angular cheilitis.docx

24
ANGULAR CHEILITIS LAPORAN KASUS oleh: Dawailatur Rahman Setiady 091611101030

Upload: dawailaturrahmansetiady

Post on 16-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANGULAR CHEILITIS.docx

ANGULAR CHEILITIS

LAPORAN KASUS

oleh:

Dawailatur Rahman Setiady

091611101030

BAGIAN ORAL MEDICINE

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: ANGULAR CHEILITIS.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis

merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur-fisur, pecah-pecah pada

sudut mulut, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri

dan rasa kering pada sudut mulut (Pinkham, 1988 & Derrick, 1987). Menurut

Stannus (dalam Scully, 2004) lesi ini dapat melebar sampai ke bawah bibir dan

kemungkinan meluas hingga mukosa pipi.

Angular cheilitis biasanya terjadi pada sudut bibir mulut, yang sering

dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit.

Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya

seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis

dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan

nyeri.

Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk Angular cheilitis yang

disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah

digeneralisasikan untuk semua Angular cheilitis dengan berbagai etiologi.

Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang

cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala

Angular cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada

kelompok usia tertentu, dapat mempengaruhi anak-anak dan orangtua tetapi

menurut (Braurer dalam Nazriyanti, 2002) angular cheilitis ini sering dijumpai

pada anak-anak. Baik anak-anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis

tanpa melihat jenis kelamin. Usia yang paling sering ialah dekade 4, 5, dan 6.

Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma

perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi

jika penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan

Page 3: ANGULAR CHEILITIS.docx

infeksi monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari

hingga beberapa tahun, tergantung etiologinya.

Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi dari Angular Cheilitis

seperti infeksi jamur Candida albicans, defisiensi nutrisi, denture sore mouth,

avitaminosis, dan kebiasaan buruk. Angular Cheilitis sering terjadi pada anak-

anak dengan defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya

disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam

folat. Etiologi Angular cheilitis terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi

lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan

dalam keluarga dan di sekolah.

Page 4: ANGULAR CHEILITIS.docx

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Umum Pasien

Nama : Vika Amelia

Usia : 11 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Suparman Gg. Kenitu no. 53 jember. 2

Pekerjaan : Pelajar SDN Karang Rejo 3 Jember

Status Perkawinan : Belum Menikah

Kebangsaan/ Suku bangsa : Indonesia/ Jawa

Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2013

2.2 Anamnesa

1. Keluhan Utama : Sakit pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan.

2. Riwayat Penyakit : Pasien mengeluhkan sakit pada sudut mulut sebelah

kiri dan kanan ± 1 minggu yang lalu. Kondisi tersebut terjadi baru pertama

kali dan belum pernah diobati. Rasa sakit akan terasa saat membuka mulut

dan jika makan-makanan yang pedas dan dingin. Pasien suka makanan

buah apel dan sayur mayur seperti sop wortel dan bayam, tetapi makanan

tersebut jarang dikonsumsi.

3. Keadaan Umum

TB / BB : 124 cm / 22 kg

BMI : 22

1,242 = 12,64 (Underweight)

4. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi 6 bulan terakhir : -

5. a. Keadaan sosial : Baik

b. Kebiasaan buruk : -

6. Riwayat Keluarga :

Page 5: ANGULAR CHEILITIS.docx

Riwayat Penyakit : -

Hubungan dengan penderita : -

2.3 PEMERIKSAAN KLINIS

1. EKSTRA ORAL

a. Muka

a.1. Pipi Ka / Ki : N / N

a.2. Bibir Atas / Bawah : N / N

a.3. Sudut Atas / Bawah Ka / Ki : Fissure horisontal, panjang + 3mm,

warna putih, batas jelas, dengan tepi kemerahan, sakit.

b. Kelenjar Saliva

b.1. Kelenjar Parotis Ka / Ki : N / N

b.2. Kelenjar Submandibularis : N

c. Kelenjar Limfe

c.1. Kelenjar Leher : N

c.2. Kelenjar Submandibularis : N

c.3. Kelenjar Pre dan Post Auricularis : N

c.4. Kelenjar Submentalis : N

2. INTRA ORAL

a. Gigi Geligi V IV III II I I II III IV V

UE UE UE PE UE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

UE PE UE UE UE

V IV III II I I II III IV V

Riwayat perawatan gigi geligi : -

b. Mukosa Labial Atas : N

Bawah : N

Page 6: ANGULAR CHEILITIS.docx

c. Mukosa Pipi Kiri : N

Kanan : N

d. Bucal Fold Atas : N

Bawah : N

e. Gingiva Rahang Atas : N

Bawah : N

f. Lidah : N

g. Dasar Mulut, Kljr Sub Lingualis : N

h. Palatum : N

i. Tonsil Ka / Ki : N / N

j. Pharynx : N

Gambar 1. Angular Cheilitis pada sudut mulut kiri dan kanan.

2.4 DIAGNOSA SEMENTARA

- Angular Cheilitis pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan.

- Hiperpigmentasi pada mukosa labial bawah.

- Linea alba pada mukosa pipi kiri dan kanan.

2.5 RENCANA PERAWATAN

Pengobatan : Miconazole dan Biolysin Syrup.

2.6 DIAGNOSA AKHIR

- Angular Cheilitis pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan.

Fissure horisontal,

panjang + 3mm,

warna putih, batas

jelas, dengan tepi

kemerahan, sakit.

Page 7: ANGULAR CHEILITIS.docx

- Hiperpigmentasi pada mukosa labial bawah.

- Linea alba pada mukosa pipi kiri dan kanan.

2.7 LEMBAR PERAWATAN

Tanggal : 26 November 2013

Keterangan :

1. Anamnesa.

2. Diagnosa.

3. Terapi.

Asepsis Angular Cheilitis :

a. Sudut mulut dikeringkan dengan cutton pellet steril

b. Sudut mulut dengan betadin

c. Sudut mulut dengan Miconazole

4. Resep

R/ Myconazole cream tube no. 1

ʃ oleskan pada sudut mulut 3 x sehari

R/ Biolycin Syr fl 1

ʃ 1 dd 1 cth

5. Instruksi

a. Gunakan obat sesuai anjuran

b. Menjaga kebersihan rongga mulut

c. Makan-makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna)

d. Kontrol maksimal 1 minggu kemudian.

Kontrol I

Tanggal : 4 Desember 2013

Keterangan

1. Anamnesa : Setelah dilakukan perawatan selama 8 hari, pasien sudah

tidak merasakan sakit pada sudut mulut sebelah kiri dan kanan. Rasa

Page 8: ANGULAR CHEILITIS.docx

sakit juga tidak dirasakan saat membuka mulut dan ketika makan-

makanan yang pedas dan dingin.

2. Ekstra Oral : Warna putih pada sudut bibir, berbatas jelas.

3. Intra Oral : tidak ada apa-apa.

4. Terapi : Selesai.

Gambar 2. Kontrol pertama pasien Angular Cheilitis yang selesai dirawat

selama 8 hari

Warna putih pada

sudut bibir,

berbatas jelas.

Page 9: ANGULAR CHEILITIS.docx

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Etiopatologi

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang etiologi dari Angular

cheilitis. Defisiensi nutrisi khususnya vitamin B yang menyebabkan Angular

cheilitis adalah akibat dari kekurangan riboflavin (vitamin B2), asam folat dan

piridoksin (vitamin B6). Sedangkan vitamin lainnya yang juga tergabung di dalam

vitamin B kompleks tidak menyebabkan terjadinya angular cheilitis walaupun

menimbulkan lesi-lesi di rongga mulut. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa angular cheilitis dapat disebabkan oleh defisiensi riboflavin

(vitamin B2) yang bertumpang tindih dengan infeksi jamur atau infeksi bakteri.

Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya angular cheilitis pada laki-laki

berusia 11 tahun ini adalah defisiensi nutrisi.

Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah

defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan

kurangnya asupan vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi dan asam folat.

Timbulnya Angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi

berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling

berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi

lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh

adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan gizi

(Devani et al,2007; Atmarita S,2006).

Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada

masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan

tingkat produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini

makin menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada. Hasil-

hasil analisis tersebut memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan

kekurangan gizi pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada

dewasa yang justru merupakan usia produktif (Deritana et al, 2007) .

Page 10: ANGULAR CHEILITIS.docx

Defisiensi nutrisi sering kali berhubungan dengan pola konsumsi dan

faktor geografis. Salah satu faktor predisposisi timbulnya Angular cheilitis adalah

gangguan nutrisi. Gangguan nutrisi ini dapat dianalisis dari Body Mass Index

(BMI) pasien yang menunjukkan angka 12,64 dan tergolong dalam status

underweight. Sebagian besar penderita Angular cheilitis pada anak menunjukkan

defisiensi zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Sumber makanan yang

mengandung zat besi yaitu daging, hati, ikan, kuning telur, udang, salem, kacang-

kacangan, dan sayuran berdaun hijau. Beberapa fungsi esensial zat besi di dalam

tubuh yaitu berfungsi dalam system kekebalan, sebagai komponen hemoglobin,

komponen beberapa enzim oksidatif, serta berfungsi dalam metabolisme energi.

Defisiensi zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, terjadinya penurunan kekebalan

tubuh serta gangguan penyembuhan luka (Masrizal, 2007).

Sumber utama vitamin B12 umumnya berasal dari bahan pangan hewani

terutama pada daging, susu, dan telur (Smith, 2008). Sedangkan asam folat

banyak diperoleh pangan nabati, seperti sayuran hijau dan kembang kol

(Sulistyoningsih, 2011).

Vitamin B12 dan asam folat berperan penting dalam sintesis DNA. Untuk

mengubah folat menjadi bentuk aktif diperlukan vitamin B12, sehingga folat

dapat berfungsi normal memetabolisme semua sel, terutama sel-sel saluran cerna,

sumsum tulang, dan jaringan saraf (Guyton dan Hall, 2008).

Defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan penurunan

DNA sehingga mengakibatkan kegagalan pematangan dan pembelahan inti. Hal

ini dapat menghambat dalam proses penyembuhan luka (Guyton dan Hall, 2008).

Terhambatnya proses penyembuhan luka menunjukkan terjadinya penurunan

kualitas mukosa oral yang mengakibatkan mikroorganisme bakteri dan jamur

mudah melekat pada mukosa dan menurunkan sintesis protein yang menghambat

metabolism sel. Perlekatan jamur khususnya Candida albican ini dapat menjadi

faktor penyebab angular cheilitis (Lynch dkk,1994).

Apabila tubuh megalami defisiensi asam folat, maka dapat terjadi

gangguan metabolisme DNA yang mengakibatkan terjadinya perubahan

Page 11: ANGULAR CHEILITIS.docx

morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah, seperti sel darah

merah, sel darah putih, serta sel epitel lambung dan usus, vagina, dan serviks.

Defisiensi asam folat juga dapat menghambat pertumbuhan, menyebabkan anemia

megaloblastik, dan gangguan darah lainnya, peradangan lidah (glositis), dan

gangguan saluran cerna (Almatsier, 2001).

Asupan vitamin B12 dan asam folat yang cukup bagi tubuh dapat

mengurangi resiko terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang dapat

menyebabkan abnormalitas dan pengurangan DNA yang mengakibatkan

kegagalan pematangan inti dan pembelahan sel (Guyton dan Hall, 2008).

Menurut Stannus, Angular cheilitis ditandai dengan adanya fisur-fisur dan

eritema pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan

kemungkinan meluas ke mukosa pipi. Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa

gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik

merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut

mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa

ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut

mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka (Murai et al, 2008).

Secara umum angular cheilitis mempunyai gejala utama bibir kering, rasa

tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti

dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Gambaran klimis yang paling sering

sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura

atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi

eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan

granulasi (Murai et al, 2008).

Pada Angular cheilitis yang berhubungan dengan defisiensi nutrisi, dapat

terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi besi

seperti yang tampak pada keadaan pasien (geographic tongue). Lidah yang merah

dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien dengan defisiensi asam

folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated tounge) pada

defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan ulserasi

oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat diduga

Page 12: ANGULAR CHEILITIS.docx

dikarenakan defisiensi seng. Lesi terjadi bilateral yang biasanya meluas beberapa

mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1-10

mm. Dasar lesi lembab, adanya fissure yang tajam, vertical dari tepi vermilion

bibir dan area kulit yang berdekatan. Secara klinis, epitel pada komisura terlihat

mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat,

membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi tidak

cenderung berdarah. Walaupun dapat berbentuk krusta yang bernanah pada

permukaan, fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura di dalam

mulut, tetapi berhenti pada mucocutan junctional (Lubis, 2006).

Berdasarkan gambaran klinis pada pasien, Angular cheilitis pada pasien

terdapat fissure yang disertai dengan krusta dan pseudomembran. Terlihat epitel

pada komisura mengalami pengerutan dan maserasi, yang lama kelamaan kerutan

tersebut membentuk satu atau lebih fisur dan akhirnya mengalami ulserasi, tetapi

tidak mudah berdarah walau terbentuk krusta di permukaan kulit. Fisur ini tidak

melibatkan permukaan mukosa komisura sebelah dalam mulut tetapi berhenti

pada mucocutaneus junction. (Shafer, 1983)

3.2 Perawatan

Perawatan Angular cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang

dewasa. Perawatan ini tergantung kepada etiologinya. Apabila etiologi spesifik

yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan dapat

bertahan sampai beberapa tahun. Harus diingat adanya infeksi merupakan etiologi

sekunder, jika penyebab utama tidak dirawat, pengobatan terhadap infeksi tidak

akan menghasilkan kesembuhan permanen. Misalnya kebiasaan bernafas melalui

mulut pada anak harus dihilangkan penyebabnya, begitu juga kebiasaan-kebiasaan

lain. Bila disebabkan oleh penyakit sistemik maka perawatan secara lokal tidak

akan berhasil bila tidak disertai perawatan secara sistemik (Morrison et al, 2003).

Untuk mencegah adanya pertumbuhan Candida albicans yang salah

satunya akan menyebabkan Angular cheilitis pada sudut mulut adalah dengan

pengembalian keseimbangan lingkungan rongga mulut. Hal yang paling penting

adalah menjaga kesehatan tubuh agar sistem pertahanan tubuh tetap terjaga dan

Page 13: ANGULAR CHEILITIS.docx

tidak mudah terserang penyakit. Makan-makanan yang bergizi seimbang dan yang

dibutuhkan oleh tubuh. Selain hal itu perlunya juga pemeliharaan kebersihan

mulut dengan menggosok gigi. Perawatan preventif dengan menggosok gigi,

kebersihan gigi dan mulut akan terjaga selain menghindari terbentuknya lubang-

lubang gigi, penyakit gigi dan gusi. (Rippon, 1998)

Perawatan Angular cheilitis secara umum dapat diberikan salep anti jamur

myconazole secara topical. Dengan cara pemakaian dioleskan pada sudut mulut

3xsehari. Miconazole adalah turunan dari derivate 1-phenethyl-imidazole yang

merupakan anti jamur spectrum luas dan memiliki sifat bakterisid yang merusak

dinding sel jamur dengan cara berikatan pada sterol pada dinding sel jamur

sehingga permeabilitas sel meningkat. Hal ini menyebabkan obat masuk ke dalam

sel jamur dan merusak metabolismenya yang menyebabkan sel kehilangan

molekul seperti kalium dan komponen lainnya sehingga sel jamur menjadi lisis.

Terapi suportif yang diberikan adalah Biolisin sirup yang merupakan

multivitamin terdiri dari vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin

B12, Nikotinamida, Kalsium Pantotenat, dan Lysin. Fungsi dari vitamin C yaitu

dengan pembentukan kolagen, proteoglikan dan bahan-bahan organik lain pada

bagian antar sel dan jaringan.Vitamin B kompleks berfungsi sebagai koenzim

yang penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Lysin

bermanfaat sebagi penambah nafsu makan. Terapi multivitamin tersebut bertujuan

untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi jaringan pada mukosa rongga mulut

khususnya dalam proses perbaikan dan proliferasi sel.

Angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B perawatannya

dengan memberikan suplemen vitamin B kompleks atau multivitamin yang

mengandung vitamin B . Akan tetapi, defisiensi satu jenis vitamin biasanya diikuti

gejala defisiensi nutrisi, maka dalam perawatannya pemberian multivitamin lebih

efektif daripada pemberian vitamin B kompleks saja. Dilaporkan pengobatan

penyakit akibat defisiensi vitamin B12 dengan terapi vitamin dapat sembuh dalam

waktu 3 minggu (Decker RT, 2005).

Pasien diberikan instruksi agar dapat menjaga kebersihan rongga mulut

minimal dengan belajar menggosok gigi secara rutin dua kali sehari pada saat pagi

Page 14: ANGULAR CHEILITIS.docx

dan malam hari guna mengurangi faktor predisposisi terjadinya angular cheilitis.

Menggunakan obat yang telah diberikan (Biolisin sirup dan miconazole) sesuai

dengan anjuran, yaitu dengnan minum biolysin sirup dengan takaran 1 sendok teh

1xsehari dan dengan mengoleskan miconazole pada lesi 3xsehari. Makan-

makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna untuk meningkatkan nutrisi dalam

tubuh sehingga dapat mengurangi faktor predisposisi terjadinya Angular cheilitis.

instuksi yang terakhir adalah kontrol setelah tujuh hari melakukan perawatan.

Pada saat pertama, keadaan rongga mulut pasien sudah tidak seperti delapan hari

yang lalu, karena sakit pada sudut mulut, rasa sakit dan kmerahan pada lesi sudah

hilang tetapi masih terdapat sedikit warna putih yang berbatas jelas.

Page 15: ANGULAR CHEILITIS.docx

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien

mengalalami Angular cheilitis oleh karena defisiensi nutrisi yang ditarik dari hasil

anamnesa, keadaan umum pasien (BMI = underweight) dan pemeriksaan klinis.

Berdasarkan hal tersebut, terapi yang diberikan adalah pemberian Biolisin sirup

untuk mengurangi faktor pendukung terjadinya Angular cheilitis yaitu defisiensi

nutrisi, miconazole juga diberikan sebagai obat anti jamur topikal pada lesi sudut

mulut, serta instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

Page 16: ANGULAR CHEILITIS.docx

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Derrick, D. D. 1987. The Dental Annual. Bristol: Wright. P 234-423.

Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi

11. Jakarta: EGC.

Lynch, Malcolm A., Brightman, Vernon J., dan Greenberg, Martin S. 1994. Ilmu

Penyakit Mulut. Alih bahasa, drg. P. P. Sianita Kurniawan. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol II (1).

Pinkham, J. R. 1988. Pediatrick Dentistry. Philadelphia, London: W. B. Sauders

Co. p 28

Scully, C. 2004. Oral and Maxillofacial Medicine. Edinburgh: Wright. P 189-193

Smith, Padraic. 2008. Vitamin B12 Deficiency: Causes, Evaluation and

Treatment. TSMJ, Vol. 9: 36.

http://www.ted.ie/tsmj/archives/2008/vitaminb12.pdf[10Oktober2012]

Shafer, W. G. Hine M, K, dkk. A Textbook of Oral Pathology. 4th ed.

Philadelphia, London: W. B. Saunders Co. P 556-557.