anemia defisiensi besi karena obat
DESCRIPTION
anemiaTRANSCRIPT
1
Skenario A Blok XIII
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Skenario A
A, seorang laki-laki, 55 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan
mudah lelah. Dia sering mengeluh nyeri pada daerah epigastrium sejak 3
tahun terakhir dan selalu minum antasid untuk mengatasi nyeri tersebut.
Dia menderita nyeri sendi (arthritis) dan harus mengkonsumsi obat anti
inflamasi non-steroid (OAINS) sejak 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : kesan pucat, tampak kelelahan
Vital Sign :
Nadi : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Temperatur : 36,80C
TD : 110/60 mmHg
Pemeriksaan Khusus :
Kepala : conjunctiva pucat, cheilitis (+)
Leher : JVP 5+0, pembesaran KGB (-)
Thorax : jantung dan paru normal
Abdomen : hati dan limfa tidak teraba, nyeri epigastrium (+)
Ekstremitas : choilonychias (+)
Pemeriksaan Labor :
Hb : 5,8 g/dl
MCV : 70 fl
MCHC : 30%
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Blood smear : anisocytosis, poikylocytosis, hyprocrome
microcyter
Fecal occult blood : (+)
Serum iron : 8 μg/dl (normal 50 - 150 μg/dl)
Iron-binding capacity : 450 μg/dl (normal 250 - 370 μg/dl)
Transferin saturation : 1,7% (normal 20 – 45%)
Serum ferritin : 10 μg/L (normal 15 – 400 μg/L)
2.3 Seven Jam Step
2.3.1 Klarifikasi Istilah
a. lelah (fatigue)
Kehilangan tenaga atau kemampuan menjawab rangsangan.
b. nyeri (pain)
Sensasi menderita atau agoni yang disebabkan oleh rangsangan pada
ujung saraf khusus.
c. epigastrium
Daerah perut bagian tengah dan atas di antara angulus sterni.
d. antasid
Obat yang melawan keasaman atau agen yang melawan keasaman
lambung.
e. arthritis
Peradangan pada sendi.
f. OAINS
Obat anti radang yang termasuk golongan non-steroid
g. pucat (pale)
Keadaan dimana terjadinya hipoperfusi jaringan pada kulit yang
menjadi lebih putih dari biasanya.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
h. cheilitis
Peradaan pada bibir.
i. choilonychias
Keadaan kuku yang cekung seperti sendok.
j. MCV (Mean Corpuscular Volume)
Ukuran besarnya sel pada pemeriksaan apusan darah tepi.
k. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)
Ukuran jumlah rata-rata hemoglobin tiap satuan sel.
l. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Consentration)
Ukuran konsentrasi Hb dalam tiap sel.
m.anisocytosis
Adanya eritrosit dalam darah yang menunjukkan variasi yang besar
sekali.
n. hypochrome microcyter
Bentuk sel darah merah yang warnanya lebih pucat dan lebih kecil atau
disebabkan oleh berkurangnya Hb dalam darah.
o. poikylocytosis
Adanya eritrosit dengan keragaman bentuk yang abnormal dalam darah.
p. fecal occult blood
Darah yang terdapat pada feses dalam jumlah sedikit, hanya dapat
dideteksi dengan uji kimiawi atau mikroskopik.
q. serum iron
Kadar besi dalam serum per dl.
r. iron binding capacity
Suatu cara diagnostik yang mengukur kapasitas daya ikat dalam darah
untuk diagnosis anemia defisiensi besi
s. transferin saturation
Tingkat kejenuhan globulin serum yang mengikat dan mengangkut besi.
t. serum ferritin
Kompleks bentuk utama penyimpanan besi dalam tubuh dalam bentuk
serum.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. A, ♂, 55 tahun, ke RS dengan keluhan lelah
2. Ada keluhan sering nyeri epigastrium 3 tahun terakhir dan selalu
minum anatasid unutk mengurangi nyeri.
3. Menderita nyeri sendi (arthritis) dan mengkonsumsi OAINS selama 5
tahun
4. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : kesan pucat, tampak kelelahan
Vital Sign :
Nadi : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Temperatur : 36,80C
TD : 110/60 mmHg
5. Pemeriksaan Khusus :
Kepala : conjunctiva pucat, cheilitis (+)
Leher : JVP 5+0, pembesaran KGB (-)
Thorax : jantung dan paru normal
Abdomen : hati dan limfa tidak teraba, nyeri epigastrium (+)
Ekstremitas : choilonychias (+)
6. Pemeriksaan Labor :
Hb : 5,8 g/dl
MCV : 70 fl
MCHC : 30%
Blood smear : anisocytosis, poikylocytosis, hyprocrome
microcyter
Fecal occult blood : (+)
Serum iron : 8 μg/dl (normal 50 - 150 μg/dl)
Iron-binding capacity : 450 μg/dl (normal 250 - 370 μg/dl)
Transferin saturation : 1,7% (normal 20 – 45%)
Serum ferritin : 10 μg/L (normal 15 – 400 μg/L)
2.3.3 Analisis Masalah
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
1. a. Apa penyebab mudah lelah ?
b. Apa hubungan usia dengan mudah lelah ?
c. Bagaimana mekanisme mudah lelah pada kasus ini ?
2. a. Bagaimana efek samping penggunaan antacid selama 3 tahun ?
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik antacid ?
c. Bagaimana hubungan minum antacid dengan mudah lelah ?
d. Organ apa yang terlibat pada nyeri daerah epigastrium ?
3. a. Bagaimana efek samping penggunaan OAINS selama 5 tahun ?
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik OAINS ?
c. Bagaimana hubungan konsumsi OAINS dengan nyeri pada daerah
epigastrium?
d. Apakah alternatif obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
arthritis ?
4. Bagaimana interpretasi dan mekanisme :
a. Keadaan Umum ?
b. Pemeriksaan khusus ?
5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme :
a. Hb, MCV, MCH, MCHC ?
b. Blood smear & Fecal occult blood ?
c. Serum iron, IBC, transferin saturation, saturation ferritin ?
6. Bagaimana metabolisme besi ?
7. Bagaimana komposisi besi ?
8. Bagaimana absorbsi besi ?
9. Bagaimana siklus besi dalam besi ?
10. Apa differensial diagnosis ?
11. Bagaimana penegakkan diagnosis ?
12. Bagaimana diagnosis kerja ?
13. Bagaimana etiologi ?
14. Bagaimana epidemiologi ?
15. Bagaimana pathogenesis ?
16. Bagaimana penatalaksanaan ?
17. Bagaimana komplikasi ?
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
18. Bagaimana prognosis ?
19. Bagaimaan preventif dan promotif ?
20. Bagaimna level of competency ?
21. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus
2.3.4 Kerangka Konsep dan Hipotesis
Kerangka Konsep :
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
A, ♂, 55 tahun, Arthritis
Konsumsi OAINS 5 th
Nyeri epigastrium
Perdarahan kronik
Mudah lelah
ke RS
konsumsi antasid 3 th
Absobsi besi terganggu
Pemeriksaan fisik dan spesifik
Pemeriksaan Laboratorium
Anemia Defisiensi Besi
1
Skenario A Blok XIII
Hipotesis :
A, ♂, 55 tahun, dengan keluhan mudah lelah yang disebabkan anemia
defisiensi besi karena konsumsi OAINS dalam jangka panjang.
2.3.5 Sintesis
1. a. Apa penyebab mudah lelah ?
Jawab :
a) penuaan
b) gaya tidak sehat, berupa :
- kurang tidur, mempengaruhi performa kerja serta
mengganggu rutinitas sehari-hari.
- stres dan kecemasan akibat mengerjakan pekerjaan tanpa
jedah waktu dan terus menerus.
- kurangnya aktifitas olah raga
- pola makan tidak seimbang
b. Apa hubungan usia dengan mudah lelah pada kasus ?
Jawab :
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
penuaan testosteron pembentukan massa otot
Stamina
Aktivitas fisik
Kinerja Tahanan tubuh
Mudah Lelah
1
Skenario A Blok XIII
c. Bagaimana mekanisme mudah lelah pada kasus ini ?
Jawab :
2. a. Bagaimana efek samping penggunaan antacid selama 3 tahun ?
Jawab :
a) GI : konstipasi, mual, muntah, perubahan warna feses, kembung
karena pelepasan O2.
b) Endokrin + metabolisme : hipofosfatemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia, gangguan absobsi besi dan vitamin.
c) Jangka panjang : hipersekresi lambung, acid rebound,
perdarahan GI meluas.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
arthritis Konsumsi OAINS Menghambat COX di as. arakidonat
Tekan prostaglandinSekresi mucus dan
bikarbonat Daya tahan mukosa
Asam lambung
Mukosa lambung rusak
iritasi Konsumsi antasid
Netralisir asam lambung
Konsumsi terus menerus
Absobsi epitel usus
Anemia hipocromic microcyter (iron deficiency anemia)
fungsi myoglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat oxyginase
gangguan glikolisisPenumpukan as. laktat
Mudah lelah
TukakPerdarahan kronisFe yang dikeluarkan tubuh
Cad. Fe
Heme terbentuk sedikit
HbO2
O2 + nutrisi diangkut Hb sedikit
Kebutuhan O2 sel + jaringan
1
Skenario A Blok XIII
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik antacid ?
Jawab :
a) Al(OH)3 : mengurangi absobsi allofurinol, tetrasiklin (efek
antibiotik), garam besi isosiazin, kortikosteroid
b) Meningkatkan sekresi obat asam seperti salisilat dan golongan
sulfat.
c) CaCO3 memiliki interaksi dengan banyak obat.
c. Bagaimana hubungan minum antacid dengan mudah lelah ?
Jawab :
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
iritasi Konsumsi antasid
Netralisir asam lambung
Konsumsi terus menerus
Absobsi epitel usus
Anemia hipocromic microcyter (iron deficiency anemia)
fungsi myoglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat oxyginase
gangguan glikolisisPenumpukan as. laktat
Mudah lelah
TukakPerdarahan kronisFe yang dikeluarkan tubuh
Cad. Fe
Heme terbentuk sedikit
HbO2
O2 + nutrisi diangkut Hb sedikit
Kebutuhan O2 sel + jaringan
1
Skenario A Blok XIII
d. Organ apa yang terlibat pada nyeri daerah epigastrium ?
Jawab :
Topografi abdomen :
RIGHT
HYPHOCHONDRIA
C REGION
EPIGASTRIC
REGION
RIGHT
HYPHOCHONDRIA
C REGION
pulmo, heparesophagus, cor, pulmo,
heparcor, pulmo
RIGHT LUMBAR
REGION
UMBILICAL
REGION
LEFT LUMBAR
REGION
vesika fellea,
duodenum
gaster, pancreas,
intestinum tenue
gaster, pancreas,
intestinum tenue, lien
RIGHT ILIAC
REGION
HYPOGASTRIC
REGION
LEFT ILIAC
REGION
colon, vesika urinaria,
appendix vermiformis
renal, colon, rectum,
anal, testisrenal, colon
Gaster :
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Gambar : struktur lambung manusia
Lambung pada manusia terletak pada bagian kiri atas rongga perut di
bawah diafragma. Dinding lambung terdiri atas lapisan otot vang
tersusun memanjang, melingkar, dan menyerong. Dengan adanya
kontraksi otot-otot lambung tersebut, makanan akan teraduk dengan baik
menjadi bubur (chyme / kim). Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu
kardiak (bagian yang merupakan tempat masuknya kerongkongan),
fundus (bagian tengah lambung), dan pilorus (bagian yang berbatasan
dengan usus dua belas jari).
Lambung juga berperan sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan
enzim pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon.
Lambung menghasilkan getah lambung yang terdiri atas:
a. air dan lendir;
b. ion-ion organik,
c. asam lambung (HCl), dan
d. enzim – enzim pencernaan (Pepsin, Renin dan Lipase).
Disamping itu juga lambung menghasilkan asam lambung (HCl),
adapun fungsi HCl yang disekresikan oleh lambung, adalah:
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
a) Asam Klorida (HCI) merupakan asam kuat yang dapat memberikan
lingkungan asam dan mengubah makanan menjadi asam (pH 1-3).
Asam Iambung ini dapat membantu membunuh mikroba pathogen
vang masuk bersama makanan ke dalam lambung.
b) Mengaktifkan kerja enzim, yaitu mengubah pepsinogen (proenzim)
menjadi enzim pepsin.
c) Merangsang membuka dan menutupnya katup pada bagian
pilorus yang berhubungan dengan duodenum.
d) Merangsang pengeluaran getah usus.
Pepsin yang dihasilkan oleh lambung berfungsi menghidrolisis
protein menjadi pepton. Renin adalah enzim yang dapat
menggumpalkan protein susu (kasein) dengan bantuan ion kalsium
(Ca2+). Sedangkan enzim lipase adalah enzim yang dapat
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Proses pencernaan di dalam lambung akan berlangsung selama 2-6
jam, tergantung pada jenis makanannya. Makanan yang berlemak akan
bertahan lebih lama di dalam lambung. Sedangkan makanan yang banyak
mengandung protein dan karbohidrat hanya akan tinggal sebentar di
dalam lambung. Di dalam lambung tidak terjadi penyerapan sari-sari
makanan, akan tetapi terjadi penyerapan air, mineral, alkohol, dan obat -
obatan.
3. a. Bagaimana efek samping penggunaan OAINS selama 5 tahun ?
Jawab :
a) induksi tukak lambung atau tukak peptik disertai anemia
sekunder akibat perdarahan saluran cerna.
b) Gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis
tromboxan A2 (TXA2) akibat perpanjangan waktu perdarahan.
b. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik OAINS ?
Farmakokinetik ( pengaruh organisme hidup terhadap obat ) :
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Absobsi cepat dalam bentuk utuh di lambung dan usus halus atas
dengan waktu paruh tertinggi 2 jam.
Farmakodinamik ( pengaruh obat terhadap organisme hidup ):
a) pernafasan
b) keseimbangan asam basa
c) uricosmic
d) darah
e) hati dan ginjal
f) saluran cerna
c. Bagaimana hubungan konsumsi OAINS dengan nyeri pada daerah
epigastrium?
Jawab :
d. Apakah alternatif obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
arthritis ?
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
arthritis Konsumsi OAINS Menghambat COX di as. arakidonat
Tekan prostaglandinSekresi mucus dan
bikarbonat Daya tahan mukosa
Asam lambung
Mukosa lambung rusak
iritasi
TukakPerdarahan kronis
Merangsang saraf gaster
Nyeri epigastrium
1
Skenario A Blok XIII
Jawab :
Tidak ada alternatif. Pemakaian OAINS dapat diteruskan. Namun
sebelum mengkonsumsi OAINS sebaiknya ½ sampai 1 jam
sebelumnya dikonsumsi sukralfat yang berfungsi untuk melapisi
dan melindungi mukosa lambung agar tidak terjadi iritasi berulang
yang disebabkan oleh OAINS yang dikonsumsi.
4. Bagaimana interpretasi dan mekanisme :
a. Keadaan Umum ?
Patokan Normal Kasus Interpretasi
Keadaan
umumbaik
Tampak kelelahan
Pucat
Sakit berat
HbO2
Nadi 60-100 x/menit 90 x/menit Normal
RR 16-24 x/menit 22 x/menit Normal
Temperatur 36,40-37,40C 36,80C Normal
Tekanan
Darah
140-90/
90-60 mmHg110/60 mmHg Normal
b. Pemeriksaan khusus ?
Patokan Normal Kasus Interpretasi
Conjuctiva
palpebra
merah Pucat HbO2 perifer
Cheilitis (-) (+) Tanda def. Besi
Epigastrium Tidak nyeri nyeri Peradangan
Choilonychias (-) (+) Tanda def. Besi
MEKANISME :
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Cheilitis : peradangan pada sudut mulut dimana terjadi pecah pecah dan
sakit ( karena defisiensi besi )
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
arthritis Konsumsi OAINS Menghambat COX di as. arakidonat
Tekan prostaglandinSekresi mucus dan
bikarbonat Daya tahan mukosa
Asam lambung
Mukosa lambung rusak
iritasi Konsumsi antasid
Netralisir asam lambung
Konsumsi terus menerus
Absobsi epitel usus
Anemia hipocromic microcyter (iron deficiency anemia)
fungsi myoglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat oxyginase
gangguan glikolisisPenumpukan as. laktat
Mudah lelah
TukakPerdarahan kronisFe yang dikeluarkan tubuh
Cad. Fe
Heme terbentuk sedikit
HbO2
O2 + nutrisi diangkut Hb sedikit
Kebutuhan O2 sel + jaringan
Nyeri epigastrium
Pucat besi epitel
dan enzim
Mudah infeksi
Cheilitis, Choilonychias
1
Skenario A Blok XIII
Koilonychia : kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertikal dan cekung
seperti sendok
5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme :
a. Hb, MCV, MCH, MCHC ?
Patokan Normal Kasus Interpretasi
Hb 13-18 g/dl 5,8 g/dl : tanda anemi
MCV 76-96 fl 70 fl : microcytic
MCH 27-32 pg 25 pg : hipochrome
MCHC 32-37% 30% : hipochromic
b. Blood smear & Fecal occult blood ?
Patokan Normal Kasus Interpretasi
Blood smear (-)
Anisocytosis,
poikylocytosis,
hipochrome
microcyter
Bentuk sel
abnormal,
eritrocyte variasi,
besar dan pucat
Fecal occult blood 76-96 fl 70 fl Perdarahan kronik
c. Serum iron, IBC, transferin saturation, saturation ferritin ?
Patokan Normal Kasus Interpretasi
Serum iron 50-150 μg/dl 8 μg/dl : diet iron tidak
efektif
Iron binding
capacity250-370 μg/dl 450 μg/dl
: iron
deficiency anemia
acute atau chronic
blood loss
Transferin
saturation20-45 % 1,7 %
tingkat
kejenuhan
globulin plasma
Serum ferritin 15-400 μg/dl 10 μg/dl cadangan besi
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
MEKANSIME :
6. Bagaimana metabolisme besi ?
Jawab :
Perkembangan metabolisme zat besi dalam hubungannya dengan
homeostatis besi dapat dimengerti dengan baik pada orang dewasa,
sedangkan pada anak diperkirakan mengalami hal yang sama seperti
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
arthritis Konsumsi OAINS Menghambat COX di as. arakidonat
Tekan prostaglandinSekresi mucus dan
bikarbonat Daya tahan mukosa
Asam lambung
Mukosa lambung rusak
iritasi Konsumsi antasid
Netralisir asam lambung
Konsumsi terus menerus
Absobsi epitel usus
Anemia hipocromic microcyter (iron deficiency anemia)
fungsi myoglobin, enzim sitokrom dan gliserofosfat oxyginase
gangguan glikolisisPenumpukan as. laktat
Mudah lelah
TukakPerdarahan kronisFe yang dikeluarkan tubuh
Cad. Fe
Heme terbentuk sedikit
HbO2
O2 + nutrisi diangkut Hb sedikit
Kebutuhan O2 sel + jaringan
Fecal occult blood
Pucat besi epitel
dan enzim
Mudah infeksi
Cheilitis, Choilonychias
Serum ferritin
MCV , MCH , IBC
1
Skenario A Blok XIII
pada orang dewasa. Zat besi bersama dengan protein (globin) dan
protoporfirin mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan
hemoglobin. Selain itu besi juga terdapat dalam beberapa enzim dalam
metabolisme oksidatif, sintesis DNA, neurotransmitter, dan proses
katabolisme. Kekurangan zat besi akan memberikan dampak yang
merugikan terhadap sistem saluran pencernaan, susunan saraf pusat,
kardiovaskuler, imunitas dan perubahan tingkat seluler. Jumlah zat
besi yang diserap oleh tubuh dipengaruhi oleh jumlah besi dalam
makanan, bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh
mukosa usus. Di dalam tubuh orang dewasa mengandung zat besi
sekitar 55 mg/kgBB atau sekitar 4 gram. Lebih kurang 67% zat besi
tersebut dalam bentuk hemoglobin, 30% sebagai cadangan dalam
bentuk feritin atau hemosiderin dan 3% dalam bentuk mioglobin,
hanya sekitar 0,07% sebagai transferin dan 0,2% sebagai enzim. Bayi
baru lahir dalam tubuhnya mengandung zat besi sekitar 0,5 gram.
Ada dua cara penyerapan besi zat besi dalam usus, yang pertama
adalah penyerapan dalam bentuk non heme ( sekitar 90% berasal
makanan), yaitu besinya harus diubah dulu menjadi bentuk yang
diserap, sedangkan bentuk yang kedua adalah bentuk heme (sekitar
10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung diserap tanpa
memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung atau zat
makanan yang dikonsumsi.
Besi dalam makanan terikat pada molekul lain yang lebih besar. Di
dalam lambung besi akan dibebaskan menjadi ion feri (Fe 3+) oleh
pengaruh asam lambung (HCL) vitamin C, asam amino. Di dalam
usus halus, ion feri diubah menjadi ion fero oleh pengaruh alkali. Ion
fero inilah yang kemudian diabsorpsi oleh mukosa usus. Sebagian
akan disimpan sebagai persenyawaan feritin dan sebagian masuk ke
peredaran darah berikatan dengan protein yang disebut transferin.
Selanjutnya transferin ini akan dipergunakan untuk sintesis
hemoglobin. Sebagian transferin yang tidak terpakai akan disimpan
sebagai labile iron pool. Ion fero diabsorpsi jauh lebih mudah
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
daripada ion feri, terutama bila makanan mengandung vitamin dan
fruktosa yang akan membentuk suatu kompleks besi yang larut,
sedangkan fosfat, oksalat dan fitat menghambat absorpsi besi.
Bagan metabolisme besi
Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit. Besi yang dilepaskan pada
pemecahan hemoglobin dari eritrosit yang sudah mati akan masuk
kembali ke dalam iron pool dan akan dipergunakan lagi untuk sintesa
hemoglobin. Jadi dalam tubuh normal kebutuhan akan besi sangat
sedikit. Kehilangan besi melalui urin, tinja, keringat, sel kulit yang
terkelupas dan karena perdarahan (menstruasi) sangat sedikit. Oleh
karena itu pemberian besi yang berlebihan dalam makanan dapat
mengakibatkan terjadinya hemosiderosis.
Pengeluaran besi dari tubuh yang normal ialah : bayi 0,3-0,4
mg/hari, anak 4-12 tahun 0,4-2,5 mg/hari, laki-laki dewasa 1,0-1,5
mg/hari, wanita dewasa 1,0-2,5 mg/hari, wanita hamil 2,7 mg/hari.
Kebutuhan besi dari bayi dan anak jauh lebih besar dari
pengeluarannya , karena dipergunakan untuk pertumbuhan.
Kebutuhan rata-rata seorang anak 5 mg/hari, tetapi bila terdapat
infeksi dapat meningkat sampai 10 mg/hari.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
Fe dalam makanan
FeX
Fe++
Fe++
Transferrin
Fe3+
Fe3+
Ferritin
Labile iron pool
Sintesis Hb, pembentukan
ertitrosit
Lambung :
Usus :
Sel mukosa : (microfili)
Plasma :
Sumsum : tulang
Apotransferin +
Apoferitin +
1
Skenario A Blok XIII
Didalam tubuh cadangan besi ada 2 bentuk, yang pertama feritin
yang bersifat mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag,
terbanyak di hati. Bentuk kedua adalah hemosiderin yang tidak mudah
larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibandingkan feritin.
Hemosiderin ditemukan terutama dalam sel kupfer hati dan makrofag
di limpa dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk
mempertahankan homeostasis besi dalam tubuh.
7. Bagaimana komposisi besi ?
Jawab :
a. senyawa besi fungsional yang berfungsi dalam tubuh, terdiri dari
hemoglobin, myoglobin dan enzim-enzim seperti enzim
feroclorase.
b. besi cadangan yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang
c. besi transfer sebagai penambah protein untuk proses pengangkutan
besi berupa transferin.
Fe ♂ = 50 mg/kgBB
Fe ♀ = 35 mg/kgBB
8. Bagaimana absorbsi besi ?
A. FASE LUMINAL
Penyerapan besi di usus halus terutama berlangsung melalui
mukosa usus halus. Penyerapan maksimum terjadi di duodenum
dan jejunum proksimal karena adanya pH optimal. Secara umum
pH asam atau rendah mendorong bentuk fero dan meningkatkan
penyerapan besi, sedangkan pH netral atau basa meningkatkan
bentuk feri dan menurunkan penyerapan besi, sehingga makin ke
arah distal usus penyerapannya makin sedikit.
2 cara penyerapan besi dalam usus :
a. Penyerapan dalam bentuk non-heme
90% berasal dari makanan, yaitu besinya harus diubah dulu
menjadi bentuk yang diserap.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
b. Penyerapan dalam bentuk heme
10% berasal dari makanan, besinya dapat langsung diserap tanpa
memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung
maupun zat makanan yang dikonsumsi.
Banyaknya absorpsi besi tergantung pada :
a. Jumlah kandungan besi dalam makanan
b. Jenis besi dalam makanan
c. Adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam
makanan
d. Jumlah cadangan besi dalam tubuh
e. Kecepatan eritropoiesis
B. FASE MUCOSAL
Besi diangkut dari sel mukosa usus ke darah, kemudian
berikatan dengan beta-globulin yakni apotransferin, untuk
membentuk transferin. Transferin melekat ke reseptor di membran
eritrosit yang sedang tumbuh dan membebaskan besi ke dalam
eritrosit untuk digabungkan ke heme di dalam mitokondria.
Dalam sitoplasma, besi ini terutama bergabung dengan suatu
protein, yakni apoferitin, untuk membentuk feritin sebagai besi
cadangan.
Di tempat penyimpanan ada sedikit besi yang tersimpan dalam
bentuk yang sama sekali tidak larut, disebut hemosiderin.
C. FASE CORPOTREAL
Setiap hari manusia mengekskresikan sekitar 1 miligram besi,
terutama di dalam tinja. Pada wanita, hilangnya darah menstruasi
mengakibatkan kehilangan besi rata-rata 2 mg/hari.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Fase ini terdiri dari transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi
besi yang diperlukan dan penyimpanan besi (storage) dalam tubuh.
9. Bagaimana siklus besi dalam besi ?
10. Apa differensial diagnosis ?
Normal ADBAnemia penyakit
kronikThalasemia
MCV 80 – 90 flMenurun
<70 flMenurun/N Menurun
MCH 27 – 31 pg Menurun Menurun/N Menurun
Besi serum50 – 150
μg/dLMenurun
<50 μg/dLMenurun Normal
TIBC240 – 360
μg/dLMeningkat>360 μg/dL
MenurunNormal/
MeningkatSaturasi transferin
30 – 35%Menurun
< 15%Menurun/N
10-20%Meningkat
>20%Besi sumsum tulang
Positif Negatif Positif Positif kuat
FEP15 – 18 μg/dL
Meningkat>100 μg/dL
Meningkat Normal
Feritin serum20 – 250
μg/dLMenurun
<20 μg/dLNormal
Meningkat>50 μg/dL
Elektrofoesis Hb
Normal NormalHb A2
meningkat
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
Sistem eritroid (sumsum tulang)
Absobsi Fe di usus
Sel RE (sumsum tulang)
Eritrosit
..........................Sirkulasi darah
Transferin plasma (Fe)
Epitel
Ekskresi 1-2 mg1-2 mg
24 mg
17 mg 17 mg
22 mg
7 mgEritropoesis
inefektif
1
Skenario A Blok XIII
11. Bagaimana penegakkan diagnosis ?
Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan hasil
temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium yang
dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinik yang sering tidak
khas.
a. Anamnesis
Ditujukan untuk mengeksplorasi :
Riwayat penyakit sekarang.
Riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat gizi.
Anamnesis mengenai lingkungan, pemaparan bahan kimia fisik
serta riwayat pemakaian obat.
Didapatkan hasil berupa :
Keluhan mudah lelah
Keluhan nyeri epigastrium
Konsumsi antasid 3 tahun
Nyeri sendi
Konsumsi OAINS 5 tahun
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terhadap pasien pada konjungtiva mata, warna
kulit, kuku, mulut, dan papil lidah apakah terdapat gejala umum
anemia/ sindrom anemia.
Didapatkan hasil berupa :
Kesan pucat dan kelelahan dari keadaan umum
Conjuctiva pucat
Cheilitis (+)
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Nyeri epigastrium
Choilonychias
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
pemeriksaan index eritrosit, retikulosit, morfologi darah tepi.
pemeriksaan darah rutin seperti Hb, PCV, leukosit, trombosit.
pemeriksaan status besi (Fe serum, TIBC, saturasi transferin,
FEP, feritin)
apus sumsum tulang.
Didapatkan hasil berupa :
Hb : 5,8 g/dl
MCV : 70 fl
MCHC : 30%
Blood smear : anisocytosis,poikylocytosis,
hyprocrome microcyter
Fecal occult blood : (+)
Serum iron : 8 μg/dl (normal 50 - 150 μg/dl)
Iron-binding capacity : 450 μg/dl (normal 250 - 370 μg/dl)
Transferin saturation : 1,7% (normal 20 – 45%)
Serum ferritin : 10 μg/L (normal 15 – 400 μg/L)
12. Bagaimana diagnosis kerja ?
Anemia Defisiensi Besi
(Anemia Hipocromic Microcyter/Iron Deficiency Anemia)
13. Bagaimana etiologi ?
Menurut patogenesisnya terjadinya anemia defisiensi besi sangat
ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang mengandung
besi , kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Kekurangan besi dapat disebabkan:
1. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pertumbuhan
Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun
pertama dan masa remaja kebutuhan besi akan meningkat,
sehingga pada periode ini insiden ADB meningkat. Pada bayi
umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali dan massa
hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali lipat dibanding
saat lahir, bayi prematur dengan pertumbuhan sangat cepat,
pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali dan
massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding
saat lahir.
Menstruasi
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak
perempuan adalah kehilangan darah lewat menstruasi.
Infeksi
2. Kurangnya besi yang diserap.
Masuknya besi dari makanan yang tidak adekuat
Seorang bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya
membutuhkan makanan yang banyak mengandung besi. Bayi
cukup bulan akan menyerap lebih kurang 200 mg besi dalam
satu tahun pertama (0,5 mg/hari) yang terutama digunakan
untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI ekslusif
jarang menderita kekurangan besi dalam 6 bulan pertama. Hal
ini besi yang terkandung di dalam ASI lebih mudah diserap
dibandingkan susu yang terkandung susu formula.
Diperkirakan sekitar 40% besi dalam ASI diabsorpsi bayi,
sedangkan dari PASI hanya 10% besi yang dapat diabsorpsi.
Malabsorpsi besi
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Keadan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang
mukosa ususnya mengalami perubahan secara histologis dan
fungsional. Pada orang yang telah mengalami gastrektomi
parsial atau total sering disertai ADB walaupun penderita
mendapat makanan yang cukup besi. Hal ini disebabkan
berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan lebih cepat
melalui bagian atas usus halus, tempat utama peryerapan besi
heme dan non heme.
3. Perdarahan
Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab
penting terjadinya Anemia Defisiensi Besi. Kehilangan darah akan
mempengaruhi keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 ml
akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga kehilangan
darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg besi ) dapat mengakibatkan
keseimbangan negatif besi.
Perdarahan dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induce
enterohepathy, ulkus peptikum karena obat-obatan ( asam asetil
salisilat, kertikosteroid, indometasin, obat AINS) dan infestasi
cacing (Ancylostoma doudenale dan Necator americanus) yang
menyerang usus halus bagian proksimal dan menghisap darah dari
pembuluh darah submukosa usus.
4. Transfusi feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan
menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa
neonatus.
5. Hemoglobinuria.
Pada keadaan ini biasanya dijumpai pada anak yang memakai
katup jantung buatan. Pada paroxysmal Nokturnal Hemoglobinuria
(PNH) kehilangan besi melalui urin rata-rata 1,8-7,8 mh/hari.
6. Iatrogenic blood loss
Pada anak yang banyak diambil darah vena untuk pemeriksaan
laboratorium berisiko menderita ADB.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
7. Idiopatthic pulmonary hemosiderosis
Penyakit ini jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan
paru yang hebat dan berulang serta adanya infiltrat pada paru yang
hilang timbul. Keadaan ini dapat berulang menyebabkan kadar Hb
menururn drastis hingga 1,5-3 g/dl dalam 24 jam.
8. Latihan yang berlebihan
Pada atlit yang berolah raga berat seperti olah raga lintas alam,
sekitar 40% remaja perempuan dan 17 % remaja laki-laki feritin
serumnya < 10 ug/dl. Perdarahan saluran cerna yang tidak tampak
sebagai akibat iskemia hilang timbul pada usus selama latihan berat
terjadi pada 50% pelari.
Ditinjau dari segi umur penderita, etiologi anemia defisiensi besi
dapat digolongkan menjadi: 5,6
1. Bayi di bawah usia 1 tahun.
a. Kekurangan depot besi dari lahir, misalnya pada prematuritas,
bayi kembar, bayi yang dilahirkan oleh ibu yang anemia,
pertumbuhan cepat.
b. Pemberian makanan tambahan yang terlambat, yaitu karena bayi
hanya diberi ASI saja.
2. Anak umur 1-2 tahun
a. Infeksi yang berulang/menahun sepert enteritis,
bronkopneumonia.
b. Masukan besi kurang karena tidak mendapat makanan tambahan
( hanya minum susu).
c. Malabsorbsi.
3. Anak umur lebih dari 5 tahun- masa remaja
a. Kehilangan darah kronis karena infestasi parasit (amubiasis,
ankilostomiasis).
b. Diet yang tidak adekuat.
c. Menstruasi berlebihan.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
14. Bagaimana epidemiologi ?
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari
50% penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi,anak
sekolah, ibu hamil dan menyusui. Di Indonesia masih merupakan
masalah gizi utama selain kekurangaan kalori protein, vitamin A dan
yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada
anak balita sekita 30-40%, pada anak sekolah 25-35% sedangkan hasil
SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 55,5%. ADB
mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa
gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya
konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi
belajar di sekolah.
15. Bagaimana pathogenesis ?
Patogenesis anemia defisiensi besi dimulai ketika cadangan besi
dalam tubuh habis yang ditandai dengan menurunnya kadar feritin
yang diikuti juga oleh saturasi transferin dan besi serum. Penurunan
saturasi transferin disebabkan tidak adanya besi di dalam tubuh
sehingga apotransferin yang dibentuk hati menurun dan tidak terjadi
pengikatan dengan besi sehingga transferin yang terbentuk juga
sedikit. Sedangkan total iron binding protein (TIBC) atau kapasitas
mengikat besi total yang dilakukan oleh transferin mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya besi di dalam
tubuh sehingga transferin berusaha mengikat besi dari manapun
dengan meningkatkan kapasitasnya.
Dalam tubuh manusia, sintesis eritrosit atau eritropoesis terus
berlangsung dengan memerlukan besi yang akan berikatan dengan
protoporfirin untuk membentuk heme. Pada anemia defisiensi besi,
besi yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga heme yang terbentuk
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
hanya sedikit dan pada akhirnya jumlah hemoglobin yang dibentuk
juga berkurang. Dengan berkurangnya Hb yang terbentuk, eritrosit
pun mengalami hipokromia (pucat). Hal ini ditandai dengan
menurunnya MCHC (mean corpuscular Hemoglobin Concentration) <
32%. Sedangkan protoporfirin terus dibentuk eritrosit sehingga pada
anemia defisiensi besi, protoporfirin eritrosit bebas (FEP) meningkat.
Hal ini dapat menjadi indikator dini sensitif adanya defisiensi besi.
Di sisi lain, enzim penentu kecepatan yaitu enzim ferokelatase
memerlukan besi untuk menghentikan sintesis heme. Padahal besi
pada anemia defisiensi besi tidak tersedia sehingga pembelahan sel
tetap berlanjut selama beberapa siklus tambahan namun menghasilkan
sel yang lebih kecil (mikrositik). Hal ini ditandai dengan menurunnya
MCV (mean corpuscular volume) < 80 fl.
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan besi
yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang
negatif ini menetap akan menyebabkan cadangan besi yang berkurang.
Ada tiga tahap dari anemia defisiensi besi, yaitu:
1. Tahap petama.
Tahap ini disebut iron depletion atau iron deficiency, ditandai
dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan
besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal.
Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk
mengetahui adanya kekurangan besi masih normal.
2. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient
erytropoietin atau iron limited erytropoiesis didapatkan suplai besi
yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Dari hasil
pemeriksaan laboratoium diperoleh nilai besi serum menurun dan
saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity
(TIBC) meningkat dan free erytrocyt porphyrin (FEP) meningkat.
3. Tahap ketiga
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Tahap inilah yang disebut sebagagi iron deficiency anemia.
Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang
tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb.
Tabel tahapan kekurangan besi. 2
Hb Tahap 1
Normal
Tahap 2
sedikit
menurun
Tahap 3 menurun
jelas
(mikrositik/hipokrom)
Cadangan besi (mg)
Fe serum (ug/dl
TIBC (ug/dl)
Saturasi tansferin(%)
Feritin serum (ug/dl)
Sideroblas (%)
FEP(Ug/dl SDM
MCV
<100
normal
360-390
20-30
<20
40-60
>30
Normal
0
<60
>390
<15
<12
<10
<100
normal
0
<40
>410
<10
<12
<10
>200
Menurun
Dikutip dari Lukens (1995), Hillman (1995)
16. Bagaimana penatalaksanaan ?
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab
dan mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan
preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui
sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian
preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral
lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan pemberian parenteral,
pemberian secara parentertral dilakukan pada pendertita yang tidak
dapat memakan obat peroral atau kebutuhan besinya tidak dapat
terpenuhi secara peroral karena ada gangguan pencernaan.
a. Pemberian preparat besi peroral
Garam ferrous diabsorpsi sekitar 3 kali lebih baik dibandingkan
garam feri, preparat yang tersedia berupa ferous glukonat, fumarat
dan suksinat, yang sering dipakai adalah ferrous sulfat karena
harganya yang lebih murah, ferrous glukonat, ferrous fumarat dan
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
ferrous suksiant diabsorpsi sama baiknya tetapi lebih mahal. Untuk
bayi preparat besi berupa tetes (drop).
Untuk dapat mendapatkan respons pengobatan dosis besi yang
dipakai 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Dosis yang diajurkan
untuk remaja dan orang dewasa adalah 60 mg elemen zat besi
perhari pada kasus anemia ringan, dan 120 mg/hari (2 Х 60 mg)
pad anemia sedang sampai berat. Dosis yang dianjurkan untuk bayi
dan anak-anak adalah 3 mg/kgBB/hari.
Pada wanita hamil, pemberian folat (500μg) dan zat besi (120
mg) akan bermanfaat, sebab anemia pada kehamilan biasa
diakibatkan pada defisiensi ke dua zat gizi tersebut. Tablet
kombinasi yang cocok, mengandung 250 μg folat dan 60 mg zat
besi, dimakan 2 kali sehari.
Efek samping pemberian zat besi peroral dapat menimbulkan
keluhan gastrointestinal berupa rasa tidak enak di ulu hati, mual,
muntah dan diare.Sebagai tambahan zat besi yang dimakan
bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik dari pada ditelan
pada saat peut kosong, meskipun jumlah zat besi yang diserap
berkurang.
b. Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intra muscular menimbulkan rasa
sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati
regional dan reaksi alergi. Oleh karena itu, besi parenteral
diberikan hanya bila dianggap perlu, misalnya : pada kehamilan
tua, malabsorpsi berat, radang pada lambung. Kemampuan untuk
menaikan kadar Hb tidak lebih baik dibandingkan peroral.Preparat
yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung
50 mg besi/ml.
Dosis dapat dihitung berdasarkan:
Dosis besi (mg) = (15-Hb Sekarang) x BB X 3
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
c. Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya
diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai
infeksi yang dapat mempengaruhi respons terapi. Koreksi anemia
berat dengan transfusi tidak perlu secepatnya, lebih akan
membahayakan kerana dapat menyebabkan hipovolemia dan
dilatasi jantung. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam
jumlah yang cukup untuk menaikan kadar Hb sampai tingkat aman
sampai menunggu respons terapi besi. Secara umum, untuk
penderita anemia berat dengan kadar Hb <4 g/dl hanya diberi PRC
dengan dosis 2-3 ml/kgBB persatu kali pemberian disertai
pemberian diuretic seperti furesemid. Jika terdapat gagal jantung
yang nyata dapat dipertimbangkan pemberian transfusi tukar
mengguanakan PRC yang segar.
Pada kasus penatalaksanaan yang dilakukan berupa :
a. terapi kausal :
tidak memberikan obat untuk mengatasi perdarahan pada lambung
tetapi cukup dengan pemberian sukralfat ½ sampai 1 jam sebelum
konsumsi OAINS. Antasid dapat tetap diberikan selama nyeri
epigastrium masih ada dengan alternatif dilakukan salut Vit. C.
b. pemberian preparat besi untuk menggantikan kekurangan besi yang
dilakukan parenteral karena ada indikasi perdarahan lambung
dengan perhitungan dosis :
DOSIS = (15-Hb sekarang) x BB x 3
c. pengobatan lain :
diet tinggi protein hewani dan pemberian vit. C 3 x 100 mg/hari
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Pemantauan respon terapi berupa :
a. baik
- retikulosit meningkat pada minggu pertama dan normal setelah
10-14 hari
- Hb meningkat 0,5 gr/dl/hari atau 2 gr/dl setelah 3-4 minggu,
normal setelah 4-10 hari.
b. buruk
- kemungkinan pasien tidak patuh
- dosis Fe kurang
- terjadi perdarahan yang banyak
- adanya penyakit lain
- diagnosis pada penyakit lain.
17. Bagaimana komplikasi ?
a. hypoxemia
b. myocard ischemia
c. penurunan tekanan intrakranial
d. atrophy papilla
e. chronic deficiency anemia
18. Bagaimana prognosis ?
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena
kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian
dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan menifestasi
klinis lannya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan
beberapa kemungkinan sebagai berikut:
Diagnosis salah
Dosis obat tidak adekuat
Preparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa
Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak
berlangsung menetap.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaiam
besi (seperti: infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal,
penyakit tiroid, penyakit karena defisiensi vitamin B12, asam folat)
Gangguan absorpsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang
berlebihan pada ulkus peptikum dapat menyebabkan pengikatan
terhadap besi.)
19. Bagaimaan preventif dan promotif ?
Pendidikan kesehatan, yaitu kesehatan lingkungan dan penyuluhan
gizi.
Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan
kronik paling sering di daerah tropik.
Suplementasi besi.
Fortifikasi bahan makanan dengan besi.
20. Bagaimna level of competency ?
Tingkat Kompetensi 4 :
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara
mandiri hingga tuntas.
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
21. Bagaimana pandangan islam mengenai kasus ?
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam
binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini [397] orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. [Q.S. Al-Ma’idah : 5]
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008
1
Skenario A Blok XIII
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
“Tn. A, ♂, 55 tahun, dengan keluhan mudah lelah yang disebabkan oleh Anemia
Defisiensi Besi karena penggunaan OAINS dalam waktu jangka panjang.”
Copyright © Tutorial 6 | FK UMP 2008