ansn ind ins perizinan instalasi dan bahan nuklir

33
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang …………………………………………………… 01 B. Dasar Hukum …………………………………………………… 03 C. Definisi …………………………………………………………. 04 Tujuan Instruksional Umum …………………………………… 06 Tujuan Instruksional Khusus ………………………………….. 06 BAB II OBJEK PENGAWASAN ……………………………………… 07 1. Instalasi Nuklir ………………………………………………… 07 2. Instalasi Nuklir Non Reaktor ………………………………….. 07 3. Bahan Nuklir …………………………………………………… 07 4. Sertifikasi. ………………………………………………………. 08 BAB III PERIZINAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR ………….. 09 BAB IV PROSEDUR, PERYARATAN PENERBITAN DAN JENIS IZIN .. 11 A. Persyaratan Izin………………………………………………….. 11 1. Syarat – syarat untuk mendapatkan izin tapak ……………… 12 2. Syarat – Syarat untuk mendapatkan izin kontruksi…………… 13 3. Syarat-Syarat untuk mendapat Izin Operasi ………………… 14 4. Syarat-Syarat untuk Izin Dekomisioning ……… 16 B. Laporan Analisis Keselamatan …………………………………. 17. 1. Laporan Analisis Keselamatan Pendahuluan ………………… 18 2. Laporan Analisis Keselamatan Akhir ………………………... 20 3. Laporan Analisis Keselamatan Dampak Lingkungan ……….. 22 BAB V SURAT IZIN BEKERJA ……………………………………… 24 BAB VI KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN OPERASI …………………. 26 BAB VII PENGAWASAN BAHAN BAKAR NUKLIR …………………. 29 BAB VIII BIAYA IZIN INNR ……………………………………………. 30

Upload: rifkyirawan

Post on 27-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mata kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 01

A. Latar Blakang …………………………………………………… 01

B. Dasar Hukum …………………………………………………… 03

C. Definisi …………………………………………………………. 04

Tujuan Instruksional Umum …………………………………… 06

Tujuan Instruksional Khusus ………………………………….. 06

BAB II OBJEK PENGAWASAN ……………………………………… 07

1. Instalasi Nuklir ………………………………………………… 07

2. Instalasi Nuklir Non Reaktor ………………………………….. 07

3. Bahan Nuklir …………………………………………………… 07

4. Sertifikasi. ………………………………………………………. 08

BAB III PERIZINAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR ………….. 09

BAB IV PROSEDUR, PERYARATAN PENERBITAN DAN JENIS IZIN .. 11

A. Persyaratan Izin………………………………………………….. 11

1. Syarat – syarat untuk mendapatkan izin tapak ……………… 12

2. Syarat – Syarat untuk mendapatkan izin kontruksi…………… 13

3. Syarat-Syarat untuk mendapat Izin Operasi ………………… 14

4. Syarat-Syarat untuk Izin Dekomisioning ……… 16

B. Laporan Analisis Keselamatan …………………………………. 17.

1. Laporan Analisis Keselamatan Pendahuluan ………………… 18

2. Laporan Analisis Keselamatan Akhir ………………………... 20

3. Laporan Analisis Keselamatan Dampak Lingkungan ……….. 22

BAB V SURAT IZIN BEKERJA ……………………………………… 24

BAB VI KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN OPERASI …………………. 26

BAB VII PENGAWASAN BAHAN BAKAR NUKLIR …………………. 29

BAB VIII BIAYA IZIN INNR ……………………………………………. 30

Page 2: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

DASAR –DASAR PERIZINAN INSTALASI DAN BAHAN

NUKLIR

BAB I

PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang

Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir, BAPETEN antara lain

bertugas menyelenggarakan perizinan di bidang instalasi nuklir, bahan nuklir

dan petugas yang bekerja sebagai operator reaktor/supervisor reaktor. Yang

dimaksud dengan perizinan (PP No. 64/2000) adalah seluruh proses yang

meliputi persyaratan dan tatacara memperoleh izin, penerbitan, perubahan,

perpanjangan, pembekuan, pencabutan dan kegiatan lain yang terkait dengan

izin pemanfaatan tenaga nuklir.

Tujuan penyelenggaraan Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir yang

dilaksanakan oleh BAPETEN adalah untuk :

a) Terjaminnya kesejahteraan, keamanan dan ketentraman masyarakat;

b) Menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat

serta perlindungan terhadap lingkungan hidup;

c) Memelihara tertib hukum dalam pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir;

d) Meningkatkan kesadaran hukum pengguna tenaga nuklir untuk

menimbulkan budaya keselamatan di bidang nuklir;

e) Mencegah terjadinya perubahan tujuan pemanfaatan bahan nuklir; dan

f) Menjamin terpeliharanya dan ditingkatkannya disiplin petugas dalam

pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir.

Pengaturan perizinan instalasi nuklir sebagaimana tercantum dalam pasal 17

UU No. 10/97, adalah :

1

Page 3: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Ayat (1) : Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin, kecuali

dalam hal-hal tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

Ayat (2) : Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir dan instalasi

nuklir lainnya serta dekomisioning reaktor nuklir wajib

memiliki izin.

Ayat (3) : Syarat-syarat dan tata cara perizinan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah.

Yang dimaksud dengan instalasi nuklir adalah :

a. Reaktor nuklir

b. Fasilitas yang digunakan untuk pemurnian, konversi, pengayaan bahan

nuklir, fabrikasi bahan bakar nuklir dan atau pengolahan ulang bahan bakar

nuklir bekas; dan atau

c. Fasilitas yang digunakan untuk menyimpan bahan bakar nuklir dan bahan

bakar nuklir bekas.

(kelompok dalam butir (b) dan (c) disebut instalasi nuklir non rektor)

Selain instalasi nuklir baik rektor nuklir maupun instalasi nuklir non rektor,

Bapeten mengatur pula kualifikasi petugas yang bekerja sebagai operator

reaktor/supervisor reaktor dan petugas proteksi radiasi. Persyaratan dimaksud

adalah untuk meminimalkan risiko yang dihadapi oleh pengguna tenaga nuklir

maupun masyarakat.

Disamping itu terdapat pula pengawasan khusus terhadap bahan bakar nuklir

yang digunakan yang harus memenuhi ketentuan :

1. Bahan bakar nuklir dikuasai oleh negara dan pemanfaatannya diatur dan

diawasi oleh BAPETEN.

2

Page 4: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

2. Pemegang izin konstruksi/operasi wajib mentaati ketentuan yang

dikeluarkan oleh BAPETEN mengenai tanggung jawab yang dipikulnya

selama bahan bakar nuklir dalam penguasaannya.

3. BAPETEN akan mengadakan pemeriksaan pertanggung-jawaban maupun

pemeriksaan fisik bahan bakar nuklir.

Untuk izin pemanfaatan bahan nuklir diberlakukan persyaratan khusus berikut

:

1. Mempunyai sistem pengawasan dan pertanggungjawaban bahan nuklir

(safeguards), memberikan DIQ (Design Information Questionaire).

2. Mempunyai sistem proteksi fisik.

B. Dasar Hukum.

1. UU No.10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran

2. PP No. 63 Tahun 2000 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap

Pemanfaatan Radiasi Pengion

3. PP No. 64 Tahun 2000 Tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

4. PP No. 26 Tahun 2002 Tentang Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif

5. PP No. 27 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif

6. PP No. 134 Tahun 2000 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak Yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir

7. PP No. 48 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.

134 Tahun 2000

8. Kep. Ka. BAPETEN No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan

Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

9. Kep. Ka. BAPETEN No. 02-P/Ka-BAPETEN/VI-99 tentang Proteksi Fisik

Bahan Nuklir

10. Kep. Ka. BAPETEN No. 03/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan

Keselamatan untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif

3

Page 5: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

11. Kep. Ka. BAPETEN No. 04/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan

Keselamatan untuk Pengangkutan Zat Radioaktif

12. Kep. Ka. BAPETEN No. 05/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan

Keselamatan Desain Reaktor Penelitian

13. Kep. Ka. BAPETEN No. 06/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Pembangunan

dan Pengoperasian reaktor nuklir

14. Kep. Ka. BAPETEN No. 07/Ka-BAPETEN/V-99 tentang Jaminan Kualitas

Instalasi Nuklir

15. Kep. Ka. BAPETEN No. 10/Ka-BAPETEN/VI-99 tentang Ketentuan

Keselamatan Operasi Reaktor Penelitian

16. Kep. Ka. BAPETEN No. 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 tentang Pedoman

Penentuan Tapak reaktor Nuklir

17. Kep. Ka. BAPETEN No. 05-P/Ka-BAPETEN/VII-00 tentang Pedoman

Persyaratan Untuk Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif

18. Kep. Ka. BAPETEN No. 06-P/Ka-BAPETEN/XI-00 tentang Pedoman

Pembuatan Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Penelitian

19. Kep. Ka. BAPETEN No. 19/Ka-BAPETEN/IV-00 tentang Pengecualian

Dari Kewajiban Memiliki Izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir

C. Definisi

1. Reaktor nuklir adalah alat atau instalasi yang dijalankan dengan bahan

bakar nuklir yang dapat menghasilkan reaksi inti berantai yang terkendali

dan digunakan untuk pembangkitan daya, atau penelitian, dan/atau

produksi radioisotop. (UU 10/1997)

2. Instalasi nuklir non-reaktor adalah fasilitas yang digunakan untuk

pemurnian, konversi, pengayaan bahan nuklir, fabrikasi bahan bakar nuklir

dan/atau pengolahan ulang bahan bakar nuklir bekas; dan/atau untuk

menyimpan bahan bakar nuklir dan bahan bakar nuklir bekas.

3. Perizinan adalah seluruh proses yang meliputi persyaratan dan tata cara

memperoleh izin, penerbitan, perubahan, perpanjangan, pembekuan,

4

Page 6: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

pencabutan dan kegiatan lain yang terkait dengan izin pemanfaatan tenaga

nuklir. (PP 64/2000)

4. Modifikasi (Modifikasi Reaktor) adalah perubahan di dalam atau

penambahan terhadap konfigurasi reaktor yang ada dengan pelaksanaan

keselamatan potensial yang dimaksudkan untuk kesinambungan operasi

reaktor. Modifikasi ini dapat menyangkut sistem keselamatan atau sistem

komponen yang terkait dengan keselamatan, prosedur, dokumentasi atau

kondisi operasi yang berkaitan dengan keselamatan. (SK Ka-BAPETEN

No 06-P)

5. Laporan Analisis Keselamatan adalah dokumen yang disampaikan

pemohon kepada Badan Pengawas dan berisi informasi tentang fasilitas

reaktor penelitian nuklir, desain, analisis keselamatan dan peralatan untuk

mengurangi resiko terhadap masyarakat, personilpengoperasi dan

lingkungan. (SK Ka-BAPETEN No 06-P)

6. Perawatan adalah kegiatan yang terorganisasi baik secara administratif

maupun teknis untuk menjaga agar struktur, sistem dan komponen selalu

dalam kondisi dapat beroperasi dengan baik, termasuk aspek preventif

(pencegahan) dan korektif (perbaikan). (SK Ka-BAPETEN No. 05)

7. Dekomisioning :

a. Adalah suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya reaktor

nuklir secara tetap, antara lain, dilakukan pemindahan bahan bakar

nuklir dari teras reaktor, pembongkaran komponen reaktor,

dekontaminasi, dan pengamanan akhir. (UU 10/1997)

b. Adalah suatu kegiatan untuk menghentikan secara tetap beroperasinya

fasilitas/instalasi yang memanfaatkan radiasi, zat radioaktif, atau bahan

nuklir, antara lain pemindahan dan pengelolaan sumber radiasi dan

limbah radioaktif dari fasilitas/instalasi, pembongkaran struktur dan

komponen proses, dekontaminasi dan pengamanan akhir. (SK Ka-

BAPETEN No. 07-P)

c. Adalah proses dimana suatu reaktor diberhentikan operasinya secara

permanen. (SK Ka-BAPETEN No. 05)

5

Page 7: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

8. Pembongkaran (dismantling) adalah kegiatan pencopotan komponen dan

sistem dari fasilitas terpasang yang dilakukan selama kegiatan

dekomisioning fasilitas. (SK Ka-BAPETEN No. 07-P)

9. Batasan dan Kondisi Operasi adalah seperangkat aturan yang

menetapkan batasan parameter, kemampuan fungsi dan tingkat unjuk kerja

peralatan dan personil yang disetujui oleh BAPETEN untuk

mengoperasikan fasilitas reaktor penelitian secara aman. (SK Ka-

BAPETEN No. 05)

10. Sistem yang Berkaitan dengan Keselamatan adalah sistem yang penting

untuk keselamatan tapi bukan merupakan sistem keselamatan (SK Ka-

BAPETEN No. 05)

11. Sistem Keselamatan adalah sistem yang penting untuk keselamatan, yang

diperlukan untuk menjamin pemadaman reaktor dengan aman, atau untuk

memindahkan panas dari teras reaktor, atau untuk membatasi akibat

peristiwa operasi yang diperkirakan dan kondisi kecelakaan (SK Ka-

BAPETEN No. 05)

Tujuan Instruksional Umum

Peserta setelah mengikuti diklat diharapkan peserta dapat mengerti tentang

sistem perizinan, obyek perizinan, permohonan izin, evaluasi perizinan, jenis-

jenis izin dan mengerti tentang fungsi fasilitas instalasi dan bahan nuklir secara

garis besar

Tujuan Instruksional Khusus

Peserta setelah mengikuti diklat diharapkan dapat mengerti prinsip dasar

evaluasi dan verifikasi perizinan instalasi nuklir, bahan nuklir, perizinan

instalasi nuklir, dan sertifikasi personil dan bungkusan

6

Page 8: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB II.

OBJEK PENGAWASAN

Sebagai obyek perizinan yang dilaksanakan oleh Direktorat Perizinan Instalasi

dan Bahan Nuklir.

1. Instalasi Nuklir:

a. Reaktor Kartini,

b. RSG GA. Siwabessy,

c. Reaktor Triga 2000.

2. Instalasi Nuklir non Reaktor:

a. Divisi Elemen Bakar Nuklir PT Batan Teknologi

b. Instalasi Elemen Bakar Eksperimental - P2TBDU,

c. Instalasi Radio Metalurgi - P2TBDU

d. Instalasi Recovery Uranium - P2RR

e. Intern Spent Fuel Storage Facility - P2TRR

f. Pabrik Pemurnian Asam Fosfat PT PKG (status Dekomisioning)

3. Bahan Nuklir

a. Bahan Nuklir untuk Reaktor Kartini (antara lain: SS-204),

b. Bahan Nuklir untuk Reaktor RSG GA. Siwabessy (Uranium Oksida,

Uranium Silisida),

c. Bahan Nuklir untuk Reaktor Triga 2000 (SS-204, SS-304, rod

follower).

d. Bahan Nuklir untuk produksi Molibdenum

e. Bahan Nuklir untuk produksi Elemen Bakar RSG-GAS

f. Bahan Nuklir hasil tambang timah (P. Bangka)

g. Bahan Nuklir di pertambangan daerah Kalan Kalimantan

h. Penyimpanan Bahan Nuklir di P. Batam)

7

Page 9: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

i. Bahan Nuklir hasil permurnian PT Petrokimia Gresik yang disimpan di

fasilitas pengelolaan limbah P2PLR Serpong

4. Sertifikasi

Sertifikasi personil Operator reaktor dan Supervisor reaktor, validasi

bungkusan.

8

Page 10: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB III

PERIZINAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

Perizinan dalam instalasi nuklir dikaitkan dengan perizinan pengoperasian reaktor

nuklir adalah dimulai dengan pelaksanaan perizinan tapak sampai dengan

perizinan dekomisioning. Keselamatan reaktor nuklir mensyaratkan pemilihan

tapak, desain, konstruksi, komisioning, operasi dan dekomisioning yang memadai

yang diatur dalam ketentuan keselamatan operasi reaktor nuklir. Ketentuan

keselamatan operasi reaktor nuklir mencakup persyaratan jaminan kualitas yang

berkaitan dengan terjaminnya operasi reaktor nuklir yang aman dan pernyataan

dan persyaratan dasar tentang pengawasan dari BAPETEN. Ketentuan

keselamatan merupakan salah satu dari dua Ketentuan Keselamatan (desain dan

operasi) yang diterbitkan dalam rangka menetapkan tujuan, prinsip dan

persyaratan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keselamatan yang

memadai pada semua tahap selama umur reaktor nuklir.

Tujuan Keselamatan keseluruhan suatu reaktor nuklir adalah melindungi orang/

seseorang, masyarakat dan lingkungan dengan membentuk dan memelihara

pertahanan yang efektif terhadap bahaya radiologi.

Berdasarkan tujuan ini, terdapat pula tujuan proteksi radiasi yang lebih rinci yang

digunakan untuk :

1. menjamin agar pengoperasian dan pemanfaatan reaktor nuklir dibenarkan

melalui pertimbangan proteksi radiasi (prinsip kebenaran);

2. menjamin agar selama operasinya, penyinaran radiasi terhadap pekerja dan

masyarakat tetap berada dalam dibawah nilai batas yang ditetapkan oleh

instansi yang berwenang dan diusahakan serendah mungkin sesuai prinsip

optimasi (ALARA) dan dosis perorangan serta prinsip batas resiko; dan

3. menjamin pengurangan penyinaran radiasi akibat kecelakaan.

9

Page 11: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan, maka pengoperasian

reaktor nuklir harus :

1. menjamin pencegahan terjadinya kecelakaan;

2. menjamin agar semua rentetan kejadian yang dipertimbangkan dalam desain

fasilitas (termasuk rentetan kejadian yang mempunyai kementakan rendah)

konsekuensi radiologinya adalah kecil; dan

3. menjamin baik melalui upaya pencegahan maupun upaya penanggulangan agar

kecelakaan dengan akibat besar kemungkinannya sangat kecil (tujuan

keselamatan teknik).

10

Page 12: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB IV

PROSEDUR, PERSYARATAN PENERBITAN DAN JENIS IZIN

BAPETEN adalah satu-satunya badan pengawas yang melakukan pengawasan

terhadap seluruh pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia sesuai dengan UU No. 10

tahun 1997.

A. Persyaratan Izin

Persyaratan umum yang dipakai sebagai dasar penilaian agar diperolehnya izin

pemanfaatan tenaga nuklir dari Bapeten adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai fasilitas yang memenuhi persyaratan keselamatan untuk

bekerja dengan tenaga nuklir. Fasilitas nuklir harus didesain, dikonstruksi,

dioperasikan yang memberikan dampak aman/selamatnya operasi.

2. Mempunyai tenaga-tenaga yang cakap dan terlatih baik, untuk bekerja

dengan instalasi nuklir. Yang dimaksud dengan tenaga yang cakap dan

terlatih baik adalah tenaga yang mempunyai pengetahuan dalam bidang

keselamatan kerja terhadap radiasi.

3. Mempunyai peralatan teknis yang diperlukan untuk menjamin

perlindungan terhadap radiasi seperti: surveymeter, detektor kontaminasi,

film badge/ dosimeter saku, dll, dan alat-alat pelindung lainnya bila

diperlukan.

4. Mempunyai prosedur kerja (juklak) yang memenuhi syarat. Juklak tersebut

harus disampaikan kepada BAPETEN untuk mendapat persetujuan.

Tahapan perizinan pengoperasian reaktor nuklir maupun instalasi nuklir non

reakor sebelum fasilitas dibangun dan dioperasikan harus memenuhi perizinan

yang dimuat dalam pasal 17 ayat 1 , UU No. 10 tahun 1997 sesuai dengan jenis

izin yang terkait.

Jenis Izin yang dimaksud adalah :

11

Page 13: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

1. izin tapak

2. izin konstruksi

3. izin operasi:

a. izin operasi sementara (tahap komisioning)

b. izin operasi jangka panjang

4. izin dekomisioning

Izin tapak, izin konstruksi, izin operasi, atau izin dekomisioning diberikan

setelah permohonan beserta seluruh lampirannya memenuhi ketentuan dalam

keputusan ini dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh BAPETEN.

Izin tapak diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, yang dapat

diperpanjang sampai dengan 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun.

1. Syarat-syarat untuk mendapatkan izin tapak adalah:

a. Pemohon mengajukan permohonan izin tapak kepada BAPETEN

dengan mencantumkan calon atau calon-calon tapak;

b. Aplikasi pada butir 1) harus dilengkapi dengan keterangan, antara lain

tentang:

1) ciri-ciri disain konseptual reaktor beserta instalasinya dan operasi

reaktor yang direncanakan;

2) data terakhir tentang kepadatan penduduk dan yang diperkirakan

pada waktu yang akan datang serta sifat-sifat khusus di sekitar

lokasi;

3) keadaan fisik calon tapak, ditinjau dari segi seismologi,

meteorologi, geologi, hidrologi dan radioekologi, dll.;

4) keadaan lingkungan (nilai-nilai ekologi dan budaya), adanya cagar

alam, pangkalan militer, lapangan terbang, industri pangan dan

tempat/bangunan lain yang berdasarkan ketentuan Pemerintah harus

dijaga keutuhannya.

12

Page 14: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Setiap permohonan izin konstruksi reaktor nuklir diajukan kepada

BAPETEN dengan melampirkan antara lain laporan Analisis Keselamatan

Pendahuluan, Laporan Analisis Dampak Lingkungan dan persyaratan

tentang jadwal konstruksi. Permohonan izin konstruksi diajukan dengan

mengikuti Keputusan ini dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh

IAEA.

2. Syarat-syarat untuk mendapatkan izin konstruksi adalah:

a. Pemohon mengajukan permohonan izin konstruksi kepada BAPETEN;

b. Aplikasi pada butir 1) harus dilengkapi dengan:

1) Laporan Analisis Keselamatan Pendahuluan (LAKP)

2) Laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

termasuk Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana

Pengelolaan Lingkungan (RKL) yang telah disetujui oleh Komisi

Pusat AMDAL

3) Jadwal Konstruksi

4) Program Jaminan Kualitas

5) Kecuali hal-hal tersebut di atas, sesuai dengan petunjuk BAPETEN,

pemohon harus juga menyampaikan :

a) Uraian tentang disain pendahuluan dari sistem pengendalian

zat radioaktif dalam efluen dalam bentuk gas dan cairan

yang dihasilkan selama operasi normal reaktor nuklir

termasuk penyimpangan yang diperkirakan yang mungkin

terjadi selama operasi;

b) Uraian tentang perkiraan jumlah zat radioaktif utama yang

mungkin terlepas ke lingkungan dalam bentuk cairan setiap

tahun selama operasi normal;

c) Uraian tentang perkiraan jumlah zat radioaktif utama yang

mungkin terlepas ke lingkungan dalam bentuk gas, senyawa

halogen dan partikel;

13

Page 15: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

d) Uraian umum mengenai pembungkusan, penyimpanan, dan

pengangkutan limbah padat radioaktif hasil pengolahan

efluen dalam bentuk gas dan cairan dan dari sumber lainnya

ke luar instalasi.

Kecuali hal-hal tersebut di atas, sesuai dengan petunjuk BAPETEN,

pemohon harus juga menyampaikan :

1. Uraian tentang disain pendahuluan dari sistem pengendalian zat

radioaktif dalam efluen dalam bentuk gas dan cairan yang dihasilkan

selama operasi normal reaktor nuklir termasuk penyimpangan yang

diperkirakan mungkin terjadi selama operasi;

2. Uraian tentang perkiraan jumlah zat radioaktif utama yang mungkin

terlepas ke lingkungan dalam bentuk cairan setiap tahun selama

operasi normal;

3. Uraian tentang perkiraan jumlah zat radioaktif utama yang mungkin

terlepas ke lingkungan dalam bentuk gas, senyawa halogen dan

partikel;

4. Uraian umum mengenai pembungkusan, penyimpanan, dan

pengangkutan limbah padat radioaktif hasil pengolahan efluen dalam

bentuk gas dan cairan dan dari sumber lainnya ke luar instalasi;

5. Persyaratan tentang perkiraan jangka waktu penyelesaian konstruksi.

Pada waktu pembangunan instalasi reaktor nuklir mendekati penyelesaian

dan selambat-lambatnya sebelum pengisian bahan bakar, pemegang izin

konstruksi harus mengajukan permohonan untuk memperoleh izin operasi.

Permohonan izin operasi harus dilengkapi dengan :

1. Laporan Analisis Keselamatan Akhir;

2. Rencana tentang pengamanan fisik baik terhadap peralatan, tempat

dan daerah bebas pemukiman.

14

Page 16: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Permohonan izin operasi harus diajukan dengan mematuhi ketentuan dalam

keputusan ini dan petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh BAPETEN.

3. Syarat-syarat untuk mendapatkan izin operasi adalah:

a. Pemohon mengajukan permohonan izin operasi kepada BAPETEN

harus dilengkapi dengan:

1) Laporan Analisis Keselamatan Akhir (LAK)

2) Rencana tentang pengamanan fisik terhadap instalasi

3) Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat (OPKD)

b. Izin operasi diberikan dalam 2 (dua) tahap :

1) Izin operasi sementara dapat diberikan untuk jangka waktu paling

lama 24 bulan, termasuk tahap pra-operasi dan awal operasi;

2) Apabila dalam jangka waktu 24 bulan operasi sementara tidak

memenuhi syarat, izin operasi sementara dapat diperpanjang

selama 12 bulan;

3) Apabila tahap operasi sementara berjalan baik, izin operasi jangka

panjang dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 40 tahun.

c. Izin operasi diberikan apabila :

1) Pembangunan instalasi telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang tercantum dalam izin konstruksi serta ketentuan dari

BAPETEN;

2) Instalasi akan dioperasikan sesuai dengan permohonan yang

disetujui dan sesuai dengan permohonan yang disetujui dan sesuai

dengan ketentuan dari BAPETEN dan peraturan lain yang berlaku;

3) Terdapat jaminan bahwa operasi reaktor nuklir dapat dilaksanakan

tanpa membahayakan keselamatan dan kesehatan penduduk;

d. Izin operasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :

15

Page 17: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

1) izin operasi yang diberikan tidak meliputi izin pemakaian bahan

bakar nuklir.

2) izin yang diperoleh tidak dapat dipindahkan tanpa persetujuan

BAPETEN.

3) izin dapat dicabut, dibekukan, diubah atas dasar asalan yang

ditentukan dalam peraturan atau atas dasar pertimbangan

keselamatan.

4) izin dapat dibekukan apabila negara dalam keadaan darurat

perang atau keadaan darurat.

5) izin operasi diberikan dengan kondisi yang dicantumkan dalam

surat izin dari BAPETEN.

4. Syarat- Syarat untuk izin dekomisioning:

a. Pemohon mengajukan permohonan izin dekomisioning kepada

BAPETEN;

b. Aplikasi pada butir a. harus dilengkapi dengan:

1) Laporan Analisis Keselamatan untuk Dekomisioning

2) Rencana Dekomisioning

Izin tapak, izin konstruksi, izin operasi, atau izin dekomisioning diberikan

setelah permohonan beserta seluruh lampirannya memenuhi ketentuan

dalam keputusan ini dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh BAPETEN.

Izin tapak diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun, yang dapat

diperpanjang sampai dengan 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu) tahun.

Izin konstruksi diberikan untuk jangka waktu 5(lima) tahun, dengan

memuat semua persyaratan yang dikenakan terhadap pemohon mengenai

perubahan disain serta segala modifikasi yang bertujuan untuk membuat

dampak negatif seminimal mungkin. Apabila dalam jangka waktu 18 bulan

sesudah izin konstruksi diberikan, pelaksanaan konstruksi belum dimulai

16

Page 18: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

maka pemegang izin wajib melaporkannya kepada BAPETEN dengan

mengemukakan alasannya. Apabila alasan yang dikemukakan oleh

pemegang izin seperti tersebut pada ayat 2 tidak diterima, maka izin

konstruksi dapat dicabut. Jika pemegang izin telah memperkirakan bahwa

konstruksi tidak dapat diselesaikan pada waktu yang ditentukan, maka

paling lambat tiga bulan sebelum berakhirnya izin konstruksi pemegang

izin harus mengajukan permohonan perpanjangan izin dengan

mengemukakan alasan-alasan yang kuat.

B. Laporan Keselamatan

Laporan Analisis Keselamatan (LAK) disusun menurut format sesuai

dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 06-P/Ka-

BAPETEN/XI-00 tentang pembuatan Laporan Analisis Keselamatan

Reactor Penelitian. Format LAK untuk fasilitas instalasi nuklir non reactor

sedang dalam tahap penyusunan sedangkan format LAK PLTN masih

dalam tahap pengembangan. Jumlah bab pedoman LAK sebanyak 20 bab;

dalam hal ini merupakan ketentuan dasar pembuatan LAK bagi reactor,

instalasi nuklir non reactor dan PLTN.

Bab I

Bab II

Bab III

Bab IV

Bab V

Bab VI

Bab VII

Bab VIII

Bab IX

Bab X

Pendahuluan Dan Uraian Singkat Fasilitas

Tujuan Keselamatan Dan Persyaratan Desain Teknis

Karakteristik Tapak

Gedung Dan Struktur Bangunan

Reaktor

Sistem Pendingin Reaktor Dan Sistem Yang Berkaitan

Sistem Keselamatan Teknis

Instrumentasi Dan Kendali

Daya Listrik

Sistem Bantu

17

Page 19: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Bab XI

Bab XII

Bab XIII

Bab XIV

Bab XV

Bab XVI

Bab XVII

Bab XVIII

Bab XIX

Bab XX

Pemanfaatan Reaktor

Keselamatan Radiologi Operasional

Pelaksanaan Operasi

Pengkajian Lingkungan

Komisioning

Analisis Keselamatan

Batasan Dan Kondisi Operasi

Jaminan Kualitas

Dekomisioning

Kesiapsiagan Dan Rencana Kedaruratan

Dari segi proses pelaporan, LAK terdiri dari Laporan Analisis

Keselamatan Pendahuluan dan Laporan Analisis Keselamatan Akhir.

1. Laporan Analisa Keselamatan Pendahuluan.

Laporan Analisis Keselamatan Pendahuluan sekurang-kurangnya harus

memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Uraian dan penilaian keselamatan mengenai tapak reaktor nuklir;

b. Ikhtisar pembahasan reaktor nuklir yang dititik-beratkan pada

karakteristik disain dan operasi, hal-hal baru dan luar biasa dari

disain dan pertimbangan keselamatan yang utama;

c. Uraian dan pembahasan mengenai disain yang meliputi :

1) kriteria utama disain;

2) dasar disain dan kaitannya dengan kriteria utama disain; dan

3) keterangan mengenai bahan yang digunakan untuk

konstruksi, tata letak pada umumnya, ukuran-ukuran dalam

garis besar yang cukup memberi jaminan bahwa disain akhir

akan sesuai dengan dasar disain dengan batas yang cukup

untuk keselamatan;

18

Page 20: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

d. Uraian singkat mengenai program penelitian/eksperimen yang

menggunakan reaktor, dan uraian singkat mengenai dampak dari

eksperimen tersebut terhadap perilaku reaktor;

e. Analisis pendahuluan tentang evaluasi disain mengenai kemampuan

struktur, sistem dan komponen reaktor nuklir, dan keandalan

penyediaan listrik, dengan tujuan untuk membuat perkiraan risiko

bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan penduduk sebagai

akibat dioperasikannya reaktor nuklir, termasuk penentuan tentang :

1) batas keselamatan selama operasi serta keadaan yang

bersifat sementara yang diperkirakan selama instalasi

bekerja;

2) cukup kuatnya struktur, sistem dan komponen yang dipakai

untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau memperkecil

bahaya radiasi akibat kecelakaan;

f. Identifikasi dan pembenaran dari berbagai kemungkinan variabel

yang secara teknis harus dispesifikasikan menurut hasil laporan

analisis keselamatan pendahuluan;

g. Rencana awal mengenai organisasi, pelatihan personil dan

pengoperasian;

h. Uraian mengenai program pemonitoran lingkungan dan keadaan

meteorologi;

i. Uraian mengenai program jaminan kualitas yang akan dilakukan

dalam disain, fabrikasi, konstruksi dan pengujian struktur, sistem

dan komponen instalasi;

j. Identifikasi mengenai struktur, sistem dan komponen instalasi jika

ada yang memerlukan penelitian dan pengembangan untuk

meyakinkan bahwa disain memenuhi persyaratan; suatu identifikasi

dan uraian dari program penelitian dan pengembangan yang

diarahkan untuk penyelesaian persoalan-persoalan keselamatan

yang berkaitan dengan struktur, sistem atau komponen tersebut; dan

suatu jadwal mengenai program penelitian dan pengembangan yang

19

Page 21: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

memperlihatkan bahwa tiap persoalan keselamatan akan

diselesaikan pada atau sebelum tanggal yang dicantumkan pada

permohonan mengenai penyelesaian pembangunan fasilitas;

k. Kualifikasi teknis pemohon beserta kontraktor utama dan

konsultannya yang berminat untuk melaksanakan kegiatan seperti

yang diusulkan sesuai dengan peraturan yang ada dan uraian

mengenai partisipasi nasional dalam tahap konstruksi; dan

l. Pembahasan mengenai rencana awal pemohon untuk mengatasi

keadaan darurat.

2. Laporan Analisa Keselamatan Akhir (LAK AKHIR)

Laporan Analisis Keselamatan Akhir harus memuat :

a. Uraian mengenai pelaksanaan program sejak izin konstruksi

dikeluarkan yang meliputi program:

1) pemonitoran radioaktivitas lingkungan dan meteorologi;

2) jaminan kualitas;

3) pelatihan personil;

4) penanggulangan keadaan darurat.

b. Uraian dan analisis yang menitik-beratkan pada persyaratan

kemampuannya serta dasar persyaratan tersebut, pembenaran teknis

dan evaluasi yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa fungsi

keselamatan akan dicapai;

c. Hal-hal tersebut meliputi teras reaktor, sistem pendingin reaktor,

sistem instrumentasi dan kendali, sistem listrik, sistem

pengungkungan, sistem keselamatan lain, sistem penunjang dan

sistem keadaan darurat, dan sistem pengelolaan limbah radioaktif

dan sistem pengelolaan bahan bakar;

d. Jenis dan jumlah zat radioaktif yang diperkirakan akan dihasilkan

selama operasi reaktor serta cara mengendalikan dan membatasi zat

20

Page 22: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

radioaktif dalam efluen dan paparan radiasi dalam batas-batas yang

ditentukan oleh BAPETEN;

e. Analisis dan evaluasi terakhir mengenai disain kemampuan

struktur, sistem dan komponen harus memperhatikan

perkembangan baru yang terjadi sejak diserahkannya Laporan

Analisis Keselamatan Pendahuluan;

f. Uraian dan evaluasi hasil pelaksanaan program pemohon, termasuk

penelitian dan pengembangan, apabila ada, untuk membuktikan

bahwa setiap masalah yang telah diidentifikasikan pada tahap

konstruksi telah diselesaikan;

g. Keterangan dalam rangka operasi reaktor nuklir mengenai :

1) struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab;

2) persyaratan kualifikasi personil;

3) pengendalian secara administrasi dan manajemen yang akan

dilaksanakan untuk menjamin operasi reaktor nuklir dengan

aman;

4) rencana percobaan pra-operasi serta awal operasi;

5) rencana pelaksanaan operasi, termasuk perawatan,

pengawasan dan pengujian berkala terhadap struktur, sistem

dan komponen serta penghentian operasi (shutdown);

6) rencana penanggulangan keadaan darurat;

7) spesifikasi teknik yang diusulkan, yang menguraikan hal-hal

berikut :

a) Nilai batas keselamatan reaktor nuklir dan penetapan

batas sistem keselamatan :

(1) nilai batas keselamatan reaktor nuklir adalah

pembatasan terhadap nilai parameter untuk

menjaga keutuhan penahan fisik yang berfungsi

mencegah pelepasan zat radioaktif secara tidak

terkendali yang apabila dilampaui, reaktor harus

dihentikan;

21

Page 23: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

(2) penetapan batas sistem keselamatan adalah

penetapan batas bagi peralatan proteksi yang

akan berfungsi secara otomatis apabila parameter

yang berhubungan langsung dengan reaktor

melampaui batas yang ditetapkan tersebut.

Penetapan batas ini ditentukan agar peralatan

proteksi otomatis dapat mengatasi situasi

abnormal sebelum nilai batas keselamatan

dilampaui.

b) Persyaratan minimal untuk operasi reaktor. Persyaratan

minimal untuk operasi reaktor adalah kemampuan

fungsional terendah atau tingkat unjuk kerja terendah

dari peralatan yang diperlukan agas instalasi beroperasi

dengan aman. Apabila persyaratan minimal tidak

terpenuhi, pemegang izin harus menghentikan

beroperasinya reaktor.

c) Persyaratan pengawasan. Persyaratan pengawasan

adalah persyaratan yang berhubungan dengan pengujian,

kalibrasi atau pemeriksaan untuk menjamin agar :

(1) Kualitas komponen dan sistem dipertahankan;

(2) Instalasi beroperasi dalam nilai batas

keselamatan;dan

(3) Persyaratan minimal dipenuhi;

d) Bagian-bagian penting dari disain. Bagian-bagian

penting dari disain, misalnya bahan konstruksi

pengaturan denah yang apabila diubah atau diganti akan

membawa pengaruh yang berarti terhadap keselamatan;

e) Ketentuan administrasi. Ketentuan administrasi adalah

ketentuan mengenai organisasi dan pengelolaan,

prosedur, dokumentasi, penilaian dan pemeriksaan serta

22

Page 24: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

pelaporan yang diperlukan untuk menjamin keselamatan

operasi reaktor.

f) kualifikasi teknis personil yang dimiliki pemohon untuk

mengoperasikan reaktor nuklir;

g) uraian dan rencana untuk melaksanakan program kualifikasi

ulang kecakapan operator.

3. Laporan Analisa Keselamatan Dampak Lingkungan

a. Laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Disain reaktor nuklir selengkapnya, berikut instalasi

sistem pendingin teras darurat, sistem penghentian operasi

yang aman dan sistem pengungkungan zat radioaktif;

2) Perkiraan dampak lingkungan selama konstruksi dan

operasi reaktor, berikut analisis dampak terhadap dan

melalui udara, air dan tanah serta dampak biologi dan

sosial ekonomi terhadap masyarakat sekeliling tapak

reaktor.

b. Laporan AMDAL disusun berdasarkan masukan data dari instansi

yang bergerak di bidang geologi, seismologi, hidrologi,

oseanologi, vulkanologi, pertanian, kehutanan, pengairan, ilmu

ekonomi, pekerjaan umum/konstruksi, demografi, lingkungan

hidup dan sebagainya.

c. Laporan AMDAL disusun berdasarkan Keputusan Kepala

BAPETEN No. 04-P/Ka-BAPETEN/VI-99.

23

Page 25: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB V

SURAT IZIN BEKERJA (SIB)

Dalam pasal 19 UU No. 10/1997 disebutkan bahwa:

Ayat (1) : Setiap petugas yang mengoperasikan reaktor nuklir dan petugas

tertentu di dalam instalasi nuklir lainnya dan di dalam instalasi yang

memanfaatkan sumber radiasi pengion wajib memiliki izin.

Ayat (2) : Persyarata untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur oleh Badan Pengawas

Dalam pasal 5 SK Ka BAPETEN No. 17/Ka-BAPETEN/IX-99 disebutkan bahwa:

Setiap pengoperasian reaktor nuklir harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang

cakap dan terlatih, dan sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. satu orang Operator Reaktor;

b. satu orang Supervisor Reaktor;

c. satu orang Petugas Proteksi Radiasi; dan

d. satu orang Petugas Perawatan dan Perbaikan.

Petugas yang bekerja di instalasi nuklir atau yang memanfaatkan tenaga

nuklir harus memiliki izin dari instansi yang berwenang. Persyaratan

dimaksud adalah digunakan untuk meminimalkan risiko yang dihadapi oleh

pengguna tenaga nuklir maupun masyarakat.

Pasal 18, menyebutkan bahwa

1. Setiap perubahan dan penambahan dalam instalasi yang berhubungan dengan

struktur, sistem, komponen, spesifikasi teknis dan lain-lain yang menyangkut

keselamatan dalam operasi hanya dapat dilakukan setelah persetujuan dari

BAPETEN.

2. BAPETEN dapat mewajibkan pemegang izin mengadakan perubahan instalasi

demi kesehatan dan keselamatan.

24

Page 26: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Dalam Pasal 19 menyebutkan bahwa Izin operasi berakhir dengan :

a. lewatnya jangka waktu izin yang diberikan;

b. bubarnya pemegang izin;

c. dicabut oleh BAPETEN karena alasan sebagai berikut :

1) terbukti adanya keterangan palsu yang disampaikan kepada BAPETEN

dalam permohonan atau laporan dalam hubungannya dengan reaktor

dan operasi reaktor;

2) pemegang izin tidak mentaati spesifikasi teknis dan/atau kondisi izin

yang disetujui oleh BAPETEN;

3) pemegang izin melanggar ketentuan yang tercantum dalam peraturan

perundangan yang berlaku.

Dalam Pasal 20 menyebutkan bahwa

a. Para ahli dan para petugas yang akan bertindak sebagai operator untuk reaktor

nuklir harus memiliki izin kerja dari BAPETEN.

b. Izin kerja bagi operator tersebut diberikan oleh BAPETEN setelah diadakan

pengujian.

c. Izin kerja diberikan untuk jangka waktu tertentu dan ditinjau kembali secara

berkala.

25

Page 27: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB VI

KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN OPERASI

Pasal 21

Pemegang izin operasi mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. mentaati dan melaksanakan peraturan, ketentuan dan pedoman kerja yang

berlaku;

b. membuat suatu prosedur kerja dan jadwal jam kerja, agar selama operasi

reaktor, petugas yang memiliki izin kerja menjalankan reaktor selalu hadir

dan siaga;

c. membuat suatu petunjuk kerja yang jelas bagi karyawan;

d. memiliki prosedur pengamanan dalam hal terjadi keadaan darurat;

e. membentuk Panitia Keselamatan yang bertugas menilai setiap segi

keselamatan operasi rutin dan menilai segala usul kegiatan penelitian baik

penelitian baru maupun perubahan disain yang sifatnya bukan rutin;

f. mempunyai organisasi Proteksi Radiasi;

g. setiap saat wajib memberikan kesempatan inspeksi atau pemeriksaan yang

dilakukan oleh petugas BAPETEN;

h. melaksanakan pengamanan fisik terhadap Instalasi, bahan bakar nuklir dan

pengangkutan bahan bakar nuklir;

i. melaksanakan pembukuan semua bahan bakar nuklir yang ada di fasilitas itu

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

j. 3 (tiga) bulan sebelum izin operasi berakhir wajib mengajukan pernyataan

tertulis kepada BAPETEN tentang rencana pengelolaan instalasi tersebut

lebih lanjut.

Pasal 23

1) BAPETEN akan melakukan inspeksi pada setiap tahap proses perizinan :

26

Page 28: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

a. sebelum dikeluarkan izin tapak, pemeriksaan atas tapak untuk

mempermudah evaluasi data yang diberikan oleh pemohon;

b. selama tahap konstruksi, pemeriksaan apakah persyaratan yang

dicantumkan dalam izin konstruksi dipenuhi dan dilaksanakan;

c. selama tahap konstruksi dan sesudah konstruksi selesai, pemeriksaan

apakah program jaminan kualitas dan program-program lainnya telah

dilaksanakan seperti yang disyaratkan baik di tapak reaktor maupun di

tempat pembuatan komponen peralatan;

d. pada tahap pra-operasi; mengadakan inspeksi untuk memeriksa apakah

semua persyaratan dan persiapan untuk operasi telah memenuhi syarat.

2) Secara berkala dan sewaktu-waktu, bila dianggap perlu selama tahap operasi

BAPETEN mengadakan pemeriksaan apakah semua persyaratan dan ketentuan

kerja ditaati.

Pasal 24

1. Pemegang izin konstruksi dan operasi harus menyelenggarakan catatan

tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan konstruksi dan operasi

reaktor.

2. Secara berkala pemegang izin wajib membuat laporan tentang kegiatan

tersebut pada ayat 1 kepada BAPETEN khususnya mengenai program:

a. pemonitoran terhadap lingkungan dan meteorologi;

b. jaminan kualitas konstruksi;

c. pelatihan personil;

d. penanggulangan keadaan darurat.

Pasal 25

1. Apabila terjadi suatu kelainan, penyimpangan atau kecelakaan dalam operasi

reaktor yang diperkirakan dapat menimbulkan bahaya radiasi, pemegang izin

27

Page 29: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

wajib mengambil tindakan penanggulangan, sehingga bahaya radiasi menjadi

sekecil mungkin.

2. Operator reaktor wajib melaporkan hal ini kepada pemegang izin operasi yang

selanjutnya melaporkan hal tersebut kepada BAPETEN.

3. Petugas pengawasan dari BAPETEN akan segera melaksanakan pemeriksaan.

28

Page 30: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB VII

PENGAWASAN BAHAN BAKAR NUKLIR

Pasal 26

1. Bahan bakar nuklir dikuasai oleh negara dan pemanfaatannya diatur dan

diawasi oleh BAPETEN.

2. Pemegang izin konstruksi/operasi wajib mentaati ketentuan yang dikeluarkan

oleh BAPETEN mengenai tanggung jawab yang dipikulnya selama bahan

bakar nuklir dalam penguasaannya.

3. BAPETEN akan mengadakan pemeriksaan pertanggung-jawaban maupun

pemeriksaan fisik bahan bakar nuklir.

{ps.1]

a. PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi nuklir atau

instalasi lainnya yang memanfaatkan radiasi pengion yang dinyatakan mampu

oleh Bapeten untuk melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan

persoalan proteksi radiasi.

b. Petugas reaktor nuklir adalah petugas yang bekerja diinstalasi nuklir, baik yang

berkualifikasi sebagai Operator reaktor, Supervisor Reaktor, atau Petugas

Perawatan dan Perbaikan Reaktor.

c. Supervisor Reaktor adalah ahli yang bertanggung jawab dalam melaksanakan

pengawasan dan bimbingan terhadap operator reaktor yang sudah diberi izin.

d. Operator Reaktor adalah orang yang bertugas untuk mengendalikan reaktor.

[ps.5]

Setiap pengoperasian reaktor nuklir harus dilakukan oleh tenaga-tenaga yang

cakap dan terlatih, dan sekurang-kurangnya terdiri dari: satu Operator reaktor, satu

29

Page 31: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Supervisor Reaktor, satu Petugas Proteksi Radiasi dan satu Petugas Perawatan dan

Perbaikan.

30

Page 32: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

BAB VII

BIAYA IZIN INNR

(Berdasarkan PP No. 134/2000)

Biaya izin ini merupakan biaya untuk izin baru maupun perpanjangan.

No. Jenis Izin Masa Berlaku

(thn)

Biaya

(Rupiah)

1. Izin Tapak

- Pemerintah

- Swasta

2 (dua)

1.250.000,-

2.750.000,-

2. Izin Konstruksi

- Pemerintah

- Swasta

5 (lima) (fas. Fab.,

pemurnian)

8 (delapan) (inst.

pengkayaan)

2.500.000,-

5.500.000,-

3. Izin Operasi

Sementara

- Pemerintah

- Swasta

2(dua)

1.250.000,-

2.750.000,-

4. Izin Operasi Tetap

- Pemerintah

- Swasta

20 (dua puluh)

3.750.000,-

8.250.000,-

5. Izin Dekomisioning

- Pemerintah

- Swasta

3.750.000,-

8.250.000,-

6. Fasilitas Penyimpanan

31

Page 33: Ansn Ind Ins Perizinan Instalasi Dan Bahan Nuklir

Lestari

a. Izin Tapak

b. Izin Konstruksi

c. Izin Operasi

Tetap

2 (dua)

8(delapan)

33.000.000,-

110.000.000,-

550.000.000,-

Catatan :

o Denda keterlambatan perpanjangan izin (paling lama 30 hari sejak izin

berakhir) : 25% dari total biaya izin (Ps. 3).

32