aplikasi geomorfologi

39
TINJAUAN PETUNJUK GEOLOGI MENGENAI EKSPLORASI MINYAK BUMI Geologi minyak bumi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari keadaan geologi atau terdapatnya minyak dan gas bumi di dalam kerak bumi ataupun di dalam bumi (Koesoemadinata, 1980:1). Menurut PPT MIGAS, Minyak bumi (crude oil) adalah campuran hidrokarbon, terdapat dalam fase cair dalam reservoir di bawah permukaan tanah dan tetap cair pada tekanan atau setelah melalui fisilitas di atas permukaan bumi. Terdapat beberapa teori yang menerangkan asal mula minyak bumi yang berperan penting dalam proses pembentukan minyak bumi. Namun hanya ada dua teori utama yang menjelaskan asal mula minyak bumi, yaitu: 1 Teori anorganik atau abiogenik, yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari proses anorganik. Teori ini perkembangannya sejajar dengan teori asal organik. Pada umumnya ada beberapa teori anorganik yang pernah dikemukakan dalam sejarah minyak bumi, diantaranya: Teori alkali panas dengan CO2 Teori ini bermula dari anggapan yang mengatakan di dalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya pada temperatur yang tinggi dan jika

Upload: muhammad-gandhi

Post on 10-Jul-2016

261 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Geomorfologi

TINJAUAN PETUNJUK GEOLOGI

MENGENAI EKSPLORASI MINYAK BUMI

Geologi minyak bumi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari keadaan

geologi atau terdapatnya minyak dan gas bumi di dalam kerak bumi ataupun di dalam

bumi (Koesoemadinata, 1980:1).

Menurut PPT MIGAS, Minyak bumi (crude oil) adalah campuran

hidrokarbon, terdapat dalam fase cair dalam reservoir di bawah permukaan tanah dan

tetap cair pada tekanan atau setelah melalui fisilitas di atas permukaan bumi.

Terdapat beberapa teori yang menerangkan asal mula minyak bumi yang

berperan penting dalam proses pembentukan minyak bumi. Namun hanya ada dua

teori utama yang menjelaskan asal mula minyak bumi, yaitu:

1 Teori anorganik atau abiogenik, yang menyatakan bahwa minyak bumi

berasal dari proses anorganik. Teori ini perkembangannya sejajar

dengan teori asal organik. Pada umumnya ada beberapa teori anorganik

yang pernah dikemukakan dalam sejarah minyak bumi, diantaranya:

Teori alkali panas dengan CO2

Teori ini bermula dari anggapan yang mengatakan di dalam

bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya

pada temperatur yang tinggi dan jika karbon dioksida yang

datang dari udara bersentuhan dengan alkali panas ini, maka

terbentuk asetelin (gas hidrogen).

Teori karbida panas dengan air

Teori ini bermula dari anggapan bahwa di dalam kerak bumi

terdapat karbida besi. Air yang masuk ke dalam kerak bumi

membentuk hidrokarbon, sehingga terbentuk minyak bumi.

Teori emanasi volkanik

Teori ini beranggapan bahwa hidrokarbon berasal dari magma

dan keluar melalui patahan yang menghasilkan gunungapi

lumpur dan juga gunungapi volkanik.

Hipotesis kimia

Page 2: Aplikasi Geomorfologi

Suatu teori baterai yang menyatakan bahwa di dalam kerak

bumi terdapat suatu kombinasi antara air, grafit dan sulfida besi

yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar dan grafit

bertindak sebagai penyalur aliran listrik. Sebagai hasil reaksi,

air akan terurai dan menghasilkan hidrogen yang bereaksi

dengan grafit untuk membentuk hidrokarbon.

Hipotesis asal kosmik

Teori ini didasarkan atas spekulasi bahwa dalam atsmosfer

planet terdapat hidrokarbon terutama metan. Planet tersebut

adalah Venus, Mars, Saturnus dan Uranus dengan seluruh

satelitnya. Para penganut hipotesis kosmik ini mencari

penyebab terjadinya minyak bumi di luar bumi, sedangkan

mereka yang menganut hipotesis volkanik mencari di dalam

bumi.

2 Teori organik, yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari

tumbuh-tumbuhan dan berhubungan dengan terbentuknya batubara.

Tumbuh-tumbuhan laut dan rumput-rumputan laut juga merupakan

sumber dari minyak bumi (Koesoemadinata, 1980: 2).

Tinjauan pertama ialah pada aspek-aspek geomorfologi, pertama ialah Aspek

Morfologi, daerah yang memungkinkan menyimpan cadangan minyak ialah daerah

bentuklahan structural yaitu seperti perbukitan antiklin. Kedua ialah Aspek

Morfogenesa, bentuklahan perbukitan antiklin dikontrol oleh tenaga endogen yang

dapat menyebabkan terbentuknya struktur sekunder antiklin. Ketiga ialah Aspek

Morfokronologi, dimana pada perbukitan antiklin ini termasuk ke dalam stadia

dewasa. Terakhir adalah Aspek Morfoasosiasi, biasanya pada perbukitan antiklin

didominasi oleh batuan-batuan yang memiliki sifat ductile sehingga apabila terkena

gaya menjadi terlipat.

Tinjauan kedua adalah pada pola pengaliran sungai, daerah yang memiliki

bentuklahan structural seperti perbukitan antiklin dapat dijumpai pada daerah-daerah

yang memiliki pola pengaliran dasar yaitu trellis. Pola pengaliran ini dibentuk oleh

sungai-sungai parallel-subparalel dengan cabang yang pendek dan mengalir ke sungai

utama dengan sudut yang tegak lurus. Umumnya dikendalikan oleh struktur lipatan.

Selain pola pengaliran dasar, kita juga dapat menggunakan pola pengaliran ubahan

dari trellis, contohnya seperti recurved trellis dan directional trellis. Pola pengaliran

Page 3: Aplikasi Geomorfologi

recurved trellis dapat kita gunakan untuk mengidentifikasi bahwa suatu daerah yang

homoklin, sementara pola pengaliran directional trellis dapat kita gunakan untuk

mengidentifikasi bahwa suatu daerah itu merupakan suatu ujung dari suatu lipatan

yang menunjam. Dari semua ini kita dapat menginterpretasi daerah mana yang

memungkinkan terdapatnya kandungan minyak.

Tinjauan selanjutnya yaitu mengenai petunjuk geologi lainnya, meliputi

petunjuk litologi, petunjuk struktur geologi, petunjuk stratigrafi terbatas yang akan

dijelaskan melalui penjelasan jelas mengenai petroleum system. Petroleum system

didefinisikan sebagai suatu proses alami yang melibatkan batuan induk aktif yang

berhubungan dengan minyak bumi dimana termasuk di dalamnya proses dan elemen-

elemen geologi yang berperan penting dalam pembentukan dan proses akumulasi

minyak bumi (Widianto, Eko., 2004).

Gambaran petroleum system (Viklund, Andreas., 2006)

Batuan induk (source rock) merupakan batuan yang mempunyai banyak

kandungan material organik. Batuan ini biasanya batuan yang mempunyai sifat

mampu mengawetkan kandungan material organik seperti batulempung atau batuan

yang punya banyak kandungan material organik seperti batugamping.

Batuan induk adalah batuan yang menjadi bahan baku pembentukan

hidrokarbon. Biasanya yang berperan sebagai batuan induk ini adalah serpih. Batuan

ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang -

Page 4: Aplikasi Geomorfologi

cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi

unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.

Hidrokarbon yang telah terbentuk dari proses tekanan dan temperatur tinggi

yang mengubah ikatan kimia karbon yang ada di batuan menjadi rantai hidrokarbon,

maka hidrokarbon tersebut harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon

memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Perpindahan inilah yang disebut migrasi.

Di batuan induknya sendiri dikatakan tidak memungkinkan untuk dieksploitasi karena

hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir atau berpindah.

Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi

hidrokarbon tersebut.

Senyawa hidrokarbon (minyak dan gas bumi) akan cenderung berpindah dari

batuan induk (source rock) ke batuan penyimpan (reservoir) karena berat jenisnya

yang ringan dibandingkan air.

Migrasi dalam petroleum system terbagi menjadi empat jenis sebagai berikut:

1. Primary Migration, yaitu proses pergerakan atau perpindahan

hydrocarbon dari batuan induk ke lapisan pembawa (carrier beds).

2. Secondary Migration, yaitu proses pergerakan atau perpindahan

hydrocarbon dari batuan induk atau lapisan pembawa (carrier beds) ke

batuan reservoir.

3. Tertiary Migration, yaitu proses pergerakan atau perpindahan

hydrocarbon dari batuan induk atau batuan reservoir ke permukaan.

Tertiary migration juga sering disebut dismigration.

4. Remigration, proses pergerakan atau perpindahan hydrocarbon dari suatu

perangkap reservoir ke perangkap reservoir lainnya pada batuan reservoir

yang sama ataupun berbeda (Widianto, Eko, 2004).

Batuan reservoir adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon

untuk berkumpul setelah mengalami proses migrasi. Batuan reservoir ini biasanya

adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang

cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Batuan reservoir sangat penting karena

pada batuan inilah minyak bumi diproduksi (Widianto, Eko, 2004).

Ruangan penyimpanan minyak dalam reservoir berupa rongga-rongga atau

pori-pori yang terdapat di antara butiran mineral atau dapat pula di dalam rekahan

batuan yang mempunyai porositas rendah. Pada hakekatnya setiap batuan dapat

bertindak sebagai batuan reservoir jika batuan tersebut mempunyai kemampuan untuk

Page 5: Aplikasi Geomorfologi

menyimpan (porositas) serta melepaskan minyak bumi (permeabilitas). Suatu batuan

reservoir juga dapat bertindak sebagai lapisan penyalur aliran minyak bumi dari

tempat minyak bumi tersebut keluar dari batuan induk (migrasi primer) ke tempat

berakumulasinya dalam suatu perangkap.

Batupasir merupakan reservoir yang paling penting dan yang paling banyak di

dunia ini, 60% dari semua batuan reservoir adalah batupasir (lihat gambar 3.2).

Gambar perbandingan batuan reservoir dalam persen (Widianto, Eko., 2004)

Batupasir yang berfungsi sebagai reservoir dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Batupasir kuarsa, batuan ini sangat penting dan kebanyakan reservoir

batupasir adalah pasir kuarsa. Batupasir kuarsa biasanya merupakan

batuan reservoir yang sangat baik karena pemilahannya sangat baik,

butirannya berbentuk bundar dan tidak terdapat matriks.

b. Batupasir greywacke, batupasir greywacke memiliki matriks dan hal ini

mengurangi porositasnya, pemilahannya juga tidak begitu baik, sehingga

batuan ini tidak terlalu baik sebagai reservoir.

c. Batupasir arkose, batupasir ini biasanya cukup bersih tetapi

kebundarannya tidak terlalu baik karena menyudut, pemilahannya juga

tidak terlalu baik.

Batuan karbonat (batugamping) merupakan batuan reservoir yang cukup

penting di Indonesia. Lain halnya dengan batupasir, batugamping lebih sulit dan lebih

kompleks sifatnya. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai macam porositas.

Selain adanya berbagai macam porositas, struktur juga sangat mempengaruhi

terbentuknya porositas tersebut.

Pada umumnya, batuan karbonat terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

Page 6: Aplikasi Geomorfologi

a. Batuan karbonat yang bersifat kerangka (batugamping terumbu),

merupakan batuan reservoir yang sangat penting. Pada umumnya terdiri

dari koral, ganggang dan tumbuhan laut lainnya yang hanya tumbuh pada

keadaan tertentu.

b. Batuan karbonat yang bersifat klastik (batugamping klastik), merupakan

batuan reservoir yang cukup baik, terutama yang berasosiasi dengan oolit

dan sering disebut kalkarenit.

c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik dapat pula bertindak sebagai batuan

reservoir, terutama jika jenis porositasnya adalah porositas sekunder

seperti peretakan ataupun karena pelarutan di bawah suatu

ketidakselarasan.

d. Batuan karbonat bersifat dolomit, merupakan batuan reservoir karbonat

yang lebih penting dari jenis batuan reservoir karbonat lainnya. Pada

umumnya porositasnya adalah porositas sekunder yang dibentuk setelah

proses sedimentasi.

Batuan lainnya yang dapat bertindak sebagai reservoir adalah serpih, lanau,

rijang, batuan beku volkanik dan batuan metamorf, apabila pada batuan tersebut

terdapat rekahan atau retakan yang disebabkan oleh patahan atau karena proses

tektonik lainnya (Koesoemadinata, 1980:1).

Perangkap adalah kondisi geologi tertentu yang memungkinkan hidrokarbon

dapat terakumulasi secara alami. Sangat penting suatu reservoir dilindungi oleh

sistem perangkap. Tujuannya agar hidrokarbon yang ada di reservoir itu terakumulasi

di tempat itu saja. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir

ketempat lain yang berarti nilai keekonomisannya akan berkurang atau tidak

ekonomis sama sekali. Perangkap hidrokarbon terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Perangkap Struktur

Perangkap struktur dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu perangkap struktur

antiklin, patahan dan kubah garam.

Page 7: Aplikasi Geomorfologi

Perangkap struktur antiklin (Widianto, Eko.,2004)

Perangkap struktur patahan (Widianto, Eko.,2004)

Perangkap struktur kubah garam (Wiloso, D.A.,2006)

2. Perangkap Stratigrafi

Perangkap stratigrafi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu perangkap stratigrafi

pinchout atau pembajian, ketidakselarasan dan carbonate reef.

OiL

OiL

OiL

Page 8: Aplikasi Geomorfologi

Perangkap stratigrafi pinchout atau pembajian (Widianto, Eko., 2004)

Perangkap stratigrafi ketidakselarasan (Widianto, Eko., 2004)

Perangkap stratigrafi carbonate reef (Wiloso, D.A., 2006)

3. Perangkap Combination

Perangkap kombinasi merupakan perangkap yang terbentuk dari kombinasi antara

perangkap struktur dan perangkap stratigrafi.

OiL

OiL

OiL

Page 9: Aplikasi Geomorfologi

Perangkap combination (Wiloso, D.A., 2006)

4. Perangkap Hydrodinamic

Dalam keadaan hidrodinamik, minyak juga dapat terperangkap. Gradien hidrodinamik

didapat jika lapisan reservoir tersingkap pada permukaan dan menerima air dan

kemudian mengalirkannya ke luar pada titik yang lebih rendah sehingga timbul

perbedaan potensial. Minyak bumi akan bergerak dan berkumpul pada bagian

perangkap reservoir yang mempunyai potensial paling rendah (Gambar 3.10).

Perangkap hydrodinamic (Widianto, Eko., 2004)

Batuan penutup adalah batuan yang berfungsi menghalangi hidrokarbon yang sudah

terperangkap agar tidak bermigrasi ke tempat lain. Batuan penutup ini adalah batuan

yang impermeable atau batuan yang tidak gampang tembus karena berbutir sangat

halus dimana butiran satu sama lainnya sangat rapat (Widianto, Eko., 2004).

OiLUnconformity

Fault

OiL

Water

Page 10: Aplikasi Geomorfologi

GEOMORFOLOFI UNTUK APLIKASI BENCANA ALAM (LONGSOR)

Dalam Kebencanaan Tanah Longsor erat hubunganna dengan Bentang Alam

Denudasional. Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup

jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar

seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan

pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh

berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi,

yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan

bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi.

Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite ( bahan rombakan dan tanah)

Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut karena

erosi dan gerakan tanah.

II.2 Faktor-faktor Pembentukan Bentang Alam Denudasional

Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor eksogen yang terdiri dari :

pelapukan, erosi dan gerakan tanah.

Pelapukan

Merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu batuan pada atau dekat

dengan permukaan bumi [tidak termasuk erosi dan pengangkutan hasil perubahan itu].

Ketika batuan tersingkap, mereka akan menjadi subjek dari semua hasil proses

pemisahan / dekomposisi batuan.

Pemisahan batuan umumnya disebabkan karena pengaruh kimia, fisika, organisme,

ataupun kombinasi dari ketiganya.

Tipe proses pelapukan pada kenyataan dan tingkat aktivitasnya dipengauhi oleh :

Sort / pemilahan

Iklim

Topografi / morfologi

Proses geomorfologi

Vegetasi dan tata guna lahan

Page 11: Aplikasi Geomorfologi

Pada iklim lembab dan hangat, yang dominan adalah pelapukan kimia. Pada

kondisi iklim kering pada musim baik kemarau maupun penghujan, akan didominasi

pelapukan fisika yang merata. Sedangkan pada zona iklim dimana temperatur dan

kelembaban dapat mendukung kehidupan organisme, pelapukan biologilah yang

mendominasi.

Erosi Air Permukaan

Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi

hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk

perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan terbawa

sepanjang aliran sebagaiman suatu arus melalui darat. Ketika arus menjadi seragam

secara relatif dan tipis [sempit], partikel dipindahkan dari permukaan tanpa adanya

konsentrasi erosi. Erosi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Erosi normal, terjadi secara alamiah dengan laju penghancuran dan

pengangkutan tanahnya sangat lambat sehingga memungkinkan kesetimbangan antara

proses penghancuran dan pengangkutan dengan proses pembentukan tanah.

Erosi dipercepat, terjadi akibat pengaruh manusia sehingga laju erosi jauh lebih

besar daripada pembentukan tanah.

Berdasarkan bentukannya, erosi dapat dibedakan menjadi 5 macam, antara lain :

1 Erosi percik, merupakan tahap pertama dari hujan yang menyebabkan erosi.

Erosi ini disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke permukaan

tanah. Erosi ini dapat menghancurkan porositas tanah karena pori – pori tanah

menjadi lebih kecil atau terjadi penyumbatan pori – pori, sehingga daya

infiltrasinya berkurang maka terjadilah pelumpuran yang mengakibatkan

penurunan daya infiltrasi lebih drastis lagi. Dengan demikian akan

memperbesar exsess aliran permukaan atau yang dapat mengakibatkan

terjadinya penggenangan pada topografi datar atau terjadi aliran permukaan

pada topografi miring. Selanjutnya hal ini mengakibatkan terjadinya erosi

lembar.

2 Erosi lembar, adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari

suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir hujan dan aliran di

permukaan merupakan penyebab utama erosi ini. Dari segi energi, pengaruh

butir hujan lebih besar karena kecepatan jatuhnya sekitar 6 sampai 10 m/detik.

Kehilangan lapisan atas yang subur tersebut secara seragam, sehingga tidak

Page 12: Aplikasi Geomorfologi

kentara dan meliputi areal yang luas. Proses erosi ini sangat berbahayakarena

disadari adanya setelah erosinya berjalan lanjut.

3 Erosi alur, terjadi pada tanah yang tidak rata, maka air akan terkonsentrasi

dan mengalir pada tempat – tempat yang rendah sehingga pemindahan tanah

lebih banyak terjadi pada tempat – tempat tersebut. Erosi ini biasa pada tanah

– tanah yang biasa ditanami tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng.

Apabila erosi alur tidak segera ditanggulangi maka akan terjadi erosi parit.

4 Erosi parit, prosesnya sama dengan erosi alur, tetapi saluran – saluran yang

terbentuk sudah dalam. Erosi parit yang terbentuk berukuran lebar sekitar 40

cm dan kedalaman 25 cm, sedangkan yang lanjut dapat mencapai kedalaman >

30 cm. Erosi ini dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan

substratanya. Bentuk V lebih umum terjadi, tetapi pada daerah yang

substratanya mudah lepas akan membentuk huruf U.

Faktor – faktor yang mempengaruhi erosi (Tanah Longsorantara lain :

Iklim

Di daerah tropika basah, faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan,

terutama besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan, kecepatan jatuh

butir hujan, besar butiran hujan. Besarnya curah hujan adalah volume air yang

jatuh pada suatu areal [dinyatakan dalam m3/luas]. Intensitas hujan adalah

besarnya yang jatuh pada suatu waktu tertentu [dinyatakan dalam mm/jam

atau cm/jam].

Relief

Dua unsur yang berpengaruh adalah kemiringan lereng dan panjang lereng.

Kemiringan lereng akan memperbesar jumlah aliran permukaan sehingga

memperbesar kekuatan angkut air. Selain itu, jumlah butir – butir tanah yang

terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Panjang

lereng dihitung dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana

air masuk ke dalam saluran [sungai] atau dimana kemiringan berkurang

sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air sangat berkurang. Air yang

mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan

demikian berarti makin banyak air yang mengalir dan semakin besar

kecepatannya di bagian bawah lereng daripada di bagian atas. Akibatnya

adalah tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada

Page 13: Aplikasi Geomorfologi

bagian atas. Selain kedua hal tersebut, yang berpengaruh adalah konfigurasi

lereng, misalnya berbentuk cembung akan banyak terjadi erosi lembar. Lereng

yang cekung cenderung erosi berbentuk alur atau parit. Aspek lain yang

berpengaruh misalnya keseragaman lereng.

Vegetasi Vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi.

Aspek pengaruh Tanah Longsor tersebut adalah :

1 Intersepsi hujan oleh tajuk, sehingga mengurangi jumlah hujan di permukaan

tanah.

2 Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.

3 Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur tanah dan

infiltrasi.

4 Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.

5 Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah sehingga

yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi.

6 Tanah, Sifat tanah yang berpengaruh terhadap laju erosi adalah tekstur,

struktur, bahan organik, kedalaman tanah, dan sifat – sifat lapisan bawah.

Tekstur dan struktur tanah tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan.

7 Manusia, Di sini dapat berpengaruh positif dan negatif. Yang negatif apabila

menjadikan erosi lebih besar, contohnya penggundulan hutan, sistem huma,

dan sebagainya. Tindakan yang positif misalnya penghutanan, pembuatan

bangunan – bangunan pencegah erosi, tindakan konservasi tanah, dsb.

Overland flow yang seragam tipis hanya terdapat pada suatu bentuk

permukaan rata dan biasanya menjadi semakin sangat tipis pada suatu

permikaan yang dalam sehingga efek terjadinya longsor adalah kecil, sebab

hanya material halus yang dapat diangkut dengan cara ini. Kekuatan yang

diperlukan untuk mengikis bahan rombakan menjadi lebih besar dibandingkan

kekuatan yang yang diperlukan untuk mengangkutnya.Hampir semua

permukaan alami terlalu tidak seimbang untuk menghasilkan arus seragam,

dan sebagai gantinya, kebanyakan air dikonsentrasikan pada diskontinuitas

tekanan yang kecil pada permukaan itu. Variasi pada ketebalan arus

menghasilkan variasi di mana bahan rombakan terbawa, sehingga menjadikan

erosi permukaan memiliki konsentrasi tinggi, Jika arus cukup besar, mereka

akan mengikis sejumlah saluran kecil, dan jika saluran ini dangkal, mereka

cenderung untuk berpindah posisi dari waktu ke waktu.

Page 14: Aplikasi Geomorfologi

8 Gerakan Tanah, Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan

pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi

bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu.Ada empat jenis utama

gerakan massa :

Falls [runtuhan]

Ada 3 macam, yaitu :

1)      Runtuhan batuan

Suatu massa batuan yang jatuh ke bawah karena terlepas dari batuan

induknya. Terjadi pada tebing – tebing yang terjal. Gerakannya ekstrim

cepat.

2)      Runtuhan tanah

Seperti pada runtuhan batuan, hanya saja yang jatuh ke bawah berupa

massa tanah. Gerakannya sangat cepat.

3)      Runtuhan bahan rombakan

Seperti pada runtuhan batuan, hanya saja yang jatuh ke bawah berupa

massa bahan tombakan. Gerakannya sangat cepat.

Slides [longsoran]

Ada 4 macam, yaitu :

1) Nendatan [slump] Gerakan yang terputus – putus atau tersendat – sendat dari

massa tanah atau batuan ke arah bawah dalam jarak yang relatif pendek,

melalui bidang lengkung dengan kecepatan ekstrim lambat sampai agak cepat.

Pada umumnya, sesuai dengan prosesnya yang terputus – putus, sehingga

mempunyai lebih dari satu bidang longsor yang kurang lebih sejajr atau searah

satu sama lain.

Page 15: Aplikasi Geomorfologi

2) Blok glide, Gerakan turun ke bawah dari massa tanah atau batuan yang berupa

blok dengan kecepatan lambat sampai agak cepat. Blok yang turun dapat

disebabkan atau dibatasi oleh kekar, sesar.

3) Longsoran batuan, Gerakan massa batuan ke arah bawah yang biasanya

melalui bidang perlapisan, rekahan – rekahan, bidang sesar. Dalam hal ini

kemiringan lereng searah dengan kemiringan perlapisan batuan. Lapisan

batuan yang dapat bertindak sebagai bidang longsor adalah batuan yang

berukuran sangat halus [lempung, tuf – halus, napal, dsb]. Kecepatan gerakan

amat lambat sampai cepat

4) Longsoran bahan rombakan, Gerakan massa tanah atau hasil pelapukan

batuan melalui bidang longsor yang relatif turun secara meluncur atau

menggelinding. Bidang longsor merupakan bidang batas antara tanah dengan

batuan induknya.

Flows [aliran]

Ada 6 macam, yaitu :

1) Aliran tanah, Gerakan dari massa tanah secara mengalir dengan kecepatan

lambat sampai cepat. Material [massa] tanah yang sangat plastis biasanya

dengan kecepatan lambat – cepat dan lumpur dengan kecepatan sangat

cepat sehingga ada yang disebut aliran tanah lambat dan aliran tanah cepat.

Disini faktor kandungan air sangat penting.

2) Aliran fragmen batuan, Gerakan secara mengalir dari massa batuan yang

berupa fragmen – fragmen dengan kecepatan ekstrim cepat dan kering.

Macam aliran fragmen batuan, misalnya rockfall avalenche. Massa yang

bergerak sangat luas baik berupa runtuhan batuan atau longsoran batuan

dengan kecepatan ekstrim cepat.

3) Sand run, Gerakan dari massa pasir secara mengalir dengan kecepatan

cepat sampai sangat cepat dalam keadaan kering.

4) Loess flow [dry], Aliran loess kering, massa yang mengalir berupa loes

yang sangat kering. Biasanya disebabkan oleh gempa bumi. Kecepatan

aliran ekstrim cepat.

5) Debris avalanche, Gerakan bahan rombakan dalam keadaan agak basah

dengan kecepatan sangat cepat sampai ekstrim cepat. Kalau keadaannya

basah disebut debris flow [aliran bahan rombakan].

6) Sand flow dan Silt flow, Seperti pada sand run, hanya di sini dalam

Page 16: Aplikasi Geomorfologi

keadaan basah. Jika material yang mengalir berupa pasir disebut aliran

pasir, sedangkan kalau berupa lumpur disebut aliran batu lumpur.

Kecepatan aliran cepat sampai sangat cepat.

Kompleks

Merupakan gabungan dari berbagai macam gerakan tanah, biasanya satu

macam gerakan tanah lalu diikuti oleh macam gerakan tanah yang lain.

Gerakan tanah yang lain yaitu :

1)      Creep

Aliran massa tanah [batuan] yang ekstrim lambat, tidak dapat dilihat,

hanya akibatnya akan tampak seperti tiang listrik, pohon bengkok.

Contoh : rock creep, soil creep, talus creep.

2)      Amblesan

Gerakan ke arah bawah yang relatif tegak lurus, yang menyangkut

material permukaan tanah atau batuan tanpa gerakan ke arah

mendatardan tidak ada sisi yang bebas. Dapat disebabkan karena

terlampau berat beban dan daya dukung tanah kecil. Juga bisa karena

pemompaan air tanah jauh melampaui batas, sehingga pori – pori yang

tadinya terisi oleh air tanah akan mampat.

Dengan demikian penyebab terjadinya gerakan tanah adalah :

Kemiringan tanah

Jenis batuan / tanah

Struktur geologi

Curah hujan

Penggunaan tanah dan pembebanan massa

Getaran

Gempabumi

Lalulintas

II.3 Daerah Rawan Longsor

II. 3. 1. Pegunungan Denudasional

Karakteristik :

Topografi bergunung dengan lereng curam hingga sangat curam (55 –

>140%)

Selisih ketinggian dari tempat terendah hingga tempat tertinggi

(relief) >500m

Page 17: Aplikasi Geomorfologi

Tingkat pengikisan tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi

penutup serta proses erosi ulang bekerja pada tempat tersebut

Umumnya mempunyai lembah dalam, berdinding terjal dan

berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses yang

cenderung pendalaman lembah (valley deepenting)

 

Gambar 1. Pegunungan Denudasional

II.3.2 Perbukitan Denudasional

Karakteristik :

Topografi berbukit dan bergelombang

Lereng berkisar antara 15 – 55%

Perbedaan tinggi relief (relief local) antara 50 – <500m

Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergantung pada kondisi

litologi, iklim, vegetasi penutup baik alami maupun tataguna lahannya

 

Gambar 2. Perbukitan Denudasi

Page 18: Aplikasi Geomorfologi

Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, Longsor atau

sering disebut gerakan tanah pergerakan masa batuan, debris atau tanah menuju

bagian bawah lereng adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan

masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau

gumpalan besar tanah. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi

kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan

bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah

gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam,  namun ada pula faktor-faktor

lainnya yang turut berpengaruh:

a) erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau

gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam.

b) lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan

hujan lebat.

c) gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan

bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya

lereng-lereng tersebut.

d) gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan

aliran debu-debu.

e) getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan

petir.

f) berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.

Tanda-Tanda Kawasan Rawan Longsor

Musim penghujan

biasanya dimulai pada

Page 19: Aplikasi Geomorfologi

bulan September sampai dengan Maret. Pada bulan-bulan tersebut sering

sekali terjadi bencana hidrogeologi yang disebabkan oleh tingginya curah

hujan seperti tanah longsor, banjir bandang (debris flow), dan banjir karena

buruknya sistem drainase. 

Ketiga bencana tersebut hampir bisa dipastikan akan menunjukkan

peningkatan aktifitasnya selama musim penghujan dan ketiganya juga saling

berhubungan. Bencana tanah longsor yang menjadi langganan pada musim

penghujan ini juga bisa menjadi penyebab terjadinya banjir bandang yang

bersumber di hulu sungai sana.

Tanda suatu kawasan yang rawan terhadap bahaya tanah longsor antara lain:

Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat

kawasan perbukitan dan lereng-lereng yang terjal merupakan tanda

kawasan rawan longsor pertama. Hal ini diperparah lagi dengan banyaknya

penebangan pohon secara tidak beraturan dan pemotongan lereng yang

sangat terjal untuk kepentingan pembangunan jalan.

Lapisan tanah tebal di atas lereng

negara kita yang beriklim tropis dengan curah hujan yang sangat tinggi

menyebabkan batuan pembentuk bukit menjadi terlapukkan. Tingginya

tingkat perlapukan batu yang akhirnya menjadi tanah ini ditunjukkan dengan

tebalnya lapisan tanah pembentuk lereng. Lapisan tanah yang tebal ini

apabila di bawahnya terdapat lapisan batu yang kedap air menyebabkan

tanah lapisan batu yang kedap air tadi menjadi bidang gelincir yang

memungkinkan terjadinya longsor. Lapisan tanah yang tebal di atas lereng

ini menjadi tanda kawasan rawan tanah longsor dan masyarakat harus jeli

melihatnya.

Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik

Buruknya sistem drainase di bawah lereng dan tata guna lahan yang

buruk juga menjadi tanda-tanda suatu kawasan yang mengalami tanah

longsor. Sistem tata air yang buruk ini menyebabkan air hujan yang masuk

ke dalam lereng ketika hujan turun mengendap disana sehingga menambah

beban lereng dan terakhir terjadilah tanah longsor.

Lereng terbuka atau gundul

Page 20: Aplikasi Geomorfologi

Lereng yang yang tidak ditumbuhi perpohonan dan tidak ditutup

dengan lapisan penutup menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam

lereng. Kasus nomor 4 sama dengan kasus nomor 3 di atas.

Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing

Kawasan yang sudah retak berbentuk tapak kuda di atas tebing mengindikasi

bahwa tebing tersebut sudah mulai bergerak. Keadaan ini akan diperparah

apabila turunnya hujan dalam waktu yang lama.

Banyaknya mata air/rembesan air

Rembesan air yang banyak di lereng sebuah tebing menunjukkan tebing

tersebut sudah sangat jenuh air atau sudah terpenuhi oleh air. Banyaknya air

dalam lereng seperti yang dijelaskan pada nomor 3 bisa menyebabkan

terjadinya tanah longsor.

Adanya aliran sungai di dasar lereng

Kejadian ini hampir sama dengan kejadi nomor 6 namun pada nomor 7

ini tingkat kejenuhan airnya sudah sangat parah sampai-sampai membentuk

aliran sungat di bawah lereng.

Pembebanan yang berlebihan pada lereng

Pembangunan rumah dan bangunan lain di atas lereng bisa menambah

beban terhadap lereng. Ketika sebuah lereng awalnya stabil namun karena

beban di atasnya terlalu besar maka lama-kelamaan lereng tersebut akan

tidak stabil lagi dan lambat laun bisa menyebabkan bencana longsor.

Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan

Hampir sebagian besar kejadian longsor yang terjadi di negara kita

adalah longsoran yang diakibatkan pemotongan lereng yang terjal untuk

kepentingan pembangunan jalan. Hampir setiap musim penghujan bisa

dipastikan akan ada lereng-lereng di sepanjang jalan perbukitan akan

longsor.

Page 21: Aplikasi Geomorfologi

Sifat-sifat Fisik Tanah

2.1 Lapisan Tanah

Menurut Pulmmer (1982: 329) lapisan tanah berkembang dari bawah

ke atas, tahapannya merupakan lapisan lapisan sub horizontal yang merupakan

derajat pelapukan. Setiap lapisan mempunyai sifat fisik, kimia dan biologi

yang berbeda. Lapisan tanah berbeda dengan lapisan sedimen karena tanah

berada tidak jauh dari tempat terjadinya, sedangkan sediment sudah

tertransportasi oleh angin, air atau gletser dan di endapkan kembali. Horizon-

horizon membentuk lapisan tanah.

Horizon O Adalah horizon yang paling atas dan merupakan lapisan akumulasi

bahan organik di permukaan yang menutupi tanah mineral. Bahan organik

yang terkumpul merupakan sisa tumbuhan dan binatang yang sudah terurai

oleh bakteri dan proses kimia.

Horizon A Memiliki ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman atau abu-abu gelap

karena mengandung humus. Pada horizon A telah kehilangan sebagian unsur

aslinya karena yang berukuran lempung terbawa air ke bawah. Di bawah

horizon A terdapat horizon B yang berwarna kecoklatan atau

kemerahmerahan. Pada horizon ini terjadi pengayaan lempung, hidroksida besi

dan alumunium.

Horizon B Mempunyai struktur yang menyebabkan pecah-pecah menjadi

blok-blok berbentuk prisma. Horizon terdalam berada di bawah horizon B

adalah horizon C.

Horizon C Terdiri dari batuan dasar dari berbagai tingkat pelapukan. Oksida

batuan dasar memberikan warna terang yaitu coklat kekuningkuningan.

Tanah mempunyai jenis yang berbeda, diantaranya adalah pedocal dan laterit.

Pedocal berarti tanah yang kaya akan calcium carbonate(calcite) yang dicirikan oleh

akumulasi kalsium karbonat. Jenis tanah ini terdapat di daerah kering dan panas,

padang rumput dan semak-semak. Dalam tanah pedocal tidak terjadi pelapukan kimia

sehingga mineral lempung yang terkandung sedikit. Laterit merupakan tanah yang

terdapat di daerah equator dan tropis, berwarna merah bata. Pembentukan tanah

Page 22: Aplikasi Geomorfologi

dimana curah hujan tinggi dan suhu rata-rata panas dicirikan oleh pelapukan kimia

yang eksterm.

2.2 Tekstur Tanah

Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang

berukuran lebih dari 2 mm sampai lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan

(rock fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Tekstur tanah menunjukkan

kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (< 2 mm).

2.3 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan

struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh

suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-

gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan ketahanan yang berbeda-beda. Di

daerah curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur remah atau granuler di

permukaan dan gumpal

Bentuk lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horizontal. Ditemukan di

horizon E atau pada lapisan padas liat

Prisma: sumbu vertikal > sumbu horizontal bagian atasnya rata. Berada di

horizon B tanah daerah iklim kering

Gumpal bersudut (blocky): seperti kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu

vertikal = sumbu horizontal. Berada di horizon B tanah daerah iklim basah.

Zona labil merupakan suatu wilayah yang menunjukkan daerah itu mempunyai

kondisi tanah yang terus bergeser, pergeseran tanah ini dapat terjadi karena longsor,

peretakan tanah atau bisa juga daerah itu dilalui patahan bumi. Daerah yang rentan

terhadap geseran tanah adalah daerah dekat atau sepanjang patahan. Kawasan

permukiman (built-up areas), bendungan dan jembatan, jaringan jalan raya dan kereta

api, tanah pertanian, dan sistem alur sungai. Daerah-daerah lingkungan endapan

sungai, bekas pantai/zona pantai, tanah urugan dan bekas danau atau rawa merupakan

daerah-daerah yang rentan terhadap kedua peristiwa alam tersebut. Akibat dari dua

peristiwa alam tersebut dapat merusakan atau menghancurkan bangunan, meretakan

bendungan, sistem irigasi, jaringan jalan, hilangnya tanah pertanian, memutuskan

hubungan permukiman, dan lainlain (Suseno 2007: 16).

Page 23: Aplikasi Geomorfologi

Geseran tanah yang sering terjadi adalah tanah longsor yang merupakan proses

perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih

rendah. Longsoran umumnya terjadi jika tanah sudah tidak mampu menahan berat

lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban pada permukaan lereng dan

berkurangnya daya ikat antarbutiran tanah akibat tidak ada pohon keras (berakar

tunggang).

Faktor pemicu utama kelongsoran tanah adalah air hujan. Tanah longsor banyak

terjadi di perbukitan dengan ciri-ciri:

Kecuraman lereng lebih dari 30 derajat,

curah hujan tinggi, terdapat lapisan tebal (lebih dari 2 meter) menumpang di

atas

tanah/batuan yang lebih keras,

tanah lereng terbuka yang dimanfaatkan sebagai permukiman, ladang, sawah

atau kolam (Suseno 2007: 16).

Dengan demikian, air hujan leluasa menggerus tanah dan masuk ke dalam tanah.

Juga diperburuk dengan jenis tanaman di permukaan lereng yang kebanyakan berakar

serabut dan hanya bisa mengikat tanah tidak terlalu dalam sehingga tidak mampu

menahan gerakan tanah. Daerah dengan ciri seperti itu merupakan daerah rawan

longsor. Jika suatu daerah termasuk kategori rawan longsor, kejadian longsor sering

diawali dengan kejadian hujan lebat terus-menerus selama lima jam atau lebih atau

hujan tidak lebat tetapi terus-menerus hingga beberapa hari, tanah retak di atas lereng

yang selalu bertambah lebar dari waktu ke waktu, pepohonan di lereng terlihat miring

ke arah lembah, banyak terdapat rembesan air pada tebing atau kaki tebing, terutama

pada batas antara tanah dan batuan di bawahnya.

Selain merupakan daerah rawan longsor kawasan zona labil biasanya merupakan

daerah yang di lalui oleh patahan bumi, daerah ini sangat labil karena kondisi tanah

yang ada di sana terus bergerak, hal ini dipengaruhi oleh gerakan lempeng-lempeng

bumi secara konvergen atau saling bertumbukan. Pergerakan kulit bumi yang berupa

lempeng-lempeng tektonik itu muncul dalam wujud gelombang yang disebut gempa.

Pergerakan lempeng tektonik menciptakan kondisi terjepit atau terkunci dimana

terjadi penimbunan energi dengan suatu jangka waktu tertentu yang untuk selanjutnya

dilepaskan dalam bentuk gelombang gempa, energi gelombang gempa bumi akan

dikonsentrasikan dan difokuskan jika gelombang gempa bumi melintas di jaur

patahan, goncangan dari gempa bumi ini dapat menggeser posisi tanah baik ke arah

Page 24: Aplikasi Geomorfologi

lateral ataupun horizontal dan dapat pula pada arah vertikal sehingga terjadi amblesan

di sekitar patahan itu (Suseno 2007: 18).

Ristianto 2007:21 menyebutkan, bahwa proses-proses gerakan tanah meliputi:

1) Kegagalan lereng, Gaya gravitasi yang selalu menarik kebawah membuat

lereng bukit dan gawir pegunungan rawan untuk runtuh. Slum adalah

keruntuhan lereng dimana batuan atau regolith bergerak turun dan maju

disertai gerak rotasional yang bergerak berlawanan dengan arah massa yang

bergerak. kegagalan lereng secara mendadak yang mengakibatkan

berpindahnya massa batuan yang relatif koheren dengan slumping, jatuh

(falling), atau meluncur(sliding).

2) Falls dan Slides, Gerak pecahan batuan besar atau kecil yang terlepas dari

batuan dasar dan jatuh bebas dinamakan rock fall. Biasanya terjadi pada

tebing-tebing yang terjal, dimana material yang lepas tidak dapat tetap di

tempatnya. Jika material yang bergerak masih agak koheren dan bergerak di

atas permukaan suatu bidang disebut rock slides. Bidang luncurnya dapat

berupa bidang rekahan, kekar atau bidang pelapisan yang sejajar dengan

lereng

3) Aliran (flow), Aliran terjadi apabila material bergerak turun lereng sebagai

cairan kental dengan cepat. Biasanya materialnya jenuh air. Yang sering

terjadi adalah mud flow, aliran debris dengan banyak air dan partikel

utamanya adalah partikel halus. Tipe gerak tanah ini terjadi di daerah dengan

curah hujan tinggi seperti di Indonesia. aliran (flow) campuran sedimen, air,

udara, dengan memperhatikan kecepatan dan konsentrasi sedimen yang

mengalir.

4) Patahan, Patahan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan

berlangsung yang dalam waktu yang sangat cepat, sehingga menyebabkan

lapisan kulit bumi retak atau patah. Bagian muka bumi yang mengalami

patahan seperti graben dan horst. Horst adalah tanah naik, terjadi bila terjadi

pengangkatan. Graben adalah tanah turun, terjadi bila blok batuan mengalami

penurunan. Ada beberapa jejak yang ditimbulkan oleh gesekan pada batuan

diantaranya adalah gores garis atau slickensides, gesekan antara batuan yang

keras, permukaannya menjadi halus dan licin disertai goresan-goresan pada

bidang sesar.

Page 25: Aplikasi Geomorfologi

Kebanyakan gerak sesar menghancurkan batuan yang bergesekan menjadi

berbagai ukuran tidak beraturan, membentuk breksi sesar atau fault breccia (Ristianto

2007: 24).

Berdasarkan pada klasifikasi Vernes dan Eckel dalam Ristianto (2007: 24) maka

gerakan tanah terdapat tujuh jenis gerakan, yaitu soil fall, rock fall, sand run, debris

slide, earth flow, debris avalance dan bloock glide, sedangkan gerakan terbanyak

adalah jenis debris slide, merupakan 51,83% dari seluruh gerakan. Pada umumnya

gerakan tanah terjadi pada daerah sekitar kontak ketidakselarasan antara satuan batu

lempung dengan sisipan-sisipan batu pasir. Menurut Van Zuidam dalam penataan

ruang bab 1 (2008) mengklasifikasi kemiringan lereng menjadi 7, yaitu :

a) 00 – 20 (0% - 2%) kemiringan lereng datar,

b) 20 – 40 (2% - 7%) kemiringan lereng landai,

c) 40 – 80 (7% - 15%) kemiringan lereng miring,

d) 80 – 160 (15% - 30%) kemiringan lereng agak curam,

e) 160 – 350 (30% - 70%) kemiringan lereng curam,

f) 350 – 550 (70% - 140%) kemiringan lereng sangat curam,

>550(>140%) kemiringan lereng terjal.

Junaidi, Dhiya. 2013. Geomorfologi Available at

(https://adiyahjunaidi.wordpress.com/2013/11/21/geomorfologi/) diakses

tanggal 12 Desember 2015 jam 16.00 WIB