and nondippers pattern between patients...
TRANSCRIPT
ANALISA PERBEDAAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI DIPPERS DAN NONDIPPERS ANTARA PENDERITA STROK ISKEMIK PASCA AKUT DAN PENDERITA HIPERTENSI
TANPA STROK
DIFFERENCES ANALYSIS IN BLOOD PRESSURE OF HYPERTENSION WITH DIPPERS
AND NONDIPPERS PATTERN BETWEEN PATIENTS HYPERTENSION WITH POST
ACUTE ISCHEMIC STROKE AND WITHOUT STROKE
Mochammad Erwin Rachman1, Abdul Muis2, Cahyono Kaelan2
1) Residen Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2) Staf Pengajar Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Mochammad Erwin Rachman Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar HP: 081 355 097295 Email : [email protected].
ABSTRAK Pola tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan resiko menderita gangguan serebrovaskular maupun kardiovaskular, namun jenis pola tekanan darah dippers dan nondippers pada penderita hipertensi masih belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan menganalisa perbedaan tekanan darah hipertensi dippers dan nondippers antara penderita strok iskemik pasca akut dan tanpa strok dengan hipertensi. Metode yang digunakan adalah cross sectional study dengan 60 sampel (30 penderita hipertensi disertai strok iskemik dan 30 penderita hipertensi sebagai kontrol) dari Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan jejaringnya mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2013. Hasil penelitian menunjukkan uji chi-square didapatkan perbedaan yang bermakna antara pola tekanan darah hipertensi dipper dan nondippers dengan kejadian strok iskemik (p < 0,05) dengan OR = 4.5, pola tekanan darah hipertensi nondippers pada kelompok penderita lebih besar 27 (90.0%) dibandingkan kelompok kontrol yaitu 20 (66.0%), dengan kejadian pola nondippers secara bermakna lebih besar pada kelompok perempuan 29 (96,7%) dan pengguna OAH golongan ACEI jenis captopril 18 (94.7%) . Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pola tekanan darah hipertensi dippers dan nondippers terhadap kejadian strok iskemik, dengan pola nondippers memperbesar resiko strok iskemik. Kata kunci : Dippers, Nondippers, Hipertensi, Strok Iskemik.
ABSTRACT Blood pressure patterns in patients with hypertension is one of the factors that increase the risk of suffering from cardiovascular and cerebrovascular disorders, but the types of patterns nondippers and dippers blood pressure in patients with hypertension is not widely studied. This study aims to analyze differences in blood pressure among hypertensive dippers and nondippers post-acute ischemic stroke patients with and without stroke with hypertension. The method used was a cross sectional study with 60 samples (30 hypertensive patients with ischemic stroke and 30 patients with hypertension as a control) of the Hospital Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar and network from June to August 2013. The results showed that the pattern of blood pressure in hypertensive nondippers has larger group of 27 patients (90.0%) compared to the control group of 20 men (66.0%), chi-square test found a significant difference between the patterns of blood pressure in hypertensive dippers and nondippers stroke incidence ischemic (p <0.05), and the pattern of risk nondippers experiencing ischemic stroke 4.5 times compared with dippers. It can be concluded that the pattern of blood pressure increase the risk of hypertension nondippers ischemic stroke. Keywords: Dippers, Nondippers, Hypertension, Ischemic Stroke.
PENDAHULUAN
Meningkatnya usia harapan hidup yang didorong oleh keberhasilan pembangunan nasional
dan berkembangnya modernisasi serta globalisasi di Indonesia akan cenderung meningkatkan risiko
terjadinya penyakit vaskular (penyakit jantung koroner, strok dan penyakit arteri perifer).Misbach(2011)
Strok merupakan salah satu penyebab utama dalam hal kematian, kecacatan maupun beban
ekonomi di masyarakat.Aliah (2005) Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus
strok baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur
adalah : sebesar 15.9% (umur 45-55 tahun) dan 26.8% (umur 55-64 tahun) dan 23.5% (umur>65
tahun). Riskesda Depkes(2008) Insiden strok sebesar 51.6/100.000 penduduk, dan kecacatan; 1.6% tidak
berubah, 4.3% semakin memberat.Guiedline Strok 2011 Penderita laki-laki lebih banyak daripada
perempuan, dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11.8%, usia 45-64 tahun 54.2%, dan usia
diatas 65 tahun sebesar 33,5%.Misbach J (2000) Dari data di bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUP
dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 1990-1991 ditemukan penderita strok sekitar 39.4%
dengan angka kematian 43%. Sekitar 75% strok terjadi pada usia lanjut ( 65 tahun atau lebih).Goysal
Y. Aliah A (1999)
Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,
ginjal, aorta, pembuluh darah perifer, dan retina. Beberapa penelitian secara cross sectional
membuktikan bahwa kerusakan organ target lebih erat hubungannya dengan hasil pengukuran
tekanan darah selama 24 jam atau Ambulatory Blood Preasure (AMBP) daripada tekanan darah
sesaat di klinik.Gumelar G (2009)
Hipertensi tetap menjadi faktor risiko yang dominan dan indikator prognosis pada pasien
dengan strok.Risiko strok secara langsung berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Sejumlah
studi klinis telah menunjukkan bahwa kontrol hipertensi menyebabkan penurunan kejadian strokdi
masyarakat. Pengendalian hipertensi sangat penting untuk pencegahan stroke pada semua
kelompok umur. Sebuah laporan menyebutkan peningkatan angka perdarahan intraserebral di India
mungkin karena hipertensi tidak terdeteksi dan tidak terkendali. Jain S et al(2004)
Epidemiologi strok akutdi negara berkembang berbeda dengan di negara maju, misalnya,
usiapada strok, faktor risiko, subtipe strok dan prognosis. Hipertensi tetap merupakan faktor risiko
yang dominan dan indikator prognosis pada pasien dengan strok di semua masyarakat. Risiko strok
secara langsung berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Sejumlah studi klinis telah
menunjukkan bahwa kontrol hipertensi menyebabkan penurunan jumlah kejadian strok
di masyarakat. Namun masih ada kontroversi seputar perubahan tekanan darah pada berbagai
subtipe strok dan masalah manajemen BP meningkat setelah strok.Jain S et al(2004)
Pada orang normal, tekanan darah mengikuti pola sirkardian,yaitu tekanan darah mengalami
penurunan pada malam hari dan mengalami kenaikan pada pagi hari.Demikian pula pada sebagian
besar penderita hipertensi, juga mengikuti pola sirkadian orang normal (dippers).Tetapi, pada
penderita hipertensi nondippers tidak terjadi penurunan tekanan darah malam hari.Kejadian
penyakit kardiovaskular maupun strok lebih sering timbul pada penderita hipertensi nondippers
daripada penderita hipertensi dippers.Kerusakan organ target yang lebih berat erat hubungannya
dengan pasien dengan tekanan darah tetap tinggi pada malam hari (nondippers) daripada pasien
yang tekanan darahnya menurun secara normal pada malam hari (dippers). Gumelar G (2009)Sebagai
contoh, hasil penelitian dari Verdecchia dan kawan-kawan secara kohort prospektif terhadap1100
penderita hipertensi, dilaporkan angka kematian rata-rata pada nondippers dan reverse dippers lebih
tinggi daripada dippers. Hasil penelitian Yamamoto membuktikan bahwa tekanan darah yang tinggi
pada pengukuran secara ambulatory (AMBP), khususnya tekanan darah yang tinggi pada malam
hari dan penurunan tekanan darah yang kurang pada malam hari, akan menyebabkan efek yang
merugikan (bertambah luasnya lesi) pada lesi iskemik yang tenang (silent ischemic lesions) dan
strok simptomatis pada pasien dengan infark lakuner. Gumelar G (2009)
Tekanan darah berfluktuasi pada siang hari. Data yang berhubungan dengan hal ini sangat
meningkat dalam beberapa tahun terakhir sejak monitor tekanan darah ambulatori digunakan. Suatu
pola yang konsisten telah dikonfirmasi pada banyak orang yang normotensi dan hipertensi yaitu
:Level tekanan darah tertinggi terjadi setelah jam 10.00 pagi dengan puncak sekitar tengah hari,
namun sering menetap sampai jam 06.00 sore.Terjadi peningkatan tekanan darah dari saat atau
sebelum bangun (sekitar jam 06.00 pagi), dengan tekanan darah naik hingga 20/15 mmHg pada
kebanyakan orang.Terjadi penurunan tekanan darah antara 10-20% pada akhir malam dan saat
pergi tidur, dengan titik nadir sekitar jam 03.00 dini hari.Schacter M (2010)Rachman ME et al (2011),
mendapatkan gambaran bahwa rasio pola tekanan darah hipertensi nondippers (86.7%) lebih besar
dibanding dippers (13.3%) pada pasien strok fase akut, serta bentuk pola tekanan darah hipertensi
nondippers utamanya terjadi sekitar pukul 10.30 malam.
Secara jelas, masalah tekanan darah sehubungan dengan strok tidak adanya bukti perbandingan
irama sirkardian tekanan darah pada penderita dippers dan nondippers. Demikian pula beberapa
bukti perbandingan angka kejadian strok dan penyakit kardiovaskular pada golongan nondippers
yang lebih tinggi daripada dippers. Sepanjang pengetahuan penulis, hal ini masih jarang diteliti di
Indonesia, dan khususnya di Makassar, Sulawesi Selatan, penelitian terhadap topik tersebut belum
pernah dilakukan.
Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut penulis ingin meneliti sejauh mana besarnya
rasio perbedaan tekanan darah hipertensi nondippers dan dippers pada penderita strok iskemik
dalam pasca akut dengan penderita hipertensi tanpa strok.
METODE PENELITIAN
Desain dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, pada pasien strok iskemik dalam fase
pasca akut dan penderita hipertensi tanpa menderita strok di unit rawat jalan dan rawat inap RS
dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan jejaringnya yang dilaksanakan mulai Juni sampai Agustus
2013.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua penderita strok iskemik dalam fase pasca akut dan penderita
hipertensi tanpa menderita strok yang berkunjung ke unit rawat jalan dan rawat inap RS dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar dan jejaringnya. Sampel penelitian adalah penderita dari populasi penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi, sampel diperoleh berdasarkan consecutive sampling. Kriteria inklusi
semua penderita strok iskemik dengan riwayat hipertensi yang dibuktikan dengan pemeriksaan
klinis dan CT scan dalam masa pasca akut sebagai kelompok penderita dan penderita hipertensi tanpa
serangan strok sebagai kelompok kontrol. Kriteria eksklusi bila pasien gaduh gelisah, aktif merokok,
minum kopi, penderita strok fase akut, tidak mempunyai riwayat hipertensi. Subyek yang memenuhi
kreteria inklusi dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah pada pukul 10.30 Wita dan 22.30 Wita
untuk menentukan pola tekanan darah dippers atau nondippers.
Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya dioleh menggunakan komputer dengan analisis univariat
digunakan untuk deskriptif karakteristik data dasar berupa distribusi frekuensi. Analisis bivariat
menggunakan uji chi square untuk sejauh mana besarnya rasio perbedaan tekanan darah hipertensi
nondippers dan dippers pada penderita strok iskemik dalam pasca akut dengan penderita hipertensi
tanpa strok, menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
HASIL PENELITIAN
Data dari subyek yang berhasil dikumpulkan selama penelitian ini adalah 30 orang yang
menderita hipertensi disertai strok iskemik pasca akut sebagai kelompok penderita dan 30 orang
penderita hipertensi tanpa strok sebagai kelompok kontrol.
Tabel 1, memperlihatkan distribusi karakteristik subyek penelitian penderita strok iskemik
pasca akut (penderita) dengan kelompok penderita hipertensi tanpa strok iskemik (kontrol) penelitian
yang dikaitkan pada pola tekanan darah diurnal berupa dippers dan nondippers. Pada kelompok
penderita nampak rerata usia 60.4 tahun (SD=10.70) dengan rentang usia 45-83 tahun dan rerata usia
kontrol 58.07 tahun (SD=10.94) dengan rentang usia 31-85 tahun, nilai rerata GCS pada penderita
14.87 (SD=0.34) dengan rentang 14-15 dan rerata GCS kontrol 15 (SD=0.0) dengan rentang 15-15,
rerata onset penderita 14.70 hari (SD=9.87) dengan rentang 8-45 hari, dan rerata onset kontrol 6.53
tahun (SD=3.14) dengan rentang 1-12 tahun. Untuk rerata MAP pukul 10.30 wita 115.93 mmHg
((SD=15.29) penderita dengan rentang 90-150 mmHg, dan kontrol reratanya 124.44 mmHg
(SD=13.76) dengan rentang 93.33-124.44 mmHg, serta rerata MAP penderita pukul 22.30 wita yaitu
114.90 mmHg (SD=14.07) dengan rentang 90.67-149.33 mmHg, dan kontrol 118.11 mmHg
(SD=14.18) dengan rentang 86.67-146.67 mmHg.
Tabel 2, nampak penderita laki-laki dan perempuan mempunyai jumlahnya sama baik pada
kelompok hipertensi dengan strok iskemik (penderita) maupun kelompok hipertensi tanpa strok
iskemik (kontrol). Sedangkan usia pada kelompok penderita lebih banyak di usia >55 th yaitu 18 orang
(60,0%) dan kelompok kontrol lebih besar pada usia ≤55 tahun sebanyak 16 orang (53.3%). Bentuk
pola nondippers pada kelompok penderita sebanyak 27 orang (90.0%)lebih besar dibandingkan dengan
kelompok kontrol sebanyak 20 orang (66.7%).
Tabel 3, didapatkan hasil bahwa pada jumlah penderita laki-laki dan perempuan baik pada
kelompok hipertensi dengan strok iskemik (penderita)dan kelompok hipertensi tanpa strok iskemik
(kontrol) adalah sama, dengan tidak ditemukan hubungan perbedaan yang bermakna (uji Chi-Square,
p>0.05).
Tabel 4, menunjukkan bahwa pada sampel penelitian terdapat pola tekanan darah hipertensi
nondippers lebih besar terjadi dibandingkan dippers, dengan jumlah kelompok perempuan lebih banyak
mengalami pola tekanan darah hipertensi nondippers sebesar 29 orang (96.7%) dibandingkan kelompok
laki-laki yaitu 18 orang (60.0%), dengan hubungan perbedaan yang bermakna (uji Chi Square, p<0.05),
serta kelompok perempuan mempunyai resiko sebesar 19.33 kali (OR=19.33) mengalami pola hipertensi
nondippers dibandingkan kelompok laki-laki.
Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah yang mengalami pola tekanan darah hipertensi nondippers
pada kelompok penderita lebih besar 27 orang (90.0%) dibandingkan kelompok kontrol yaitu 20 orang
(66.0%), dengan hubungan perbedaan yangbermakna (uji Chi Square, p<0.05), serta kelompok pola
tekanan darah hipertensi nondippers hipertensi disertai strok iskemik mempunyai resiko sebesar 4.50 kali
(OR=4.50) mengalami strok iskemik dibandingkan pola dippers.
Tabel 6, menunjukkan bahwa pasien hipertensi tanpa disertai strok iskemik pada sampel kontrol
mengalami bentuk pola tekanan darah hipertensi nondippers paling besar yaitu 18 orang (94.7%) yang
menggunakan obat anti hipertensi golongan ACEI jenis Captopril dibandingkan dengan yang
menggunakan OAH lain, dengan hubungan perbedaan yang signifikan (uji Chi Square, p<0.05), serta
kelompok pengguna obat anti hipertensi golongan ACEI jenis Captopril mempunyai resiko sebesar 2.60
kali (OR=2.60) mengalami pola nondippers dibandingkan kelompok pengguna OAH lain.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan wawasan sekalipun jawaban mengenai
pemikiran tentang peranan pola tekanan darah diurnal pada penderita hipertensi berupa pola
nondippers sebagai salah satu faktor resiko pemicu terjadinya strok khususnya strok iskemik. Telah
diketahui bahwa strok merupakan salah satu penyebab utama dalam hal kematian, kecacatan maupun
beban ekonomi di masyarakat. Hipertensi tetap merupakan faktor risiko yang dominan dan indikator
prognosis pada pasien dengan strok di semua masyarakat.
Risiko strok secara langsung berkaitan dengan peningkatan tekanan darah.Terdapat bebrapa
penelitian mengenai fenomena mengenai pola tekanan darah pada penderita hipertensi untuk beresiko
mengalami gangguan kardiovaskular maupun serebrovaskular,yang dikenal dengan pola nondippers.
Dimana pola tekanan darah nondippers menggambarkan selisih tekanan rerata aliran darah arteri
(MAP) malam hari dengan pagi hari yang tetap tinggi dengan selisih <10%.
Penelitian cross sectional ini melibatkan 60 responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan
membagi kelompok penderita hipertensi dengan strok iskemik pasca akut sebagai kelompok kasus
(penderita) sebanyak 30 responden dan 30 penderita hipertensi lama tanpa menderita strok iskemik
sebagai kontrol. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada responden dengan menggunakan
sphygmanometer air raksa pada pukul 10.30 pagidan 22.30 malam Wita pada hari yang sama,
mengingat hasil penelitian Rachman ME et al (2011) mendapatkan bentuk pola tekanan darah
nondippers utamanya terjadi sekitar pukul 10.30 malam.
Pada penelitian ini karakteristik responden kelompok penderita hipertensi disertai strok iskemik
memiliki rerata usia (60.4±10.70 tahun) lebih tua dibandingkan rerata usia penderita hipertensi tanpa
strok (58.07±10.94tahun). Adapun rerata onset penderita hipertensi strok iskemik adalah(14.70 ±9.87
hari) yang menunjukkan bahwa responden tidak dalam fase akut strok iskemik dan untuk menghindari
proses-proses yang terjadi dalam fase akut strok iskemik dalam pengukuan tekanan darah agar dapat
diperoleh nilai sebenarnya terjadi pada kelompok strok iskemik. Adapun rerata onset responden
penderita hipertensi tanpa strok sebagai kontrol adalah ( 6.53 ±3.14 tahun) yang menggambarkan jika
kelompok kontrol telah menderita hipertensi yang lama.
Tabel 1, rerata usia responden penderita (hipertensi disertai strok iskemik) adalah 60.4±10.70
tahun, dan rerata usia kontrol (hipertensi tanpa strok iskemik) 58.07±10.94 tahun. Pada tabel 2, tidak
didapatkan hubungan perbedaan yang bermakna (uji Chi-Square, p>0.05) pada kelompok usia
kelompok penderita dan kontrol. Namun pada kelompok penderita lebih banyak terjadi pada usia
>55 tahun sebanyak (60.0%) dan kelompok kontrol lebih banyak pada usia ≤55 tahun sebanyak
(53.3%). Hal ini sesuai dengan penelitian Rachman ME et al (2011) bahwa penderita strok lebih
banyak terjadi di usia >55 tahun dan hasil survei yang dilakukan oleh University Hospital Newark-
New Jersey tahun 2013 bahwa resiko strok meningkat dengan pertambahan usia yakni usia >55 tahun.
Hal ini yang berkaitan dengan resiko penderita hipertensi yang lama untuk menderita strok iskemik.
Tabel 3, nampak jumlah penderita laki-laki dan perempuan adalah sama untuk mengalami
hipertensi disertai strok iskemik,dan tidak didapatkan adanya hubungan perbedaan yang bermakna (uji
Chi-Square, p>0.05). Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian oleh Sullivan et al (2012) bahwa
penderita strok iskemik lebih besar terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, karena pada
perempuan memiliki prevalensi tinggi diabetes mellitus (DM), penyakit jantung, dan fibrilasi atrium
(Yao XY et al,2012). Serta penelitian yang dilakukan oleh Vasan RS (2001), bahwa penderita
hipertensi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Peranan jenis kelamin berkaitan dengan kemungkinan mengalami pola tekanan darah hipertensi
nondippers yaitu tampak pada data di tabel 4, menunjukkan bahwa pada sampel penelitian ini terdapat
hubungan perbedaan yang bermakna antara pengaruh jenis kelamin dengan pola tekanan darah hipertensi
nondippers (uji Chi-Square, p<0.05), dengan kelompok perempuan mempunyai resiko sebesar 19.33 kali
(OR=19.33) mengalami pola hipertensi nondippers dibandingkan kelompok laki-laki. Hal didukung oleh
penelitian oleh Routlegde F (2007)yang menghubungkan adanya kecenderungan pada perempuan yang
telah menoupause dengan hipertensi akan mengalami perubahan pola tekanan darah menjadi nondippers,
yang berkaitan dengan perubahan kadar hormon estrogen, sehingga diperlukan hormone replacement
therapy, walaupun pendapat beberapa penelitian tidak semua mendukung.
Perbandingan mengenai responden yang mengalami pola tekanan darah hipertensi nondippers
nampak pada tabel.2 dan tabel 5, terdapat hubungan perbedaan yang bermakna (uji Fisher’s, p<0.05),
dengan penderita hipertensi nondippers lebih banyak mengalami hipertensi disertai strok iskemik
sebanyak (90.0%) lebih besar dibandingkan kelompok hipertensi tanpa strok iskemik hanya (66.7%).
Hasil tersebut berkaitan dengan hasil penelitian yang dilkukakan oleh Sierra AD et al (2010)
menyimpulkan bahwa pola tekanan darah nondippers umumnya terjadi pada penderita hipertensi,
dimana resiko untuk mengalami gangguan kardiovaskular menjadi tinggi. Serupa kesimpulan
penelitian Fagard RH (2009) bahwa resiko penderita hipertensi mengalami komplikasi kardiovaskular
termasuk strok lebih besar pada pola nondippers daripada pola dippers. Serta Kejadian penyakit
kardiovaskular maupun strok lebih sering timbul pada penderita hipertensi nondippers daripada
penderita hipertensi dippers.
Kerusakan organ target yang lebih berat erat hubungannya dengan pasien dengan tekanan darah
tetap tinggi pada malam hari (nondippers) daripada pasien yang tekanan darahnya menurun secara
normal pada malam hari (dippers). (Gumelar G, 2009). Sebagai contoh, hasil penelitian dari
Verdecchia dan kawan-kawan secara kohort prospektif terhadap 1100 penderita hipertensi, dilaporkan
angka kematian rata-rata pada nondippers dan reverse dippers lebih tinggi daripada dippers.
Hasil penelitian Yamamoto membuktikan bahwa tekanan darah yang tinggi pada pengukuran
secara ambulatory (AMBP), khususnya tekanan darah yang tinggi pada malam hari dan penurunan
tekanan darah yang kurang pada malam hari, akan menyebabkan efek yang merugikan (bertambah
luasnya lesi) pada lesi iskemik yang tenang (silent ischemic lesions) dan strok simptomatis pada pasien
dengan infark lakuner. Serta hasil penelitian Jain et al (2004 ) menyimpulkan jika pola tekanan darah
nondippers akan memperbesar kerusakan target organ daripada pola dippers.
Dengan demikian banyak penelitian yang mendapatkan hasil bahwa pola tekanan nondippers
merupakan salah satu faktor resiko untuk menderita gangguan kardiovaskuler maupun serebrovaskuler
utamanya strok iskemik.
Satu hal yang menarik sebagai tambahan hasil dalam penelitian ini , yaitu peranan obat anti
hipertensi golongan ACEI jenis Captopril untuk mengalami pola tekanan darah hipertensi nondippers
pada penderita hipertensi tanpa strok iskemik, bahwa terdapat hubungan perbedaan yang bermakna
(nilai p, Fisher testp<0.05). Pasien hipertensi tanpa disertai strok iskemik pada sampel kontrol
mengalami pola tekanan darah hipertensi nondippers paling besar (82.1%) yang menggunakan obat
anti hipertensi golongan ACEI jenis Captopril dibandingkan dengan yang menggunakan OAH lain. Hal
ini jika dilihat dari hasil penelitian (Markum HS, 2009), yaitu pada golongan Angiotensin-2 Reseptor
Blocker (AIIRB) seperti Telmisartan dan Valsartan yang mempunyai afinitas kuat terhadap AT-1
receptor dapat bekerja cukup lama sehingga dianggap mempunyai sifat chronotherapeutic yang baik
dibandingkan golongan ACEI yaitu Captopril yang sebagian besar dikonsumsi oleh responden
hipertensi tanpa strok merupakan obat golongan ACEI yang mempunyai masa kerja singkat dan sifat
chronotherapeutic yang buruk, serta nilai Through at Peak Ratio(TPR) <50 %. Pengecualian pada
penelitian Yamamoto Y et al (2005) bahwa golongan ACEI jenis Perindopril efektif menurunkan pola
nondippers karena memiliki efek kerja yang panjang dan TPR >50%. Jadi hal ini terjadi karena
golongan ACEI jenis Captopril tidak memiliki efek obat yang panjang sehingga resiko mengalami
pola tekanan darah nondippers akan terjadi, walaupun dengan menaikkan dosis obat antihipertensi
yang bekerja pendek untuk mencapai TPR>50% adalah sulit dilaksanakan karena pemberian obat harus
sering, dosis obat terlalu tinggi setiap pemberiannya, dan terjadinya fluktuasi tekanan darah,
kemungkinan terjadi hipotensi yang berlebihan pada malam hari.
Untuk itu perlunya pada pemilihan obat anti hipertensi sebaiknya harus berdasarkan variasi
harian tekanan darah (chronobiology-chronotherapeutic) dan efek kerja obat yang lama (nilai TPR
>50 %), sehingga resiko mengalami pola tekanan darah nondippers menjadi rendah. (Markum
HM,2009).
SIMPULAN DAN SARAN
Terdapat perbedaan yang bermakna antara pola tekanan darah hipertensi dippers dan
nondippers dengan kejadian strok iskemik, dimana resiko mengalami strok iskemik 4.5 kali pada pola
nondippers. Kejadian pola tekanan darah hipertensi nondippers berhubungan dengan jenis kelamin
perempuan dan penggunaan OAH golongan ACEI jenis Captopril. Kelanjutan penelitian ini sebaiknya
menggunakan Ambulatory Blood Pressure (AMBP) dalam memantau perubahan pola tekanan darah
selama 24 jam agar hasil dapat lebih akurat. Pada setiap penderita hipertensi dalam pemilihan obat
hipertensi sebaiknya memperhatikan variasi harian tekanan darah (chronobiology-chronotherapeutic)
dan efek kerja obat yang lama (nilai TPR >50 %), sehingga resiko mengalami pola tekanan darah
nondippers menjadi rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah A., (2005). Analisis Dinamika Kadar Interleukin-10 dan Tumor Necrosis Faktor-Alpha Serum
dan Likuor Serebrospinal terhadap Derajat Klinis pada Penderita Strok Iskemik Akut.Dalam :
Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hermida RC et., al.(2000). Blood Pressure Pattern in Normal Pregnancy, Gestational Hypertension,
and Preeclampsia. Hypertension.;36:149-158.
Irfan Idris; Ilhamjaya, A Wardihan S, dan Irawan Yusuf. (2008). Polimorfisme Gen Endotelin-1, Gen
Angiotensin Converting Enzim Dan Hiperaktifitas Simpatis Pada Kelompok Resiko Kehamilan
Dengan Hipertensi (KDH) , Disertasi Pascasarjana Bomedik FK-UNHAS, Makassar.
Jain S et.al,.(2004). Loss of circadian rhythm of blood pressure following acute stroke. India.
Department of Neurology, Postgraduate Institute of Medical Education and Research,
Chandigarh, India.
JNC 7 Express.(2003). The Seventh Report of the Joint National Committee onPrevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.National High Blood Pressure Education
Program.NIH Publication.
Yamamoto Y et al., (2005). Effect of the Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor Perindopril on 24-
Hour Blood Pressure in Patients with Lacunar Infarction: Comparison between Dippers and
Non-Dippers. Department of Neurology, Kyoto Second Red Cross Hospital, Kyoto, Japan.
Routledge F, Durdle JM. (2007). Nondipping Blood Pressure Patterns Among Individuals with
Essential Hypertension : A Review of The Literature. European Journal of Cardiovascular
Nursing 6. Canada. Pages:9-26.
Riskesdas Depkes., (2008). Proporsi Penyebab Kematian Pada Kelompok Umur 55-64 Tahun
Menurut Tipe Daerah.
Rachman ME; Muis A, Bintang AK. (2011). Gambaran Pola Tekanan Darah Hipertensi Dippers
Dan Nondippers Pada Penderita Strok Akut.
Sierra AD et al., (2009). Prevalence and Factors Associated with Circardian Blood Pressure Pattern in
Hypertensive Patients.Hypertension.
Misbach J., (2001). The Progress of Primary And Secondary Strok Prevention, Symp Up Date on
Strok Management. Jakarta.
Misbach J., (2007). Pandangan Umum Mengenai Strok. Manajemen Strok Secara Komprehensif. Balai
Penerbit. Jakarta.Hal :1-12.
Markum HM., (2009). Pengaruh Pola Tekanan Darah 24 Jam Terhadap Morbiditas dan Mortalitas
Kardiovaskuler.www.Jantunghipertensi .com.
Martini FH et al., (2001). Red Blood Cells in Fundamentals of Anatomy & Physiology 5th ed. Prentice
Hall. Upper Saddle River; Pages: 628-637.
Schachter M., (2010). Diurnal Rhythms, The Renin-Angiotensin System : Circadian Changes in Blood
Pressure and Heart Rate. Medscape.
Sherwood L., (2004). Erythrocytes In Human Physiology From Cells to Systems Thomson Books /Cole.
Australia.Pages :293-396.
Sullivan et al.,(2012). Relation Of Gender-Specific Risk Of Ischemic Stroke In Patients With Atrial
Fibrillation To Differences In Warfarin Anticoagulation Control (from AFFIRM). Am J
Cardiol. USA.
Widjaja D., (2000). Perkembangan Penyelidikan Mutakhir Faktor Resiko Strok .Dalam : Neurona, Vol.
17, No.2.
Vasan RS., (2001). Assessment of frequency of progression to hypertension in
nonhypertensiveparticipants in the Framingham Heart Study: cohort study. Lancet.
LAMPIRAN TABEL PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
Variabel HT dengan SI (n = 30)
HT Tanpa SI (n = 30)
1. Usia (thn) - Mean - SD - Rentang
2. GCS - Mean - SD - Rentang
3. Onset (hari) - Mean - SD - Rentang
4. MAP pkl.10.30 (mmHg) - Mean - SD - Rentang
5. MAP pkl.22.30 (mmHg) - Mean - SD - Rentang
60.40 10.70
(45-83)
14.87 0.34
(14-15)
14.70 9.87 8-45
115.93 15.29
(90.00-150.00)
114.90 14.07
(90.67-149.33)
58.07 10.94
(31-85)
15.00 0.00
(15-15)
6.53* 3.14* 1*-12*
124.44 13.76
(93.33-124.44)
118.11 14.18
(86.67-146.67)
Ket: GCS = Glasgow Coma Scale, MAP = Mean Arterial Pressure. *=tahun Data Primer
Tabel 2. Karakteristik Kelompok Penelitian
Variabel HT dengan SI
(n = 30) HT tanpa SI
(n = 30) n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 50.0 15 50.0 Perempuan 15 50.0 15 50.0
Usia ≤ 55 thn 12 40.0 16 53.3
>55thn 18 60.0 14 46.7 Pola Tekanan Darah
Dippers 3 10.0 10 33.3 Nondippers 27 90.0 20 66.7
Data Primer Tabel 3. Analisa perbandingan hubungan jenis kelamin dengan penderita strok iskemik pasca akut dan tanpa strok iskemik dengan hipertensi.
Jenis Kelamin
Hipertensi p OR
CI SI Tanpa SI
Laki-laki Perempuan
15 (50.0%) 15 (50.0%) 15 (50.0%) 15 (50.0%)
1.00 1.00
0.36-2.75
Nilai p, uji Chi-Square
Tabel 4. Analisa perbandingan jenis kelamin dengan pola tekanan darah hipertensi dippers dan nondippers pada penderitastrok iskemik pasca akut dan tanpa strok dengan hipertensi. Jenis Kelamin
Pola TD Hipertensi
p OR
CI Nondippers Dippers
Laki-laki Perempuan
18 (60.0%) 12 (40.0%) 29 (96.7%) 1 (3.3%)
0.001 19.33
2.31-161.56
Nilai p, uji Chi-Square
Tabel 5. Analisa perbandingan pola tekanan darah hipertensi dippers dan nondippers pada penderita strok iskemik pasca akut dan tanpa strok dengan hipertensi.
Kategori
Hipertensi p OR
CI SI Tanpa SI
Nondippers Dippers
27 (90.0%) 20 (66.7%) 3 (10.0%) 10 (33.3%)
0.02 4.50
1.09-18.50
Nilai p, uji Chi Square.