aplikasi dalil maslahah mursalah pada perbankan

Upload: m-zainul-wathani

Post on 20-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    1/24

    MAKALAH

    APLIKASI DALILMASLAHAH MURSALAH PADA LEMBAGA

    KEUANGAN SYARIAH

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS)

    Mata kuliah Ushul dan Fiqh MuamalahDosen Pengajar : Dr. Arwani Syaerozi, Lc., MA.

    Disusun oleh :

    M. Zainul Wathani (1506784486)

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Peminatan Ekonomi dan Keuangan Syariah

    2015

    NOTE

    HARAP LAMPIRKAN SUMBER YA JIKA MENGUTIP TERIMAKASIH

    SENANG BISA BERBAGI DENGAN ANDA...

    M. ZAINUL WATHANI

    [email protected]

    087873192902

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    2/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 2

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi Robbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan segala nimat dan karunia-Nya kepada kita, shalawat serta salam semoga

    senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telahmengerahkan segala kemampuannya dengan bercucuran keringat bahkan darahnya untuk

    tegaknya kalimat Allah di muka bumi ini yakni tersebarnya dinul Islam ke seluruh alam.

    Konsep kemaslahatan menduduki posisi yang sangat penting dalam penetapan hukum

    Islam. Hal ini disebabkan karena kemaslahatan merupakan tujuan dari penetapan syariah

    (maqashid syariah). Setiap tuntunan yang ditetapkan Allah SWT kepada manusia

    merupakan suatu bentuk kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. Bentuk kemaslahataan

    tersebut yaitu penjagaan terhadap agama, jiwa, harta, keturunan dan akal.

    Kemaslahatan juga sangat diperlukan dalam membuat regulasi dan mengeluarkan

    produk perbankan dan keuangan syariah. Tanpa memperhatikan kemaslahatan maka semua

    regulasi, fatwa, produk keuangan dan perbankan akan kehilangan subtansi syariah. Selain itu,

    fiqih muamalah yang dikembangkan, regulasi dan produk perbankan dan keuangan syariah

    akan kaku dan statis, akibatnya perbankan dan lembaga keuangan syariah akan sulit

    berkembang apalagi mengalahkan perbankan konvensional.

    Dalam disiplin ilmu ushul fiqh, dikenal suatu bentuk maslahah yang disebut maslahah

    mursalah. Para ulama mendefinisikan maslahah mursalah sebagai sebuah maslahah yang

    terlepas dari dalil-dalil syara(Al-Quran dan Hadits), tetapi ia mengandung manfaat. Karena

    pentingnya maslahah ini, maka penulis mencoba menyusun makalah penerapan dalil

    maslahah mursalah dalam lembaga keungan syariah. Semoga makalah ini bermanfaat dan

    menambah khazanah keilmuan kita, khususnya yang berkaitan dengan lembaga dan keuangan

    syariah.

    Bogor, 1 November 2015

    Penulis,

    (M. Zainul Wathani)

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    3/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 3

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------- 2

    DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- 3

    A. PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------- 4

    B. MASLAHAH MURSALAH---------------------------------------------------- 5

    1. PengertianMaslahah --------------------------------------------------------- 5

    2. Jenis-jenisMaslahah---------------------------------------------------------- 6

    a.

    Ditinjau dari Sisi Kekuatan Maslahatnya ----------------------------- 6

    b. Ditinjau dari diterima atau tidaknya oleh Syari--------------------- 7

    3. Pandangan Ulama tentang KehujjahanMaslahah Mursalah----------------- 9

    4.

    PenggunaanMashlahah MursalahSebagai Hukum Islam-------------- 11

    5. Syarat-syaratMaslahah Mursalah------------------------------------------ 12

    6. Kaidah-kaidah Ushul FiqhtentangMaslahah Mursalah --------------- 14

    7. PenerapanMaslahah Mursalahpada Lembaga Keuangan Syariah ---- 16

    a.

    Penerapan PER pada Islamic Banking di Malaysia ------------------ 16

    b. PenerapanRevenue Sharingpada Bank Syariah -------------------- 17

    c. Penggunaan Collateralpada Produk Pembiayaan Bank Syariah -- 17

    d.

    Penetapan Standar Akutansi Pelaporan Keuangan Bank Syariah - 18

    e. Keharusan Asuransi Jiwa untuk Nasabah Pembiayaan ------------- 19

    f. Penggunaan Kartu Kredit Syariah -------------------------------------- 19

    C.KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------- 22

    D.DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------- 23

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    4/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 4

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Aplikasi Dalil Maslahah Mursalahpada Lembaga Keuangan Syariah

    M. Zainul Wathani

    (1506784486)

    Program Pascasarjana Universitas IndonesiaProgram Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Peminatan Ekonomi dan Keuangan Syariah

    E-mail :[email protected]

    A.PENDAHULUAN

    Geliat ekonomi syariah di dunia luar biasa pesatnya. Aset keuangan syariah global

    diprediksi mencapai 3 triliun USD pada tahun 2015 yang berarti kenaikan berlipat dari 1,3

    triliun USD pada tahun 2010. Khusus di Negara-negara teluk yang tergabung dalam

    Dewan Kerjasama Teluk (Gulf Council for Cooperationatau GCC), sebagaimana dikutip

    Zawya, aset sistem perbankan syariah saat ini telah mencapai 15 sampai dengan 50 persen

    dari total aset sistem perbankan di negeri-negeri itu.1 Di Indonesia pada Juni 2015,

    pertumbuhan total aset perbankan syariah jika dihitung berdasarkan compound annual

    growth rate (CAGR)mengalami pertumbuhan sebesar 43,16 persen. Pertumbuhan ini jauh

    mengungguli bank konvensional sebesar 12,4 persen.2Dana pihak ketiga (DPK) yang

    berasal dari masyarakat juga mengalami perkembangan yang pesat. Pada juni 2015 DPK

    perbankan syariah mencapai nilai 215 tilliun, mengalami peningkatan sekitar 24 trilliun

    dibandingkan bulan juni 2014.3 Data ini menunjukkan bahwa perbankan syariah terus

    mengalami pertumbuhan baik dari segi aset dan jumlah dana pihak ketiga yang berasal

    dari masyarakat.

    Kemajuan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia itu, selain dipengaruhi

    oleh beberapa faktor seperti penguatan manajemen, permodalan, kesadaran masyarakat,

    dan lingkungan ekonomi makro, tentulah juga dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah danjenis produk yang tersedia di perbankan syariah. Produk yang disediakan oleh perbankan

    syariah haruslah terjamin kesyariahannya, karena secara prinsip produk tersebut tidak

    boleh melanggar aturan syariah yang ditetapkan oleh Islam. Dengan berkembangnya

    zaman diharapkan adanya ketersediaan rambu-rambu yang dinamis mengenai kesyariahan

    1 Prof. Atha Mudzar. Revitalisasi Maqasid Al-Syariah dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

    (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2013) hal. 12

    Yasin Habibi. Pertumbuhan Bank Syariah Melebihi Bank Konvensional diakses darihttp://www.republika.co.id/tanggal 20 Oktober 20153OJK. Statistik Perbankan Syariah juni 2015.

    mailto:[email protected]:[email protected]://www.republika.co.id/http://www.republika.co.id/http://www.republika.co.id/mailto:[email protected]
  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    5/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 5

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    produk-produk keuangan syariah itu sendiri, sehingga jumlah dan jenis produk keuangan

    syariah terus berkembang sesuai tantangan yang dihadapi dan dalam waktu yang sama

    tetap diletakkan dalam bingkai syariah yang mapan.

    Ketersediaan rambu-rambu syariah tentunya akan menjamin bahwa produk yang

    dikeluarkan akan sejalan dengan tujuan penetapan syariah (maqashid syariah).Salah satu

    pertimbangan yang diambil dalam mengeluarkan produk adalah dengan cara

    memperhatikan kaidah-kadiah ushul fiqh, sehingga di dalam makalah ini akan dibahas

    salah satu kaidah penetapan hukum yaitu maslahah mursalah dan bagaimana

    penerapannya di lembaga keuangan syariah.

    B.MASLAHAH MURSALAH

    1. PengertianMaslahah

    Maslahah secara bahasa merupakan lawan kata dari mafsadah yang berati

    kerusakan. Maslahah dapat diartikan sebagai manfaat, kebaikan dan faedah yang

    diharapkan dari sesuatu4. Pertimbangan akan mashlahah merupakan hal yang sangat

    penting dalam menetapkan syariat, karena sebenarnya mashlahah merupakan tujuan

    dari penetapan syariah tersebut. Pentingnya mashlahah dalam penetapan syariah

    tergambar melalui pernyataan para ulama dimana ada mashlahah, maka disitu ada

    syariah Allah. Artinya segala sesuatu yang mengandung kemashlahatan makadisitulah syariat Allah, sehingga dalam menetapkan hukum suatu perkara mashlahah

    harus menjadi perkara yang utama.

    Penerapan mashlahah dalam penetapan hukum ekonomi islam juga harus

    mengacu kepada kemashlahatan. Ada beberapa contoh pertimbangan kemashlahatan

    dalam penetapan regulasi dalam bidang ekonomi. Misalnya, Ibnu Taimiyah

    mengajarkan bahwa pemerintah dapat melakukan intervensi harga, padahal secara

    tekstual Ibnu Taimiyah, keputusan tersebut kelihatannya melanggar nash hadits nabi

    yang menyatakan bahwa tidak boleh ada intervensi harga.5 Akan tetapi dengan

    pertimbangan kemashlahatan, dan situasi yang berbeda dengan zaman nabi, Ibnu

    Taimiyah memahami hadist tersebut secara kontekstual dengan pertimbangan

    mashlahah.Penetapan hukum yang didasarkan pada mashlahahjuga dapat dilihat dari

    4

    Akram Ali Yusuf,

    (Yordania : Thesis Deposit Library University Jordania, 2007) hal. 25Adi Warman Karim.Ekonomi Mikro Islam, Cetakan 5 (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2014) hal.168

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    6/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 6

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    pembolehan penggunaan zakat untuk kegiatan produktif dan inovasi wakaf dalam

    bentuk tunai6.

    Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mashlahah

    merupakan prinsip yang harus dipegang teguh dalam penetapan hukum, termasuk

    dalam bidang ekonomi. Para ulama dalam menetapkan hukum selalu menempatkan

    mashlahah sebagai pertimbangan utama, karena mashlahah marupakan tujuan utama

    dari penetapan hukum tersebut.

    2. Jenis-jenis Maslahah

    a. Ditinjau dari Sisi Kekuatan Maslahatnya

    Ditinjau dari segi kekuatannya mashlahahterbagi menjadi tiga, yaitu :7

    1)

    Ad-Dharuriyyah(

    )

    Yaitu mashlahahyang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh manusia, baik

    dalam urusan agama maupun dunia. Jika mashlahah ini tidak ada akan merusak

    kehidupan dunia dan berakibat buruk terhadap urusan akhirat. Jenis mashlahah

    terdiri dari penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, nasab, kehormatan dan harta.

    Semua hal yang dapat merusak mashlahah ad-dharuriyyah ini diharamkan oleh

    Allah Subhanahu Wa Taala. Contoh dari mashlahah ad-dharuriyyah diantaranya

    melarang murtad untuk memelihara agama, melarang membunuh untuk memelihara

    jiwa, melarang minuman yang memabukkan untuk memelihara akal, melarang zinauntuk memelihara nasab, kehormatan serta melarang pencurian dan kebathilan untuk

    memelihara harta.

    2) Al-Hajjiyat(

    )

    Yaitu mashlahah yang keberadaannya akan menghilangkan kesempitan (

    )

    pada manusia. Mashlahah jenis ini berada dibawah mashlahah ad-dharuriyyat,

    karena ketiadaannya tidak serta merta menghilangkan penjagaan terhadap agama,

    jiwa, akal, nasab, kehormatan dan harta. Contoh mashlahah jenis ini diantaranya

    adalah disyariatkannya jual beli, sewamenyewa, dan berbagai aktifitas muamalah

    lainnya. Contoh lainnya adalah diberikannya rukhshah untuk mengqashar dan

    menjama shalat bagi musafir, dibolehkannya berbuka puasa di bulan Ramadhan

    bagi orang hamil dan menyusui, diwajibkannya menuntut ilmu agama,

    diwajibkannya menutup aurat dan lain-lain.

    6

    Agustianto Minka, Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah(Jakarta : Penerbit Ikatan AhliEkonomi Islam Indonesia, 2013) halaman 707Ibid, hal 53

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    7/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 7

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    3) At-Tahsiniyat(

    )

    Yaitu mashlahah yang keberadaannya akan menghasilkan kebaikan dan

    kemuliaan bagi manusia. Mashlahah ini berada di bawah mashlahah Adh-

    Dharuriyyat dan Al-Hajjiyat, karena ketiadaannya tidak langsung merusak

    penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, nasab, kehormatan dan harta. Contoh

    mashlahah jenis ini adalah kewajiban thaharah untuk shalat dan pengharaman

    makananmakanan yang buruk serta kotor.

    Apabila terjadi benturan antara adh-dharuriyat, al-hajjiyat dan at-tahsiniyat,

    maka yang didahulukan adalah adh-dharuriyat, al-hajjiyat dan yang terakhir at-

    tahsiniyat. Selanjutnya, penentuan mashlahah penjagaan terhadap agama adalah

    yang utama. Sebagai contoh jihad fi sabilillah disyariatkan untuk menegakkan

    agama walaupun harus mengorbankan jiwa dan harta. Allah Taala berfirman :

    Artinya : Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun

    berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang

    demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui .(QS.At

    Taubah : 41)

    Ayat diatas menunjukkan keharusan mendahulukan penjagaan terhadap agama

    atas jiwa dan harta. Hal tersebut dapat diketahui melalui perintah Allah dengan

    berjihad sekalipun dengan mengorbankan jiwa dan harta.

    b.Ditinjau dari diterima dan tidak diakuinya oleh Syari

    Ditinjau dari segi ini mashlahah terbagi menjadi tiga, yaitu :8

    1)Maslahah Mutabarah(

    )

    Yaitu mashlahah yang diakui oleh syariat, artinya mashlahah tersebut

    bersumber pada nash, baik Al-quran maupun hadist. Contoh dari mashlahah iniadalah perintah melaksanakan shalat, melaksanakan puasa Ramadhan, melaksanakan

    hukum qishash, larangan mencuri dan lainlain. Semua kewajiban tersebut berasal

    dari nash Al-Quran dan hadits sehingga disebut sebagai mashlahah mutabarah.

    Menurut Dr. Wahbah Az-Zuhaili, tidak ada perbedaan pendapat akan kebolehan

    menggunakan mashlahah jenis ini untuk menunjukkan bahwa penerapan hukum

    hukum syariah akan mendatangkan mashlahah menolak mafsadat (kerusakan).

    8Ibid. hal. 87-90

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    8/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 8

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    2)Mashlahah Mulghah(

    )

    Yaitu sesuatu yang dianggap sebagai suatu mashlahah, namun legalitasnya

    ditolak oleh nash syara, karena ada larangannya baik dalam Al-Quran dan Hadits

    seperti anggapan mashlahah pada sistem bunga dalam pinjaman. Penerapan

    mashlahahyang seperti ini tidak dapat dibenarkan karena terdapat dalil tegas yang

    mengharamkannya, Allah berfirman :

    Artinya : Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

    melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah

    disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama

    dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

    riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu

    terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah

    diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)

    kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah

    penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS. Al Baqarah :

    275)

    Contoh lain yaitu berlebihlebihan dalam agama. Sebagian sahabat

    menyangka bahwa puasa terus menerus, tidak menikah dan tidak tidur malam hari

    untuk mengerjakan shalat akan mendatangkan mashlahahbagi mereka namun hal ini

    ditolak oleh Rasulullah melalui hadist beliau :

    ,

    ,

    ,

    Artinya: Demi Allah, sesungguhnya saya adalah orang yang paling takut dan

    paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, tetapi saya berpuasa dan

    berbuka, shalat dan tidur malam, dan saya juga menikah dengan perempuan.

    Barangsiapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk

    golonganku. ( HR. Bukhari, Muslim, dan An-najah).

    Contoh yang paling populer dari mashlahah mulghahadalah fatwa Yahya bin

    Yahya, seorang ahli fiqih madzhab maliki terhadap khalifah Abdurrahman ibn Al-

    Hakam Al-Umawi yang telah bersenggama dengan istrinya disiang hari bulan

    Ramadhan. Menurut teks nash hadits hukuman atas pelanggaran tersebut adalah

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    9/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 9

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    memerdekakan budak, berpuasa dua bulan berturutturut dan memberi makan 60

    faqir yatim. Namun fatwa yang ditetapkan oleh Yahya ibn Yahya adalah berpuasa

    selama dua bulan berturutturut, bukan memerdekakan budak. Fatwa tersebut

    diambil dengan pertimbangan mashlahah bahwa fatwa tersebut akan memberikan

    dampak positif bagi raja dan diharapkan raja akan menghormati bulan Ramadhan.

    Pemilihan hukuman ini disebabkan karena mudahnya raja dalam memerdekakan

    budak sehingga apabila sangsi memerdekakan budak diutamakan, dikahawatirkan

    raja akan mengulangi perbuatannya.

    Kemashlahatan ini menurut jumhur ulama dikategorikan sebagai mashlahah

    yang dibatalkan oleh syariah, karena bertentangan dengan urutan yang terdapat

    dalam hadits. Namun apabila ditinjau dari tujuan pensyariahan hukum, maka hal

    tersebut sangat patut untuk dipertimbangkan. Sehingga dalam perkembangannya

    hadits yang berkenaan dengan persetubuhan disiang hari bulan Ramadhan dapat

    ditentukan secara tertib (berurutan) dan pilihan (khiyar) yang disandarkan pada

    mashlahah(tujuan syariah).

    3)Maslahah Mursalah(

    )

    Yaitu mashlahahyang tidak ada keterangan dari as-syari tentang diakui atau

    tidak diakuinya mashlahah jenis ini. Jadi kemashlahatan ini terlepas dari dalil

    sehingga disebut mashlahah mursalah, mashlahah ini memang tidak ada nashnyadalam Al-Quran dan Sunnah akan tetapi masalah ini tidak bertentangan terhadap

    keduanya.

    3. Pandangan Ulama tentang Kehujjahan Maslahah mursalah

    Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa maslahah mursalah tidak sah menjadi

    landasan hukum dalam bidang ibadah, karena bidang ibadah harus diamalkan

    sebagaimana adanya diwariskan oleh Rasulullah SAW, dan oleh karena itu bidang

    ibadah tidak berkembang. Namun, dalam bidang muamalat para ulama ushul fiqh

    berbeda pendapat.9 Kalangan yang tidak mengakui maslahah mursalah sebagai

    landasan pembentukan hukum, yaitu Kalangan Zahiriyah, sebagian dari kalangan

    Syafiiyah dan Hanafiyah. Mereka memiliki alasan diantaranya:10

    1)Allah SWT dan Rasul-Nya telah merumuskan ketentuan-ketentuan hukum yang

    menjamin segala bentuk kemaslahatan umat manusia.

    9

    I Satria Effendi. Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 150-15210 Noor Wahidah. Esensi Mashlahah Mursalah dalam Teori Istinbat Hukum Imam Syafi'i (Banjarmasin :

    Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin, tt) hal. 4

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    10/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 10

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    2)Membenarkan maslahah mursalah sebagai landasan penetapan hukum berarti

    membuka pintu bagi berbagai pihak seperti hakim di pengadilan atau pihak

    penguasa untuk menetapkan hukum menurut seleranya dengan alasan untuk meraih

    kemaslahatan.

    Kalangan yang menggunakan maslahah mursalah sebagai dalil yaitu kalangan

    malikiyah, hanabilah, dan sebagian syafiiyyah mempunyai argumentasi penggunaan

    Maslahah mursalah sebagai berikut :11

    1)Kehidupan terus mengalami perkembangan dan manusia melakukan berbagai

    macam cara untuk kemashlahatannya. Apabila hanya membatasi diri pada hukum

    hukum yang telah diakui atau terdapat dalam nash, maka banyak sekali mashlahah

    manusia yang akan terhalangi, dan pensyariatan akan menjadi jumud. Hal ini akan

    melahirkan bahaya yang besar dan tidak sesuai dengan tujuan syariah yaitu

    mewujudkan mashlahah, menghilangkan mafsadat dan bebas dari kesempitan

    (haraj)

    "Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatukesempitan..(Al-hajj 78)

    ...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran

    bagimu..

    Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam menerima pernyataan Muadz ibn

    Jabal radhiyallahu anhu ketika beliau mengutusnya ke Yaman, bahwa ia akan

    berijtihad dengan akal pikiran (rayu) jika hukumnya tidak terdapat di kitabullah dan

    sunnah RasulNya.

    2)

    Hukum Syariah yang bertujuan untuk memberikan manfaat dan sebagai rahmat bagi

    alam semesta, sebagaiman firman Allah SWT :

    Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi

    semesta alam (Al-Anbiya : 107)

    11Elvan Syaputra, etc. Maslahah as an Islamic Source and its Application in FinancialTransactions(Malaysia:

    Quest Jurnal Faculty of Economics and Muamalat, Universiti Sains Islam Malaysia, 2014) hal. 68

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    11/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 11

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    3)Jika mengikuti ijtihad sebagian sahabat dan orangorang setelah mereka, maka bisa

    ditemukan bahwa mereka berfatwa dalam banyak hal berdasarkan mashlahahyang

    terpilih, tanpa membatasi diri hanya pada mashlahah yang langsung diakui oleh

    nash. Dan kenyataan adanya ijtihad semacam ini tidak diingkari oleh satu orang pun

    diantara mereka. Contoh ijtihad semacam ini, misalnya adalah :

    a)Abu Bakar Radhiyallahu anhu mengumpulkan lembaranlembaran alquran

    yang terpisahpisah pada satu mushaf berdasarkan saran dari Umar

    Radhiyallahu anhu. Umar Radhiyallahu anhu berkata, Demi Allah,

    sesungguhnya ini adalah kebaikan dan mashlahat bagi Islam.

    b)Umar Radhiyallahu anhu membatalkan bagian zakat bagi muallaf, padahal

    bagian zakat tersebut ada dalam nash. Hal ini dilakukan oleh beliau dengan alasan

    bahwa sudah tidak ada lagi hajat untuk melunakkan hati mereka (talif qulubihim)

    setelah kejayaan Islam.

    c)

    Umar Radhiyallahu anhu juga menggugurkan (tidak melaksanakan) haduntuk

    pencurian di masa paceklik, padahal nash-nash tentang hadpencurian berlaku

    umum. Beliau juga menetapkan ucapan thalaq tiga yang diucapkan dalam satu

    waktu sebagai thalaqtiga, agar orangorang tidak begitu mudah melakukannya.

    d)Utsman Radhiyallahu anhu menetapkan mushaf AlQuran hanya pada satu

    huruf, dan membaginya ke setiap negeri, kemudian beliau membakar mushafmushaf yang lain.

    4)Sesungguhnya mashlahah(jika bersesuaian dengan tujuan syariah) maka mengambil

    mashlahah tersebut akan sesuai dengan tujuan syariah dan mengabaikannya akan

    mengakibatkan terabaikannya tujuan syariah. Dan mengabaikan tujuan syariah

    adalah perkara batil dan tidak boleh dilakukan.

    4. Penggunaan Mashlahah MursalahSebagai Hukum Islam

    Ada beberapa rumusan pengertian mashlahah mursalahyang dikemukakan oleh

    para ulama dalam penggunaannya sebagai dasar penetapan hukum, diantaranya12:

    1)

    Imam AlGhazali mendefinisikan maslahah mursalah dengan : Apaapa

    (mashlahah) yang tidak ada bukti baginya dari syara (dalam penetapan hukum)

    yang kesemuanya tidak terlepas dari nashnash syara.

    2)

    AlSyawkani memberikan definisi : maslahah yang tidak diketahui apakah syari

    menolaknya atau memeperhitungkannya.

    12Agustianto Minka,Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah(Jakarta : Penerbit Ikatan Ahli

    Ekonomi Islam Indonesia, 2013) halaman 79

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    12/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 12

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    3)Ibnu Qudamah mendefinisikan maslahah mursalah sebagai : mashlahah yang tidak

    ada bukti petunjuk tertentu yang membatalkannya dan tidak pula

    memperhatikannya.

    4)Yusuf Hamid AlAlim menyatakan bahwa maslahah mursalah adalah : mashlahah

    yang tidak ada petunjuk syara tidak untuk membatalkannya, juga tidak untuk

    memperhatikannya.

    5)Jalil AlDin Abdul Rahman mendefinisikan maslahah mursalah, yaitu : mashlahah

    yang sesuai dengan tujuan syari (pembuat hukum) dan tidak ada petunjuk tertentu

    yang membuktikan tentang pengakukannya dan penolakannya.

    6)Abdul Wahab AlKhallaf merumuskan bahwa maslahah mursalah adalah

    Mashlahah yang tidak ada dalil syara datang untuk mengakui atau menolaknya.

    7)

    Muhammad Abu Zahra mendefinisikan maslahah mursalah hampir sama dengan

    Jalil AlDin Abdul Rahman yaitu : mashlahah yang selaras dengan tujuan syariat

    islam dan tidak ada petunjuk tertentu yang membuktikan tentang pengakuan atau

    penolakannya.

    8)AsSyatibi (Madzhab Malikiyyah) mengatakan bahwa mendefinisikan maslahah

    mursalah merupakan mashlahahyang sejalan dengan tindakan syara.

    9)Muslehudin menyatakan bahwa maslahah mursalah terikat pada konsep bahwa

    syariat ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan berfungsi memberikankemanfaatan dan menghilangkan kemudharatan setiap kemaslahatan yang tidak ada

    nashnya secara khusus akan tetap mashlahah tersebut sesuai dengan syara, maka

    mashlahahtersebut dapat digunakan sebagai sumber hukum.

    10) Dr. Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan maslahah mursalah dengan sifatsifat

    yang sesuai dengan tindakan dan tujuan pembuat syariat tetapi tidak ada dalil

    khusus yang menetapkan atau membatalkan dan dengan penetapan hukum dari

    sifatsifat tersebut akan tercapai kemashlahatan dan terhindar dari kerusakan pada

    manusia.

    Dari keseluruhan rumusan definisi maslahah mursalah yang didefinisikan oleh

    para ulama diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa maslahah mursalah adalah

    mashlahah yang diambil dengan tujuan kemashlahatan dan menghindari akibat yang

    lebih besar apabila mashlahah tersebut tidak diambil. Mashlahahyang diambil harus

    bersesuaian dengan tujuan syariah (maqashid syariah), tidak bertentangan dengan

    pokokpokok syariah dan tidak berlawanan dengan dalil (nash)yang qathi.

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    13/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 13

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    5. Syarat-syarat Maslahah Mursalah

    Para ulama mengguanakan konsep maslahah mursalah dalam penetapan hukum,

    menetapkan syaratsyarat penggunaannya. Para ulama tersebut menetapkan syarat yang

    berbedabeda tentang penggunaan maslahah mursalah, diantaranya :

    a.

    Imam Malik menetapkan 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan

    maslahah mursalah, yaitu13:

    1)Adanya penyesuaian antara mashlahah dengan maqashid syariah. Hal ini berarti

    mashlahah tidak boleh bertentangan dengan dalil qathi. misalnya, pemubahan

    bunga bank, karena berdasarkan dalil qathibunga bank adalah haram.

    2)Mashlahahharus logis (masuk akal), sehingga dapat diterima secara rasional.

    3)

    Mashlahah digunakan untuk menghilangkan kesulitan. Jika mashlahah yang

    dapat diterima secara akal tersebut tidak diberlakukan, maka manusia akan

    mengalami kesulitan.

    b.

    Abdul Wahhab Kallaf menetapkan syarat penggunaan maslahah mursalah, sebagai

    berikut14:

    1)Mashlahah itu merupakan masalah yang hakiki, bukan masalah wahamiyyah

    (dugaan). Masalah yang hakiki akan melindungi lima esensial yang menjadi

    tujuan syariah (maqashid syariah).

    2)

    Mashlahahmerupakan kemashlahatan umum, bukan perorangan atau kelompok.3)Mashlahah tersebut tidak boleh bertentangan dengan nash (Al-Quran dan

    sunnah) serta ijma.

    c. Imam AlGhazali memberikan beberapa syarat/batas operasional maslahah

    mursalah untuk dapat diterima sebagai dasar dalam penetapan hukum Islam15:

    1)Mashlahahharus sesuai dengan tujuan penetapan hukum Islam yaitu memelihara

    agama, jiwa, akal, harta dan kehormatan (keturunan).

    2)Mashlahahtidak boleh bertentangan dengan Al-Quran, assunnah dan ijma.

    3)Mashlahah tersebut menempati level dharuriyyah (primer), atau hajjiyah

    (sekunder) yang setingkat dengan dharuriyyah.

    4)Kemashlahatanharus berstatus qathi atau zann yang mendekati qathi.

    5)Kasuskasus tertentu memerlukan persyaratan, harus bersifat qathiyah,

    dharuriyyah, dankulliyah.

    13Ibid, hal. 92

    14Abdul Wahhab Khallaf,.Ilmu Ushul Fiqh(Semarang: Dina Utama Semarang, 1994) hal. 119-121

    15

    Abdul Hayy Abdul Al. Pengantar Ilmu Ushul Fiqh, Alih Bahasa Muhammad Hisbah, Lc . (Jakarta : PustakaAl-Kautsar, 2006) hal. 317-319. Lihat juga Wael B. Hallaq. Sejarah Teori Hukum Islam (Jakarta : Raja Grafindo

    Persada, 2000) hal. 166

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    14/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 14

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Berdasarkan kelima syarat yang ditetapkan AlGhazali tidak memandang

    maslahah mursalah sebagai dalil yang berdiri sendiri yang terlepas dari alquran,

    sunnah dan ijma. AlGhazali berpandangan bahwa maslahah mursalahhanya sebuah

    metode yang digunakan untuk menetapkan sebuah hukum, bukan sebagai dalil atau

    sumber hukum Islam.

    d. Imam AsSyatibi hanya mensyaratkan dua kriteria dalam penetapan maslahah

    mursalahsebagai dasar pembentukan hukum Islam yaitu16:

    1)

    Mashlahahharus sejalan dengan jenis tindakan syara, karena itu mashlahah yang

    tidak sejalan dengan tindakan syara atau berlawanan dengan hukum Islam maka

    tidak dapat diterima sebagai dasar dalam menetapkan hukum Islam.

    2)

    Mashlahahseperti kriteria nomer 1 tidak ditunjukkan oleh dalil yang khusus. Jika

    terdapat dalil khusus yang menunjukkannya maka itu termasuk kedalam qiyas.

    Berdasarkan kriteria atau syaratsyarat yang ditetapkan oleh para ulama dalam

    penggunaan maslahah mursalah dapat disimpulkan bahwa syaratsyarat untuk

    menetapkan hukum dengan maslahah mursalah, yaitu :

    a. maslahah mursalah adalah mashlahah yang hakiki dan bersifat umum, artinya

    mashlahah tersebut dapat diterima secara rasional bahwa ia betulbetul membawa

    kemanfataan bagi manusia.

    b.

    Maslahahah yang ditetapkan sesuai dengan maksud dan tujuan syariat (maqasidsyariah) dalam penetapan hukum yaitu kemaslahatan bagi umat manusia.

    c.Mashlahah tidak boleh berbenturan dengan dalil syara yang telah ada (al-quran,

    assunnah dan ijma).

    d.Maslahah mursalah diamalkan dalam kondisi yang diperlukan, artinya apabila tidak

    diselesaikan dengan menggunakan mashlahah tersebut akan menyulitkan umat.

    6. Kaidah-kaidah Ushul Fiqh tentang Maslahah Mursalah

    Ada beberapa kaidah maslahah mursalah yang dapat dijadikan acuan sebagai

    penetapan hukum islam diantaranya yaitu : 17

    Pada dasarnya, segala sesuatu yang bermanfaat adalah boleh sedangkan yang

    berbahaya tidak boleh

    Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan

    16Agustianto Minka, Op.Cit. hal. 92

    17Agustianto Minka, Op.Cit. hal. 100-108

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    15/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 15

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Tidak boleh membuat kemudharatan dan kemudharatan itu tidak boleh

    dihilangkan dengan kemudharatan

    Mudharat (nahaya) tidak dapat dihilangkan dengan bahaya yang sama

    Mudharat yang khusus (individu) dapat ditorerir untuk mudharat yang

    universal.

    Mudharat yang lebih besar dapat dihilangkan dengan mudharat yang lebihkecil

    Maslahah pada level hajah, kadang-kadang menempati posisi masalahahpada level dharuriyah

    Segala mudharat harus dihindari sebisa mungkin

    Mencegah mafsadah harus didahulukan dari pada mengambil maslahah

    Dimana ada kemaslahatan disitu ada syariat Allah

    Situasi dharurat memboleh yang tidak dibolehkan

    jika ada dua kemudharatan, maka yang lebih besar dihindari dengan

    melaksanakan kemudharatan yang lebih kecil

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    16/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 16

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Kesulitan melahirkan kemudahan

    "jika terjadi kontradiksi antara saran dan tujuan, maka dipastikan bahwatujuan lebih dikedapankan dibandingkan sarana

    segala sesuatu yang diharamkan dengan sadd zariah, dapat diperbolehkan

    dengan maslahah yang kuat

    Masalah yangsempit (sulit) dapat menjadi luas

    Kemudharatan itu diukur dengan tingkat kemudharatannya

    Kerugian individu bisa ditorerir untuk menghindari kerugian masyarakat

    Keadaan terpaksa tidak menyebabkan hilangnya hak orang lain

    7. Penerapan Maslahah Mursalahpada Lembaga Keuangan Syariah

    a. Penerapan Prof i t Equal ization Reserve(PER) di Islamic Banking Malaysia.

    PER (Profit Equalization Reserve) adalah sebuah cadangan yang dibuat oleh

    Bank Islam dengan mengambil alih jumlah tertentu dari laba mudharabah, sebelum

    mengalokasikan porsi mudharib. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan tingkat

    tertentu dari laba atas investasi untuk kepentingan pemegang rekening investasi dan

    pemilik modal. Dalam rangka untuk mengurangi fluktuasi tingkat pengembalian,

    Bank Sentral Malaysia telah menuntut semua bank syariah di negara itu untuk

    menerapkan mekanisme PER. PER memungkinkan bank syariah untuk menyimpan

    hingga 15 persen dari total pendapatan kotor dalam penyediaan terpisah.

    ketentuan/cadangan ini akan digunakan setiap kali bank syariah mencatat

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    17/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 17

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    keuntungan rendah. Singkatnya, PER merupakan cadangan yang disimpan disaat

    keuntungan banyak untuk memenuhi kebutuhan di masa kritis.18

    Penerapan PER pada Islamic Banking di Malaysia merupakan aplikasi dari

    dalil maslahah mursalahyang ada di perbankan. PER telah digunakan oleh Islamic

    Banking di Malaysia sekitar 12 tahun yang lalu. PER disetujui oleh Dewan Syariah

    Nasional Bank Negara Malaysia (BNM) setelah mendapat rekomendasi dari

    Association of Islamic Banking Institution Malaysia(AIBIM) yang ditujukan untuk

    memitigasi perbedaan laba simpanan/suku bunga antara BankBank Syariah/Unit

    Usaha Syariah dengan BankBank Konvensional.19 Meskipun telah diterapkan

    beberapa belas tahun yang lalu di Malaysia, PER masih menjadi perdebatan hingga

    saat ini. Sebagian menyatakan bahwa PER tidak sesuai dengan syariah karena bank

    mengambil hak keuntungan yang seharusnya menjadi milik nasabah. Sementara itu

    sebagian membolehkan dengan alasan maslahahyaitu sebagai antisipasi disaat bank

    mengalami kritis. Dengan kata lain, penerapan instrumen PER ini diperlukan bank

    syariah karena digunakan untuk mengendalikan risiko yang akan dihadapi oleh bank

    syariah.

    b.Penggunaan Sistem Revenue Sharingdalam Sistem Bagi Hasil Bank Syariah

    Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem bagi hasil pada masyarakat

    dengan istilah revenue sharingyaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari totalpendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih

    jelasnya revenue sharingdalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil

    didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan

    biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

    Sistem revenue sharingberlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung

    berdasarkan pendapatan kotor (gross sales),yang digunakan dalam menghitung bagi

    hasil untuk produk pendanaan bank.

    Penerapan revenue sharingpada bank syariah merupakan salah satu aplikasi

    dalil maslahah mursalah. Hal ini dapat kita lihat dari Fatwa Dewan Syariah

    Nasional No: 15/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Prinsip Distribusi Hasil Usaha Dalam

    Lembaga Keuangan Syari'ah. Di dalam fatwa tersebut terdapat beberapa kaidah

    maslahah yang digunakan diantaranya :

    18Amir Shaharuddin.Maslahah-Mafsadah Approach in Assessing the Shariah Compliance of IslamicBanking

    Products (Malaysia : International Journal of Business and Social Science Islamic Science University of

    Malaysia, 2010) hal. 13119Rofiuddin NF.Kemungkinan Penerapan Profit Equalization Reserve di Indonesia (Bogor : Jurnal Universitas

    Djuanda Bogor, 2014) hal. 38

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    18/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 18

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah."

    Penerapan maslahah pada fatwa ini juga dapat dilihat dari ketentuan umum

    yang ada pada fatwa DSN tersebut yang menyatakan bahwa dilihat dari segi

    kemaslahatan saat ini, maka pembagian hasil usaha pada lembaga keuangan syariah

    sebaiknya menggunakan prinsip bagi hasil revenue sharing.

    c. Penggunaan Collateral pada Produk Pembiayaan Bank Syariah

    Salah satu penerapan dalil maslahah mursalah di perbankan syariah adalah

    penetapan jaminan (collateral) pada produk pembiayaan.20Jaminan ini dapat

    dijadikan sebagai pelengkap produk pembiayaan yang disediakan oleh bank syariah

    (pembiayaan mudharabah, musyarakah dan pembiayaan-pembiayaan lainnya). Hal

    ini ditujukan agar para nasabah pembiayaan tidak melakukan tindakan yang

    menyalahi aturan (moral hazard).Penggunaan jaminan ini didukung oleh keputusan

    MUI Tentang Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 92/DSN-MUI/IV/2014

    Tentang Pembiayaan Yang DisertaiRahn (Al-Tamwil Al-Mautsuq Bi Al-Rahn).21

    d. Penetapan Standar Pelaporan Keuangan Bank Syariah sesuai dengan Standar

    Akutansi Bank Islam (I slamic F inancial Reporti ng).

    Penetapan standar pelaporan keuangan pada lembaga keuangan syariahmerupakan bagian dari maslahah mursalah. Laporan keuangan pada bank syariah

    akan memudahkan menganalisis kinerja bank syariah, sehingga akan memudahkan

    direksi untuk menetapkan kebijakan-kebijakan tertentu.22Laporan keuangan harus

    mencakup tiga bagian: aset, tanggung jawab perusahaan (hutang/passiva), dan hak-

    hak para pemegang saham. Perbedaan antara aset dan liabiliti (passiva) adalah

    bahwa liabiliti merupakan aset kotor atau jumlah keseluruhan aset perusahaan.

    Dalam konsep akuntansi, aset perusahaan harus sama dengan keseluruhan aset kotor

    perusahaan dikurangi dengan tanggung jawab (passiva) perusahaan.23

    Penerapan akad jual beli (al-bay) pada sebuah institusi keuangan Islam harus

    merujuk kepada standar laporan keuangan agar tersaji informasi yang benar tentang

    transaksi yang digunakan. Sebagai contoh, jika akad yang digunakan dalam sebuah

    20 Agustianto Minka, Kajian Ekonomi Selama Bulan Ramadhan. Diakses dari www.agustiantocentre.com

    tanggal 20 oktober 201521

    MUI,FatwaDewan Syariah NasionalNomor 92/Dsn-Mui/Iv/2014 Tentang Pembiayaan yang Disertai Rahn

    (Al-Tamwil Al-Mautsuq Bi Al-Rahn) diakses darihttp://www.dsnmui.or.id/diakses tanggal 20 oktober 201522

    Veitzal Rivai.Islamic Financial Management. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 340-34123 Nevi Hasnita, Konstruksi Hybrid Contract pada Transaksi Lembaga Keuangan Syariah (Aceh : Jurnal

    Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, tt) hal. 7

    http://www.agustiantocentre.com/http://www.agustiantocentre.com/http://www.dsnmui.or.id/http://www.dsnmui.or.id/http://www.dsnmui.or.id/http://www.dsnmui.or.id/http://www.agustiantocentre.com/
  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    19/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 19

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    transaksi adalah akad ijarah (leasing), maka aset yang diijarahkan harus dilaporkan

    dalam balance sheet sebagai fixed asset. Karena pembelian terhadap aset sewa

    (leased asset) terkena pajak yang pembayarannya harus dicatat sebagai biaya

    operasional pada kolom pendapatan (income statement).24

    Pentingnya pembukuan/akuntansi dalam aktifitas lembaga keuangan dapat

    dilihat dalam contoh produk bank berikut ini:25

    a.Al-ijarah thumma al-bay (AITAB) or al-ijarah muntahia bittamleek (di

    Indonesia dikenal dengan nama IMBT) yaitu akad sewa yang berakhir dengan

    kepemilikan, baik dengan opsi beli atau hibah adalah sebuah akad yang sesuai

    syariah yang biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan kenderaan. Karena akad

    yang dipakai adalah akad ijarah, maka aset yang disewakan tersebut harus

    tercatat sebagai fixed (ijarah) asset pada balance sheet. Karena jika tidak

    tercatat aset ijarahnya, maka hal ini akan sama dengan praktik meminjamkan

    uang pada lembaga leasing konvensional atau sama dengan kontrak sewa beli

    (financing leasing or hire-purchase) yang tidak dibenarkan.

    b. Akad Murabahah atau al-bai-bithaman ajil, pada akad ini bank diharapkan

    untuk membeli terlebih dahulu aset sebelum menjualnya kembali kepada

    nasabah berdasarkan prinsip tidak boleh menjual apa yang belum dimilik.

    Prinsip ini mengharuskan pihak bank untuk memiliki aset sebelum menjualnyakembali ke nasabah dan itu harus tercatat pada balance sheet. Akuntansi seperti

    ini merupakan keharusan, jika tidak tercatat demikian maka bank tersebut

    terindikasi melakukan praktik riba karena tidak terbukti adanya jual beli yang

    terjadi. Pencatatan aset murahah sebagai fixed aset dan telah dimiliki

    sebelumnya oleh bank, merupakan kemestian agar bank tidak terindikasi hanya

    meminjamkan uang dan menarik keuntungan atas pinjamannya, walaupun bank

    hanya menguasai aset selama beberapa hari atau beberapa jam saja.

    e. Keharusan Asuransi Jiwa bagi Setiap Nasabah Pembiayaan Bank Syariah.

    Setiap bank syariah saat ini mengharuskan asuransi jiwa untuk setiap nasabah

    yang mengajukan pembiayaan.26Hal ini dilakukan untuk kemaslahatan kedua belah

    pihak yaitu bank syariah dan nasabah. Jika nasabah meninggal di saat pembiayaan

    belum lunas maka pihak asuransi yang akan melunasi sisa pembayaran pembiayaan

    24Ibid, Hal. 7

    25

    Ibid. hal.826Agustianto Minka,Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah(Jakarta : Penerbit Ikatan Ahli

    Ekonomi Islam Indonesia, 2013) hal 99

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    20/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 20

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    kepada bank, sehingga nasabah juga tidak akan mewariskan beban terhadap ahli

    warisnya terkait sisa pembayaran pembiayan kepada bank.

    f. Penggunaan Kartu Syariah (Syariah Card)

    Syariah card dalam istilah fiqih muamalah dikenal dengan sebutan

    bithaqatul itiman. Bithaqah berarti kartu, sedangkan itiman berarti kondisi aman

    dan saling percaya. Secara terminologis syariah card sebagai suatu jenis kartu

    khusus yang dikeluarkan oleh pihak bank (sebagai pengeluar kartu), lalu jumlahnya

    akan dibayar kemudian. Pihak bank akan memberikan kepada nasabahnya itu

    rekening bulanan secara global untuk dibayar, atau untuk langsung didebet dari

    rekeningnya yang masih berfungsi.27

    Syariah card merupakan salah satu produk bank syariah yang dikeluarkan

    dengan prinsip taisir dan maslahah.28

    Dalam menetapkan fatwa tentangsyariah card

    ada beberapa kaidah maslahah yang dipakai MUI dalam penetapan fatwa,

    diantaranya :29

    ."Kesulitan dapat menarik kemudahan."

    .

    "Keperluan dapat menduduki posisi darurat.":

    "Menghindarkan kerusakan (kerugian) harus didahulukan (diprioritaskan)

    atas mendatangkan kemaslahatan."

    Berdasarkan kaidah-kaidah yang digunakan diatas dapat disimpulkan bahwa

    syariah card merupakan kartu yang dikeluarkan berdasarkan dalil maslahah

    mursalah.Akad yang digunakan pada produk syariah cardini yaitu kafalah, qardh

    dan ijarah.30 Dengan penggunaan kartu syariah ini ada beberapa maslahah

    27Hengki Firmanda, Syariah Card (Kartu Kredit Syariah) Ditinjau dari Asas Utilitas danMaslahah (Riau :

    Jurnal Ilmu Hukum Universitas Riau, 2014) hal. 260-26128

    Nevi Hasnita. Op.Cit. hal.829

    Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 54/Dsn-Mui/X/2006 tentang Syariah Card diakses dari

    http://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt

    01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggal21 oktober 201530Hengki Firmanda, Syariah Card (Kartu Kredit Syariah) Ditinjau dari Asas Utilitas danMaslahah (Riau :

    Jurnal Ilmu Hukum Universitas Riau, 2014) hal. 281

    http://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggalhttp://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggalhttp://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggalhttp://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggalhttp://www.dsnmui.or.id/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=56&cntnt01origid=59&cntnt01detailtemplate=Fatwa&cntnt01returnid=61tanggal
  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    21/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 21

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    (manfaat) yang akan didapatkan oleh nasabah (card holder), bank (issuer) dan

    pengusaha (merchant)yaitu:31

    1. Dari sisi nasabah

    Terkadang terdapat barang yang tidak dapat dibeli kecuali dengan

    menggunakan kartu kredit misalnya untuk pembelian jurnal internasional

    untuk para akademisi dan lain-lain.

    Syariah cardlebih efisien dan diterima di banyak negara. Seperti tidak perlu

    repot-repot membawa uang cash dalam jumlah yang banyak karena memiliki

    risiko, pemegang kartu cukup hanya membawa kartu plastik yang berukuran

    kecil. Selain itu, kefesienannya lebih terlihat lagi apabila sedang berpergian ke

    luar negeri karena pemegang kartu tidak perlu menghabiskan waktu yang

    banyak untuk menukarkan uang.

    Kemudahan dan kepraktisan dalam transaksi karena tidak perlu membawa

    uang tunai dalam jumlah besar. Atau secara sederhana disebut memudahkan

    sistem pembayaran terutama dengan menggunakan syariah card dalam segala

    aktivitasnya.

    Risiko kehilangan dan pencurian uang lebih rendah karena apabila kartu hilang

    maka pemegang kartu dapat segera menghubungi issuer untuk memblokir

    kartu. Kartu yang telah diblokir tidak dapat dipergunakan lagi sebagai alat

    untuk pembayaran pada merchant.

    Keamanan, memberikan keamanan dalam melakukan transaksi pembayaran di

    manapun berada. Apabila menggunakan uang cash maka risiko terhadap

    transaksi pembayaran semakin besar, apalagi menggunakan uang cash dalam

    jumlah yang banyak.

    2. Dari issuer

    Kenyamanan usaha yaitu bank merasa nyaman dalam melaksanakan transaksisistem syariah card.

    Keamanan karena syariah card mengamankan transaksi keuangan.

    Mendapatkan pendapatan/fee best income. Pendapatan berupa iuran tahunan

    dan uang pangkal yang dikenakkan pada pemegang kartu.

    Dan masih banyak lagi manfaat yang lainnya

    31Ibid, hal. 271-273

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    22/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 22

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    3.Merchant (pengusaha)

    Kenyamanan usaha karena dengan menggunakan syariah card tidak perlu

    menggunakan uang dalam jumlah banyak yang memiliki risiko relatif lebih

    besar.

    Keamanan aset karena syariah card mengamankan transaksi pembelian

    barang atau jasa. Selain itu, memberikan keamanan yang lebih terjamin karena

    merchant tidak menyimpan uang tunai hasil penjualan.

    Efisien dan praktis dalam menerima pembayaran dan memudahkan

    pembukuan.

    Dijuluki sebagai pengusaha yang fair dan jujur, karena sulit bagi pengusaha

    untuk memanipulasi terhadap transaksi yang dilakukan karena telah tersistem

    dengan baik. Seperti tidak ada lagi merchant yang melakukan pengembalian

    uang dengan dalih gak ada uang receh kemudian disubtitusi pengembaliannya

    terhadap barang, seperti biasanya merchant melakukan pengembalian dengan

    permen.

    Meskipun banyak manfaat yang didapat dari penggunaan syariah card,

    syariah card hingga saat ini masih menjadi perdebatan tentang kebolehan

    penggunaanya. Sebagian bank berpendapat bahwa penggunaan syariah card akan

    membawa nasabah kepada perilaku israf (berlebihan) dalam mengkonsumsi barang.

    Sehingga saat ini hanya ada dua bank yang menggunakansyariah card sebagai salah

    satu produknya yaitu BNI Syariah dan HSBC Syariah.

    C.KESIMPULAN

    1.Maslahah mursalah merupakan salah satu metode penetapan hukum (dalil) yang masih

    menjadi perdebatan di kalangan para ulama. Para ulama yang menggunakan maslahah

    mursalah sebagai dalil memiliki argumentasi bahwa kehidupan terus mengalamiperkembangan sehingga diperlukan maslahah mursalah sebagai salah satu metode

    penetapan hukum. Penetapan suatu hukum melalui maslahah mursalah hanya dapat

    dilakukan dengan syarat-syarat tertentu.

    2.

    Menurut para ulama, dalam menggunakan maslahah mursalah sebagai dalil, ada

    beberapa syarat yang harus dipenuhi diantaranya :

    a.Mashlahah mursalah adalah mashlahah yang hakiki dan bersifat umum, artinya

    mashlahah tersebut dapat diterima secara rasional bahwa ia betulbetul membawa

    kemanfataan bagi manusia.

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    23/24

    M. Zainul Wathani (1506784486) Page 23

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    b.Maslahahah yang ditetapkan sesuai dengan maksud dan tujuan syariat (maqasid

    syariah) dalam penetapan hukum yaitu kemaslahatan bagi umat manusia.

    c.Mashlahah tidak boleh berbenturan dengan dalil syara yang telah ada (alquran,

    assunnah dan ijma).

    d.

    Maslahah mursalah diamalkan dalam kondisi yang diperlukan, artinya apabila tidak

    diselesaikan dengan menggunakan mashlahah tersebut akan menyulitkan umat.

    3.Maslahah mursalah saat ini telah banyak digunakan oleh lembaga keuangan syariah

    dalam mengeluarkan suatu produk. Penerapan maslahah pada lembaga keuangan

    syariah diantaranya penetapan collateral pada produk pembiayaan bank syariah,

    penggunaan sistem net revenue sharingpada sistem bagi hasil bank syariah, penerapan

    profit equalization reserve, penerapan standar akutansi laporan keuangan, keharusan

    asuransi jiwa pada setiap nasabah pembiayaan bank syariah dan kartu syariah (syariah

    card).

    4.

    Setiap lembaga keuangan syariah memiliki pandangan yang berbeda tentang

    kemaslahatan. Hal ini bisa dilihat dari berbagai produk yang dikeluarkan oleh sebagian

    bank, akan tetapi ditolak oleh sebagian bank yang lain. Seperti penerapan profit

    equalization reserve pada Islamic Banking di Malaysia yang dianggap sebagai suatu

    maslahah, akan tetapi di negara lain dianggap bukan maslahah. Begitu juga dengan

    penerapan kartu syariah (syariah card) yang dianggap maslahah bagi BNI Syariah,tetapi di bank lain dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan.

    Wallahu alamu bisshowab

    D.DAFTAR PUSTAKA

    Buku dan Jurnal

    Abdul Hayy Abdul Al.Pengantar Ilmu Ushul Fiqh, Alih Bahasa Muhammad Hisbah, Lc.

    (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006)

    Abdul Wahhab Khallaf.Ilmu Ushul Fiqh(Semarang: Dina Utama Semarang, 1994)

    Adi Warman Karim. Ekonomi Mikro Islam, Cetakan 5 (Jakarta : PT. Raja Grafindo

    Persada, 2014)

    Agustianto Minka, Maqashid Syariah dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta :

    Penerbit Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, 2013)

    Akram Ali Yusuf,

    (Yordania : Thesis Deposit Library University Jordania, 2007)

  • 7/24/2019 Aplikasi Dalil Maslahah Mursalah Pada Perbankan

    24/24

    Program Pascasarjana Universitas Indonesia

    Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam

    Amir Shaharuddin.Maslahah-Mafsadah Approach in Assessing the Shariah Compliance

    of Islamic Banking Products (Malaysia : International Journal of Business and Social

    Science Islamic Science University of Malaysia, 2010)

    Atha Mudzar.Revitalisasi Maqasid Al-Syariah dalam Pengembangan Ekonomi Syariah di

    Indonesia(Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2013)

    Elvan Syaputra, etc. Maslahah as an Islamic Source and its Application in Financial

    Transactions (Malaysia: Quest Jurnal Faculty of Economics and Muamalat,

    UniversitiSains Islam Malaysia, 2014)

    Hengki Firmanda. Syariah Card (Kartu Kredit Syariah) Ditinjau dari Asas Utilitas dan

    Maslahah (Riau : Jurnal Ilmu Hukum Universitas Riau, 2014)

    I Satria Effendi. Ushul Fiqh(Jakarta: Kencana, 2005)

    Nevi Hasnita, Konstruksi Hybrid Contract pada Transaksi Lembaga Keuangan Syariah

    (Aceh : Jurnal Fakultas Syariah Iain Ar-Raniry, tt)

    Noor Wahidah. Esensi Mashlahah Mursalah dalam Teori Istinbat Hukum Imam Syafi'i

    (Banjarmasin : Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin, tt)

    Rofiuddin NF.Kemungkinan Penerapan Profit Equalization Reserve di Indonesia(Bogor

    : Jurnal Universitas Djuanda Bogor, 2014)

    Veitzal Rivai.Islamic Financial Management. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008)

    Wael B. Hallaq. Sejarah Teori Hukum Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000)

    Internet

    Agustianto Minka, Kajian Ekonomi Selama Bulan Ramadhan. Diakses dari

    www.agustiantocentre.com tanggal 20 oktober 2015

    OJK. Statistik Perbankan Syariah juni 2015. Diakses dari http://www.ojk.go.id/statistik-

    perbankan-syariah-juni-2015 tanggal 20 oktober 2015.

    Yasin Habibi. Pertumbuhan Bank Syariah Melebihi Bank Konvensional diakses dari

    http://www.republika.co.id/ tanggal 20 Oktober 2015

    http://www.agustiantocentre.com/http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-juni-2015http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-juni-2015http://www.republika.co.id/http://www.republika.co.id/http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-juni-2015http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-juni-2015http://www.agustiantocentre.com/