan nilai ɣd dari kepadatan 4

putaran adalah 0,96 gr/cm3.

3. Kepadatan 3 ( d3 )

Tanah dengan berat kering 120 kg

kemudian ditambahkan air 20%. Tanah di

padatkan dengan penumbuk seberat 2,9

kg. Tanah dipadatkan dengan 3 lapisan

masing - masing lapisan ditumbuk

sebanyak 6 putaran. Putaran digunakan

untuk mendapatkan ketinggian disetiap

sisi sama. Tinggi tanah setelah di padatkan

menjadi 10,2 cm. Kemudian akan

didapatkan nilai ɣd dari kepadatan 6

putaran adalah 1,09 gr/cm3.

Gambar 5. Proses Pemadatan Tanah

4.1.4 Parameter yang Mempengaruhi

Infiltrasi

Parameter-Paremeter lain yang

mempengaruhi laju infiltrasi sebagai

berikut :

Tabel 2. Perhitungan Parameter-

Parameter Pengaruh Infiltrasi

Nama Gs

kepadatan

(yd)

(gr/cm3)

kadar

air

(%)

kemiringan

(%)

d1

2,223

0,83 19,00

2

3

4

d2 0,96 22,53

2

3

4

d3 1,09 28,75

2

3

4

Berikut ini contoh analisis

perhitungan parameter - parameter

misalnya pada D1 sebagai berikut :

Berat jenis (Gs)

= 2,223 (diperoleh dari uji berat jenis

di laboratorium)

Kadar air (w)

= 19,00 % ( kadar air rata-rata )

wI = (berat air / berat tanah kering) ×

100%

= (5,24/25,04)×100%

= 20,92%

wII = (berat air / berat tanah kering) ×

100%

= (3,11/17,84)×100%

= 17,42%

wIII = (berat air / berat tanah kering) ×

100%

= (4,42/23,68)×100%

= 18,67%

w = (wI + wII + wIII ) / 3

= (20, 92 + 17,42 + 18,67) /3

= 19,00%

Berat isi tanah kering (ɣd)

ɣd = Ws / Vtanah

= 120000/(97 x 111,7 x 13,4)

= 0,83 gr/cm3

Kemiringan (s) = 2% (diperoleh dari

pengaturan pada alat simulator hujan)

4.2. Hasil dan Pembahasan Laju

infiltrasi

Pengukuran laju infiltrasi pada alat

simulator hujan menunjukkan bahwa laju

infiltrasi akan terus berkurang sejalan

dengan bertambahnya waktu.

Bertambahnya waktu air yang meresap ke

dalam tanah, membuat lapisan tanah

menjadi basah dan tanah akan dalam

keadaan jenuh air, sehingga tanah tidak

mampu lagi menyerap air.

Hubungan laju infiltrasi dengan

kepadatan dan kemiringan berpengaruh

terhadap waktu berkurangnya tanah untuk

meresap air dan terhadap nilai konstan laju

infiltrasi yaitu sebagai berikut:

6

Tabel 3 Pengaruh Kepadatan dan

Kemiringan Terhadap Laju Infiltrasi

Nama kemiringan

(%)

Kepadatan ( yd )

(gr/cm3 )

laju infiltrasi konstan

(mm/mnt) d1 2

0,83

0,3692

d1 3 0,2769

d1 4 0,0923

d2 2

0,96

0,2307

d2 3 0,1846

d2 4 0,0923

d3 2

1,09

0,1846

d3 3 0,1384

d3 4 0,0923

Dari perhitungan keseluruhan

percobaan maka di dapat kurva sebagai

berikut :

Gambar 6. Perbedaan Pengaruh Laju

Infiltrasi Terhadap Kepadatan dan

Kemiringan

Berdasarkan gambar 6. laju infiltrasi

dipengaruhi oleh kepadatan dan

kemiringan sebagai berikut :

Pada saat kepadatan sama dan

kemiringan yang semakin tinggi yaitu

f D1 2%, f D1 3% dan f D1 4% maka

nilai laju infiltrasinya pada saat

konstan akan semakin kecil.

Pada saat kemiringan sama dan

kepadatan yang semakin tinggi yaitu f

D1 2%, f D2 2% dan f D3 2% maka

nilai laju infiltrasinya pada saat

konstan akan semakin kecil.

Pada saat kepadatan sama dan

kemiringan yang semakin rendah

yaitu f D1 4%, f D1 3% dan f D1 2%

maka nilai laju infiltrasinya pada saat

konstan akan semakin besar.

Pada saat kemiringan sama dan

kepadatan yang semakin rendah yaitu

f D3 2%, f D2 2% dan f D1 2% maka

nilai laju infiltrasinya pada saat

konstan akan semakin besar.

Gambar 7. Kurva Laju Infiltrasi D3 2%

Persamaan yang didapatkan adalah

persamaan Model Kostiyacov yaitu Y=

9,3025x0,855. Sedangkan Model Horton

harus mencari nilai k, k didapat dari kurva

berikut :

Gambar 8. Kurva Perbandingan Log(f-fc)

dengan Waktu (menit)

Persamaan yang didapat dari kurva

diatas adalah Y = -28,195x + 18,283.

Persamaan tersebut digunakan untuk

mencari nilai k. Contoh perhitungan

mencari nilai k sebagai berikut :

k = (-1 / 0,434m)

= (-1 / (0,434 x -28,195)

= 0,0817

Nilai k kemudian dimasukan dalam

perhitungan Model Horton yang

menghasilkan kurva sebagai berikut :

7

Gambar 8. Kurva Perbandingan Laju

Infiltrasi (mm/menit) dengan Waktu

(menit)

Setelah mendapatkan data – data yang

dibutuhkan untuk Model Kostiyocov dan

Model Horton, kemudian perhitungan

Model Kostiyocov dan Model Horton

pada menit 120 adalah sebagai berikut:

f hitung (mm/menit)

= y = 9,3025x-0,855

= 9,3025 x ( 120-0,855 )

= 0,1552 mm/menit

f horton (mm/menit)

= f = fc + ( fo – fc ) x e-kt

= 0,1846 + (( 1,8459 – 0,1846 ) x

2,718 -0,817 x 120 )

= 0,1847 mm/menit

KR f Kostiyocov (%)

= (f pengukuran−f kostiyacov)

f pengukuran 𝑥 100 %

= (0,1846−0,1552)

0,1846 𝑥 100 %

= 15,920 %

KR f Horton (%)

= (f pengukuran−f horton)

f pengukuran 𝑥 100 %

= (0,1846−0,1847)

0,1846 𝑥 100 %

= 0,050 %

Dari perhitungan kedua model diatas,

mendapatkan kurva perbandingan antara

model horton dan model kostiyacov

terhadap f pengukuran sebagai berikut :

Gambar 9. Kurva Perbandingan Laju

Infiltrasi Model Horton dengan Model

kostiyacov terhadap f pengukuran

Model Kostiyacov dan Model Horton

dicari kesalahan relatif dan nilai korelasi.

Perhitungan kesalahan relatif dan nilai

korelasi di setiap percobaan sebagai

berikut :

Tabel 4 Perhitungan Rata – Rata

Kesalahan Relatif dan Nilai Korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan pada

tabel 4 mendapatkan rata – rata kesalahan

relatif dan rata – rata nilai korelasi.

Kesalahan relatif pada Model Horton

sebesar 20,365% lebih kecil dibandingkan

Model Kostiyacov sebesar 29,498%.

Kesalahan relatif semakin kecil semakin

baik karena mendekati dengan nilai f

pengukuran. Nilai korelasi pada Model

Horton sebesar 0,884 lebih besar

dibandingkan Model Kostiyacov sebesar

0,594. Nilai korelasi yang besar lebih baik

karena memiliki hubungan yang searah

dengan f pengukuran.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di

laboratorium tentang pengaplikasikan

Model Kostiyacov dan Model Horton

terhadap laju infiltrasi pada alat simulator

hujan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Kesalahan relatif pada model yang

bernilai kecil lebih baik karena

mendekati dengan nilai f pengukuran

pada alat simulator hujan. Kesalahan

No Nama

Percobaan

Kesalahan Relatif Nilai Korelasi

Model Kostiyacov

Model Horton

Model Kostiyacov

Model Horton

1 f D1 2% 18,399% 22,347% 0,669 0,859

2 f D1 3% 33,489% 23,969% 0,590 0,826

3 f D1 4% 35,448% 24,853% 0,549 0,902

4 f D2 2% 35,218% 30,255% 0,586 0,858

5 f D2 3% 39,987% 27,199% 0,560 0,877

6 f D2 4% 27,087% 19,341% 0,572 0,914

7 f D3 2% 18,740% 8,980% 0,619 0,882

8 f D3 3% 28,116% 5,857% 0,588 0,847

9 f D3 4% 29,002% 20,481% 0,612 0,988

Rata - Rata 29,498% 20,365% 0,594 0,884

8

relatif pada Model Kostiyacov

memiliki nilai minimum 18,399%

dan nilai maksimum 39,987%.

Kesalahan relatif pada Model Horton

memiliki nilai minimum 5,857% dan

nilai maksimum 30,255%. Rata – rata

kesalahan relatif pada Model

Kostiyacov adalah 29,498%,

sedangkan rata – rata kesalahan relatif

pada Model Horton adalah 20,365%.

2. Nilai Korelasi pada model yang

bernilai lebih besar adalah yang baik

karena memiliki hubungan yang

searah dengan nilai f pengukuran

pada alat simulator hujan. Nilai

korelasi pada Model Kostiyacov

memiliki nilai minimum 0,549 dan

nilai maksimum 0,619. Nilai korelasi

pada Model Horton memiliki nilai

minimum 0,826 dan nilai maksimum

0,988. Rata – rata nilai korelasi pada

Model Kostiyacov adalah 0,594,

sedangkan rata – rata nilai korelasi

pada Model Horton adalah 0,884.

Berdasarkan dari rata – rata kesalahan

relatif dan rata – rata nilai korelasi, Model

Horton adalah model yang paling

mendekati dengan pengukuran laju

infiltrasi pada alat simulator hujan.

5.2 Saran Dalam pengukuran laju infiltrasi di

laboratorium, sebaiknya percobaan

dilakukan dengan memperbanyak variasi

kemiringan (%), kepadatan (ɣd) dan bisa

ditambahkan intensitas hujan yang

bervariasi untuk memperkuat hasil yang

diinginkan. Untuk model infiltrasi bisa

ditambahkan untuk membandingkan

dengan model lainnya sehingga dapat

memperkuat hasil model dengan

pengukuran di laboratorium. Pada

penelitian dibutuhkan ketelitian dalam

menghitung dan mengukur untuk

mendapatkan hasil yang maksimal.

5.3 Ucapan Terima Kasih

Puji syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, petunjuk dan

hidayah-Nya kepada penulis. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam proses

penyelesaian ini, antara lain :

1. Kedua Orang Tua dan Saudara-

saudaraku, terima kasih atas

semangat, perhatian dan doa serta

dukungan material dan spiritual.

2. Ir. Moh Sholichin., ST Ph.D. selaku

Ketua Jurusan Teknik Pengairan

Universitas Brawijaya.

3. Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara,

M.Sc. dan Dr. Runi Asmaranto, ST.,

MT. selaku Dosen Pembimbing yang

telah dengan sabar membimbing saya.

4. Dr. Ery Suhartanto ST, MT. dan

Anggara WWS, ST, Mtech. selaku

Dosen Penguji.

5. Teman-teman Teknik Pengairan

angkatan 2011, sahabatku fijabaci,

Crazy Boyz, Meteor, Pegasus dan CK

yang telah mendukung dalam

penyelesaian ini.

Dalam penyusunan laporan ini

penulis sadar bahwa masih banyak

kekurangan yang perlu diperbaiki

sehingga saran dan kritik sangatlah

diperlukan. Jika ada kelebihan dari

laporan ini semata-mata datangnya dari

Allah SWT dan jika ada kekurangan

semata-mata datangnya dari penulis.

Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih

dan semoga laporan ini bermanfaat

Aamiin.

VI. Daftar Pustaka

Anonim.2013.http://www.jurnalmalang.c

om/2013/12/daftar-kelurahan-dan-

kecamatan-serta.html.

Asdak, C. 2002. Hidrologi dan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Bowles,J. E. 1984. Sifat-sifat Fisik dan

Geoteknis Tanah (Mekanika

Tanah).Edisi kedua Jakarta: Erlangga

9

Braja M. Das 1988. Mekanika Tanah

(Prinsip-Prinsip Rekayasa

Geoteknis). Surabaya: Institut

Teknologi 10 Nopember

Hakim, dkk. 1986. Dasar-dasar Imu

Tanah. Lampung: Universitas

Lampung.

Hardiyatmo, H. C. 2012. Mekanika Tanah

I. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Indarto, 2010. Dasar Teori dan Contoh

Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta

:Bumi Askara

Islami, Wani. 1995. Hubungan Tanah, Air

dan Tanaman. Semarang: IKIP

Semarang Press.

Januardin. 2008. Pengukuran Laju

Infiltrasi pada Tata Guna Lahan yang

Berbeda di Desa Tanjung Selamat

Kecamatan Medan Tuntungan

Medan. Medan: Departemen Ilmu

Tanah FP USU.

Maryono. 2004. Banjir, Kekeringan dan

Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Mbagwu JSC. 1994. Humic substances

and surfactants effects on the stability

of two tropical soils. Soil Sci. Soc.

Am. J.

Mega, W. S. 2013. Klasifikasi kemiringan

Lereng dengan Menggunakan

Pengembangan Sistem Informasi

Geografis Sebagai Evaluasi

Kesesuaian Landasan Pemukiman

Berdasarkan Undang-Undang Tata

Ruang dan Metode Fuzzy. Surabaya:

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Noorvy, D. 2000. Analisa Penentuan

Model Infiltrasi pada Alat Simulator

Hujan Untuk Tanah Lempung Berliat

Jenuh Air. Malang: Universitas

Brawijaya.

Pratama, H. A. 2012. Hasil Penelitian

Fakultas Teknik. Model Ekperimen

Pengaruh Kepadatan, Intensitas

Curah Hujan dan Kemiringan

Terhadap Resapan pada Tanah

Organik. Makasar: Fakultas Teknik

Universitas Hasanudin.

Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi.

Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Singh, A. 1989. Review Article. Digital

Change Detection Techniques Using

Remotely-sensed Data. International

Journal Remote Sensing.

Sarwono. 2006. Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soemarto, C. D. 2008. Hidrologi Teknik.

Surabaya: Usaha Nasional Surabaya

Indonesia.

Soesanto, 2008. Kompetensi Dasar

Mahasiswa Mampu Melakukan

Analisis Infiltrasi. Jember: Fakultas

Teknologi Pertanian Universitas

Jember.

Sosrodarsono, S. 1993. Hidrologi Untuk

Pengairan. Jakarta: PT Pradnya

Paramita.

Suripin, 2004. Pelestarian Sumber Daya

Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.

Wilson, E. M. 1993. Hidrologi Teknik.

Bandung: Penerbit ITB Bandung.

10