anmal sae 27 cz

Upload: zahrunisa-al-jannah

Post on 08-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

z

TRANSCRIPT

Skenario C Blok 27

Batas Waktu Kumpul: Pukul 19.00 20.00 Selasa, 29 September 2015Kirim ke email: [email protected] file nya dinamai sesuai nama kalian masing masing, misalnya: jawaban dari rai, file nya bernama Raissa Oslin. Untuk memudahkan mencari jawaban saat buat laporan.Presentan dan yang print laporan akan diguncang sesuai kriteria berikut: Tidak mengumpul Analisis Masalah dan Learning Issue Tidak mengumpul tepat pada waktu yang ditentukan Tidak menjawab dengan lengkap dan tanpa daftar pustaka(Batas pertanyaan yang tidak di jawab adalah 1) Dua anggota terakhir yang mengumpul jawaban

Selamat mengerjakan.

1. Zahrunisa Al Jannah2. Dhiya Silfi Ramadini3. Dwi Andari Maharani4. KMS M Temidtya Kurnia Romadhan5. Ramitha Yulisman6. Raissa Oslin7. KM Syarif Azhar8. Timotius Wira Yudha9. Ni Komang Leni Wulandari10. Abdur Rozak11. E Jethro Solaiman12. Muhammad Adil13. Shobana An Agustin

Skenario C Blok 27Awi , anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk pilek.Pemeriksaan FisikAnak digendong ibu, gelisah, menangis terus. Sewaktu hendak diperiksa, anak semakin gelisah, anak terus memberontak, keempat ekstrimitas bergerak aktif simetris. Bibir dan sekitarnya tampak biru. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Berat badan 12 kg, panjang badan 86 cm, temperatur 37,6oC di axilla.Paru: Respiratory rate 48 kali/menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi: vesikuler, ronkhi (-).Jantung: tidak ada kelainan HR: 135 kali/ menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill time kurang dari 2 detik.

Klarifikasi IstilahPanas tidak tinggi : (subfebrile) keadaan suhu tubuh yang sedikit diatas normal tetapi belum febril atau diantara 37,5-390CGelisah : respons multisistem terhadap perasaan akan datangnya suatu bahaya.Bibir dan sekitarnya tampak biru : (sianosis) warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darahMengorok : (stridor) respirasi bernada tinggi, berisik seperti hembusan angin. Sebuah tanda obstruksi pernapasan terutama pada trakea atau laring. Nafas cuping hidung : mengembang dan mengempisnya hidung sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah udara inspirasi.Retraksi suprasternal dan sela iga : usaha kompensasi untuk meningkatkan volume dada dengan melibitakan otot-otot tambahan pada dada sehingga terjadi tarikan pada otot-otot suprasternal.

Identifikasi Masalah1. Awi , anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk pilek.2. Pemeriksaan keadaan umum3. Pemeriksaan Fisik

Analisis Masalah1. Awi , anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Awi menderita panas tidak tinggi dan batuk pilek.(1, 3, 7)a. etiologi kesulitan bernapas pada awi(2, 4, 8)b. makna klinis dari panas tidak tinggi dan batuk pilek dua hari sebelumnya.(3, 5, 9)c. Klasifikasi atau fase gawat darurat nafas pada anak(4, 6, 10)2. Pemeriksaan Umuma. Interpretasi dan Mekanisme keadaan umum (5, 7, 11)3. Pemeriksaan Fisika. Interpretasi dan Mekanisme pemfis(6, 8, 12)

HipotesisAwi, anak laki-laki 2 tahun mengalami respiratory distress yang diduga disebabkan oleh croup viral.

TemplateHow to Diagnose (pemeriksaan penunjang + grade croup)(7, 9, 13)

DD(8, 10, 1)Dalam menegakkan diagnosis croup perlu juga mempertimbangkan adanya penyebab lain yang bisa menimbulkan gejala yang serupa.1. EpiglotitisSering disebut juga sebagai supraglotitis. Merupakan infeksi pada epiglotis dan struktur supraglotis yang mengakibatkan obstruksi jalan nafas akut. Penyebab tersering adalah Hemophilus influenza tipe B. gejala klinis yang sering muncul adalah demam tinggi mendadak dan berat, nyeri tenggorok, sesak nafas yang progresif, sesak akan lebih berat pada posisi tidur, rewel ketika makan / menyusu, dan drooling. Pada anak yang lebih besar dapat disertai disfagia dan lebih menyukai posisi membungkuk ke depan dengan leher ekstensi dan mulut terbuka (sniffing position). Pada gambaran radiografi leher lateral menunjukkan Thumb sign. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laringoskopi. Gambaran epiglotis yang membesar, bengkak, berwarna merah ceri menunjukan epiglotitis.2. Edema Angioneurotik akutAdalah suatu reaksi inflamasi yang ditandai pembengkakan vaskuler dan peningkatan pereabilitas vaskuler. Gejala klinis yang sering muncul adalah edema akut pada berbagai bagian tubuh antara lain pada wajah, ekstremitas, rongga mulut, orofaring dan laring. Sebagian kecil penyakit ini adalah menurun, karena defisiensi enzym Cl esterase inhibitor, namun sebagian besar kasus disebabkan oleh reaksi alergi.3. Penyakit JantungKelainan pada jantung juga dapat menyebabkan sesak nafas, terutama setelah beraktivitas. Namun kelainan yang paling sering menyebabkan sesak yang akut antara lain aritmia, iskemik arteri koroner dan gangguan ventrikel kiri. Gejala yang dapat menyertai antara lain palpitasi, kepala terasa ringan dan pingsan. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan takikardi, bising, suara jantung ketiga, peningkatan tekanan vena jugular, edema, hepatomegali. Pada gagal jantung didapatkan gejala yang khas antara lain sesak saat beraktivitas, paroksismal noktusrnal dispnea dan orthopnea.4. Benda asingObstruksi karena benda asing biasanya terjadi mendadak dan dapat terjadi sumbatan total maupun parsial. Pada umumnya gejala yang timbul adalah sesak ringan sampai berat, batuk, muntah, gelisah, sianosis, ptekiae pada wajah, suara nafas yang tidak normal, wheesing ataupun stridor.5. KeganasanKeganasan pada laring khususnya didaerah glotis dan subglotis dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan croup (serak, sesak, stridor). Maka sesak karena keganasan dapat disingkirkan.

WD (9, 11, 2)

Etiologi(10, 12, 3)Etiologi dari sindromcroupsebagian besar adalah virus. Diantaranya adalah virus parainfluenza terutama tipe 1 (bertanggungjawab atas 80% kasuscroup) dan 3, Influenza A and B, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), echo virus, rhinovirus. Penyebab lain yang jarang adalahMycoplasma pneumonia.Pada perjalanan penyakit tidak jarang terjadi infeksi bakteri sekunder, antara lain olehStaphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, danMoraxella catarrhalis.Epidemiologi(11, 13, 4)

Patofis(12, 1, 5)Transmisi virus (terutama parainfluenza dan RSV) dapat terjadi karena adanya inokulasi direk dari sekresi yang membawa virus lewat tangan atau melalui partikel aerosol besar yang masuk lewat mata ataupun hidung. Infeksi virus pada laringotrakheitis, laringotrakeobronkitis dan laringotrakeobronkopneumonia biasanya berawal dari nasofaring atau orofaring yang kemudian turun sampai ke laring dan trakea setelah masa inkubasi 2 8 hari. Terjadi peradangan difus yang menyebabkan eritema dan edema pada mukosa dinding saluran pernafasan. Laring adalah bagian yang paling sempit pada saluran pernafasan atas, yang membuatnya sangat rentan terhadap terjadinya obstruksi. Terjadinya edema mukosa yang sama pada dewasa dan anak-anak akan menyebabkan penyempitan yang berbeda. Edema mukosa dengan ketebalan 1mm akan menyebabkan penyempitan jalan nafas sebesar 44% pada anak dan 75 % pada bayi. Sedangkan pada dewasa hanya akan menyebabkan penyempitan sebesar 27%.Edema mukosa pada daerah glottis akan menyebabkan terganggunya mobilitas pita suara. Edema pada daerah subglotis juga dapat menyebabkan gejala sesak nafas. Penyempitan saluran nafas akibat inflamasi ini menyebabkan turbulensi udara yang menyebabkan terjadinya stridor.Pada latingotrakeitis akut terdapat daerah edematous yang secara histologis mengandung infiltrat seluler pada lamina propria, submukosa dan advensisia. Infiltrat ini mengandung histiosit, limfosit, sel plasma, dan neutrofil.Pada Laringotrakeobronkitis dan laringotrakeobronkopneumonitis terdapat area edematous disertai dengan infiltrat sel-sel peradangan, dan sering terdapat pula ulserasi, pseudomembran dan mikroabses. Terdapat pus yang tebal didalam lumen trakea dan jalan udara bawah.Padacroupspasmodik terjadi edema noninflamasi pada subglotik. Etilogi daricroupspasmodik belum sepenuhnya diketahui, namun beberapa penulis mengajukan alergi sebagai penyebab.

Tatalaksana(13, 2, 6)Edukasi dan Preventif(1, 3, 7)Saran dan edukasi yang seharusnya diberikan kepada orangtua pasien dengan croup secara umum setelah menjalani perawatan adalah sebagai berikut :1. Promotif : sebagai promotif menganjurkan memberikan makanan yang mengandung gizi yang cukup yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, kemudian buah-buahan dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral untuk penderita.dan menasehatkan supaya selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama lingkungan rumah.2. Preventif : sebagai usaha preventif mengajarkan kepada orang tua untuk mencuci tangan yang lebih sering, menghindarkan anak dari berdekatan dengan keluarga atau orang lain yang menderita infeksi saluran nafas. Jika terdapat batuk yang keras dan kering berikan banyak minum dan dekatkan pada udara yang lembap dan hangat. Mengedukasikan kepada orang tua tentang kepentingan asi dan kegunaannya. Bayi yang mendapat asi akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih optimal. Jika terdapat tanda-tanda croup berulang segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.3. Memberikan nasehat kepada orang tua penderita untuk secara optimal berusaha mencukupi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang yang meliputi :Asuh : memenuhi kebutuhan akan pangan/gizi, papan/pemukiman yang layak, perawatan kesehatan dasar antara lain : imunisasi, penimbangan anak yang teratur dan pengobatan kalau sakit.Asih : memberikan kasih sayang dan perhatian pada penderita supaya pengobatan berjalan sampai tuntas dan mencegah berulangnya penyakit.Asah : memberikan stimulasi mental psikososial dengan alat pengasah edukatif yang dapat berupa gambar dan suara.

Komplikasi(2, 4, 8)Prognosis(3, 5, 9)KDU(4, 6, 10)

DAFTAR PUSTAKA1. Cherry JD, Croup. N Engl J Med, 2008; 358(4): 384 391.2. Yangtjik K, Dadiyanto DW. DB. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 2008 : 320-329.3. KNUTSON D, ARING A. Viral Croup. American Family Physician, 2004; 69(3): 535 - 5404. Bjornson CL, Johnson DW. Croup in the Paediatric Emergency Department. Paediatr Child Health. 2007; 12(6): 473477.5. Muiz A, Molodow RE, Defendi GL. Croup [cited 2008 Nov 21]. Available at URL: www.emedicine.medscape.com/article/962972-overview.html6. Postma GN, Koufman JA. Laryngitis. Dalam : Bailey BJ. Ed. Head and Neck Surgery Otolaringology. 2nd ed. Volume 1. Philadelphia: JB Lippincot, 2006: 731-7397. Hall CB. Respiratory Syncytial Virus and Parainfluenza Virus. N Engl J Med 2001, 344(25): 1917-1928.8. Parija SC, Marrie TJ. Parainfluaenza Virus [cited 2008 Jul 24]. Available at URL: www.emedicine.medscape.com/article/224708-overview.html9. Probst, Rudolf, MD. Basic Otorhinolaryngology. Stuttgart: Georg Thieme Verlag, 2006: 338-36110. Ballenger JJ. Penyakit Telinga ,Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 13. Jilid 1. Alih Bahasa : Staf Ahli Bag. THT FKUI. Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1994: 511-525.11. Broek PVD. Acute and Chronic Laryngitis. Dalam : Scott-Brown's Otolaryngology. 6th ed. Oxford : Butterworth Heinemann, 1997: 5/5/1-1812. Mahler DA. Dyspnea: Mechanisms, Measurement and Management. 2nd Ed. Informa Health Care, 1998: 224-513. Brown CJ. The management of croup. British Medical Bulletin, 2002, 61:189-202.14. Forster J, Review: glucocorticoids improve symptoms of croup within 6 hours. Evid. Based Med, 2000; 5: 4115. Jaffe DM. The Treatment of Croup with Glucocorticoids. N Engl J Med, 1998; 339(8): 553-55516. Freedman ES. Corticosteroids for the Treatment of Croup. The Journal of Family Practice, 1999; 48(12)17. Ausejo M, Saenz A, Pham B, Kellner JD, Johnson DW, Moher D, Klassen TP.The effectiveness of glucocorticoids in treating croup: meta-analysis. BMJ, 1999; 319: 595-60018. Geelhoed GC, Macdonald WBG. Oral and inhaled steroids in croup: A randomized, placebo-controlled trial. Pediatr Pulmonol. 1995; 20: 355-361

LIAnatomi dan fisiologi saluran napas atas Croup