aparatur pemerintah - kementerian … · web viewperubah- an antara lain terletak pada fungsinya...

88
APARATUR PEMERINTAH

Upload: dangkhanh

Post on 06-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

APARATUR PEMERINTAH

Page 2: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang
Page 3: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

BAB XXII

APARATUR PEMERINTAH

A. PENDAHULUAN

Dasar kebijaksanaan utama untuk secara terus-menerus me-nyelenggarakan penyempurnaan aparatur Pemerintah termuat didal-am Garis-garis Besar Haluan Negara, khususnya mengenai aparatur Pemerintah yang menyatakan sebagai berikut :

a. Aparatur Pemerintah ditingkatkan pengabdian dan kese-tiaannya kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara, yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerin-tah baik di tingkat pusat maupun daerah, termasuk perusa-haan-perusahaan milik negara dan milik daerah sebagai aparatur perekonomian negara dilakukan secara terus-mene-rus agar dapat mampu menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa sehingga mampu melaksanakan tugas tugas umum Pemerintah maupun untuk menggerakkan pelaksa-naan pembangunan secara lancar.

c. Perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan dan lang- kah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintah serta dalam merianggulangi masalah-ma-salah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungu-tan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan.

d. Hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lem- baga perwakilan rakyat dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah perlu terus dikembangkan.

e. Dalam rangka melanoarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di eeluruh pelosok negara dan dalam rangka mem-bina keeatuan bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dikembangkan atas dasar keutuhan Negara Keeatuan dan diarahkan kepada pe-laksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertang-gungjawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangun-an daerah, dan dilaksanakan bersama-sama dengan dekonsen-trasi.

1225

Page 4: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

f. Memperkuat pemerintahan desa, agar makin mampu menggerak-kan masyarakat dalam partisipasinya dalam pembangunan dan menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan efektif. Untuk itu perlu disusun Undang-undang tentang Pemerintahan Desa.

Untuk pelaksanaannya, maka dasar-dasar kebijaksanaan ter-sebut telah dirumuskan sebagai Krida Keempat dari Sapta Krida Kabinet Pembangunan III dan secara terperinci dijabarkan dalam Repelita III yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari pada Repelita-repelita sebelumnya.

Usaha penyempurnaan seperti telah dirumuskan dalam Repeli-ta III sama halnya dengan usaha pembangunan itu sendiri, ada-lah merupakan usaha yang terus-menerus secara melembaga. Tu-juannya adalah perbaikan menyeluruh, baik horisontal maupun vertikal, agar aparatur Pemerintah berkemampuan tinggi untuk menjalankan peranan dalam mendukung proses pembangunan nasio-nal. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai dalam jangka waktu yang cukup panjang dengan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan beren-cana dengan penentuan sasaran serta penilaian urgensi dan prioritas yang realiatis.

B. LANDASAN DAN KEBIJAKSANAAN PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERIN-TAH

Kebijaksanaan penyempurnaan aparatur Pemerintah telah di- rumuskan dalam kegiatan usaha yang dilakukan secara terus-me-nerus. Kebijaksanaan pokok yang dituangkan dalam Repelita III dan kemudian dirumuskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Keputusan Menteri dan seterusnya antara lain mencakup penyempurnaan bidang-bidang kelembagaan, kepe-gawaian dan ketatalaksanaan, dan fasilitas serta sarana ker-ja, baik pada aparatur Pemerintah di tingkat pusat maupun da-erah, termasuk badan-badan usaha milik negara.

Arah kebijaksanaan di bidang administrasi negara dituju-kan untuk meningkatkan dan memantapkan tata penyelenggaraan pemerintahan yang harus mencerminkan peranan Pemerintah dalam pembangunan nasional yang titik beratnya diletakkan pada pem- bangunan di bidang ekonomi sebagaimana diamanatkan dalam Ga-ris-garis Besar Haluan Negara. Usaha pembangunan tersebut pe-nyelenggaraannya didasarkan pada Demokrasi Ekonomi yang me-nentukan bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam

1226

Page 5: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

kegiatan pembangunan. Pemerintah berkewajiban memberikan pe-ngarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang menggairahkan perkembangan dunia usaha dengan tetap berorientasi kepada kepentingan rakyat.

Sejalan dengan itu maka aparatur Pemerintah diusahakan agar selalu peka terhadap masalah-masalah pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat serta tanggap dan terampil untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu apa-ratur Pemerintah perlu secara terus-menerus dikembangkan agar kemampuannya makin meningkat dalam pelaksanaan tugas membim-bing dan melayani masyarakat sehingga dapat dibina gairah rakyat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Sesuai dengan kebijaksanaan tersebut di atas, maka sasa-ran usaha penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerintah selama Repelita III terutama meliputi :

a. peningkatan hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lembaga perwakilan rakyat dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, terutama dalam rangka penyusunan rencana operasional tahunan yang tercer- min dalan APBN dan APBD.

b. peningkatan usaha pembinaan, penyempurnaan dan penertiban paratur Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara dan milik da-erah sebagai aparatur perekonomian negara, sehingga dapat menjadi alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan menggerakkan pelaksanaan pembangunan.

c. pengembangan keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atas dasar keutuhan Negara Kesatuan dan diarahkan kepada pelaksanaan otonomi daerah yang nya- ta, dinamis dan bertanggungjawab yang dapat menjamin per-kembangan dan pembangunan daerah dan dilaksanakan bersama- sama dengan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

d. penyempurnaan tata kerja dan hubungan kerja, baik antar Departemen/Lembaga maupun dalam Departemen/Lembaga itu sendiri, agar tercipta langkah kegiatan yang terpadu dan serasi guna mendukung keberhasilan pencapaian tujuan ser-ta pelaksanaan program-program pembangunan secara menye-luruh.

1227

Page 6: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

e. Peningkatan kegiatan pengawasan dan penertiban seluruh aparatur Pemerintah dalam rangka penanggulangan masalah- masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungut- an liar serta berbagai bentuk penyimpangan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan.

f. Peningkatan produktivitas, kegairahan dan disiplin kerja pegawai negeri dengan terus mengembangkan sistem karier yang diserasikan dengan sistem prestasi-kerja.

g. Pemantapan pembinaan dan ketatalaksanaan aparatur pereko-nomian negara sehingga dapat menjadi pendorong kegiatan-kegiatan pembangunan dan produksi pada sektor swasta yang belum mampu, pemupukan modal dan keuntungannya, penyedia-an jasa sosial ekonomi dan turut aktif mengamankan serta menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program Pemerintah dan pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah.

h. Peningkatan kemampuan aparatur Pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, dalam tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang meliputi kemampuan dalam penyusunan rencana, perumusan kebijaksanaan dan program, kemampuan dalam pengendalian dan pengawasan yang efisien dan efek-tif.

i. Peningkatan pengembangan administrasi Pemerintah secara tertib dengan antara lain penuangan berbagai keputusan dan kebijaksanaan Pemerintah ke dalam produk peraturan perundang-undangan sehingga memperoleh landasan kekuatan hukum yang pasti dan jelas, baik bagi para pelaksana mau- pun bagi masyarakat.

j. Peningkatan kemampuan Pemerintah Desa untuk menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan dan menye-lenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan me-ningkat, secara lebih efektif dan efisien menuju ke arah terwujudnya desa swasembada.

C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN DAN PERKEMBANGAN PENYEMPURNAAN APARATUR PEMERINTAH

1. Lembaga-lembaga Tertinggi/Tinggi Negara

Selama Repelita III berbagai usaha telah dilakukan untuk lebih menyempurnakan Lembaga-lembaga Tertinggi/Tinggi Negara.

1228

Page 7: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Usaha-usaha tersebut di samping untuk memantapkan kedudukan dan wewenang Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara juga untuk me-ningkatkan hubungan tatakerja sebagai penghayatan dan penga-malan kehidupan kenegaraan yang demokratis konatitusional. Dengan makin terjaminnya hubungan kerjasama yang serasi anta-ra emerintah dan DPR telah dapat dihasilkan produk-produk legislatif yang mempunyai arti penting bagi usaha pembangunan.

Selama Repelita III dapat dikemukakan perkembangan se-bagai berikut

a. Pada tahun 1982 telah diselenggarakan Pemilihan Umum yang ke III dalam masa Orde Baru dalam rangka memperkuat kehi-dupan Demokrasi Pancasila. Sebagai hasil Pemilihan Umum tersebut telah terpilih anggota-anggota MPR, DPR, dan DPRD sesuai dengan ketentuan Undang-undang No. 2 Tahun 1980 tentang Pemilihan Umum Badan Permusyawaratan/Perwa-kilan Rakyat. Pemilihan tersebut didasarkan atas asas-asas langsung, umum, bebas dan rahasia (luber).

b. Berdasar hasil Pemilihan Umum tersebut telah dapat diben-tuk untuk ketiga kalinya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pada itu penyelengga-raan Sidang Umum hasil pemilihan umum tersebut telah ber-langsung dengan lancar pada tanggal 1 sampai dengan 11 Maret 1983 dan telah menghasilkan 10 buah ketetapan MPR ang selanjutnya dijadikan landasan operasional bagi Pe-merintah dalam melaksanakan tugas-tugasnya selama 5 tahun.

c. Untuk melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan yang makin meluas maka berdssarkan Ketetapan MPR No.VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang Kepada Presiden/ Mandataris MPR dalam. Rangka Pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional telah dibentuk Kabinet Pembangunan IV. Susunan kabinet ini meliputi 3 orang Menteri Koordi- nator, 8 orang Menteri Negara yang tidak memimpin suatu departemen, 21-orang Menteri yang memimpin Departemen dan 5 orang Menteri Muda. Lima sasaran (Panca Krida) yang ha- rus dicapai oleh Kabinet Pembangunan IV ialah :

Pertama : Meningkatnya Trilogi Pembangunan yang didukung oleh ketahanan nasional yang makin mantap;

Kedua : Meningkatnya pendayagunaan aparatur Pemerintah menuju terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa;

Ketiga : Meningkatnya pemasyarakatan ideologi Pancasila dalam mengembangkan demokrasi Pancasila dan Pe-

1229

Page 8: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

doman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila da-lam rangka memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa;

Keempat : Meningkatnya pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional;

Kelima : Terlaksananya pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia dalam tahun 1987.

d. Pada tahun 1978 dengan Undang-undang No.4 Tahun 1978 ke-anggotaan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) telah diperluas dari 27 orang menjadi 45 orang anggota termasuk Pimpinan. Keanggotaan DPA telah pula mengalami penggantian anggota-anggotanya yang dilakukan pada tahun 1978, 1981 dan 1983.

e. Demikian pula Badan Pemeriksa Keuangan (BEPEKA) yang te-lah lebih ditegaskan ruang lingkup tugas dan kewajibannya dengan Undang-undang No.5 Tahun 1973, telah mengalami penggantian beberapa orang anggota pada tahun 1981 serta penggantian pimpinan serta anggota pada,tahun 1983. Dalam rangka pelaksanaan fungsinya BEPEKA telah banyak memberi-kan saran-saran yang diperlukan bagi perbaikan dalam per-tanggungjawaban keuangan negara yang dituangkan dalam Ha- sil Pemeriksaan Keuangan.

f. Seperti halnya dengan Lembaga-lembaga Tinggi yang lain, Mahkamah Agung juga telah mengalami penggantian Pimpinan-nya. Pada tahun 1981 telah diadakan penggantian Ketua dan Wakil Ketuanya yang kemudian disusul dengan penyempurnaan susunan Hakim Agung dengan penambahan jumlah dari 15 men-jadi 19 orang Hakim Agung. Dalam rangka pembinaan hukum pada umumnya dan pemerataan kesempatan memperoleh keadil-an pada khusuanya maka secara terus-menerus Pemerintah telah memberikan bantuannya dalam penyempurnaan adminis-trasi peradilan agar proses peradilan dapat terselenggara cepat dengan biaya ringan dengan memenuhi rasa keadilan bagi semua warga masyarakat.

Sejalan dengan peningkatan penghasilan pegawai negeri ma-ka selama Repelita III telah pula diadakan perbaikan gaji ke-hormatan Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara. Demikian pula telah diatur penaiun bekas peja-bat-pejabat negara tersebut dan janda/dudanya. Ketentuan-ke-tentuan tersebut berlaku juga untuk para Menteri dan bekas Menteri.

Di samping itu dalam masa Repelita III secara terus-menerus telah diadakan penyempurnaan organisasi dan personalia

1230

Page 9: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Sekretariat Lembaga-lembaga Negara serta prasarana fisiknya sehingga memungkinkan peningkatan pelaksanaan tugasnya ma-sing-masing.

2. Aparatur Pamerintah Tingkat Pusat

Usaha penyempurnaan bidang kelembagaan bagi aparatur Pe-merintah Tingkat Pusat selama Repelita III dilakukan dalam rangka lebih menyesuaikan kebutuhan dengan perluasan tugas-tugas Pemerintah, terutama tugas-tugas pembangunan. Organisa-si Departemen-departemen telah mengalami beberapa kali peru-bahan dari susunan semula sebagaimana ditetapkan dalam Kep-pres No.45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi Departemen, walaupun tetap didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Kep-pres No.44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departe-men.

Dalam rangka penyempurnaan organisasi tersebut telah di-lakukan antara lain pembentukan Direktorat Jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah pada Departemen Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam pada Departemen Agama, pemecahan Direktorat Jenderal Moneter kedalam Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri dan Direkto-rat Jenderal Luar Negeri pada Departemen Keuangan, pembentu-kan Badan Penelitian dan Pengembangan pada Departemen Perin-dustrian, serta pembentukan Badan SAR Nasional pada Departe-men.

Mengingat meningkatnya dan meluasnya tugas-tugas pemba-ngunan, maka dalam susunan Kabinet Pembangunan IV telah dia-dakan penambahan jumlah Departemen dengan memecah beberapa Departemen yang ruang lingkup tugasnya perlu memperoleh per-hatian yang lebih besar dan harus ditangani lebih intensif. Dalam hubungan ini maka :

a. Departemen Pertanian telah dikembangkan menjadi Departe-men Pertanian dan Departemen Kehutanan,

b. Departemen Perhubungan berkembang menjadi Departemen Per-hubungan dan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomuni-kasi.

c. Departemen Perdagangan dan Koperasi menjadi Departemen Perdagangan dan Departemen Koperasi,

d. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menjadi Departe-men Tenaga Kerja dan Departemen Transmigrasi.

Guna mengatur kembali susunan organisasi Departemen sehu-bungan dengan terbentuknya Kabinet Pembangunan IV maka dengan

1231

Page 10: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

mencabut Keppres No.45 Tahun 1974 tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keppres No.49 Tahun 1983, telah diterbitkan Keppres No.15 Tahun 1984 yang menetapkan kedudukan, tugas pokok dan susunan organisasi 20 Departemen masing-masing.

Juga untuk penyesuaian dengan susunan Kabinet Pembangunan IV organiaasi Menteri Koordinator Bidang EKUIN sebagaimana ditetapkan dalam Keppres No.12 Tahun 1978 telah diubah dengan Keppres No. 32 Tahun 1983 yang mengatur kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Menko Bidang EKUIN dan WASBANG. Perubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen se-panjang menyangkut bidang pengawasan pembangunan. Demikian pula kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Menteri Negara serta Menteri Muda yang masing-masing ditetapkan dengan Keppres No. 28 dan No. 13 Tahun 1978 telah disempurnakan masing-masing dengan Keppres No. 25 dan No. 23 Tahun 1983. Penyempurna- an tersebut dimaksudkan untuk lebih meningkatkan koordinasi antara semua Menteri dalam Kabinet Pembangunan IV baik pada tingkat perumusan kebijaksanaan, tingkat perencanaan maupun tingkat pelaksanaan.

Terhadap Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen telah pula diadakan penyempurnaan yang terutama ditujukan untuk da-pat menampung perkembangan tugas lembaga yang bersangkutan. Selama Repelita III penyempurnaan-penyempurnaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan Kantor-kantor Wilayah Badan Administrasi Ke-pegawaian Negara (BAKN) tingkat Propinsi secara bertahap (Keppres No.53 Tahun 1980); penetapan kembali kedudukan, tugas pokok, fungsi dan organisasinya, antara lain dengan pengadaan 5 jabatan Deputi, di samping jabatan-jabatan Kepala dan Wakil Kepala (PP No.4 Tahun 1984 jo. Keppres No.11 Tahun 1984);

b. Penyempurnaan organiaasi BirQ Pusat Statistik (BPS) kare-na peranannya makin bertambah penting (PP No.6 Tahun 1980);

c. Penyempurnaan kedudukan dan fungei Badan Urusan Logistik (BULOG) (Keppres No.39 Tahun 1978);

d. Peningkatan fungsi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) (Keppres No.51 Tahun 1979);

1232

Page 11: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

e. Penambahan 1 jabatan Deputi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (Keppres No. 19 Tahun 1983);

f. Penggiatan dan pengefektifan fungsi Badan Koordinasi Ke-luarga Berencana Nasional (BKKBN) (Keppres No.64 Tahun 3);

g. Penambahan 1 jabatan Deputi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) (Keppres No.33 Tahun 1981) dan perbaikan ta-takerja dalam menyusun Daftar Skala Prioritas (DSP) (Kep- pres No.78 Tahun 1982);

h. Perluasan organisasi Badan Pengkajian dan Penerapan Tek-logi (Keppres No.31 Tahun 1982);

i. Pembentukan Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedo- man Penghayatan dan Pengamalan Pancasila sebagai lembaga baru yang mempunyai tugas untuk meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa), UUD 1945, serta GBHN oleh Masyarakat (Keppres No.10 Tahun 1979),

j. Pembentukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk pengalihan tugas dan fungsi Direktorat Jen- deral Pengawasan Keuangan Negara kepada BPKP (Inpres 14 Tahun 1983) sebagai lembaga baru yang mempunyai tu- gas pokok merumuskan kebijaksanaan, menyelenggarakan pe-ngawasan umum atas penguasaan dan pengurusan keuangan serta menyelenggarakan pengawasan pembangunan (Keppres No. 31 Tahun 1983).

Demikian pula telah diadakan penyempurnaan organisasi Sekretariat Negara berturut-turut dengan Keppres No. 8 Tahun 1978 Keppres No. 31 Tahun 1980, Keppres No. 16 Tahun 1981 dan, terakhir dengan Keppres No. 16 Tahun 1983. Penyempurnaan tersebut dimaksudkan untuk lebih memantapkan pelaksanaan fungsinya.

Adapun Dewan-dewan pada tingkat nasional yang ada selama Repelita III ialah Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional (Kep-pres No. 18 Tahun 1973), Dewan Pertimbangan Kepariwisataan Nasiona1 (Keppres No. 18 Tahun 1969), Dewan Pertahanan Keama- nan Nasional (Keppres No. 11 Tahun 1971), Dewan Telekomunikasi (Keppres No. 18 Tahun 1975), Dewan Stabilisasi Politik dan Keamanan Nasional (Keppres No.4 Tahun 1974), Dewan Pertim-bangan Otonomi Daerah (Keppres No.23 Tahun 1975), Dewan Pem- bina dan Pengelola Industri-industri Strategis (Keppres No.59

1233

Page 12: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Tahun 1983 jo. Keppres No.6 Tahun 1984), dan Dewan Riset Nasional (Keppres No.l Tahun 1984). Dewan-dewan tersebut dimaksudkan untuk mengusahakan keterpaduan dalam pengambilan kebijaksanaan pada tingkat tinggi pemerintahan.

Selama Repelita III dilanjutkan dan ditingkatkan pula usaha-usaha untuk penyempurnaan hubungan kerja, baik yang bersifat institusional maupun prosedural sebagai bagian dari usaha penyempurnaan administrasi melalui jalur komunikasi antara Departemen/Lembaga, guna membantu tercapainya koordi-nasi yang lebih baik. Dalam hubungan ini telah ditingkatkan keserasian tata hubungan kerja antara berbagai Departemen/ Lembaga, terutama dalam rangka pelaksanaan program-program yang memperoleh prioritas tinggi dalam pembangunan seperti program-program peningkatan dan pengadaan produksi pangan, tata penyelenggaraan transmigrasi, pembinaan golongan ekonomi lemah, perbaikan lingkungan hidup, perbaikan gizi rakyat, keluarga berencana, penanaman modal, peningkatan kepariwisataan dan lain-lain.

Sementara itu usaha pengembangan hubungan kerja antar instansi yang lebih baik telah dilakukan melalui kelembagaan dalam bentuk badan-badan koordinasi seperti Badan Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi, Badan Pengendalian Bimas, Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan Genera-si Muda, Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Alam dan Ba-dan Koordinasi Energi Nasional. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk lebih mensukseskan program-program pembangunan dengan keterpaduan kegiatan-kegiatan, baik pada tingkat pemikiran, tingkat perencanaan maupun tingkat pelaksanaan serta tingkat pengawasannya.

3. Aparatur Pemerintah Tingkat Daerah

Secara mendasar pemantapan dan penyempurnaan Aparatur Pe-merintah tingkat Daerah telah dilakukan dengan dikeluarkannya Undang-undang No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah-an di Daerah sebagai pengganti Undang-undang No.18 Tahun 1965. Berdasarkan Undang-undang tersebut maka telah diletakkan landasan bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah menurut asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi serta tugas pembantu-an secara serasi yang dapat menjamin keteraturan dan ketertib-an masyarakat dalam segala bidang kehidupan.

Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang tersebut, maka oleh Menteri Dalam Negeri selama Repelita III telah dikeluarkan berbagai keputusan tentang susunan organisasi dan tata

1234

Page 13: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

kerja serta hubungan kerja antar aparatur Pemerintah yang ada di Daerah, antara lain sebagai berikut

a. perbaikan organisaai Sekretariat Wilayah/Daerah (Setwilda) untuk lebih menyesuaikan dengan ruang lingkup tugasnya selaku unsur pembantu terhadap Gubernur/Bupati/Walikota-madya (Keputusan Menteri Dalam Negeri No.240 Tahun 1980);

b. Penyempurnaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappe- da) Tingkat I dan pembentukan Bappeda Tingkat II (Keppres No.27 Tahun 1980) yang dilengkapi dengan pedoman tentang organisasi dan tatakerja Bappeda Tingkat I dan Tingkat II Keputusan Menteri Dalam Negeri No.185 Tahun 1980);

c. Peningkatan peranan Bappeda Tingkat I dengan penugasan untuk juga membina secara teknis kegiatan Bappeda Tingkat I sehingga Bappeda Tingkat II mampu mengembangkan sistem perencanaan dari bawah pada tingkat Desa dalam berbagai program pembangunan, antara lain Program Pengembangan Wi-layah Kecamatan Terpadu di mana para Camat ditunjuk seba-gai pemimpin proyeknya (Instruksi Menteri Dalam Negeri No.4 Tahun 1981);

d. Pengaturan kembali perangkat pengawasan di Daerah dengan ditetapkannya organisasi dan tatakerja Inspektorat Wilayah propinsi (Itwilprop) dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/ Kotamadya (Itwilkab/Itwilkot) dalam rangka peningkatan kelancaran pengawasan di tingkat Daerah (Keputusan Menteri Dalam Negeri No.219 dan No.220 Tahun 1979);

e. Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPM-D) yang bertugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam menentukan kebijaksanaan di bidang pena-naman modal di Daerah serta penilaian atas pelaksanaannya Keppres No.26;Tahun 1980) yang dilengkapi dengan penga-turan susunan organisasi dan tatakerjanya (Keputusan Men-teri Dalam Negeri No.167 Tahun 1980);

f. Peningkatan peranan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk usaha semaksimal mungkin dengan kemampuan dan wewenang yang ada padanya guna mensukseakan pelaksanaan program-program pembangunan dengan pengendalian sebaik-baiknya dan koordinasi yang terpadu terhadap segenap jajaran aparatur pemerintah dan seluruh masyarakat secara efektif (Instruksi-instruksi Menteri Dalam Negeri No.4 Tahun 1979, No.l dan No.6 Tahun 1981 dan No.3 Tahun 1982);

1235

Page 14: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

g Pembentukan Team Koordinasi Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan Daerah (TKP3D) dengan tugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam mengkoordinasikan, pengendalian dan pengaxasan pembangunan oleh Pusat dan Daerah di wilayah yang bersangkutan (Keppres No. 20 Tahun 1981). De-ngan dikeluarkannya Inpres No.15 Tahun 1983 tentang Pedo-man Pelaksanaan Pengawasan, maka pelaksanaan tugas TKP3D tersebut disesuaikan dengan tugas pelaksanaan Badan Pe-ngawasan Keuangan dan Pembangunan di Daerah yang bersang- kutan.

h Peningkatan usaha pelakeanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di Daerah melalui penetapan organisasi dan tatakerja Badan Pembinaan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Daerah Tingkat I dan Tingkat II (Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 239 Tahun 1980).

Selanjutnya untuk memantapkan pemerintahan desa guna lebih menggairahkan pembangunan di tingkat desa maka telah dikeluar-kan Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Desa sebagai pengganti Undang-undang No.19 tahun 1965 tentang Desapraja. Menurut Undang-undang tersebut dibedakan 2 sistem pemerintahan desa, ialah kelurahan yang dipimpin oleh Lurah yang merupakan aparatur Departemen Dalam Negeri pada tingkat terbawah, dan desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang tetap merupakan lembaga masyarakat.

Dengan berlakunya Undang-undang tersebut maka kedudukan pemerintahan desa sejauh mungkin diseragamkan dengan tetap mengindahkan adat-istiadat yang masih berlaku untuk memperkuat pemerintahan desa agar makin mampu menggerakkan masyarakat da-lam pembangunan. Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tersebut maka pada tahun 1981 telah dikeluarkan Keputusan-keputusan Menteri Dalam Negeri.mengenai :a. Susunan organisasi dan tatakerja Pemerintahan Desa,b. Susunan organisasi dan tatakerja Lembaga Musyawarah

Desa,c. Pengambilan keputusan Desa,d. Pembentukan, pemecahan, penyatuan dan penghapusan desa,e. Pembentukan Dusun dalam Desa dan Lingkungan dalam Kelurah-

an,f. Tatacara pemilihan, pensahan, pengangkatan dan pemberhen-

tian Kepala Desa,g. Persyaratan, tatacara pengangkatan dan pemberhentian Se-

kretaris Desa, Kepala Urusan serta Kepala Dusun.

Sebagai salah satu tindak lanjut dari Undang-undang No. 5

1236

Page 15: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Tahun 1979 maka sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) se bagai sistem perencanaan pembangunan terpadu di tingkat Ke-camatan telah makin dimantapkan. Instruksi Menteri Dalam Nege- ri No.4 Tahun 1980 tentang Mekanisme Pengendalian Pelaksanaan Program Masuk Desa dalam kaitannya dengan sistem UDKP dimak-sudkan untuk melembagakan pembangunan desa yang terpadu dalam ruang lingkup Kecamatan dengan memperhatikan potensi dan fungsi serta kedudukan dan peranan desa-desa didalam wilayahnya.

Dalam pada itu untuk lebih meningkatkan partisipasi masya-rakat desa dalam rangka pembangunan desa, maka dengan Keppres No. 8 Tahun 1980 sebagai penyempurnaan Keppres No.18 Tahun 1971, fungsi Lembaga Sosial Desa telah ditingkatkan dan nama-nya dirubah menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Lembaga tersebut diharapkan tidak hanya mampu merencanakan dan melaksanakan pembangunan di desa, tetapi juga mampu mewujudkan ketahanan desa yang mantap.

Usaha-usaha penyempurnaan dalam perencanaan pembangunan di daerah selanjutnya diarahkan bagi terwujudnya penyerasian proyek dalam rangka bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah berdasarkan Instruksi Presiden pada setiap permulaan tahun anggaran, yaitu:

a. Program Bantuan Pembangunan desa, pada tahun Pertama Re-pelita III berjumlah Rp. 450.000,- per desa dan pada tahun terakhir Repelita III berjumlah Rp. 1.250.000,- per desa.

b. Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, pada tahun pertama Repelita III berjumlah Rp. 550,- per kapita de-ngan. bantuan minimum Rp. 65.000.000,- dan pada tahun terkhir Repelita III Rp. 1.150,- per kapita dengan bantuan inimum Rp. 160.000.000,-

c. Program Bantugn Pembangunan Daerah Tingkat I yang pemba-giannya untuk masing-masing propinsi ditentukan minimum Rp. 2.500.000.000,- pada tahun pertama Repelita III dan Rp. 9.000.000.000,- pada tahun terakhir Repelita III.

d. Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar pada Daerah Tingkat II yang seluruhnya berjumlah Rp. 135.500.000.000,- pada tahun pertama Repelita III dan Rp. 589.159.000.000,- pada tahun terakhir Repelita III.

e. Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan Kepada Dae-rah Tingkat II seluruhnya berjumlah Rp. 30.000.000.000,-

1237

Page 16: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

untuk tahun pertama Repelita III dan Rp. 98.450.000.000,- untuk tahun terakhir Repelita III.

f Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II keseluruhan berjumlah Rp. 40.800.000.000,- pada tahun pertama Repelita III men-jadi Rp. 87.313.000.000,- pada tahun terakhir Repelita III.

g Program Bantuan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar yang diberikan kepada Daerah Tingkat II dan Daerah Tingkat I DKI Jakarta dengan jumlah keseluruhan Rp. 30.000.000.000,- pada tahun pertama Repelita III men-jadi Rp. 75.000.000.000,- pada tahun terakhir Repelita III.

h Program Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten yang pada tahun pertama Repelita III penyediaan biayanya adalah Rp. 13.000.000.000,- pada akhir Repelita III menjadi Rp. 80.100.000.000,-

Dalam rangka pelaksanaan Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat II maka pada awal Repelita III telah diadakan pe-nyempurnaan pengelolaan proyek-proyek untuk meningkatkan efi- siensi kerja. Penyempurnaan tersebut diarahkan kepada fungsi-onalisasi dinas-dinas. Atas dasar itu maka Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II sesuai dengan fungsinya ditetapkan sebagai penanggungjawab keseluruhan pembangunan yang di-laksanakan oleh Daerah Tingkat II, sedangkan sebagai Pemimpin Proyek ditetapkan Kepala-kepala Dinas yang bersangkutan sesu-ai dengan tujuan masing-masing bantuan.

4. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Penyempurnaan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah didasarkan pada ketentuan dalam GBHN yang telah menetapkan bahwa dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di seluruh pelosok Negara dan dalam rangka membina kesatuan Bangsa, maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dikembangkan atas dasar keutuhan Negara Ke-satuan dan diarahkan kepada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab yang dapat menjamin per-kembangan dan pembangunan Daerah dan dilaksanakan bersama secara serasi yang berarti harus didasarkan kepada asas-asas keserasian dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan.

Keserasian tersebut telah diberikan landasan yang mantap

1238

Page 17: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Dalam kaitan dengan penyempurnaan hubungan antara Pusat Daerah, pada tahun 1975 telah dibentuk Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dengan Keppres No. 23 Tahun 1975 yang bertugas merumuskan kebijaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Daerah

Usaha-usaha peningkatan hubungan antara aparatur Pemerintah Pusat dan daerah dilaksanakan dalam kegiatan perencanaan pembangunan di Daerah, baik sektoral maupun regional. Dengan Keppres No. 27 Tahun 1980 telah diadakan penyempurnaan terha- dap Bappeda tingkat I dan dibentuk Bappeda tingkat II. Di samping itu guna meningkatkan keserasian dan memantapkan sistem perencanaan operasional tahunan, khususnya untuk mening-katkan dayaguna dan hasilguna pengembangan potensi Daerah serta pemecahan_masalah yang sifatnya mendesak, maka sejalan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 1981 dan dengan surat Bappenas No. 1799 Tahun 1981 telah ditetapkan prosedur penyusunan rencana secara bertingkat, atas dasar prinsip "perencanaan dari bawah".

Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pembangunan di daerah telah dikeluarkan sejumlah Keputusan/Instruksi Menteri Dalam Negeri sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. .259 Tahun 1981 tentang Penyelenggaran Konsultasi Nasional Bappeda;

b. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 1981 tentang Mekanisme Pengendalian Pelaksanaan Program Masuk Desa dalam hubungan dengan sistem UDKP;

c. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan 8 Sukses;

d. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1982 tentang Pensuksesan Penyelenggaraan Transmigrasi;

e. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 1982 tentang Peningkatan Ekspor Non Minyak dan Gas Bumi;

f. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1982 tentang Ketenagakerjaan Hubungan Perburuhan Pancasila.

Peranan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pe-laksanaan pembangunan dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran pembangunan, khususnya pemerataan kegiatan pembangunan di Da-erah, pemerataan pendapatan, pemerataan kesempatan kerja dan pemerataan kegiatan berusaha, terutama bagi pengusaha golongan ekonomi lemah, telah diatur dalam Keppres No. 14 A Tahun

1239

Page 18: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

1980 jo. Keppres No. 18 Tahun 1981 serta Keputusan-keputusan Menteri yang bersangkutan sebagai pelaksanaan dari Keppres tersebut. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan atas beban APBD prinsip-prinsip dalam Keppres tersebut diberlakukan pula. Dengan adanya kesamaan prinsip dalam pelaksanaan angga-ran, baik APBN maupun APBD, diharapkan akan terwujud pula keserasian yang lebih mantap dalam pembangunan sektoral dan regional.

Dalam bidang pengendalian dan pengawasan pembangunan pe-ranan Pemerintah Daerah telah makin ditingkatkan. Bappeda tingkat I yang merupakan aparatur perencanaan pembangunan di Daerah sejak tahun 1977/78 telah dilibatkan secara aktif da-lam pengendalian proyek-proyek sektoral yang ada di Daerah dengan turut menyampaikan laporan triwulanan kepada instan-si-instansi yang memerlukan di •Pusat. Demikian pula Gubernur Kepala Daerah Tingkat I diwajibkan mengikuti dan mengawasi perkembangan pelaksanaan proyek yang ada di daerahnya dan se-lanjutnya melaporkan secara berkala atau insidentil kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dan kepada beberapa Menteri tertentu lainnya.

Agar tugas dan fungsi pengendalian dan pengawasan terha-dap pelaksanaan pembangunan dapat diselenggarakan lebih ter-arah, maka dengan Keppres No. 20 Tahun 1981 telah dibentuk Team Koordinasi Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Dae-rah (TKP3D) yang diketuai oleh Ketua Bappeda Tingkat I dengan anggota-anggota Inspektur Wilayah Propinsi, Kepala Kantor Wi-layah Direktorat Jenderal Anggaran, Kepala .Kantor Wilayah Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dan Kepala Ca-bang Bank Indonesia. TKP3D bertugas membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dalam langkah-langkah penyelesaian atas ha-sil pengawasan. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Team ini disesuaikan dengan pelaksanaan tugas BPKP Daerah yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 31 Tahun 1983.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan nasional, Pemerin-tah Daerah telah banyak dilibatkan seperti peningkatan pelak-sanaan perjanjian bagi hasil, inventarisasi tanah yang dikua-sai oleh instansi-instansi vertikal, pencetakan areal perta-nian, pelaksanaan catur tertib di bidang pertanahan, pengem-bangan ekspor non migas, dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam rangka pemantapan. keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka Menteri Sekretaris Negara telah mengeluarkan Surat Edaran No. B.800/M.Sesneg/ 3/1981 yang memuat petunjuk Presiden sebagai pedoman agar,pe-

1240

Page 19: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

laksanaan mutasi di kalangan pejabat Departemen/Lembaga di Daerah dikaitkan dengan usaha koordinasi Gubernur Kepala Dae-rah Tingkat I terhadap kegiatan-kegiatan instansi vertikal di Daerah. Seterusnya.ditentukan bahwa pelantikan Kepala Kantor Wilayah Departemen/Lembaga di Daerah dilakukan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dengan disaksikan oleh pejabat yang bersangkutan dari Pusat (Departemen/Direktorat Jenderal/Lem-baga).

5. Aparatur Perekonomian Negara

Usaha peningkatan efisiensi badan-badan usaha milik negara telah dilakukan secara terus menerus sejak tahun 1967. Usaha tersebut ditujukan agar badan-badan. usaha milik negara dapat melaksanakan fungsinya berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi yang sehat dan efisien sehingga menguntungkan penerimaan negara, di samping dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta menyelenggarakan kemanfaatan umum yang lebih baik dan merata.

Pembinaan lembaga-Lembaga keuangan ditujukan pula kearah peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka penggai-rahan dunia usaha dengan kemampuan menjadi pendorong kegiatan pembangunan produksi sektor swasta dan koperasi yang belum mampu. Di samping itu juga mampu berperan serta secara aktif untuk mengamankan pelaksanaan kebijaksanaan dan program pe-ngembangan pengusaha golongan ekonomi lemah dan stabilitas ekonomi.

Selanjutnya dalam rangka peningkatan pembinaan dan penga-wasan terhadap badan-badan usaha milik negara, yaitu Perjan, Perum dan Persero yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1969 maka dengan PP No. 3 Tahun 1983 jo. PP No. 28 Ta-hun 1983 telah diatur tatacara pembinaan dan pengawasan ma-sing-masing ketiga bentuk badan usaha milik negara tersebut.

Walaupun sifat usaha dari Perjan, Perum dan Persero ber-beda, namun ketiganya memiliki kedudukan sebagai apara-tur perekonomian negara yang' kegiatan operasionalnya harus serasi dengan seluruh kegiatan pembangunan nasional. Oleh sebab itu kegiatan-kegiatan badan-badan usaha milik. negara harus dapat menunjang kebijaksanaan maupun program pembangunan dan perekonomian pada umumnya.

Dalam Repelita III usaha-usaha pengembangan badan-badan milik negara antara lain adalah sebagai berikut:

1241

Page 20: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

a. Pembentukan beberapa Persero baru, yaitu Persero di bidang Produksi Gula (PP No. 17 Tahun 1979 dan 10 Tahun 1981), Persero Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan (PP No. 7 Tahun 1980), Persero dalam bidang Konstruksi Bangunan Pengembangan Sumber-sumber Air (PP No. 42 Tahun 1980), Persero Tambang Batubara Bukit Asam (PP No. 42 Tahun 1980), Persero di bidang Industri Kereta Api (PP No. 1 Tahun 1981), Persero di Bidang Aneka Usaha Perkebunan (PP No. 16 Tahun 1981), Persero di bidang Pupuk (PP No. 31 Tahun 1981), Persero di bidang usaha perencanaan, perekayasaan dan konstruksi industri (PP No. 17 Ta-hun 1981), Persero di bidang Industri Kertas (PP No. 2 Tahun 1982), Persero di bidang Industri Kertas Terpadu (PP No. 31 Tahun 1982) Persero di Bidang Usaha Industri Mesin Perkakas (PP. No. 33 Tahun 1982), Persero di bidang Industri Logam (PP No. 4 Tahun 1983), Persero di bidang Pergudangan Barang-Impor dan Ekspor (PP No. 9 Tahun 1983), PT Indonesian Consortium of Construction Industries (ICCI) (PP No. 19 Tahun 1983) dan Persero di bidang Jaminan Kre- dit Ekspor dan Asuransi Ekspor (PP No. 20 Tahun 1983).

b. Pendirian Perum Baru, yaitu Perum Pengembangan Keuangan Koperasi dengan melebur Lembaga Jaminan Kredit Koperasi ke dalam Badan Usaha (PP No. 51 Tahun 1980), Perum Indo-nesia Farma (PP No. 20 Tahun 1981), Perum Pengangkutan Penumpang Jakarta (PP No. 24 Tahun 1981), Perum Bio Farma (PP No. 7 Tahun 1983), Perum Pelabuhan I sampai dengan IV (PP No. 14, 15, 16 dan 17 Tahun 1983) dan Perum Pengerukan (PP No. 18 Tahun 1983).

c. Pengalihan dari status Perum menjadi Persero, yaitu PT Dok dan Galangan Kapal (PP No. 4 Tahun 1980), PT Asuransi Kerugian Jasa Rahardja (PP No.39 Tahun 1980), PT Tabungan Asuransi Pegawai Negeri (PP No. 26 Tahun 1980), dan pengalihan bentuk Perusahaan Negara Kertas Leces, Perum Kertas Goa dan Perum. Basuki Rachmat menjadi Perusahaan Perseroan (PP No. 14, 15 dan 16.Tahun 1982).

d. Penyempurnaan organisasi, yaitu Perum 0torita Jatiluhur (PP No.35 Tahun 1980) dan Perum Telekomunikasi (PP No, 54 Tahun 1980).

e. Penggabungan, yaitu penggabungan PN Perkapalan Dok Ali-menjaya ke dalam PT Galangan Koja Indonesia (PP No. 28 Tahun 1979), penggabungan beberapa Perusahaan perikanan Negara di Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur dan Jawa Tengah ke dalam Persero-persero Perikanan

1242

Page 21: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

yang telah ada (PP No. 4 dan 5 Tahun 1981), penggabungan PN Perkebunan XVI ke dalam Persero PT Perkebunan XV (PP No.11 Tahun 1981).

Di samping itu pengalihan bentuk perusahaan-perusahaan yang belum ditentukan bentuknya berdasarkan Undang-undang No. 9 Tahun 1969 ke dalam suatu bentuk badan usaha milik negara seperti telah ditetapkan dalam Undang-undang tersebut ber-jalan terus.

Sampai akhir Repelita III jumlah badan usaha milik negara yang berstatus Persero, baik tunggal maupun patungan ada 151 buah, yang berstatus Perum 27 buah, yang berstatus Perjan te-tap 2 buah, yaitu Perjan Pegadaian di bawah pembinaan Ditjen Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan dan Perjan Kereta api di bawah pembinaan Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan, yang mempunyai status khusus karena pembentukan-nya didasarkan pada Undang-undang tersendiri berjumlah 9 bu-ah, yaitu 8 buah Bank Pemerintah dan Pertamina dan yang belum dikonversikan sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 1969 ada 21 PN dan 12 PT Lama.

Perkembangan badan-badan usaha milik negara selama Repe-lita III dapat dilihat pada Tabel XXII - 1 dan Tabel XXII - 2.

Perkembangan usaha dari badan-badan usaha milik negara tersebut menunjukkan prestasi yang cukup baik meskipun situa-si ekonomi dalam keadaan resesi. Angka-angka aktiva, penjual-an laba seperti terlihat pada Tabel XXII - 3, kontribusi-kepada Negara seperti terlihat pada Tabel XXII – 4 serta realisasi Penerimaan Negara menurut Sektor seperti terlihat pada Tabel XXII - 5 dapat memberikan gambaran mengenai hal tersebut.

Dalam rangka usaha untuk meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan dengan berpedoman pada Trilogi Pembangunan, secara berkala disusun Daftar Skala Pri-oritas (DSP) yang merupakan perpaduan berbagai kebijaksanaan yang menampung usul-usul dari Departemen-departemen teknis instansi-instansi lain yang berhubungan dengan kegiatan penanaman modal. Demikian pula DSP menampung partisipasi Dae-rah dalam menentukan kebijaksanaan melalui Badan-badan Koor-dinasi Penanaman Modal Daerah sehingga DSP merupakan usaha terpadu, baik sektoral maupun regional sesuai dengan makna penyempurnaan Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan Keppres No. 33 Tahun 1981 jo. Keppres No. 78 Tahun 1982.

1243

Page 22: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 1

PERKEMBANGAN STATUS BADAN USAHA MILIK NEGARA,1979/80 - 1983/84

1244

Page 23: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII – 2

KEADAAN STSTUS BADAN USAHA MILIK NEGARAPER 1 APRIL 1984

1245

Page 24: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 3

PERKEMBANGAN KEGIATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA,

1979 - 1983

(dalam milyar rupiah)

1246

Page 25: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 4

KONTRIBUSI BADAN USAHA MILIK NEGARA,

1979/80 – 1983/84

(dalam milyar rupiah)

1247

Page 26: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 5

REALISA5I PENERIMAAN NEGARA BERUPA DEVIDEN, DANA PEMBANGUNANDAN BAGIAN LABA PEMERINTAH TAHUN ANGGARAN,

1979/80 - 1983/84

1248

Page 27: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Sementara itu secara terus-menerus dikembangkan kerjasama serasi antara usaha besar, menengah dan kecil serta ko-perasi berdasarkan semangat saling menunjang dan saling me-nguntungkan melalui penciptaan iklim yang sehat bagi kelan-caran usaha. Pembinaan usaha golongan ekonomi lemah telah di-lanjutkan dan lebih ditingkatkan, kecuali melalui pemberian kesempatan luas dalam pemborongan pekerjaan dan pembelian ba-rang/peralatan Pemerintah, juga dengan jalan penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan usaha dan pemasaran dalam rangka mengembangkan kewiraswastaannya. Dalam hubungan ini dapat disebutkan dilaksanakannya bimbingan dan pengem-bangan industri kecil (BIPIK), pembangunan Sarana Usaha In-dustri Kecil (SUIK) dan Lingkungan Industri Kecil (LIK), di samping pengembangan sistem "Bapak/Anak Angkat" dan sistem sub kontrak dalam hubungan perusahaan besar dan perusahaan kecil. Demikian pula untuk mendorong kegiatan pengusaha go-longan ekonomi lemah telah disempurnakan secara terus-menerus penyediaan fasilitas kredit, terutama mengenai prosedur dan keringanan persyaratannya.

Di bidang pasar uang dan modal dikembangkan kebijaksanaan yang bertujuan untuk menggairahkan masyarakat dalam penghim-punan dana untuk digunakan secara produktif dan bersamaan de-ngan itu juga dimaksudkan untuk mempercepat proses pemerataan pandapatan masyarakat dalam pemilikan modal perusahaan mela-lui pasar uang dan modal yang menjangkau masyarakat luas. Me-kanisme pasar uang dan modal telah disempurnakan dengan Pera-turan Menteri Keuangan tentang penunjukan lembaga/badan usaha yang dapat bertindak selaku pembeli saham, tata cara penawar-an saham dan obligasi kepada masyarakat serta ketentuan ten-tang izin usaha bagi badan hukum, lembaga keuangan non bank serta perorangan yang melakukan kegiatan perantaraan dalam perdagangan efek.

PT Danareksa beserta Badan Pelaksana Pasar Modal (Bape-pam) yang mengelola pasar uang dan modal dalam perkembangan-nya sampai akhir Agustus 1983 telah mencatat secara keselu-ruhan terjualnya 46.867.708 lembar saham dengan nilai Rp. 113,339 milyar di samping nilai obligasi sebesar Rp. 54,7 milyar. Perlu dikemukakan bahwa pada tahun 1977 jumlah saham yang tercatat adalah 260.260 lembar dengan nilai Rp. 3,4 mi1-yar dan sampai tahun 1982 telah tercatat 37.902.696 lembar dengan nilai Rp. 89 milyar, hal mana menunjukkan kenaikan yang pesat. Sementara itu jumlah perusahaan yang "go public" mengalami juga pertambahan cukup banyak. Sampai akhir tahun 1984 sudah ada 17 perusahaan yang tercatat untuk menjual

1249

Page 28: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

saham-sahamnya kepada masyarakat serta 3 perusahaan lainnya yang tercatat menjual obligasi kepada masyarakat.

Naiknya jumlah saham perusahaan serta obligasi dan makin banyaknya perusahaan yang "go public" tersebut menunjukkan terus meningkatnya kepercayaan masyarakat dan dunia usaha ke-pada prospek perekonomian negara yang makin mantap.

Dalam rangka mendorong ekspor komoditi non migas serta untuk lebih melancarkan lintas perdagangan luar negeri, telah ditetapkan kebijaksanaan baru tentang pelaksanaan ekspor, im-por dan lalu lintas devisa dengan PP No. 1 Tahun 1982.yang diikuti dengan peraturan-peraturan Menteri Perdagangan, Men-teri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Gubernur Bank Indone-sia. Berdasarkan kebijaksanaan tersebut kepada eksportir dan eksportir produsen diberikan beberapa macam kemudahan seperti kredit lunak, asuransi ekspor, keringanan biaya pelabuhan dan lain-lain. Para eksportir juga dibebaskan dari kewajiban men-jual devisa/hasil ekspor kepada Bank Indonesia sehingga mere-ka dapat memanfaatkan devisa yang diperolehnya semaksimal mungkin untuk pembelian bahan atau barang modal.guna menun-jang ekspornya lebih lanjut.

Pada akhir Maret 1982 Pemerintah telah pula menetapkan kebijaksanaan mengenai devaluasi rupiah yang dimaksudkan se-bagai rangsangan untuk meningkatkan ekspor produk-produk in-dustri, terutama yang telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk lebih meningkatkan ekspor tersebut telah d lakukan usa-ha melalui peningkatan pervakilan Indonesia di luar negeri di dalam bidang ekonomi dan perdagangan, seperti dengan mengem-bangkan Trade Promotion Centre (TPC) untuk melaksanakan pa-ket-paket kebijaksanaan ekonomi. Berkenaan dengan itu telah diadakan koordinaai antar Departemen dengan pembentukan Pani- tia Kerja Tetap (Panjatap) Pengembangan Ekspor. ,

6. Pengawasan dan Penertiban Opsrasional

Masalah-masalah pembangunan selama Repelita III yang ber-kembang sesuai dengan makin meningkatnya volume pembiayaan pembangunan serta makin bertambahnya sasaran-sasaran yang hendak dicapai memerlukan peningkatan pengawasan dan pener-tiban secara terus-menerus, baik oleh aparat pengawasan fung-sional maupun oleh aparat pengawasan yang melekat pada fungsi pimpinan,.yaitu pengawasan oleh atasan terhadap bawahan dalam tugas pekerjaan yang telah disiapkan. Dalam hubungan ini GBHN yang ditetapkan dengan TAP MFR No. IV/MPR/1978 antara lain menyatakan bahwa kebijaksanaan dan langkah yang telah dilaku-

1250

Page 29: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

kan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintah serta dalam menanggulangi masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan wewe-nang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan, perlu dilanjutkan dan ditingkatkan.

Tekad untuk mengupayakan agar keseluruhan aparatur Peme-rintah menjadi alat yang berwibawa, kuat, efektif, efisien bersih guna menjamin keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional tercermin dengan diperkuatnya unsur-unsur pengawasan serta makin disempurnakannya sistem pengawasan.

Dalam Repelita III pengawasan telah diusahakan lebih ter padu dan terarah sehingga pelaksanaan program-program pemba-ngunan itu benar-benar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka peningkatan ke-terpaduan dan keterarahan pengawasan itulah maka dengan Kep-pres No. 32 Tahun 1983 ditetapkan fungsi-fungsi Menko Bidang EKUIN dan WASBANG antara lain untuk mengkoordinasi para Men-teri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen sepanjang me-nyangkut pengawasan. Demikian pula telah dibentuk_Badan Pe-ngawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai Lembaga Pe-merintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung-jawab langsung kepada Presiden. BPKP yang mengambil alih tu-gas dan-fungsi yang sebelumnya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara mempunyai fungsi antara lain melakukan koordinasi teknis mengenai pelaksanaan penga-wasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan di Departemen dan Instansi Pemerintah lainnya, baik di Pusat maupun di Daerah.

Agar kegiatan pengawasan lebih dapat mencapai sasaran dan hasil yang diharapkan maka telah dikeluarkan Instruksi Presi-den No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan. Dalam instruksi tersebut telah digariskan wewenang dan tata-kerja pengawasan Wakil Presiden, Menko Bidang EKUIN dan WAS-BANG, BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen; Inspektorat Wi-layah Propinsi, Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya dan Inspektur Jenderal Pembangunan, Demikian pula telah diperinci tugas-tugas pengawasan melekat yang dilakukan oleh pimpinan/ atasan langsung, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Dae-rah.

Selanjutnya dalam rangka peningkatan pendayagunaan apa-ratur Pemerintah selama Repelita III secara terus-menerus te-lah dilakukan tindakan operasional berupa pemeriksaan serta penindakan untuk membantu Departemen/Lembaga serta Pemerintah

1251

Page 30: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Daerah dalam mengadakan penertiban di lingkungan masing-ma-sing. Sejak dilancarkannya Operasi Tertib berdasarkan Ins-truksi Presiden No. 9 Tahun 1977 terhadap penyalahgunaan ja-batan, komersialisasi jabatan, korupsi, pemborosan-pemboros-an, pungutan liar dan perbuatan tercela lainnya maka telah dapat diciptakan iklim yang tidak merangeang untuk milakukan penyimpangan-penyimpangan, walaupun disadari bahwa usaha untuk menegakkan ketertiban masih perlu dilanjutkan dan di-tingkatkan untuk lebih mengamankan pelaksanaan pembangunan nasional.

Sebagai hasil penertiban yang telah dicapai sejak dilan-carkannya Operasi Tertib pada bulan April 1979 sampai dengan Maret 1984 telah ditindak sebanyak 8.491 pegawai negeri yang tersangkut dalam 6.342 kasus. Di antara yang ditindak tersebut, 7.946 orang dikenakan tindakan administratif, 530 orang dikenakan tindakan hukum dan 15 orang dikenakan tindakan la-in. Ikhtisar perkembangan Operasi Tertib periode April 1979 sampai dengan Maret 1984 dapat dilihat pada Tabel XXII - 6.

Di samping usaha penertiban dalam rangka Operasi Tertib serta penertiban yang dilakukan.secara fungsional,dan opera-sional oleh atasan langsung terhadap bawahan, dilaksanakan pula penertiban-penertiban yang dilakukan secara khusus, yai- tu:

a. Operasi Sihwa I dan II masing-masing pada_ tahun 1981/82 dan 1982/83 dalam rangka penyelesaian pengangkatan tenaga honorer-Daerah menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil yang masing-masing dilakukan di 10 dan 12 Propinsi Daerah Tingkat I. Dari hasil operasi telah diungkap penyimpangan-penyimpangan yang melibatkan 36 orang pada tahun 1981/82 dan 36 orang pada tahun 1982/83. Terhadap mereka telah dilakukan tindakan administratif/disiplin sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri. Dalam pada itu Operasi Sihwa II terus dilakukan..

b. Operasi Tunas, yaitu operasi untuk penertiban proses pe-nerimaan murid baru SMTP/SMTA pada tahun ajaran 1982/83 yang telah mengungkapkan keterlibatan 154 orang, terdiri dari 70 Kepala SMTP, 59 Kepala SMTA, 8 guru SMTP, 11 guru SMTA dan 6 pejabat Kanwil Dikbud. Juga terhadap mereka dikenakan tindakan hukuman disiplin sesuai dengan PP No. 30 Tahun 1980.

c. Operasi Pra Vidya Griya dan Vidya Griya, ialah operasi terhadap penyalahgunaan wewenang dengan menerima hadiah/

1252

Page 31: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII – 6

IKHTISAR PERKEMBANGAN OPERASI TERTIB DI LINGKUNGAN APARATUR NEGARA, 1)

1979/80 - 1983/84( orang )

1) Meliputi Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Lembaga Tertinggi Tinggi Negara, Kejaksaan Agung dan Bank-bank Pemerintah

2) Bukan terbadap pegawai negeri atau pegawai Perusahaan Negara (Perusahaan swasta sebagai supplier/kontraktor)

3) Data pada bulan Juni 1984

1253

Page 32: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

melakukan pungli oleh aparatur Pemerintah secara bekerja sama dengan pemborong. Dalam Operasi Pra Vidya Griya terhadap 146 proyek pada 15 Kecamatan telah diketemukan 51 orang pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah dan 14 di lingkungan Depdikbud yang terlibat. Operasi Vidya Griya Babak I terhadap 1.966 proyek pada 13 Propinsi Daerah Tingkat I dengan daerah sasaran 178 Kecamatan yang telah dapat mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang melibatkan 15 orang Bupati, 548 orang Pegawai Negeri Sipil, 1 orang anggota ABRI dan 110 orang swasta. Operasi Vidya Griya Babak II terhadap 204 proyek pada 9 Propinsi Daerah Tingkat I yang dilaksanakan pada bulan Pebruari - Maret 1983 telah dapat mengungkapkan penyimpangan-penyim-pangan oleh 20 orang pegawai. Terhadap mereka yang terli-bat telah dikenakan tindakan hukum sesuai dengan peratu-ran perundang-undangan.

d. Penertiban.Ijazah palsu yang dilakukan sejak diterbitkan-nya Surat Edaran MENPAN No. 07/SE/Menpan/1980 telah me-ngungkapkan pemilikan dan penggunaan ijazah palsu serta ijazah asli tetapi palsu dari pemilik-pemilik ijazah-SD 8 orang, SMTP 235 orang, SMTA 183 orang, Akademi 1 orang, Sarjana Muda 47 orang dan Sarjana 48 orang. Terhadap me-reka telah dikenakan tindakan administratif dan hukuman disiplin sesuai dengan SE Ka. BAKN No. 10/SE/ 1981. Se-mentara itu yang masih dalam proses penelitian meliputi pemilikan ijazah SMTA 110 buah, Akademi 1 buah, Sarjana Muda 903 buah dan Sarjana 512 buah.

e. Operasi Teratai VI dalam rangka penertiban tempat-tempat unit kir/pengujian kendaraan, pemberian izin usaha dan trayek angkutan penumpang dan barang, pengurusan SIM, STNK dan BPKB dan sejenisnya yang dilakukan sejak De-sember 1982 dan Januari 1983 di 6 ibukota Propinsi Daerah Tingkat I telah mengungkapkan fakta-fakta penyelewengan oleh pegawai DLLAJR dan Kepolisian sebanyak 26 orang dan terhadapnya dilakukan tindakan penertiban dengan kemung-kinan penyelesaian melalui peradilan maupun tindakan administratif/disiplin.

Demikian pula telah dilakukan operasi-operasi penertiban lainnya seperti Operasi Purna Yudha yang dilancarkan pada bu-lan Pebruari sampai dengan Juli 1983 dalam rangka penertiban pelaksanaan PP No. 6 Tahun 1950 tentang tunjangan kepada para anggota TNI Non NRP yang mempunyai masa bakti dalam perjuang-an kemerdekaan, Operasi Atlas yang dilakukan pada bulan September dan Oktober 1983 untuk pengamanan dan penertiban dalam

1254

Page 33: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

pembebasan tanah, Operasi Mayang yang dilancarkan pada bulan Maret 1984 sebagai usaha penyelamatan proyek Bimas Nelayan. Ketiga Operasi tersebut telah berhasil mengamankan uang Ne-gara yang meliputi jumlah milyaran rupiah. Dapat ditambahkan pula bahwa melalui sarana yustisi terus diusahakan pemberan-tasan korupsi terhadap pegawai negeri atau mereka yang mem-peroleh fasilitas dari Negara.

Dalam kaitan dengan penertiban-penertiban di atas maka berasarkan Instruksi Presiden No.14 Tahun 1981 tentang Pe-nyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih pada tanggal 17 setiap bulan di semua instansi Pemerintah telah diambil kebijaksanaan agar Pimpinan Departemen/Lembaga Peme-ritah Non Departemen pada kesempatan tersebut antara lain mengumumkan tindakan-tindakan atau langkah-langkah penertiban yang telah dilakukan dalam lingkungan masing-masing, serta hal-hal yang baik atau positif seperti penghargaan yang dibe-rikan kepada yang berprestasi. Pengumuman pada setiap apel bendera tersebut tidak lain merupakan suatu langkah edukatif agar aparatur Pemerintah berbuat semakin tertib, berdisiplin dan makin berprestasi.

Selanjutnya dalam kaitan dengan berlakunya Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang telah dituangkan dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 yang dilengkapi dengan PP No. 27 Tahun 1983 sebagai peraturan pelaksanaannya, maka oleh Menteri Penertiban Aparatur Negara telah ditetapkan tatacara pe nyampaian laporan tindak pidana kepada aparatur penindak hukum. Dengan ditetapkannya tatacara tersebut maka menjadi jelas bagaimana prosedur yang harus ditempuh apabila aparatur pengawasan dalam menjalankan tugasnya mendapatkan temuan adanya tindak pidana di kalangan aparatur yang diawasinya.

Adapun pengawasan atas badan-badan usaha negara, telah makin dipertegas lagi dengan dikeluarkannya PP No. 3 Tahun 1983, jo. PP No. 28 Tahun 1983 tentang Tatacara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Pe-rum)dan Perusahaan Perseroan (Persero). Dengan adanya PP tersebut maka tugas dan fungsi aparatur Pemerintah yang ber-sangkutan serta aparatur pengawasan intern perusahaan telah dipertegas dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Selama masa Repelita III telah dilaksanakan langkah-lang-kah kebijaksanaan.untuk lebih memantapkan.pelaksanaan dan pe-nertiban, antara lain.sebagai berikut:

1255

Page 34: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

a. Terus mengembangkaa sistem pengawasan yang diusahakan se-cara terpadu dan terarah antara sesama aparatur pengawas-an, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah dan badan usaha milik negara/daerah;

b. Meningkatkan pengawasan yang merupakan fungsi organik da-ri pelaksanaan manajemen, yaitu pengawasan oleh atasan terhadap bawahan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan;

c. Menciptakan dan memantapkan iklim pengawasan sehingga pengawasan diterima sebagai sesuatu yang wajar serta di-rasakan untuk kepentingan yang diawasi juga;

d. Meningkatkan kemampuan aparatur pengawasan atas pelaksa-naan pembangunan dari berbagai macam segi, penggunaan uang, mutu fisik pembangunan serta pemenuhan fungsional proyek sehingga pengawasan itu bermanfaat sebagai umpan balik untuk penyempurnaan/perbaikan perencanaan dan pe-laksanaan;

e. Meningkatkan kepekaan terhadap sorotan masyarakat dalam berbagai bentuk kritik dan lain-lain mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas sebagai abdi negara maupun sebagai abdi/pelayan masyarakat;

f. Meningkatkan kemampuan aparatur pengawasan untuk mende-teksi penyimpangan sedini mungkin agar dapat diambil langkah koreksi sebelum terlambat;

g. Makin memantapkan kedudukan dan fungsi Inspektorat Jenderal Departemen sebagai aparatur pengawasan fungsional;

h. Mengembangkan hubungan kerja pengawasan secara terkoordi-nasikan di daerah dengan cara lebih memantapkan kedudukan dan fungsi Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya sebagai aparat pengawasan Pemerintah Daerah.

7. Penyempurnaan di bidang kepegawaian

Usaha-usaha penyempurnaan di bidang kepegawaian selama Repelita III merupakan kelanjutan dan peningkatan pula dari usaha-usaha yang telah dilakukan dalam Repelita-repelita se-belumnya. Sebagaimana telah digariskan dalam GBHN, usaha-u-saha penyempurnaan tersebut diarahkan untuk meningkatkan pe-ngabdian dan kesetiaan pegawai negeri sebagai unaur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat kepada cita-cita per-

1256

Page 35: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

juangan Bangsa dan Negara yang berdasarkan Pancasila dan Un-dang-undang Dasar 1945.

Peningkatan pembinaan pegawai negeri tersebut meliputi : penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang ke-pegawaian; (b) pengadaan dan pengangkatan pegawai serta pe-nyelesaian kepangkatan; (c) perbaikan penghasilan pegawai negeri; (d) perbaikan penghasilan penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun; (e) pemberian jaminan lainnya; (f) peningkatan disiplin pegawai negeri; (g) penyempurnaan tata kepegawaian; (h) peningkatan kemampuan manajemen para pejabat; serta peningkatan keterampilan dan produktivitas pegawai, dan (i) usaha lain di bidang pembinaan dan produktivitas kerja pegawai.

a. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang ke-pegawaian.

Berbagai peraturan perundang-undangan telah diterbitkan selama Repelita III sebagai pelaksanaan dari UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang dengan jelas menen-tukan kebijaksanaan mengenai kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri yang dilaksanakan berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Pelaksanaan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditentukan dalam UU No. 8 Tahun 1974 tersebut pengaturannya tertuang dalam bentuk Peraturan Pemerintah, sedaggkan keten-tuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tersebut pelaksana-annya diatur dalam keputusan Presiden. Selanjutnya petunjuk teknis pelaksanaannya dituangkan dalam Keputusan Menteri Pen-dayagunaan Aparatur Negara dan atau Menteri yang juga berwe-nang dalam masalah yang bersangkutan dan lebih lanjut dalam Surat Edaran Kepala BAKN atau Surat Edaran Bersama dengan Pimpinan Lembaga yang juga berwenang dalam masalah yang ber-sangkutan.

Perkembangan pelaksanaan UU No. 8 Tahun 1974 selama Repe-lita III dapat dilihat pada Tabel XXII - 7.

b. Pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian ke-pangkatan.

Pengadaan pegawai negeri diperlukan untuk pengisian formasi yang lowong pada masing-masing instansi Pemerintah, baik di Pusat maupun di Daerah. Dengan makin meningkatnya tugas-tugas pembangunan, maka diperlukan pula formasi pegawai yang

1257

Page 36: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII – 7

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH DITETAPKANTAHUN 1979/80 S/D MARET 1984 SEBAGAI PERATURAN PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG N0. 8 TAHUN 1974

1258

Page 37: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Lanjutan Tabel XXII – 7

1259

Page 38: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Lanjutan Tabel XXII – 7

1260

Page 39: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

bertambah besar. Namun demikian penambahan jumlah pegawai negeri sesuai dengan PP No. 5 Tahun 1976 tentang Formasi Pe-gawai Negeri Sipil selalu tetap didasarkan atas asas-asas efisiensi dalam penyusunan formasi dalam batas-batas kemam-puan keuangan Negara.

Selama Repelita III telah diangkat sejumlah 783.888 orang calon pegawai negeri sipil.

Jumlah pegawai negeri sipil pada tanggal 31 Desember 1978 adalah 1.829.397 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, maka bahan pegawai negeri selama Repelita III adalah sebesar 43%.

Mengenai kepangkatan maka dalam rangka penyempurnaan di bidang tersebut telah diterbitkan PP No. 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri. Adapun jenis-jenis kenaikan pangkat berdasarkan PP No. 3 Tahun 1980 tersebut me- liputi kenaikan pangkat reguler, pilihan, istimewa, pengabdi-an, anumerta, dalam tugas belajar, selama menjadi pejabat ne-gara, selama penugasan di luar instansi induk, selama menja-lankan wajib militer dan penyesuaian ijazah. Dapat dikemuka-kan bahwa selama Repelita III terus diambil langkah-langkah memperbaiki komposisi kepangkatan agar tidak terlalu banyak golongan I dibandingkan dengan golongan II ke atas. Langkah-langkah yang telah diambil ialah dengan kebijaksanaan pengangkatan pegawai baru yang mengutamakan tenaga-tenaga kejuruan dan tenaga-tenaga ahli.

Kecuali itu telah dilakukan usaha-usaha agar pegawai ne-geri dapat memperoleh kenaikan pangkat tepat pada waktunya. Sesuai dengan makna kenaikan pangkat tersebut maka salah satu ukurannya adalah nilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pe-kerjaan (DP-3) yang pengaturan telah tertuang dalam PP No.10 Tahun 1979. Di_ samping itu bagi pegawai yang akan mem-peroleh kenaikan golongan pangkat dilaksanakan ujian dinas yang petunjuk pelaksanaannya tertuang dalam Surat Edaran Bersama Kepala BAKN dan ketua LAN.

Dalam hubungan ini guna menggairahkan kerja para pegawai negeri yang melaksanakan tugas dalam jabatan fungsional, te-lah diadakan pengaturan kepangkatan dan kenaikan pangkatnya yang berbeda dari mereka yang mengemban tugas dalam jabatan struktural, yaitu untuk jabatan Peneliti berdasarkan SKB Ke-pala BAKN dan Ketua LIPI tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Peneliti. Yang masih dalam penyelesaian antara lain adalah untuk jabatan Penyuluh Pertanian dan Widyaiswara.

1261

Page 40: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Pegawai negeri sipil yang mengalami kenaikan pangkat dalam Repelita III berjumlah 1.021.924 orang, termasuk pegawai negeri sipil Daerah dan guru negeri yang diperbantukan pada Daerah Otonom. Dengan pengangkatan pegawai baru dan usaha memperlancar kenaikan pangkat, maka komposisi kepangkatan pe-gawai negeri sipil mengalami perubahan seperti dapat dilihat pada Tabel XXII - 8.

Selanjutnya berdasarkan Keppres No. 30 Tahun 1981 tentang Latihan Pra Jabatan, maka calon pegawai yang diangkat sejak 1 April 1981 diwajibkan mengikuti latihan pra jabatan. Lulus dari latihan ini merupakan salah satu syarat baginya untuk dapat diangkat sebagai pegawai negeri. Penyelenggaraan latih-an pra jabatan dimaksudkan sebagai pemberian orientasi kepada calon pegawai mengenai berbagai hal yang penting dalam kedu-dukan sebagai pegawai negeri kemudian, sehingga yang bersang-kutan akan mampu melaksanakan tugasnya, mengerti dan mengha-yati kewajiban dan hak-haknya sebagai pegawai negeri sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 1974 dan peraturan per-undang-undangan lainnya yang berhubungan dengan itu.

c. Perbaikan penghasilan pegawai negeri.

Selama periode 1979/80 1983/84 terus diusahakan untuk memperbaiki penghasilan pegawai negeri sipil dalam batas-batas kemampuan keuangan Negara sebagai berikut:

(i) Berdasarkan PP No. 9 Tahun 1979 pada bulan Juni 1979 kepada pegawai negeri diberikan tambahan penghasilan sebesar satu bulan gaji yang dikenal dengan gaji ke-13. Kemudian berdasarkan PP No. 37 Tahun 1979 pada bulan Januari 1980 kepada pegawai negeri diberikan tambahan satu bulan gaji yang disebut gaji ke-14. Besarnya gaji ke-13 dan ke-14 bagi pegawai golongan I, II, III dan IV adalah masing-masing 125%, 100%, 100% dan 75%.

(ii) Berdasarkan PP No. 14 Tahun 1980 mulai 1 April 1980 di-berikan tunjangan perbaikan penghasilan kepada pegawai golongan I, II, III dan IV masing-masing sebesar 60%, 50%, 40% dan 40%. Kemudian dengan PP No. 47 Tahun 1980 mulai bulan Januari 1981 diadakan perubahan perbaikan penghasilan, yaitu bagi golongan I dari 60% menjadi 100%, golongan II dari 50% menjadi 80%, golongan III dari 40% menjadi 65% dan golongan IV dari 40% menjadi 60% masing-masing dari penghasilan.

(iii) Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1984 tentang perubahan atas

1262

Page 41: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII – 8

KOMPOSISI KEPANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

1263

Page 42: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

PP No. 14 dan No. 47 Tahun 1980 diadakan perubahan be-sarnya tunjangan perbaikan penghasilan pegawai negeri, yaitu bagi golongan I dari 100% menjadi 130%, golongan II dari 80% menjadi 107%, golongan III dari 65% menjadi 90% dan golongan IV dari 60% menjadi 84% dari pengha-silan. Perbaikan-penghasilan rata-rata pegawai negeri dari tahun anggaran 1979/80 sampai dengan 1983/84 dapat dilihat dalam Tabel XXII - 9.

Di samping itu telah diadakan pula peningkatan jumlah tunjangan yang lain seperti tunjangan khusus bagi pegawai ne-geri yang ditugaskan di Propinsi Irian Jaya, Propinsi Timor Timur, tunjangan bahaya nuklir bagi pegawai negeri di lingku-ngan Badan Tenaga Atom Nasional dan tunjangan pengamanan dan penyelamatan bagi pegawai negeri yang dipekerjakan pada in-stalasi keamanan dan keselamatan pelayaran. Demikian pula te- lah diadakan pengaturan untuk pemberian tunjangan pada jaba-tan-jabatan fungsional seperti peneliti, hakim, panitera pe-ngadilan, jaksa dan sebagainya.

d. Perbaikan penghasilan penerima pensiun/tunjangan bersifat pensiun.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para pensiunan secara bertahap telah diusahakan pula perbaikan penghasilan para penerima pensiun/tunjangan yang bersifat pensiun. Per-ubahan gaji berdasarkan PP No. 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil menyebabkan pula perubahan dasar pensiun dan pensiun pokok pegawai negeri seperti diatur de-ngan PP No.8 Tahun 1977 tentang Penetapan Pensiun Pokok Bekas Pegawai Negeri Sipil dan Janda/Duda.

Dengan mengingat kemampuan keuangan Negara, maka penye-suaian pensiun pokok bekas pegawai negeri selama Repelita III dilakukan secara bertahap sebagai berikut :

(i) Pada bulan Januari 1980 kepada penerima pensiun/tun-jangan yang bersifat pensiun diberikan pensiun tambahan sebesar penghasilan pensiun bersih, tidak termasuk tun-jangan beras.

(ii) Terhitung mulai tanggal 1 April 1980 diberikan setiap bulan tunjangan perbaikan penghasilan pensiun sebesar 35% dari penghasilan.

(iii) Mulai tanggal 1 Januari 1981 tunjangan perbaikan peng-hasilan pensiun ditambah dari 35% menjadi 50%.

1264

Page 43: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 9

KENAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PEGAWAI NEGERI SIPIL,1979/80 - 1983/84

Keterangan :

1. setiap pegawai negeri sipil dianggap mempunyai seorang isteri/suami dan3 orang anak

2. dalam perhitungan ini belum termasuk tunjangan jabatan3. belum dikurangi iuran wajib 10% dari penghasilan

1265

Page 44: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

(iv) Mulai tanggal 1 Pebruari 1984 tunjangan perbaikan peng-hasilan pensiun ditingkatkan dari 50% menjadi 73%.

Dalam Repelita III perbaikan penghasilan yang berlaku bagi pensiunan pegawai negeri sipil juga berlaku bagi pen-siunan pejabat negara.

Perincian perbaikan penghasilan rata-rata pensiun pegawai negeri dari tahun 1979/80 sampai dengan tahun dapat dilihat pada Tabel XXII - 10.

e. Pemberian jaminan lainnya.

Berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1977 maka untuk membiayai usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan setiap pegawai negeri dipungut iuran sebesar 10 % dari penghasilan setiap bulannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan perincian 4,75% untuk iuran dana pensiun, 2% untuk pemeliharaan kesehatan dan 3,25% untuk iuran tabungan hari tua. Dengan pungutan itu setiap pegawai negeri mendapatkan jaminanjaminan penghasilan pensiun, pemeliharaan kesehatan beserta keluarganya melalui Asuransi Kesehatan dan tabungan hari tua melalui Asuransi Sosial Pegawai Negeri.

Penyelenggaraan asuransi Sosial untuk jaminan tabungan hari tua tersebut di atas telah disempurnakan dengan PP No. 25 Tahun 1981 menjadi terpusat dan lebih terarah. Dalam rangka itu pula maka dengan PP No. 26 Tahun 1981 Perum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen) telah diubah menjadi Persero.

Selanjutnya kepada pegawai negeri yang cacad karena dinas yang mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan penghargaan dalam bentuk tunjangan cacad sehingga ia dapat hidup layak. Besarnya tunjangan tiap-tiap bulan berkisar dari 30% dan tertinggi 70% dari gaji pokok menurut tingkat keadaan cacad tersebut. Mulai 1 Pebruari 1984 tunjangan-tunjangan itu dinaikkan sebesar 15%.

Biaya pemakaman pegawai negeri yang tewas seluruhnya di-tanggung oleh Negara dan kepada keluarganya diberikan peng-hargaan dalam bentuk uang duka sebesar 6 kali penghasilan se- bulan dengan ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000.

Ketentuan-ketentuan mengenai perawatan, tunjangan cacad dan uang duka tersebut di atas diatur dalam PP No. 12 Tahun 1981.

1266

Page 45: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 10

KENAIKAN PENGHASILAN RATA-RATA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL,1979/80 - 1983/84

Keterangan :

1. Setiap.pensiunan pegawai negeri sipil dianggap mempunyai seorang isteri/suami dan 3 orang anak

2. Dalam perhitungan ini belum termasuk tunjangan pangan3. Belum dikurangi iuran wajib untuk pemeliharaan kesehatan sebesar 2% dari

penghasilan sebulan.4. Terhitung mulai bulan April 1980 diberikan tunjangan perbaikan penghasilan

sebesar 35% dari penghasilan sebulan5. Terhitung mulai bulan Januari 1981 diberikan tunjangan perbaikan penghasilan

sebulan6. Terhitung mulai bulan Pebruari 1984 diberikan tunjangan perbaikan penghasil-

an (sebulan)

1267

Page 46: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

f. Peningkatan disiplin pegawai negeri

Dengan mengingat bahwa pegawai negeri adalah unsur Apara-tur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat maka kepadanya dituntut untuk memiliki disiplin tinggi dalam melaksanakan tugas kewajibannya. Dalam rangka itu maka telah ditetapkan PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri.

PP No. 30 Tahun 1980 pada pokoknya menetapkan kewajiban dan larangan bagi pegawai negeri serta sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar. Terdapat 26 kewajiban dan 18 larangan, serta 3 tingkatan sanksi berupa hukuman disiplin ringan, sedang dan berat. Peraturan disiplin ini- lah yang digunakan sebagai dasar penindakan terhadap pegawai negeri jika hasil pemeriksaan oleh aparatur pengawasan fungsional maupun pengawasan melekat serta team penertiban menunjukkan adanya pelanggaran. Penerapan sanksi berupa hukuman disiplin telah berlaku dalam rangka tindak lanjut pada opera-si-operasi yang telah dilancarkan.

Dalam pada itu untuk menyelesaikan keberatan atas hukuman disiplin yang dijatuhkan terhadap pegawai negeri sipil telah dibentuk Badan Pertimbangan Kepegawaian berdasarkan Keppres No. 67 Tahun 1980. Badan ini diketuai oleh Menpan dan Kepala BAKN sebagai Sekretaris. Adapun anggota-anggotanya adalah Se-kretariat Kabinet, Direktur Jenderal Pembinaan Hukum dan Per-undang-undangan Departemen Kehakiman, Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan; Direktur Jenderal PUOD Departemen Dalam Negeri dan Ketua Pengurus KORPRI Pusat.

g. Penyempurnaan tata usaha kepegawaian

Tata usaha kepegawaian yang tertib, teratur dan rapi mutlak diperlukan untuk mewujudkan pembinaan pegawai negeri yang baik.

Sebagai salah satu usaha penyempurnaan tata usaha kepe-gawaian maka pada tahun 1974 telah diadakan Pendaftaran Ulang Pegawai Negeri Sipil untuk mendapatkan data kepegawaian yang lengkap dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai landasan bagi pembinaan secara lebih tertib dan teratur. Sejak itu setiap mutasi kepegawaian yang mengakibatkan perubahan data kepegawaian dicatat dengan teliti. Data kepegawaian tersebut perlu secara terus-menerus dipelihara dan diperbaharui sesuai dengan perubahan-perubahan yang ada. Dengan tata usaha kepe-gawaian yang tertib dan teratur maka data kepegawaian yang

1268

Page 47: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

diperlukan dapat ditemukan dengan cepat, sehingga akan memperlancar usaha pembinaan pegawai negeri selanjutnya.

Berdasarkan hasil pencatatan data kepegawaian, jumlah dan komposisi Pegawai Negeri Sipil adalah seperti terdapat dalam Tab XXII - 11.

Kegiatan-kegiatan lain dalam rangka tata usaha kepegawai- an ialah penetapan Nomor Induk Pegawai (NIP), pemberian Kartu Pegawai (KARPEG), perekaman data pegawai, penyusunan nama-nama pegawai menurut abjad, penyusunan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang diatur dengan PP No. 15 Tahun 1979, pembaharuan Daftar Keluarga, pemberian Kartu Isteri (KARIS) dan Kartu Suami (KARSU) berdasarkan PP No. 10 tahun 1983, dan sebagainya.

Untuk dapat meningkatkan pelayanan asministrasi berhu-bungan dengan perkembangan dan tambahan beban tugas BAKN, maka berdasarkan Keppres No.53 Tahun 1980 telah ditetapkan pem-bentukan Kantor Wilayah BAKN tingkat Propinsi secata berta-hap. Sejak tahun 1981/82 telah dibentuk Kantor-Kantor Wilayah BAKN di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Daerah Isti-mewa Yogyakarta.

Selanjutnya sehubungan dengan semakin luasnya ruang lingkup tugas BAKN maka untuk penyesuaian dengan kebutuhan PP NO. 32 Tahun 1972 yang mendasari pembentukan BAKN telah dicabut dengan PP. No. 4 Tahun 1984 dan seterusnya kedudukan, tugas, fungsi dan organisasinya disempurnakan dengan Keppres No.11 Tahun 1984. Susunan organisasi BAKN yang semula ter-diri dari Kepala, Sekretariat dan Biro-biro telah ditingkat-kan menjadi susunan organisasi yang terdiri dari Kepala, Wa-kil Kepala, 5 Deputi, Staf Ahli dan Kantor-kantor Wilayah.

h. Pendidikan dan Latihan

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan pegawai negeri yang didasarkan atas sistem karier dan sistem prestasi kerja serta untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilannya maka penyelenggaraan program pendidikan dan latihan dilakukan secara terus-menerus serta senantiasa ditingkatkan sesuai dengan tuntutan perkembangan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan.

Untuk lebih teratur dan terarahnya penyelenggaraan pen-didikan dan latihan secara keseluruhan, maka berdasarkan Kep-pres No. 34 Tahun 1972 dan Instruksi Presiden No. 15 Tahun

1269

Page 48: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 11

KOMPOSISI PEGAWAI NEGERI SIPIL

1270

Page 49: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

1974 kepada Lembaga Administrasi Negara diberikan tanggungja-wab untuk secara fungsional mengkoordinasikan kegiatan ter-sebut.

Pendidikan dan latihan pegawai negeri perlu dilaksanakan baik sebelum mereka memegang jabatan (pra jabatan/pre ser-vice) maupun sesudah memegang jabatan (dalam jabatan/in ser-vice) dan meliputi :

(i) bidang teknis fungsional, yaitu yang bersangkutan dengan kemampuan teknis melaksanakan jenis pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi-fungsinya dan

(ii) bidang administrasi, baik pemerintahan maupun pemba-ngunan.

Penyelenggaraan pendidikan dan latihan pegawai negeri Repelita III mencakup antara lain latihan pra jabatan, pendidikan dan latihan penjenjangan, teknik-teknik pengelola-an bidang pembangunan, penataran OPSTIB dan lain sebagainya.

Program pendidikan dan latihan penjenjangan yang teruta-ma ialah Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA) seba-gai program pendidikan dan latihan administrasi tingkat atas yang bersifat reguler bagi para pegawai negeri yang memegang jabatan penting dalam aparatur Pemerintah. Di antara tujuan penting SESPA ialah memperluas cakrawala pandangan, membina kesatuan bahasa, kesatuan sikap serta kesatuan pola pikir di kalangan pejabat pimpinan sehingga terealisasi kelancaran jalannya pemerintahan dan gerak pembangunan dalam arti yang luas, namun terpadu.

Penyelenggaraan SESPA pada masing-masing Departemen, demikian pula SESPA Nasional yang diselenggarakan oleh LAN, selama masa Repelita III dapat dilihat pada Tabel XXII - 12.

Program pendidikan dan latihan pegawai yang perlu dike-mukakan adalah Program Perencanaan Nasional (PPN) yang dimak-sudkan untuk memberikan pengetahuan dasar dan berbagai teknik yang diperlukan dalam perencanaan maupun pelaksanaan proyek-proyek pembangunan. Dalam periode 1979/80 sampai dengan 1983/84 program tersebut telah diselenggarakan dalam 5 angka-tan dengan jumlah lulusan 151 orang yang terdiri dari peja-bat-pejabat dari unit-unit perencanaan baik di Pusat maupun Daerah.

Adapun mengenai penyelenggaraan pendidikan dan latihan

Page 50: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 12

JUMLAH LULUSAN SESPA,1979/80 - 1983/84

(orang)

1272

Page 51: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

penjenjangan lainnya, yaitu SEPADYA, SEPALA dan SEPADA dapat dikemukakan bahwa selama Repelita III telah diikuti masing-masing oleh 2.481, 7.200 dan 3.925 orang pegawai Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen baik yang bekerja pada instansi Pusat maupun Daerah.

Selanjutnya program-program pendidikan dan latihan lainnya berupa pendidikan dan latihan teknik-teknik manaje-men bidang pembangunan dan pengawasan selama Repelita III diselenggarakan masing-masing dalam 788 angkatan dengan jumlah lulusan 24.865 lulusan, 60 angkatan dengan jumlah lu-lusan 2.241 orang dan 32 angkatan dengan jumlah lulusan 1.073 . Dalam hubungan ini perlu ditambahkan bahwa pendidikan dan latihan pengawasan yang dilakukan dalam rangka Opstib di-ikuti oleh pengawas/pemeriksa di lingkungan Inspektorat Jen-deral Departemen serta Inspektorat Wilayah Propinsi/Kabupaten Kotamadya. Tujuannya ialah peningkatan pejabat pengawasan sehinggga semakin adanya pengawasan yang dapat dipertanggung-jawabkan.

Sebagai pelengkap pendidikan dan latihan maka sehubungan dengan makin banyaknya tenaga ahli yang diperlukan untuk mem-percepat laju pembangunan telah dikeluarkan berbagai pedoman guna mengikuti program-program pasca sarjana bagi para pega-wai negeri yang potensial baik pada perguruan-perguruan tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri.

i. Penataran P-4

Dalam rangka peningkatan pegawai negeri dalam pengab-diannya kepada Negara dan Bangsa maka dengan Instruksi Pre-siden No. 10 Tahun-1978 telah diadakan penataran terhadap pe-gawai negeri termasuk pegawai badan-badan usaha milik Negara untuk mendalami Ketetapan-ketetapan MPR, terutama Ketetapan tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Garis-garis Besar Haluan Negara, sehingga dengan demikian setiap pegawai dapat menghayati dan mengamalkannya serta mampu menyebarluaskannya di lingkungan masing-masing.

Sehubungan dengan itu dengan Keppres No. 10 Tahun 1979 telah dibentuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayaten dan Pengamalan Pancasila (BP-7) yang secara khusus bertugas melaksanakan pembinaan pendidikan P-4. Dengan pemben-tukan BP-7 ini dimaksudkan agar pendidikan tersebut dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan hasil yang diharapkan, serta menumbuhkan tekad guna mengamalkan

1273

Page 52: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Pancasila secara nyata dalam kehidupan bangsa Indonesia seha-ri-hari. Badan ini merupakan suatu Lembaga Pemerintah Non De-partemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Untuk keperluan penyebarluasan P-4 tersebut di daerah-daerah maka dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. No. 163 Tahun 1981 dan No. 86 Tahun 1982 telah dibentuk BP-7 Daerah Tingkat I dan Bp-7 Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia

Penataran dilakukan secara bertingkat, yaitu penataran-penataran tingkat nasional, tingkat instansi Pusat, tingkat Propinsi, tingkat Kabupaten/Kotamadya dan tingkat Kecamatan. Demikian pula penataran dilaksanakan menurut golongan, yaitu Tipe A yang diikuti oleh pegawai negeri golongan III.ke atas atau yang dipersamakan dengan itu, Tipe B yang diikuti oleh pegawai negeri golongan II atau yang dipersamakan dengan itu dan Tipe C untuk pegawai negeri golongan I atau yang diper-samakan. Penataran yang telah dimulai pada tahun 1979/80 yang diperinci per tahun menurut tipe penataran adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel XXII - 13.

Adapun pegawai negeri yang telah mengikuti Latihan Pra Jabatan berdasarkan Keppres No. 30 Tahun 1981 tidak perlu mengikuti penataran P-4 lagi mengingat.kurikulum Latihan Pra Jabatan telah mencakup materi penataran P-4.

8. Penyempurnaan administrasi bidang-bidang lain

Sejalan dengan penyempurnaan aparatur Pemerintah di bi-dang kelembagaan dan kepegawaian, berbagai usaha telah pula dilakukan untuk penyempurnaan di bidang ketatalaksanaan, anta- ra lain ketatalaksanaan dalam administrasi keuangan, adminis-trasi penerimaan Negara, administrasi material dan pengelola-an perlengkapan, administrasi pengadaan barang/peralatan Peme-rintah, inventarisasi kekayaan Negara, perizinan, kearsipan dan sebagainya.

Dalam rangka penyempurnaan administrasi keuangan untuk menunjang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian APBN maka Pusat Analisa Informasi Keuangan pada Departemen Keuangan yang dibentuk pada tahun 1976 telah mengalami penyempurnaan dengan diadakannya bidang pembinaan komunikasi data keuangan. Bidang ini diadakan untuk lebih meningkatkan kelancaran pe-laksanaan pengembangan sistem informasi keuangan dan untuk lebih menjamin terselenggaranya komunikasi data antara pusat pengolahan dan terminal-terminal pengolahan perekaman, baik

1274

Page 53: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

TABEL XXII - 13

PESERTA PENATARAN TINGKAT NASIONAL SERTA TINGKAT PUSAT DAN DAERAHDARI TIPE A, TIPE B DAN TIPE C,

1979/80 - 30 JUNI 1984(orang)

1) Termasuk peserta Penataran Tingkat Nasional Angkatan I

1275

Page 54: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

di Pusat maupun di daerah dengan kerjasama yang lebih erat dengan inetansi-instansi bersangkutan.

Pusat Analisa Informasi Keuangan tersebut mempunyai tu-gas melakukan pembinaan dan pengembangan dalam pengolahan berbagai data keuangan untuk memungkinkan dilakukannya pe-laksanaan pengawasan dengan dukungan komputer. Data keuangan yang dimaksud misalnya data impor, ekspor, cukai tembakau, realisasi anggaran, perkembangan bantuan luar negeri serta arus pemasukan dan pengeluaran uang melalui Kantor-kantor Kas Negara.

Dalam pada itu dalam rangka meningkatkan pelayanan ke-pada masyarakat serta mengamankan penerimaan negara, maka se-lama Repelita III sebagai realisasi Instruksi Presiden No. 6 Tahun 1979 kepada Menteri Keuangan secara terus-menerus telah dilakukan berbagai perbaikan dalam sistem perpajakan serta aparaturnya. Berbagai peningkatan cara pelayanan kepada ma-syarakat dilakukan antara lain dengan pengaturan yang lebih baik seperti dalam penyelesaian banding pajak langeung, dalam penyelesaian banding pajak penjualan, dalam pemberian per-lakuan yang berbeda terhadap wajib pajak yang baik, dalam pe-ngajuan keberatan atas penetapan pajak serta pengaturan ten-tang penggunaan jasa akuntan publik. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat telah pula diambil kebijaksanaan untuk menyempurnakan susunan Majelis Pertimbangan Pajak ber-dasarkan Keppres No. 84/M dengan mendudukkan wakil-wakil dari KADIN sebagai anggota. Sebagaimana diketahui Majelis ini ber-tugas menangani perbedaan pendapat yang terjadi antara kalang-an pengusaha dengan petugas pajak mengenai perpajakan.

Menjelang akhir Repelita III telah dapat diundangkan sistem perpajakan yang baru melalui pengolahan Undang-undang No. 6, No. 7, dan No. 8 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta tentang Keten-tuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Sistem perpajakan nasional yang baru tersebut di samping berintikan kesederhanaan dan pemberian kepastian, juga lebih diorientasikan kepada pemera-taan dan keadilan, yakni tidak akan memungut pajak atas ma-syarakat yang berpenghasilan rendah dan sebaliknya memperoleh sumbangan yang lebih besar dari masyarakat berpenghasilan tinggi, termasuk perusahaan-perusahaan besar. Di segi lain tuntutan masyarakat terhadap adanya aparatur perpajakan yang makin mampu dan bersih telah pula dituangkan dalam berbagai ketentuan yang bersifat pengawasan.dalam undang-undang ini.

Adminiatrasi perlengkapan Pemerintah yang terkait erat

1276

Page 55: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

dengan administrasi keuangan juga secara terus-menerus diusa-hakan penyempurnaannya pada semua tahap, ialah tahap perenca-nakan kebutuhan, pengadaan (procurement), penyimpanan, distri-busi, pemeliharaan dan penentuan penghapusan. Administrasi perlengkapan sangat memerlukan sistem yang lebih mantap kare-na meningkatnya jenis dan jumlah penggunaan peralatan dan per-lengkapan Pemerintah seperti ternyata dengan makin besarnya belanja barang tiap tahun dalam APBN. Administrasi perlengkap- an menjadi lebih kompleks berhubung dengan kemajuan teknologi dan spesifikasi yang makin bervariasi.

Sehubungan dengan itu Team Interdepartemental yang di-bentuk oleh Departemen Keuangan telah berhasil merumuskan rancangan peraturan mengenai pengelolaan perlengkapan yang lebih efisien, seragam dan terkoordinasikan.

Berdasarkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 1971 dan SK Menteri Keuangan No. Kep-225/MK/V/4/1971 maka Direktorat Jen-deral Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) Departemen Keuangan diberi tugas untuk melakukan pembinaan terhadap instansi-instansi Pemerintah dalam rangka penyusunan neraca kekayaan Ne-gara dengan pemberian petunjuk membuat daftar inventaris, daftar rekapitulasi tahun sebelumnya dan laporan mutasi triwulan tahun anggaran yang sedang berjalan. Demikian pula te-lah diadakan penataran para petugas sensus dan inventarisasi darl Departemen-departemen yang bersangkutan. Tugas-tugas tersebut di atas kini telah beralih pada Badan Pengawasan Ke-uangan dan Pembangunan (BPKP) berdasarkan Instruksi Presiden No. 14 Tahun l983.

Selanjutnya untuk lebih meningkatkan daya dan hasil guna dalam pengadaan barang/peralatan yang diperlukan Departemen/ Lembaga maka Team Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Peme-rintah yang dibentuk Keppres No. 10 Tahun 1980 jo. No. 42 Ta- hun 1980, No. 1 Tahun 1981 dan No. 7 Tahun 1982 telah menyu-sun berbagai pedoman antara lain tentang pelaksanaan pekerja-an pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp. 500 juta serta tatacara pengadaan kendaraan bermotor dan beberapa je-nis barang-barang lainnya. Tugas pengendalian dan koordinasi Team Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah telah dimuat secara terperinci dalam Keppres No. 14 A Tahun 1980 disempurnakan dengan Keppres No. 18 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan APBN.

Penyempurnaan tatacara dalam rangka perluasan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya dalam rang-ka penggalakan ekspor komoditi non migas, bagi pengusaha me-

1277

Page 56: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

lalui kemudahan juga terus dikembangkan. Sasaran penyempurna-an ini adalah untuk menghindarkan hal-hal yang dapat mengham-bat kelancaran kegiatan perekonomian dengan berbagai kemudahan dalam perizinan. Penyempurnaan dan penyederhanaan perizinan ini meliputi penelaahan tentang perlu atau tidaknya perizinan dalam suatu kegiatan, prosedur dan persyaratan penguruaan izin, lama waktu pengurusan dan pemberian izin, koordinasi antar instansi, keserasian dan kepastian dalam hal biaya dan lain-lain.

Usaha penyederhanaan perizinan ini terutama ditujukan agar perizinan yang ada memang benar-benar penting sebagai alat pengendalian sedangkan perizinan yang tidak efektif dan atau bahkan tidak ada dasar hukumnya dihapuskan serta dila-kukan penggabungan dengan perizinan sejenis lainnya agar ti-dak terjadi duplikasi.

Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perizin-an di Bidang Usaha maka telah diambil langkah-langkah penye-derhanaan oleh beberapa Departemen, antara lain Departemen Perdagangan yang mencabut 17 izin, Departemen Perhubungan yang telah mencabut 12 izin, Departemen Kehutanan mencabut 16 izin, Departemen Pertanian mencabut 12 izin dan Departemen Dalam Negeri yang telah menyederhanakan tatacara penyediaan tanah, pemberian hak atas tanah, pemberian izin bangunan serta izin Undang-undang Gangguan bagi perusahaan-perusahaan yang mengadakan investasi modal. Langkah-langkah penyederha-naan tersebut masih akan diikuti oleh Departemen maupun sek-tor lainnya.

Kegiatan-kegiatan dalam rangka usaha pembinaan dan pe-ngembangan kearsipan, baik statis maupun dinamis, telah di-tingkatkan selama Repelita III. Usaha perbaikan dan penyempur-naan kearsipan dilakukan secara tertib, bertahap dan terus-me-nerus serta ditujukan kearah suatu tata penyelenggaraan kear-sipan yang dapat menunjang dan memperlancar tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.7 Tahun 1971 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan usaha pembinaan kearsipan mencakup pembinaan sistem dan mekanisme yang dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan tata kearsipan dina-mis pada badan-badan pemerintahan di tingkat Pusat dan Dae-rah, peningkatan kemampuan dan keterampilan petugas-petugas kearsipan melalui program pendidikan dan latihan, peningkatan hubungan kerja dan koordinasi fungsional di bidang kearsipan,

1278

Page 57: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

serta perluasan dan peningkatan usaha penyelamatan dan peles-tarian arsip sebagai bahan pertanggungjawaban nasional dan bukti perjuangan bangsa

Prioritas kegiatan ditujukan kepada pembinaan bidang ke-arsipan dinamis dan diarahkan agar keseluruhan penyelenggara-an kearsipan aparatur Pemerintah merupakan sistem yang dii-kuti oleh.semua unsur organisasi dalam aparatur Pemerintah sehingga terdapat keseragaman pengelolaannya dalam rangka me-nunjang pengembangan sistem informasi baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Disamping itu sistem tersebut dapat mencipta-kan pra kondisi yang dapat melapangkan jalan menuju moderni-sasi administrasi seperti mikrofilmisasi, komputerisasi dan lain sebagainya.

Sistem kearsipan pola baru atau sistem kartu kendali yang mulai diperkenalkan pada tahun 1974 dewasa ini semakin mantap dan secara luas dipergunakan sebagai dasar bagi penge-lolaan arsip dinamis pada badan-badan pemerintahan. Pembinaan kearsipan dinamis pada jajaran perangkat Pemerintah Daerah telah dilaksanakan dengan bekerjasama antara Arsip Nasional dengan Departemen Dalam Negeri. Dalam hubungan ini telah di-terbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 30 Tahun 1979 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1980 tentang tata kearsipan untuk lingkungan Pemerintah_ Propinsi Daerah Tingkat I dan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.

Sejalan dengan-kegiatan penerapan sistem kearsipan kartu kendali tersebut selama Repelita III dilakukan pula kegiatan penyusutan arsip terhadap arsip-arsip inaktif yang terdapat pada berbagai badan pemerintahan baik di Pusat maupun di Dae-rah. Landasan dan dasar bagi kegiatan ini dituangkan dalam PP No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip sedang untuk tek-nis pelaksanaannya dijabarkan dalam Surat Edaran Kepala Arsip Nasional tentang Penanganan Arsip Inaktif dan tentang Pedoman Umum untuk Menentukan Nilaiguna Arsip.

Dalam hal pembinaan bidang kearsipan statis maka masalah ruangan dan peralatan yang memenuhi syarat-syarat teknis ke-arsipan merupakan salah satu masalah utama. Dalam rangka me-ngatasi masalah tersebut maka oleh Arsip Nasional secara bertahap sampai dengan Repelita III telah dibangun depot ar-sip seluas 6.270 m2 dan gedung kantor berikut ruang bengkel kerja dan peralatan/mesin seluas 3.443 m2. Depot arsip seluas itu perhitungkan mampu menampung arsip statis sebanyak le- bih kurang 19.000 m2 dan tidak hanya diperuntukkan bagi pe-nyimpanan arsip dalam bentuk tekstual, tetapi juga arsip-arsip

1279

Page 58: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

film, foto, rekaman dan lain sebagainya. Depot juga diper-lengkapi dengan fasilitas untuk pelaksanaan kegiatan restora-si arsip, reprografi dan pembuatan mikrofilm. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa selama Repelita III telah diha-silkan koleksi arsip pandang-dengan (audio-visual) yang me-liputi arsip film sebanyak 6.010 kaleng, arsip video 92 ka-set, arsip rekaman 119 reel dan 121 kaset serta arsip foto sebanyak 1.397.177 eksemplar. Perekaman sejarah secara lisan telah menghasilkan 1.131 kaset dengan 350 pengkisah. Semen-tara itu koleksi arsip dalam bentuk mikrofilm dalam Repelita III telah bertambah dengan 4.062 reel, yaitu 1.510 reel dari negeri Belanda sebagai hasil kerjasama dengan Algemeen Rijks-archief dan badan-badan ilmiah lainnya di negara Belanda serta 2.552 reel dari hasil permikrofilman arsip dari Arsip Nasional sendiri.

D. SISTEM PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

1. Pendahuluan

Sebagaimana dalam Repelita-repelita sebelumnya maka da-lam Repelita III untuk penjabaran kebijaksanaan, program-pro-gram dan prioritas yang terdapat di dalamnya setiap tahun di-susun rencana operasional tahunan yang dicerminkan dalam Ang-garan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun yang bersangkutan. Juga seperti dalam Repelita-repelita sebelum-nya, maka selama Repelita III dalam menyusun APBN tetap dia-nut prinsip-prinsip pokok, yaitu : (a) Anggaran yang berim-bang, ialah penyesuaian. pengeluaran dengan penerimaan; .(b) Anggaran dinamis di mana realisasi penerimaan diusahakan me-ningkat dengan mengusahakan terus meningkatnya tabungan Peme-rintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan dengan kemampuan sendiri; (c) Penentuan skala prioritas yang tepat; dan (d) Bekerja atas dasar program terpadu. Sedang dalam pelaksanaan-nya berdasarkan disiplin anggaran tetap diperhatikan prinsip-prinsip: (a) hemat, tidak mewah dan efisien, dan (b) terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegia-tan serta fungsi masing-masing Departemen/Lembaga.

Dengan mempertahankan prinsip anggaran berimbang yang dinamis diusahakan untuk menoiptakan stabilitas yang dinamis yang merupakan prasyarat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai sarana peningkatan kesejahteraan lahir batin dari rakyat banyak menuju ke arah terwujudnya ke-adilan sosial berdasarkan Pancasila.

1280

Page 59: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Di samping usaha-usaha peningkatan volume dana-dana yang diperlukan bagi pembangunan, diusahakan pula penyempurnaan dalam tatacara penyelenggaraan penyediaan anggaran. Selanjut-nya dalam usaha lebih menyerasikan pembangunan yang bersifat nasional maupun yang akan dilaksanakan oleh daerah-daerah da-lam angka pelaksanaan program bantuan Pemerintah Pusat kepa-da Daerah, telah disempurnakan pula tatacara pembiayaannya serta pengelolaan proyek-proyeknya. Kemudian untuk dapat mem-berikan dukungan kepada pembiayaan pembangunan, diusahakan penyempurnaan sistem pembiayaan rutin, sistem penyediaan dana kredit yang disalurkan melalui perbankan serta sistem penye-diaan dana untuk penyertaan modal Pemerintah dalam badan-badan usaha milik Negara.

Dalam rangka peningkatan pelaksanaan proyek, maka pada Tahun 1979 diadakan penyempurnaan terhadap pedoman pelaksana-an APBN dengan dikeluarkannya Keppres No. 14 Tahun 1979 dan yang kemudian disempurnakan berturut-turut dengan Keppres No. 1 A Tahun 1980 dan Keppres No. 18 Tahun 1981. Penyempurnaan yang cukup mempunyai arti penting tersebut pada pokoknya meneliti hal-hal sebagai berikut:

a. Pempurnaan dengan sasaran agar peraturan pelaksanaan APBN sekaligus juga mendukung kebijaksanaan pemerataan, terutama pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan ke-sempatan kerja melalui pengutamaan produksi dalam negeri, pengutamaan pengusaha golongan ekonomi lemah serta peng-utaan pengusaha setempat dalam pelaksanaan pekerjaan dan pembelian barang/peralatan oleh Pemerintah;

b. Pempurnaan aparatur Pemerintah agar pelaksanaan APBN dapat berjalan lebih lancar tanpa penyalahgunaan dan pro-yek pembangunan terlaksana pada waktunya melalui penegasan tanggungjawab pimpinan untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap bawahan.

Sebagai tindak lanjut dari Keppres tersebut telah di-lengkapi ketentuan-ketentuan berbagai pasal dalam bentuk Su-rat Keputusan Menteri atau Surat Keputusan beberapa Menteri seperti ketentuan tentang prakualifikasi di tingkat Daerah, biaya pengadaan tanah untuk keperluan proyek-proyek sektoral, pedoman pelaksanaan proyek gedung Pemerintah, tatacara perse-tujuan kontrak muliti-years, prosedur dan penata-usahaan ban-tuan luar.negeri, dan lain sebagainya.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas, pe-ngadaan barang/peralatan yang diperlukan oleh Departemen/Lem-

1281

Page 60: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

baga, dengan Keppres No. 10 Tahun 1980 telah dibentuk Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang ber-tugas mengendalikan dan mengkoordinasikan pengadaan atau pem-belian barang/peralatan. Adapun tatacara penyediaan dana dan pelaksanaan pembayaran untuk pengadaan atau pembelian terse-but diatur dalam Keppres No. 15 Tahun 1980. Tim telah diper-luas keanggotaannya dan ditingkatkan fungsinya dengan Keppres No. 17 Tahun 1983.

Usaha untuk lebih memantapkan penilaian pelaksanaan proyek terus ditingkatkan dengan dikembangkannya sistem pengendalian proyek yang memungkinkan identifikasi bagi tin-dakan-tindakan korektif secepatnya serta penyempurnaan peren-canaan berikutnya. Dalam hubungan ini Bappeda tingkat I di-ikut sertakan sebagai pengujian silang terhadap laporan yang disampaikan oleh Pemimpin Proyek. Selanjutnya untuk pelaksa-naan pengawasan dan pengendalian proyek di daerah dengan le-bih terkoordinasi, maka dengan Keppres No. 20 Tahun 1981 te-lah dibentuk Tim Koordinasi Pengendalian dan Pengawasan Pem-bangunan di Daerah•yang bertugas membantu Gubernur Kepala Da-erah Tingkat I dalam pelaksanaan pengawasan pembangunan, baik sektoral maupun regional di daerah-daerahnya.

Khusus mengenai pengawasan keuangan Negara selama Repe-lita III seoara terus-menerus diusahakan perbaikan dan pe-ningkatan dengan penanggulangan terhadap penyimpangan dan efisiensi melalui penyempurnaan sistem koordinasi baik di tingkat Pusat maupun Daerah.

2..Penyusunan anggaran pembangunan

Pelaksanaan Repelita setiap tahun dijabarkan dalam ren-cana operasional tahunan yang dituangkan dalam APBN, khusus-nya Anggaran Pembangunan, disertai dengan pedoman pelaksana-annya. APBN disahkan oleh DPR dengan Undang-undang, sedang pelaksanaannya diatur dengan Keputusan Presiden. Undang-un-dang serta Keppres dimaksud selama Repelita III ialah tahun 1979/80 UU No. 2 Tahun 1979; tahun 1980/81 UU No. 1 Tahun 1980; tahun 1981/82 UU No. 1 Tahun 1981; tahun 1982/83 UU No. 5 Tahun 1982 dan 1983/84 UU. No. 2 Tahun 1983, serta Keppres No. 14 Tahun 1979, Keppres No. 14 A Tahun 1980 dan Keppres No. 18 Tahun 1981.

Dalam tiap Keputusan Presiden terdapat penyempurnaan, jika dibandingkan dengan pedoman pelaksanaan APBN sebelumnya. Namun demikian pada dasarnya prosedur tetap berpegang pada pola-pola kelancaran pelaksanaan penyediaan anggaran tanpa

1282

Page 61: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

meninggalkan keterarahan, ketertiban dan keamanan pelaksanaan operasionalnya.

Untuk menjamin kelangsungan kegiatan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan tetap dianut sistem yang memungkinkan penggunaan sisa anggaran pembangunan tahun sebelumnya dalam, tahun anggaran yang sedang berjalan. Namun untuk lebih mendo-rong peningkatan daya serap anggaran, penggunaan sisa anggar-an pembangunan (SIAP) tersebut dibatasi sampai selama-lamanya 3 tahun anggaran berturut-turut.

Penyusunan rencana proyek dengan penuangannya dalam DIP tetap dilanjutkan sebagai upaya agar rencana tersebut lebih terarah tanpa meninggalkan unsur-unsur pengawasan. Sejak ta-hun 1980/81 format DIP,telah disederhanakan dari 6 halaman menjadi 3 halaman. Di samping untuk mempermudah dan memperce-pat pelaksanaan proyek, DIP juga sekaligus diberlakukan seba-gai Surat Keputusan 0torisasi.

Untuk keperluan, pelaksanaan operasional proyek, maka berdasarkan DIP yang bersangkutan, oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga dikeluarkan Petunjuk Operasional (P0) yang memuat uraian dan perincian DIP serta petunjuk khusus yang perlu diperhatikan oleh Pemim-pin Proyek dalam pelaksanaan proyeknya. PO juga dipergunakan sebagai sarana pengawasan terhadap pelaksanaan proyek ber-sangkutan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan fung-sional maupun pengawasan melekat (built-in) yang dilakukan oleh atasan langsung dalam Departemen/Lembaga yang bersang-kutan. Hal ini menunjukkan perubahan tekanan dalam pengawasan yaitu dari pengawasan pre-audit kepada pengawasan post-audit yang menyebabkan fungsi pengawasan oleh atasan langsung men-jadi sangat dominan.

Seperti halnya dalam Repelita-repelita sebelumnya, maka dalam Repelita III pengeluaran Anggaran Pembangunan diperinci berdasarkan alokasi menurut susunan Sektor yang diperinci da-lam Sub Sektor, Program dan Proyek. Di samping itu Anggaran Pembangunan juga disusun ke dalam Bagian-bagian Anggaran yang menyangkut masing-masing Departemen/Lembaga. Dalam Repelita III secara vertikal, Anggaran Pembangunan terdiri atas 18 Sektor dan secara horisontal meliputi 27 Bagian Anggaran.

Dalam susunan menurut Bagian Anggaran diantaranya ter-dapat Bagian Anggaran yang karena sifatnya dimasukkan dalam Bagian Pembiayaan dan Perhitungan atau lebih dikenal dengan Bagian XVI. Dalam bagian ini terdapat sejumlah pembiayaan

1283

Page 62: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

untuk penyertaan modal Pemerintah dalam badan-badan usaha milik Negara, berbagai program bantuan kepada Daerah atau Inpres, pembangunan yang dikhususkan di Propinsi Timor Timur, dan lain sebagainya.

Sejak permulaan Repelita III kepada Departemen/Lembaga diberikan kelonggaran yang lebih luas untuk mengadakan per-ubahan/Penggeseran (revisi DIP) mengenai hal-hal tertentu bi-la keadaan memerlukannya. Hal itu dimaksudkan agar dapat le-bih mempercepat penyelesaian pelaksanaan proyek yang bersang-kutan. Namun demikian revisi DIP tersebut harus berdasarkan kriteria pokok yang telah ditetapkan sehingga tidak mengu-rangi pencapaian tujuan proyek seperti diarahkan dalam DIP tersebut.

Dalam penyusunan Anggaran Pembangunan dalam rangka pe-rencanaan operasional tahunan terus ditingkatkan usaha agar hubungan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan dapat lebih serasi dan konsisten serta dapat saling menunjang. Da-lam penyusunan tersebut secara terus-menerus juga ditingkat-kan hubungan instituaional yang makin serasi antara Bappenas dan Departemen Keuangan serta dengan Departemen/Lembaga lain-nya agar dalam penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pembangun-an terdapat kesesuaian jadwal dalam penyusunan anggaran dan perencanaan tahunan, kesepakatan dalam penyesuaian petunjuk pengisian dan penilaian DIP, keseragaman dalam pengolahan DIP dan lain sebagainya.

3. Prosedur pelaksanaan anggaran pembangunan

Untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksana-kan dalam suatu tahun anggaran tertentu, termasuk kegiatan kegiatan dalam rangka pembangunan, Pemerintah mengajukan RAPBN untuk dibahas dan mendapat persetujuan dari DPR. Setiap tahun RAPBN tersebut disampaikan kepada DPR dalam minggu pertama bulan Januari, yaitu 3 bulan sebelum mulainya tahun anggaran yang bersangkutan. Setelah mendapat persetujuan dalam bentuk Undang-undang tentang APBN yang merupakan do-kumen rencana operasional tahunan maka untuk pelaksanaannya dikeluarkan pedoman pelaksanaan dalam bentuk Keputusan Pre-siden.

Seperti dikemukakan terdahulu, selama Repelita III telah dikeluarkan berturut-turut Keppres No. 14 Tahun 1979, Keppres No. 14 A Tahun 1980 yang kemudian disempurnakan dengan Kep-pres No. 18 Tahun 1981.

1284

Page 63: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Sebagai tindak lanjut dari Keppres No..14 A Tahun 1980 jo. Keppres No. 18 Tahun 1981 maka dalam rangka lebih mereali-sasikan pemerataan pembangunan, dengan mengindahkan' kemampuan pelaksanaan, pada tahun 1982 atas dasar Surat Keputusan Ber-sama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara telah dirumuskan prakuali-fikasi di tingkat Daerah. SKB 3 Menteri tersebut mengatur se-tiap paket pekerjaan dengan biaya sampai Rp. 100 juta harus dilaksanakan oleh rekanan/pemborong di lingkungan propinsi yang bersangkutan dengan pelelangan terbatas. Untuk pelelang-an bernilai di atas Rp. 500 juta dicarikan rekanan/pemborong dari luar propinsi yang bersangkutan sepanjang di propinsi tersebut tidak ada rekanan/pemborong yang mampu.

Dalam pada itu proyek-proyek dilaksanakan atas dasar Pe-tunjuk Operasional yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang membawahi proyek. Hal ini mempertegas tanggungjawab atasan langsung terhadap pelaksanaan fisik dan keuangan proyek. Demikian pu-la Bendaharawan Proyek didudukkan sebagai pejabat komtabel murni sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara. Selanjutnya pengujian atas kebenaran tagihan tidak lagi dilakukan oleh KPN, tetapi oleh pelaksana operasional, yaitu Pemimpin Proyek. Sehubungan dengan itu ma-ka sejak tahun 1980/81 waktu penyelesaian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) oleh KPN dipersingkat dari 3 hari menjadi 2 hari

Mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran menurut ketentuannya setiap bulan Pemimpin Proyek mengirimkan Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pembangunan (SPJP) selambat-lambatnya pada tanggal 10 tiap bulan kepada Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang membawahkan proyek tersebut dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lembaga bersangkutan dan Kepala KPN. Pada waktu yang bersamaan Pemim-pin Proyek mengirim selembar tembusan SPJP disertai tanda bukti pengeluaran kepada Kepala Biro Keuangan Departemen/Lem-baga yang bersangkutan. Penelitian pertanggungjawaban Pemim-pin Proyek tersebut pada tingkat post-audit dilakukan oleh aparat Departemen/Lembaga sendiri. Kemudian selambat-lambat-nya satu bulan setelah menerimanya, KPN menyelesaikan peme-riksaan dan mengirimkan SPJP kepada Kanwil Ditjen Anggaran disertai tembusan tanda bukti pengeluaran dan catatan hasil pemeriksaan/penelitiannya.

Dalam pelaksanaan pelelangan untuk pemborongan pekerjaan

1285

Page 64: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

maupun pembelian barang/peralatan pada instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Negara maka berdasarkan Keppres No. 14 A Tahun 1980 jo. Keppres No. 18 Tahun 1981 diberikan berbagai kelonggaran dan fasilitas kepa-da para pengusaha golongan ekonomi lemah dan pengusaha setem-pat disertai dengan pengutamaan penggunaan hasil-hasil pro-duksi dalam negeri. Dalam hubungan ini terdapat pula ketentu-an bahwa rekanan/pemborongan yang memperoleh kontrak pembo-rongan pekerjaan atau pembelian Pemerintah dapat menggunakan kontrak tersebut sebagai bahan untuk memperoleh kemudahan pembayaran uang muka dan/atau fasilitas kredit dari Bank Pe-merintah untuk membiayai pelaksanaan kontrak tersebut.

Untuk kontrak yang bersifat "multi-years", yaitu kontrak bagi pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan dana anggaran le-bih dari satu tahun anggaran, diadakan ketentuan perlunya di-buat suatu kontrak induk yang meliputi seluruh pekerjaan, se- dang pembiayaan tahunannya disesuaikan dengan anggaran dalam masing-masing tahun anggaran bersangkutan.

Prosedur pelelangan dilakukan dengan cara yang lebih terbuka dengan adanya keharusan untuk mengadakan pengumuman serta penjelasan kepada Kamar Dagang dan Industri (KADIN) serta asosiasi anggota KADIN yang bersangkutan. Di samping itu juga ditentukan-dengan lebih jelas hal-hal yang berkaitan dengan tempat diadakannya pelelangan, nilai pelelangan dengan batas tertentu di lokasi tertentu dan kewenangan dari in-stansi yang dapat memutuskannya. Demikian pula diperjelas ke-tentuan tentang pembentukan Panitia Prakualifikasi di ma-sing-masing Departemen/Lembaga untuk pemborongan pekerjaan atau pembelian di tingkat Pusat maupun Daerah. Juga ditentu- kan bahwa Gubernur/Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah harus mengumumkan adanya proyek-proyek, baik sektoral maupun In-pres, di daerah masing-masing melalui KADIN Daerah.

Mengenai beberapa batas pembiayaan maka ketentuan-keten-tuannya selama Repelita III telah mengalami perkembangan se- bagai berikut:

a. pembayaran beban sementara Rp. 3 juta pada tahun 1979/80 dinaikkan menjadi Rp. 5 juta pada tahun 1980/81.

b. batas untuk penunjukan pemborong/rekanan melalui Surat Pe-rintah Kerja (SPK) atau surat perjanjian berdasarkan pena-waran yang masuk sebesar Rp. 10 juta pada tahun 1979/80 dinaikkan menjadi Rp. 20 juta pada tahun 1980/81.

1286

Page 65: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

c. batas untuk pemborongan pekerjaan/pembelian yang bernilai di atas Rp. 10 juta sampai dengan Rp. 25 juta melalui pe-lelangan antara pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah yang barlaku pada tahun 1979/80 dinaikkan menjadi di atas Rp. 20 juta sampai dengan Rp. 50 juta pada tahun 1980/81.

d. batas untuk pemborongan pekerjaan/pembelian yang bernilai p. 25 juta sampai dengan Rp. 50 juta melalui pelelangan dengan memberikan kelonggaran kepada pemborong/rekanan go-longan ekonomi lemah sebesar 5% di atas harga penawaran dari peserta yang tidak termasuk dalam golongan ekonomi lemah yang berlaku pada tahun 1979/80 dinaikkan menjadi di atas;Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 100 juta dan pemberian longgaran sebesar 10 % mulai tahun 1980/81.

Selanjutnya ditentukan bahwa pemborong/rekanan yang memperoleh penunjukan dalam pemborongan pekerjaan/pembelian barang dengan kelonggaran 10% tersebut harus melakukannya sendiri dan dilarang,menyerahkannya kepada pihak lain. Pe-langgaran terhadap ketentuan ini mengakibatkan dibatalkannya kontrak dan dikeluarkannya pemborong/rekanan bersangkutan da-ri Daftar Rekanan yang Mampu (DRM). Ketentuan lainnya ialah apabila dalam pelelangan yang terpilih adalah pemborong/re-kanan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah, maka dalam kontrak ditetapkan kewajiban pemborong/rekanan tersebut untuk bekerjasama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat, antara lain sebagai subkontraktor atau leveransir. Pelanggaran terhadap ketentuan ini juga mengakibatkan pemba-talan kontrak dan pengeluaran pemborong/rekanan bersangkutan dari DRM.

Khusus untuk proyek-proyek yang memperoleh bantuan luar negeri dari anggaran pembangunuan, baik bantuan proyek maupun bantuan teknis, berlaku ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 395/KMK.012/1979 tanggal 14 September 1979. di samping itu disempurnakan pula berbagai pedoman ser-ta pengaturan penggunaan dana penyertaan modal Pemerintah pa-da badan-badan usaha milik Negara.

Usaha perbaikan telah dilaksanakan pula dalam program-program bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah yang lebih di-kenal dengan proyek-proyek Inpres berupa peningkatan penye-diaan dana tiap tahunnya maupun penyempurnaan pedoman-pedoman pelaksanaannya. Dalam Repelita III program-program bantuan ini bertambah dengan diadakannya program bantuan Penunjang Jalan Kabupaten sejak tahun 1979/80.

1287

Page 66: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek

Berdasarkan Keppres tentang Pelaksanaan APBN ditentukan bahwa Pemimpin Proyek bertanggungjawab atas penyelesaian pro-yek tepat pada waktunya dengan selalu berusaha melakukan ke-giatan-kegiatan sesuai dengan tahap-tahap sebagaimana telah dijadwalkan dalam PO berdasarkan DIP dari proyek yang ber-sangkutan. Namun demikian bisa terjadi bahwa dalam pelaksana-annya timbul hal-hal yang semula tidak diduga yang menghambat kelancaran pelaksanaan. Untuk hal itu diperlukan adanya sis-tem pengendalian pelaksanaan proyek.

Sistem pengendalian proyek-proyek pembangunan yang di-kaitkan dengan pelaporan dimaksudkan agar perkembangan pelak-sanaan proyek dapat diikuti dan dapat diidentifikasi masalah atau hambatan sedini mungkin guna diadakan tindak lanjut be-rupa tindakan korektif atau pemecahan secepatnya.

Ketentuan yang berlaku secara nasional bagi pengendalian proyek yang dibiayai oleh APBN melalui prosedur DIP adalah ketentuan pasal 68 ayat (3) Keppres No. 14 A Tahun 1980 jo. Keppres No. 18 Tahun 1981 yang menyatakan bahwa Pemimpin Pro-yek bertanggungjawab atas penyampaian laporan-laporan pada waktunya kepada pejabat-pejabat yang ditentukan. Kemudian da-lam pasal 75, serta Lampiran II Keppres tersebut ditentukan kewajiban Pemimpin Proyek untuk menyampaikan laporan triwu-lan, baik mengenai DIP tahun anggaran bersangkutan maupun mengenai DIP-DIP SIAP kepada Menteri/Ketua Lembaga bersang-kutan, Menteri Keuangan, Ketua Bappenas, Gubernur. Kepala Dae- rah Tingkat I bersangkutan, Menteri Negara PPLH dan Inspekto-rat Jenderal Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan pada Lembaga bersangkutan, selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhir-nya triwulan bersangkutan. Apabila terjadi kelambatan maka akan diadakan teguran terhadap Pemimpin Proyek oleh Bappenas dengan tembusan kepada Direktur Jenderal atau pejabat yang setingkat pada Departemen/Lembaga yang bersangkutan.

Sebagai sarana pengecekan silang maka pada waktu yang sama Bappeda tingkat I juga menyampaikan laporan triwulan da-ri proyek-proyek yang ada di wilayahnya kepada Gubernur Kepa-la Daerah I bersangkutan, Menteri Keuangan, Ketua Bappenas dan Menteri Negara PPLH.

Dalam laporan yang disampaikan oleh Pemimpin Proyek mau- pun oleh Bappeda tingkat I, dimuat perkembangan pelaksanaan proyek dalam pencapaian sasaran-sasaran fisik kualitatif, kuantitatif maupun fungsional proyek, masalah yang dihadapi,

1288

Page 67: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

tindak lanjut yang diperlukan dan instansi-instansi yang di-harapkan dapat membantu penyelesaian. Untuk keperluan terse-but telah ditetapkan formulir laporan triwulanan terdiri dari 4 halaman yang disebut sebagai formulir B-1.

Di samping itu juga ditetapkan jalur lain dalam rangka pengendalian proyek-proyek secara nasional. Menurut prosedur dalam jalur ini, Gubernur Kepala Daerah tingkat I selain ber- tugas mengikuti dan mengawasi perkembangan kegiatan proyek melalui laporan-laporan yang disampaikan oleh Pemimpin Proyek dan Bappeda tingkat I juga melalui penelitian sen-diri serta dengan mengadakan pertemuan berkala dengan para Pemimpin/Bendaharawan Proyek. Selanjutnya Gubernur Kepala Daerah Tingkat I melaporkan hasil pengendalian proyek-proyek di wilayahnya kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri kepada Departemen/Lembaga yang bersangkutan, Menteri Ke-uangan, Ketua Bappenas dan Menteri Negara PPLH.

Di samping itu perkembangan pelaksanaan Anggaran Pem-bangunan yang sebagian besar digunakan untuk membiayai pro-yek-proyek pembangunan tersebut, secara berkala dilaporkan oleh Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas kepada Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam rangka.lebih meningkatkan efektivitas pengendalian proyek maka pada tahun 1982/83 telah diadakan penelaahan se-bagai usaha perbaikan sistem pengisian DIP dan Lembaran Kerja (LK). Usaha tersebut antara lain telah berhasil merumuskan atasan batasan dan arti proyek, bagian proyek serta tolok ukur untuk dituangkan dalam Petunjuk Penyusunan DIP dan Petunjuk Penilai- an DIP sehingga lebih memudahkan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek, karena adanya kriteria yang lebih jelas bagi pengukuran kemajuan proyek yang bersangkutan. i

Di samping sistem pengendalian secara nasional terdapat pula berbagai kegiatan pelaporan yang dikembangkan oleh De-partemen/Lembaga masing-masing dalam rangka pengendalian pro-gram atau proyek yang menjadi tanggungjawabnya.

Laporan bulanan yang dibuat oleh Pemimpin Proyek,dalam bentuk SPJP serta Laporan Keadaan Kas Pembangunan (LKKP) yang harus disampaikan oleh Bendaharawan Proyek kepada Kepala KPN, tidak dapat dilepaskan dan merupakan bagian integral dari sistem pengendalian proyek yang dilaksanakan berdasarkan Keppres Na. 14 A Tahun 1980 jo. Keppres No. 18 Tahun 1981.

1289

Page 68: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Walaupun sistem pengendalian seperti dikemukakan di atas telah dirasakan manfaatnya, namun usaha peningkatannya secara terus-menerus dilakukan agar lebih menjamin efieiensi dan efektivitas pengelolaan proyek dalam pencapaian tujuan serta sasaran sesuai dengan jadwal waktu dan rencana kegiatan yang telah ditetapkan.

5. Pengawasan Keuangan Negara

Fungsi pengawasan atas keuangan Negara merupakan fungsi yang makin penting, terutama disebabkan oleh makin meningkatnya volume Angggaran Pembangunan sebagai akibat dari makin meluasnya kegiatan pembangunan. Agar dapat lebih dicapai sa-saran-sasaran seperti telah ditetapkan secara berdayaguna dan berhasilguna maka selama Repelita III pelaksanaan pengawasan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional maupun atasan langsung, secara terus-menerus disempurnakan.

Dalam rangka menggiatkan pelaksanaan pengawasan maka te-lah diusahakan pemantapan aparat pengawasan keuangan untuk dapat melaksanakan tugas memeriksa prosedur administrasi maupun operasi dalam bidang keuangan, pemeriksaan pelaksanaan audit dan sebagainya. Dalam hubungan ini Inspektur Jenderal Departemen/Pemimpin Unit Pengawasan pada lembaga telah menda-pat sarana yang lebih memadai dengan penyempurnaan struktur organisasi, peningkatan anggaran belanja serta peningkatan jumlah dan mutu tenaga pengawas. Demikian pula pada Direkto-rat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) telah diada-kan penambahan dan peningkatan mutu tenaga pengawas, serta penambahan beberapa Kantor Pengawasan,Keuangan di daerah dan peningkatan kedudukan kantor tersebut menjadi Kantor Wilayah sesuai dengan meningkatnya kebutuhan akan pemeriksaan keuang-an di daerah yang bersangkutan.

Dalam Repelita III pelaksanaan pengawasan telah diusaha-kan lebih terpadu dan terarah. Dalam hubungan ini hubungan kerja antar aparat pengawasan fungsional semakin mantap dan terus dibina serta dikembangkan sehingga mempermudah bagi se-tiap pejabat pengawasan memperoleh bahan-bahan keterangan dan lain-lain untuk melaksanakan tugas pengawasan.

Pada awal Repelita III unsur pengawasan telah diperkuat dengan diangkatnya Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup dalam Kabinet Pembangunan III, di samping Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara, Pangkopkambtib di samping aparat-aparat pengawasan fungsional yang ada, yaitu Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) pada

1290

Page 69: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Departemen Keuangan, Inspektur Jenderal Pembangunan (Irjen-bang), Inspektur Jenderal pada Departemen/Pimpinan Unit Peng-awasan pada Lembaga dan Inspektorat Wilayah Propinsi/Kabupa-ten Kotamadya. Pada tahun akhir Repelita III bersamaan dengan terbentuknya Kabinet Pembangunan IV telah ditempuh kebijaksa-naan untuk melaksanakan sistem pengawasan terpadu secara struktural. Berhubungan dengan itu maka tugas pengawasan ditangani oleh Wakil Presiden dengan dibantu oleh Menteri Koordinator Bidang EKUIN & WASBANG yang mengkoordinasikan se-luruh aparat pengawasan yang ada, baik di Pusat maupun di daerah, serta mengkoordinasikan secara efektif pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan. Untuk mewujudkan integrasi secara struktural di bidang pengawasan seperti disebutkan di atas maka telah diterbitkan

a. Keppres No. 31 Tahun 1983 tentang pembentukan Badan, Peng-awasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan mengambil alih tugas dan fungsi yang sebelumnya dilaksanakan oleh DJPKN Departemen Keuangan. Badan ini berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden, mempunyai 3 tu-gas pokok, yakni mempersiapkan perumusan kebijaksanaan pengawasan keuangan dan pembangunan, menyelenggarakan pengawasan umum atas pengawasan dan pengurusan keuangan dan menyelenggarakan pengawasan pembangunan.

b. Keppree No. 32 Tahun 1983 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Tatakerja Menko Bidang EKUIN/WASBANG di mana dalam melaksanakan tugas pokok koordinasi pengawasan ber-fungsi mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Peme-rintah Non Departemen sepanjang menyangkut bidang peng-awasan, memberi petunjuk operasional kepada Kepala BPKP, dan menampung serta mengusahakan penyelesaian tindak lan-jut dari masalah-masalah hasil pengawasan serta mengikuti perkembangannya sehari-hari.

c. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pe-laksanaan Pengawasan, menggariskan petunjuk dalam rangka meningkatkan pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan/ atasan masing-masing satuan organisasi/satuan kerja ter-hadap bawahannya dan meningkatkan pengawasan yang dila-kukan-oleh aparat pengawasan fungsional.

Sementara itu pengawasan yang dilakukan DJPKN terhadap realisasi APBN/APBD, baik mengenai anggaran rutin maupun pem-bangunan, menunjukkan peningkatan. Sasaran pengawasannya ia-lah organisasi dan administrasi proyek, pembiayaan, prosedur dan pelaksanaan pekerjaan.

1291

Page 70: APARATUR PEMERINTAH - Kementerian … · Web viewPerubah- an antara lain terletak pada fungsinya untuk mengkoordinasi para Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah non Departemen sepanjang

Jumlah proyek yang diawasi dari tahun ke tahun makin meningkat jumlahnya dan makin mendekati jumlah seluruh proyek. Dengan demikian nampak bahwa walaupun jumlah proyek dari ta-hun ke tahun meningkat sesuai dengan peningkatan anggaran pembangunan, kegiatan pengawasan senantiasa dapat mengikutinya. Di samping kemajuan tersebut terdapat pula adanya peningkatan disiplin dari para pelaksana proyek yang terlihat dari menurunnya berita acara yang tidak benar dan realisasi fisik yang tidak sesuai dengan DIP.

Dalam rangka pengawasan keuangan Negara ini juga telah dilakukan pemeriksaan terhadap Badan-badan Usaha Milik Negara. (BUMN) yang secara terus menerus ditingkatkan pelaksanaannya. Pemeriksaan terhadap BUMN dimaksudkan untuk melakukan peni-laian kewajaran dari lapornan keuangan yang diterbitkan oleh BUMN yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut dinyatakan dalam bentuk pernyataan pendapat Akuntan yang dapat dipergu-nakan untuk menilai kemajuan dan ketertiban adminiatrasi BUMN.

Melalui berbagai kegiatan yang dikemukakan dalam uraian diatas, selama Repelita III telah diusahakan sejauh mungkin untuk mewujudkan penyempurnaan aparatur Pemerintah sebagaima-na diamanatkan didalam Garis-garis Besar Haluan Negara.

1292