anggi wibiyanto 10111983 prikom17 k

8
TUGAS MATA KULIAH KEPRIBADIAN & KOMUNINKASI JUDUL PENYELESAIAN KONFLIK 10111983 Anggi Wibiyanto Kelas: IF-17K PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015

Upload: gogumalord

Post on 11-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

Page 1: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

TUGAS MATA KULIAH

KEPRIBADIAN & KOMUNINKASI

JUDUL

PENYELESAIAN KONFLIK

10111983 Anggi Wibiyanto

Kelas: IF-17K

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2015

Page 2: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari manusia yang merupakan mahluk sosial memiliki

dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, manusia juga memiliki kebutuhan untuk

hidup berkelompok dengan orang lain. Dalam interaksi antar manusia terkadang terjadi

kesalahpahaman yang berujung pada konflik.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2008: 49) mendefinisikan konflik

sebagai proses yang dimulai ketika satu pihak memilik persepsi bahwa pihak lain telah

mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak

pertama. Definisi ini sengaja di buat luas. Hal ini menggambarkan satu titik dalam

kegiatan yang sedang berlangsung ketika sebuah interaksi “Berubah” menjadi suatu

konflik antar pihak. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam

organisasi—ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketikdaksepahaman

yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya.

Potensi Konflik terjadi manakala terjadi kontak antar-manusia. Sebagai individu

yang terogranisasi dalam kelompok, individu ingin mencari jalan untuk memenuhi tujuan

nya, peluang untuk memenuhi tujuan itu hanya melalui pilihan bersaing secara sehat

untuk mendapatkan apa yang di butuhkan, atau terpaksa terlibat dalam konflik dengan

pihak lain (Liliweri, 2005: 256).

Ada dua buah jenis konflik yang biasa terjadi yaitu konflik destruktif yaitu konflik yang

menimbulkan kerugian bagi individu-individu di dalamnya dan ada juga konflik

konstruktif yang malah membawa keuntungan bagi individu dan organisasi yang terlibat

di dalamnya.

Dalam sebuah organisasi ataupun masyarakat jika sebuah konflik yang bersifat destruktif

tidak diselesaikan dengan baik, dapat berakibat buruk terhadap organisasi / masyarakat

itu sendiri ataupun orang-orang yang ada di dalam nya.

Page 3: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk membahas apa itu konflik dan

bagaimana manajemen dan resolusi konflik dapat di lakukan.

Konflik

Menurut Vasta (Indati, 1996), Konflik akan terjadi bila sesorang melakukan sesuatu tetapi

orang lain menolak menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju dengan apa yang

dilakukan sesorang. Selanjutnya dikatakan bahwa konflik lebih mudah terjadi diantara

orang –orang yang hubungannya bukan teman di bandingkan dengan orang-orang yang

berteman.Sedangkan menurut Johnson (Supartiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana

tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau menggangu tindakan

pihak lain.

Terdapat banyak definisi konflik, meskipun makna yang diperoleh definisi itu berbeda-

beda, beberapa tema umum mendasari sebagian besar dari definisi tersebut. Konflik harus

dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat; apakah konflik itu ada atau tidak ada merupakan

persoalan persepsi. Jika tidak ada yang menyadari adanya konflik, secara umum lalu

disepakati konflik tidak ada. Kesamaan lain dari definisi-definisi tersebut adalah adanya

pertentangan atau ketidakselarasan dari bentuk-bentuk interaksi. Beberapa faktor ini

menjadi kondisi yang merupakan titik awal proses konflik. Jadi kita dapat mendefinisan

konflik sebagai sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memilik persepsi bahwa

pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian atau

kepentingan pihak pertama. Definisi ini sengaja di buat luas. Hal ini menggambarkan satu

titik dalam kegiatan yang sedang berlangsung ketika sebuah interaksi “Berubah” menjadi

suatu konflik antar pihak. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam

organisasi—ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketikdaksepahaman

yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya (Robbins, 2008:49).

Pandangan terhadap Konflik

Menurut buku Perilaku Organisasi 2, ada tiga jenis pandangan konflik, yaitu:

Page 4: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

1. Pandangan Tradisional

Pendekatan paling awal mengenai konflik berpandangan bahwa semua konflik itu

buruk, konflik di pandang secara negatif dan di gunakan sebagi sinonim dari

istilah-istilah seperti kekerasan, kerusakan, dan irasionalitas, sekedar untuk

memperkuat konotasi negatifnya. Konflik di pandang sebagai akibat

disfungsional dari komunikasi yang buruk.

2. Pandangan Hubungan Manusia

Pandangan hubungan manusia berpendapat bahwa konflik adalah kejadian

alamiah dalam semua kelompok dan organisasi.

3. Pandangan Interaksionis

Pandangan interaksionis mendorong munculnya konflik dengan dasar pemikiran

bahwa sebuah kelompok yang harmonis, damai, tenang, dan kooperatif biasanya

menjadi statis, apatis, serta tidak tanggap terhadap perlunya perubahan dan

inovasi.

Penyelesaian Konflik

Secara umum, untuk menyelesaikan konflik dikenal berbagai istilah, namun ada dua

istilah yang paling populer di pakai yakni managemen konflik dan resolusi konflik.

1. Manajemen Konflik

Manajemen Konflik Menurut Robinson dan Clifford (Liliweri, 2005:288),

merupakan tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasikan, di gerakan

dan di evaluasi secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri konflik.

Beberapa hal yang tercakup dalam konsep manajemen konflik menurut model

Boulding (Liliweri, 2005:289) adalah:

1. Pengakuan kita bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik.

Page 5: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

2. Analisis situasi yang menyertai konflik. Misalnya, mengetahui apa sebenarnya

yang terjadi, apakah konflik berhubungan dengan nilai, tujuan cara, teritori atu

kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

3. Analisis perilaku semua pihak yang terlibat.

4. Tentukan pendekatan konflik yang dapat di jadikan model penyelesaian.

5. Fasilitasi komunikasi: membuka semua jalur komunikasi baik langsung

maupun tidak langsung, diskusi dan dialog, dalam rangka mendengarkan.

6. Negosiasi: teknik untuk melakukan perundingan dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam konflik.

7. Rumuskan beberapa anjuran, semua konflik tidak dapat di hilangkan kecuali

dapat ditekan atau di tunda kekerasannya.

2. Resolusi Konflik

Morton Deustch dalam bukunya, The resolution of conflict (New Haven: Yale

University Press, 1973:420), Menurut Morton resolusi konflik adalah

sekumpulan teori dan penyelidikan yang bersifat eksperimental dalam memahami

sifat-sifat konflik, meneliti strategi terjadinya konflik, kemudian membuat

resolusi terhadap konflik.

Yang paling penting bukanlah memahami istilah penyelesaian, pengakhiran, resolusi atau

manajemen, tetapi memahami model-model yang dapat di gunakan untuk mengakhiri

konflik, sebelum memilih model di anjurkan mengerti:

1. Tahapan Konflik

Tahap I: Potensi Oposisi atau keadaan pendorong—kondisi

anteseden/yang mendahului konflik

Tahap II: Kognisi dan personalisasi

Tahap III: Penyelesaian-penanganan konflik

Tahap IV: Perilaku konflik yang jelas

Tahap V: Hasil

Page 6: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

2. Tahap Penyelesaian Konflik

Berikut ini dikemukakan beberapa tahap penyelesaian konflik yaitu:

1. Pengumpulan data: Data awal yang harus dikenal adalah menjawab

pertanyaan 5 W dan 1 H

2. Periksa ulang pencatatan data nomor 1 diatas

3. Ingatlah bahwa anda bekerja untuk menghasilkan sebuah keputusan

manajemen konflik, memenangkan pengakhiran konflik.

4. Mendengarkan dua pihak atau pihak lain, saling meneguhkan dengan

memberikan dukungan terhadap gagasan-gagasan yang sama.

5. Ciptakan kesan bahwa untuk menyelesaikan konflik dibutuhkan kerja sama,

Karena itu, lakukan redefinisi konflik

6. Lakukan negoisasi dan kompromi untuk memilih cara terbaik menyelesaikan

konflik.

7. Kemukakan bahwa kerukunan jauh lebih mahal daripada pertentangan dan

konflik (Johnson & Johnson,1994, Liliweri, 2005: 294)

3. Tiga Asumsi Konflik

Menurut Liliweri (2005) Umumnya, semua upaya untuk mengakhiri konflik

melalui metode manajemen konflik selalu berakhir dengan tiga asumsi berikut:

1. Kalah-Kalah

Setiap orang yang terlibat dalam konflik akan kehilangan tuntutannya jika

konflik terus berlanjut.

2. Kalah-Menang

salah satu pihak pasti kalah karena dia kehilangan tuntutannya, dan pihak

lain pasti menang. Indikasi selanjutnya adalah jika pihak yang kalah

kurang menerima keputusan dengan sepenuh hati, maka di kemudia hari

akan timbul konflik baru.

Page 7: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

3. Menang-Menang

Dua pihak menang. Ini terjadi jika dua pihak kehilangan sedikit dari

tuntutannya, namun hasil akhir memuaskan dua pihak. Jika dua pihak

menerima keputusan dengan lapang dada, maka akan mencegah timbulnya

konflik yang bersumber dari masalah yang sama.

Kesimpulan

Dengan adanya manajemen dan resolusi konflik di harapkan konflik dapat diselesaikan

dengan baik, sehingga tidak berefek buruk terhadap organisasi / masyarakat tempat

konflik tersebut terjadi.

Page 8: Anggi Wibiyanto 10111983 Prikom17 K

DAFTAR PUSTAKA

M. Solihat, M. M. Purwaningwulan and O. Solihin. 2014. Interpersonal Skill. Bandung.

A. Liliweri. 2005. Prasangka & Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat

MultikulturYogyakarta: LKis Yogyakara.

T. A. Judge and S. P. Robbins 2005. Perilaku Organisasi 2 . Jakarta: Salemba Empat.