anisotropi suseptibilitas magnetik batuan … 20090201.pdf · ams dan pola pembentukan batuan beku...

9
JTM Vol. XVI No. 2/2009 79 ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN ULTRABASA DARI PULAU WAWONI - SULAWESI TENGGARA L.O. Ngkoimani 1 , A. Makkawaru 2 Sari Telah dilakukan pengukuran dan analisa anisotropi suseptibilitas magnetik (AMS) batuan ultrabasa dari Kompleks Ultramafik Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. Conto batuan diambil dari enam site dalam bentuk sampel setangan (hand sample) dan selanjutnya dibuat menjadi 127 spesimen. Suseptibilitas magnetik diukur menggunakan MS2B Bartington Suspetibility Meter Nilai suseptibilitas magnetik rata-rata pada masing-masing site berkisar antara 201,02 x 10 -5 s/d 806.74 x 10 -5 (SI) dengan derajat anisotropi yang bervariasi antara 6.31 s/d 17.06 %. Batuan ultrabasa yang susetibilitas magnetinya dikontrol oleh mineral feromagnetik memiliki P% rata- rata kurang dari 10%, sementara yang dikontrol bersama oleh mineral feromagnetik dan paramagnetik memiliki P% lebih dari 10%. Pola anisotropi susetibilitas magnetik batuan ultrabasa yang dianalisa memperlihatkan kesesuaian dengan pola geodinamika Pulau Wawoni yang dipengaruhi oleh sesar geser dominan di sekitar N135S-N45W dan oleh lipatan lemah dengan kemiringan 30 o dan lipatan tertutup dengan kemiringan 50 o . Kata Kunci: anisotropi, suseptibilitas magnetik, ultrabasa, Pulau Wawoni. Abstract We have measured and analysis the anisotropy of magnetic susceptibility (AMS) of Ultrabasic from Ultramaphic Complex of Wawoni Island, Southeast Sulawesi. Rocks oriented samples were taken from six locations in form of hand samples and totally of 127 specimens were made in form mini core sample with 2.54 cm in diameter and 2.2 to 2.3 cm in length. The magnetic susceptibility was measure by using a Bartington MS2B Susceptibility Meter. Magnetic susceptibility value varies of each site varies from 201.02 x 10 -5 to 806.74 x 10 -5 (SI) with percent of anisotropy degree ranging from 6.31 to 17.06 %. Ultrabasic rocks that magnetic susceptibility controlled by ferromagnetic mineral have P% less than 10%, while if the magnetic susceptibility controlled together by paramagnetic and ferromagnetic minerals have P% more than 10%. The anisotropy of magnetic susceptibility trend of Ultrabasic showing the consistency with Wawoni Island geodynamic models that influencing by predominantly transform fault with N135S-N45W in direction and also weak folding with 30 o in dip as well as strength folding with 50 o in dip. Keywords: anisotropy, magnetic susceptibility, Ultrabasic, Wawoni Island 1) Jurusan Fisika, Universitas Haluoleo Email: [email protected] 2) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara I. LATAR BELAKANG Sifat anisotropi magnetik pada batuan diakibatkan oleh anisotropi partikel-partikel magnetik individual dan derajat pengarahan partikel-partikel tersebut (Bijaksana, 1991). Dari segi struktur materi penyusun batuan, terdapat dua jenis penyebab anisotropi suseptibilitas magnetik yaitu karena bentuk butir yang tidak bulat (non-spherical) dinamakan anisotropi bentuk (shape anisotropy), dan akibat struktur kristal dinamakan anisotropi magnetokristal (magnetocrystallin anisotropy) (Tarling dan Hrouda, 1993). Anisotropi bentuk hanya disebabkan oleh mineral-mineral magnetik yang memiliki suseptibilitas instrinsik tinggi seperti magnetite (Fe 3 O 4 ). Mineral magnetik yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic rendah seperti hematite, anisotropi diakibatkan oleh anisotropi magnetokristal (Bijaksana, 1996). Dalam Ngkoimani (2005) juga ditunjukan bahwa mineral magnetik dalam batuan yang didominasi oleh magnetite seperti misalnya batuan beku, anisotropi magnetik disebabkan oleh bentuk dan orientasi butir- butir magnetite. Anisotropi suseptibilitas magnetik dapat dinyatakan sebagai anisotropy of magnetic susceptibility (AMS) dan anisotropy of anhysteretic susceptibility (AAS) (Collinson, 1983; Tarling dan Hrouda, 1993). Anisotropy of magnetic susceptibility (AMS) dikontrol oleh mineral feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik dalam batuan. Batuan dengan suseptibilitas lebih besar dari 5x10 -3 (SI), efek paramagnetik dan diamagnetik diabaikan dan AMS secara efektif dikontrol oleh feromagnetik saja. Batuan dengan suseptibilitas kurang dari 5x10 -4 (SI), kandungan mineral feromagnetiknya rendah, sehingga AMS secara efektif dikontrol oleh paramagnetik (efek diamagnetik masih dapat diabaikan). Batuan dengan suseptibilitas antara 5x10 -4 (SI) dan 5x10 -3 (SI), AMS secara umum dikontrol oleh mineral feromagnetik dan paramagnetik (Rochette, 1992, Dunlop dan Ozdemir, 1993, Bijaksana, 1991).

Upload: duongphuc

Post on 04-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

JTM Vol. XVI No. 2/2009

79

ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN

ULTRABASA DARI PULAU WAWONI - SULAWESI TENGGARA

L.O. Ngkoimani1, A. Makkawaru

2

Sari Telah dilakukan pengukuran dan analisa anisotropi suseptibilitas magnetik (AMS) batuan ultrabasa dari

Kompleks Ultramafik Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. Conto batuan diambil dari enam site dalam bentuk

sampel setangan (hand sample) dan selanjutnya dibuat menjadi 127 spesimen. Suseptibilitas magnetik diukur

menggunakan MS2B Bartington Suspetibility Meter Nilai suseptibilitas magnetik rata-rata pada masing-masing

site berkisar antara 201,02 x 10-5 s/d 806.74 x 10-5 (SI) dengan derajat anisotropi yang bervariasi antara 6.31 s/d

17.06 %. Batuan ultrabasa yang susetibilitas magnetinya dikontrol oleh mineral feromagnetik memiliki P% rata-

rata kurang dari 10%, sementara yang dikontrol bersama oleh mineral feromagnetik dan paramagnetik memiliki

P% lebih dari 10%. Pola anisotropi susetibilitas magnetik batuan ultrabasa yang dianalisa memperlihatkan

kesesuaian dengan pola geodinamika Pulau Wawoni yang dipengaruhi oleh sesar geser dominan di sekitar

N135S-N45W dan oleh lipatan lemah dengan kemiringan 30o dan lipatan tertutup dengan kemiringan 50o.

Kata Kunci: anisotropi, suseptibilitas magnetik, ultrabasa, Pulau Wawoni.

Abstract We have measured and analysis the anisotropy of magnetic susceptibility (AMS) of Ultrabasic from Ultramaphic

Complex of Wawoni Island, Southeast Sulawesi. Rocks oriented samples were taken from six locations in form of

hand samples and totally of 127 specimens were made in form mini core sample with 2.54 cm in diameter and 2.2

to 2.3 cm in length. The magnetic susceptibility was measure by using a Bartington MS2B Susceptibility Meter.

Magnetic susceptibility value varies of each site varies from 201.02 x 10-5 to 806.74 x 10-5 (SI) with percent of

anisotropy degree ranging from 6.31 to 17.06 %. Ultrabasic rocks that magnetic susceptibility controlled by

ferromagnetic mineral have P% less than 10%, while if the magnetic susceptibility controlled together by

paramagnetic and ferromagnetic minerals have P% more than 10%. The anisotropy of magnetic susceptibility

trend of Ultrabasic showing the consistency with Wawoni Island geodynamic models that influencing by

predominantly transform fault with N135S-N45W in direction and also weak folding with 30o in dip as well as

strength folding with 50o in dip.

Keywords: anisotropy, magnetic susceptibility, Ultrabasic, Wawoni Island

1) Jurusan Fisika, Universitas Haluoleo

Email: [email protected] 2) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara

I. LATAR BELAKANG Sifat anisotropi magnetik pada batuan diakibatkan oleh anisotropi partikel-partikel magnetik individual dan derajat pengarahan partikel-partikel tersebut (Bijaksana, 1991). Dari segi struktur materi penyusun batuan, terdapat dua jenis penyebab anisotropi suseptibilitas magnetik yaitu karena bentuk butir yang tidak bulat (non-spherical) dinamakan anisotropi bentuk (shape

anisotropy), dan akibat struktur kristal dinamakan anisotropi magnetokristal (magnetocrystallin anisotropy) (Tarling dan Hrouda, 1993). Anisotropi bentuk hanya disebabkan oleh mineral-mineral magnetik yang memiliki suseptibilitas instrinsik tinggi seperti magnetite (Fe3O4). Mineral magnetik yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic rendah seperti hematite, anisotropi diakibatkan oleh anisotropi magnetokristal (Bijaksana, 1996). Dalam Ngkoimani (2005) juga ditunjukan bahwa mineral magnetik dalam batuan yang didominasi oleh magnetite seperti misalnya batuan beku, anisotropi magnetik

disebabkan oleh bentuk dan orientasi butir-butir magnetite. Anisotropi suseptibilitas magnetik dapat dinyatakan sebagai anisotropy of magnetic

susceptibility (AMS) dan anisotropy of

anhysteretic susceptibility (AAS) (Collinson, 1983; Tarling dan Hrouda, 1993). Anisotropy

of magnetic susceptibility (AMS) dikontrol oleh mineral feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik dalam batuan. Batuan dengan suseptibilitas lebih besar dari 5x10-3 (SI), efek paramagnetik dan diamagnetik diabaikan dan AMS secara efektif dikontrol oleh feromagnetik saja. Batuan dengan suseptibilitas kurang dari 5x10-4 (SI), kandungan mineral feromagnetiknya rendah, sehingga AMS secara efektif dikontrol oleh paramagnetik (efek diamagnetik masih dapat diabaikan). Batuan dengan suseptibilitas antara 5x10-4 (SI) dan 5x10-3 (SI), AMS secara umum dikontrol oleh mineral feromagnetik dan paramagnetik (Rochette, 1992, Dunlop dan Ozdemir, 1993, Bijaksana, 1991).

Page 2: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

L.O. Ngkoimani, A. Makkawaru

80

Metode AMS telah digunakan untuk menentukan pola aliran lava purba, orientasi pembentukan mineral magnetik pada intrusi granit (Tarling dan Hrouda, 1993), menelusuri aliran hidrotermal (Sizaret, dkk., 2003), melakukan koreksi inklinasi dalam analisa paleomagnetik pada sediemen laut (Bijaksana, 1991). Ngkoimani, dkk (2005) juga menemukan adanya keterkaitan antara pola AMS dan pola pembentukan batuan beku di daerah Ponorogo Jawa Timur. Zananiri, dkk., (2002) menguraikan keterkaitan antara pola AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk., 2004) manenmukan hubungan antara tegasan purba dengan pola AMS pada sedimen mengandung besi. Batuan beku di Pulau Wawoni merupakan kompleks ultramafik dan mafik yang terdiri dari dunit, harsburgit, wehrlit, serpentine, gabro dan rijang. Sebaran kompleks batuan ini dijumpai di Pegunungan Waworete dan berumur kapur (Koswara dan Sukarna, 1994). Secara geografis Pulau Wawoni terletak diantara koordinat 122o55’ – 123o15’ BT dan 3o55’ – 4o15’ LS. Di Pulau Wawoni ditemukan struktur tektonik berupa sesar geser dan sesar normal, lipatan, dan kekar. Sesar geser yang dijumpai merupakan sesar utama di daerah ini dan diduga masih aktif hingga sekarang. Struktur lipatan berupa lipatan lemah dan lipatan tertutup. Lipatan lemah mempunyai kemiringan 30o, sementara lipatan tertutup mempunyai kemiringan lapisan lebih dari 50o. Dalam makalah ini akan diuraikan hasil analisa anisotropi suseptibilitas magnetik batuan ultrabasa dari Pulau Wawoni. II. METODE PENELITIAN

2.1. Pengukuran Suseptibiltas Magnetik dan

Anisotropinya Untuk keperluan pengukuran suseptibilitas, sampel batuan dibuat specimen berbentuk silinder (mini-core) berukuran panjang 2.5 cm dan diameter 2.2 – 2.3 cm. Ukuran ini disesuaikan dengan sampel holder pada alat ukur. Pengukuran suseptibilitas magnetik menggunakan alat Bartington Magnetic

Susceptibility Meter model MS2 yang dihubungkan dengan sensor MS2B yang mempunyai diameter internal 36 mm. Alat ini menggunakan medan lemah 80 A/m dan frekuensi 465 Hz (Dearing, 1999). Sampel diukur pada sembilan arah sesuai dengan desain yang digunakan dalam Ngkoimani (2005) dan Bijaksana (1991). Nilai suseptibilitas diukur menggunakan alat Bartington Susceptibility Meter. pada 9

(sembilan) arah pengukuran. Anisotropi suseptibilitas magnetik diungkapkan oleh diperoleh sumbu-sumbu utama elipsoida suseptibilitas magnetik maksimum (χ1), intermediet (χ2), dan minimum (χ3), dimana χ1

>χ2>χ3. Parameter anisotropi berdasarkan perbandingan antara sumbu-sumbu elipsoida suseptibilitas tersebut yang meliputi derajat anisotropi (P = χ1 /χ3), lienasi (L =χ1/χ2), foliasi (F = χ2 /χ3), faktor bentuk (T) (Tarling dan Hrouda, 1993). 2.2. Geologi dan Sampel Secara geologis, pulau Wawoni terdiri dari 4 (empat) satuan batuan yakni alluvium (Qa), batu gamping (Qpl), Formasi Lanselowo (Tmps), Formasi Meluhu (TRm), dan Kompleks Ultarmafik (Ubk). Batuan beku dilokasi penelitian merupakan batuan beku utrabasa sehingga biasa dikenal dengan kompleks utrabasa. Sampel batuan beku ultrabasa dari Kompleks Ultramafik di sepanjang sungai Mosolo Pulau Wawoni sebanyak 21 conto dalam bentuk sampel setangan (hand sample). Sampel setangan selanjutnya dibuat dalam bentuk silinder core (diameter 2.54 cm), kemudian dibagi menjadi 127 specimen berukuran panjang 2.2 - 2.3 cm. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai suseptibilitas magnetik batuan ultrabasa dari Pulau Wawoni pada 127 spesimen yang diukur berkisar antara 100,64 x 10-5 s/d 199,13 x 10-4 (SI). Sedangkan nilai suseptibilitas rata-rata pada masing-masing site berkisar antara 201,02 x 10-5 s/d 806.74 x 10-5 (SI). Berdasarkan nilai suseptibilitas tersebut sebagaimana pada Tabel 2, maka menurut Bijaksana (1991), Rochette (1992), dan Dunlop dan Ozdemir (1993), suseptibilitas magnetik pada site #MOS1, #MOS2, dan #MOS# dikontrol oleh mineral feromagnetik dan paramgentik, sedangkan pada site #MOS4, #MOS5, dan #MOS6 suseptilitas magnetik lebih dikontrol oleh mineral feromagnetik. Rata-rata persen derajat anisotropi suseptibilitas magnetik berkisar antara 6.31 s/d 17.06 %. Pada Tabel 2 terlihat bahwa, pada batuan ultrabasa yang suseptibilitas magnetinya dikontrol bersama oleh mineral paramagnetik dan feromagnetik rata-rata anisotropinya lebih dari 10%, sementara sementara yang hanya dikontrol oleh mineral feromagnetik anisotropinya kurang dari 10%. Pada Gambar 3 juga terlihat bahwa pada sampel yang suseptibilitas magnetinya hanya dikontrol oleh mineral feromagnetik 82%

Page 3: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara

81

memiliki persen derajat anisotropi kurang dari 10%. Sebaliknya sebesar 53% sampel memiliki persen derajat anisotropi suseptibilitas magnetik lebih dari 10%. Berdasarkan variasi nilai faktor bentuk ansiotropi suseptibilitas magnetik (T), dari 127 spesimen yang dianalisa, 64 sampel (50,4%) bernilai negatif (terlineasi), sedangkan 63 sampel (49,6%) bernilai positif (terfoliasi). Walaupun faktor ansiotropi suseptibilitas cukup bervariasi, namun derajat anisotropi (P) umumnya kurang dari 1,5. Pola anisotropi suseptibilitas magnetik adalah bentuk kecenderungan arah-arah suseptibilitas prinsipal (χmaks, χint, χmin ).Gambar 4 terlihat pola anisotropi suseptibilitas yang diungkapkan dalam bentuk plot stereonet sumbu principal elipsoida suseptibilitas magnetik (χmaks danχmin )pada masing-masing site. Sementara Gambar 5 merupakan plot stereonet untuk gabungan semua spesimen pada semua site.

2.Batuan ultrabasa yang susetibilitas magnetiknya hanya dikontrol oleh mineral feromagnetik memiliki persen ansiotropi suseptilitas magnetik rata-rata kurang dari 10%, sementara yang dikontrol bersama oleh mineral feromagnetik dan paramagnetik memiliki persen anisotropi suseptibilitas magnetik lebih dari 10%.

3. Pola anisotropi susetibilitas magnetik batuan ultrabasa yang dianalisa memperlihatkan kesesuaian dengan pola geodinamika Pulau Wawoni yang dipengaruhi oleh sesar geser dominan di sekitar N135S-N45W dan oleh lipatan lemah dengan kemiringan 30o dan lipatan tertutp dengan kemiringan 50o.

UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini memperoleh dukungan pendanaan

dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada

Masyarakat Dirjen Dikti melalui Hibah

Fundamental 2009 pada DIPA Universitas

Haluoleo. Kami menyampaikan terimakasih kepada

saudara Geral Tamuntuan atas panduan dalam

pengukuran suseptibilitas magnetik, Hasrifin dan

Leta Abdul Salim atas bantuan keduanya saat

pengambilan, penyiapan, dan pengukuran sampel.

Plot setereonet sebagaimana terlihat pada Gambar 4, pada site #MOS1 arah χmaks dominan terdistribusi sekitar arah Utara dan Selatan dengan kemiringan lineasi dan foliasi dominan antara 0o sampai 30o. Sementara pada site #MOS2 arah χmaks dominan terdistribusi antara Selatan-Barat sampai Barat-Utara dengan kemiringan lineasi dan foliasi dominan antara 0o sampai 30o. Pada site pada site #MOS3 arah χmaks dominan terdistribusi sekitar Barat sampai Utara beberapa pada arah Timur dengan kemiringan lineasi dan foliasi dominan antara 0o sampai 30o. Pengelompokan serupa juga terlihat pada site #MOS6 dimana arah χmaks dominan terdistribusi antara Barat sampai Utara dan Timur sampai Selatan dengan kemiringan lineasi dan foliasi dominan antara 0o sampai 30o. Disisi lain, pada site #MOS4 dan #MOS5 tidak terlihat jelas pengelompokan arah karena arah χmaks dominan terdistribusi menyebar pada beberagai arah walaupun demikian, kemiringan lineasi dan foliasi relative sama dengan site lainnya yakni antara 0o sampai 30o. IV. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Nilai suseptibilitas magnetik batuan

ultrabasa di Pulau Wawoni rata-rata pada masing-masing site berkisar antara 201,02 x 10-5 s/d 806.74 x 10-5 (SI) dengan persen derajat anisotropi berkisar antara 6.31 s/d 17.06 %.

DAFTAR PUSTAKA 1. Bijaksana, S. 1991, Magnetic Anisotropy

of CretaceousDeepSea Sedimentary Rocks

From the Pacific Plate, Thesis, MemorialUniversity of Newfoundland, 44 – 55

2. Can˜o´n-Tapiaa, E., Castrob, J., 2004, AMS measurements on obsidian from the

Inyo Domes, CA: a comparison of

magnetic and mineral preferred

orientation fabrics, Journal of Volcanology and Geothermal Research 134, 169-182

3. Dunlop, D.J, Özdemir, Ö., 1993, Rock

Magnetism, Fundamental and Frontiers, Cambridge University Press,.

4. Dearing, J., 1999, Enviromental Magnetic

Susceptibility, Using the Bartington MS2

System, British Library Cataloguing in Publication data, 36 - 41.

5. Koswara, A., Sukarna, D., 1994, Geologi

Lembar Tukangbesi, Sulawesi, , skala

1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

6. Mukherji, A., Chaudhuri, A.K., Mamtani, M.A., 2004, Regional scale strain

variations in Banded Iron Formations of

Eastern India: results from anisotropy of

magnetic susceptibility studies, Journal of Structural Geology 26, 2175–2189

7. Ngkoimani, L., 2005, Magnetisasi pada

Batuan Andesit di Pulau Jawa dan

Implikasinya terhadap Paleomagnetisme

Page 4: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

L.O. Ngkoimani, A. Makkawaru

82

dan Evolusi Tektonik, Disertasi, Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung

8. Ngkoimani, L., 2005, Analisa Pola

Anisotropy Magnetic Suseptibility (AMS)

Batuan Beku dari Daerah Ngrayun

Kabupaten Ponorog – Jawa Timur, Jurnal Aplikasi Fisika (JAF)” Vol. 1 No. 1, pp. 1-4

9. Ngkoimani, L., Bijaksana, S., Budiman, A., Sandra, 2003, Measurement of Magentic Susceptibility and Grain Size Determination in Andesitic Rocks Proceedings of the 2003 Annual Physics

Seminar, Bandung, Indonesia, Waris, A., Khaerulrijal, Novitrian, Srigutomo, W., Su’ud Z., Editors, 106 - 107.

10. Purwanto, H. S., Abdullah, C. I., Noeradi, D., 1997, Rekonstruksi tegasan purba berdasarkan data struktur mesoskopik, di daerah Pacitan dan sekitarnya, Jawa Timur, Prosiding Pertemuan Ilmiah

Tahunan ke-XXVI Ikatan Ahli Geologi

Indonesia, Jakarta, 443 – 453. 11. Rochete, P., Jackson, M., Aubourg, C.,

1992, Rock magnetism and the interaction

of anisotropy of magnetic susceptibility, American Geophysical Union, 30, 209 - 226.

12. Sizaret, S., Chen, Y., Chauvet, A., Marcoux, E., Turay, J. C., 2003, Hydrothermal flow direction traced by

ansiotropy of magnetic

susceptibility,Goephysical Research

Abstracts, 5, 05250. 13. Zananiri, I., Dimitriadis, S., Kondopoulou,

D., Atzemoglou, A., 2002, A preliminary AMS study in some Tertiary granitoid from Northern Greece : integration of tectonic and paleomagnetic data, Physics

and Chemistry of the Earth, 27, 1289-1297.

Tabel 1. Koordinat lokasi pengambilan sampel dan jumlah spesimen

No Site Jml spesimen Koordinat

LS BT

1 MOS01 20 04O11’49.9” 123O09’48.4” 2 MOS02 10 04O11’46.1” 123O09’38.9” 3 MOS03 19 04O01’31.2” 124O28’15.9” 4 MOS04 24 04O11’35.0” 123O09’27.1” 5 MOS05 26 04O01’31.2” 123O09’24.5” 6 MOS06 28 04O01’32.1” 123O09’25.0”

Tabel 2. Nilai suseptibilitas magnetik dan derajat anisotropi rata-rata masing-masing Site

No Site Rata-rata Suseptibilitas

Magnetik (x 10-5

SI)

Rata-rata

Persen Derajat

Anisotropi (P%)

Referensi Mineral

Magnetik (#a, #b, #c)

1 #MOS01 264.64 11.94 Para + Fero 2 #MOS02 201.02 17.06 Para + Fero 3 #MOS03 254.91 11.08 Para + Fero 4 #MOS04 761.99 7.84 Fero 5 #MOS05 806.74 6.31 Fero 6 #MOS06 735.74 8.22 Fero

Keterangan :#a: Bijaksana (1991), #b: Rochette (1992), #b Dunlop dan Ozdemir (1993)

Page 5: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

Anisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara

83

Gambar 1. Peta Geologi P. Wawoni dan Lokasi pengambilan sampel (modifikasi dari : Koswara dan Sukarna, 1994)

Page 6: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

L.O. Ngkoimani, A. Makkawaru

84

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2. (a) Panandaan pada hand sampel, (b) Hand sample terorientasi, (c) sampel core terorientasi

(diameter 2.5 cm), (d) specimen core (panjang 2.2 – 2.3 cm)

Gambar 3. Histogram persentase spesimen dengan persen derajat anisotropi

Page 7: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

Anisotropi Suseptibilitas Mag

Gambar 4. Grafik parameter anisotropi, (a) hubungan antara foliasi (F) dan lineasi (L),(b) hubungan antara faktor bentuk (T) dan derajat anisotropi (P)

#MOS1

N

N

nisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni -

Grafik parameter anisotropi, (a) hubungan antara foliasi (F) dan lineasi (L),(b) hubungan antara faktor bentuk (T) dan derajat anisotropi (P)

#MOS2

N

- Sulawesi Tenggara

85

Grafik parameter anisotropi, (a) hubungan antara foliasi (F) dan lineasi (L),

Page 8: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

L.O. Ngkoimani, A. Makkawaru

86

Gambar 4. Plot Stereonet

#MOS5

#MOS3

. Plot Stereonet χmaks (kotak) dan χmin (lingkaran)

#MOS4

#MOS6

Page 9: ANISOTROPI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN … 20090201.pdf · AMS dan pola pembentukan batuan beku di ... AMS dengan proses tektonik. Penelitian lain seperti (Mukherji, dkk.,

Anisotropi Suseptibilitas Mag

Gambar 5. Plot Stereonet

nisotropi Suseptibilitas Magnetik Batuan Ultrabasa dari Pulau Wawoni -

. Plot Stereonet gabungan keseluruhan spesimenχmaks (kotak), χmin (lingkaran)

- Sulawesi Tenggara

87

(lingkaran)