anestrus sapi perah dan penanggulangannya … · anestrus sapi perah dan penanggulangannya ......

28
ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA (Studi Kasus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto- Jawa Tengah) AHMAD FADHIL ASREN DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: lenguyet

Post on 14-Mar-2019

301 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA (Studi Kasus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan

Ternak Baturraden, Purwokerto- Jawa Tengah)

AHMAD FADHIL ASREN

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan
Page 3: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Anestrus Sapi Perah

dan Penanggulangannya (Studi Kasus Di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul

dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto-Jawa Tengah) adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Ahmad Fadhil Asren

NIM B04088018

Page 4: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

ABSTRAK

AHMAD FADHIL ASREN. Anestrus Sapi Perah dan Penanggulangannya (Studi

Kasus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

Baturraden, Purwokerto- Jawa Tengah). Dibimbing oleh R. KURNIA ACHJADI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kasus anestrus sapi perah di

BBPTU-HPT Baturraden dan upaya penanggulangannya. Selain itu, tujuan

penelitian ini juga adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian

anestrus pada sapi perah. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei deskriptif

dengan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari pihak manajemen Balai

Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden,

Purwokerto-Jawa Tengah dalam empat tahun terakhir (2010,2011,2012 dan 2013).

Data diolah dan dianalisa berdasarkan analisis deskriptif, yang disajikan dalam

bentuk tabel. Hasil menunjukkan pada tahun 2010 (61.95%) mencatat kejadian

anestrus tertinggi pada sapi betina, 2011 (20.33%), 2012 (44.48%) dan yang

terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan di

BBPTU-HPT Baturraden adalah hipofungsi ovari, corpus luteum persisten, sistik

ovari, silent heat dan mumifikasi. Sementara itu, penanggulangan yang dilakukan

adalah penanganan reproduksi termasuk terapi hormonal, perbaikan fisik,

massage, penarikan fetus abnormal dan manajemen nutrisi.

Kata kunci: anestrus, faktor penyebab, penanggulangan, sapi perah

ABSTRACT

AHMAD FADHIL ASREN. Anestrus and Treatment of Dairy Cattle (Case Study

in Livestock Breeding Center for Dairy Excellence and Forage Unit Baturraden,

Purwekerto-Central Java).Supervised by R. KURNIA ACHJADI.

The objective of this research was to learn about anestrus case on dairy

cattle in BBPTU-HPT Baturraden and effort to treatment. In addition, the purpose

of this study is also to determine the factors that affect the incidence of anestrus in

dairy cattle. The procedure was conducted by surveys descriptive method by

collecting secondary data which sourced from the Livestock Breeding Center for

Dairy Excellence and Herd Feed Forages Baturraden, Purwokerto-Central Java in

the last four years (2010,2011,2012 and 2013). The data was processed and

analyzed descriptively and presented in tabular form. The results showed in 2010

the anestrus read (61.95%) recorded the highest incidence of anestrus cows, 2011

(20.33%), 2012 (44.48%) and the lowest in 2013 (16.89%). The cause factors of

anestrus found in BBPTU-HPT Baturraden are ovarian hypofunction, corpus

luteum persistent, cystic ovarian, silent heat and mummification. Meanwhile, the

treatment are mainly related is reproduction treatment, including hormonal

therapy, physical treatment, massage, expulsion of abnormal fetus and

management of nutrisi.

Keywords: anestrus, cause factor, dairy cattle, treatment

Page 5: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA (Studi Kasus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan

Ternak Baturraden, Purwokerto- Jawa Tengah)

AHMAD FADHIL ASREN

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 6: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan
Page 7: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan
Page 8: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 yaitu Kejadian

Anestrus Sapi Perah dan Upaya Penanggulangannya (Studi Kasus Di Balai Besr

Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto-

Jawa Tengah).

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan

masukan serta bantuan dari pelbagai pihak. Dengan tersusunnya skripsi ini,

penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Drh R Kurnia Achjadi, MS

sebagai dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, ilmu, waktu dan

kesabaran yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skipsi ini. Disamping

itu, penulis juga berterima kasih kepada Drh Nurhidayat, MS, Ph.D. dosen

pembimbing akademik atas bimbingan dan nasihat selama ini dan ucapan terima

kasih kepada drh Yuliati WS selaku Koordinator Medik dan Paramedik di

BBPTU-HPT Baturraden yang telah memberi banyak masukan dan saran. Ribuan

terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta

mama, abah, dan saudara kandung serta teman seperjuangan skripsi saya Andi

Nur Izzati, Norafizah dan Zulfikhiran atas segala dukungan, kasih sayang, dan

semangat yang selalu diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada

sahabat Kosan Pondok Anugerah, Mahasiswa PKPMI Bogor, teman-teman

Avenzoar 45, Geochelone 46 dan Acromion 47 atas segala kebersamaan.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini.

Oleh kerena itu, segala kritik dan saran terhadap skripsi ini sangat diharapkan.

Semoga penulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan yang berkempentingan.

Bogor, Januari 2015

Ahmad Fadhil Asren

Page 9: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

PRAKATA viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tinjauan Umum Holstein Indonesia 2

Hormon 3

Sistem Reproduksi Sapi Betina 5

Kegagalan Estrus/Anestrus 6

Faktor Penyebab Anestrus 6

METODE 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Keadaan Umum Lokasi BBPTU-HPT, Baturraden 10

Populasi Ternak Di BBPTU-HPT, Baturraden 11

Kejadian Anestrus Yang Terjadi Di BBPTU-HPT Baturraden 11

Faktor Penyebab Anestrus Sapi Perah dan Upaya Penanggulangan di BBPTU-

HPT Baturraden 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

RIWAYAT HIDUP 18

Page 10: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

DAFTAR TABEL

1. Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah betina Holstein Indonesia 3

2. Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah jantan Holstein Indonesia 3

3. Persyaratan produksi susu 3

4. Data populasi sapi perah di BBPTU-SP Baturraden 11

5. Data Populasi Sapi Perah Impor di BBPTU-SP 2010-2013 11

6. Jumlah kejadian kasus anestrus di BBPTU-SP Baturraden 11

7. Faktor penyebab anestrus sapi perah di BBPTU-SP Baturraden 12

DAFTAR GAMBAR

1. Sapi perah jantan Holstein Indonesia 3

2. Sapi perah betina Holstein Indonesia 3

Page 11: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

Baturraden adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

BBPTU-HPT Baturraden sebagai pusat pembibitan sapi perah nasional,

mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pemuliaan, pemeliharaan, produksi

dan pemasaran. BBPTU-HPT Baturraden berfungsi untuk penyusunan program

dan evaluasi kegiatan pemuliaan, pemeliharaan, produksi dan pemasaran bibit sapi

perah unggul. Selain itu, fungsi BBPTU-HPT Baturraden adalah melaksanakan

pemuliaan bibit unggul sapi perah, uji performan (betina) dan uji progeni (jantan)

sapi perah unggul, pencatatan pembibitan sapi perah unggul, pemeliharaan bibit

unggul sapi perah, perawatan kesehatan bibit unggul sapi perah dan pengawasan

higienis produksi susu segar. BBPTU-HPT Baturraden juga berfungsi sebagai

pemberian teknis pemuliaan, pemeliharaan dan produksi bibit unggul sapi perah,

melaksanakan distribusi pemasaran dan informasi hasil produksi bibit unggul sapi

perah dan hasil ikutannya serta pengengolaan Tata Usaha dan Rumah Tangga

BBPTU-HPT.

Oleh karena itu, kajian-kajian ilmiah di bidang reproduksi menjadi hal yang

penting agar fungsi BBPTU-HPT Baturraden tetap optimal. Kegagalan estrus atau

anestrus pada ternak sapi merupakan gejala utama dari banyak faktor lain yang

mempengaruhi siklus estrus. Anestrus merupakan suatu keadaan pada hewan

betina yang tidak menunjukkan gejala estrus dalam jangka waktu yang lama.

Tidak adanya gejala estrus tersebut dapat disebabkan oleh tidak adanya aktivitas

ovaria atau akibat aktivitas ovaria yang tidak teramati. Anestrus sering merupakan

penyebab infertilitas pada sapi betina (Achjadi 2013).

Usaha peternakan di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi banyak

kendala, yang mengakibatkan produktivitas ternak masih rendah. Salah satu

kendala tersebut adalah masih banyaknya gangguan reproduksi seperti anestrus.

Akibatnya, efisiensi reproduksi akan menjadi rendah dan kelambanan

perkembangan populasi ternak. Dengan demikian perlu adanya pengelolaan ternak

yang baik agar daya tahan reproduksi meningkat sehingga menghasilkan efisiensi

reproduksi tinggi yang diikuti dengan produktivitas ternak yang tinggi pula

(Hayati dan Choliq 2009).

Perumusan Masalah

Kelainan reproduksi yang tinggi akan mempengaruhi rendahnya penampilan

reproduksi bagi suatu usaha peternakan, sehingga penting untuk dilihat dan

diketahui.

Page 12: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kasus anestrus pada ternak

sapi perah betina yang terdapat di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan

Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden dan upaya penanggulangannya

serta adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anestrus pada sapi perah.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang kejadian

anestrus pada sapi perah dan hubungannya dengan peningkatan produktivitas,

populasi sapi perah serta dijadikan bahan masukan dan evaluasi bagi Balai Besar

Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT)

Baturraden.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Holstein Indonesia

Bibit sapi perah Holstein Indonesia merupakan salah satu aspek penting

dalam peningkatan proses produktivitas dan populasi Holstein di Indonesia. Untuk

mencapai hal tersebut diatas dibutuhkan ketersediaan bibit sapi perah jenis

Holstein di Indonesia yang berkualitas dan jumlah yang cukup (BSN 2014).

Secara umum kriteria bibit sapi perah jenis Holstein Indonesia didasarkan

pada sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)

bibit sapi perah Holstein Indonesia merupakan port of folio sapi perah Indonesia

dalam pemanfaatannya harus selalu mengikuti perubahan yang ada di masyarakat

sesuai tuntutan pembangunan (BSN 2014).

Menurut BSN (2014), bibit sapi perah Holstein Indonesia merupakan bibit

sapi tipe perah jenis Holstein yang lahir dan beradaptasi di Indonesia dan

mempunyai ciri serta kemampuan produksi sesuai persyaratan tertentu sebagai

bibit yang bertujuan untuk menghasilkan anak (pedet) dan produksi susu.

Persyaratan mutu produk mencakup persyaratan kualitatif dan persyaratan

kuantitatif. Persyaratan kualitatif bibit sapi perah mempunyai silsilah (pedigree)

sampai dengan 2 (dua) generasi di atasnya untuk bibit dasar dan bibit induk, bebas

dari penyakit menular, tidak memiliki cacat fisik, memiliki alat reproduksi

normal, bentuk ideal (tipe sapi perah) serta struktur kaki dan kuku yang kuat.

Adapun persyaratan kuantitatif sapi perah betina dan jantan mencakup umur,

tinggi pundak minimum, berat badan minimum, lingkar dada minimum, dan

lingkar scrotum.

Cara pengukuran sapi perah dilakukan dengan pengamatan langsung

dilakukan pada posisi sapi berdiri sempurna di atas keempat kaki pada lantai atau

permukaan yang rata, berdasarkan catatan kelahiran, pengukuran tinggi pundak,

pengukuran lingkar dada dan pengukuran lingkar scrotum [RSNI3 2745:2014]

(BSN 2014)

Page 13: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

3

Persyaratan kualitatif bibit sapi perah Holstein Indonesia Jantan dan Betina

Warna hitam putih atau merah putih, tidak bertanduk (dehorning)

Gambar 2 Sapi Perah Jantan Gambar 3 Sapi Perah Betina

Persyaratan Kuantitatif

Tabel 1. Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah betina Holstein Indonesia Umur (Bulan) Parameter Satuan Persyaratan

15-18

Lingkar dada (minimum) CM 155

Tinggi pundak (minimum) CM 121

Berat badan (minimum) KG 325

Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN) 2014

Tabel 2. Persyaratan kuantitatif bibit sapi perah jantan Holstein Indonesia Umur (bulan) Parameter Satuan Persyaratan

18-24

Lingkar dada (minimum) CM 188

Tinggi pundak (minimum) CM 144

Berat badan (minimum) KG 540

Lingkar Scrotum CM 33

Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN)2014

Tabel 3. Persyaratan produksi susu No Bibit sapi perah Holstein Indonesia Persyaratan (KG)

Betina Jantan

1 Produksi susu induk (305.2XME) pada laktasi ≥5000 ≥6000

2 Bapak berasal dari induk yang mempunyai produksi

susu (305.2XME) pada laktasi

≥6000 ≥7000

Keterangan :

-(305.2XME) jumlah hari diperah selama 305 hari dengan frekuensi pemerahan 2

kali sehari setara dewasa (mature equivalent).

Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN) 2014

Hormon

Proses reproduksi berkaitan dengan mekanisme sistem hormonal, yaitu

hubungan antara hormon-hormon hipotalamus hipofisa yakni Gonadotrophin

releasing hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing

Hormone (LH), hormon-hormon ovarium (estrogen dan progesteron) dan hormon

uterus (prostaglandin) (Hafez dan Hafez 2000). Hormon ovarium yang

mempunyai peranan besar terhadap reproduksi adalah estrogen dan progesteron.

Page 14: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

4

Gonadotropin Relasing Hormon

GnRH adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh hipotalamus, yang

menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisa anterior. Di hipotalamus sendiri

pengeluaran GnRH diatur oleh nukleus arkuata. Neuron pada nukleus arkuata

memiliki kemampuan untuk memproduksi dan melepas gelombang GnRH ke

hipofisa. Gonadotropin meliputi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan

Luteinizing Hormone (LH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisa anterior

(Hafez dan Hafez 2000).

Folikel Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormon

Kelenjar adenohipofisa mensekresikan hormon gonadotropin FSH dan LH.

Hormon-hormon ini sangat penting dalam pengaturan ovarium dan testis untuk

produksi ovum dan spermatozoa dan pelepasan hormon-hormon gonad yaitu

testosteron, estradiol, dan progesteron. Fungsi utama FSH adalah stimulasi

pertumbuhan dan pematangan folikel De Graaf di dalam ovarium. FSH murni

menstimulir pertumbuhan folikel pada hewan betina yang dihipofisektomi tetapi

tidak menyebabkan ovulasi, luteinisasi, atau stimulasi terhadap jaringan

interstistial ovarium (Bearden 2004).

LH bekerja sama dengan FSH untuk menstimulir pematangan folikel dan

pelepasan estrogen. Sesudah pematangan folikel, LH menyebabkan ovulasi

dengan menggertak pemecahan dinding sel dan pelepasan ovum. LH mungkin

juga ikut berpengaruh terhadap pembentukan korpus luteum yang berasal dari

folikel yang sudah pecah. Sekresi LH yang terus menerus mungkin penting untuk

mempertahankan korpus luteum dan sekresi progesteron untuk kelanjutan

kebuntingan pada sapi (Bearden 2004).

FSH dan LH bersifat sinergistik dalam pengaruhnya terhadap gonad.

Keduanya terdapat dalam berbagai perbandingan yang berimbang sesuai dengan

berbagai kondisi atau tahap siklus kelamin dari berbagai jenis hewan. Potensi

relatif FSH dan LH pada berbagai ternak mungkin bertanggug jawab atas

perbedaan-perbedaan spesies dalam lamanya estrus, waktu ovulasi, dan kejadian

silent heat (Bearden 2004).

Estrogen

Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan

sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto 1995). Fungsi utama

hormon estrogen adalah untuk merangsang berahi, merangsang timbulnya sifat-

sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem saluran ambing betina dan

pertumbuhan ambing. Hormon estrogen disekresikan oleh sel-sel theca

interna dan folikel De Graaf. Jaringan ini kaya akan estrogen dan memperlihatkan

aktivitas yang maksimum selama fase estrogenik dan siklus berahi (Wodzicka-

Tomaszewska et al. 1991).

Progesteron

Progesteron adalah nama umum untuk grup steroid yang terdiri dari 21 atom

karbon. Progesteron salah satu hormon penting yang berhubungan dengan

reproduksi yang disekresikan oleh sel-sel luteal corpus luteum (CL). Progesteron

berfungsi menghambat FSH, LH dan menjaga kebuntingan dengan cara

mempersiapkan uterus untuk implantasi melalui peningkatan glandula sekretori di

Page 15: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

5

dalam endometrium dan menghambat motilitas myometrium (Hafez dan Hafez

2000).

Prostaglandin

Protaglandin (PGF2α) merupakan hormon yang diproduksi didalam uterus.

Hormon ini merupakan hormon luteolitik uterus utama pada jenis-jenis hewan.

Selama masa kebuntingan, fetus mungkin menghambat sekresi PGF2α oleh uterus

sehingga korpus luteum tetap dipertahankan. Prostaglandin merupakan hormon

yang meregulasi beberapa fenomena fisiologik seperti kontraksi otot polos pada

saluran reproduksi dan saluran gastrointestinal, transpor sperma, ovulasi,

kelahiran dan turun susu, menstimulasi kontraksi uterus, serta meregenerasi

korpus luteum (Toelihere 1997).

Oksitosin

Oksitosin adalah suatu oktapeptida yang mengandung 8 asam amino yaitu

tirosin, leusin, isoleusin, prolin, asam glutamik, asam aspartic, glisin dan sistin

dan disekresikan oleh hipofisa posterior. Aktifitas oksitosin adalah kontraksi

uterus dan let down atau penurunan air susu. Dalam kedua hal ini, hormon

tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian sewaktu kopulasi, kelahiran dan

pemberian makanan postpartum kepada anak. Kontraksi uterus yang meningkat

sebagai akibat pengaruh okitosin mempermudah pengangkutan spermatozoa

dalam saluran kelamin betina setelah kopulasi. Secara klinis, oksitosin telah lama

dipakai untuk membantu induksi partus dengan menstimulir kontraksi uterus

(Hafez dan Hafez 2000).

Sistem Reproduksi Sapi Betina

Siklus Estrus

Siklus estrus adalah interval waktu, mulai dari permulaan periode estrus

yang pertama sampai ke periode estrus berikutnya. Siklus estrus pada setiap

hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies

(Partodiharjo 1992). Siklus estrus pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau

periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali et al. 2001).

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de

graaf tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang

semakin bertambah (Marawali et al. 2001). Fase yang pertama kali dari siklus

estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau pemantapan dimana folikel

ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel

yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran

darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam

persiapan untuk berahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson 1996).

Estrus adalah periode penerimaan seksual pada hewan betina, yang

terutama ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah

periode itu terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam

darah dan penaikan tingkat LH. Estrus berakhir kira-kira pada pecahnya folikel

ovari atau terjadinya ovulasi (Frandson 1996). Pemecahan folikel terjadi secara

spontan pada kebanyakan spesies hewan. Akan tetapi pada kucing, kelinci, mink,

ferret dan beberapa hewan lainnya, pemecahan itu hanya dapat terjadi apabila

Page 16: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

6

berlangsung koitus. Karena disebabkan oleh tertundanya refleks neuroendokrin

yang melibatkan pelepasan hormon dari pituitari, yang disebabkan oleh stimulasi

karena koitus. Maka hal ini disebut juga ovulator refleks (Frandson 1996).

Metestrus adalah fase pasca ovulasi dimana korpus luteum berfungsi.

Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya waktu LTH (luteotropik

hormon) disekresi oleh adenohipofise. Selama ini terjadi penurunan estrogen dan

penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari (Frandson, 1996).

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus estrus, korpus

luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi

menjadi nyata (Marawali et al. 2001).

Kegagalan Estrus/Anestrus

Definisi Anestrus

Anestrus adalah suatu keadaan pada hewan betina yang tidak

menunjukkan gejala berahi secara klinis dalam waktu lama. Hewan betina yang

menderita anestrus akan ditandai dengan tidak adanya manifestasi gejala berahi

(Hardjopranjoto 1995).

Menurut Achjadi (2013), anestrus post partus adalah tidak munculnya

tanda estrus secara nyata (dari pengamatan) setelah 50-60 hari melahirkan.

Penyebab utamanya adalah rendahnya nutrisi saat bunting, sehingga setelah

melahirkan pada pemeriksaan rektal, ovariumnya dalam keadaan licin (tidak ada

perkembangan folikel).

Anestrus menjadi masalah jika sapi tidak menunjukkan gejala estrus,

kegagalan dalam mengamati dan mendeteksi estrus merupakan penyebab utama.

Sebaiknya tinjau kembali prosedur pengamatan estrus dan efisiensi pengamatan

estrus. Kebuntingan juga merupakan faktor penyebab anestrus dan harus menjadi

acuan sebelum menentukan dugaan penyebab lainnya, lakukan palpasi ovarium

untuk mengetahui apa penyebab anestrus (Eilts 2004).

Faktor Penyebab Anestrus

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya anestrus. Faktor

tersebut dapat ditemukan pada hewan berusia muda atau hewan dewasa, dari sisi

waktu terjadinya dapat berjalan lama dan dapat berjalan singkat. Beberapa faktor

yang mempengaruhi anestrus adalah umur hewan, dalam periode kebuntingan dan

laktasi, kekurangan pakan, musim, lingkungan yang kurang mendukung, adanya

kondisi patologis pada ovarium dan uterus serta penyakit kronis (Achjadi 2013).

Menurut Achjadi (2013) bentuk anestrus pada dasarnya dapat

dikelompokkan pada dua golongan besar yaitu kegagalan berahi dengan corpus

luteum persisten (CLP) dan kegagalan berahi karena insufisiensi gonadotropin.

Kegagalan berahi dengan adanya CLP setelah palpasi perektal disebabkan oleh

faktor uterus dimana ditemukan faktor penyebab anestrus karena kebuntingan,

peradangan, pyometra dan mummifikasi

Anetrus kelompok kedua karena kagagalan berahi adalah insufisiensi

gonadodotropin dan dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan dan

faktor abnormalitas ovarium. Faktor lingkungan yang menyebabkan anestrus

adalah musim, pakan, nutrisi dan laktasi manakala faktor abnormalitas ovarium

Page 17: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

7

yang menyebabkan anestrus adalah hipofungsi ovari, hipoplasi ovari, sistik ovari

dan freemartinism (Achjadi 2013).

Musim dan Pakan

Pada musim kemarau akan menyebabkan kualitas pakan yang buruk

sehingga ternak akan mengalami kekurangan pakan dalam hal komposisi dan

nutrisi yang bisa mengakibatkan gangguan reproduksi (Manan 2001).

Menurut Sudono et al. (2001), pakan merupakan faktor utama yang akan

mempengaruhi kesehatan tubuh maupun kesehatan reproduksi ternak. Kualitas

dan kuantitas pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

suatu peternakan sapi perah. Ternak unggul sapi perah akan kurang

keunggulannya jika pakan yang diberikan tidak berkualitas dan jumlah yang tidak

memadai.

Pakan sebagai faktor gangguan reproduksi dan kemajiran yang bersifat

majemuk dimana kekurangan suatu zat dalam suatu ransum pakan dengan pakan

yang lain (Arthur et al. 2001).

Defisiensi Nutrisi

Defisiensi mineral atau vitamin dapat menyebabkan anestrus. Menurut

Achjadi (2013) faktor manajemen sangat erat hubungannya dengan faktor pakan

atau nutrisi. Jika tubuh kekurangan nutrisi terutama untuk jangka waktu yang

lama maka akan mempengaruhi fungsi reproduksi, efisiensi reproduksi menjadi

rendah dan akhirnya produktivitasnya rendah. Kekurangan nutrisi akan

mempengaruhi fungsi hipofisa anterior sehingga produksi dan sekresi hormone

Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) rendah,

akibatnya ovarium tidak berkembang (hipofungsi).

Laktasi

Kadar hormon LTH atau prolaktin yang tinggi dalam darah pada hewan

yang sedang laktasi dapat mendorong terbentuknya korpus luteum persisten. Hal

ini berkaitan dengan kadar progesteron dalam darah meningkat tajam sebagai

mekanisme umpan balik negatif pada kelenjar hipofisa anterior dan menghambat

sekresi hormon gonadotropin. Keadaan ini menyebabkan folikel baru tidak

tumbuh dan tidak ada sekresi estrogen sehingga terjadi anestrus (Ratnawati et al.

2007).

Hipofungsi Ovarium

Hipofungsi ovari adalah suatu kejadian dimana ovarium mengalami

penurunan fungsinya sehingga tidak terjadi perkembangan folikel dan tidak terjadi

ovulasi. Menurut Hafez dan Hafez (2000) bahwa anestrus akibat hipofungsi ovari

sering berhubungan dengan gagalnya sel-sel folikel menanggapai rangsangan

hormonal, adanya perubahan kuantitas maupun kualitas sekresi hormonal,

menurunnya rangsangan yang berhubungan dengan fungsi hipotalamus-pituitaria-

ovarium yang akan menyebabkan menurunnya sekresi gonadotropin, sehingga

tidak ada aktivitas ovarium setelah melahirkan. Kekurangan nutrisi akan

mempengaruhi fungsi hipofise anterior sehingga produksi dan sekresi hormon

Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH) rendah, yang

menyebabkan ovarium tidak berkembang ataupun mengalami hipofungsi (Suartini

Page 18: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

8

et al. 2013). Pemeriksaan secara palpasi rektal pada kasus hipofungsi ovari

menunjukkan keadaan ovarium yang berukuran normal dengan permukaan licin

atau tidak dijumpai adanya perkembangan folikel maupun korpus luteum (Suartini

et al. 2013).

Hipoplasi Ovarium

Hipoplasi ovarium pada dasarnya ovarium tidak berkembang atau tidak

berfungsi dengan baik. Kondisi ini ditandai dengan perkembangan yang tidak

lengkap atau digenesis ovarium sehingga ovarium kurang dalam folikel

primordial. Hipoplasi ovarium dapat terjadi sebagian atau seluruhnya pada satu

atau kedua ovarium dan sulit untuk ditemukan dengan palpasi parektal. Ovarium

mungkin terasa tipis, sempit, struktur seperti tali lingkar yang keras (Peter et al.

2009). Metode yang paling efektif untuk mendiagnosa hipoplasi ovarium adalah

dengan palpasi perektal meskipun struktur yang lebih kecil.

Sistik Ovari

Menurut Peter (2004), sistik ovari merupakan suatu kondisi folikel matang

yang gagal berovulasi pada saat ovulasi dalam waktu siklus estrus. Ovarium

dikatakan sistik apabila mengandung satu atau lebih cairan yang menetap di

ruangan (folikel), lebih besar dari folikel matang (Arthur et al. 2001). Penyakit

sistik ovari biasanya sering terjadi pada sapi perah dibandingkan ras lain pada

waktu 30-60 hari setelah kelahiran pada sapi perah unggul (Gordon 1996).

Freemartinism

Kelahiran kembar pedet jantan dan betina pada umumnya (lebih dari 92%)

mengalami abnormalitas yang disebut dengan freemartin. Abnormalitas ini terjadi

pada fase organogenesis (pembentukan organ dari embrio di dalam kandungan),

kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya migrasi hormon jantan melalui

anastomosis vascular (hubungan pembuluh darah) ke pedet betina dan karena

adanya intersexuality (kelainan kromosom). Organ betina sapi freemartin tidak

berkembang (hipoplasi ovari) dan ditemukan juga organ jantan (glandula

vesikularis). Sapi betina nampak kejantanan seperti tumbuh rambut kasar di

sekitar vulva, pinggul ramping dengan hymen persisten (Ratnawati et al. 2007).

Corpus Luteum Persisten (CLP)

Menurut Hardjopranjoto (1995), tidak tumbuhnya folikel baru pada

ovarium menyebabkan terjadinya kejadian anestrus dan ternak yang mengalami

korpus luteum persiten selalu mengalami gejala anestrus dalam waktu yang

panjang. Kadar estrogen pada kasus CLP sangat rendah dibandingkan pada

kondisi normal. Kadar progesteron pada kasus CLP memilik kadar yang tertinggi

dibanding kasus anestrus karena hipofungsi ovarium dan pyometra (Rimayanti

1997).

Kebuntingan

Hewan yang sedang bunting, pada ovarium terdapat korpus luteum

graviditatum yang mampu menghasilkan hormon progesteron yang berperan

menjaga kebuntingan dalam jumlah besar. Hormon progesteron menghambat

kerja kelenjar hipofisa anterior karena adanya mekanisme umpan balik negatif dan

Page 19: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

9

disertai sekresi hormon gonadotropin yang menurun sehingga tidak mendorong

pertumbuhan folikel baru pada ovarium (karena tidak ada hormon estrogen yang

dapat disekresi). Keadaan ini yang menyebabkan berahi tidak timbul dan selalu

dalam keadaan anestrus (Ratnawati et al. 2007).

Peradangan

Endometritis merupakan gangguan reproduksi yang biasa terjadi dalam

waktu dua minggu atau dua puluh hari post partus, khususnya partus yang

abnormal (Achjadi 2013) dan merupakan peradangan pada lapisan mukosa uterus

(Boden 2005). Endometritis sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu endometritis

klinis dan endometritis subklinis. Endometritis klinis merupakan peradangan

endometrium yang ditandai dengan keberadaan eksudat purulen atau mukopurulen

di dalam vagina pada 21 hari atau lebih setelah postpartum dan tidak

menimbulkan gejala sistemik. Sedangkan endometritis subklinis merupakan

peradangan endometrium yang biasanya ditentukan berdasarkan sitologi, dan

tidak terdapatnya eksudat purulen pada vagina (Sheldon et al. 2006). Menurut

Kasimanickam et al. (2005), endometritis subklinis digambarkan dengan adanya

poliymorphonuclear leukocytes (PMN) dalam sampel sitologi uterus.

Pyometra

Pyometra berasal dari kata pyo artinya nanah dan metra artinya uterus.

Pyometra berarti peradangan yang kronis dari mukosa uterus (endometrium)yang

ditandai dengan adanya pengumpulan nanah dalam uterus, dapat menyebabkan

gangguan reproduksi yang bersifat sementara (infertil) atau permanen (majir).

Kasus Pyometra secara sepintas mirip dengan sapi yang sedang bunting karena

keduanya menyebabkan pembesaran perut (Susanti 2011).

Pada pemeriksaan kasus pyometra dibedakan menjadi dua yaitu

pemeriksaan luar dan pemeriksaan eksplorasi rektal (Susanti 2011). Pemeriksaan

luar terlihat adanya pembesaran perut yang bersifat simetris, bulu suram, badan

kelihatan kurus, pada saat berbaring akan keluar kotoran dari alat kelamin

manakala pemeriksaan eksplorasi rektal terasa ada pembesaran uterus yang

bersifat simetris karena cairan nanah akan mengisi kedua kornu uteri, terasa

dinding uterus lebih tebal dari normal dan pada mukosa uterus tidak teraba adanya

karunkula, arteri uterina media kecil atau tidak teraba, bila uterus ditekan terasa

berfluktuasi karena ada cairan, sedang bila ditekan terus, ujung jari tidak meraba

adanya fetus (Susanti 2011).

Mummifikasi

Mumifikasi merupakan kejadian kematian fetus dalam uterus tanpa

disertai pencemaran mikroorganisme, disertai dengan penyerapan cairan

fetus oleh dinding uterus setelah terjadi proses autolisis sehingga tubuh fetus

menjadi kering dan keras, serta diikuti dengan proses involusi uteri yang

normal, sering terjadi pada umur kebuntingan 5-7 bulan (Jainudeen

dan Hafez 2000).

Penyebab terjadinya mumifikasi adalah kematian fetus non infeksi, torsio

uteri, serta adanya tali pusar yang terjepit sehingga terjadi gangguan sirkulasi

darah dan mengganggu suplai nutrisi dari induk ke anak. Kondisi mumifikasi

dapat diidentifikasi bila sapi gagal memperlihatkan perkembangan kelenjar

Page 20: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

10

ambing dan gagal melahirkan pada waktu yang telah ditentukan. Makin lama

proses mumifikasi berlangsung, makin banyak cairan yang diserap maka fetus

akan semakin keras. Pada palpasi perektal akan didapatkan massa keras dalam

uterus, dinding uterus tipis dan tegang, uterus dan isinya dapat dipalpasi tanpa

dapat diabsorbsi, tidak ada karunkula, dan tidak ada fremitus (Jainudeen dan

Hafez 2000).

METODE

Penelitian ini berdasarkan metode deskriptif dengan pengumpulan data

sekunder. Data sekunder diperoleh di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan

Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwekerto, Jawa Tengah, Indonesia mulai

tahun 2010 sampai 2013. Data-data yang diperoleh diolah dan dianalisa

berdasarkan analisis deskriptif, yang disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi BBPTU-HPT, Baturraden

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

(BBPTU-HPT) Baturraden terletak di Lereng Selatan Gunung Slamet, 14 km ke

arah utara dari Kota Purwokerto, Jawa Tengah. BBPTU-HPT Baturraden

merupakan Pelaksana Teknis dibawah Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik Indonesia dalam bidang

peternakan sapi perah Frisian Holstein (FH).

Secara geografis, letak BBPTU-HPT Baturraden berada pada ketinggian

650-700 m dari permukaan laut (dpl) dengan curah hujan rata-rata 6000

mm/tahun. Jenis tanah yang ada pada lahan BBPTU-HPT Baturraden adalah

andosol coklat kekuningan yaitu jenis tanah yang berasal dari bahan induk abu

vulkan. Asosiasi latosol terbentuk dari batuan gunung api yang mengalami proses

pelapukan lanjut. Regosol coklat merupakan endapan abu vulkanik baru yang

memiliki butir kasar, dengan temperatur lingkungan antara 18οC sampai 30

οC dan

kelembaban antara 70% sampai 80%. BBPTU-HPT Baturraden memiliki luas

lahan sekitar 242 Ha yang terdiri daripada empat lokasi yaitu lokasi Tegal Sari

seluas 34.802 Ha digunakan untuk perkantoran, perumahan, kandang ternak,

lapangan penggembalaan dan kebun rumput. Lokasi kedua adalah Munggang Sari

seluas 10.098 Ha yang digunakan untuk perumahan dan pusat latihan atau

magang. Lokasi Limpakuwus memiliki lahan seluas 96.787 Ha yang digunakan

untuk kandang ternak, kebun rumput dan perumahan. Lokasi terakhir yaitu

Manggala memiliki lahan seluas 100 Ha digunakan untuk pengembangan

pemeliharaan ternak.

Page 21: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

11

Populasi Ternak Di BBPTU-HPT Baturraden

Berdasarkan data empat tahun terakhir yaitu 2010, 2011, 2012 dan 2013

yang diperoleh dari BBPTU-HPT Baturraden, jumlah populasi sapi perah dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data Populasi Sapi Perah di BBPTU-HPT 2010-2013 Data Sapi Tahun

2010 2011 2012 2013

Betina Dewasa 205 241 344 598

Jantan Dewasa 0 0 5 5

Betina Muda 156 278 624 377

Jantan Muda 62 89 99 230

Jumlah 423 608 1072 1210

Tabel 5 Data Populasi Sapi Perah Impor di BBPTU-HPT 2010-2013 Data Sapi Tahun

2010 2011 2012 2013

Betina Dewasa

Jantan Dewasa

Betina Muda 110 399

Jantan Muda

Jumlah 110 399

Dapat dilihat pada Tabel 4 di tahun 2010, populasi sapi perah di BBPTU-

HPT sebanyak 423 ekor termasuk sapi betina dan jantan baik muda maupun yang

dewasa. Pada tahun 2011, populasi sapi perah meningkat dari 423 ekor menjadi

608 ekor sapi perah dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 1072 ekor sapi

perah. Pada tahun 2013, jumlah populasi sapi perah di BBPTU-HPT meningkat

menjadi 1210 ekor sapi perah. Data ini menunjukkan adanya peningkatan populasi

sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden terutama pada tahun 2011, 2012 dan 2013

disebabkan oleh adanya impor sapi perah serta kelahiran dari sapi-sapi impor

tersebut. Tabel 5 menunjukkan pada tahun 2011 sebanyak 110 ekor dan pada

tahun 2012 sebanyak 399 ekor sapi betina muda diimpor dari negara Australia.

Kejadian Anestrus Yang Terjadi Di BBPTU-HPT Baturraden

Jumlah kejadian kasus anestrus di BBPTU-HPT Baturraden pada tahun

2010 sampai dengan 2013 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Jumlah Kejadian Kasus Anestrus di BBPTU-HPT Baturraden 2010-2013 Tahun Kasus Anestrus (ekor) Jumlah Populasi Sapi Perah Betina

Dewasa

Kasus

Anestrus

(%)

2010 127 205 61,95

2011 49 241 20,33

2012 153 344 44,48

2013 101 598 16,89

Tabel 6 menunjukkan jumlah kasus anestrus sapi perah di BBPTU-HPT

Baturraden dapat dilihat pada tahun 2010 terjadinya kasus anestrus sebanyak

Page 22: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

12

61.95%, 2011 sebanyak 20.33%, 2012 sebanyak 44.48% dan 2013 sebanyak

16.89%. Sepanjang empat tahun tersebut, pada tahun 2010 mencatat angka persen

tertinggi dan pada tahun 2013 mencatat angka persen terendah.

Menurut Achjadi (2013) apabila angka anestrus tinggi pada suatu

peternakan sapi perah dapat dianggap balai peternakan tersebut mengalami

masalah dalam manajemen reproduksi dan manajemen pakan. Hal ini dapat dilihat

dari pengamatan penulis sistem pemberian pakan di BBPTU-HPT Baturraden

diberikan secara ad libitum untuk dikandang freestall dan 3 kali sehari untuk

dikandang ikat. Kuantitas pakan diberikan sesuai bobot badan ternak dan status

reproduksi, contohnya kuantitas pakan 60 kg ditambahkan 8 kg konsentrat rata-

rata untuk induk dewasa. Faktor tata laksana kandang yang kurang baik karena

kandang yang terlalu sempit. Ini menyebabkan munculnya salah satu faktor

penyebab anestrus.

Faktor Penyebab Anestrus Sapi Perah dan Upaya Penanggulangan di

BBPTU-HPT Baturraden

Hasil data faktor penyebab anestrus sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden

disajikan pada tabel 7. Faktor penyebab anestrus sapi perah yang terjadi di

BBPTU-HPT Baturraden disebabkan oleh hipofungsi ovari, sistik ovari, corpus

luteum persisten (CLP), silent heat dan mumifikasi.

Tabel 7 Data Faktor Penyebab Anestrus Sapi Perah di BBPTU 2010-2013 Faktor Penyebab Anestrus Tahun

2010 2011 2012 2013

Hipofungsi Ovari 44 20 116 76

Sistik Ovari 4 11 26 10

Corpus Luteum Persisten

(CLP)

71 16 5 11

Silent Heat 8 2 5 3

Mummifikasi - - 1 1

Jumlah 127 49 153 101

Hipofungsi Ovari

Menurut Khamas (2011) hipofungsi ovari adalah ovarium yang mengalami

penurunan fungsi disebabkan oleh sapi perah yang mengalami kukurangan gizi

dan menyebabkan anestrus. Kasus hipofungsi ovari pada tahun 2010 sebanyak 44

ekor, 2011 sebanyak 20 ekor, 2012 sebanyak 116 ekor dan 2013 sebanyak 76

ekor. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan yang cukup tinggi disebabkan sapi

perah mengalami gangguan hormonal, faktor adaptasi ternak impor pasca

melahirkan dan adaptasi ternak terhadap pakan yang diberikan. Toelihere (1997)

menyatakan bahawa hipofungsi ovarium pada sapi periode postpartum disebabkan

oleh kekurangan dan ketidakseimbangan hormonal.

Penanggulangan yang dilakukan oleh BBPTU-HPT Baturraden, terhadap

kasus hipofungsi ovari adalah dengan melakukan massage manual pada ovarium

secara lembut untuk merangsang sirkulasi darah disekitar ovarium. Hal ini juga

dinyatakan Hunter (1995) melakukan massage pada ovarium dapat merangsang

pelepasan prostaglandin, oksitosin dan hormon peptida lainnya. Selain itu,

dilakukan penanggulangan pada sapi yang memiliki Body Condition Score (BCS)

Page 23: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

13

rendah dengan ditempatkan penempatan terpisah untuk mendapatkan pakan

tambahan khusus agar membantu nutrisi ternak.

Menurut Achjadi (2013) faktor manajemen sangat erat hubungannya dengan

faktor pakan atau nutrisi. Jika tubuh kekurangan nutrisi terutama untuk jangka

waktu yang lama maka akan mempengaruhi fungsi reproduksi, efisiensi

reproduksi menjadi rendah dan akhirnya produktivitasnya rendah. Kekurangan

nutrisi akan mempengaruhi fungsi hipofisa anterior sehingga produksi dan sekresi

hormone Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)

rendah, akibatnya ovarium tidak berkembang (hipofungsi). Kasus hipofungsi

dapat ditangani melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan serta pemberian

preparat FSH dan LH (McDougall dan Compton 2005).

Sistik Ovari

Menurut Youngquist dan Threlfall (2007) sistik ovari adalah struktur pada

ovarium yang berisi cairan atau struktur keras yang berdiameter 2.5 cm dan

menetap di ruang permukaan ovarium selama 10 hari atau lebih.

Kejadian sistik ovari sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden pada tahun

2010 sebanyak 4 ekor, tahun 2011 sebanyak 11 ekor, tahun 2012 sebanyak 26

ekor dan pada tahun 2013 sebanyak 10 ekor.

Terapi yang dilakukan di BBPTU-HPT Baturraden untuk menanggulangi

kejadian sistik ovari adalah dengan pemberian GnRH. Menurut Brito dan Palmer

(2004) penanganan kasus sistik ovari dilakukan dengan pemberian preparat GnRH

untuk merangsang peningkatan langsung sekresi LH dan luteinasi dari sistik.

Corpus Luteum Persisten (CLP)

Corpus Luteum Pesisten (CLP) merupakan kejadian tertahannya corpus

luteum di ovarium oleh tertahannya prostaglandin dari uterus oleh sebab-sebab

tertentu (Arsyad dan Yudistira 2011). CLP menyebabkan kadar progesteron tinggi

diluar masa kebuntingan. Progesteron yang meningkat menyebabkan sekresi FSH

dan LH dihambat sehingga folikel tidak tumbuh. Hal ini mengakibatkan tidak

adanya hormon estrogen dan muncul gejala anestrus.

Kejadian CLP sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden pada tahun 2010

sebanyak 71 ekor, tahun 2011 sebanyak 16 ekor, tahun 2012 sebanyak 5 ekor dan

pada tahun 2013 sebanyak 11 ekor. Penurunan kasus CLP yang cukup besar pada

tahun 2011 karena adanya penanganan yang dilakukan dengan baik dan tepat

terhadap sapi perah yang mengalami CLP.

Terapi yang dilakukan di BBPTU-HPT Baturraden terhadap kasus CLP

adalah dengan penyuntikan PGF2 intrauterina untuk mempermudah regresi

corpus luteum persisten. Menurut Noakes et al. (2008) pemberian PGF2 dapat

menyebabkan regresi corpus luteum dengan cepat.

Mumifikasi

Mumifikasi merupakan kejadian kematian fetus dalam uterus tanpa

disertai pencemaran mikroorganisme. Terjadi penyerapan cairan fetus oleh

dinding uterus setelah terjadi proses autolisis sehingga tubuh fetus menjadi kering

dan keras. Terjadi proses involusi uteri yang normal dan sering terjadi pada umur

kebuntingan 5-7 bulan (Jainudeen dan Hafez 2000).

Page 24: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

14

Tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan kasus kejadian mumifikasi, pada

tahun 2012 dan 2013 masing-masing 1 ekor. Kejadian mumifikasi pada tahun

2012 dan 2013 menunjukkan adanya gangguan reproduksi pada sapi perah di

BPPTU-SP, Baturraden.

Penanganan untuk kasus mumifikasi di BBPTU-HPT Baturraden adalah

dengan melakukan ekspulsi fetus yang mumifikasi, dibantu dengan injeksi

estrogen, oksitosin dan prostaglandin secara intra muskular. Setelah serviks

membuka ditambahkan cairan obstetrical lubricant sebanyak 10-20 liter secara

intra uterine lalu dilakukan penarikan secara manual. Menurut Kumaresan et al.

(2013) pemberian estradiol dosis rendah kombinasi dengan prostaglandin

merupakan terapi yang efektif untuk kejadian mumifikasi pada fetus dan tidak

mengganggu kesuburan sapi pada masa kedepannya.

Silent Heat

Silent heat atau berahi tenang pada sapi perah mempunyai siklus

reproduksi dan ovulasi normal, namun gejala berahinya tidak terlihat (Arsyad dan

Yudistira 2011). Berahi tenang mengakibatkan peternak tidak dapat mengetahui

waktu sapinya berahi, sehingga tidak dapat dikawinkan dengan tepat.

Tahun 2010 sebanyak 8 ekor sapi perah yang mengalami silent heat, 2011

sebanyak 2 ekor, 2012 sebanyak 5 ekor, dan 2013 sebanyak 3 ekor. Kasus-kasus

seperti silent heat (berahi tenang) disebabkan oleh rendahnya kadar hormon

estrogen. Penangan silent heat di lapangan dilakukan dengan perbaikan

manajemen pakan dan menyuntikan hormon estrogen tergantung kondisi sapi

perah.

Menurut Arsyad dan Yudistira (2011) pemberian hormon estrogen dosis

rendah akan menyebabkan timbulnya berahi. Penanganan kasus silent heat dapat

dilakukan dengan perbaikan manajemen pemeliharaan agar ternak mendapat

cahaya yang cukup, peningkatan kualitas pakan agar ternak mendapat nutrisi yang

cukup sehingga mekanisme hormonal dalam tubuh dapat berjalan dengan baik.

Apabila terdapat corpus luteum maka dapat diterapi dengan PGF2α dan diikuti

dengan pemberian GnRH (Ratnawati et al. 2007)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Anestrus disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hipofungsi ovari,

CLP, sistik ovari, silent heat dan mumifikasi. Pada tahun 2013 kasus anestrus

mengalami penurunan cukup tinggi dan penanganan anestrus perlu ditingkatkan

untuk meningkatkan produktifitas dan populasi sapi perah. Penangan kasus

anestrus perlu diteruskan dan ditingkatkan sehingga angka anestrus tidak

mengalami kenaikan yang tinggi.

Saran

Dalam usaha untuk mengurangi faktor penyebab anestrus perlu dilakukan

perbaikan kualitas pakan ternak baik berupa konsentrat, maupun hijauan untuk

Page 25: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

15

mengurangi kasus defisiensi nutrisi pada ternak. Penanganan kejadian gangguan

reproduksi dan kasus klinis lain dengan lebih baik, optimalisasi kemampuan

produksi dan reproduksi sapi sebagai usaha peningkatan pendapatan. Selain itu,

perlu adanya perbaikan recording, dalam hal penampilan reproduksi, kasus

penyakit, kualitas susu, silsilah dan peningkatan kualitas SDM yang menangani

kesehatan reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Achjadi K. 2013. Manajemen Kesehatan Kelompok dan Biosekuriti.

Yogyakarta(ID): Makalah Pertemuan Swasembada Persusuan di Indonesia.

Arsyad, Yudistira. 2011. Penanganan Kesehatan Hewan. Kasus Gangguan

Reproduksi Pada Ternak Sapi. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

Provinsi Lampung.

Arthur GH, David EN, Pearson H. 2001. Veterinary Reproduction and Obstetrics

8th ed. London (US): Balliere Tindall.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2014. Bibit Sapi Perah Holstein Indonesia.

Jakarta(ID): Badan Standarisasi Nasional.

Baerden HJ. 2004. Applied Animal Reproduction. Upper Saddle River: New

Jersey.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden.

2013. Profil BBPTU-HPT Baturraden. Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Boden E. 2005. Black’s Veterinary Dictionary. London: A & C Black.

Brito LFC, Palmer CW. 2004. Cystic Ovarian Disease in Cattle. Large Animal

Veterinary Rounds :1-6.

Eilts BE. 2004. Disturbances of The Bovine Estrous Cycles: Anestrus.

Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-7. diterjemahkan

oleh Srigandono B dan Praseno K. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University

Press.

Gordon I. 1996. "The Cow's Oestrous Cycle." Controlled Reproduction in Cattle

and Buffaloes. Wallingford: CAB International 123-125.

Hafez ESE, Hafez B. 2000. Anatomy of Male Reproduction. In Reproduction in

Farm Animals . Edisi-7. Lippincott William & Wilkins. A Wolter Kluwer

Company.

Hardopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Surabaya(ID): Airlangga

University Press.

Hayati, Choliq. 2009. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta(ID): PT. Mutiara Sumber

Widya.

Hunter RHF. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.

Bandung(ID). Penerbit ITB Bandung dan Penerbit Universitas Udayana.

Jainudeen MR, Hafez ESE. 2000. Reproduction Failure in Females. Di dalam:

Hafez ESE, editor. Reproduction in Farm Animal 7th

Edition. South Carolina:

Reproduction Health Center.

Page 26: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

16

Kasimanickam R, Duffield TF, Foster RA, Gartley CJ, Leslie KE, Walton JS,

Johnson WH. 2005. The effect of a single administration of cephapirin or

cloprostenol on the reproductive performance of dairy cows with subclinical

endometritis. Theriogenology 63(3): 818-830.

Khamas DJ. 2011. Hormonal Treatments of Inactive Ovaries of Cows and

Buffaloes. Jurnal Veterinary Science. 44 (2): 7-13.

Kumaresan A, Chand S, Suresh S. 2013. Effect of estradiol and cloprostenol

combination therapy on expulsion of mummified fetus and subsequent fertility

in four crossbred cows. Veterinary Research Forum 4(2): 85 – 89.

Manan D. 2001. Ilmu Kebidanan Pada Ternak. Banda Aceh(ID): Departeman

Pendidikan Nasional,

Marawali A, Hine MT, Burhanuddin HLL, Belli. 2001. Dasar-dasar ilmu

reproduksi ternak. Jakarta(ID). Departemen pendidikan nasional direktorat

pendidikan tinggi badan kerjasama perguruan tinggi negeri Indonesia timur.

McDougall S, Compton C. 2005. Reproductive Performance of Anestrous Dairy

Cows Treated with Progesterone and Estradiol Benzoate. Jurnal Dairy Science.

88: 2388.

Noakes DE, Pearson H, Parkinson TJ. 2008. Arthur’s Veterinary Reproduction

and Obstetric. Philadelphia (US): Saunders.

Partodiharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta(ID). PT. Mutiara Sumber

Widya.

Peter AT. 2004. An update on cystic ovarian degeneration in cattle. Reproduction

Domestic Animal 39:1-7.

Peter AT, Levine H, Drost M, Bergfelt DR. 2009. "Compilation of Classical and

Contemporary Terminology Used to Describe Morphological Aspects of

Ovarian Dynamics in Cattle." Theriogenology 71 : 1343-1357.

Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy S. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan

Gangguan Reproduksi pada Sapi Potong. Grati Pasuruan (ID): Pusat Penelitian

dan Pengembangan Peternakan.

Rimayanti. 1997. Pengukuran Kadar Hormon Progesteron dan Estrogen Dalam

Deteksi Kejadian Kegagalan Berahi pada Sapi-sapi Perah di Tuban. Media

Kedokteran Hewan.

Sheldon IM, Lewis GS, LeBlanc S, Gilbert RO. 2006. Defining postpartum

uterine disease in cattle. Theriogenology 65:1516-1530.

Suartini NK, Trilaksana IGHB, Pemanyun TGO. 2013. Kadar estrogen dan

munculnya estrus setelah pemberian Buserelin (Agonis GnRH) pada sapi Bali

yang mengalami anestrus postpartum akibat hipofungsi ovarium. Jurnal Ilmu

dan Kesehatan Hewan.

Sudono A, Rosdiana F, Budi S. 2003. Beternak Sapi Perah. Jakarta(ID): PT.

Agromedia Pustaka.

Susanti AE. 2011. Penanganan Pyometra Pada Sapi. Indonesia: BPTP Sumatera

Selatan.

Toelihere MR. 1997. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung(ID): Angkasa.

Page 27: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

17

Youngquist RS, Threlfall WR. 2007. Ovarian follicular cysts. In: Youngquist RS,

Threlfall WR (Ed.). Current Therapy in Large Animal Theriogenology. St.

Louis, MO: Saunders Elsevier. pp. 379-383.

Wodzicka-Tomaszewska M, Sutama IK, Putu ID, Chaniago TD. 1991.

Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta(ID):

Gramedia Pustaka Utama.

Page 28: ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA … · ANESTRUS SAPI PERAH DAN PENANGGULANGANNYA ... (44.48%) dan yang terendah pada tahun 2013 (16.89%). Faktor penyebab anestrus yang ditemukan

18

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Fadhil Asren dilahirkan di Sabah, Malaysia pada tanggal 10 Oktober

1990 dari pasangan Mohamad Syuaib Asren dan Mutmainah Rahman. Penulis

merupakan anak kesepuluh dari sebelas bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan awal (TK) Tadika Chung Hwa, Kota

Kinabalu dan dilanjutkan ke sekolah dasar, SRJK (C) Chung Hwa Kota

Kibnabalu, Sabah sampai tahun 2002. Kemudian melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah La Salle Tanjung Aru Kota Kinabalu , Sabah sehingga tahun

2007. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organasasi seperti

Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) Cabang Bogor dan

Kelab Umno Luar Negara (KULN) Cabang Bogor.