apa itu ispa

22
APA ITU ISPA? Infeksi Saluran Pernafasan Akut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah). Penyebab penyakit ISPA Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan Tanda-tanda bahaya secara umum - Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit wajah kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras - Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung. - Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang, dan koma. - Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak. Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Imunisasi. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Mencegah kontak dengan penderita ISPA Cara Pencegahan : Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut : a. Tingkat hunian rumah padat

Upload: fikiseptian

Post on 16-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hhk

TRANSCRIPT

APA ITU ISPA?Infeksi Saluran Pernafasan Akut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah).

Penyebab penyakit ISPASecara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan

Tanda-tanda bahaya secara umum- Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit wajah kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras- Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.- Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang, dan koma.- Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Imunisasi. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Mencegah kontak dengan penderita ISPA Cara Pencegahan : Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :

a. Tingkat hunian rumah padat 1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang 2. Jaga kebersihan lantai rumah b.Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat 1. Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi 2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari 3. Menambah ventilasi buatan

c. Perilaku 1. Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur 2. Menutup mulut bila batuk 3. Membuang ludah pada tempatnya 4. Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar 5. Tidur sementara terpisah dari penderita

LATAR BELAKANGInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan. Saluran pernafasan adalah hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak balita, hal ini disebabkan karena system pertahanan tubuh anak masih rendah (DepKes RI, 2000) data yang diperoleh peneliti dari Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Muara Gembong diperoleh pasien anak yang didiagnosa ISPA ada 73 orang dari 940 orang dalam kurun waktu 3 bulan pada tahun 2013( 7,8%) ,ISPA merupakan kasus 5 besar diantara 10 kasus penyakit terbesar.World Health Organization (WHO) memperkirakan kematian akibat ISPA mencapai 10% - 20% pertahun dari seluruh jumlah balita yang ada bila tidak diberi pengobatan (WHO 2000). (Djaja S, Ariawan I, dan Afifah T. 2001), menyatakan di negara berkembang angka kematian bayi dan anak balita 20 35 % disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan 2 - 5 juta bayi dan anak balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena penyakit infeksi saluran pernafasan akut.ISPA di Indonesia menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA, ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentasi 22,30% dari seluruh kematian balita (Depkes RI, 2008). Kematian balita karena ISPA secara nasional diperkirakan 6 orang per 1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita pertahun. (DepKes RI, 2002).Berdasarkan hasil laporan Riskesdas 2010, ISPA menempati prevalensi tertinggi pada balita yaitu lebih 35%. Prevalensi ISPA juga cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok ibu dengan pendidikan dan tingkat pendapatan rumah tangga yang rendah. Dalam Riskesdas ini dikumpulkan data ISPA ringan dan pneumonia (Riskesdas, 2007).

Kematian ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA yang berat, karena infeksi telah mencapai paru-paru atau disebut sebagai radang paru mendadak atau pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita. Kondisi ISPA ringan dengan batuk pilek biasa sering diabaikan,namun apabila daya tahan tubuh anak lemah penyakit tersebut cepat menjalar ke paru-paru. Kondisi penyakit tersebut bila tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang baik dapat menyebabkan kematian. Perawatan yang dimaksud adalah perawatan dalam pengaturan pola makan balita serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (Depkes RI, 2002).Terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya kuman (terdiri lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni) serta karekteristik ibu seperti umur ibu, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu (Depkes RI, 2002).Hasil penelitian Riswandri (2002) membuktikan bahwa kebiasaan membuka jendela rumah, jumlah anggota keluarga dan letak ternak kandang berhubungan dengan kejadian ISPA di Kecamatan Parung-Jawa Barat. Penelitian Muhedir (2002) menyatakan bahwa ternyata kepadatan penghuni rumah, kondisi dapur, kelembaban dan asap rokok mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA balita. Penelitian Desmon (2002) di Sumatera Barat membuktikan bahwa jenis atap dan kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita sedangkan Penelitian Riza (2005) membuktikan bahwa jenis lantai rumah berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Bekasi.Lingkungan perumahan berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya ISPA. Pada komunitas Aborigin prevalensi penyakit yang tinggi disebabkan oleh sanitasi yang buruk, kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air bersih yang tidak memadai (Taylor, Vicki. 2002).Lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya ISPA adalah lingkungan perumahan, dimana kualitas rumah berdampak pada kesehatan anggotanya. Kualitas rumah dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian, jenis bahan bakar masak yang dipakai diduga sebagai penyebab terjadinya penyakit ISPA (Yusianto, 2007).Jendela rumah yang kecil menyebabkan pertukaran udara tidak berlangsung dengan baik, akibatnya asap dapur dan asap rokok terkumpul dalam rumah. Bayi dan anak yang sering menghisap asap lebih mudah terserang ISPA.

Sesuai data yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat muara gembong selama satu tahun terakhir yang merupakan lokasi penelitian, penyakit ISPA pada balita menduduki urutan pertama, terdapat jumlah balita sebanyak 4.211 dengan kasus ISPA rata-rata berjumlah 576 tiap bulannya (Puskesmas Muara Gembong, 2013).

Sabtu, 04 Februari 2012INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DAN PENANGGULANGANNYA

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DAN PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita. Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease (2,3). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5). Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6). Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun 2004 Digitized by USU digital library 1kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas maka penulis ingin mencoba untuk mengemukakan upaya pemberantasan ISPA dengan prioritas kepada penatalaksanaan kasus ISPA pada bayi dan anak-anak. Mengingat tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya menurunkan angka mortalitas dan morbilitas, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas baik, fisik maupun mental akan tercapai.

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6). ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (5,7). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian (5). Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (6). ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (7). Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik (8). 2004 Digitized by USU digital library 2

2.2.Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris. Tanda-tanda klinis Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris hypoxemia, hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (4).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin (4).

BAB III PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) . Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA (4). Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut : 2004 Digitized by USU digital library 3

3.1. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak (5). Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi (4).

3.2. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia (4). Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

3.3. Pengobatan

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.

3.4 Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (4,5) .

3.5. Pencegahan dan Pemberantasan Pencegahan dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Immunisasi. Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah : Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

2004 Digitized by USU digital library 5

Pengelolaan kasus yang disempurnakan. Immunisasi (7).

Pelaksana pemberantasan Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya. Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah saki t . Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut : Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia. Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis. Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu. Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit. Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di rumah, Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati penderita penyakit ISPA, Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA, Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada. Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor. Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader. Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit

2004 Digitized by USU digital library 6

Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol. Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk (4,5).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

4.2. Saran Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980. ____________Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya. 1987. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992. ____________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991. 2004 Digitized by USU digital library 7____________Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992. _____________Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk Pelatihan Prajabatan Umum dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas. Jakarta. 1992. Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara. Jakarta. 1994. 2004 Digitized by USU digital library 8Diposkan oleh Endry di 23.17

KEMARAU MENINGKATKAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

Musim kemarau sering terjadi kebakaran hutan yang asapnya sangat mengganggu, bukan saja masayarakat di sekitar hutan, namun juga yang jauh dari lokasi kebakaran. Bahkan negeri jiran Singapura dan Malaysia juga terkena dampak dari asap yang terbawa angin. Sebenarnya ini bukan saja kesalahan kita yang sengaja membakar lahan, tetapi kadang kala terjadi karena panas bumi yang amat sangat yang mengakibatkan terbakarnya lapisan gambut kering dengan sendirinya. Apalagi jika di bawah tanah tersebut ada timbunan batu bara.

Terlepas dari apapun penyebab terjadinya kebakaran hutan, yang akan kita bahas di sini adalah penyakit yang erat hubungannya dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh asap tebal hasil kebakaran hutan tersebut. Salah satu yang akan kita kupas adalah Infeksi Saluran Perapasan Akut (ISPA).

Sebenarnya ISPA sendiri bukan akibat langsung dari gangguan asap tersebut karena ISPA tak mengenal musim, tetapi akan meningkat pada saat kemarau seperti ini yang sudah barang tentu melibatkan bakteri atau virus penyebab infeksinya.

Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru - Korban Asap Kebakaran Hutan

Infeksi saluran pernapasan akut dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.

Tanda dan gejalaYang termasuk gejala dari ISPA adalah badan pegal pegal (myalgia), beringus (rhinorrhea), batuk, sakit kepala, sakit pada tengorokan.Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah, rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis.

TerapiTerapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat - obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial (infeksi sekunder), pemberian, pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yg terlibat.

DIAGRAM GEJALA KLINIS ISPA

ISPA Pada AnakSecara garis besar, ISPA dibedakan menjadi common cold (pemicunya adalah virus rhinovirus, respiratory syncytial virus, adenovirus, dll) dan influenza (dipicu oleh virus influenza dengan berbagai tipe). Penyakit ini sering muncul pada musim pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat. Selain itu, perubahan udara dari panas ke dingin seringkali memperlemah daya tahan tubuh anak. Akibatnya, mereka pun menjadi lebih rentan terhadap penyakit ini.

GejalanyaBervariasi, mulai dari demam, nyeri tenggorokan, pilek dan hidung mampet, batuk kering dan gatal, batuk berdahak, dan bahkan bisa menimbulkan komplikasi seperti pneumonia (radang paru) dengan gejala sesak napas. Umumnya, influenza dikaitkan dengan gejala yang lebih berat dan lama, serta lebih sering menimbulkan komplikasi pneumonia. Pada bayi, bisa pula timbul bronkhiolitis (radang di saluran pernapasan halus pada paru-paru) dengan gejala sesak dan napas berbunyi ngik-ngik. Selain itu, bisa pula terjadi laryngitis (peradangan pada daerah laring atau dekat pita suara) yang menimbulkan croup dengan gejala sesak saat menarik napas dan batuk menggonggong (barking cough).

Menularkah?Virus penyebab ISPA sangat menular. Penularannya bisa terjadi akibat si kecil menghirup droplet atau percikan lendir yang dikeluarkan penderita ISPA. Jadi, selalu biasakan anak untuk menutup mulut dan hidungnya saat batuk dan pilek.

Pertolongan pertama yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak:Untungnya, ISPA yang disebabkan virus sebagian besar akan sembuh dengan sendirinya, yakni dilawan oleh daya tahan tubuh. Jika anak demam, Anda bisa menyeka tubuhnya dengan air hangat, atau memandikannya dengan air hangat, untuk membuatnya lebih nyaman. Bila demam cukup tinggi, Anda bisa memberinya antipiretik atau pereda demam yang aman, seperti parasetamol.

Ingat, tidak dianjurkan untuk memberi aspirin pada anak dengan ISPA akibat virus, sebab obat ini bisa merusak fungsi hati (liver) sehingga menimbulkan sindroma Reye (sindroma yang disertai dengan kemunduran fungsi hati). Pastikan juga ia banyak minum, sehingga lendir di saluran napas tidak kental dan mudah dikeluarkan. Menurut banyak penelitian, pemberian obat batuk pilek pada anak di bawah 6 tahun ternyata tidak memberi manfaat, malah berisiko menimbulkan efek samping obat.

Kapan ke dokter?ISPA karena virus, meski sebagian besar akan membaik dengan sendirinya, tetap perlu mendapat perhatian terhadap terjadinya komplikasi. Jika anak tampak sesak, bernapas dengan cepat disertai terlibatnya berbagai otot tambahan (seperti hidung kembang kempis, atau dada dan perut tertarik), segera bawa ke rumah sakit. Di rumah sakit, dokter akan memeriksa penyebab sesaknya: Apakah pneumonia, bronkhiolitis, atau croup?! Jika perlu, akan dilakukan pemeriksaan rontgen dada dan pemeriksaan darah. Anak yang napasnya sesak akan menjalani pemeriksaan kadar oksigen dalam darah. Bila hasilnya rendah, ia perlu mendapat terapi oksigen. Jika si kecil mengeluh nyeri telinga atau keluar cairan dari telinga, segera periksa kemungkinan terjadi infeksi telinga tengah (otitis media akut).

Mungkinkah bisa dicegah?Penyakit infeksi menular sebenarnya bisa dicegah. Secara umum, menjaga daya tahan tubuh anak bisa dilakukan dengan cukup istirahat, makan makanan bergizi, dan minum air putih yang cukup. Untuk mencegah influenza, si kecil bisa diberikan vaksin influenza. Namun, ISPA akibat virus lain tidak bisa dicegah oleh vaksin ini. Cara lainnya adalah dengan mengajari anak mencuci tangan untuk meminimalkan kontak dengan virus penyebab ISPA.