antigen dan antibody

39
ANTIGEN PENGERTIAN Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun , terutama dalam produksi antibodi . Antigen biasanya protein atau polisakarida , tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten ) dipasangkan ke prot e in- pembawa . Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme . Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus , serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen , termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor , dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.Dalam faktanya kekuatan 1

Upload: jennifer-tate

Post on 25-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Antigen Dan Antibody

ANTIGEN

PENGERTIAN

Antigen merupakan bahan asing yang dikenal dan merupakan target yang akan dihancurkan

oleh sistem kekebalan tubuh.

Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem

kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan

antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam

produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa

molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) dipasangkan ke prot e in-pembawa .

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang

dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja

dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta

menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,

kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,

termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem

kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini

juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.Dalam faktanya

kekuatan antibody seseorang tersebut dalam melawan antigen yang terdapat dalam tubuh

seseorang. Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh

vertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit

struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua

[rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat

beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang

berbeda, yang dimasukan kedalam isot i pe yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat

mereka masuki. Lima isotipe antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia,

yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat

1

Page 2: Antigen Dan Antibody

untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui. Kespesifikan tindak balas antara

antigen dan antibodi telah ditunjukkan melalui kajian-kajian yang dilakukan oleh

Landsteiner. Beliau menggabungkan radikal-radikal organik kepada protein dan

menghasilkan antibodi terhadap antigen-antigen tersebut. Keputusan yang diperolehi

menunjukkan antibodi boleh membedakan antara kumpulan berbeda pada protein ataupun

kumpulan kimia yang sama tetapi berbeda kedudukan.

Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama,

yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang

disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan

atau polutan. Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia,

mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi,

seperti pada asma. Virus influenza misalnya yang merupakan penyebab utama epidemik

penyakit saluran pernapasan pada manusia, terdapat di alam dalam berbagai jenis antigenic

yang dikenal sebagai A, B, dan C. Jenis-jenis ini menggambarkan berbagai macam-macam

mutasi virus. Populasi yang rentan akan diinfeksi oleh serotype tertentu. Setelah sembuh

dan imunitas terbentuk, virus ini tidak lagi memperbanyak diri, karena mereka tidak cukup

mendapat individu rentan untuk mendapatkan infeksi lanjutan.Namun sesuai dengan

tekanan selektif, virus ini diketahui melakukan mutasi, kemudian akan melakukan mutasi,

kemudian akan muncul varian baru virus influenza. Varian baru ini, bila cukup virulen

bertanggungjawab pada epidemik baru. Dengan demikian manusia mampu mengatasi suatu

epidemik, tetapi organisme menciptakan epidemi baru.

Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-

antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau

antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka

macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting

untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai

arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu

individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen

2

Page 3: Antigen Dan Antibody

semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan

permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen

histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih

bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.

SIFAT-SIFAT UMUM IMUNOGEN

1. Keasingan

Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi syarat sebagai imunogen

adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes. Secara alami respon

imun akan terjadi pada komponen yang biasanya tidak ada dalam tubuh atau biasanya

tidak terpapar pada sistem limforetikuler hospes.

2. Sifat-sifat Fisik

Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai ukuran minimum tertentu,

imunogen yang mempunyai berat molekul yang kecil, respon terhadap hospes minimal,

dan fungsi zat tersebut sebagai hapten sesudah bergabung dengan proten-proten

jaringan. Hapten dapat merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika bergabung

proten pembawa dengan ukuran sesuai.Perlu diperhatikan bahwa hapten-proten

diarahkan pada (1)hapten,(2)pembawa, dan (3)daerah spesifikasi tumpang tindih. yang

melibatkan hapten dan unsur yang berdekatan lainnya. Pada imunitas humoral,

spesifisitas diarahkan pada hapten.sedangkan pada imunitas selular, reaktifitas

diarahkan baik pada hapten maupun pada proten pembawa.

3. kompleksitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik

maupun kimia molekul. Keadaan aggegasi molekul misalnya dapat mempengaruhi

3

Page 4: Antigen Dan Antibody

imunogenitas. Larutan proten-protein monometrik dapat benar-benar merangsang

terjadinya keadaan refraktair atau tolerans bila berada dalam bentuk monometrik,

tetapim sangat imunogen bila dalam berada polimetrik atau keadaan agregasi.

4. Bentuk-bentuk (Conformation)

Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau

bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu

merangsang terjadinya respon imun.Meskipun demikian antibodi yang dibentuk dari

aneka macam kombinasi struktur adalah sangat spesifik dan dapat dengan cepat

mengenal perbedaan-perbedaan ini. Bila bentuk antigen berubah, antibodi dirangsang

dalam bentuk aslinya yang tidak bergabung lagi

5. Muatan (charge)

Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu;tidak terbatas pada molekuler

tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun

demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan .

Telah terbukti bahwa imunitas dengan beberapa imunogen bermuatan positif akan

menghasilkan imunogen bermuatan negatif.

6. Kemampuan masuk

Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan

menentukan hasil respon imun. Perkembangan baru-baru ini telah memungkinkan

penelitian untuk mempersiapkan polipeptid imunogenik sintetik yang berisi sejumlah

asam amino terbatas dan yang susunan kimianya dapat ditentukan.

4

Page 5: Antigen Dan Antibody

MEKANISME

A. Masuknya Antigen

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk

ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein

tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan

istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal

maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B

yang akan mensintesis pembentukan antibodi.

Contoh hapten dia antaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam obat (seperti

penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat membawa efek alergik.

B. Keterkaitan Antigen dengan Pembentukan Antibodi

Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.

Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel

plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang

merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen

disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

C. Interaksi Antigen dan Antibodi

Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti bagan berikut:

Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman,udara,injeksi,atau kontak langsung

Antigen berikatan dengan antibody

Histamine keluar dari sel mast dan basofil

5

Page 6: Antigen Dan Antibody

Timbul manifestasi alergi

Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan

tersier.

- Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody pada

situs identik yang kecil, bernama epitop.

- Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:

1. Netralisasi

Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen

menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin

bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.

2. Aglutinasi

Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah

yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.

3. Presipitasi

Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar,

sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya

mengendap.

4. Fagositosis

Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu

mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis

korban yang mengandung antigen tersebut.

5. Sitotoksis

Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel

pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell

6

Page 7: Antigen Dan Antibody

kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum

dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.

- Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi antigen-

antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan

antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan

pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang

menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

Contoh

Contoh-contoh antigen antara lain:

1. Bakteri

2. Virus

3. Sel darah yang asing

4. Sel-sel dari transplantasi organ

5. Toksin

7

Page 8: Antigen Dan Antibody

ZAT ANTI (ANTIBODI)

Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuh vertebrata

lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan

menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur

dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua [[rantai

ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe

yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang

dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka

masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang

memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk

tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui (Wikipedia).

Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang

menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja

seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh

limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.

Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).

Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai

immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat

pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang

menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terriri atas

empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua

rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk

membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu

terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam

amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain. Daerah V

rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik

8

Page 9: Antigen Dan Antibody

tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen

dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen

berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.(Campbell).

Jika kita pelajari serum dengan elektroforesis maka akan terlihat beberapa fraksi protein

dalam serum yang mempunyai kecepatan berlainan. Berturut-turut akan dapat dibedakan

puncak dari albumin, alpha 1, alpha 2, beta dan gama globulin. Jika binatang pecobaan

disuntik dengan antigen, misalnya polisakarida dari kuman pneumokokus, maka pada

elektroforesis serum akan tampak meningkatnya puncak globulin terutama dari fraksi gama

globulin. Dulu dikira bahwa antibodi adalah sama dengan gama-globulin, tetapi kemudian

ternyata ada globulin dari fraksi lain yang dapat berfungsi sebagai antibody juga disebut

immunoglobulin tanpa menyebut fraksinya.

Imunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang mempunyai berat

molekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah IgG, dan fraksi

lain dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM.

Stuktur dasar immunoglobulin(kelanjutan penjelasan antibodi)

Porter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari 4 rantai

polipeptida, terdiri dari 2 rantai “berat” (heavy chain=H) dan 2 rantai “ringan”(light chain

=L) yang tersusun secara simetris dan dihubungkan satu sama lain oleh ikatan

disulfide(Interchain disulfide bods).

Molekul IgG dapat dipecah oleh enzim papain menjadi 3 fragmen. Dua fragmen ternyata

identik dan dapat mengikat antigen membentuk kompleks yang larut yang menunjukkan

bahwa fragmen itu univalent atau mempunyai valensi satu. Frakmen ini disebut Fab

(fragment antigen binding). Fragmen yang ketiga tidak dapat mengikat antigen dan

karenanya dapat membentuk kristal disebut Fc(fragment crystallizable). Pepsin, suatu

enzim proteolitik lain, dapat memecah IgG pada tempat Fc sehingga tertinggal satu

fragmen besar yang masih dapat mengendapkan antigen, sehingga masih bersifat divalen

9

Page 10: Antigen Dan Antibody

(bervalensi dua), dan disebut F(ab’)2. Analisis asam amino menunjukkan bahwa

menunjukkan bahwa terminal-N dari rantai L maupun rantai H selalu menjadi variabel

sehingga urutan asam amino yang ditemukan tidak konstan, disebut disebut bagian

variabel. Sisa dari rantai ternyata menuunjukkan struktur yang relatif konstan; disebut

konstan. Bagian variabel dan rantai-L dan rantai-H, yang membentuk ujung dari Fab

menentukan sifat khas dari antibodi itu. Oleh karena setiap molekul immunoglobulin

mempunyai 2 Fab, maka struktur dasar dari immunoglobulin dapat mengikat 2 determinan

antigen.

10

Page 11: Antigen Dan Antibody

HIPERSENSITIFITAS

Defenisi

Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang

menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang

umumnya imunogenik (antigenik). (Retno W.Soebaryo,2002)

Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-

bahan yang oleh tubuh dianggap asing atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan

hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

Etiologi

Secara umum semua benda di lingkungan (pakaian, makanan, tanaman, perhiasan, alat

pembersih, dsb) dapat menjadi penyebab alergi, namun faktor lain misalnya :

a. perbedaan keadaan fisik setiap bahan

b. kekerapan pajanan

c. daya tahan tubuh seseorang

d. adanya reaksi silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi

(Retno W.Soebaryo,2002)

Patofisiologi

Patofisiologis reaksi hipersensitivitas yaitu :

1.Reaksi Tipe I(Anafilaktik)

Reaksi tipe I adalah reaksi alergi yang timbul segera sesudah badan terpajan dengan

antigen. Pada kontak awal dengan imunogen, tubuh memproduksi IgE yang kemudian

11

Page 12: Antigen Dan Antibody

beredar ke seluruh tubuh dan terfiksasi ke permukaan mastosit dan basofil. Saat tubuh

kembali kontak dengan imunogen yang sama, interaksi antara imunogen dengan antibodi

(IgE) yang sudah melekat ke mastosit menyebabkan pelepasan secara mendadak dan besar-

besaran zat proinflamasi seperti histamin. Disamping histamin, mediator lain seperti

prostaglandin dan leukotrien yang dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat akan

berperan pada fase lambat dari reaksi cepat tersebut, yang sering timbul beberapa jam

sesudah terpajan dengan antigen. Apabila jumlah imunogen yang masuk sedikit dan

didaerah yang terbatas maka pelepasan mediatornya juga lokal. Akibatnya terjadi

vasodilatasi lokal disertai peningkatan permeabilitas dan pembengkakan. Namun apabila

jumlah imunogen yang masuk dalam jumlah besar dan intravena ke dalam organ yang

sudah peka, maka pelepasan mediator-mediatornya dapat sangat banyak dan meluas,

akhirnya timbul reaksi anafilaktik. Yang sering menjadi penyebab reaksi tipe I adalah

serbuk sari, bisa serangga, alergen hewan, jamur, obat, dan makanan (Price, 2007).

2.Reaksi Tipe II (Sitotoksis)

Ig G atau Ig M dalam darah berikatan dengan epitop di permukaan imunogen atau antigen

MHC yang disajikan dipermukaan sel. Akibat dari interaksi antigen antibodi adalah

percepatan fagositosis atau lisis sel sasaran yang terjadi setelah pengaktivan sistem

komplemen. Jenis lain reaksi tipe II adalah sitotoksisitas yang diperantarai oleh ADCC.

Pada reaksi tipe ini, imunoglobulin yang ditujukan terhadap antigen-antigen permukaan

suatu sel berikatan dengan sel tersebut. Leukosit seperti neutrofil dan makrofag yang

memiliki reseptor untuk bagian tertentu ( bagian Fc ) molekul Ig tersebut kemudian

berikatan dengan sel dan menghancurkannya (Baratawidjaya, 2002).

3.Reaksi Tipe III ( Kompleks Imun )

Kompleks Ag-Ab ditemukan dalam jaringan, sirkulasi atau dinding pembuluh darah dan

mengaktifkan komplemen. Komplemen antigen-antibodi dapat mengaktifkan beberapa

sistem imun sbb :

12

Page 13: Antigen Dan Antibody

a. Aktivasi komplemen

Melepas anafilatoksin yang merangsang mastosit melepas histamin. Melepas faktor

kemotaktik, mengerahkan polimorf yang melepas enzim proteolitik dan protein

polikationik.

b. menimbulkan agregasi trombosit

c. menimbulkan mikrotrombi dan melepas amine vasoaktif

d. mengaktifkan makrofag (Baratawidjaya, 2002)

4.Reaksi Tipe IV ( Reaksi Lambat )

Reaksi terjadi karena respons sel T yang sudah disensitisasi terhadap antigen tertentu. Di

sini tidak ada peranan antibodi. Akibat sensitisasi tersebut, sel T melepas limfokin.

Ada 4 jenis reaksi hipersensitivits tipe IV, yaitu :

a. Reaksi Jones Mote

Reaksi JM ditandai oleh adanya infiltrasi basofil di bawah epidermis. Reaksi

biasanya terjadi sesudah 24 jam tetapi hanya berupa eritem tanpa indurasi, yang

merupakan ciri dari CMI (Baratawidjaya, 2002)

b. Hipersensitivitas Kontak dan Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak timbul pada kulit tempat kontak dengan alergen. Sel langerhans

sebagai APC memegang peranan pada reaksi ini (Baratawidjaya, 2002)

c. Reaksi Tuberkulin

Terjadi 20 jam setelah terpajan dengan antigen. Reaksi terdiri atas infiltrasi sel

mononuklear. Setelah 48 jam timbul infiltrasi limfosit dalam jumlah besar di sekitar

13

Page 14: Antigen Dan Antibody

pembuluh darah yang merusak hubungan serat-serat kolagen kulit (Baratawidjaya,

2002)

d. ReaksiGranuloma

Reaksi granuloma merupakan reaksi hipersensitivitas yang paling penting karena

menimbulkan banyak efek patologis. Hal tersebut terjadi karena adanya antigen

yang persisten di dalam makrofag yang biasanya berupa mikroorganisme yang tidak

dapat dihancurkan atau kompleks imun yang menetap misalnya pada alveolitis

alergik. Reaksi granuloma terjadi sebagai usaha badan untuk membatasi antigen

yang persisten, sedang reaksi tuberkulin merupakan respon imun seluler oleh

antigen mikroorganisme yang sama misalnya M. tuberculosis dan M. leprae

(Baratawidjaya, 2002)

Manifestasi Klinis

Reaksi tipe I dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi lokal.

Pemberianantigen protein atau obat (misalnya, bias lebah atau penisilin) secara sistemik

(parental) menimbulkan anafilaksis sistemik. Dalam beberapa menit setelah pajanan, pada

pejamu yang tersensitisasi akan muncul rasa gatal, urtikaria(bintik merah dan bengkak),

dan eritems kulit,diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang disebabkan oleh

bronkokonstriksi paru dan diperkuat dengan hipersekresi mukus. Edema laring dapat

memperberat persoalan dengan menyebabkanobstruksi saluran pernafasan bagian atas.

Selain itu, otot semua saluran pencernaan dapat terserang, dan mengakibatkan vomitus,

kaku perut, dan diare. Tanpa intervensi segera,dapatterjadi vasodilatasi sistemik (syok

anafilaktik ), dan penderita dapat mengalami kegagalan sirkulasi dan kematian dalam

beberapa menit. Reaksi lokal biasanya terjadi bila antigen hanya terbatas pada tempat

tertentu sesuai jalur pemajanannya, seperti di kulit (kontak, menyebabkan urtikaria), traktus

gastrointestinal (ingesti,menyebabkan diare), atau paru (inhalasi, menyebabkan

bronkokonstriksi).

14

Page 15: Antigen Dan Antibody

Komplikasi

a. Polip hidung

b. Otitis media

c. Sinusitis paranasal

d. Anafilaksi

e. Pruritus

f. Mengi

g. Edema

(Baratawidjaya, 2002)

Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Penanganan gangguan alergi berlandaskan pada empat dasar :

1. Menghindari allergen

2. Terapi farmakologis

•Adrenergik

Yang termasuk obat-obat adrenergik adalah katelokamin ( epinefrin, isoetarin,

isoproterenol, bitolterol ) dan nonkatelomin ( efedrin, albuterol, metaproterenol,

salmeterol, terbutalin, pributerol, prokaterol dan fenoterol ). Inhalasi dosis tunggal

salmeterol dapat menimbulkan bronkodilatasi sedikitnya selam 12 jam, menghambat

reaksi fase cepat maupun lambat terhadap alergen inhalen, dan menghambat

hiperesponsivitas bronkial akibat alergen selama 34 jam.

15

Page 16: Antigen Dan Antibody

•Antihistamin

Obat dari berbagai struktur kimia yang bersaing dengan histamin pada reseptor di

berbagai jaringan. Karena antihistamin berperan sebagai antagonis kompetitif mereka

lebih efektif dalam mencegah daripada melawan kerja histamin.

•Kromolin Sodium

Kromolin sodium adalah garam disodium 1,3-bis-2-hidroksipropan. Zat ini merupakan

analog kimia obat khellin yang mempunyai sifat merelaksasikan otot polos. Obat ini

tidak mempunyai sifat bronkodilator karenanya obat ini tidak efektif unutk pengobatan

asma akut. Kromolin paling bermanfaat pada asma alergika atau ekstrinsik.

•Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat paling kuat yang tersedia untuk pengobatan alergi. Beberapa

pengaruh prednison nyata dalam 2 jam sesudah pemberian peroral atau intravena yaitu

penurunan eosinofil serta limfosit prrimer. Steroid topikal mempunyai pengaruh lokal

langsung yang meliputi pengurangan radang, edema, produksi mukus, permeabilitas

vaskuler, dan kadar Ig E mukosa.

3. Imunoterapi

Imunoterapi diindikasikan pada penderita rhinitis alergika, asma yang diperantarai Ig E

atau alergi terhadap serangga. Imunoterapi dapat menghambat pelepasan histamin dari

basofil pada tantangan dengan antigen E ragweed in vitro. Leukosit individu yang

diobati memerlukan pemaparan terhadap jumlah antigen E yang lebih banyak dalam

upaya melepaskan histamin dalam jumlah yang sama seperti yang mereka lepaskan

sebelum terapi. Preparat leukosit dari beberapa penderita yang diobati bereaksi seolah-

olah mereka telah terdesensitisasisecara sempurna dan tidak melepaskan histamin pada

tantangan dengan antigen E ragweed pada kadar berapapun.

4. Profilaksis

Profilaksis dengan steroid anabolik atau plasmin inhibitor seperti traneksamat, sering

kali sangat efektif untuk urtikaria atau angioedema.

16

Page 17: Antigen Dan Antibody

Pemeriksaan Penunjang dan diagnostic

a. Pemeriksaan Fisik (hasilnya bergantung lama dan berat gangguan alergi) :

Tinggi dan berat badan → dibandingkan dengan normal (asma berat dan

pengobatannya [kortikosteroid adrenal] dapat menekan pertumbuhan)

Pulsus paradoksus → beda tekanan darah arteri sistemik selama inspirasi dan

ekspirasi, normalnya tidak lebih dari 10 mmHg. Tapi pada asma akut dapat >10-20

mmHg

Tampak sianosis → karena sumbat jalan nafas jika saturasi O2 arterial < 85%,

timbul retraksi supraklavikuler dan interkostal, napas cuping hidung, dispneu →

asma akut

Penampakan lesi urtikaria dapat bervariasi dari bilur-bilur 1-3, multipel sampai bilur

raksasa yang disertai angioedema

Jari tabuh → asma yang terkomplikasi

Mukosa hidung: pucat, biru/ merah, kotoran hidung jernih & banyak, hipertrofi

tonsil & adenoid → rhinitis alergika

Auskultasi paru, jika ada

b. Pemeriksaan Penunjang

Macam tes kulit untuk mendiagnosis alergi :

Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh

karena alergen inhalan,makanan atau bisa serangga

Skin Prick Test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak

digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat

pada sel mastosit kulit. Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya

histamin dan mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan

17

Page 18: Antigen Dan Antibody

peningkatan permeabilitas pembuluh darah akibatnya timbul flare/kemerahan dan

wheal/bentol pada kulit tersebut.

Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga

Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis kontak

18

Page 19: Antigen Dan Antibody

ASMA

PENGERTIAN

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakea

dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu..

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanyapenyempitan jalan nafas

yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari

pengobatan ( The American Thoracic Society ).

Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan

dispnea, batuk dan mengi. Tingkat penyempitan jalan nafas dapat berubah baik secara

spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa

asma adalah proses reversible. (Brunnert & Suddarth.2001: 611)

KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang

spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic danaspirin)

dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanyasuatu predisposisi

genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktorpencetus spesifik seperti

yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak

spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadilebih berat dan sering

sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan

emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

19

Page 20: Antigen Dan Antibody

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik

dan non-alergik.

ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya

serangan asma bronkhial.

1. Faktor predisposisi

Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya

mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karenaadanya bakat alergi

ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan foktor

pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi

a. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinyaserangan

asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan,

20

Page 21: Antigen Dan Antibody

musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk

bunga dan debu.

c. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa

memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul

harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya

belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium

hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada

waktu libur atau cuti.

e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan

asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas

tersebut.

TANDA DAN GEJALA

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan

menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala

klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada

sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu

dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul

makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,

tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam

hari.

21

Page 22: Antigen Dan Antibody

KOMPLIKASI

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

Bronchiolitis

Pneumonia

Emphysema.

Hipoksemia

Pneumothoraks

Emfisema

Deformitas thoraks

Gagal nafas

    PATOFISIOLOGI

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus

terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga

terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk

membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini

menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada

interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila

seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut mmeningkat, alergen

bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan

mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi

lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek

gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding

bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan

spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi

22

Page 23: Antigen Dan Antibody

sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi

daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa 3

menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka

sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi

berat terutama selama ekspirasi.

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,

tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat

kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

     Pemeriksaan Penunjang

 laboratorium

1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.

b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

bronkus.

c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid

dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2. Pemeriksaan darah

a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana

menandakan terdapatnya suatu infeksi.

3. Pencetus :

23

Page 24: Antigen Dan Antibody

a. Allergen

b. Olahraga

c. Cuaca

d. Emosi

Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan

gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan

rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,

maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin

bertambah.

c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula

menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

d. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka

dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

PENATALAKSANAAN ASMA :

Posisikan pasien semifowler

Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. 

Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20

menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :

Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :

Efedrin             : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

Salbutamol      : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin        : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

24

Page 25: Antigen Dan Antibody

Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan

insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping obat dan

monitor efek samping obat.

25

Page 26: Antigen Dan Antibody

26

Page 27: Antigen Dan Antibody

27