anchor assessment · memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun ... desain...
TRANSCRIPT
ii
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 ayat [1]).
2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).
iii
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 ayat [1]).
2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).
ANCHOR ASSESSMENT
Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam
Tim Penulis
iv
Katalog Dalam Terbitan (KDT) © Tim Penulis
Anchor Assessment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam/ Tim Penulis.; -- Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.
viii + 140 hlm. ; 16 x 24 cm. ISBN : 978-602-5610-22-6
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan I, Januari 2018 Pengantar :A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si Editor : Moh Khoerul Anwar, S.Pd.,M.Pd Reviewer : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si,
Nailul Falah, S.Ag., M.Si, Slamet, S.Ag., M.Si, Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I., Larinda Septiyani, S.Pd, Agus Syahputra, S.Kom.I, Saidah Ramadhan, S.Pd. I, Lestari, S.Sos.I.
Desain & Layout : Muhammad Agung Pratama dan Asmul Fauzi Tata Aksara : Salma Husniyati dan Afaaf Mauilaa Tim Penulis : Sifatul Aliyah, Muhammad Agung Pratama, Salma Husniyati, Suandara Pratiwi, Afaaf Mauilaa, Asmul Fauzi, Siti Rohmah Azzahroh, Dita Exnes Septiyana, Zeffa Yurihana, Anom Sarianingsih, Zayinhida Rahman, Gina Amaliah Shalehah, Nur Ati Qotullutfyah, Farikhah Yuniarti, Amin Aulawi Zuhri, Nisma Luthfi Laila, Aghisti Hidayati, Luthfia Faridatun Nisa, Tika Wahyu Saputri,Sundari, Mar’ul Khoiriyah, Yulia Putri Intan Sari, Mekha Eka Sari, Nadya Rizqi Mufidah, Eva Rahmanitami, Rio Anggi Fernando, Barokat Mamah. Diterbitkan oleh: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI) Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30 Banguntapan Bantul DI Yogyakarta Email/FB : [email protected] website: www.cetakbuku.biz/www.samudrabiru.co.id Phone: 0813-2752-4748/0811-264-4745
v
Katalog Dalam Terbitan (KDT) © Tim Penulis
Anchor Assessment: Assesmen Praktis dalam Bimbingan dan Konseling Islam/ Tim Penulis.; -- Yogyakarta: Samudra Biru, 2018.
viii + 140 hlm. ; 16 x 24 cm. ISBN : 978-602-5610-22-6
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan I, Januari 2018 Pengantar :A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si Editor : Moh Khoerul Anwar, S.Pd.,M.Pd Reviewer : A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si,
Nailul Falah, S.Ag., M.Si, Slamet, S.Ag., M.Si, Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I., Larinda Septiyani, S.Pd, Agus Syahputra, S.Kom.I, Saidah Ramadhan, S.Pd. I, Lestari, S.Sos.I.
Desain & Layout : Muhammad Agung Pratama dan Asmul Fauzi Tata Aksara : Salma Husniyati dan Afaaf Mauilaa Tim Penulis : Sifatul Aliyah, Muhammad Agung Pratama, Salma Husniyati, Suandara Pratiwi, Afaaf Mauilaa, Asmul Fauzi, Siti Rohmah Azzahroh, Dita Exnes Septiyana, Zeffa Yurihana, Anom Sarianingsih, Zayinhida Rahman, Gina Amaliah Shalehah, Nur Ati Qotullutfyah, Farikhah Yuniarti, Amin Aulawi Zuhri, Nisma Luthfi Laila, Aghisti Hidayati, Luthfia Faridatun Nisa, Tika Wahyu Saputri,Sundari, Mar’ul Khoiriyah, Yulia Putri Intan Sari, Mekha Eka Sari, Nadya Rizqi Mufidah, Eva Rahmanitami, Rio Anggi Fernando, Barokat Mamah. Diterbitkan oleh: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI) Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30 Banguntapan Bantul DI Yogyakarta Email/FB : [email protected] website: www.cetakbuku.biz/www.samudrabiru.co.id Phone: 0813-2752-4748/0811-264-4745
KATA PENGANTAR
Buku ini memberikan gambaran awal bagi siapapun yang bekerja
untuk membantu masalah orang lain, khususnya untuk bantuan masalah psikologis, baik level individual, kelompok maupun masyarakat. Karena melalui asesmen inilah kita akan memperoleh informasi yang relatif akurat terkait kondisi orang yang kita bantu. Asesmen secara umum merujuk kepada proses memperoleh informasi yang relevan untuk membantu individu dalam menghadapi kesulitan maupun dalam pengambilan keputusan hingga masalah-masalah psikologis. Karena pada awalnya asesmen ini memang berkembang dalam ranah ilmu psikologis. Yang kemudian berkembang ke ilmu-ilmu atau bidang-bidang lainnya. Jadi, penggunaannya luas dalam berbagai bidang, termasuk dalam pendidikan. Yang di dalamnya ada bimbingan dan konseling, bahkan dalam pendidikan menjadi bagian dari evaluasi dari pendidikan itu sendiri.
Apalagi kalau kita kembalikan pada tujuannya. Asesmen ini benar-benar aplikatif bagi kita walaupun hanya digunakan untuk membantu diri sendiri dalam merespon stimulus yang datang ke kita. Untuk tujuan yang lebih prinsip, tentunya semakin banyak. Dimana tujuan utamanya penggunaan asesmen ini tergantung pada karakteristik sasaran dan obyek yang dikaji. Karena bermacam-macam, ada assessment personality, authentic assessment, performance assessment, portofolio assessment, classroom assessment dan lain sebagainya.
Pertanyaannya sekarang adalah kenapa kita harus menggunakan asesmen. Karena dengan asesmen kita dengan mudah dapat menilai hasil belajar yang kompleks dari individu (wujud dari perilaku yang menjadi karakter dan kompetensi serta kapasitas-kapasitas yang manusia miliki itu semuanya adalah hasil belajar). Dan kita bisa menilai dan mengukurnya salah satunya bisa melalui asesmen. Contohnya: jika anda ingin mengukur kinerja siswa dalam membuat karangan maka banyak aspek yang dapat diukur dari tugas karangan tersebut.
Salah satu jenis assesmen pendidikan dalam implementasi layanan Bimbingan dan Konseling Islam adalah teknik non tes untuk memahami konseli. Dalam buku ini dijelaskan beberapa variabel-variabel psikologis manusia yang kemudian dibuat instrumennya untuk mengukur variabel-variabel psikologis tersebut. Instrumennya ini berupa skala sikap, yang ditujukan untuk mengukur sikap individu. Misalkan religiusitas, kepatuhan, dan lain sebagainya.
Buku ini akan memberikan gambaran kepada kita bagaimana cara-cara menyusun, memvalidasi dan menyajikan skala sikap tersebut sebagai instrument yang bisa digunakan dalam asesmen. Walaupun jumlah sampel yang digunakan belum ideal baik dari jumlah, variasi maupun heterogenitas. Tetapi paling tidak dapat memberikan alternatif bagi kita untuk mempelajari proses pembuatannya. Karena pada fase penyusunan kata menjadi kalimat
vi
pernyataan yang memiliki nilai desirable yang tinggi tidaklah mudah, perlu kemampuan bahasa dan penilaian dari ahli sebagai masukan. Nah ini memiliki standar-standar yang juga dipaparkan pada tiap instrumen tersebut.
Buku ini merupakan karya mahasiswa yang sangat menarik untuk ditindaklanjuti. Karena proses standisasi instrumen itu tidaklah mudah. Membutuhkan cost yang besar agar bisa diaplikasikan pada berbagai sampel yang berbeda. Jadi, buku ini merupakan langkah awal menuju hal tersebut. Yang jelas, apresiatif bagi mahasiswa yang telah bekerja keras melakukan konstruksi instrument non tes ini menjadi alternatif rujukan bagi yang membutuhkan.
Yogyakarta, Januari 2018
A. Said Hasan Basri
vii
pernyataan yang memiliki nilai desirable yang tinggi tidaklah mudah, perlu kemampuan bahasa dan penilaian dari ahli sebagai masukan. Nah ini memiliki standar-standar yang juga dipaparkan pada tiap instrumen tersebut.
Buku ini merupakan karya mahasiswa yang sangat menarik untuk ditindaklanjuti. Karena proses standisasi instrumen itu tidaklah mudah. Membutuhkan cost yang besar agar bisa diaplikasikan pada berbagai sampel yang berbeda. Jadi, buku ini merupakan langkah awal menuju hal tersebut. Yang jelas, apresiatif bagi mahasiswa yang telah bekerja keras melakukan konstruksi instrument non tes ini menjadi alternatif rujukan bagi yang membutuhkan.
Yogyakarta, Januari 2018
A. Said Hasan Basri
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
ASESMEN PSIKOLOGIS DALAM BKI ............................................... 1
ASESMEN PRAKTIS DALAM BKI
A. ASESMEN TENTANG KEAGAMAAN ............................................ 9 1. Instrumen Skala Bimbingan Keagamaan
(Sifatul Aliyah).................................................................................. 9 2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan
(Zayinhida Rahman) ...................................................................... 16 3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa
(Farikhah Yuniarti) ........................................................................ 20 B. ASESMEN TENTANG BELAJAR ................................................... 27
1. Instrumen Skala Tingkat Stres Mahasiswa Akhir (Asmul Fauzi) ................................................................................. 27
2. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar (Siti Rohmah Azzahroh) ................................................................. 31
3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap Kecerdasan Emosi (Nisma Luthfi Laila) ....................................................................... 36
4. Instrumen Skala Kemampuan Mengukur Kecerdasan Emosional Santri Putri Pp Al-Luqmaniyyah Yogyakarta (Luthfia Faridatun Nisa) ................................................................ 41
5. Instrumen Skala Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa (Tika Wahyu Saputri) ................................................................... 455
6. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Mahasiswa (Mar’ul Khoiriyah) ......................................................................... 49
7. Instrumen Skala Bimbingan Konseling Islam Guna Meningkatkan Religiusitas Lansia (Yulia Putri Intan Sari) .................................................................. 53
8. Instrumen Skala Pencapaian Prestasi Belajar Mahasiswa Organisasi (Rio Anggi Fernando) .................................................................... 59
viii
C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL ..................................... 67 1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada
Ayah-Ibu Karir (Salma Husniyati) ........................................................................... 67
2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas (Suandara Pratiwi) ......................................................................... 72
3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru (Afaaf Mauilaa) .............................................................................. 77
4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial (Dita Exnes Septiyana) ................................................................... 81
5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa(Zeffa Yurihana) .......................................................... 86
6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal (Anom Sarianingsih) ...................................................................... 89
7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak (Gina Amaliah Shalehah) .............................................................. 94
8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa Baru(Amin Aulawi Zuhri) ............................................................. 99
9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal (Aghisti Hidayati).......................................................................... 107
10.Instrumen Skala Pengendalian Diri (Sundari) ....................................................................................... 110
11.Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial (Nadya Rizqi Mufidah) ................................................................. 115
12.Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa ( Eva Rahmanitami) ..................................................................... 119
13. InstrumenSkala Hubungan Sosial Remaja (Barokat Mamah) ......................................................................... 123
D. ASESMEN TENTANG KELUARGA ............................................ 127 1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia
0 – 12 Tahun (Muhammad Agung Pratama) ..................................................... 127
2. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan (Nur Atiqotul Lutfiyah) ................................................................ 132
3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Menikah Usia 5-25 Tahun (Mekha Eka Sari) ......................................................................... 135
1
C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL ..................................... 67 1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada
Ayah-Ibu Karir (Salma Husniyati) ........................................................................... 67
2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas (Suandara Pratiwi) ......................................................................... 72
3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru (Afaaf Mauilaa) .............................................................................. 77
4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial (Dita Exnes Septiyana) ................................................................... 81
5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa(Zeffa Yurihana) .......................................................... 86
6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal (Anom Sarianingsih) ...................................................................... 89
7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak (Gina Amaliah Shalehah) .............................................................. 94
8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa Baru(Amin Aulawi Zuhri) ............................................................. 99
9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal (Aghisti Hidayati).......................................................................... 107
10.Instrumen Skala Pengendalian Diri (Sundari) ....................................................................................... 110
11.Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial (Nadya Rizqi Mufidah) ................................................................. 115
12.Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa ( Eva Rahmanitami) ..................................................................... 119
13. InstrumenSkala Hubungan Sosial Remaja (Barokat Mamah) ......................................................................... 123
D. ASESMEN TENTANG KELUARGA ............................................ 127 1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia
0 – 12 Tahun (Muhammad Agung Pratama) ..................................................... 127
2. Instrumen Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan (Nur Atiqotul Lutfiyah) ................................................................ 132
3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Menikah Usia 5-25 Tahun (Mekha Eka Sari) ......................................................................... 135
ASSESMEN PSIKOLOGIS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
(Moh Khoerul Anwar)
Telaah sejumlah besar literatur yang diterbitkan selama 25 tahun terakhir pada Assesment umum (Burden, 1994; Moore, 2005; Norwich, 2000; Woods dan Farrell, 2006) dan fokus pada khususnya masalah [misalnya penilaian dinamis; Stringer dkk. (1997) dan Konsultasi; Watkins dan Wagner, (2000)]. Dengan demikian, pembahasan assesemen telah di diskusikan selama 25 tahun lalu dan dalam assesmen membahas tentang penilaian. Lebih lanjut mengenai assesmen akan di jelaskan. A. KONSEP DASAR ASSESMEN
1. Pengertian Assesmen Kumano (2001) menyatakan bahwa asesmen merupakan
proses pengumpulan data yang menunjukkan perkembangan pembelajaran. Sependapat dari hal tersebut, Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa assesmen adalah proses pengumpulan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, perencanaan karier, dan pengembangan rencana layanan untuk orang muda. Lebih lanjut Gabel (1993) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa assesmen lebih menekankan pada proses. Hal ini didukung oleh Rustaman (2003) bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian proses.
2. Ruang lingkup Assesmen Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam
asesmen (assesment need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu: a. Systems assessment, yaitu asesmen yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling; serta tujuan yang sudah dituliskan/ ditetapkan atau outcome yang diharapkan dalam konseling.
b. Program planning, yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian–bagian
2
program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama.
c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.
e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien.
Selanjutnya Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa terdapat empat domain tumpang tindih dalam penilaian yakni a. Penilaian pendidikan meliputi tes akademik yang mengukur
prestasi akademik atau kinerja, seperti matematika atau bahasa tes literasi bahasa Inggris, dan tes kemampuan kognitif yang mengukur keterampilan intelektual atau mendiagnosis masalah neuropsikologi seperti ketidakmampuan belajar.
b. Penilaian kejuruan mengukur minat karir, bakat pekerjaan dan keterampilan, dan kapasitas kerja; sertifikasi keterampilan-pekerjaan tertentu juga termasuk.
c. Penilaian psikologis mengukur neuropsikologi, keterampilan dan kemampuan perilaku, sosial, dan emosional; pemeriksaan kesehatan mental dan tes ketergantungan kimia juga termasuk dalam kategori ini.
d. Penilaian medis mengukur kemampuan fisik dan fungsional seperti melihat atau berbicara, dan juga mungkin termasuk pengujian obat.
Dari kedua hal di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara assesmen dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem assesmen, program perencanaan, program implementasi, program peningkatan dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen seperti penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian psikologis, dan penilaian medis.
3
program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien; untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama.
c. Program Implementation, yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program dengan memberikan informasi-informasi nyata; yang menjadikan program-program tersebut dapat dinilai apakah sesuai dengan pedoman.
d. Program Improvement, dimana asesmen dapat digunakan dalam dalam perbaikan program, yaitu yang berkenaan dengan: (a) evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata, (b) tujuan yang akan dicapai dalam program, (c) program-progam yang berhasil, dan (d) informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-program yang lain.
e. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien.
Selanjutnya Federation for Children with Special Need menjelaskan bahwa terdapat empat domain tumpang tindih dalam penilaian yakni a. Penilaian pendidikan meliputi tes akademik yang mengukur
prestasi akademik atau kinerja, seperti matematika atau bahasa tes literasi bahasa Inggris, dan tes kemampuan kognitif yang mengukur keterampilan intelektual atau mendiagnosis masalah neuropsikologi seperti ketidakmampuan belajar.
b. Penilaian kejuruan mengukur minat karir, bakat pekerjaan dan keterampilan, dan kapasitas kerja; sertifikasi keterampilan-pekerjaan tertentu juga termasuk.
c. Penilaian psikologis mengukur neuropsikologi, keterampilan dan kemampuan perilaku, sosial, dan emosional; pemeriksaan kesehatan mental dan tes ketergantungan kimia juga termasuk dalam kategori ini.
d. Penilaian medis mengukur kemampuan fisik dan fungsional seperti melihat atau berbicara, dan juga mungkin termasuk pengujian obat.
Dari kedua hal di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup assesmen di kategorikan menjadi dua yakni cara assesmen dan wilayah assesmen. Cara assesmen seperti sistem assesmen, program perencanaan, program implementasi, program peningkatan dan program sertifikasi. Sedangkan wilayah assesmen seperti penilaian pendidikan, penilaian kejuruan, penilaian psikologis, dan penilaian medis.
3. Tujuan dan Peran Assesmen Hood & Johnson (1993) menjelaskan bahwa asesmen dalam
bimbingan dan konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu: a. Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan
menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah.
b. Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara mendetil.
c. Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konseli.
d. Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif tersebut.
e. Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum
Rudner dan Scaper (2002) menjelaskan bahwa peran assesmen adalah penilaian secara inheren proses penghakiman profesional, penilaian berdasarkan prinsip terpisah tapi terkait pengukuran bukti dan evaluasi, penilaian pengambilan keputusan dipengaruhi ketegangan, penilaian mempengaruhi siswa dan motivasi belajar, penilaian meningkatkan instruksi dan penilaian tepat jika di gabungkan dengan teknologi. Lebih lanjut Departmen of Labor (1999) menegaskan bahwa salah fungsi menggunakan alat dan prosedur penilaian adalah untuk mengeksplorasi karir dan bimbingan; untuk membantu orang membuat pilihan pendidikan dan kejuruan;dan untuk memberikan informasi yang membantu individu memilih pekerjaan di mana mereka mungkin berhasil dan puas. Dengan demikian, assesmen memiliki peranan masing-masing tergantung dari sudut mana kami memandang assesmen tersebut. Lebih lanjut Lemke, Hoerandner dan Mcmahon (2006) menegaskan bahwa assesmen dilakukan oleh ahli pendidikan, guru, administrator, dan orang tua untuk memutuskan pada tingkat apa siswa akan diuji dan apakah siswa akan mengambil penilaian standar (SAT atau PSAT) atau penilaian dimodifikasi. Artinya, penggunaan assesment di lihat dari situasi dan kondisi yang akan di asses sehingga tool atau alat yang digunakan dalam assesmenpun dapat sesuai dengan kebutuhan yang di harapkan.
4. Proses Assesmen Selama proses penilaian, alternatif penilaian siswa
mengandalkan sampel pekerjaan siswa atau penilaian kinerja aktual yang dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir (Resnik dan Resnik, 1999; Supovity dan Brennan, 1997). Dari hal tersebut, dapat di artikan bahwa assesment melihat proses yang
4
dilakukan. Proses yang di jadikan penilaian seperti pekerjaan, perilaku, kinerja, kompetensi dan kemampuan diri. Beberapa hal tersebut yang akan dilihat selama proses assesmen di lapangan. Lebih lanjut Huysamen (2002) menjelaskan bahwa beberapa perkembangan utama, tercermin dalam revisi terbaru dari Standar pengujian pendidikan dan psikologis dari American Psychological Association. Fokusnya adalah pada pertimbangan psikometri yang memiliki bantalan pada pengujian lapangan kerja. Topik yang dibahas meliputi konseptualisasi dari konstruk validitas sebagai tujuan utama dalam validasi pengujian; pengenalan beberapa sumber (konstruk) bukti validitas; perumusan persyaratan seperti kebebasan dari bias prediktif, keadilan dan pertimbangan konsekuensi dari pengujian; pendekatan untuk mencegah subkelompok yang tidak perlu berarti perbedaan; dan penggunaan informasi yang tepat non-tes ketika norma-norma yang relevan kurang. Dari penjelasan tersebut, implikasi dari perkembangan psikometri adalah untuk pelatihan praktisi yang di tunjukan pada penilaian lokal.
Departemen Pendidikan U.S menjelaskan bahwa dalam assesmen terdapat beberapa pertimbangan. Hal ini digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa. Beberapa pertimbangan assesmen diantaranya adalah kapasitas (apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan assesmen saat ini dan sepanjang waktu), perkembangan antar waktu (bagaimana pendekatan yang digunakan untuk mengukur perkembangan siswa antar waktu) dan ketelitian (bagaimana bisa pendekatan tersbut dapat meningkatkan perkembangan siswa). Dari penjelasan tersebut bahwa assesment memiliki peranan penting dalam mengukus proses. Dalam hal ini, proses assesmen terdapat tiga pertimbangan yakni kapasitas, perkembangan antar waktu dan ketelitian. Lebih lanjut McAlpine (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah dalam assesmen yakni diantaranya adalah
Formative <---------------------------------> Summative Informal <---------------------------------> Formal Continuous <----------------------------------> Final Process <---------------------------------> Product Divergent <---------------------------------> Convergent
Beberapa istilah dalam assesmen tersebut memiliki kegunaan dan peran dari masing-masing sendiri. Oleh karenanya, istilah tersebut dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Setelah memehaman beberapa penjelasan assesmen, selanjutnya Federation for Children with Special Need macam-macam assesmen seperti penilaian formal dan penilaian informal.
5
dilakukan. Proses yang di jadikan penilaian seperti pekerjaan, perilaku, kinerja, kompetensi dan kemampuan diri. Beberapa hal tersebut yang akan dilihat selama proses assesmen di lapangan. Lebih lanjut Huysamen (2002) menjelaskan bahwa beberapa perkembangan utama, tercermin dalam revisi terbaru dari Standar pengujian pendidikan dan psikologis dari American Psychological Association. Fokusnya adalah pada pertimbangan psikometri yang memiliki bantalan pada pengujian lapangan kerja. Topik yang dibahas meliputi konseptualisasi dari konstruk validitas sebagai tujuan utama dalam validasi pengujian; pengenalan beberapa sumber (konstruk) bukti validitas; perumusan persyaratan seperti kebebasan dari bias prediktif, keadilan dan pertimbangan konsekuensi dari pengujian; pendekatan untuk mencegah subkelompok yang tidak perlu berarti perbedaan; dan penggunaan informasi yang tepat non-tes ketika norma-norma yang relevan kurang. Dari penjelasan tersebut, implikasi dari perkembangan psikometri adalah untuk pelatihan praktisi yang di tunjukan pada penilaian lokal.
Departemen Pendidikan U.S menjelaskan bahwa dalam assesmen terdapat beberapa pertimbangan. Hal ini digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa. Beberapa pertimbangan assesmen diantaranya adalah kapasitas (apa yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan assesmen saat ini dan sepanjang waktu), perkembangan antar waktu (bagaimana pendekatan yang digunakan untuk mengukur perkembangan siswa antar waktu) dan ketelitian (bagaimana bisa pendekatan tersbut dapat meningkatkan perkembangan siswa). Dari penjelasan tersebut bahwa assesment memiliki peranan penting dalam mengukus proses. Dalam hal ini, proses assesmen terdapat tiga pertimbangan yakni kapasitas, perkembangan antar waktu dan ketelitian. Lebih lanjut McAlpine (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah dalam assesmen yakni diantaranya adalah
Formative <---------------------------------> Summative Informal <---------------------------------> Formal Continuous <----------------------------------> Final Process <---------------------------------> Product Divergent <---------------------------------> Convergent
Beberapa istilah dalam assesmen tersebut memiliki kegunaan dan peran dari masing-masing sendiri. Oleh karenanya, istilah tersebut dapat di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Setelah memehaman beberapa penjelasan assesmen, selanjutnya Federation for Children with Special Need macam-macam assesmen seperti penilaian formal dan penilaian informal.
B. ASSESMENT FORMAL Penilaian formal terutama terdiri dari tes standar atau ulasan
kinerja yang telah divalidasi dan diuji menggunakan sampel dari kelompok tes dimaksudkan. Mereka memiliki administrasi tes dan penilaian prosedur tertentu, serta kredensial atau pelatihan persyaratan untuk administrator tes. Skor tes mungkin-kriteria berdasarkan (berdasarkan pengetahuan atau kemampuan dalam bidang akademis atau kejuruan tertentu) atau norma-direferensikan (berdasarkan perbandingan dengan sampel dari rekan-rekan tes-taker itu). Mereka biasanya dibeli dari penerbit atau perusahaan pengembangan tes. Hay Danica, G (2007) menjelaskan bahwa beberapa tipe assesmen meliputi assesmen intellegensi, tes bakat, assesmen perencanaan hidup dan karier, pengukuran minat dan nilai, assesmen kepribadian dan assesmen hubungan interpersonal. Lebih lanjut Saifuddin Azwar (2014) menjelaskan bahwa assesmen tes yang di gunakan dapat dikategorikan baik dan layak digunakan jika memiliki validitas dan reliabilitas yang baik dan tepat. Drummond dan Jones (2006) menjelaskan bahwa assesmen dapat dikembangkan. Adapun langkah-langkah mengembangkan adalah sebagai berikut menentukan kebutuhan, mendefinisikan objek dan parameter tes, melibatkan masukan penasihat komite, menulis pentanyaan, melakukan uji lapangan, mengulas item, merakit salinan akhir dan mengamankan data teknis yang diperlukan. Dengan mengembangkan instrumen atau alat assesmen, maka guru BK dapat berkarya secara produktif dalam menggunakan assesmen yang tepat untuk digunakan pada tempatnya bekerja.
Beberapa contoh tes yang dapat digunakan sebagai assesmen (Anastasi dan Urbina, 2007) adalah skala intellegensi Stanford Binet, Weshcler, Kaufman, Tes Bakat, Tes Minat, CAT, ACT Assesmen, BVRT dan lain sebagainya. Beberapa tes tersebut dapat anda pelajari secara lengkap pada pembahasan lain (tertentu) tentang masing-masing tes.
C. ASSESMEN NON FORMAL Penilaian informal termasuk observasi, wawancara, ulasan
catatan, dan ulasan kinerja yang kurang terstruktur dari penilaian formal dan tidak dapat divalidasi atau diuji untuk keandalan. Beberapa dikembangkan oleh guru atau praktisi pelayanan pemuda, dan beberapa yang tersedia secara gratis di Internet. Penilaian informal dapat mencakup portofolio, persediaan bunga, contoh kerja, dan kuesioner preferensi pribadi. Gantina K, Eka W, dan Karsih (2011) menjelaskan bahwa assesmen teknik non tes dalam perspektif BK komprehensif meliputi wawancara, observasi, angket, sosiometri, daftar cek masalah (DCM), alat ungkap masalah (AUM), dan inventori tugas
6
perkembangan. Dari hal tersebut, dapat di jelaskan bahwa assesmen informal bersifat non tes. Untuk penjelasan lebih detail dari masing-masing non tes tersebut pada pembahasan di lain waktu.
7
perkembangan. Dari hal tersebut, dapat di jelaskan bahwa assesmen informal bersifat non tes. Untuk penjelasan lebih detail dari masing-masing non tes tersebut pada pembahasan di lain waktu.
DAFTAR PUSTAKA Anastasi dan Urbina. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: Indexs. Burden, R. L. (1994) „Trends and Developments in Educational
Psychology‟, School Psychology International 15: 295–347. Departermen Labor of US. Assesment. Departemen Pendidikan U. S. Measuring Student Growth for Teachers in
Non-Tested Grades and Subjects. Drummond dan Jones. (2006). Assesment Prosedure for Counselors and
Helping Profesionals. US: Pearson. Federation for children with special need. Assesment. Boston: Massachusetts
University. Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and
Learning. New York: Maccmillan Company. Gantina K, Eka W, dan Karsih. (2011). Assesmen teknik nontes dala
perspektif BK komprehensif. Jakarta: Indexs. Hays. Danica, G. (2013). Assesment in Counseling. Alexandria: ACA Wiley. Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to
the Use Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition.
Huysamen. (2002). The relevance of the new APA standards for educational and psychological testing for employment testing in South Africa. S. Afr. J. Psycho!. 2002,32 (2) Downloaded from sap.sagepub.com at Midlands State University on January 19, 2016.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University.
Lemke, Hoerandner dan Mcmahon. (2006). Student Assessments, Non-test-takers, and School Accountability. Education EconomicsVol. 14, No. 2, 235–250, June 2006.
Moore, J. (2005) „Recognising and Questioning the Epistemological Basis of Educational Psychology Practice‟, Educational Psychology in Practice 21(2): 103–16.
McAlpine, M. (2002). Principles of assessment. Glasgow: University of Glasgow, Robert Clark Center for Technological Education. Available at: http://www.caacentre.ac.uk/dldocs/Bluepaper1.pdf.
Norwich, B. (2000). Education and Psychology in Interaction: Working withn Uncertainty in Interconnecting Systems. London: Routledge.
Resnik dan Resnik. (1999). Assesing the Thinking : New Tool for educational reform. New York: Sage .
Rustaman,N. 2003. Asesmen Pendidikan IPA. Makalah. Makalah Penataran guru-guru NTT di Jurusan pendidikan Biologi.
Rudner, Lawrence M dan. Schafer, William D. (2002). What Teachers Need to Know about Assessment. Washinton: National Education Association.
8
Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stringer, P., Elliot, J. and Lauchlan, F. (1997) „Dynamic Assessment and its Potential for Educational Psychologists; Part 2 – The Zone of Next Development?‟, Educational Psychology in Practice 12(4): 234–24.
Supovity dan Brennan. (1997). Mirror, mirror on the wall, which is the fairest test of all? An ...Harvard Educational Review; Fall 1997; 67, 3; Arts & Humanities Full Text pg. 472.
Watkins, C. and Wagner, P. (2000) Improving School Behaviour. London: Sagen Publications.
Woods, K. and Farrell, P. (2006) „Approaches to Psychological Assessment by Educational Psychologists in England and Wales‟, School Psychology International 27(4): 387–404.
9
Saifuddin Azwar. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Stringer, P., Elliot, J. and Lauchlan, F. (1997) „Dynamic Assessment and its Potential for Educational Psychologists; Part 2 – The Zone of Next Development?‟, Educational Psychology in Practice 12(4): 234–24.
Supovity dan Brennan. (1997). Mirror, mirror on the wall, which is the fairest test of all? An ...Harvard Educational Review; Fall 1997; 67, 3; Arts & Humanities Full Text pg. 472.
Watkins, C. and Wagner, P. (2000) Improving School Behaviour. London: Sagen Publications.
Woods, K. and Farrell, P. (2006) „Approaches to Psychological Assessment by Educational Psychologists in England and Wales‟, School Psychology International 27(4): 387–404.
A. ASESMEN TENTANG KEAGAMAAN 1. Instrumen Skala Bimbingan Keagamaan
Oleh: Sifatul Aliyah ([email protected]) Profesional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si. a. Pengantar
Instrumen adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk mrnjawab permasalahan penelitian. Alasan instrumen bimbingan keagamaan dibuat karena Pada dasarnya agama sangatlah berguna bagi setiap orang, instansi, serta berbagai lapangan kehidupan dan pekerjaan yang banyak mendayagunakan tenaga kemanusiaan dalam kegiatannya. Hal ini sangat penting karena semua aktivitas manusia meletakkan nilai agama sebagai nilai tertinggi dalam mengapresiasi dan melaksanakan aktivitas hidup. Selain itu agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk melakukan suatu aktifitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan.
Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur efektivitas bimbingan keagamaan dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada lalu dikembangkan oleh peneliti. Teori yang digunakan adalah teori Jamaludin dan Ramayulis. Jamaludin dan Ramayulis menyebutkan tiga komponen psikologis dalam keagamaan yaitu pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Ketiga hal tersebut yang dijadikan peneliti sebagai aspek instrumen lalu dikembangkan menjadi beberapa indikator selanjutnya dari indikator dikembangkan lagi untuk mendapatkan deskriptor dan terakhir dari deskriptor peneliti membuat beberapa item pernyataan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh profesional judgment. Oleh karena itu instrumen telah dicobakan kepada 17 responden. Manfaat instrumen dibuat untuk mengetahui efektivitas bimbingan keagamaan. Dengan subjek bimbingan mencakup semua khalayak yang melakukan bimbingan keagamaan.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan
dan arahan yang membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi keagamaan yang diberikan oleh pembimbing agar dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Diukur dengan skala bimbingan agama yang disusun berdasarkan teori Jamaludin dan Ramayulis dengan aspeknya yaitu aspek pikiran (kognitif), perasaan (afektif), tingkah laku (konatif).
10
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item Jumlah Favora
ble Unfavorable
Bimbingan
Keagamaan
Aspek Pikiran (Kogni
tif)
Mengetahui ajaran agama
secara benar seperti cara ibadah yang benar dan melakukan
aktivitas sesuai syariat agama.
Mampu mengetahui
pengetahuankeagamaananta
ra yang dilarang dan
diperbolehkan
1,2 3,4 4
Mampu mengetahui
tatacara ibadah
5, 6 7,8 4
Yakin terhadap
Tuhannya dan ajaran
setiap agama dengan cara
menggali informasi,
percaya diri untuk
melakukan ajaran
diperoleh.
Mampu mempercayaiajaran agama atas dasar
pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar
ikut-ikutan.
9 10 3
Mampu menggali informasi
keagamaan seputar
kehidupan sehari-hari
yang dilakukan
dalam agama yang
dianutnya.
11 12 2
AspekPerasa
an (Afektif
)
Merasakan transmisi
perubahan baik emosi,
sikap, maupun
nilai.
Mampu merasakan perubahan
setelah mengikuti bimbingan
keagamaan.
13, 14 15,16 4
Mampu merasakan ketenangan
ketika melaksanakan
17 18 2
11
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item Jumlah Favora
ble Unfavorable
Bimbingan
Keagamaan
Aspek Pikiran (Kogni
tif)
Mengetahui ajaran agama
secara benar seperti cara ibadah yang benar dan melakukan
aktivitas sesuai syariat agama.
Mampu mengetahui
pengetahuankeagamaananta
ra yang dilarang dan
diperbolehkan
1,2 3,4 4
Mampu mengetahui
tatacara ibadah
5, 6 7,8 4
Yakin terhadap
Tuhannya dan ajaran
setiap agama dengan cara
menggali informasi,
percaya diri untuk
melakukan ajaran
diperoleh.
Mampu mempercayaiajaran agama atas dasar
pertimbangan pemikiran
yang matang, bukan sekedar
ikut-ikutan.
9 10 3
Mampu menggali informasi
keagamaan seputar
kehidupan sehari-hari
yang dilakukan
dalam agama yang
dianutnya.
11 12 2
AspekPerasa
an (Afektif
)
Merasakan transmisi
perubahan baik emosi,
sikap, maupun
nilai.
Mampu merasakan perubahan
setelah mengikuti bimbingan
keagamaan.
13, 14 15,16 4
Mampu merasakan ketenangan
ketika melaksanakan
17 18 2
perintah agama.
Ingin selalu memperbaiki diri setelah mengikuti bimbingan keagamaan.
19,20 21,22 4
Suka melakukan apa yang diajarkan
dalam agama yang
dianutnya.
23,24 25,26 4
Tingkah Laku
(Konatif)
Melakukan tindakan
nyata setelah mengikuti bimbingan keagamaan
yang meliputi
kebiasaan, kegiatan,
dan berperilaku.
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan selalu ingin
mendekatkandiri
kepadaTuhan
27 28 2
Bimbingan keagamaan
mampu membuat penganut agamanya
rajin beribadah.
29,30 31,32 4
Bimbingan keagamaan
dapat menjadikan
diri kita Sabar ketika menghadapi
masalah.
33 34 2
Mampu menjadikan hidup yang lebih baik dan selalu
bersikap baik kepada semua
makhluk
35 36 2
12
Tuhan. Mampu
melakukan tatacara ibadah
dengan benar
37 38 2
Jumlah 19 19 38
Alpha Cronbach’s = 0,919 ; Sampel = 17 Orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur
4,5,7,8,10,12,13,15,16,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,31,32,33,34,35,36,38
1,2,3,6,9,11,14,17,24,30,37
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
4 Saya merasa pengetahuan saya tidak bertambah dengan mengikuti bimbingan keagamaan.
SL SR KD P TP
5
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya belum dapat memahami cara membaca kitab suci yang benar.
SL SR KD P TP
7
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan saya mengetahui cara ibadah yang benar sesuai apa yang diajarkan dalam agama saya.
SL SR KD P TP
8 Saya tidak mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum beribadah. SL SR KD P TP
10
Dengan mengikuti bimbingan agama, saya justru hanya ikut-ikutan pemateri karena saya tidak mengetahui dasar hukum untuk melakukannya.
SL SR KD P TP
12 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan,saya tidak mengetahui apapun mengenai fungsi agama dalam
SL SR KD P TP
13
Tuhan. Mampu
melakukan tatacara ibadah
dengan benar
37 38 2
Jumlah 19 19 38
Alpha Cronbach’s = 0,919 ; Sampel = 17 Orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur
4,5,7,8,10,12,13,15,16,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,31,32,33,34,35,36,38
1,2,3,6,9,11,14,17,24,30,37
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
4 Saya merasa pengetahuan saya tidak bertambah dengan mengikuti bimbingan keagamaan.
SL SR KD P TP
5
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya belum dapat memahami cara membaca kitab suci yang benar.
SL SR KD P TP
7
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan saya mengetahui cara ibadah yang benar sesuai apa yang diajarkan dalam agama saya.
SL SR KD P TP
8 Saya tidak mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum beribadah. SL SR KD P TP
10
Dengan mengikuti bimbingan agama, saya justru hanya ikut-ikutan pemateri karena saya tidak mengetahui dasar hukum untuk melakukannya.
SL SR KD P TP
12 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan,saya tidak mengetahui apapun mengenai fungsi agama dalam
SL SR KD P TP
kehidupan saya.
13 Saya merasakan rasa solidaritas saya semakin tinggi kepada sesama manusia.
SL SR KD P TP
15 Saya merasa kebingungan terhadap apa yang diajarkan di dalam agama saya.
SL SR KD P TP
16 Saya merasa tidak suka terhadap ajaran yang ada di dalam agama saya. SL SR KD P TP
18 Saya merasa bimbang dengan apa yang diajarkan dalam bimbingan keagamaan.
SL SR KD P TP
19 Saya merasa ingin selalu memperbaiki diri setiap mengikuti bimbingan keagamaan.
SL SR KD P TP
20 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih bisa mengendalikan emosi.
SL SR KD P TP
21
Saya merasa tidak ingin melakukan apa2 ketika saya menapatkan materi yang tidak sesuai dengan apa yang saya ketahui.
SL SR KD P TP
22
Saya merasakan tidak mendapatkan manfaat ketika harus memperbaiki diri saya setelah mengikuti bimbingan keagamaan.
SL SR KD P TP
23 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih menyukai kegiatan sosial keagamaan.
SL SR KD P TP
25 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan,saya lebih suka tertutup dengan orang lain.
SL SR KD P TP
26
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan jiwa saya merasa tergoncang karena materi yang disampaikan kurang sesuai dengan hati nurani saya.
SL SR KD P TP
14
27 Dengan mengikuti bimbigan keagamaan, saya lebih khusyu dalam beribadah.
SL SR KD P TP
28 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya justru lebih jauh dengan Tuhan.
SL SR KD P TP
29 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya bertambah rajin menjalankan ibadah.
SL SR KD P TP
31
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak selalu mengamalkan apa yang diperintahkan dalam agama saya.
SL SR KD P TP
32 Saya tidak menjalankan syariat agama karena saya tidak percaya apa yang akan diperoleh setelah beribadah.
SL SR KD P TP
33 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih bersabar dalam menghadapi masalah.
SL SR KD P TP
34 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan saya selalu emosi dalam menjalankan hidup.
SL SR KD P TP
35 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya bersikap lebih baik lagi kepada orang di sekitar saya.
SL SR KD P TP
36 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya cuek dalam menjalankan kehidupan saya.
SL SR KD P TP
38 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak bisa melakukan ibadah dengan benar.
SL SR KD P TP
Keterangan: SL = Jika pernyataan tersebut Selalu dilakukan. SR = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KD = Jika pernyataan tersebut Kadang dilakukan. P = Jika pernyataan tersebut Pernah dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.
15
27 Dengan mengikuti bimbigan keagamaan, saya lebih khusyu dalam beribadah.
SL SR KD P TP
28 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya justru lebih jauh dengan Tuhan.
SL SR KD P TP
29 Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya bertambah rajin menjalankan ibadah.
SL SR KD P TP
31
Setelah mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak selalu mengamalkan apa yang diperintahkan dalam agama saya.
SL SR KD P TP
32 Saya tidak menjalankan syariat agama karena saya tidak percaya apa yang akan diperoleh setelah beribadah.
SL SR KD P TP
33 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya lebih bersabar dalam menghadapi masalah.
SL SR KD P TP
34 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan saya selalu emosi dalam menjalankan hidup.
SL SR KD P TP
35 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya bersikap lebih baik lagi kepada orang di sekitar saya.
SL SR KD P TP
36 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya cuek dalam menjalankan kehidupan saya.
SL SR KD P TP
38 Setelah saya mengikuti bimbingan keagamaan, saya tidak bisa melakukan ibadah dengan benar.
SL SR KD P TP
Keterangan: SL = Jika pernyataan tersebut Selalu dilakukan. SR = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KD = Jika pernyataan tersebut Kadang dilakukan. P = Jika pernyataan tersebut Pernah dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤88,7 Sedang 88,7 ≤ Skor ≤ 139,3 Tinggi Skor ≥ 139,3
d. Penutup Berdasarkan uji coba yang dilakukan penulis dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen skala bimbingan keagamaan dapat digunakan untuk
khalayak umum untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan bimbingan keagamaan.
2. Instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data karena realiabilitas instrumen > 0,7 yaitu 0,919.
16
2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan Oleh:Zayinhida Rahman ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si
a. Pengantar Dalam menunjang terpenuhinya penelitian, seseorang perlu
mengetahui lebih jauh tentang subjek yang diteliti. Untuk mengasses berbagai informasi subjek, peneliti mampu menggunakan berbagai metode dalam penelitian guna mendapat informasi yang diperlukan.Salah satunya adalah dengan instrumen, instrumen ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi kepatuhan seorang santri terhadap aturan.
Seperti yang kita ketahui. Santri tentunya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, hal ini membuat cara beradaptasi santri dalam mentaati aturan pun berbeda. Ada yang mentaati aturan karena terpaksa, ada yang mentaati aturan karena lingkungan mengharuskan, ada yang mentaati aturaan karena takut hukuman, namun ada juga yang mentaati aturan karena ikhlas.
Maka dari itu, pentingnya instrumen ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh atau seberapa ikhlas seorang santri dalam mentaati aturan. Dengan adanya instrumen ini diharapkan mampu membantu para pengurus, dewan asatid, ataupun pengasuh dalam memperlakukan dan mengetahui kepribadian santrinya.
b. Perkembangan Instrumen Skala Psikologis Perilaku kepatuhan santri terhadap aturan menurut tokoh
psikologi sosial (Freedman:1985) adalah bilamana orang menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun mereka lebih tidak suka menampilkannya. Sedangkan menurut (Kiesler&Kiesler 1969 dalam Atkinson) yaitu adanya perubahan perilaku atau keyakinan karena ada tekanan dari kelompok untuk melakukan suatu perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kepatuhan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek sikap dan aspek tindakan.
Variabel Aspek Deskriptor No Item Juml
ah Favorable Unfavorable
Kepatuhan Santri
Terhadap Aturan
Aspek Sikap
(attitude)
Penerimaan 1,2,3 4,5,6 6
Ta‟dzhim 7,8,9 10,11,12 6
13,14,15,16
17,18,19,20 8
17
2. Instrumen Skala Tingkat Kepatuhan Santri Terhadap Aturan Oleh:Zayinhida Rahman ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si
a. Pengantar Dalam menunjang terpenuhinya penelitian, seseorang perlu
mengetahui lebih jauh tentang subjek yang diteliti. Untuk mengasses berbagai informasi subjek, peneliti mampu menggunakan berbagai metode dalam penelitian guna mendapat informasi yang diperlukan.Salah satunya adalah dengan instrumen, instrumen ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi kepatuhan seorang santri terhadap aturan.
Seperti yang kita ketahui. Santri tentunya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, hal ini membuat cara beradaptasi santri dalam mentaati aturan pun berbeda. Ada yang mentaati aturan karena terpaksa, ada yang mentaati aturan karena lingkungan mengharuskan, ada yang mentaati aturaan karena takut hukuman, namun ada juga yang mentaati aturan karena ikhlas.
Maka dari itu, pentingnya instrumen ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh atau seberapa ikhlas seorang santri dalam mentaati aturan. Dengan adanya instrumen ini diharapkan mampu membantu para pengurus, dewan asatid, ataupun pengasuh dalam memperlakukan dan mengetahui kepribadian santrinya.
b. Perkembangan Instrumen Skala Psikologis Perilaku kepatuhan santri terhadap aturan menurut tokoh
psikologi sosial (Freedman:1985) adalah bilamana orang menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun mereka lebih tidak suka menampilkannya. Sedangkan menurut (Kiesler&Kiesler 1969 dalam Atkinson) yaitu adanya perubahan perilaku atau keyakinan karena ada tekanan dari kelompok untuk melakukan suatu perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kepatuhan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek sikap dan aspek tindakan.
Variabel Aspek Deskriptor No Item Juml
ah Favorable Unfavorable
Kepatuhan Santri
Terhadap Aturan
Aspek Sikap
(attitude)
Penerimaan 1,2,3 4,5,6 6
Ta‟dzhim 7,8,9 10,11,12 6
13,14,15,16
17,18,19,20 8
Aspek Tindakan
Konformitas 21,22,23,24
25,26,27,28 8
Menurut (Compliance) 29,30,31 32,33 5
Ketaatan Dalam
Otoritas Yang Sah
34 35 2
Jumlah 18 17 35 Alpha Cronbach’s = 0,442 ; Sampel = 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,15,18,19,21,27,29,30,31,32,33
1,2,3,9,16,17,20,22,23,24,25,26,28,34,35
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
4 Saya merasa bahwa di Pesantren tidak harus ditetapkan aturan SS S TS STS
5 Saya menerima semua aturan di pesantren dengan terpaksa SS S TS STS
6 Saya merasa peraturan yang ditetapkan di pesantren kurang sesuai SS S TS STS
7 Mentaati semua peraturan pesantren sama saja dengan mentaati perintah Kyai SS S TS STS
8 Saya merasa dengan mentaati aturan pesantren merupakan bentuk ta‟dzhim kepada Kyai
SS S TS STS
10 Mentaati perintah Kyai bukan berarti harus mentaati aturan Pesantren SS S TS STS
11 Saya merasa berdosa kepada Kyai apabila tidak mentaati aturan di pesantren SS S TS STS
12 Saya merasa kesal dan tertekan ketika harus mentaati aturan di pesantren
SS
S
TS
STS
13 Saya mampu mentaati peraturan yang ada di pesantren dengan baik SS S TS STS
18
14 Selaku santri saya wajib mentaati aturan di Pesantren SS S TS STS
15 Peraturan di pesantren dapat membentuk saya menjadi pribadi yang baik SS S TS STS
18 Saya berperilaku baik ketika di pesantren saja SS S TS STS
19 Ketika di luar pesantren saya merasa bebas dan menjadi diri saya sendiri SS S TS STS
21 Saya menyadari peraturan itu untuk ditaati dan dilaksanakan, bukan untuk dilanggar SS S TS STS
27 Melanggar peraturan pesantren bukan sebuah dosa besar SS S TS STS
29 Saya patuh terhadap aturan atas keinginan saya sendiri bukan paksaan dari orang lain SS S TS STS
30 Baik buruknya perilaku santri ditentukan patuh atau tidaknya mereka terhadap aturan SS S TS STS
31 Para santri harus berlomba dalam mentaati aturan SS S TS STS
32 Saya enggan mentaati peraturan setiap saat dan setiap hari SS S TS STS
33 Saya sering mengabaikan peraturan pesantren SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri
19
14 Selaku santri saya wajib mentaati aturan di Pesantren SS S TS STS
15 Peraturan di pesantren dapat membentuk saya menjadi pribadi yang baik SS S TS STS
18 Saya berperilaku baik ketika di pesantren saja SS S TS STS
19 Ketika di luar pesantren saya merasa bebas dan menjadi diri saya sendiri SS S TS STS
21 Saya menyadari peraturan itu untuk ditaati dan dilaksanakan, bukan untuk dilanggar SS S TS STS
27 Melanggar peraturan pesantren bukan sebuah dosa besar SS S TS STS
29 Saya patuh terhadap aturan atas keinginan saya sendiri bukan paksaan dari orang lain SS S TS STS
30 Baik buruknya perilaku santri ditentukan patuh atau tidaknya mereka terhadap aturan SS S TS STS
31 Para santri harus berlomba dalam mentaati aturan SS S TS STS
32 Saya enggan mentaati peraturan setiap saat dan setiap hari SS S TS STS
33 Saya sering mengabaikan peraturan pesantren SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri
Kategorisasi
Kategori
Rendah Skor ≤ 40 Sedang 40 ≤ Skor ≤ 60 Tinggi Skor ≥ 60
d. Penutup Santri adalah seseorang yang tinggal di pesantren untuk
mengaji ilmu agama. tentunya mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Hal ini yang mempengaruhi keseharian seorang santri dalam mentaati aturan di pesantren. Instrumen ini digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan santri terhadap aturan, yang menjadi sasarannya adalah seluruh santri di suatu pondok pesantren baik santri umum ataupun santri salaf.
Diharapkan instrumen ini dapat bermanfaat pada ruang lingkup psikologi, khususnya psikologi sosial, tentang kepatuhan santri terhadap aturan. Yang dengan memeatuhi aturan berarti seorang santri telah ikhlas menjalani kehidupannya. Selain itu juga sebagai sumbangan pemikiran dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.
20
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa Oleh: Farikhah Yuniarti ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si
a. Pengantar Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu
terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya. Beberapa ahli menganggap bahwa diri manusia terdapat suatu instink atau naluri yang disebut sebagai naluri beragama (religious instink), yaitu suatu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan-kegiatan religius (Spinks, 1963). Kuypers (dalam Walgito, 1986) menggunakan istilah motif teologis untuk menjelaskan dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Dradjat (1991) mengemukakan istilah kesadaran agama (religiousconsciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama adalah unsur perasaaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Apapun istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam diri manusia, kesemuanya menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatan-kegiatan religius itu memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Penyusan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat religiusitas mahasiswa. Tingkat religiusitas mahasiswa ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa disusun berdasarkan aspek-aspek tingkat kereligiusitasan mahasiwa yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi kereligiusitasan mahasiswa di kampus.
Skala tingkat kereligiusitasan mahasiwa merupakan upaya untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran mahasiswa dalam beragama dan kepekaan terhadap agamanya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Religiusitas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan
21
3. Instrumen Skala Tingkat Religiusitas Mahasiswa Oleh: Farikhah Yuniarti ([email protected]) Professional Judgement : Slamet, S.Ag., M.Si
a. Pengantar Religiusitas adalah penghayatan dan pengamalan individu
terhadap ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya. Beberapa ahli menganggap bahwa diri manusia terdapat suatu instink atau naluri yang disebut sebagai naluri beragama (religious instink), yaitu suatu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengadakan kegiatan-kegiatan religius (Spinks, 1963). Kuypers (dalam Walgito, 1986) menggunakan istilah motif teologis untuk menjelaskan dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan.
Dradjat (1991) mengemukakan istilah kesadaran agama (religiousconsciousness) dan pengalaman agama (religious experience). Kesadaran agama merupakan segi agama yang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Pengalaman agama adalah unsur perasaaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Apapun istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam diri manusia, kesemuanya menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatan-kegiatan religius itu memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Penyusan skala ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat religiusitas mahasiswa. Tingkat religiusitas mahasiswa ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Skala tingkat kereligiusitasan mahasiswa disusun berdasarkan aspek-aspek tingkat kereligiusitasan mahasiwa yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang tingkat kereligiusitasan mahasiswa. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi kereligiusitasan mahasiswa di kampus.
Skala tingkat kereligiusitasan mahasiwa merupakan upaya untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran mahasiswa dalam beragama dan kepekaan terhadap agamanya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Religiusitas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya Tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan
dengan keikhlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kereligiusitasan. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek islam, aspek iman, aspek ilmu, aspek ikhsan, dan aspek amal.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
Nomer item
Jumlah Favorable Unfavo
rable
Tingkat Religius
Mahasiswa
Aspek Islam
Seberapa intens seseorang melakukan
praktek ibadah.
Nyaman 1,2,3,4,5 6,7,8,9 9
Aspek Iman
Menjadikan Al-qur‟an dan
Hadits sebagai orientasi
kehidupan.
Penyelesaian masalah
dengan Al-Qur‟an dan
Hadits.
10,11 12 3
Mempelajari Al-Qur‟an dan Hadits
13,14 15,16 4
Memfokuskan fikiran pada
Sang Pencipta.
Meyakini bahwa Allah
selalu mengiringi
langkah manusia.
17,18 19 3
Meyakini tentang
adanya alam semesta.
20 21 2
Aspek Ilmu
Penerimaan tentang ajaran
baru dalam agamanya.
Tabayyun 22 23 2 Saat
seseorang memberikan
ajaran berkaitan dengan
agama, ia merasa itu hal
yang baik.
24 25 2
Mengambil sikap ketika
sudah diketahui bahwa itu
26 27 2
22
baik untuk dirinya.
Memiliki pengetahuan
mengenai agama.
Mengemukakan pendapat mengenai
pengetahuannya seputar
agama.
28 29 2
Mencari dan mengumpulkan
fakta-fakta keagamaan.
Mengemukakan fakta-fakta
mengenai agama.
30 31 2
Memfokuskan fikiran pada fakta-fakta
yang penting
Menyeleksi fakta-fakta
yang berhasil dikumpulkan.
32 33 2
Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan
dijadikan sebagai
sarana untuk memperkuat
iman.
34 35 2
Aspek Ikhsan
Respon saat melihat
kemunkaran.
Suka 36,37 38,39 4
Tidak suka 40 41 2
Sikap saat doanya belum
terkabul.
Menerima. 42 43 2
Tidak Menerima 44 45 2
Aspek Amal
Mengaktualisasi ajaran agama.
Mengikuti pengajian
agama 46 47 2
Memakai pakaian
sesuai syariat. 48 49,50 3
Jumlah 26 24 50
Alpha Cronbach’s = 0,824 Sampel 20 orang
23
baik untuk dirinya.
Memiliki pengetahuan
mengenai agama.
Mengemukakan pendapat mengenai
pengetahuannya seputar
agama.
28 29 2
Mencari dan mengumpulkan
fakta-fakta keagamaan.
Mengemukakan fakta-fakta
mengenai agama.
30 31 2
Memfokuskan fikiran pada fakta-fakta
yang penting
Menyeleksi fakta-fakta
yang berhasil dikumpulkan.
32 33 2
Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan
dijadikan sebagai
sarana untuk memperkuat
iman.
34 35 2
Aspek Ikhsan
Respon saat melihat
kemunkaran.
Suka 36,37 38,39 4
Tidak suka 40 41 2
Sikap saat doanya belum
terkabul.
Menerima. 42 43 2
Tidak Menerima 44 45 2
Aspek Amal
Mengaktualisasi ajaran agama.
Mengikuti pengajian
agama 46 47 2
Memakai pakaian
sesuai syariat. 48 49,50 3
Jumlah 26 24 50
Alpha Cronbach’s = 0,824 Sampel 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,2,3,9,12,,13,16,17,18,19,20,21,28,31,32,36, 39,40,42,43,44,46,47, 48,49
4,5,6,7,8,10,11,,14,15,22,23,24,25,26,27,29,30,33,34,35,37, 38,41,45,50
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Saya solat diawal waktu. SS S TS STS
2 Saya selalu berpuasa di bulan Ramadhan. SS S TS STS
3 Saya hafal kalimat syahadat dengan benar. SS S TS STS
9 Saya menganggap zakat hanya akan membuat harta semakin berkurang.
SS S TS STS
12 Saya sedikit mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an. SS S TS STS
13 Saya hafal beberapa Hadits. SS S TS STS
16 Saya belum lancar membaca Al-Qur‟an. SS S TS STS
17 Saya meyakini bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Allah.
SS S TS STS
18 Saya meyakini bahwa udara yang saya hirup adalah kasih sayang Allah.
SS S TS STS
19 Saya menggangap bahwa Allah bisa lengah. SS S TS STS
20 Saya meyakini bahwa alam semesta diciptakan oleh Allah semata.
SS S TS STS
21 Saya menganggap bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya. SS S TS STS
28 Saya senang ketika pendapat saya diterima. SS S TS STS
24
31 Saya suka menyimpan sendiri fakta tentang agama yang saya dapatkan.
SS S TS STS
32 Saya suka mencari fakta-fakta baru keagamaan. SS S TS STS
36 Semakin sering mempelajari ilmu agama semakin banyak ilmunya. SS S TS STS
39 Saya kesal ketika melihat seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadhan.
SS S TS STS
40 Saya menganggap perbuatan mencotek saat ujian diperbolehkan jika mendesak.
SS S TS STS
42 Saya tidak menyukai seseorang yang berbohong demi keselamatan diri.
SS S TS STS
43 Saya menganggap setiap dosa akan diampuni jika seseorang mau bertaubat.
SS S TS STS
44 Saya beranggapan bahwa Allah pilih kasih terhadap hamba-Nya
SS
S
TS
STS
46 Saya menginstropeksi diri jika doa saya belum terkabul. SS S TS STS
47 Saya sering mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS
48 Saya malas mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS
49 Saya suka berpakaian sesuai syariat. SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
25
31 Saya suka menyimpan sendiri fakta tentang agama yang saya dapatkan.
SS S TS STS
32 Saya suka mencari fakta-fakta baru keagamaan. SS S TS STS
36 Semakin sering mempelajari ilmu agama semakin banyak ilmunya. SS S TS STS
39 Saya kesal ketika melihat seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadhan.
SS S TS STS
40 Saya menganggap perbuatan mencotek saat ujian diperbolehkan jika mendesak.
SS S TS STS
42 Saya tidak menyukai seseorang yang berbohong demi keselamatan diri.
SS S TS STS
43 Saya menganggap setiap dosa akan diampuni jika seseorang mau bertaubat.
SS S TS STS
44 Saya beranggapan bahwa Allah pilih kasih terhadap hamba-Nya
SS
S
TS
STS
46 Saya menginstropeksi diri jika doa saya belum terkabul. SS S TS STS
47 Saya sering mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS
48 Saya malas mengikuti kajian keagamaan. SS S TS STS
49 Saya suka berpakaian sesuai syariat. SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi
Kategori
Rendah Skor ≤ 50 Sedang 50 ≤ Skor ≤ 75
Tinggi Skor ≥ 75 d. Penutup
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur skala religiusitas mahasiswa , fungsinya agar seseorang mengetahui seberapa besar tingkat kereligiusitasannya. Semakin tinggi tingkat religiusitasnya semakin dekat mereka dengan Tuhan-Nya. Semoga dengan adanya skala ini bisa membantu meningkatkan, mengembangkan, bahkan memperbaiki tingkat kereligiusitasan seseorang.
27
B. ASESMEN TENTANG BELAJAR
1. Instrumen Skala Tingkat Stres Mahasiswa Akhir Oleh:Asmul Fauzi ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si a. Pengantar
Untuk mengetahui tingkat stress pada mahasiswa akhir atau yang sedang mengerjakan tugas akhir, dalam instrument ini kita peneliti bisa mengetahui hal yang menyebabkan mahasiswa tersebut menglami stress, dalam tahun ke tahun pastinya ada hal yang berbeda sebagai efek dari stress mahasiswa akhir tersebut baik dari segi ekonomi, sosial atau apapun, dasar teori berdasarkan teori Helmi dengan dua aspek yaitu fisiologis/fisik dan aspek pskis.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Tingkat stress pada mahasiswa akhir merupakan upaya
mengungkapkan informasi atau keadaan diri saat mengahadapi tugas akhir yang bertujuan untuk mencapai hal yang diinginkan. Kisi-kisi skala disusun berdasdarkan aspek-aspek tingkat stress. Aspek-aspek tersebut antara lain fisiologis/fisik dan aspek pskis.
Variabel Aspek Indikator
No item
Jumlah Favourable
Unfavourable
Tingkat Stres
Mahasiswa Akhir
Fisiologis/Fisik
pandangan individu terhadap keadaan,
peranan, dan kemampuan dirinya dalam memelihara
kesehatan
1,3,40,42 2,26,35,41 8
peranan sosial yang diperankan “tingkat
stres pada mahasiswa tingkat akhir”
individu mencakup hubungan antara individu dengan
keluarga dan individu dengan lingkungan.
4,8,27,37 5,6,7,36 8
nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah
agar tetap fokus terhadap target akhir
9,11, 28,38
10,12,13,39 8
28
Aspek Psikis
Dengan keadaan jiwa yang sangat
berpengaruh dalam tingkat kesetresan yag
dialami.
14,31, 33 15,32, 34 6
Tingkat kesetabilan psikis saat menjelang pada mahasiwa akhir
dan tugas ahir
16,19, 29 20,17, 18 6
Kemampuan bertindak dan
bersikap dalam memahami diri
maupun orang lain secara emosi
21,25, 30 22,23, 24 6
Jumlah 21 21 42
Alpha Cronbach's = 0, 518; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 4,6,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,26,29,31,34,35,37,38
1,2,3,5,7,8,9,10,11,20,22,24,25,27,28,30,32,33,36,39,40,41,42
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
4 Kelemahan saya terhadap pemahaman teori-teori
SS S TS STS
6 Cemas terhadap suatu yang akan saya dihadapi pada situasi yang penting
SS S TS STS
12 Saat saya mendapat prinsip yang bagus namun saya merasa itu sulit untuk terwujud
SS S TS STS
13 Sulit fokus dalam suatu hal yang saya targetkan
SS S TS STS
14 Memiliki perasaan yang optimis terhadap apa yang saya hasilkan
SS S TS STS
29
Aspek Psikis
Dengan keadaan jiwa yang sangat
berpengaruh dalam tingkat kesetresan yag
dialami.
14,31, 33 15,32, 34 6
Tingkat kesetabilan psikis saat menjelang pada mahasiwa akhir
dan tugas ahir
16,19, 29 20,17, 18 6
Kemampuan bertindak dan
bersikap dalam memahami diri
maupun orang lain secara emosi
21,25, 30 22,23, 24 6
Jumlah 21 21 42
Alpha Cronbach's = 0, 518; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 4,6,12,13,14,15,16,17,18,19,21,23,26,29,31,34,35,37,38
1,2,3,5,7,8,9,10,11,20,22,24,25,27,28,30,32,33,36,39,40,41,42
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
4 Kelemahan saya terhadap pemahaman teori-teori
SS S TS STS
6 Cemas terhadap suatu yang akan saya dihadapi pada situasi yang penting
SS S TS STS
12 Saat saya mendapat prinsip yang bagus namun saya merasa itu sulit untuk terwujud
SS S TS STS
13 Sulit fokus dalam suatu hal yang saya targetkan
SS S TS STS
14 Memiliki perasaan yang optimis terhadap apa yang saya hasilkan
SS S TS STS
15 Saya terbawa suasana masa lalu yang membuat down (lemas)
SS S TS STS
16 Saya percaya terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri
SS S TS STS
17 Merasa kurang siap dengan diri saya sendiri
SS S TS STS
18 Tergesa terhadap suatu hal yang saya akan di hadapi
SS S TS STS
19 Merasa sudah matang terhadap apa yang akan saya dihadapi
SS S TS STS
21 Sabar terhadap apa yang dilakukan teman saya
SS S TS STS
23 Terlalu cepat dalam menyimpulkan suatu keadaan baru yang baru saya temui
SS S TS STS
26 Sedih dengan keadaan saya sendiri
SS S TS STS
29 Menikmati keadaan apa yang sedang saya alami
SS S TS STS
31 Dengan kemampuan dan minat yang saya raih, sesuai dengan prediksi
SS S TS STS
34 Terasa lelah ketika saya melakukan kegiatan yang besar
SS S TS STS
35 Konsultasi tehadap apa yang saya alami kepada keluarga
SS S TS STS
37 Yakin dengan prinsip yang saya miliki
SS S TS STS
38 Melihat suatu yang baru bedasarkan dari cerita yang saya dengar dari orang disekitar saya
SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
30
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 40,4 Sedang 40,4 ≤ Skor ≤ 54,6 Tinggi Skor ≥ 54,6
d. Penutup Jadi dalam instrument Tingkat Stress Pada Mahasiswa
Akhir ini, banyak diantara responden yang mereka merasa biasa saja dalam tugas akhirnya namun juga ada yang takut, panik dan berbagai macam. Karena disetiap orang itu berbeda-beda karakter dalam kehidupan mereka masing-masing. Instrument ini membeikan pandangan baru terhadap si peneliti dan bagi mereka responden yang merasakan bahwa saya normal atau tidak, sehat atau tidak. Memebrikan ilmu baru yang kita belum ketahui agar disaat seseorang bertanya kita sudah pernah mengerti tentang hal tersebut.
31
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 40,4 Sedang 40,4 ≤ Skor ≤ 54,6 Tinggi Skor ≥ 54,6
d. Penutup Jadi dalam instrument Tingkat Stress Pada Mahasiswa
Akhir ini, banyak diantara responden yang mereka merasa biasa saja dalam tugas akhirnya namun juga ada yang takut, panik dan berbagai macam. Karena disetiap orang itu berbeda-beda karakter dalam kehidupan mereka masing-masing. Instrument ini membeikan pandangan baru terhadap si peneliti dan bagi mereka responden yang merasakan bahwa saya normal atau tidak, sehat atau tidak. Memebrikan ilmu baru yang kita belum ketahui agar disaat seseorang bertanya kita sudah pernah mengerti tentang hal tersebut.
2. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Oleh:Siti Rohmah Azzahroh ([email protected]) Profesional Judgement: A. Said Hasan Basri, S.Psi.,M.Si.
a. Pengantar Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
gaya belajar terhadap tingkat berprestasi mahasiswa. Setiap orang umumnya memiliki gaya dalam belajarnya sendiri. Ada beberapa orang harus menyendiri ada pula sebagian yang lainnya menyukai keramaian atau memilih musik sebagai penyemangat belajarnya.
Instrument ini akan membantu seseorang untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga memudahkannya dalam mencapai penguasaan materi yang sebenarnya dengan cara dan gaya yang tepat. Dengan demikian belajar bukan lagi merupakan hal yang membisankan dan sulit untuk dilakukan.
Gaya belajar adalah suatu cara yang dilakukan secara berulang-ulang oleh sesroang sesuai dengan yang disukainya untuk menangkap informasi, berfikir, meningat sesuatu, dan memecahkan soal.
b. Pengembangan Instrumen Harun Nasution mengemukakan gaya belajar adalah cara
yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal. Jadi, gaya belajar adalah cara yang disukai oleh individu dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses, dan mengingat suatu informasi.
Kisi-kisi skala disusun berdasarkan konsep Taksonomi Bloom yang dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek Kogitif (proses berfikir) yaitu kemampuan intelektual individu dalam berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Bloom tujuan domain kognitif terdiri atas enam (6) bagian, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi.Dan aspek Psikomotorik yaitu kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) tujuan domain psikomotorik terbagi lima yaitu peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, pengalamiahan.
32
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jumlah Favorable
Unfavorable
Pengaruh gaya
belajar terhadap tingkat
berprestasi
mahasiswa
Aspek Kogniti
f
Merasa nyaman
lingkungan yang
digunakan saat belajar
Memahami materi 1,2 3,4 4
Menangkap materi
dengan baik 5,6 7,8 4
Mengalisis setiap
pembelajaran yang
telah diperoleh
Mengulang Pembelajara
n 9,10 11,12 4
Mencatat Materi yang
telah dipahami
13,14 15, 16 3
Menggunakan
pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari
Penerapan materi 17,18 12,20 4
Materi untuk menyelesaikan masalah
21, 22, 23
24, 25, 26 5
Aspek
Psiko
Motorik
Menggunakan tulisan
sebagai pogram
pembelajaran
Belajar dengan menulis
27,28 29,30 4
Menggunakan Audio
sebagai program
pembelajar
Belajar dengan
mendengarkan orang lain
berbicara
31, 32 33, 34 3
33
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jumlah Favorable
Unfavorable
Pengaruh gaya
belajar terhadap tingkat
berprestasi
mahasiswa
Aspek Kogniti
f
Merasa nyaman
lingkungan yang
digunakan saat belajar
Memahami materi 1,2 3,4 4
Menangkap materi
dengan baik 5,6 7,8 4
Mengalisis setiap
pembelajaran yang
telah diperoleh
Mengulang Pembelajara
n 9,10 11,12 4
Mencatat Materi yang
telah dipahami
13,14 15, 16 3
Menggunakan
pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari
Penerapan materi 17,18 12,20 4
Materi untuk menyelesaikan masalah
21, 22, 23
24, 25, 26 5
Aspek
Psiko
Motorik
Menggunakan tulisan
sebagai pogram
pembelajaran
Belajar dengan menulis
27,28 29,30 4
Menggunakan Audio
sebagai program
pembelajar
Belajar dengan
mendengarkan orang lain
berbicara
31, 32 33, 34 3
an Belajar sambil
mendengarkan musik
35,36 37, 38 3
Menggunakan
gambar sebagai program
pembelajaran
Belajar dengan
menggunakan gambar
39 40 2
Jumlah 20 20 40
Alpha Cronbach's = 0,729; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 22, 23, 27, 28, 30, 33
3, 7, 14, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 29, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Saya selalu memperhatikan ketika pemberi materi sedang menjelaskan SS S TS STS
2 Mendengarkan materi yang disampaikan dengan metode apapun yang digunakan pemateri
SS S TS STS
4 Saya merasa cepat bosan ketika pemberi materi menjelaskan dengan monoton SS S TS STS
5 Bisa memahami materi yang disampaikan dengan baik SS S TS STS
34
6
Saya menanyakan materi yang tidak saya pahami kepada pemateri agar mendapatkan penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi tersebut
SS S TS STS
8
Saya merasa sungkan dan malu untuk bertanya atau meminta penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi yang kurang saya pahami
SS S TS STS
9 Saya selalu mengulang kembali materi yang telah saya dapatkan SS S TS STS
10 Saya mengingat materi yang telah disampaikan minggu lalu pada pertemuan berikutnya
SS S TS STS
11 Mengulang materi hanya saat materi tersebut akan diujikan SS S TS STS
12 Mengulang materi akan membuat saya bingung SS S TS STS
13 Saya mencatat kembali materi yang saya dapatkan SS S TS STS
15 Mengandalkan Hang out dari pada catatan saya sendiri SS S TS STS
16 Saya lebih suka menggunakan media yang lebih praktis dari pada mencatatnya SS S TS STS
17 Saya menggunakan materi yang telah saya dapatkan dalam aktivitas sehari-hari saya SS S TS STS
35
6
Saya menanyakan materi yang tidak saya pahami kepada pemateri agar mendapatkan penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi tersebut
SS S TS STS
8
Saya merasa sungkan dan malu untuk bertanya atau meminta penjelasan yang lebih dalam lagi mengenai materi yang kurang saya pahami
SS S TS STS
9 Saya selalu mengulang kembali materi yang telah saya dapatkan SS S TS STS
10 Saya mengingat materi yang telah disampaikan minggu lalu pada pertemuan berikutnya
SS S TS STS
11 Mengulang materi hanya saat materi tersebut akan diujikan SS S TS STS
12 Mengulang materi akan membuat saya bingung SS S TS STS
13 Saya mencatat kembali materi yang saya dapatkan SS S TS STS
15 Mengandalkan Hang out dari pada catatan saya sendiri SS S TS STS
16 Saya lebih suka menggunakan media yang lebih praktis dari pada mencatatnya SS S TS STS
17 Saya menggunakan materi yang telah saya dapatkan dalam aktivitas sehari-hari saya SS S TS STS
22 Materi yang saya dapatkan membuat saya berfikir rasional dalam penyelesaian masalah SS S TS STS
23 Penyelesaian masalah lebih tertata jika diselesaikan dengan materi SS S TS STS
27 Menurut saya mencatat materi adalah bagian terpenting dalam belajar SS S TS STS
28 Saya selalu mencatat materi yang saya dapatkan agar dapat memahami lebih dalam lagi materi tersebut
SS S TS STS
33 Penjelasan dari orang lain terkadang membingungkan SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi
diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi
diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57
d. Penutup Intrumen ini ditujukan agar para Mahasiswa mampu
mengetahui dan menemukan gaya belajar yang sesuai dengan kesukaannya sehingga dapat memahami informasi yang telah didapatkannya dengan lebih mudah.
Instrument ini akan membuat pikiran negative bahwa belajar merupakan hal yang sulit dan membosankan untuk dijalani menjadi hilang dan tergantikan menjadi belajar adalah hal yang sangat asyik untuk dilakukan. Dengan dua faktor diatas akan memudahkan seorang Mahasiswa untuk mencapai nilai dan meningkatkan prestasi seperti yang selama ini diidam-idamkan.
36
3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap Kecerdasan Emosi Oleh: Nisma Luthfi Laila ([email protected]) Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S. Psi, M. Si a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa yang menyukai drama korea. Instrumen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya mahasiswa di masa kini yang menggemari drama yang berasal dari negeri ginseng tersebut. Dengan menonton drama korea, tidak hanya mendapat cerita yang bagus dan juga aktor & aktris yang tampan namun juga berpengaruh pada kecerdasan emosi penonton. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi pula pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi subjek yang bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami dirinya, mengelola emosi, bisa berempati, membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang
untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran emosi), mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca emosi), membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan teori Goleman (1995) dengan aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kecerdasan diri, pengaturan emosi, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.
37
3. Instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea Terhadap Kecerdasan Emosi Oleh: Nisma Luthfi Laila ([email protected]) Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S. Psi, M. Si a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa yang menyukai drama korea. Instrumen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya mahasiswa di masa kini yang menggemari drama yang berasal dari negeri ginseng tersebut. Dengan menonton drama korea, tidak hanya mendapat cerita yang bagus dan juga aktor & aktris yang tampan namun juga berpengaruh pada kecerdasan emosi penonton. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi pula pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi subjek yang bersangkutan. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari teori kecerdasan emosi oleh Goleman yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami dirinya, mengelola emosi, bisa berempati, membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang
untuk mengenali dan merasakan emosi yang dialami (kesadaran emosi), mengelola emosi, bisa melakukan empati (membaca emosi), membina hubungan dengan orang lain dan memanfaatkan emosi secara produktif sebagai penunjang performa seseorang. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan teori Goleman (1995) dengan aspek-aspek kecerdasan emosi. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kecerdasan diri, pengaturan emosi, motivasi, empati dan ketrampilan sosial.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Kecerdasan emosi
Kecerdasan diri
Mengenali emosi diri
Merasakan sesuatu dengan adegan tertentu
3 7 2
Merasa drama korea
mampu meningkatkan kepekaan
emosi
8 11 2
Pengaturan
emosi
Mengelola emosi
Memahami emosi yang dirasakan
9 40 2
Merasa dapat
mengungkapkan
emosi/perasaan dengan
tepat
4, 13 5, 10 4
Merasa tenang setelah
menonton drama korea
1 2 2
Merasa bahwa emosi
menjadi stabil setelah
menonton drama korea
35 39 2
Kecemasan hilang setelah
menonton drama korea
6 12 2
Motivasi
Motivasi diri sendiri
Motivasi meningkat
setelah melihat hal
yang disukai dalam drama
15 25 2
Kreatifitas meningkat 14 37 2
38
setelah menonton
drama korea
Empati Mengenali
emosi orang lain
Terbuka pada orang
lain 36 38 2
Mampu mengenali perasaan
orang lain
16 19 2
Mampu menghormat
i perasaan orang lain
17 20 2
Merasakan apa yang dirasakan
oleh aktor/aktris
saat menonton
drama korea
18, 21 24, 22 4
Ketrampilan sosial
Membina hubungan
Mampu mengungkapkan perasaan
kepada orang lain
23 27 2
Mampu menerima apa yang
diungkapkan orang lain
28 26 2
Mampu meningkatka
n minat hubungan
sosial setelah
menonton drama korea
29, 30, 31
32, 33, 34 6
Jumlah 20 20 40
Alpha Cronbach's = 0, 529; Sampel = 25 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 8, 9, 10, 11, 12, 14, 17, 18, 24, 25, 28, 30, 39
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40
39
setelah menonton
drama korea
Empati Mengenali
emosi orang lain
Terbuka pada orang
lain 36 38 2
Mampu mengenali perasaan
orang lain
16 19 2
Mampu menghormat
i perasaan orang lain
17 20 2
Merasakan apa yang dirasakan
oleh aktor/aktris
saat menonton
drama korea
18, 21 24, 22 4
Ketrampilan sosial
Membina hubungan
Mampu mengungkapkan perasaan
kepada orang lain
23 27 2
Mampu menerima apa yang
diungkapkan orang lain
28 26 2
Mampu meningkatka
n minat hubungan
sosial setelah
menonton drama korea
29, 30, 31
32, 33, 34 6
Jumlah 20 20 40
Alpha Cronbach's = 0, 529; Sampel = 25 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 8, 9, 10, 11, 12, 14, 17, 18, 24, 25, 28, 30, 39
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
8 Mudah merasa iba jika aktor dalam drama diperlakukan semena-mena, misalnya: dirisak (dibully)
SS S TS STS
9 Dengan melihat aktor yang saya sukai muncul dalam drama, semangat menjadi meningkat
SS S TS STS
10 Terkadang saya merasa bingung saat melihat jalan cerita drama yang berputar-putar
SS S TS STS
11 Saya merasa biasa saja saat melihat adegan pembunuhan didalam drama SS S TS STS
12 Saya menonton drama korea jika saya mau saja SS S TS STS
14 Seringkali mendapat ide baru saat menonton drama korea SS S TS STS
17 Saya mampu menghargai orang lain yang tidak suka menonton drama korea SS S TS STS
18 Seringkali ikut terhanyut dalam peran yang diperankan oleh aktor SS S TS STS
24 Terkadang merasa bahwa akting sang aktor dalam drama kurang menghayati perannya
SS S TS STS
25 Saya tidak mendapat hal atau pelajaran apapun saat menonton drama korea SS S TS STS
28 Mampu menerima saran dan kritikan dari orang lain dengan hati yang lapang SS S TS STS
30 Melihat kegigihan pelajar Korea dalam drama membuat saya menjadi termotivasi dalam belajar
SS S TS STS
39 Menonton drama korea saat bad mood justru membuat mood semakin memburuk
SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri subyek S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri subyek TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri subyek STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri subyek
40
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 26 Sedang 26 ≤ Skor ≤ 39 Tinggi Skor ≥ 39
d. Penutup Dengan menonton drama korea tentunya tidak hanya
mendapatkan hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang bicarakan, namun juga dapat mendatangkan hal positif salah satunya dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi sangatlah penting dalam berhubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea terhadap Kecerdasan Emosi dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. Apabila skor yang didapat diatas 39 maka termasuk kategori tinggi. Jika skor yang didapatkan antara 26 sampai 39 maka termasuk golongan sedang dan bila skor yang didapat dibawah 26 maka termasuk kategori rendah. Semoga instrumen ini dapat dijadikan acuan oleh para pembaca untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa.
41
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 26 Sedang 26 ≤ Skor ≤ 39 Tinggi Skor ≥ 39
d. Penutup Dengan menonton drama korea tentunya tidak hanya
mendapatkan hal yang negatif seperti yang kebanyakan orang bicarakan, namun juga dapat mendatangkan hal positif salah satunya dapat mempengaruhi kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi sangatlah penting dalam berhubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan disekitar kita. Demikian instrumen Skala Pengaruh Menonton Drama Korea terhadap Kecerdasan Emosi dibuat untuk mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa. Apabila skor yang didapat diatas 39 maka termasuk kategori tinggi. Jika skor yang didapatkan antara 26 sampai 39 maka termasuk golongan sedang dan bila skor yang didapat dibawah 26 maka termasuk kategori rendah. Semoga instrumen ini dapat dijadikan acuan oleh para pembaca untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh menonton drama korea terhadap kecerdasan emosi mahasiswa.
4. Instrumen Skala Kemampuan Mengukur Kecerdasan Emosional Santri Putri Pp Al-Luqmaniyyah Yogyakarta Oleh:Luthfia Faridatun Nisa ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si a. Pengantar
Instrumen merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial dengan cara mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Alasan instrumen skala kemampuan kecerdasan emosional dibuat karena untuk mengetahui seberapa tinggi rendahnya tingkat kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah yang notabenenya mayoritas merupakan mahasiswa. Hal ini sangat penting karena untuk mengenali diri sendiri dan memahami perasaan orang lain.
Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional dengan kisi-kisi sesuai dengan teori yang ada kemudian dikembangkan oleh peneliti. Teori yang digunkan adalah teori Daniel Goleman. Daniel Goleman menyebutkan lima komponen psikologis dalam kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Kelima komponen tersebut dijadikan sebagai aspek instrumen kemudian dikembangkan lagi menjadi indicator, selanjutnya indicator tersebut dikembangkan lagi menjadi descriptor, dari descriptor tersebut dibuat beberapa item pernyataan. Instrumen tersebut diasumsikan telah disetujui oleh professional judgement. Oleh karena itu, instrumen telah diuji cobakan kepada responden yang bermanfaat untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional. Dengan subyek santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
b. Pengembangan Instrument Skala Psikologis Daniel Goleman (Hariwijaya, 2005:7) mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosi adalah : 1) Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya
sehingga tahu kelebihan dan kekurangnnya; 2) Kemampuan sesorang untuk mengelola emosi tersebut; 3) Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan
dorongan untuk maju kepada diri sendiri; 4) Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan
kepribadian orang lain; 5) Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan
pihak lain secara baik. Jika kita memang mampu memahami dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi
42
tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.
Kemampuan mengukur kecerdasan emosional merupakan upaya untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan, pengukuran kecerdasan emosional melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar individu dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengukur kecerdasan emosional. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Variabel Aspek Indikato
r Deskripto
r
No item Jumlah Favorab
le Unfavora
ble
Kemampua
n mengukur kecerdasan emosional
Aspek mengenali emosi
diri
Kemampuan
individu untuk
mengenal dan
merasakan emosi sendiri
Perasaan menerima 1,2,3 4,5 5
Percaya diri 7 6,8,9 4
Aspek mengelola emosi
Kemampuan
individu dalam
menangani
perasaan
Menghibur diri sendiri
10, 12, 13, 15 11, 14 6
Melepas kecemasan
16, 17, 18 3
Kemurungan atau
ketersinggungan
19 20,21,22 4
Aspek memotivasi diri sendiri
Kemampuan
untuk mengatur
emosi
Pengendalian
dorongan hati
23, 24, 25, 26 27, 28, 29 7
Kekuatan berpikir positif
30 31 2
Kekuatan berpikir optimis
32,34, 35, 37 33, 36 6
Aspek mengenali emosi orang
Kemampuan
individu untuk
Mampu mendengarkan orang
lain
38, 39, 41 40, 42, 43 6
43
tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.
Kemampuan mengukur kecerdasan emosional merupakan upaya untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan, pengukuran kecerdasan emosional melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar individu dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan mengukur kecerdasan emosional. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Variabel Aspek Indikato
r Deskripto
r
No item Jumlah Favorab
le Unfavora
ble
Kemampua
n mengukur kecerdasan emosional
Aspek mengenali emosi
diri
Kemampuan
individu untuk
mengenal dan
merasakan emosi sendiri
Perasaan menerima 1,2,3 4,5 5
Percaya diri 7 6,8,9 4
Aspek mengelola emosi
Kemampuan
individu dalam
menangani
perasaan
Menghibur diri sendiri
10, 12, 13, 15 11, 14 6
Melepas kecemasan
16, 17, 18 3
Kemurungan atau
ketersinggungan
19 20,21,22 4
Aspek memotivasi diri sendiri
Kemampuan
untuk mengatur
emosi
Pengendalian
dorongan hati
23, 24, 25, 26 27, 28, 29 7
Kekuatan berpikir positif
30 31 2
Kekuatan berpikir optimis
32,34, 35, 37 33, 36 6
Aspek mengenali emosi orang
Kemampuan
individu untuk
Mampu mendengarkan orang
lain
38, 39, 41 40, 42, 43 6
lain berempati
terhadap orang lain
Empati 44, 45, 46 3
Aspek membina hubunga
n
Kemampuan
individu dalam
bergaul dengan orang lain
Cakap komunikas
i 48 47 2
Membuka diri 49 50 2
Jumlah 30 20 50 Alpha Cronbach's = 0,180 ; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 2, 7, 11, 14, 20, 24, 28, 34, 36, 49, 50
1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
2 Saya menghargai perasaan orang lain SS S TS STS
7 Saya selalu percaya diri tampil di depan umum
SS S TS STS
11 Ketika saya sedih, saya selalu pergi jalan-jalan
SS S TS STS
14 Saya marah kalau teman saya tidak mau diajak pergi berlibur
SS S TS STS
20 Saya sering merasa bosan jika tidak ada kegiatan ketika liburan
SS S TS STS
24 Saya bisa menyelesaikan masalah saya sendiri
SS S TS STS
28 Saya tidak bisa menghibur teman saat sedih SS S TS STS
34 Saya mampu mengatasi permasalahan dengan kepala dingin
SS S TS STS
36 Saya tidak bisa menenangkan teman ketika cemas
SS S TS STS
49 Saya mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru
SS S TS STS
50 Saya mengalami kesulitan dalam bersosialisasi
SS S TS STS
44
Keterangan : SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri teman-teman. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri teman-teman. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri teman-teman.
Kategorisasi : Kategori
Rendah Skor ≤ 23,83 Sedang 23,83 ≤ skor ≤ 31,17 Tinggi Skor ≥ 31,17
d. Penutup Instrumen skala kemampuan mengukur kecerdasan
emosional dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional seseorang. Pada instrumen tersebut merupakan instrumen yang keseluruhanya terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk empat alternative jawaban yang dimiliki skor tersendiri. Semakin tinggi alternative jawaban yang dipilih responden, maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional siswa. Semakin rendah alternatif jawaban yang dipilih responden, maka semakin rendah pula kecerdasan emosional responden tersebut. Adapun manfaat mengukur kecerdasan emosional yaitu membangun kekuatan dan kesadaran diri, membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam hidupnya. Upaya mengukur kecerdasan emosional tersebut untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
45
Keterangan : SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri teman-teman. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri teman-teman. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri teman-teman.
Kategorisasi : Kategori
Rendah Skor ≤ 23,83 Sedang 23,83 ≤ skor ≤ 31,17 Tinggi Skor ≥ 31,17
d. Penutup Instrumen skala kemampuan mengukur kecerdasan
emosional dapat digunakan untuk khalayak umum untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional seseorang. Pada instrumen tersebut merupakan instrumen yang keseluruhanya terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk empat alternative jawaban yang dimiliki skor tersendiri. Semakin tinggi alternative jawaban yang dipilih responden, maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional siswa. Semakin rendah alternatif jawaban yang dipilih responden, maka semakin rendah pula kecerdasan emosional responden tersebut. Adapun manfaat mengukur kecerdasan emosional yaitu membangun kekuatan dan kesadaran diri, membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi dan mengintegrasikan tujuan belajar ke dalam hidupnya. Upaya mengukur kecerdasan emosional tersebut untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kecerdasan emosional santri PP Al-Luqmaniyyah Yogyakarta.
5. Instrumen Skala Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Oleh: Tika Wahyu Saputri ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si. a. Pengantar
Setiap orang mempunyai tingkat kebutuhan masing-masing, dan hal ini akan mempengaruhi tingkat motivasi seseorang untuk mencapai kepuasannya. Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Salah satu motivasi yang terdapat dalam diri individu ialah motivasi berprestasi. Motivasi prestasi tidak dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses yang dipelajari, dilatih, ditingkatkan dan dikembangkan.
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap motivasi berprestasi dikalangan mahasiswa perguruan tinggi negeri. Dengan melihat banyaknya tuntutan kampus mulai dari nilai minimum IPK mahasiswa dan tugas akhir. Karena terkadang motivasi berprestasi mahasiswa dipengaruhi juga oleh lingkungannya contohnya bila ada teman yang malas dalam kuliah atau mengerjakan tugas akan memberikan dampak pada individu utnuk ikut-ikutan. Dalam instrumen ini mengembangkan teori Mc Clelland yang dijelaskan dalam definisi operasional instrumen.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Motivasi berprestasi adalah dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang diukur dengan skala motivasi berprestasi menurut teori Mc Clelland, dengan indikator sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) adanya harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, (6) adanya kegiatan yang menarik.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item Jumlah Favora
ble Unfavorable
Motivasi Berprestasi
Aspek Internal
Adanya hasrat dan keinginan
untuk melakukan kegiatan
Memiliki keinginan melakukan
kegiatan
4 28, 29, 3
Adanya dorongan
dan kebutuhan
Melaksanakan
kegiatan dengan
16, 25 17, 32 4
46
melakukan kegiatan
baik Memiliki kebutuhan melakukan
kegiatan
18,19, 26,31 8, 9, 33 7
Adanya harapan dan cita-
cita
Memiliki cita-cita 1, 2, 24 35, 36 5
Penghargaan dan
penghormatan atas
diri
Mengutamakan
pencapaian hasil
ketimbang memperoleh imbalan
6, 7, 22, 23, 27, 34 6
Aspek Eksternal
Adanya lingkungan yang baik
Lingkungan yang
kondusif 11 37 2
Memilih pergaulan yang baik
12, 13, 14 38, 39 5
Adanya kegiatan
yang menarik
Memiliki tempat
mengaktualisasikan
diri
5, 15, 21 30, 40 5
Mengikuti kegiatan 3, 10 20 4
Jumlah 23 17 40 Alpha Cronbach's = 0,846; Sampel = 21 orang.
Item Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur
4, 5, 7, 8, 9, 15, 16, 18, 19, 21, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39
1, 2, 3, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 22, 23, 24, 27, 29, 37, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban 4 Banyak kegiatanseminar di kampus yang
ingin saya ikuti SS S TS STS
5 Saya mengikuti kegiatan tersebut karena sesuai dengan bakat SS S TS STS
7 Saya tidak malu bertanya dengan dosen atau teman yang sekiranya menurut saya sukar diselesaikan sendiri
SS S TS STS
47
melakukan kegiatan
baik Memiliki kebutuhan melakukan
kegiatan
18,19, 26,31 8, 9, 33 7
Adanya harapan dan cita-
cita
Memiliki cita-cita 1, 2, 24 35, 36 5
Penghargaan dan
penghormatan atas
diri
Mengutamakan
pencapaian hasil
ketimbang memperoleh imbalan
6, 7, 22, 23, 27, 34 6
Aspek Eksternal
Adanya lingkungan yang baik
Lingkungan yang
kondusif 11 37 2
Memilih pergaulan yang baik
12, 13, 14 38, 39 5
Adanya kegiatan
yang menarik
Memiliki tempat
mengaktualisasikan
diri
5, 15, 21 30, 40 5
Mengikuti kegiatan 3, 10 20 4
Jumlah 23 17 40 Alpha Cronbach's = 0,846; Sampel = 21 orang.
Item Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur
4, 5, 7, 8, 9, 15, 16, 18, 19, 21, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39
1, 2, 3, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 22, 23, 24, 27, 29, 37, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban 4 Banyak kegiatanseminar di kampus yang
ingin saya ikuti SS S TS STS
5 Saya mengikuti kegiatan tersebut karena sesuai dengan bakat SS S TS STS
7 Saya tidak malu bertanya dengan dosen atau teman yang sekiranya menurut saya sukar diselesaikan sendiri
SS S TS STS
8 Saya mengikuti organisasi karena ikut-ikutan teman SS S TS STS
9 Saya melakukan sesuatu terkadang harus dibujuk teman SS S TS STS
15 Organisasi adalah ruang bagi saya untuk mengaktualisasikan diri SS S TS STS
16 Menulis adalah kegiatan favorit saya SS S TS STS 18 Saat di kos saya mengulang materi yang
disampaikan dosen di kelas SS S TS STS
19 Sebelum kuliah saya resume materi supaya saat ditanya dosen saya sudah paham SS S TS STS
21 Diskusi membuat saya berani dalam berbicara di depan orang banyak SS S TS STS
25 Saya selalu aktif saat diskusi berlangsung SS S TS STS 26 Saya suka melakukan praktek konseling di
luar jam kuliah SS S TS STS
28 Banyak kegiatan yang ingin saya ikuti tapi saya sulit membagi waktu antara kuliah dan kegiatan lain
SS S TS STS
30 Saat waktu luang saya manfaatkan untuk pergi bermain dengan teman SS S TS STS
31 Saya mengikuti les private bahasa inggris sebagai penunjang keterampilan berbahasa inggris saya
SS S TS STS
32 Belajar kelompok terkadang tidak menyelesaikan tugas dengan baik karena terlalu banyak cerita dengan teman
SS S TS STS
33 Saya hanya akan praktek konseling kalau disuruh dosen SS S TS STS
34 Saya terkadang kurang percaya diri terhadap kemampuan yang saya miliki SS S TS STS
35 Saya terkadang pesimis terhadap impian saya SS S TS STS 36 Impian saya tidak sesuai dengan kemampuan
yang saya miliki SS S TS STS
38 Teman yang sering membolos kuliah membuat saya ikut-ikutan bolos SS S TS STS
39 Ketika teman malas dalam mengerjakan tugas membuat saya ikut-ikutan malas SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
48
Kategorisasi
Kategori
Rendah Skor ≤ 44
Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66
Tinggi Skor ≥ 66
d. Penutup Motivasi berprestasi ialah dorongan internal dan eksternal
yang ada dalam diri individu untuk mengadakan perubahan dalam diri mahasiswa dalam hal perkuliahan. Instrumen ini membantu melihat motivasi berprestasi yang ada dalam diri mahasiswa dalam hal keinginan untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan motivasi untuk mendapatkan nilai IPK diatas minimum.
49
Kategorisasi
Kategori
Rendah Skor ≤ 44
Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66
Tinggi Skor ≥ 66
d. Penutup Motivasi berprestasi ialah dorongan internal dan eksternal
yang ada dalam diri individu untuk mengadakan perubahan dalam diri mahasiswa dalam hal perkuliahan. Instrumen ini membantu melihat motivasi berprestasi yang ada dalam diri mahasiswa dalam hal keinginan untuk segera menyelesaikan perkuliahan dan motivasi untuk mendapatkan nilai IPK diatas minimum.
6. Instrumen Skala Pengaruh Gaya Belajar Mahasiswa Oleh: Mar‟ul Khoiriyah ([email protected]) Profesional Judgment: A. Said Hasan Basri, S. Psi., M. Si. a. Pengantar
De Porter dan Hernacki (1999), mengungkapkan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi, cara memproses informasi, dan karakteristik dasar kepribadian.
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam instrumen skala gaya belajar ini, mencoba dilakukan penelitian pada gaya belajar mahasiswa. Setiap mahasiswa pasti memiliki pola dan teknik gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan gaya belajar visual atau melalui penglihatan, gaya belajar auditori atau pendengaran, dan gaya belajar kinestetik yang dominan pada gerakan. Namun, tidak semua orang mengerti dan memahami pola gaya belajar apa yang lebih dominan dalam diri mereka. Oleh karena itu, instrumen ini dibuat untuk mengetahui gaya belajar yang sesuai pada mahasiswa.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Gaya belajar seseorang biasanya berasal dari variabel
kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis berdasarkan latar belakang sosio kultural dan pengalaman pendidikan. Selanjutnya, skala belajar dapat dikelompokkan berdasarkan kemudahan dalam menyerap informasi, cara memproses informasi dan karakteristik dasar kepribadian. Kisi-kisiskaladisusun berdasarkanaspek-aspek Gaya belajar mahasiswa. Aspek-aspektersebut antaralainaspek visual, aspek auditori, dan aspek kinestetik.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item Jumlah Favora
ble Unfavorable
Gaya Belajar Mahasi
swa
Aspek Visual
Mengilustrasikan materi di dalam pikirannya menggunakan gambar
Mengasosiasikan informasi yang diperoleh melalui gambar
1, 2, 3 4, 5, 6 6
50
Menulis dan membaca dengan detail serta rapi dan teratur
Menulis dan membaca secara detail
7, 8, 9, 10, 11
12, 13, 14, 15 9
Rapi dan teratur
16, 17, 18, 19
20, 21, 22 7
Aspek Auditori
Mudah mencerna informasi dari suara
Menangkap informasi dari apa yang didengar
23, 24, 25, 26
27, 28, 29, 30 8
Belajar dengan diskusi verbal
31, 32, 33, 34,
35 36 6
Membaca keras-keras
Menghafal dengan membaca dengan keras
37, 38 39 3
Aspek kinesteti
k
Tidak tahan duduk dalam waktu lama
Lebih mudah menangkap informasi dari peragaan
40, 41 42 3
Belajar dengan terjun langsung ke lapangan
43, 44 45 3
Berorientasi pada fisik dan gerak
Menyentuh orang untuk memperoleh tanggapan dari orang lain
47, 48 49 3
Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
50, 51 52, 53 4
Jumlah 31 21 52
Alpha Cronbach’s = 0,498 ; Sampel = 17 orang
51
Menulis dan membaca dengan detail serta rapi dan teratur
Menulis dan membaca secara detail
7, 8, 9, 10, 11
12, 13, 14, 15 9
Rapi dan teratur
16, 17, 18, 19
20, 21, 22 7
Aspek Auditori
Mudah mencerna informasi dari suara
Menangkap informasi dari apa yang didengar
23, 24, 25, 26
27, 28, 29, 30 8
Belajar dengan diskusi verbal
31, 32, 33, 34,
35 36 6
Membaca keras-keras
Menghafal dengan membaca dengan keras
37, 38 39 3
Aspek kinesteti
k
Tidak tahan duduk dalam waktu lama
Lebih mudah menangkap informasi dari peragaan
40, 41 42 3
Belajar dengan terjun langsung ke lapangan
43, 44 45 3
Berorientasi pada fisik dan gerak
Menyentuh orang untuk memperoleh tanggapan dari orang lain
47, 48 49 3
Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
50, 51 52, 53 4
Jumlah 31 21 52
Alpha Cronbach’s = 0,498 ; Sampel = 17 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 5, 13, 20, 21, 22, 29, 30, 33, 34, 35, 40
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban SS S TS STS
5 Saya tidak terlalu aktif berdiskusi di dalam kelas SS S TS
STS
13 Penyampaian materi oleh dosen yang terlalu cepat membuat saya gagal paham SS S TS
STS
20 Saya merasa minder ketika harus mengemukakan pendapat di depan umum
SS S TS STS
21 Sering kali saya mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya
SS S TS STS
22
Ketika disuruh untuk memperhatikan dosen, sering kali saya merasa mengantuk ataupun kehilangan konsentrasi
SS S TS STS
29 Saya aktif dalam kegiatan tanya jawab saat diskusi di kelas SS S TS STS
30 Saya selalu menggerak-gerakkan bibir/berkomat-kamit ketika membaca SS S TS
STS
33 Apabila ada materi yang tidak dipahami, maka saya akan bertanya kepada dosen SS S TS
STS
34
Seringnya saya merasa malas mencatat materi dari dosen dan lebih memilih untuk memfoto materi apabila ditayangkan dalam bentuk slide
SS S TS STS
35 Biasanya saya malas membaca informasi di papan informasi SS S TS
STS
40 Saya belajar dengan memperhatikan mimik muka dan gerak tubuh dosen saat mengajar
SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
52
Kategorisasi
Kategori Rendah Skor ≤ 17 Sedang 17 ≤ Skor ≥ 28 Tinggi Skor ≥ 28
d. Penutup Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan
dalam penelitian untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam penelitian “Skala Gaya Belajar Mahasiswa” ini, dikelompokkan menjadi tiga aspek gaya belajar, yaitu gaya belajar visual, auditor, dan kinestetik. Dan menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi acuan dalam menentukan gaya belajar pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu menyusun strategi belajar yang tepat sesuai dengan kecenderungan aspek gaya belajar yang dimilikinya. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis, pembaca, maupun responden.
53
Kategorisasi
Kategori Rendah Skor ≤ 17 Sedang 17 ≤ Skor ≥ 28 Tinggi Skor ≥ 28
d. Penutup Instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan
dalam penelitian untuk mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam penelitian “Skala Gaya Belajar Mahasiswa” ini, dikelompokkan menjadi tiga aspek gaya belajar, yaitu gaya belajar visual, auditor, dan kinestetik. Dan menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi acuan dalam menentukan gaya belajar pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu menyusun strategi belajar yang tepat sesuai dengan kecenderungan aspek gaya belajar yang dimilikinya. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis, pembaca, maupun responden.
7. Instrumen Skala Bimbingan Konseling Islam Guna Meningkatkan Religiusitas Lansia Oleh:Yulia Putri Intan Sari ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag. M.Si a. Pengantar
Untuk melakukan suatu penelitian, berarti seseorang tersebut akan mengumpulkan informasi suatu data. Pengumpulan suatu data tersebut ada berbagai macam bentuknya, untuk mendapatkan informasi atau data dari sebuah penelitian maka kita perlu alat untuk mengumpulkan informasi yang kita inginkan. Instrumen adalah salah satu bentuk untuk mendapatkan informasi atau data. Alasanya, instrumen skala bimbingan konseling islam ini digunakan untuk mengetahui tingkat religious seorang lansia dalam kehidupan sehari-harinya. Masa Lanjut usia merupakan masa dimana seseorang identik dengan menerima kesiapan dalam hal apapun, seperti perkembangan dalam hidupnya salah satunya adalah nilai-nilai tentang ketuhanan atau tentang religiusitas seseorang dalam menghadapi masa lanjut usia, dimana waktu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta dan memanfaatkan hari tuanya dengan hal yang bermanfaat.
Adapun aspek-aspek yang terdapat pada instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia yaitu aspek menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & Nashori, 2001) mendefinisikan religiusitas sebagai system symbol, system keyakinan, system nilai dan system perilaku yang terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Dari beberapa aspek-aspek tersebut kemudian dikembangkan dalam berbagai indicator, kemudian menjadi indicator, dan kemudian menjadi item-item pernyataan. Sebelum instrumen di uji cobakan kepada responden maka perlu diteliti terlebih dahulu oleh professional judgement. jika dirasa sudah layak maka instrumen siap untuk diujikan kepada para lanjut usia.
b. Pengembangan Instrument Skala Psikologis Skala tingkat kereligiusitasan lansia merupakan upaya
untuk mengukur seberapa tinggi kesadaran lansia dalam beragama dan kepekaan terhadap agamanya. Religiusitas menurut Glock dan Stark (dalam Ancok & Nashori, 2001) mendefinisikan religiusitas sebagai system symbol, system keyakinan, system nilai dan system perilaku yang terlambangkan dimana semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Orang yang religious akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agama, berusaha mempelajarinya pengetahuan
54
tentang agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanaya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama (Nashori dalam Risnawita & Gufron, 2011).
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jumlah Favor able
Unfav orable
Tingkat
Kereligiusan Lansia.
Aspek Keyakinan
Yakin terhadap
kebenaran ajaran-ajaran
agama, dan yakin
adanya Tuhan
Yakin adanya Tuhan 1,2,3 4 4
Yakin terhadap agama yang di
anutnya 5,6,7 8,9 5
Selalu berfikir positif
Menunjukkan sikap tenang
10,11 12 3
Aspek Perilaku
Melaksanakan kewajiban
agama secara konsisten
Melaksanakan ibadah sehari-hari
13,14,15
16,17,18 6
Membaca dan
Mendengar ayat-ayat
suci
19,20,21,22,23,2
4 25,26 8
Aspek Penghayata
n
Perasaan dan pengalaman keagamaan
yang dialami
Ketika doanya
dikabulkan Tuhan
27,28 29 3
Aspek Peribadatan
Sejauh mana dalam
mengerjakan kewajiban
ritual diagamanya
Selalu tertib
menunaikan ibadah
30,31,32,33 34,35 6
55
tentang agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanaya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama (Nashori dalam Risnawita & Gufron, 2011).
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jumlah Favor able
Unfav orable
Tingkat
Kereligiusan Lansia.
Aspek Keyakinan
Yakin terhadap
kebenaran ajaran-ajaran
agama, dan yakin
adanya Tuhan
Yakin adanya Tuhan 1,2,3 4 4
Yakin terhadap agama yang di
anutnya 5,6,7 8,9 5
Selalu berfikir positif
Menunjukkan sikap tenang
10,11 12 3
Aspek Perilaku
Melaksanakan kewajiban
agama secara konsisten
Melaksanakan ibadah sehari-hari
13,14,15
16,17,18 6
Membaca dan
Mendengar ayat-ayat
suci
19,20,21,22,23,2
4 25,26 8
Aspek Penghayata
n
Perasaan dan pengalaman keagamaan
yang dialami
Ketika doanya
dikabulkan Tuhan
27,28 29 3
Aspek Peribadatan
Sejauh mana dalam
mengerjakan kewajiban
ritual diagamanya
Selalu tertib
menunaikan ibadah
30,31,32,33 34,35 6
Aspek pengetahua
n
Mengerti dan memahami
pokok ajaran islam
Pengetahuan tentang
agama 36,37 38 3
Berbuat baik
kepada sesama
39,40 41,42 4
Jumlah 27 15 42
Alpha Cronbach's : 0,889 ; Sampel 17orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 33, 35, 36, 39, 41, 42.
4, 8, 12, 25, 29, 32, 34, 37, 38, 40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
1 Saya yakin adanya Tuhan SS S TS STS
2 Saya yakin Tuhan itu hanya satu SS S
TS
STS
3 Saya percaya, Tuhan Maha melihat dimanapun saya berada SS S TS STS
5 Saya percaya adanya Surga dan Neraka SS S TS STS
6 Saya yakin malaikat mencatat semua amal perbuatan manusia yang baik dan buruk
SS
S
TS
STS
7 Saya percaya terhadap Al-Quran dan Sunah SS S TS STS
9 Saya tidak yakin adanya hari pembalasan diakhirat nanti SS S TS STS
10 Saya merasa Allah selalu mengabulkan doa-doa saya SS S TS STS
56
11 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan SS S TS STS
13 Saya selalu melaksanakan shalat sunah terlebih dahulu sebelum shalat wajib SS S TS STS
14 Sesibuk apa pekerjaan saya, saya akan berusaha untuk tetap beribadah SS S TS STS
15 Saya merasa gelisah saat meninggalkan shalat SS S TS STS
16 Saya merasa tidak harus memenuhi panggilan adzan walaupun tidak sedang sibuk SS S TS STS
17 Saya masih malas untuk melakukan ibadah SS S TS STS
18 Ibadah saya masih tidak teratur SS
S
TS
STS
19 Hati saya tergetar bila mendengar suara adzan SS S TS STS
20 Saya merasa tenang jika membaca Al-Quran SS S TS STS
21 Saya selalu meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran SS S TS STS
22 Saya merasa tenang jika mendengar orang lain membaca Al-Quran SS S TS STS
23 Saya selalu berdzikir setelah melaksanakan sholat SS S TS STS
24 Setiap mendapat nikmat, saya tidak lupa mengucapkan Alhamdulillah SS S TS STS
26 Saya membaca Al-Quran dengan terbata-bata SS S TS STS
27 Jika keinginan belum terpenuhi, saya yakin Tuhan akan mengabulkan SS S TS STS
28 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan SS S TS STS
30 Saya melaksanakan shalat dengan tepat waktu SS S TS STS
57
11 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan SS S TS STS
13 Saya selalu melaksanakan shalat sunah terlebih dahulu sebelum shalat wajib SS S TS STS
14 Sesibuk apa pekerjaan saya, saya akan berusaha untuk tetap beribadah SS S TS STS
15 Saya merasa gelisah saat meninggalkan shalat SS S TS STS
16 Saya merasa tidak harus memenuhi panggilan adzan walaupun tidak sedang sibuk SS S TS STS
17 Saya masih malas untuk melakukan ibadah SS S TS STS
18 Ibadah saya masih tidak teratur SS
S
TS
STS
19 Hati saya tergetar bila mendengar suara adzan SS S TS STS
20 Saya merasa tenang jika membaca Al-Quran SS S TS STS
21 Saya selalu meluangkan waktu untuk membaca Al-Quran SS S TS STS
22 Saya merasa tenang jika mendengar orang lain membaca Al-Quran SS S TS STS
23 Saya selalu berdzikir setelah melaksanakan sholat SS S TS STS
24 Setiap mendapat nikmat, saya tidak lupa mengucapkan Alhamdulillah SS S TS STS
26 Saya membaca Al-Quran dengan terbata-bata SS S TS STS
27 Jika keinginan belum terpenuhi, saya yakin Tuhan akan mengabulkan SS S TS STS
28 Saya selalu mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan SS S TS STS
30 Saya melaksanakan shalat dengan tepat waktu SS S TS STS
31 Saya selalu melaksanakan ibadah puasa dibulan Ramadhan SS S TS STS
33 Saya tidak pernah meninggalkan shalat satu waktu pun SS S TS STS
35 Saya jarang beribadah karna fisik saya yang sudah menurun SS S TS STS
36 Malaikat diciptakan Allah dari cahaya SS S TS STS
39 Saya selalu menolong orang lain tanpa imbalan SS S TS STS
41 Menolong sesama tidak perlu dilakukan jika tidak mendapat imbalan SS S TS STS
42 Saya tidak akan menolong orang lain jika berbeda agama SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 64 Sedang 64 ≤ Skor ≤ 240 Tinggi Skor ≥ 240
d. Penutup Lansia adalah proses menua yaitu proses alami yang
dihadapi manusia, dalam tahap lanjut usia ini pada diri manusia mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial. Kesimpulan dari instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia yaitu, bahwa instrumen ini diuji cobakan hanya kepada seorang lansia saja dan instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat religious seorang lansia dalam menjalani hidupnya dan upaya peningkatan dalam hal melakukan kegiatan ibadah dan amalan yang baik bagi kehidupan
58
masa lanjutnya. Seorang lansia dalam meningkatkan religiusitas dalam mengisi kegiatan hari-hari tuanya dengan memperbanyak melakukan ibadah. Oleh karena itu dengan instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia ini untuk mengetahui seberapa besar upaya seorang lansia tersebut.
59
masa lanjutnya. Seorang lansia dalam meningkatkan religiusitas dalam mengisi kegiatan hari-hari tuanya dengan memperbanyak melakukan ibadah. Oleh karena itu dengan instrumen skala bimbingan konseling islam guna meningkatkan religiusitas lansia ini untuk mengetahui seberapa besar upaya seorang lansia tersebut.
8. Instrumen Skala Pencapaian Prestasi Belajar Mahasiswa Organisasi Oleh:Rio Anggi Fernando ([email protected]) Professional Judgment: Agus Syahputra S.Kom.I a. Pengantar
Melihat gejala tidak sinergisnya prestasi atau pencapaian yang terjadi pada mahasiswa organsasi ekstra kampus, memungkinkan perlu diadakannya sebuah penelitian kenapa gejala tersebut bisa muncul. Sudah menjadi pembicaraan di masyarakat kampus ketika mahasiswa yang mengikuti organ ekstra dikategorikan sebagai mahasiswa yang malas dan aneh dari mahasiswa umumnya. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita yang terjadi disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori belajar dan teori managemen organisasi. Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang seperti budaya dan warisan tersebut.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai atau
ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajar baik angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing dalam periode tertentu. Angka atau hasil belajar itulah yang menunjukkan hasil belajar. Jadi, pengertian prestasi belajar adalah tingkat kemampuan intelektual yang dapat diukur, berupa penugasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil belajar. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek psikis belajar. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No item
Jumlah Favo
rable
Unfavorable
Skala Pencapaian
prestasi mahasiswa organisasi
Aspek Kognitif
Pengamatan: dapat
menunjukkan, membandingka
n dan menghubungka
n
Mengetahui apa
saja kewajiba
n dan hak
sebagai mahasis
wa.
1 2 2
60
Ingatan: dapat menyebutkan
dan menunjukkan
kembali
Belajar sebelum
maju presentasi di kelas
dan presentasi dengan lancar.
3 4 2
Pemahaman: dapat
menjelaskan dan
mendefinisikan dengan lisan
sendiri
Pahamkan apa yang
disampaikan
dosen dan bias menjelas
kan ulang.
5 6 2
Memahami suatu materi tidak hanya dari
penjelasan dosen tetapi dari
lingkup organisas
i.
7 8 2
Penerapan: dapat
memberikan contoh dan
menggunakan secara tepat
Aktif berbicara
dalam hal
penyampaian
materi dengan
memberi contoh yang jelas.
9 10 2
Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti):
dapatmenguraik
Berteman dengan
siapa saja, dari golongan
11 12 2
61
Ingatan: dapat menyebutkan
dan menunjukkan
kembali
Belajar sebelum
maju presentasi di kelas
dan presentasi dengan lancar.
3 4 2
Pemahaman: dapat
menjelaskan dan
mendefinisikan dengan lisan
sendiri
Pahamkan apa yang
disampaikan
dosen dan bias menjelas
kan ulang.
5 6 2
Memahami suatu materi tidak hanya dari
penjelasan dosen tetapi dari
lingkup organisas
i.
7 8 2
Penerapan: dapat
memberikan contoh dan
menggunakan secara tepat
Aktif berbicara
dalam hal
penyampaian
materi dengan
memberi contoh yang jelas.
9 10 2
Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti):
dapatmenguraik
Berteman dengan
siapa saja, dari golongan
11 12 2
andanmengklasifikasi/memilah-
milah
mana saja yang berbuah kebaikan pada diri sendiri.
Sintesis (membuat
paduan baru dan utuh): dapat
menghubungkan,
menyimpulkan dan
menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
Tidak terikat
pada isu bahwa
mahasiswa
organisasi
memakan waktu
lama dalam
mencapai prestasi akademi
k.
13 14 2
Aspek Afektif
Receiving atau attending, yakni kepekaan dalam
menerima rangsangan
Dalam kepekaan
tidak harus
disampaikan
dengan lisan,
mengerti lewat
tindakan atau
gerak gerik.
15 16 2
Responding atau jawaban, yakni reaksi
yang diberikan seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar
Mengerti cara
berbicara dengan
berbagai tipe
manusia.
17 18 2
Menggunakanintonasisuaraberbedadalampembicaraan
19 20 2
62
yang berbeda.
Valuing (penilaian),
yakni berkenaan dengan
penilaian dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus
Mempercayai
bahwa setiap
mahasiswa
mempunyai cara sendiri dalam
menentukan masa depannya
.
21 22 2
Organisasi,yakni
pengembangan nilai ke dalam suatu system organisasi, termasuk
menentukan hubungan suatu nilai yang telah
dimilikinya.
Mempelajari suatu hal tidak terpaku hanya pada
perkuliahan saja, tetapi di dalam segala forum
terdapat kandungan ilmu.
23 24 2
Karakteristik atau interalisasi
nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang
Merasa bahwa
mahasiswa yang aktif di kampus maupun
organisasi adalah
perpaduan yang bagus.
25 26 2
63
yang berbeda.
Valuing (penilaian),
yakni berkenaan dengan
penilaian dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus
Mempercayai
bahwa setiap
mahasiswa
mempunyai cara sendiri dalam
menentukan masa depannya
.
21 22 2
Organisasi,yakni
pengembangan nilai ke dalam suatu system organisasi, termasuk
menentukan hubungan suatu nilai yang telah
dimilikinya.
Mempelajari suatu hal tidak terpaku hanya pada
perkuliahan saja, tetapi di dalam segala forum
terdapat kandungan ilmu.
23 24 2
Karakteristik atau interalisasi
nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang
Merasa bahwa
mahasiswa yang aktif di kampus maupun
organisasi adalah
perpaduan yang bagus.
25 26 2
Aspek Psikomotor
ik
Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering
tidak disadari karena sudah merupakan kebiasaan)
Menemukan
pemecahan
masalah dengan
tepat dan terkadang tidak
terduga.
27 28 2
Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
Bergerak cepat dalam
menyelesaikan suatu
urusan.
29 30 2
Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya
membedakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain
Mengingat dengan
jelas suara orang lain
tanpa perlu
melihat wajah orang
tersebut.
31 1
Kemampuan di bidang fisik
seperti kekuatan,
keharmonisan dan ketepatan
Mampu bekerja disela-
sela kesibukan kuliah
dan organisas
i.
32 33 2
Kemampuan yang berkenaan
dengan non decursive
komunikasi
Penyampaian
pendapat secara lisan
maupun tulisan.
34 35 2
Jumlah 18 17 35
Alpa Cronbach’s = 0,802 ; Sampel = 17 orang
64
Item Pernyataan Item shohih Item gugur
2,4,9,10,11,12,13,14,20,21,22, 23,26,27,28,30,31,33,34
1,3,5,6,7,8,15,16,17,18,19,24,25, 29,32,35
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban
2 Saya acuh terhadap peraturan-peraturan kampus yang dibuat untuk mahasiswa.
SS S TS STS
4 Saya mampu menjelaskan di depan umum tentang suatu materi tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.
SS
S
TS
STS
9 Saya mampu mengutarakan pendapat saya dengan memberikan beberpa contoh. SS S TS STS
10 Saya hanya dapat menjelaskan tentang suatu teori dari buku yang saya baca. SS S TS STS
11 Saya mempunyai banyak teman dari kelas maupun organisasi. SS S TS STS
12 Saya hanya mempunyai beberapa teman satu jurusan.
SS
S
TS
STS
13 Saya percaya bahwa organisasi dapat membantu mahasiswa berprestasi di bidang manapun.
SS S TS STS
14 Saya menganggap bahwa organisasi hanya mengganggu perkuliahan. SS S TS STS
17 Saya selalu memperdulikan cara berbicara saya dengan orang yang berbeda. SS S TS STS
20 Saya memperhatikan intonasi suara dan tekanan dalam berbicara dalam suatu forum atau personal.
SS S TS STS
65
Item Pernyataan Item shohih Item gugur
2,4,9,10,11,12,13,14,20,21,22, 23,26,27,28,30,31,33,34
1,3,5,6,7,8,15,16,17,18,19,24,25, 29,32,35
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban
2 Saya acuh terhadap peraturan-peraturan kampus yang dibuat untuk mahasiswa.
SS S TS STS
4 Saya mampu menjelaskan di depan umum tentang suatu materi tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.
SS
S
TS
STS
9 Saya mampu mengutarakan pendapat saya dengan memberikan beberpa contoh. SS S TS STS
10 Saya hanya dapat menjelaskan tentang suatu teori dari buku yang saya baca. SS S TS STS
11 Saya mempunyai banyak teman dari kelas maupun organisasi. SS S TS STS
12 Saya hanya mempunyai beberapa teman satu jurusan.
SS
S
TS
STS
13 Saya percaya bahwa organisasi dapat membantu mahasiswa berprestasi di bidang manapun.
SS S TS STS
14 Saya menganggap bahwa organisasi hanya mengganggu perkuliahan. SS S TS STS
17 Saya selalu memperdulikan cara berbicara saya dengan orang yang berbeda. SS S TS STS
20 Saya memperhatikan intonasi suara dan tekanan dalam berbicara dalam suatu forum atau personal.
SS S TS STS
21 Saya berbicara keras sesuai yang saya inginkan dimanapun saya berada. SS S TS STS
22 Saya mengerti bahwa menjadi mahasiswa itu dituntut menjadi dewasa.
SS
S
TS
STS
23 Saya bersikap santai dengan apa yang akan terjadi nantinya. SS S TS STS
26 Saya mempelajari berbagai hal di perkuliahan maupun di organisasi. SS S TS STS
27 Saya merasa mahasiswa organisasi itu bukan perpaduan yang pas.
SS S TS STS
28 Saya banyak mempelajari hal dari perkuliahan maupun organisasi salah satunya adalah berpikir cepat tentang problem solving.
SS S TS STS
31 Saya sulit menemukan titik suatu masalah karena saya mahasiswa organisasi.
SS S TS STS
32 Saya bersikap santai dalam menangani suatu masalah.
SS
S
TS
STS
33 Saya dapat mengingat suara orang lain sejak pertama kali mendengar suaranya.
SS S TS STS
34 Saya mampu membagi waktu saya dalam bekerja, kuliah dan berorganisasi. SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
66
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 44 Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66 Tinggi Skor ≥ 66
d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang
membutikan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra tidak selalu sesuai dengan justifikasi orang kebanyakan. Anggapan-anggapan negatif yang berkembang setidaknya sedikit terbelah atau terkacaukan. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa mahasiswa organisasi ekstra juga mampu mencapai prestasi dalam hal akademik.
67
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 44 Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66 Tinggi Skor ≥ 66
d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang
membutikan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasi ekstra tidak selalu sesuai dengan justifikasi orang kebanyakan. Anggapan-anggapan negatif yang berkembang setidaknya sedikit terbelah atau terkacaukan. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa mahasiswa organisasi ekstra juga mampu mencapai prestasi dalam hal akademik.
C. ASESMEN TENTANG PRIBADI SOSIAL 1. Instrumen Skala Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Anak Pada
Ayah-Ibu Karir Oleh:Salma Husniyati ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap keterbukaan diri (self disclosure) anak pada ayah-ibu karir. Keterbukaan diri (self disclosure) ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala keterbukaan diri (self disclosure). Skala keterbukaan diri (self disclosure) disusun berdasarkan aspek-aspek keterbukaan diri (self disclosure) yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang keterbukaan diri (self disclosure). Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi keterbukaan diri (self disclosure) tersebut. Menurut Person (1987) self disclosure merupakan tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Keterbukaan diri (self disclosure) merupakan upaya
mengungkapkan informasi atau keadaan diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek keterbukaan diri (self disclosure). Aspek-aspek tersebut antara lain aspek motivasi, waktu, ketepatan, keintensifan, kedalaman dan keluasan.
Variabel Aspek Indikator Deskript
or
No Item Jumlah Favora
ble Unfavor
able
Keterbukaan Diri (Self
Disclosure)
Aspek Motiva
si
Keinginan atau tujuan seseorang
dalam mengung-
kapkan dirinya kepada
orangtua
Tujuan bercerita 1,2,3 4,5,6 6
Kepercayaan diri
seseorang dalam
mengungkapkan
informasi dirinya
Percaya diri
dalam bercerita
7,8 9,10 4
68
kepada orangtua Pengaruh keluarga dalam
mengungkapkan
informasi dirinya kepada
orangtua
Sikap orangtua 11, 12 13, 14 4
Kondisi/ keadaan orangtua
15, 16 17, 18 4
Aspek Waktu
Intensitas kebersamaan
Tingkat kebersam
aan orangtua dengan
anak
19, 20 21, 22 4
Kesempatan waktu yang diberikan orantua kepada dirinya
Peluang waktu untuk
bercerita
23, 24 25 3
Ketepatan waktu dalam mengungkapkan kejadian
yang ada pada dirinya
kepada orangtua
Pemilihan waktu
yang tepat dalam
bercerita
26 27, 28, 29
4
Aspek Ketepat
an
Kesesuaian informasi diri yang diberikan kepada
orangtua
Kesesuaian antara fakta dan
cerita yang
disampaikan
30 31, 32 3
Aspek Keinten
sifan
Seberapa sering
seseorang mengungkap
kan informasi
diri kepada orangtua
Frekuensi
bercerita 33, 34 35, 36 4
Aspek Kedala
Informasi diri yang
Informasi khusus 37 38 2
69
kepada orangtua Pengaruh keluarga dalam
mengungkapkan
informasi dirinya kepada
orangtua
Sikap orangtua 11, 12 13, 14 4
Kondisi/ keadaan orangtua
15, 16 17, 18 4
Aspek Waktu
Intensitas kebersamaan
Tingkat kebersam
aan orangtua dengan
anak
19, 20 21, 22 4
Kesempatan waktu yang diberikan orantua kepada dirinya
Peluang waktu untuk
bercerita
23, 24 25 3
Ketepatan waktu dalam mengungkapkan kejadian
yang ada pada dirinya
kepada orangtua
Pemilihan waktu
yang tepat dalam
bercerita
26 27, 28, 29
4
Aspek Ketepat
an
Kesesuaian informasi diri yang diberikan kepada
orangtua
Kesesuaian antara fakta dan
cerita yang
disampaikan
30 31, 32 3
Aspek Keinten
sifan
Seberapa sering
seseorang mengungkap
kan informasi
diri kepada orangtua
Frekuensi
bercerita 33, 34 35, 36 4
Aspek Kedala
Informasi diri yang
Informasi khusus 37 38 2
man dan
Keluasan
diungkapkan kepada
orangtua (khusus atau
umum)
Informasi umum 39 40 2
Jumlah 19 21 40
Alpha Cronbach's = 0, 914 ; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,15,17,19,20,21,22,24,25, 26,28,29,30,31,33,34,35,37,
38,40
16, 18, 23, 27, 32, 36, 39
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
1 Saya senang curhat dengan orangtua untuk mengurangi beban masalah SS S TS STS
2 Saya menceritakan apapun yang saya alami kepada orangtua agar mereka dapat memahami saya
SS S TS STS
3 Saya ingin orangtua dapat mengarahkan saya kearah yang lebih positif dengan bercerita kepada mereka
SS S TS STS
4 Menceritakan masalah kepada orangtua hanya akan menambah masalah SS S TS STS
5 Hidup saya akan menjadi rumit jika curhat kepada orangtua SS S TS STS
6 Saya akan mengganggu orangtua jika menceritakan apapun yang saya lakukan SS S TS STS
7 Saya yakin bahwa orangtua adalah pemberi solusi terbaik untuk masalah saya SS S TS STS
8 Saya percaya untuk menceritakan apapun kepada orangtua karena kebijaksanaan mereka dalam memberi nasehat atau saran
SS S TS STS
9 Saya takut untuk curhat dengan ayah karena sifatnya yang pemarah SS S TS STS
10 Lelah yang dirasa orangtua membuat saya memilih untuk menyimpan masalah sendiri SS S TS STS
11 Saya nyaman bercerita dengan ayah karena keterbukaannya SS S TS STS
12 Saya selalu menceritakan apapun yang sedang/akan saya lakukan kepada ibu karena kasih sayangnya
SS S TS STS
13 Saya jarang bercerita dengan ayah karena sifatnya yang cuek SS S TS STS
70
14 Saya memilih tidak bercerita kepada ibu karena sifatnya yang terlalu khawatir SS S TS STS
15 Orangtua selalu meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah saya meskipun lelah
SS S TS STS
17 Saya sulit terbuka dengan orangtua karena kesibukan mereka SS S TS STS
19 Saya selalu menceritakan apa yang saya alami ketika sedang bersama orangtua SS S TS STS
20 Kami menghabiskan waktu bersama untuk saling bercerita SS S TS STS
21 Saya sukar cerita kepada orangtua karena kurangnya waktu bersama SS S TS STS
22 Saya memilih untuk bersenang-senang daripada menceritakan masalah saya ketika waktu bersamanya terbatas
SS S TS STS
24 Orangtua memberi saya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan mereka setiap minggunya
SS S TS STS
25 Orangtua saya tidak menyediakan waktu khusus untuk saya, karena sibuk dalam karir SS S TS STS
26 Orangtua selalu siap mendengarkan saya tanpa harus menunggu waktu yang tepat SS S TS STS
28 Ketika merasa lelah, saya malas curhat kepada orangtua SS S TS STS
29 Terlalu berfikir kapan waktu yang tepat membuat saya gagal bercerita kepada orangtua SS S TS STS
30 Saya menceritakan kejadian sebenarnya kepada orangtua meskipun saya yang bersalah SS S TS STS
31 Saya berbohong tentang fakta suatu masalah jika saya yang bersalah karena takut dimarahi SS S TS STS
33 Saya lebih sering curhat kepada orangtua dibandingkan dengan teman SS S TS STS
34 Saya selalu bercerita kepada orangtua setiap hari meskipun hanya hal yang sepele SS S TS STS
35 Saya curhat kepada orangtua hanya saat hari libur mereka SS S TS STS
37 Saya memberikan informasi secara detail tentang yang terjadi pada diri saya kepada orangtua
SS S TS STS
38 Memberikan informasi secara detail kepada orangtua tidak akan memberikan efek apapun pada saya
SS S TS STS
40 Saya takut membuat orangtua risih jika saya banyak bercerita SS S TS STS
71
14 Saya memilih tidak bercerita kepada ibu karena sifatnya yang terlalu khawatir SS S TS STS
15 Orangtua selalu meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah saya meskipun lelah
SS S TS STS
17 Saya sulit terbuka dengan orangtua karena kesibukan mereka SS S TS STS
19 Saya selalu menceritakan apa yang saya alami ketika sedang bersama orangtua SS S TS STS
20 Kami menghabiskan waktu bersama untuk saling bercerita SS S TS STS
21 Saya sukar cerita kepada orangtua karena kurangnya waktu bersama SS S TS STS
22 Saya memilih untuk bersenang-senang daripada menceritakan masalah saya ketika waktu bersamanya terbatas
SS S TS STS
24 Orangtua memberi saya kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan mereka setiap minggunya
SS S TS STS
25 Orangtua saya tidak menyediakan waktu khusus untuk saya, karena sibuk dalam karir SS S TS STS
26 Orangtua selalu siap mendengarkan saya tanpa harus menunggu waktu yang tepat SS S TS STS
28 Ketika merasa lelah, saya malas curhat kepada orangtua SS S TS STS
29 Terlalu berfikir kapan waktu yang tepat membuat saya gagal bercerita kepada orangtua SS S TS STS
30 Saya menceritakan kejadian sebenarnya kepada orangtua meskipun saya yang bersalah SS S TS STS
31 Saya berbohong tentang fakta suatu masalah jika saya yang bersalah karena takut dimarahi SS S TS STS
33 Saya lebih sering curhat kepada orangtua dibandingkan dengan teman SS S TS STS
34 Saya selalu bercerita kepada orangtua setiap hari meskipun hanya hal yang sepele SS S TS STS
35 Saya curhat kepada orangtua hanya saat hari libur mereka SS S TS STS
37 Saya memberikan informasi secara detail tentang yang terjadi pada diri saya kepada orangtua
SS S TS STS
38 Memberikan informasi secara detail kepada orangtua tidak akan memberikan efek apapun pada saya
SS S TS STS
40 Saya takut membuat orangtua risih jika saya banyak bercerita SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi
d. Penutup Instrumenskala keterbukaan diri (self disclosure) anak
pada ayah-ibu karir ini disusun untuk mengetahui seberapa besar angka keterbukaan anak jika kedua orangtuanya berkarir. Tak semua yang orangtuanya berkarir anaknya menjadi pribadi yang tertutup atau tidak terbuka. Meski kedua orangtua berkarir, jika perannya dimaksimalkan keterbukaan anak juga akan tinggi. Namun ketika anak kurang terbuka dapat dikatakan bahwa orangtua kurang memaksimalkan perannya.
Kategori Rendah Skor ≤ 68 Sedang 68 ≤ Skor ≤ 101 Tinggi Skor ≥ 101
72
2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas Oleh: Suandara Pratiwi ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I a. Pengantar
Menurut coopersmith (1967:4-5) Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.
Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana self esteem pada penyandang disabilitas. Self esteem ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh oleh subjek pada skala self esteem. Self esteem disususn berdasarkan aspek-aspek self esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang self esteem. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka makin tinggi self esteem pada diri individu. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek self esteem .
Sehingga instrumen ini penting untuk melihat sejauh mana tingkat keberhargaan diri yang apa pada penyandang disabilitas. Agar menjadi tolak ukur untuk bahan evaluasi dalam proses sosialisasi dan belajar mengajar dengan penyadang disabilitas.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Self esteem merupakan upaya untuk menegevaluasi diri
tentang pandangan secara menyeluruh tentang diri sendiri sehingga menimbulkan keberhargaan terhadap diri sendiri. Coopersmith (1967) menyebutkan terdapat empat aspek dalam self esteem individu, yaitu power, significance, virtue, dan competence. Sehingga kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek sekf esteem antara lain kekuatan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), kemampuan (competence).
Variabel Aspek Indikator Deskripto
r
No Item Jumlah Favorab
el Unfavorabel
Kekuatan (power)
Kemampuan untuk mengontrol tingkah laku
Mengontrol tingkah laku
1,3 2 3
73
2. Instrumen Skala Self Esteem Pada Penyandang Disabilitas Oleh: Suandara Pratiwi ([email protected]) Professional Judgement: Zaen Musyrifin, S.Sos.I., M.Pd.I a. Pengantar
Menurut coopersmith (1967:4-5) Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya.
Skala ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana self esteem pada penyandang disabilitas. Self esteem ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh oleh subjek pada skala self esteem. Self esteem disususn berdasarkan aspek-aspek self esteem yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang self esteem. Makin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka makin tinggi self esteem pada diri individu. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek self esteem .
Sehingga instrumen ini penting untuk melihat sejauh mana tingkat keberhargaan diri yang apa pada penyandang disabilitas. Agar menjadi tolak ukur untuk bahan evaluasi dalam proses sosialisasi dan belajar mengajar dengan penyadang disabilitas.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Self esteem merupakan upaya untuk menegevaluasi diri
tentang pandangan secara menyeluruh tentang diri sendiri sehingga menimbulkan keberhargaan terhadap diri sendiri. Coopersmith (1967) menyebutkan terdapat empat aspek dalam self esteem individu, yaitu power, significance, virtue, dan competence. Sehingga kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek sekf esteem antara lain kekuatan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), kemampuan (competence).
Variabel Aspek Indikator Deskripto
r
No Item Jumlah Favorab
el Unfavorabel
Kekuatan (power)
Kemampuan untuk mengontrol tingkah laku
Mengontrol tingkah laku
1,3 2 3
Kemampuan untuk mengontrol emosi
Mengontrol emosi
4, 5 6 3
mendapat Pengakuan terhadap diri sendiri
Kepercayaan diri
7, 8, 9, 10
11,12, 13,14,15
9
mendapat Pengakuan dari orang lain
Fakta-fakta tentang diri
16, 17 18, 19, 4
Keberartian (significance)
Kepedulian dan perhatian yang diterima dari orang lain dan lingkungannya.
Penerimaan di lingkungan terhadap diri yang sebenarnya
20, 21, 22
23, 24, 25, 26
7
afeksi dan ekspresi cinta yang diterima dari orang lain dan lingkungannya
Cinta dan kasih sayang dari orang lain
27,28 29, 30, ,31, 32
6
Kebajikan (virtue)
Ketaatan untuk mengikuti standar moral dan etika
Penilaian positif terhadap diri karena sudah menaati moral, dan etika
33, 34 35 3
Ketaatan untuk mengikuti standar agama
Penilaian positif terhadap diri karena sudah menaati nilai agama
36, 37, 38, 39
40, 41, 42
7
Kemampuan (competence)
Suatu performasi yang tinggi
Mengoptimalkan kemampua
43, 44, 45
46, 47 5
74
untuk memenuhi kebutuhan
n dengan baik dalam memenuhi kebutuhan
Suatu performasi yang tinggi untuk mencapai prestasi
Mengoptimalkan kemampuan dengan baik dalam mencapai prestasi
48, 49 50, 51 4
Jumlah 26 25 51 Alpha Cronbach’s = 0,867 ; Sampel = 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 2,8,12,13,15,16,17,19,20,21,22,23,25,27,28,29,34,36,37,38,39,41,42,43,44,45,46,49,51.
1,3,4,5,6,7,9,10,11,14,18,24,26,30,31,32,33,35,40,47,48,50.
c. Item Pertanyaan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban 2 Saya berbuat baik kepada orang tertentu saja SS S TS STS 8 Saya percaya pada kemampuan yang saya
miliki SS S TS STS
12 Saya kurang percaya diri untuk berbicara di depan banyak orang
SS S TS STS
13 Saya kurang bahagia dengan kehidupan saya saat ini
SS S TS STS
15 Saya takut untuk menjalani kehidupan pada saat ini dan masa yang akan datang
SS S TS STS
16 orang terdekat saya selalu mendukung dan bangga terhadap apa yang saya lakukan
SS S TS STS
17 Teman-teman saya bersedia membantu ketika saya meminta tolong kepada mereka
SS S TS STS
19 Saya jarang diajak oleh teman-teman saya ketika mereka mengadakan sebuah kegiatan.
SS S TS STS
20 Ketika saya sakit orang terdekat saya datang untuk menjenguk
SS S TS STS
21 Saya selalu diajak ngobrol dengan orang terdekat saya
SS S TS STS
22 Orang terdekat saya selalu mengingatkan untuk kuliah dan mengerjakan tugas
SS S TS STS
23 Orang terdekat saya hanya datang kepada saya saat mereka membutuhkan saja
SS S TS STS
25 saya kurang berintekasi dengan orang sekitar SS S TS STS 27 Saya merasa orang terdekat saya
menyayangi saya SS S TS STS
28 saya butuh kasih sayang dari orang terdekat SS S TS STS
75
untuk memenuhi kebutuhan
n dengan baik dalam memenuhi kebutuhan
Suatu performasi yang tinggi untuk mencapai prestasi
Mengoptimalkan kemampuan dengan baik dalam mencapai prestasi
48, 49 50, 51 4
Jumlah 26 25 51 Alpha Cronbach’s = 0,867 ; Sampel = 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 2,8,12,13,15,16,17,19,20,21,22,23,25,27,28,29,34,36,37,38,39,41,42,43,44,45,46,49,51.
1,3,4,5,6,7,9,10,11,14,18,24,26,30,31,32,33,35,40,47,48,50.
c. Item Pertanyaan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban 2 Saya berbuat baik kepada orang tertentu saja SS S TS STS 8 Saya percaya pada kemampuan yang saya
miliki SS S TS STS
12 Saya kurang percaya diri untuk berbicara di depan banyak orang
SS S TS STS
13 Saya kurang bahagia dengan kehidupan saya saat ini
SS S TS STS
15 Saya takut untuk menjalani kehidupan pada saat ini dan masa yang akan datang
SS S TS STS
16 orang terdekat saya selalu mendukung dan bangga terhadap apa yang saya lakukan
SS S TS STS
17 Teman-teman saya bersedia membantu ketika saya meminta tolong kepada mereka
SS S TS STS
19 Saya jarang diajak oleh teman-teman saya ketika mereka mengadakan sebuah kegiatan.
SS S TS STS
20 Ketika saya sakit orang terdekat saya datang untuk menjenguk
SS S TS STS
21 Saya selalu diajak ngobrol dengan orang terdekat saya
SS S TS STS
22 Orang terdekat saya selalu mengingatkan untuk kuliah dan mengerjakan tugas
SS S TS STS
23 Orang terdekat saya hanya datang kepada saya saat mereka membutuhkan saja
SS S TS STS
25 saya kurang berintekasi dengan orang sekitar SS S TS STS 27 Saya merasa orang terdekat saya
menyayangi saya SS S TS STS
28 saya butuh kasih sayang dari orang terdekat SS S TS STS
saya 29 Orang terdekat saya kurang peduli dengan
diri saya SS S TS STS
34 Saya selalu mengikuti peraturan yang ada, karena menurut saya peraturan merupakan tata cara kita bertindak dan berperilaku
SS S TS STS
36 Dengan keterbatasan saya tetap menjalankan kewajiban saya sebagai umat beragama
SS S TS STS
37 Saya percaya dengan agama dan tuhan yang saya sembah
SS S TS STS
38 Saya sangat merasakan dampak positif ketika saya dekat denga tuhan saya
SS S TS STS
39 Saya selalu bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturan agama yang saya anut
SS S TS STS
41 Saya merasa biasa saja ketika saya meninggalkan sholat
SS S TS STS
42 Terkadang dalam hidup saya merasa tuhan tidak adil terhadap saya
SS S TS STS
43 Saya termasuk orang yang aktif SS S TS STS 44 saya tidak suka merepotkan orang lain ketika
saya mampu melakukannya SS S TS STS
45 Saya mampu menyelesaikan masalah saya sendiri
SS S TS STS
46 Saya tidak dapat melakukan banyak hal karena kekurangan saya
SS S TS STS
49 Saya berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita saya
SS S TS STS
51 Motivasi belajar saya tidak stabil SS S TS STS Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi:
Kategori Rendah Skor ≤ 58 Sedang 58≤ skor ≤ 87 Tinggi Skor ≥ 87
76
d. Penutup Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala ini untuk melihat
sejauh mana tingkat keberhargaan diri (self esteem) yang ada pada penyandang disabilitas, yang mana ketika skor yang didapat semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhargaan diri pada penyandang disabilitas, begitu pula sebaliknya.
77
d. Penutup Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala ini untuk melihat
sejauh mana tingkat keberhargaan diri (self esteem) yang ada pada penyandang disabilitas, yang mana ketika skor yang didapat semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhargaan diri pada penyandang disabilitas, begitu pula sebaliknya.
3. Instrumen Skala Penyesuaian Diri Terhadap Lingkungan Baru Oleh: Afaaf Mauilaa ([email protected]) Professional Judgement: Larindah Septiyani, S.Pd. a. Pengantar
Dalam kehidupan bersosial seseorang, akan ada saatnya ia bertemu dengan seseorang lainnya maupun bertemu dengan lingkungan atau keadaan yang lain. Karena hal tersebut, seseorang dituntut untuk bisa menyesuaikan dirinya sesuai dimana ia berada. Namun, dengan kepribadian setiap orang yang berbeda-beda, maka bagaimana ia menyesuaikan diri dengan lingkungannya pun akan berbeda pula. Ada seseorang yang dengan mudah untuk menyesuaikan diri, adapula yang membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan yang ada. Apalagi kehidupan di pesantren yang notabene mengumpulkan beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari ras maupun suku. Maka dari itu, penulis ingin mengetahui bagaimana para santri baru dalam menyesuaikan dirinya di lingkungan yang baru. Dalam pengambilan skala instrument ini, penulis mengambil sampel beberapa siswa baru (kelas VII) di SMP Ali-Maksum Yogyakarta.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru
merupakan suatu usaha yang dilakukan agar dapat diterima oleh kelompok dengan jalan mengikuti kemauan kelompoknya. Biasanya seorang individu dalam melakukan penyesuaian diri lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspekaspek kemampuan pemecahan penyesuaian diri. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek self knowledge dan self insight, aspek self objectifity dan self acceptance, aspek self development dan self control, serta aspek satisfaction.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No. Item Jumlah Favorab
le Unfavorable
Penyesuaian Diri
terhadap
Lingkungan Baru
Aspek self
knowledge dan
self insight
Mengenal
kelebihan diri
1, 3 2
Mengena
l kelemaha
2 1
78
n diri
Dapat menunju
kkan emosional insight
Menyikapi kelebihan yang ada pada diri
6 4 2
Menyikapi kelemahan yang ada pada diri
5 7 2
Aspek self
objectifity dan self
acceptance
Berfikir rasional
dan bersikap realistic
8,9 2
Kemampuan
untuk mengatas
i stress dan
kecemasan
11 10 2
Penerimaan diri 12, 15 13, 14 4
Aspek self
development dan
self control
Mengendalikan
diri berupa
mengarahkan diri, pemikira
n-pemikira
n, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah
laku yang
sesuai
16,19, 20, 22,
24
17,18, 21,23 9
Mengembangkan kepribadi
an kea rah
25, 27, 29,30,
32,
26,28, 31 8
79
n diri
Dapat menunju
kkan emosional insight
Menyikapi kelebihan yang ada pada diri
6 4 2
Menyikapi kelemahan yang ada pada diri
5 7 2
Aspek self
objectifity dan self
acceptance
Berfikir rasional
dan bersikap realistic
8,9 2
Kemampuan
untuk mengatas
i stress dan
kecemasan
11 10 2
Penerimaan diri 12, 15 13, 14 4
Aspek self
development dan
self control
Mengendalikan
diri berupa
mengarahkan diri, pemikira
n-pemikira
n, kebiasaan, emosi, sikap dan tingkah
laku yang
sesuai
16,19, 20, 22,
24
17,18, 21,23 9
Mengembangkan kepribadi
an kea rah
25, 27, 29,30,
32,
26,28, 31 8
kematangan yang
positif
Aspek satisfacti
on
Kepuasan dalam hal yang
sudah dilakuka
n
34, 36,38 35,37 5
Pengalaman yang
membuat kepuasan
39, 45 40,41, 42,43,
44 7
Jumlah 25 20 45 Alpha Cronbach's = 0, 746; Sampel = 31 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 23, 27, 28, 31, 33, 35, 37, 41, 42, 45
2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 29, 30, 32, 34, 36, 38, 39, 40, 43, 44
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Saya hanya bisa melihat kelemahan orang lain SS S TS STS
7 Saya mengggunakan kelebihan saya untuk hal-hal yang positif SS S TS STS
10 Saya malu dengan kelemahan yang saya miliki SS S TS STS
13 Saya merasa tidak tenang jika berada di lingkungan baru SS S TS STS
14 Saya masih belum bisa menerima keadaan diri saya SS S TS STS
15 Saya merasa minder ketika tahu kelebihan orang lain SS S TS STS
16 Saya dapat mengendalikan diri saya sendiri karena saya mempunyai prinsip SS S TS STS
17 Saya mudah terpangaruh oleh teman-teman saya SS S TS STS
18 Saya tidak bisa menerima pendapat orang lain yang tidak sependapat dengan saya SS S TS STS
23 Saya mau menerima pendapat orang lain yang memang lebih baik SS S TS STS
27 Saya belum bisa mengontrol kebiasaan-kebiasaan saya di lingkungan baru SS S TS STS
80
28 Saya belum merasa kepribadian saya sudah terbentuk SS S TS STS
31 Kepribadian saya mempengaruhi saya dalam bertindak dan bersikap SS S TS STS
33 Saya akan mengikuti tren pergaulan tanpa memikirkan kepribadian saya yang sebenarnya
SS S TS STS
35 Saya merasa bahwa saya tidak diterima oleh teman-teman saya karena kepribadian saya SS S TS STS
37 Saya merasa bahwa saya belum melakukan sesuatu yang hebat dalam hidup saya SS S TS STS
41 Saya belum menemukan pengalaman yang bisa membuat saya puas SS S TS STS
42 Saya tidak ingin mendapatkan banyak pengalaman SS S TS STS
45 Saya merasa bahwa mendapatkan pengalaman hanya membuang waktu saja SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57
d. Penutup Dari instrument yang sudah disebar kepada beberapa santri
baru kelas VII di SMP Ali-Maksum Yogyakarta dapat diketahui apabila skor yang didapatkan semakin tinggi, maka ia mudah menyesuaikan diri, dan begitu pula sebaliknya, apabila skor semakin rendah maka ia sulit untuk menyesuaikan diri.
Dari sampel 15 santri, ada 1 santri yang memiliki skor rendah sehingga dapat dikatakan bahwa ia masih sulit untuk menyesuaikan dirinya. Ada 9 santri yang masih berusaha untuk menyesuaikan diri dan ada 5 santri yang sudah bisa menyesuaikan dirinya dengan baik.
81
28 Saya belum merasa kepribadian saya sudah terbentuk SS S TS STS
31 Kepribadian saya mempengaruhi saya dalam bertindak dan bersikap SS S TS STS
33 Saya akan mengikuti tren pergaulan tanpa memikirkan kepribadian saya yang sebenarnya
SS S TS STS
35 Saya merasa bahwa saya tidak diterima oleh teman-teman saya karena kepribadian saya SS S TS STS
37 Saya merasa bahwa saya belum melakukan sesuatu yang hebat dalam hidup saya SS S TS STS
41 Saya belum menemukan pengalaman yang bisa membuat saya puas SS S TS STS
42 Saya tidak ingin mendapatkan banyak pengalaman SS S TS STS
45 Saya merasa bahwa mendapatkan pengalaman hanya membuang waktu saja SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57
d. Penutup Dari instrument yang sudah disebar kepada beberapa santri
baru kelas VII di SMP Ali-Maksum Yogyakarta dapat diketahui apabila skor yang didapatkan semakin tinggi, maka ia mudah menyesuaikan diri, dan begitu pula sebaliknya, apabila skor semakin rendah maka ia sulit untuk menyesuaikan diri.
Dari sampel 15 santri, ada 1 santri yang memiliki skor rendah sehingga dapat dikatakan bahwa ia masih sulit untuk menyesuaikan dirinya. Ada 9 santri yang masih berusaha untuk menyesuaikan diri dan ada 5 santri yang sudah bisa menyesuaikan dirinya dengan baik.
4. Instrumen Skala Layanan Dukungan Psikososial Oleh: Dita Exnes Septiyana ([email protected]) Profesional Judgement : Nailul Falah, S.Ag, M.Si a. Pengantar
Layanan dukungan psikososial adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan individu, keluarga, atau kelompok pasca kejadian tertentu sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif, berfungsi optimal (berpikir, merasa, bertindak, berinteraksi, menjalankan perannya), memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah, menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidup
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa pentingnya Layanan Dukungan Psikososial bagi warga. Karena tidak sedikit individu maupun masyarakat mengalami stress, depresi, bahkan gangguan kejiwaan lainnya. Skala Layanan Dukungan Psikososial disusun berdasarkan aspek-aspek mengenai kekhawatiran pasca mengalami kejadian yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang kemungkinan yang akan terjadi yaitu gangguan mental dan jiwa. Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka semakin tinggi pula pentingnya Layanan Dukungan Psikososial.
b. Pengembanagn Instrumen Skala Psikologis Layanan dukungan psikososial ini diukur berdasarkan
skala layanan dukungan psikososial dan disusun berdasarkan teori Sarafino dengan aspek sebagai berikut: 1) Dukungan Emosional 2) Dukungan Penghargaan 3) Dukungan Informasi
Variabel Aspek Indikat
or Deskriptor No Item
Jumlah Favorable
Unfavorable
Pentingnya
Layanan
Dukungan
Psikososial
Aspek Emosio
nal
Perhatian
Penerima dukungan merasa nyaman
1,2 3,4,5 5
Tentram kembali
6,7 8,9 4
Empati Selalu memberikan perhatian kepada orang lain
10,11 12,13 4
Merasa dimiliki dan dicintai ketika
14, 15, 16
17 5
82
sedang mengalami stress Mampu memberikan bantuan dalam bentuk semangat
18, 19, 20, 21 4
Turut membantu ketika melihat orang lain kesusahan
Menunjukkan rasa empati
22 23 2
Memberikan bantuan kepada orang yang sedang susah
24 25 2
Suka menolong
26 27 2
Aspek Penghargaan
Mampu memberikan nilai kepada diri sendiri
Percaya diri 28, 29 30 3
Mampu mengarahkan diri untuk melakukan hal yang positif
Membangun rasa menghargai dirinya
31 32 2
Mampu menumbuhkan semangat dari dalam diri
Percaya diri 33, 34 35 3 Merasa bernilai
36, 37 38, 39 3
Aspek Inform
asi
Nasihat Memberikan arahan serta pengertian mengenai hal yang seharusnya
40 41 2
83
sedang mengalami stress Mampu memberikan bantuan dalam bentuk semangat
18, 19, 20, 21 4
Turut membantu ketika melihat orang lain kesusahan
Menunjukkan rasa empati
22 23 2
Memberikan bantuan kepada orang yang sedang susah
24 25 2
Suka menolong
26 27 2
Aspek Penghargaan
Mampu memberikan nilai kepada diri sendiri
Percaya diri 28, 29 30 3
Mampu mengarahkan diri untuk melakukan hal yang positif
Membangun rasa menghargai dirinya
31 32 2
Mampu menumbuhkan semangat dari dalam diri
Percaya diri 33, 34 35 3 Merasa bernilai
36, 37 38, 39 3
Aspek Inform
asi
Nasihat Memberikan arahan serta pengertian mengenai hal yang seharusnya
40 41 2
dilakukan dan tidak dilakukan
Arahan Mengarahkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawab
42 43 2
Saran Mampu menerima masukan dari orang lain
44, 45 46, 47 4
Tidak mudah tersinggung dan welcome
48,49 50 3
Berita yang didapat
Mampu menyaring berita/informasi yang ada
51 52, 53 3
Penuh pertimbangan
54 55 2
Tidak melakukan hal-hal yang dilarang
Tidak membiarkan dirinya terbawa suasana dan bersedih
56 57, 58 3
Jumlah 30 28 58 Alpha Cronbach's : 0,745 : Sampel; 17 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur
2,6,10,11,18,19,20,21,24,29,31,35,36,37,40,43,44,48,49,50,51,52,56,58.
1,3,4,5,7,8,9,12,13,14,15,16,17,22,23,25,26,27,28,30,32,33,34,38,39,41,42,45,46,47,53,54,55,57.
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No. Pernyataan Jawaban
2 Datang ke konselor merupakan cara saya untuk mempermudah menyelesaikan suatu SS S TS STS
84
masalah
6 Menceritakan masalah kepada teman membuat saya merasa lega SS S TS STS
10 Saya menerima jika ada teman yang peduli terhadap saya SS S TS STS
11 Berbagi cerita kepada teman dekat menurut saya merupakan suatu keharusan SS S TS STS
18 Saya selalu memberikan semangat kepada teman SS S TS STS
19 Semangat yang diberikan orang lain sangat membantu saya untuk menghadapi segala sesuatu
SS S TS STS
20 Saya malas ketika harus akrab dengan orang lain SS S TS STS
21 Semangat yang saya berikan tidak berpengaruh kepada mereka yang sedang mengalami suatu permasalahan
SS S TS STS
24 Ketika saya mampu menolong sesama, maka dengan senang hati akan saya lakukan SS S TS STS
29 Saya mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi SS S TS STS
31 Saya merasa optimis dengan apa yang saya kerjakan SS S TS STS
35 Saya merasa orang lain lebih mampu daipada saya SS S TS STS
36 Teman-teman saya selalu mendukung ketika saya menginginkan sesuatu SS S TS STS
37 Saya merasa kelebihan yang saya punya dibutuhkan orang lain SS S TS STS
40 Saya selalu menerima dan menuruti nasihat teman-teman SS S TS STS
43 Saya merasa rugi jika ada orang lain meminta untuk membantunya SS S TS STS
44 Nasihat dari orang sekitar sangat membantu menyelesaikan persoalan hidup SS S TS STS
48 Siapapun orangnya berhak untuk memberikan semangat kepada saya SS S TS STS
49 Saya membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang di sekitar saya SS S TS STS
50 Jika ada permasalahan, saya lebih baik menyendiri dan tidak mendengarkan kata orang
SS S TS STS
51 Dengan mudah saya mampu menyaring informasi dan saran yang diberikan orang lain SS S TS STS
52 Saya mudah terbawa emosi ketika banyak persoalan yang harus saya hadapi SS S TS STS
85
masalah
6 Menceritakan masalah kepada teman membuat saya merasa lega SS S TS STS
10 Saya menerima jika ada teman yang peduli terhadap saya SS S TS STS
11 Berbagi cerita kepada teman dekat menurut saya merupakan suatu keharusan SS S TS STS
18 Saya selalu memberikan semangat kepada teman SS S TS STS
19 Semangat yang diberikan orang lain sangat membantu saya untuk menghadapi segala sesuatu
SS S TS STS
20 Saya malas ketika harus akrab dengan orang lain SS S TS STS
21 Semangat yang saya berikan tidak berpengaruh kepada mereka yang sedang mengalami suatu permasalahan
SS S TS STS
24 Ketika saya mampu menolong sesama, maka dengan senang hati akan saya lakukan SS S TS STS
29 Saya mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi SS S TS STS
31 Saya merasa optimis dengan apa yang saya kerjakan SS S TS STS
35 Saya merasa orang lain lebih mampu daipada saya SS S TS STS
36 Teman-teman saya selalu mendukung ketika saya menginginkan sesuatu SS S TS STS
37 Saya merasa kelebihan yang saya punya dibutuhkan orang lain SS S TS STS
40 Saya selalu menerima dan menuruti nasihat teman-teman SS S TS STS
43 Saya merasa rugi jika ada orang lain meminta untuk membantunya SS S TS STS
44 Nasihat dari orang sekitar sangat membantu menyelesaikan persoalan hidup SS S TS STS
48 Siapapun orangnya berhak untuk memberikan semangat kepada saya SS S TS STS
49 Saya membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang di sekitar saya SS S TS STS
50 Jika ada permasalahan, saya lebih baik menyendiri dan tidak mendengarkan kata orang
SS S TS STS
51 Dengan mudah saya mampu menyaring informasi dan saran yang diberikan orang lain SS S TS STS
52 Saya mudah terbawa emosi ketika banyak persoalan yang harus saya hadapi SS S TS STS
56 Saya sering menghibur diri agar tidak larut dalam kesedihan SS S TS STS
58 Ketika mendapat suatu persmasalahan, saya sering terlarut dalam kesedihan itu SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri teman-teman. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri teman-teman. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri teman-teman. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri teman-teman.
Kategorisasi
Kategori Rendah Skor ≤ 48 Sedang 48 ≤ Skor ≤ 180 Tinggi Skor ≥ 180
d. Penutup Layanan Dukungan Psikososial merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengembalikan hubungan antara kondisi seseorang dengan kesehatan mental/emosional pada seseorang pasca kejadian yang melibatkan aspek psikologis dan sosial. Layanan Dukungan Psikososial ini biasa dilakukan oleh petugas yang memiliki keahlian pada bidang Layanan Dukungan Psikososial.
Maka dari itu skala ini dimaksudkan untuk mengungkap seberapa pentingnya Layanan Dukungan Psikososial bagi warga. Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi dengan cara yang positif dalam banyak situasi. Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup.
86
5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa Oleh: Zeffa Yurihana ([email protected]) Profesional Judgment: Lestari S.Sos.I a. Pengantar
Maraknya perilaku apatis di kalangan mahasiswa, ternyata tidak lepas dari faktor globalisasi. Hal tersebut terbukti dengan pola interaksi antar mahasiswa yang bisa dibilang tidak seperti mahasiswa dulu. Peristiwa itu di dukung oleh pengaruh alat komunikasi yang sudah meenjadi kebutuhan primer mahasiswa dewasa ini.. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita apatis yang terjadi disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori sosial. Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang marak dewasa ini.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Interaksi sosial adalah tanda kehidupan sosial manusia.
Pertemuan orang-orang secara badaniyah belaka di tengah keramaian pasar atau mal, tak kenal tanpa bicara, bukanlah sejatinya interaksi sosial atau pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru terasa dan terjadi ketika manusia, baik perorangan atau kelompok-kelompok saling berbicara sambil minum kopi, mengadakan kerja sama, atau bersaing, bertikai sampai marah-marah. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial yang dinamis.
Pada era modern seperti sekarang ini, tidak ada mahasiswa yang tidak mempunyai gadget, atau kita kenal sebagai smartphone atau ponsel pintar. Dalam tingkatan sebagai mahasiswa, sudah saatnya terjun ke masyarakat dan berguna bagi bangsa dan negara. Melihat teknologi yang sangat maju di seluruh dunia, salah satunya gadget, alat komunikasi paling praktis dan mudah dipenggunaannya, apalagi harganya yang tidak begitu mahal, membuat semua manusia terobsesi memiliki gadget paling mutakhir dan menggunakannya untuk sekedar memuaskan rasa kekinian.
Variabel Aspek Indikat
or Deskriptor
No Item Jumlah Favor
able Unfavorable
Pengaruh
Gadget
Komunikatif
Kontak sosial
Kontak sosial positif
1,2 3 3
87
5. Instrumen Skala Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Mahasiswa Oleh: Zeffa Yurihana ([email protected]) Profesional Judgment: Lestari S.Sos.I a. Pengantar
Maraknya perilaku apatis di kalangan mahasiswa, ternyata tidak lepas dari faktor globalisasi. Hal tersebut terbukti dengan pola interaksi antar mahasiswa yang bisa dibilang tidak seperti mahasiswa dulu. Peristiwa itu di dukung oleh pengaruh alat komunikasi yang sudah meenjadi kebutuhan primer mahasiswa dewasa ini.. Tentu penelitian ini sedikit membantu atau menyadarkan kita, ketika melihat suatu realita apatis yang terjadi disekitar kita melalui sumber yang terpercaya tanpa adanya justifikasi non fakta. Penelitian ini didasarkan pada teori sosial. Mudah-mudahan penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk menganalisa bahkan mengatasi persoalan yang marak dewasa ini.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Interaksi sosial adalah tanda kehidupan sosial manusia.
Pertemuan orang-orang secara badaniyah belaka di tengah keramaian pasar atau mal, tak kenal tanpa bicara, bukanlah sejatinya interaksi sosial atau pergaulan hidup. Pergaulan hidup baru terasa dan terjadi ketika manusia, baik perorangan atau kelompok-kelompok saling berbicara sambil minum kopi, mengadakan kerja sama, atau bersaing, bertikai sampai marah-marah. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial yang dinamis.
Pada era modern seperti sekarang ini, tidak ada mahasiswa yang tidak mempunyai gadget, atau kita kenal sebagai smartphone atau ponsel pintar. Dalam tingkatan sebagai mahasiswa, sudah saatnya terjun ke masyarakat dan berguna bagi bangsa dan negara. Melihat teknologi yang sangat maju di seluruh dunia, salah satunya gadget, alat komunikasi paling praktis dan mudah dipenggunaannya, apalagi harganya yang tidak begitu mahal, membuat semua manusia terobsesi memiliki gadget paling mutakhir dan menggunakannya untuk sekedar memuaskan rasa kekinian.
Variabel Aspek Indikat
or Deskriptor
No Item Jumlah Favor
able Unfavorable
Pengaruh
Gadget
Komunikatif
Kontak sosial
Kontak sosial positif
1,2 3 3
Pada Interaksi Sosial Mahasi
swa
Kontak sosial negative
6 4,5 3
Komunikasi sosial
Komunikasi langsung
7,8 9 3
Komunikasi tidak langsung
10,12 11 3
Komunikasi satu arah
14,15 13 3
Komunikasi timbal balik
16,17 18 3
Sikap (attitude)
Faktor internal
Bertahan hidup dengan interaksi sosial
19,20 21 3
Faktor eksternal
Imitasi 23,24 22 3
Sugesti 26,27 25 3
Identifikasi 28,30 29 3
Simpati 33 31,32 3
Jumlah 20 13 33
Alpha Cronbach's = 0,30 ; Sampel = 17 orang.
88
Item Pernyataan
Item shohih Item gugur
12,14,15,23,26 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,16,17,18,19,20,21,22,24,25,27,28,29,30,31,32, 33
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
12 Saya senang ketika ada suatu kegiatan yang membuat saya tidak memperhatikan gadget.
SS S TS STS
14 Saya suka menceritakan pengalaman saya apapun itu kepada orang lain. SS S TS STS
15 Saya lebih suka mendengarkan orang berbicara. SS S TS STS
23 Saya menggunakan gadget untuk melihat dan mengikuti tren terbaru. SS S TS STS
26 Saya mengikuti perkembangan zaman sebagai manusia modern. SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 6,7 Sedang 6,7 ≤ Skor ≤ 13,3 Tinggi Skor ≥ 13,3
d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang
membutikan bahwa interaksi mahasiswa dipengaruhi oleh gadget masing-masing. Gadget yang seharusnya menjadi alat untuk mempermudah komunikasi dewasa ini, malah menjadi penghambat komunikasi serta interaksi sosial antar mahasiswa. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa gadget juga mempunyai banyak sisi negatif. Oleh sebab itu, kita juga harus bijak menggunakan gadget sesuai kebutuhan.
89
Item Pernyataan
Item shohih Item gugur
12,14,15,23,26 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,16,17,18,19,20,21,22,24,25,27,28,29,30,31,32, 33
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
12 Saya senang ketika ada suatu kegiatan yang membuat saya tidak memperhatikan gadget.
SS S TS STS
14 Saya suka menceritakan pengalaman saya apapun itu kepada orang lain. SS S TS STS
15 Saya lebih suka mendengarkan orang berbicara. SS S TS STS
23 Saya menggunakan gadget untuk melihat dan mengikuti tren terbaru. SS S TS STS
26 Saya mengikuti perkembangan zaman sebagai manusia modern. SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 6,7 Sedang 6,7 ≤ Skor ≤ 13,3 Tinggi Skor ≥ 13,3
d. Penutup Dari data penelitian diatas, banyak faktor yang
membutikan bahwa interaksi mahasiswa dipengaruhi oleh gadget masing-masing. Gadget yang seharusnya menjadi alat untuk mempermudah komunikasi dewasa ini, malah menjadi penghambat komunikasi serta interaksi sosial antar mahasiswa. Penelitian diatas berfungsi untuk membuktikan bahwa gadget juga mempunyai banyak sisi negatif. Oleh sebab itu, kita juga harus bijak menggunakan gadget sesuai kebutuhan.
6. Instrumen Skala Regulasi Emosi Interpersonal Oleh: Anom Sarianingsih ([email protected]) Professional Judgement: Saidah Ramadhan, S.Pd. I a. Pengantar
Setiap manusia memliki emosi, Daniel Goleman mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan dan serangkaia kecenderugan bertindak. Sedangkan regulasi emosi sendiri yakni kappasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat itensitas untuk mencapai suatu tujuan.
Dari pengertian diatas maka Instrumen skala inidimaksudkan untukmengetahui regulasi emosi pada mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Regulasi emosi ini kemudian di tunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala Regulasi emosi yang digunakannya. Skala disusun berdasarkan aspek-aspek yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang regulasi emosi. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka akan semakin besar regulasi emosi individu tersebut. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek regulasi emosi interpersonal.
b. Pengembangan Insrumen Skala Psikologis Regulasi Emosi menurut Gross (2007) merupakan Strategi
yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat, mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan perilaku. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan berdasarkan aspek aspek regulasi emosi interpersonal. Aspek-aspek tersebut antara lain Strategies to emotion regulation (strategies), Engaging in goal directed behavior (goals), Control Emotional Responses (Impulse), Acceptance of emotional response (acceptance).
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item Jumlah Favora
ble Unfavor
able
Regulasi
Emosi Interper
sonal
Strategies to
emotion
regulation
(strateg
Keyakinan Individu
untuk mengatasi masalah
Memandang
suatu permasalaha
n interpesonal
1, 2,3,
4 5,6, 6
mampu 7,8 9, 10 4
90
ies) mengatasi permasalaha
n interpersonal
Memiliki kemampuan menentukan suatu cara
emosi
Mengurangi emosi
negatif yang dirasakan
11, 12 13,14 4
Menenangkan diri setelah
setelah merasakan
emosi
Menenangkan diri setelah emosi yang berlebihan
15, 16 17, 18 4
Engaging in goal
directed
behavior
(goals)
Kemampuan individu
untuk tidak terpengaruh oleh emosi
negatif yang dirasakanya
sehingga tetap berfikir
dan melakukan
sesuatu dengan baik
Tidak terpegaruh oleh emosi
negatif
19, 20 21, 22 4
Berfikir positif
23, 24,25 26, 27 5
Melakukan sesuatu
dengan baik
28, 29, 30, 31
32, 33,34,35 5
Control Emotio
nal Respon
ses (Impuls
e)
Kemampuan individu
untuk dapat megontrol emosi yang dirasakanya dan respon
ditampilkan.
Mengtrol emosi yang dirasakan
36 , 37, 38, 39
40, 41, 42 7
Respon yang ditampilkan
43,44,45
46, 47, 48 6
Acceptance of emotio
nal respons
e (acceptance)
Kemampuan individu
untuk menerima
suatu peristiwa
yang menimbulka
n emosi negatif dan
tidak merasa malu merasakan
Individu menerima
suatu peritiwa
yang menimbukan emosi negati
49, 50, 51,52
53, 54,55, 56, 57
9
91
ies) mengatasi permasalaha
n interpersonal
Memiliki kemampuan menentukan suatu cara
emosi
Mengurangi emosi
negatif yang dirasakan
11, 12 13,14 4
Menenangkan diri setelah
setelah merasakan
emosi
Menenangkan diri setelah emosi yang berlebihan
15, 16 17, 18 4
Engaging in goal
directed
behavior
(goals)
Kemampuan individu
untuk tidak terpengaruh oleh emosi
negatif yang dirasakanya
sehingga tetap berfikir
dan melakukan
sesuatu dengan baik
Tidak terpegaruh oleh emosi
negatif
19, 20 21, 22 4
Berfikir positif
23, 24,25 26, 27 5
Melakukan sesuatu
dengan baik
28, 29, 30, 31
32, 33,34,35 5
Control Emotio
nal Respon
ses (Impuls
e)
Kemampuan individu
untuk dapat megontrol emosi yang dirasakanya dan respon
ditampilkan.
Mengtrol emosi yang dirasakan
36 , 37, 38, 39
40, 41, 42 7
Respon yang ditampilkan
43,44,45
46, 47, 48 6
Acceptance of emotio
nal respons
e (acceptance)
Kemampuan individu
untuk menerima
suatu peristiwa
yang menimbulka
n emosi negatif dan
tidak merasa malu merasakan
Individu menerima
suatu peritiwa
yang menimbukan emosi negati
49, 50, 51,52
53, 54,55, 56, 57
9
emosi tersebut
Individu tidak merasa
malu merasakan
emosi negatif
58,59,60,61,
62
63, 64, 65, 66, 67, 68
10
Jumlah 35 33 68
Alpha Cronbach’s = 0,7688 ; Sampel = 18 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 14, 19, 22, 23, 25, 28, 30, 31, 32, 33, 38, 43, 50, 52, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68.
2, 4, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 27, 29, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 53, 54, 55, 56,57, 58, 59.
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban SS S TS STS
1 Setiap orang pasti mempunyai masalah. SS S TS STS
3 Masalah adalah bagian dari hidup saya. SS S TS STS
5 saya merasa sedih ketika sedang menghadapi masalah SS S TS STS
6 Bagi saya masalah adalah sumber penderitaan SS S TS STS
9 Saya sulit menemukan solusi dari masalah yang saya hadapi SS S TS STS
10 Saya menjadi tidak bersemangat ketika mengahadapi masalah SS S TS STS
11 Ketika saya sedang marah, saya berusaha menenangkan diri SS S TS STS
14 Ketika marah saya cenderung menyalahkan orang lain SS S TS STS
19 Saya selalu bersabar dengan situai SS S TS STS
92
yang ada.
22 Saya mudah terbawa suasana SS S TS STS
23 Saya yakin pasti berhasil. SS S TS STS
25 Bagi saya semua hal Mungkin untuk dilakukan, asal mau berusaha dan berdoa.
SS S TS STS
28 Bagi saya, niat baik akan selalu berhasil SS S TS STS
30 Saya suka mengeluh SS S TS STS
31 Saya merasa puas terhadap hasil kerja saya sendiri. SS S TS STS
32 Segala hal yang sederhana pasti akan berhasil. SS S TS STS
33 Saya tidak puas dengan hasil yang saya dapatkan. SS S TS STS
38 Saya selalu meminta saran dari orang lain terhadap rencana yang akan saya lakukan.
SS S TS STS
43 Sering saya membaca untuk menemukan ide. SS S TS STS
50 Saya menerima dengan baik setiap peristiwa yang tidak menyenangkan. SS S TS STS
52 Kejadian yang tidak menyenangkan hanyalah bagian dari proses pendewasaan saya.
SS S TS STS
60 Bagi saya emosi negatif bukan suatu yang tidak perlu ditolak. SS S TS STS
61 Pegalaman buruk di masa lalu tak perlu di sembunyikan. SS S TS STS
62 Bagi saya pengalam buruk bukan suatu masalah besar. SS S TS STS
63 Saya tidak menyesal mempunyai pengalaman yang kurang baik. SS S TS STS
93
yang ada.
22 Saya mudah terbawa suasana SS S TS STS
23 Saya yakin pasti berhasil. SS S TS STS
25 Bagi saya semua hal Mungkin untuk dilakukan, asal mau berusaha dan berdoa.
SS S TS STS
28 Bagi saya, niat baik akan selalu berhasil SS S TS STS
30 Saya suka mengeluh SS S TS STS
31 Saya merasa puas terhadap hasil kerja saya sendiri. SS S TS STS
32 Segala hal yang sederhana pasti akan berhasil. SS S TS STS
33 Saya tidak puas dengan hasil yang saya dapatkan. SS S TS STS
38 Saya selalu meminta saran dari orang lain terhadap rencana yang akan saya lakukan.
SS S TS STS
43 Sering saya membaca untuk menemukan ide. SS S TS STS
50 Saya menerima dengan baik setiap peristiwa yang tidak menyenangkan. SS S TS STS
52 Kejadian yang tidak menyenangkan hanyalah bagian dari proses pendewasaan saya.
SS S TS STS
60 Bagi saya emosi negatif bukan suatu yang tidak perlu ditolak. SS S TS STS
61 Pegalaman buruk di masa lalu tak perlu di sembunyikan. SS S TS STS
62 Bagi saya pengalam buruk bukan suatu masalah besar. SS S TS STS
63 Saya tidak menyesal mempunyai pengalaman yang kurang baik. SS S TS STS
64 Kejadian buruk di masa lalu adalah suatu hal yang memalukan. SS S TS STS
65 Bagi saya pengalaman buruk, harus di simpan rapat-rapat karena memalukan. SS S TS STS
66 Emosi negatif akan meperburuk keadaan SS S TS STS
67 Saya menyesali kejadian buruk yang saya alami saya. SS S TS STS
68 Bagi saya pengalaman buruk suatu hal yang menjijikan. SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri. Kategorisasi
Kategori Rendah Skor ≤ 60 Sedang 18 ≤ Skor ≥ 90 Tinggi Skor ≥ 90
d. Pentutup Instrumen skala adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Dalam penelitian “Regulasi Emosi” ini, dikelompokkan menjadi 4 aspek yakni Strategies to emotion regulation (strategies/ strategi), Engaging in goal directed behavior (goals/tujuan), Control Emotional Responses (Impulse), Acceptance of emotional response (acceptance/penerimaan). Dan menggunakan skala Likert dengan empat (4) pilihan jawaban, yakni SS, S, TS, dan STS, serta tiga (3) kategorisasi, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Dengan adanya skala ini, diharapkan mampu menjadi acuan dalam engolah emosi pada mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu mencapai tujuan sesuai dengan jati diri individu. Semogapembuatan instrumeninidapat memberikan manfaatbagipenulis maupun responden. Serta berguna bagi pembaca dan peneliti yang menjadikan instrumen ini sebagai acuan.
94
7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Oleh: Gina Amaliah Shalehah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si a. Pengantar
Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan.
Manusia adalah manusia sosial yang senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain di sekitarnya. Setiap orang tua pasti merasa senang ketika anaknya mendapat nilai yang tinggi atau pintar dalam pelajaran namun sebenarnya sebagai mahluk sosial kepintaran seseorang dalam hal tersebut tak akan dipandang berguna tanpa kecerdasannya dalam kehidupan di masyarakat seperti membangun relasi dengan orang lain atau mempertahankan dan semakin memperbaiki relasi itu menjadi lebih erat. Kecerdasannya berinteraksi dengan orang lain atau orang di luar dirinya adalah sesuatu kecerdasan yang seharusnya di miliki dan terus di kembangkan oleh setiap orang.
Setiap orang punya kemampuan sosial dengan orang lain namun ada orang yang memang sangat memperhatikan kecerdasan sosial atau sangat peka dengan sosialnya ada yang kadang sekedar acuh tak acuh. Maka dari itu, instrumen atau skala ini dipandang perlu untuk dibuat untuk mengetahui kecerdasan seseorang dalam sosialnya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Kecerdasan sosial adalah sekumpulan keterampilan yang
membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial tersebut diukur dengan skala kecerdasan sosial berdasarkan teori Goleman dengan dua aspek yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian.
Variable Aspek Indikator Deskript
or
No Item Jumlah Favor
able Unfav orable
Kecerdasan sosial
Kesadaran sosial
Berempati dasar atau mampu membaca isyarat non
Membaca isyarat non verbal
1,2 3,37 4
95
7. Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Oleh: Gina Amaliah Shalehah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag., M.Si a. Pengantar
Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan.
Manusia adalah manusia sosial yang senantiasa hidup berdampingan dengan orang lain di sekitarnya. Setiap orang tua pasti merasa senang ketika anaknya mendapat nilai yang tinggi atau pintar dalam pelajaran namun sebenarnya sebagai mahluk sosial kepintaran seseorang dalam hal tersebut tak akan dipandang berguna tanpa kecerdasannya dalam kehidupan di masyarakat seperti membangun relasi dengan orang lain atau mempertahankan dan semakin memperbaiki relasi itu menjadi lebih erat. Kecerdasannya berinteraksi dengan orang lain atau orang di luar dirinya adalah sesuatu kecerdasan yang seharusnya di miliki dan terus di kembangkan oleh setiap orang.
Setiap orang punya kemampuan sosial dengan orang lain namun ada orang yang memang sangat memperhatikan kecerdasan sosial atau sangat peka dengan sosialnya ada yang kadang sekedar acuh tak acuh. Maka dari itu, instrumen atau skala ini dipandang perlu untuk dibuat untuk mengetahui kecerdasan seseorang dalam sosialnya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Kecerdasan Sosial Anak Kecerdasan sosial adalah sekumpulan keterampilan yang
membantu seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain lebih baik. Kecerdasan sosial tersebut diukur dengan skala kecerdasan sosial berdasarkan teori Goleman dengan dua aspek yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial merupakan keterampilan seseorang dalam memahami pikiran dan perasaan orang lain yang terbagi antara empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik dan kognisi sosial. Fasilitas sosial yaitu bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain yang terdiri dari sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian.
Variable Aspek Indikator Deskript
or
No Item Jumlah Favor
able Unfav orable
Kecerdasan sosial
Kesadaran sosial
Berempati dasar atau mampu membaca isyarat non
Membaca isyarat non verbal
1,2 3,37 4
verbal yang diberikan orang lain Mendengarkan secara efektif lawan bicara
Meperhatikan secara penuh
4,5,6 7,8,9 6
Memberi respon
10 11 2
Memahami pikiran dan perasaan orang lain melalui bahasa nonverbal yang diberikan
Memahami pikiran
14,15 16,17 4
Memahami perasaan
12 13 2
Memahami dan memilih hal yang tepat dalam situasi yang berbeda-beda
Memilih hal yang tepat
27 28 2
Fasilitas sosial
Melakukan interaksi dengan individu lain menggunakan bahasa non verbal
Berinteraksi dengan orang lain
19, 20,21, 23
24, 25,26, 31
8
Menampilkan diri secara efektif di depan orang lain
Percayaan diri
29, 30, 44
32, 33,39 6
Mempengaruhi orang lain dengan perkataan
Mempengaruhi orang lain dengan
34 36 2
96
hati-hati dan pengendalian diri
perkataan
Mengendalikan diri
38, 40 2
Peduli terhadap orang lain dan membantu sesama
Membantu orang lain
41,42, 18
43,22, 35 6
Jumlah 22 22 44 Alpha Cronbach's = 0,830 ; Sampel = 20 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,4,6,8,10,11,15,18,19,20,21,25, 29,32,33,37,38,39,41,42,43,44
2,3,5,7,9,12,13,14,16,17,22,23, 24,26,27,28,30,31,34,35,36,40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Mengetahui mood seseorang adalah hal yang mudah bagi saya SS S TS STS
4 Saya mendengarkan lawan bicara saya dengan seksama SS S TS STS
6 Saya mengetahui inti dari apa yang dibicarakan lawan bicara saya SS S TS STS
8 Saya memilih mempehatikan barang atau menunduk saat berbicara dengan lawan bicara
SS S TS STS
10 Saya merespon pembicaraan lawan bicara saya SS S TS STS
11 Saya rasa kurang dalam memberi respon SS S TS STS 15 Saya selalu berpikir positif tentang apa yang
diucapkan orang lain SS S TS STS
18 Saya menyisihkan uang atau baju bekas untuk disumbangkan pada orang yang membutuhkan
SS S TS STS
19 Saya bisa mengobrol banyak dengan orang baru SS S TS STS
20 Saya memapu berbicara dengan baik dengan SS S TS STS
97
hati-hati dan pengendalian diri
perkataan
Mengendalikan diri
38, 40 2
Peduli terhadap orang lain dan membantu sesama
Membantu orang lain
41,42, 18
43,22, 35 6
Jumlah 22 22 44 Alpha Cronbach's = 0,830 ; Sampel = 20 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,4,6,8,10,11,15,18,19,20,21,25, 29,32,33,37,38,39,41,42,43,44
2,3,5,7,9,12,13,14,16,17,22,23, 24,26,27,28,30,31,34,35,36,40
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
1 Mengetahui mood seseorang adalah hal yang mudah bagi saya SS S TS STS
4 Saya mendengarkan lawan bicara saya dengan seksama SS S TS STS
6 Saya mengetahui inti dari apa yang dibicarakan lawan bicara saya SS S TS STS
8 Saya memilih mempehatikan barang atau menunduk saat berbicara dengan lawan bicara
SS S TS STS
10 Saya merespon pembicaraan lawan bicara saya SS S TS STS
11 Saya rasa kurang dalam memberi respon SS S TS STS 15 Saya selalu berpikir positif tentang apa yang
diucapkan orang lain SS S TS STS
18 Saya menyisihkan uang atau baju bekas untuk disumbangkan pada orang yang membutuhkan
SS S TS STS
19 Saya bisa mengobrol banyak dengan orang baru SS S TS STS
20 Saya memapu berbicara dengan baik dengan SS S TS STS
lawan bicara saya 21 Saya mampu merespon dengan baik
pertanyaan yang lawan bicara saya tanyakan SS S TS STS
25 Saya tidak begitu pintar dalam menjawab pertanyaan lawan bicara saya SS S TS STS
29 Saya bicara dengan lancar di depan orang banyak SS S TS STS
32 Saya bergetar atau berkeringat saat berbicara di depan orang banyak SS S TS STS
33 Saya merasa minder ketika teman saya berbicara dengan lancar di depan orang banyak
SS S TS STS
37 Melihat isyarat non verbal seseorang adalah kelemahan saya SS S TS STS
38 Saya mampu mengendalikan emosi dan perasaan saya dengan baik SS S TS STS
39 Sering kali saya merasa malu saat berbicara di depan orang banyak SS S TS STS
41 Ketika waktu luang atau weekend saya gunakan untuk kegiatan sosial SS S TS STS
42 Saya selalu membantu teman saya atau orang lain yang kesusahan SS S TS STS
43 Saya mengisi akhir minggu saya dengan tidur seharian SS S TS STS
44 Saya selalu berusaha untuk berbicara walaupun belum begitu banyak persiapan SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 44 Sedang 44 ≤ Skor ≤ 66 Tinggi Skor ≥ 66
98
d. Penutup Demikianlah penyusunan skala kecerdasan sosial anak,
besar harapan penyusun skala ini mampu berguna dan di manfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kecerdasan sosial anak. Dalam penyusunan skala ini, penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan sehingga besar penyusun agar pembaca mampu menyempurnakan kekurangan tersebut dengan kritik dan saran.
99
d. Penutup Demikianlah penyusunan skala kecerdasan sosial anak,
besar harapan penyusun skala ini mampu berguna dan di manfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kecerdasan sosial anak. Dalam penyusunan skala ini, penyusun menyadari masih banyaknya kekurangan sehingga besar penyusun agar pembaca mampu menyempurnakan kekurangan tersebut dengan kritik dan saran.
8. Instrumen Skala Gejala Kecemasan Sosial Pada Mahasiswa Baru Oleh: Amin Aulawi Zuhri ([email protected]) Professional Judgement: A. Said Hasan Basri, S.Psi., M.Si. a. Pengantar
Penyusunan intrumen skala gejala kecemasan sosial merupakan langkah awal untuk mengukur dan mengetahui individu yang mengalami gejala kecemasan sosial. Kecemasan Sosial adalah adalah kecemasan dalam bergaul dengan orang atau kelompok lain, suatu bentuk rasa cemas yang diarahkan pada lingkungan sosialnya. Individu khawatir dirinya akan mendapat penilaian negatif dari orang lain, khawatir tidak mampu mendapat persetujuan dari orang lain serta takut melakukan perilaku memalukan di muka umum yang termanifestasi dalam dua bentuk yaitu penarikan diri dan ketegangan sosial.
Instrumen skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable dan unfavorableyang disusun berdasarkan tiga aspek kecemasan sosial yang disusun dalam proporsi sama. Setiap aitem dalam skala gejala kecemasan sosial memiliki rentang skor antara 1 sampai 4. Subjek diminta untuk memberikan respon terhadap semua alternatif jawaban yang tersedia. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat kecemasan sosialnya dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin rendah pula tingkat kecemasan sosialnya.
Uji daya diskriminasi aitem dan reliabilitas Skala Gejala Kecemasan Sosial dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal dan Cronbach's Alpha if Item Deleted. Batas indeks diskriminasi yang aitem yang digunakan untuk menguji skala ini adalah 0,30. Uji daya diskriminasi pada Skala Gejala Kecemasan Sosial dilakukan terhadap 58 aitem. Uji diskriminasi aitem tersebut menghasilkan 39 aitem sahih dengan koefisien reliabilitas Alpha (a) sebesar 0,902.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Gejala kecemasan sosial merupakan upaya dalam
mengenali, menemukan dan memilih perasaan ketakutan yang ekstrim dan konsisten ketika bertindak dengan cara yang memalukan, bertemu orang baru, adanya pengawasan dalam berbagai kinerja dan atau situasi interaksional melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar gejala kecemasan sosial yang muncul dalam situasi interaksi sosial yang ada pada diri individu dapat tertangani atau diatasi oleh dirinya sendiri. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan gejala kecemasan sosial. Aspek-aspek tersebut antara lain, aspek kognitif, aspek afektif dan aspek behavioral.
100
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Gejala Kecemasan Sosial
Aspek Kognitif
Berpikir positif dan
kritis dalam memikirkan faktor yang
dapat mempengaru
hi dan mengganggu
perasaan atau
emosinya
Bersikap positif 1,2 3,4,5 5
Bersikap kritis 6,7 8,9 4
Berpikir positif
terhadap masalah gejala
kecemasan sosial yang baik dengan percaya diri, menyadari
sumber masalah, dan menciptakan
ide penyelesaian
masalah.
Percaya diri dalam
menyelesaikan gejala
kecemasan sosial
10,11 12,13 4
Mampu menyadari
sumber gejala kecemasan
sosial
14, 15, 16 17 5
Mampu menemukan
ide penyelesaian
gejala kecemasan
sosial
18, 19, 20, 21 4
Berpikir positif
dengan sikap hati-hati, langsung mengenal
dan menyadari
permasalahan.
Berfikir secara hati-hati dengan
menyelesaiakan
permasalahan gejala
kecemasan social
22 23 2
Mengenal permasalahan
gejala 24 25 2
101
Variabel Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Gejala Kecemasan Sosial
Aspek Kognitif
Berpikir positif dan
kritis dalam memikirkan faktor yang
dapat mempengaru
hi dan mengganggu
perasaan atau
emosinya
Bersikap positif 1,2 3,4,5 5
Bersikap kritis 6,7 8,9 4
Berpikir positif
terhadap masalah gejala
kecemasan sosial yang baik dengan percaya diri, menyadari
sumber masalah, dan menciptakan
ide penyelesaian
masalah.
Percaya diri dalam
menyelesaikan gejala
kecemasan sosial
10,11 12,13 4
Mampu menyadari
sumber gejala kecemasan
sosial
14, 15, 16 17 5
Mampu menemukan
ide penyelesaian
gejala kecemasan
sosial
18, 19, 20, 21 4
Berpikir positif
dengan sikap hati-hati, langsung mengenal
dan menyadari
permasalahan.
Berfikir secara hati-hati dengan
menyelesaiakan
permasalahan gejala
kecemasan social
22 23 2
Mengenal permasalahan
gejala 24 25 2
kecemasan sosial yang
ada pada diri sendiri.
Menyadari permasalahan
gejala kecemasan sosial yang
ada pada diri sendiri
26 27 2
Aspek Afektif
(Perasaan)
Meredam perasaan
yang berkaitan terhadap
situasi social
Mampu meredam
respon emosi yang
menimbulkan kecemasan soaial pada diri individu
28, 29 30 3
Menghindarkan perasaan dari permasalahan
Mampu menghindarka
n diri dari situasi yang
mungkin menimbulkan
kecemasan sosial.
31 32 2
Menemukan perasaan
negatif dan memberikan respon positif
terhadap permasalahan
Menemukan perasaan yang negatif yang muncul pada diri individu
terkait dengan kecemasan
social
33, 34 35 3
Memberikan respon yang
positif terhadap perilaku
kecemasan sosial
sehingga dapat mengurangi
perasaan cemas
36, 37 38, 39 3
Aspek Behavioral
Mengungkap komponen
Mampu mengungkap 40 41 2
102
(Perilaku)
perilaku individu terhadap
penghindaran diri
terhadap interaksi
social
komponen individu terhadap
gejala kecemasan
sosial
Menemukan permasalahan
individu tentang
menghindari interaksi sosial
42 43 2
Bersikap tenang dalam
menghadapi interaksi sosial,
memfokuskan pikiran terhadap
Mampu bersikap
tenang, tidak gugup dalam menghadapi
gejala kecemasan sosial saat
berinteraksi terhadap
lingkungan
44, 45 46, 47 4
Memfokuskan fikiran tentang
tindakan mengurangi
masalah gejala kecemasan
sosial
48,49 50 3
Menemukan gagasan-gagasan untuk
mengurangi masalah
Menyampaikan gagasan
tentang mengurangi
masalah kecemasan
gejala sosial
51 52, 53 3
Mempertimbangkan aspek positif dan
negatif serta fokus terhadap
gagasan tentang
mengurangi masalah gejala
54 55 2
103
(Perilaku)
perilaku individu terhadap
penghindaran diri
terhadap interaksi
social
komponen individu terhadap
gejala kecemasan
sosial
Menemukan permasalahan
individu tentang
menghindari interaksi sosial
42 43 2
Bersikap tenang dalam
menghadapi interaksi sosial,
memfokuskan pikiran terhadap
Mampu bersikap
tenang, tidak gugup dalam menghadapi
gejala kecemasan sosial saat
berinteraksi terhadap
lingkungan
44, 45 46, 47 4
Memfokuskan fikiran tentang
tindakan mengurangi
masalah gejala kecemasan
sosial
48,49 50 3
Menemukan gagasan-gagasan untuk
mengurangi masalah
Menyampaikan gagasan
tentang mengurangi
masalah kecemasan
gejala sosial
51 52, 53 3
Mempertimbangkan aspek positif dan
negatif serta fokus terhadap
gagasan tentang
mengurangi masalah gejala
54 55 2
kecemasan sosial.
Memilih gagasan
terbaik dan melaksanaka
nnya
Melaksanakan gagasan yang paling baik
terhadap penurunan
gejala kecemasan
sosial
56 57, 58 3
Jumlah 30 28 58
Alpha Cronbach's = 0, 902; Sampel = 20 orang.
Item Pertanyaan
Item Shohih Item Gugur 2, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 54, 55, 56, 57, 58
1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 20, 22, 23, 24, 26, 28, 37, 38, 40, 41, 50, 53
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No. Pernyataan Jawaban
2 Ketika saya menyapa seseorang dan orang lain tidak merespon, saya berfikir orang itu sedang sibuk
SS S TS STS
6 Saya memahami bahwa apa yang orang lain katakan tentang diri saya itu hanyalah untuk membangun diri saya sendiri
SS S TS STS
10 Saya selalu merasa percaya diri dengan kemampuan apa yang saya miliki saat ini SS S TS STS
11 Ketika sedang merasa cemas, saya mampu menyelesaikannya dengan baik SS S TS STS
12 Selalu merasa pesimis jika dihadapkan dengan situasi yang mengahruskan berbicara di depan umum
SS S TS STS
13 Tidak bisa menangani diri sendiri jika harus berinteraksi dengan orang banyak dan memilih tidak menghadapinya.
SS S TS STS
14 Saya mampu mengatasi kecemasan saat sedang berinteraksi dengan orang banyak SS S TS STS
15 Saya mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk tidak gugup dengan orang lain SS S TS STS
16 Mudah menjalin komunikasi dengan orang SS S TS STS
104
yang baru saja dikenal
17 Tidak mengetahui apa yang harus dilakukan jika dihadapkan dengan orang banyak SS S TS STS
18 Saya selalu berfikir objektif dalam kesuliatan saya berinteraksi dengan orang lain SS S TS STS
19 Saya selalu menahan dan menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan kecemasan
SS S TS STS
21
Saya tidak bisa mengembangkan diri untuk dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan interaksi sosial
SS S TS STS
25
Saya mendadak gagap dan tidak bisa berbicara saat disuruh mengemukakan gagasan
SS S TS STS
27
Saya memilih diam jika disuruh untuk berinteraksi dengan orang banyak dam menyampaikan gagasan
SS S TS STS
29
Saya selalu berperasangka positif terhadap diri sendiri dan tindakan orang lain terhadapku
SS S TS STS
30
Saya tidak bisa meredam emosi yang menggebu-gebu dalam diri saya yang cenderung tidak bisa mengendalikannya
SS S TS STS
31
Daripada menimbulkan permasalahan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik saya mengindari permasalahan tersebut
SS S TS STS
32
Saya cenderung orang yang ceroboh, tidak bisa menggendalikan diri terhadap kecemasan yang saya miliki
SS S TS STS
33
Dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan orang lain, saya mampu menemukan kekurangan yang ada pada diri saya
SS S TS STS
34
Selanjutnya saya mampu menutupi kekurangan saya tersebut dengan kelebihan yang saya miliki
SS S TS STS
35
Saya tidak suka jika ada seseorang yang mengkritik terhadap tindakan apa yang saya lakukan
SS S TS STS
36 Saya selalu memberikan respon yang positif SS S TS STS
105
yang baru saja dikenal
17 Tidak mengetahui apa yang harus dilakukan jika dihadapkan dengan orang banyak SS S TS STS
18 Saya selalu berfikir objektif dalam kesuliatan saya berinteraksi dengan orang lain SS S TS STS
19 Saya selalu menahan dan menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan kecemasan
SS S TS STS
21
Saya tidak bisa mengembangkan diri untuk dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan interaksi sosial
SS S TS STS
25
Saya mendadak gagap dan tidak bisa berbicara saat disuruh mengemukakan gagasan
SS S TS STS
27
Saya memilih diam jika disuruh untuk berinteraksi dengan orang banyak dam menyampaikan gagasan
SS S TS STS
29
Saya selalu berperasangka positif terhadap diri sendiri dan tindakan orang lain terhadapku
SS S TS STS
30
Saya tidak bisa meredam emosi yang menggebu-gebu dalam diri saya yang cenderung tidak bisa mengendalikannya
SS S TS STS
31
Daripada menimbulkan permasalahan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik saya mengindari permasalahan tersebut
SS S TS STS
32
Saya cenderung orang yang ceroboh, tidak bisa menggendalikan diri terhadap kecemasan yang saya miliki
SS S TS STS
33
Dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan orang lain, saya mampu menemukan kekurangan yang ada pada diri saya
SS S TS STS
34
Selanjutnya saya mampu menutupi kekurangan saya tersebut dengan kelebihan yang saya miliki
SS S TS STS
35
Saya tidak suka jika ada seseorang yang mengkritik terhadap tindakan apa yang saya lakukan
SS S TS STS
36 Saya selalu memberikan respon yang positif SS S TS STS
terhadap perbuatan orang lain terhadap saya
39 Saya sering bersikap acuh dengan tikah laku orang-orang disekeliling saya SS S TS STS
42
Saya dapat menemukan penyelesaian kecemasan jika berhadapan dengan orang banyak
SS S TS STS
43 Sampai saat ini saya bingung dalam bertindak dan kesusahan berinteraksi dengan orang lain SS S TS STS
44 Dalam bertindak disegala hal, saya selalu tenang dalam menghadapi masalah SS S TS STS
45
Bertindak positif dalam menyelesaikan kegelisahan yang sedang dialami saat berhadapan dengan orang banyak
SS S TS STS
46
Saya dalam menghadapi masalah tidak bisa menyelesaikan dengan kepala dingin dan selalu terburu-buru
SS S TS STS
47
Saya selalu merasa gugup dan tidak tenang dalam menghadapi permasalahan yang sedang saya alami saat ini
SS S TS STS
48 Dalam menghadapi kecemasan sosial yang dirasakan saya selalu fokus untuk tetap tenang SS S TS STS
49
Saya menerima dan menyaring informasi yang didapatkan dari orang lain terkait mengurangi rasa gugup dan cemas
SS S TS STS
51
Saya menemukan dan dapat penyampaikan tindakan apa yang harus saya lakukan untuk mengurangi rasa cemas yang saya alami
SS S TS STS
52
Saya tidak bisa menyampaikan gagasan apa terkait dengan tindakan saya untuk mengurangi rasa cemas yang saya alami
SS S TS STS
54
Saya mempertimbangkan sisi positif dan negatif terhadap sikap saya dalam mengurangi rasa cemas
SS S TS STS
106
55
Saya tidak mempertimbangkan entah itu positif atau negatif yang penting tindakan yang saya lakukan sesuai dengan keinginan saya SS S TS STS
56
Akan saya laksanakan tindakan apa yang yang paling baik dalam menyelesaikan permasalahan kecemasan SS S TS STS
57 Saya masing bingung dalam melaksanakan tindakan yang saya pilih SS S TS
STS
58
Saya masih ragu apakah tindakan yang saya lakukan sudah tepat dalam mengurangi rasa cemas yang sedang dialami SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi: Kategori
Rendah Skor ≤ 78 Sedang 78 ≤ Skor ≤ 117 Tinggi Skor ≥ 117
d. Penutup Demikianlah penyusunan instrumen skala gejala
kecemasan sosial pada mahasiswa baru. Besar harapan penyusun adalah semoga instrumen skala ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kecemasan sosial yang dialami oleh seorang individu. Dalam penyusunan intrumen skala ini penulis juga menyadari banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan instrumen skala gejala kecemasan sosial ini.
107
55
Saya tidak mempertimbangkan entah itu positif atau negatif yang penting tindakan yang saya lakukan sesuai dengan keinginan saya SS S TS STS
56
Akan saya laksanakan tindakan apa yang yang paling baik dalam menyelesaikan permasalahan kecemasan SS S TS STS
57 Saya masing bingung dalam melaksanakan tindakan yang saya pilih SS S TS
STS
58
Saya masih ragu apakah tindakan yang saya lakukan sudah tepat dalam mengurangi rasa cemas yang sedang dialami SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi: Kategori
Rendah Skor ≤ 78 Sedang 78 ≤ Skor ≤ 117 Tinggi Skor ≥ 117
d. Penutup Demikianlah penyusunan instrumen skala gejala
kecemasan sosial pada mahasiswa baru. Besar harapan penyusun adalah semoga instrumen skala ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kecemasan sosial yang dialami oleh seorang individu. Dalam penyusunan intrumen skala ini penulis juga menyadari banyak sekali kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan guna menyempurnakan instrumen skala gejala kecemasan sosial ini.
9. Instumen Skala Kelekatan Pada Dewasa Awal Oleh: Aghisti Hidayati ([email protected]) Professional Judgement: Nanang Rekto Wulanjaya a. Pengantar
Ainsworth (1998) menyatakan kelekatan adalah suatu hubunganemosionalatau hubunganyang bersifat afektifantara satuindividudengan individu lainnyayang mempunyaiarti khusus. Seperti hubungan pasangan, yang secara langsung dan tidak langsung menjadi lekat karena terikat hubungan emosional dan komitmen bersama.
Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan akan memberikan rasa aman walaupun figur lekat itu tidak tampak. Itemdisusun berdasarkan dimensi dari kelekatanyang meliputi, ketergantunganyaitusejauhmana orangpercayadan bergantung pada ketersediaanorang lain, kecemasanyaitu tingkatkecemasan dalam hubungan ini, seperti takut diting-galkan atau tidakdicintai,dankedekatan,yaitu tingkatkenyamanan individu dengan kelekatan.
Setiap hubungan dengan pasangan memiliki tingkat kelekatan berbeda. sesuai dengan tingkat emosi, kepercyaan dan kedekatan yang dibangun oleh masing-masing pihak dari tiap pasangan. Pada tahap kehidupan dewasa awal yang biasanya banyaknya perubahan pola hidup, lingkungan maupun tanggung jawab dalam keluarga maupun sosialnya. Dengan demikian perubahan-perubahan itu apakah berpengaruh dalam kelekatan dengan pasangannya.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis
Variable Aspek Indikator Deskriptor
No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Keintiman Pada Awal
Pernikahan
Ketergantungan
Sejauh mana orang percaya
dan bergantung pada
ketersediaan orang lain
Keterbiasaan bersama 1,2 3,4 4
Kepercayaan pada pasangan 6,8 5,7 4
Ketergantungan dengan pasangan
9,11,12 10,13 5
Kecemasan
Ketakutan akan ditinggalkan
Ketakutan akan di khianati
14, 16, 18
15,17 2
Akibat jika ditinggalkan
20, 22,
19,21,24 3
108
23
Tingkat kepercayaan pada lawan
hubungannya
Keterbukaan terhadap pasangan
26,27 25,28 5
Ketakutan akan tidak
dicintai 29,32 30,
31,33 6
Kepercayaan pada
keberhasilan dalam
hubungan
35,37 34,36 4
Kedekatan
Tingkat kenyamanan
individu dengan kedekatan dan
keintiman
Tingkat kenyamanan
dengan pasangan
38, 39, 41
40, 42 5
Tingkat hubungan emosional
43,44 45,46 4
Jumlah 19 27 46 Alpha Cronbach's = 0, 567; Sampel = 12 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 2,3,13,16,22, 26,29,42,43,44
1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,21,23,24,25,27,28,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,45,46
c. Item Pernyataan Dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
2 Kami sering melakukan sesuatu hal bersama SS S ST STS
3 Saya merasa hampa jika dia tidak ada SS S ST STS
13 Saya sering tidak yakin saya mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari pasangan saya
SS S ST STS
16 Saya terkadang mencurigai pasangan saya diam-diam tentang hubungannya dengan seseorang
SS S ST STS
22 Saya akan bersabar jika dia pergi meninggalkan saya SS S ST STS
26 Saya masih berusaha untuk selalu terbuka dengan pasangan saya SS S ST STS
29 Saya mencari alasan kenapa dia masih mencintai saya SS S ST STS
42 Kami tidak merasa jenuh satu sama lain SS S ST STS
109
23
Tingkat kepercayaan pada lawan
hubungannya
Keterbukaan terhadap pasangan
26,27 25,28 5
Ketakutan akan tidak
dicintai 29,32 30,
31,33 6
Kepercayaan pada
keberhasilan dalam
hubungan
35,37 34,36 4
Kedekatan
Tingkat kenyamanan
individu dengan kedekatan dan
keintiman
Tingkat kenyamanan
dengan pasangan
38, 39, 41
40, 42 5
Tingkat hubungan emosional
43,44 45,46 4
Jumlah 19 27 46 Alpha Cronbach's = 0, 567; Sampel = 12 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 2,3,13,16,22, 26,29,42,43,44
1,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,21,23,24,25,27,28,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,45,46
c. Item Pernyataan Dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
2 Kami sering melakukan sesuatu hal bersama SS S ST STS
3 Saya merasa hampa jika dia tidak ada SS S ST STS
13 Saya sering tidak yakin saya mampu menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari pasangan saya
SS S ST STS
16 Saya terkadang mencurigai pasangan saya diam-diam tentang hubungannya dengan seseorang
SS S ST STS
22 Saya akan bersabar jika dia pergi meninggalkan saya SS S ST STS
26 Saya masih berusaha untuk selalu terbuka dengan pasangan saya SS S ST STS
29 Saya mencari alasan kenapa dia masih mencintai saya SS S ST STS
42 Kami tidak merasa jenuh satu sama lain SS S ST STS
43 Dia inspirasi saya SS S ST STS
44 Dia orang yang tepat untuk menjadi sepenanggungan rasa dengan saya
SS S ST STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 20 Sedang 20≤ skor≤ 30 Tinggi Skor ≥ 30
d. Penutup Demikian skala kelekatan pada dewasa awal, besar
harapan penyusun skala ini mampu berguna dan dimanfaatkan pembaca guna mengukur tinggi rendahnya kelekatan pada dewasa awal. Dalam penyusunan skala tersebut penulis menyadari masih banyak kekurangan sehingga penulis meminta maaf dan sangat mengharapkan pembaca agar dapat menyempurnakan skala tersebut dengan kritik maupun saran.
110
10. Instrumen Skala Pengendalian Diri Oleh:Sundari ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si. a. Pengantar
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Manusia adalah makhluk sosial (zone politikon) yang tentunya dalam kesehariannya (interaksi) membutuhkan bantuan orang lain. Dalam hal-hal yang besar sampai hal terkecil sekalipun, manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia lain. Sifat saling membutuhkan ini lantas menuntut setiap individu untuk bersikap sesuai aturan dan/ norma yang berlaku. Hal ini dilakukan mengingat betapa berharganya sebuah relasi yang terjadi guna menunjang kehidupan individu. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih banyak individu yang acuh terhadap hal „membutuhkan‟ satu sama lain, sehingga individu tersebut cenderung „mendekat‟ bila membutuhkan terhadap sesama. Terlebih didukung dengan semakin berkembang pesatnya teknologi yang kian membuat manusia menjadi makhluk individual. Dari kecacatan bersikap tersebut, instrumen ini dibuat guna mengukur seberapa tingkat pengendalian diri individu pada jaman ini, mengingat telah banyak pengaruh yang mengkontaminasi bersikap „baik‟-nya individu.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Pengendalian diri atau yang lebih sederhananya dikenal
dengan istilah kontrol diri, adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi yang positif, yang diukur dengan skala pengendalian diri yang disusun berdasarkan Teori Averill, dengan aspek sebagai berikut: kendali perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif Control) dan kendali keputusan (Decision Control).
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Kemampuan
pengendalian diri
Behavior control (kendali perilaku)
Menentukan kegiatan
yang akan di lakukannya,
Menentukan jenis
kegiatan
1,32, 47
15,42,56 6
Menentukan 2,37, 14,25,5 6
111
10. Instrumen Skala Pengendalian Diri Oleh:Sundari ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si. a. Pengantar
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2002), definisi kontrol diri atau self control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Goldfried dan Merbaum, mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.
Manusia adalah makhluk sosial (zone politikon) yang tentunya dalam kesehariannya (interaksi) membutuhkan bantuan orang lain. Dalam hal-hal yang besar sampai hal terkecil sekalipun, manusia tidak dapat dipisahkan dari manusia lain. Sifat saling membutuhkan ini lantas menuntut setiap individu untuk bersikap sesuai aturan dan/ norma yang berlaku. Hal ini dilakukan mengingat betapa berharganya sebuah relasi yang terjadi guna menunjang kehidupan individu. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih banyak individu yang acuh terhadap hal „membutuhkan‟ satu sama lain, sehingga individu tersebut cenderung „mendekat‟ bila membutuhkan terhadap sesama. Terlebih didukung dengan semakin berkembang pesatnya teknologi yang kian membuat manusia menjadi makhluk individual. Dari kecacatan bersikap tersebut, instrumen ini dibuat guna mengukur seberapa tingkat pengendalian diri individu pada jaman ini, mengingat telah banyak pengaruh yang mengkontaminasi bersikap „baik‟-nya individu.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Pengendalian diri atau yang lebih sederhananya dikenal
dengan istilah kontrol diri, adalah suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi yang positif, yang diukur dengan skala pengendalian diri yang disusun berdasarkan Teori Averill, dengan aspek sebagai berikut: kendali perilaku (Behavior Control), kendali kognitif (Kognitif Control) dan kendali keputusan (Decision Control).
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Kemampuan
pengendalian diri
Behavior control (kendali perilaku)
Menentukan kegiatan
yang akan di lakukannya,
Menentukan jenis
kegiatan
1,32, 47
15,42,56 6
Menentukan 2,37, 14,25,5 6
antar mahasiswa Bki
.
baik menentukan
jenis kegiatan-kegiatan
yang menjadi
prioritasnya, bagaimana
ia manangani
masalah yang timbul
dalam rangka
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
kegiatan yang
diprioritaskan
46 8
Pengendalian akan
masalah yang muncul
36,45 3,13,29 5
Kepuasan akan hasil
yang diperoleh
4,16, 34,48
43,53,61,63 8
Kognitif control (kendali kognitif)
Pengambilan keputusan
akan sesuatu ditentukan
dari pengetahuan
yang ia ketahui dan informasi yang ia
peroleh serta kematangan
sikap, pengembang
an bakat yang ia ketahui dalam dirinya
Menetukan sesuatu
berdasarkan baik atau
buruk, untung atau
rugi bila memilihnya
8,49, 50
21,30,40 6
Daya serap informasi
yang diambil dalam rangka
pembekalan diri
9,23, 28
51,59,62 6
Sikap bijak dalam
mengambil keputusan
berdasarkan pengetahuan
yang ada
10,22 26,39 4
112
Pengembangan bakat sesuai
pengetahuan tentang dirinya sendiri
11,24, 44 31 4
Decision control (kendali
keputusan)
Melakukan sesuatu sesuai
kemampuan dan
kebutuhan, memanfaatkan peluang yang ada
Memilih atau
melakukan sesuatu sesuai
kemampuan
52,60 5,18,38 5
Memilih atau
melakukan sesuatu sesuai
kebutuhan
12,54 20,33 4
Memilih atau
melakukan sesuatu sesuai
keinginan
27,57 6,17 4
Memilih atau
melakukan sesuatu karena
terdapat peluang
7,35, 41 19,55 5
Jumlah 32 31 63 Alpha Cronbach's = 0,177; Sampel = 18 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,2,10,11,19,20,28,29,32,33,36,45,46,47,50,52,53,55
3,4,5,6,8,9,12,13,14,15,16,17,18,21,22,23,24,25,26,27,30,31,34, 35,37,38,39,40,41,42,43,44,48,49,51,54,56,57,58,59,60,61,62,63
113
Pengembangan bakat sesuai
pengetahuan tentang dirinya sendiri
11,24, 44 31 4
Decision control (kendali
keputusan)
Melakukan sesuatu sesuai
kemampuan dan
kebutuhan, memanfaatkan peluang yang ada
Memilih atau
melakukan sesuatu sesuai
kemampuan
52,60 5,18,38 5
Memilih atau
melakukan sesuatu sesuai
kebutuhan
12,54 20,33 4
Memilih atau
melakukan sesuatu sesuai
keinginan
27,57 6,17 4
Memilih atau
melakukan sesuatu karena
terdapat peluang
7,35, 41 19,55 5
Jumlah 32 31 63 Alpha Cronbach's = 0,177; Sampel = 18 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,2,10,11,19,20,28,29,32,33,36,45,46,47,50,52,53,55
3,4,5,6,8,9,12,13,14,15,16,17,18,21,22,23,24,25,26,27,30,31,34, 35,37,38,39,40,41,42,43,44,48,49,51,54,56,57,58,59,60,61,62,63
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Peryataan Jawaban
1 Ketika mood saya jelek saya akan melakukan hal-hal yang menyenangkan.
SS S TS STS
2 Membaca buku adalah kegiatan utama saya diwaktu luang. SS S TS STS
7 Saya selalu bertanya jika saya tidak memahami sesuatu. SS S TS STS
10 Saya akan membiarkan teman yang sedang butuh waktu sendiri. SS S TS STS
11 Training jurnalistik selalu saya ikuti karena saya suka dengan dunia kepenulisan.
SS S TS STS
19 Ketika ada hal yang tidak saya pahami, saya hanya akan diam dan mendengarkan.
SS S TS STS
20 Dalam mengerjakan tugas kuliah, saya selalu menunda. SS S TS STS
28 Nasehat orang lain sangat membantu, walaupun terkadang ada nasehat yang diberikan untuk tujuan lain.
SS S TS STS
29 Tugas kuliah selalu menyebalkan dan membuat frustasi. SS S TS STS
32 Lebih baik mendengarkan musik daripada mendengarkan teman bergosip.
SS S TS STS
33 Ketika teman-teman bergurau saya akan mendengarkan saja. SS S TS STS
36 Jika saya melakukan kesalahan saya akan merasa besalah dan harus meminta maaf.
SS S TS STS
45 Ketika ada teman yang bersikap acuh pada saya, saya akan memakluminya. SS S TS STS
46 Bercerita dengan teman sangat saya sukai dikala waktu luang. SS S TS STS
47 Menyanyi beramai-ramai dengan teman lebih menyenangkan daripada menyanyi sendirian.
SS S TS STS
50 Menjadi pribadi yang periang dapat mendatangkan teman yang banyak. SS S TS STS
52 Menulis karya fiksi itu lebih mudah dan unik. SS S TS STS
53 Saya senang jika mendapat nilai yang baik, walaupun dengan cara mencontek.
SS S TS STS
55 Saya tidak akan mengambil kesempatan lomba tilawah karena SS S TS STS
114
saya demam panggung. Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57
d. Penutup Demikianlah instrumen skala pengendalian diri, besar
harapan penulis skala ini dapat membantu acuan penelitian dan perbaikan sikap individu dimasa mendatang. Mengingat masih banyaknya kekurangan dalam instrumen skala ini, mohon kritik dan saran yang membangun, agar dikemudian hari skala ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
115
saya demam panggung. Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ Skor ≤ 57 Tinggi Skor ≥ 57
d. Penutup Demikianlah instrumen skala pengendalian diri, besar
harapan penulis skala ini dapat membantu acuan penelitian dan perbaikan sikap individu dimasa mendatang. Mengingat masih banyaknya kekurangan dalam instrumen skala ini, mohon kritik dan saran yang membangun, agar dikemudian hari skala ini dapat berguna sebagaimana mestinya.
11. Instrumen Skala Intensitas Interaksi Sosial Oleh: Nadya Rizqi Mufidah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag, M.Si a. Pengantar
Manusia merupakan makhluk sosial yaitu tidak lepas dari bantuan individu lain, karena itu interaksi dengan individu lain dilakukan secara intens, maka kebutuhan manusia dengan individu lain akan terpenuhi. Skala intensitas interaksi sosial ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial. Tingginya intensitas interkasi sosial ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subjek pada skala intensitas interaksi sosial. Skala intensitas interaksi sosial disusun berdasarkan aspek-aspek interaksi sosial.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Intensitas interaksi sosial adalah interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktifitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No. Item
Jml Favorable
Unfavorable
Interaksi sosial dalam
meningkatkan
motivasi belajar
Motif atau tujuan
yang sama dalam
kelompok
Memiliki satu tujuan
Memiliki pendapat serta
pandangan yang sama
dalam suatu hal
1,2,3 4,5,6 6
Suasana emosional yang sama
dalam kelompok
Memiliki ambisiusita
s yang sama
Memiliki tingkat
kompetisi yang
seimbang
7,9, 12
8,10, 11 6
Ada aksi interaksi
Hubungan timbal balik
antara satu dengan yang
lainnya dalam suatu
kelompok
Saling bahu membahu
dalam menguasai
penegtauhuan
16, 17, 18, 19
15,14,13 7
Proses segitiga
Memebentuk
Menunjuk ketua
23, 24,
20,21,22 7
116
dalam interaksi
sosial
piramida posisi.
kelompok agar dapat
terkandali
25, 26
Dipandang dari sudut
totalitas
Setiap anggota berusaha
menyesuaikan diri
Saling memahami anatara satu dengan yang
lainnya
27, 30, 31, 32
28,29,33 7
Hasil penyesuaian diri dari
tiap anggota
kelompok
Melakukan usaha
penyesuain diri
dilingkungan
manapun
Mampu beradaptasi
dan membaur dengan semua
kalangan
34, 35, 38, 40
36,37,39 7
Jumlah 22 18 40 Alpha Cronbach's = 0,901 ; Sampel = 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,24,27,28,29,30,32,33,35,36,37,38,39,40
2,8,21,23,25,26,31,34
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban SS S TS STS
1 Saya senang berkumpul dengan teman-teman yang rajin belajar SS S TS STS
3 Saya selalu menghormati pendapat teman saya SS S TS STS
4 Saya tidak senang ketika teman saya berbeda pendapat dengan saya SS S TS STS
5 Saya selalu memprioritaskan pendapat saya dibandingkan teman saya
SS S TS STS
6 Saya tidak senang jika teman saya menyalahkan pekerjaan saya SS S TS STS
7 Ambisi saya untuk menjadi sukses sangatlah besar SS S TS STS
9 Saya selalu ingin mengetahui apa yang belum saya mengerti SS S TS STS
10 Saya merasa saya lebih rajin dibanding teman saya SS S TS STS
11 Saya menganggap cita-cita teman saya masih dibawah saya SS S TS STS
12 Saya yakin saya dapat menggapai SS S TS STS
117
dalam interaksi
sosial
piramida posisi.
kelompok agar dapat
terkandali
25, 26
Dipandang dari sudut
totalitas
Setiap anggota berusaha
menyesuaikan diri
Saling memahami anatara satu dengan yang
lainnya
27, 30, 31, 32
28,29,33 7
Hasil penyesuaian diri dari
tiap anggota
kelompok
Melakukan usaha
penyesuain diri
dilingkungan
manapun
Mampu beradaptasi
dan membaur dengan semua
kalangan
34, 35, 38, 40
36,37,39 7
Jumlah 22 18 40 Alpha Cronbach's = 0,901 ; Sampel = 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,24,27,28,29,30,32,33,35,36,37,38,39,40
2,8,21,23,25,26,31,34
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban SS S TS STS
1 Saya senang berkumpul dengan teman-teman yang rajin belajar SS S TS STS
3 Saya selalu menghormati pendapat teman saya SS S TS STS
4 Saya tidak senang ketika teman saya berbeda pendapat dengan saya SS S TS STS
5 Saya selalu memprioritaskan pendapat saya dibandingkan teman saya
SS S TS STS
6 Saya tidak senang jika teman saya menyalahkan pekerjaan saya SS S TS STS
7 Ambisi saya untuk menjadi sukses sangatlah besar SS S TS STS
9 Saya selalu ingin mengetahui apa yang belum saya mengerti SS S TS STS
10 Saya merasa saya lebih rajin dibanding teman saya SS S TS STS
11 Saya menganggap cita-cita teman saya masih dibawah saya SS S TS STS
12 Saya yakin saya dapat menggapai SS S TS STS
cita-cita saya
13 Saya merasa puas dengan pekerjaan saya dibanding teman saya SS S TS STS
14 Saya merasa apa yang dikerjakan teman saya selalu kurang sempurna SS S TS STS
15 Saya menganggap remeh teman saya SS S TS STS
16 Saya senang bergotong royong dalam menyelesaikan suatu permasalahan SS S TS STS
17 Ketika teman saya belum mengerti saya mencoba untuk menjelaskannya SS S TS STS
18 Saya senenag berteman dengan siapa saja tanpa memandang kepandaian SS S TS STS
19 Saya dapat berbicara singkat, padat dan jelas serta dapat memahamkan SS S TS STS
20 Saya tidak senang teman saya menjadi ketua kelas SS S TS STS
22 Saya tidak senang ketika teman yang lain memuji ketua kelas SS S TS STS
24 Saya merasa senang menjadi bagian dari struktur kelas SS S TS STS
27
Setiap belajar kelompok, saya menganggap teman yang lain sebagai teman belajar yang memiliki hak yang sama
SS S TS STS
28 Jika selesai mengerjakan tugas, saya langsung mengumpulkan tugas saya tanpa membantu teman yang lain
SS S TS STS
29 Jika saya berhasil dalam mempelajari sesuatu maka saya tidak ingin berbagi pengetahuan dengan teman saya
SS S TS STS
30 Apabila saya belum bisa dalam suatu pelajaran maka saya tidak takut untuk bertanya
SS S TS STS
32 Saya senang mendiskusikan pelajaran yang sulit bersama teman saya SS S TS STS
33 Saya tidak senang teman saya mengkritik kekurangan saya SS S TS STS
35 Dengan adanya kelemahan pada diri saya saya akan menerima apa adanya SS S TS STS
36 Saya belum bisa membaur dengan semua kalangan SS S TS STS
37 Saya sulit beradaptasi dengan lingkungan baru SS S TS STS
38 Saya tidak ragu untuk mencoba menyesuaikan diri saya dengan lingkungan baru
SS S TS STS
39 Saya merasa interaksi saya dengan orang lain belum berhasil SS S TS STS
118
40 Saya senang berkenalan dengan hal-hal baru dalam hidup saya SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dilakukan oleh anda. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dilakukan oleh anda. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dilakukan oleh anda. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan anda.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 64
Sedang 64 ≤ Skor ≤ 96 Tinggi Skor ≥ 96
d. Penutup Instrumen ini adalah instrumen intensitas interaksi sosial.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial individu dalam sosialisasinya. Tujuan dari instrumen ini ialah sebagai pengetahuan intensitas interaksi sosial individu.
119
40 Saya senang berkenalan dengan hal-hal baru dalam hidup saya SS S TS STS
Keterangan:
SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dilakukan oleh anda. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dilakukan oleh anda. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dilakukan oleh anda. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan anda.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 64
Sedang 64 ≤ Skor ≤ 96 Tinggi Skor ≥ 96
d. Penutup Instrumen ini adalah instrumen intensitas interaksi sosial.
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui seberapa intens interaksi sosial individu dalam sosialisasinya. Tujuan dari instrumen ini ialah sebagai pengetahuan intensitas interaksi sosial individu.
12. Instrumen Skala Kemampuan Penyesuaian Diri Mahasiswa Oleh: Eva Rahmanitami ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah S.Ag., M.Si. a. Pengantar
Instrument adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.Alasan instrumen ini kemampuan penyesuaian diri disusun pada dasarnya penyesuaian diri dapat berguna untuk diri sendiri,maka akan ketinggalan dalam segala hal yang dilakukannya.Hal ini yang saat penting karena didalam pada diri sendiri beraktivitas pada manusia terdapat pada nilai kepribadian dapat melakukan dirinya sendiri dalam kehidupannya.
Didalam instrument ini dapat digunakan untuk menilai tinggi skor yang telah diperoleh subyek kemampuan penyesuaian diri adapun kisi-kisi pernyataan yang sesuai berdasarkan pada teori yang dikembangkan menggunakan teori Schneiders. Pada teori Schneiders adalah aspek fisik, dan psikologi dapat tertangani atau diatasi oleh diri sendiri. Hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk aspek instrumen yang telah dikembangkan oleh peneliti menjadi ada beberapa indikator dan oleh peneliti dapat dikembangkan lagi untuk dapat menjadi beberapa deskriptor dan selesai membuat deskriptor peneliti tersebut membuat item pertanyaan.
Pada instrument yang dibuat peneliti tersebut sudah disetujui oleh profesional judgment.Oleh karena itu instrument dicobakan kelapangan kepada 20 responden.Pada subyek kemampuan manusia berkaiatan dengan penyesuaian diri.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kemampuan penyesuaian diri mahasiswa adalah upaya
dalam mengenali, menemukan dan memilih penyesuaian diri mahasiswa melalui kemampuan penyesuaian diri mahasiswa ini diukur dengan skala kemampuan penyesuaian diri mahasiswa berdasarkan teori Schneiders adalah aspek fisik dan psikologi dapat tertangani atau diatasi oleh diri sendiri. Yang terdiri aspek-aspek Adaptasi,conformity,mastery, dan individual variation.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Adaptasi
Berpakaian sesuai dengan aturan kampus
Mampu menyesuaikan
berpakaian yang ada
1,9,17 5,13,21 6
120
Kemampuanpenye
su Aian diri mahasis
wa
Membuka diri untuk
berteman dengan yang
lain
Mampu beradaptasi
dengan teman
25, 33 29,37 4
Conformity
Mematuhi peraturan yang ada di kampus
Mampu mematuhi
peraturan yang ada
dilingkungan yang baru
2,10,18,26
,34
6,14,22,30,38 10
Mastery
Mengembangkan diri untuk
menjadi pribadi yang
lebih terkendali dan
terarah
Mampu mengembangkan diri untuk
dapat menjadi pribadi baik
3,11 7,15 4
Menyesuaikan diri dengan kenyataan
secara efektif dan efisien
Mampu menghafalkan karakter pada
seseorang yang ada di lingkungan
sekitar
19,27 23,31 4
Mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan dengan baik
Dapat memotivafi
dalam segala hal
35 29 2
Individual
variation
Keunikan individu dalam
menanggapi permasalahan
Mampu memberikan solusi pada teman dan
tidak akan ikut campur dalam permasalahan
yang telah dihadapinya.
4,12,20,28
,36
8,16,24,32,40 10
Jumlah 20 20 40 Alpha Cronbach's: 0,709 ; Sampel: 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,4,6,9,10,11,12,14,17,20,26,27,31,33,34,35,37,39,40
2,3,5,7,8,13,15,16,18,19,21,22,23,24,25,28,29,30,32,36,38
121
Kemampuanpenye
su Aian diri mahasis
wa
Membuka diri untuk
berteman dengan yang
lain
Mampu beradaptasi
dengan teman
25, 33 29,37 4
Conformity
Mematuhi peraturan yang ada di kampus
Mampu mematuhi
peraturan yang ada
dilingkungan yang baru
2,10,18,26
,34
6,14,22,30,38 10
Mastery
Mengembangkan diri untuk
menjadi pribadi yang
lebih terkendali dan
terarah
Mampu mengembangkan diri untuk
dapat menjadi pribadi baik
3,11 7,15 4
Menyesuaikan diri dengan kenyataan
secara efektif dan efisien
Mampu menghafalkan karakter pada
seseorang yang ada di lingkungan
sekitar
19,27 23,31 4
Mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan dengan baik
Dapat memotivafi
dalam segala hal
35 29 2
Individual
variation
Keunikan individu dalam
menanggapi permasalahan
Mampu memberikan solusi pada teman dan
tidak akan ikut campur dalam permasalahan
yang telah dihadapinya.
4,12,20,28
,36
8,16,24,32,40 10
Jumlah 20 20 40 Alpha Cronbach's: 0,709 ; Sampel: 20 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,4,6,9,10,11,12,14,17,20,26,27,31,33,34,35,37,39,40
2,3,5,7,8,13,15,16,18,19,21,22,23,24,25,28,29,30,32,36,38
c. Item pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban
1 Lingkungan kampus cocok dengan pribadi saya SS S TS STS
4 Saya selalu bertanya saat ada materi pembelajaran yang tidak dimengerti kepada teman saya
SS S TS STS
6 Saya merasa tertekan dengan peraturan yang ada di kampus SS S TS STS
9 Suasana di kelas saya selalu menyenangkan SS S TS STS
10 Perasaan nyaman kepada teman selalu melekat pada diri saya SS S TS STS
11 Saya selalu memotivasi diri agar tidak malas belajar SS S TS STS
12 Saya selalu menjalankan perintah agama SS S TS STS
14 Suasana kelas tidak nyaman, sehingga saya berkeinginan untuk pindah kampus SS S TS STS
17 Tidakkah saya berkeinginan untuk pindah dari kampus ini SS S TS STS
20 Menjalin hubungan baik saya terhadap seluruh teman di kelas SS S TS STS
26 Saya Ikut berpartisipasi aktif pada acara-acara yang diadakan oleh kampus SS S TS STS
27 Bersuka cita terhadap teman yang sedang bergembira SS S TS STS
31 Saya merasa sulit mengenal teman yang berasal dari daerah yang berbeda SS S TS STS
33 Teman-teman dapat menerima saya apa adanya SS S TS STS
34 Selalu jujur dan percaya diri saat ujian berlangsung SS S TS STS
35 Kesuksesan teman memotivasi saya untuk mencapai kesuksesan dalam segala hal SS SS TS STS
37 Menjauhkan diri dari teman-teman kampus adalah sifat saya SS S TS STS
39 Merasa iri dengan keberhasilan teman yang memiliki hasil yang memuaskan adalah sifat saya.
SS S TS STS
40 Saya tidak mau tahu permasalahan yang sedang dihadapi teman SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
122
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ skor ≤ 142,5 Tinggi Skor ≥ 142,5
d. Penutup Didalam instrumen penelitian diatas dapat mengumpulkan
data yang telah dikembangkan oleh peneliti dari teori Schneiders. Instrument yang dikembangkan diujicobakan dilapangan yang sesuai kemampuan penyesuaian diri.Instrument juga mempunyai fungsi untuk menjelaskan beberapa item pernyataan dalam membuat skala,dapat juga memudahkan menghitung item pernyataan yang akan di ujicobakan kelapangan dan dapat memahami data yang valid pada item pernyataannya.Pada data yang sudah dikumpulkan dan dikembangkan dengan tujuan memecahkan permasalahan dengan cara menganalisis data yang sudah diperolehnya dari ujicoba lapangan dengan merancang instrument yang akan digunakan pada peneliti untuk mendapatkan data yang valid setelah diujicobakan dilapangan.Didalam instrument tersebut kegunaannya sebagai alat untuk mencatat informasi yang ada yang telah disampaikan oleh responden dan dapat mengevaluasi hasil dalam penelitian.
123
STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 38 Sedang 38 ≤ skor ≤ 142,5 Tinggi Skor ≥ 142,5
d. Penutup Didalam instrumen penelitian diatas dapat mengumpulkan
data yang telah dikembangkan oleh peneliti dari teori Schneiders. Instrument yang dikembangkan diujicobakan dilapangan yang sesuai kemampuan penyesuaian diri.Instrument juga mempunyai fungsi untuk menjelaskan beberapa item pernyataan dalam membuat skala,dapat juga memudahkan menghitung item pernyataan yang akan di ujicobakan kelapangan dan dapat memahami data yang valid pada item pernyataannya.Pada data yang sudah dikumpulkan dan dikembangkan dengan tujuan memecahkan permasalahan dengan cara menganalisis data yang sudah diperolehnya dari ujicoba lapangan dengan merancang instrument yang akan digunakan pada peneliti untuk mendapatkan data yang valid setelah diujicobakan dilapangan.Didalam instrument tersebut kegunaannya sebagai alat untuk mencatat informasi yang ada yang telah disampaikan oleh responden dan dapat mengevaluasi hasil dalam penelitian.
13. Instrumen Skala Hubungan Sosial Remaja Oleh: Barokat Mamah ([email protected]) Professional Judgement: Nailul Falah, S.Ag.,M.Si a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengungkap skala hubungan sosial remaja. Kemampuan pemecahan masalah interpersonal ditunjukan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala hubungan sosial remaja. Skala hubungan sosial remaja disusun berdasarkan aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah interpersonal yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang kemampuan pemecahan masalah interpersonal. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, maka makin tinggi hubungan sosial remaja tersebut. Adapun kisi-kisi pernyataan tersebut disusun dari definisi operasional yang telah dibuat, kemudian definisi operasional tersebut dibuat dalam indikator-indikator yang disusun berdasarkan aspek-aspek hubungan sosial remaja.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam
mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan masalah interpersonal melalui berbagai proses serta dapat diterapkan secara efektif agar perbedaan diantara dua individu dapat tertangani/ diatasi oleh diri sendiri. Hubungan sosial remaja diukur dengan skala hubungan sosial remaja dengan aspek Kontak sosial, Komunikasi, Penyesuaian Diri dan Kerjasama.
Variabel Aspek Indikator No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Hubungan sosial remaja
Kontak Sosial
Memberi masukan kepada guru. 1,19 10,28 4
Memberi masukan kepada karyawan 2,20 11,29 4
Memberi masukan kepada teman 3,21 12,30 4
Menerima masukan dari guru. 4,22 13,31 4
Menerima masukan dari karyawan. 5,23 14,32 4
Menerima masukan dari teman. 6,24 15,33 4
Menjalin hubungan dengan guru. 7,25 16,34 4
Menjalin hubungan dengan karyawan. 8,26 17,35 4
Menjalin hubungan dengan teman. 9,27 18,36 4
Komunik Dapat menyampaikan 37,47 42,52 4
124
asi pendapat secara lisan dalam diskusi.
Berbicara di depan orang banyak. 38,48 43,53 4
Berkomunikasi dengan guru. 39,49 44,54 4
Berkomunikasi dengan karyawan. 40,50 45,55 4
Berkomunikasi dengan teman. 41,51 46,56 4
Penyesuaian Diri
Dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekolah. 57,61 59,63 4
Dapat bergabung dengan teman-teman. 58,62 60,64 4
Kerjasama
Kesediaan membantu teman demi mencapai
tujuan bersama. 65,69 67,71 4
Melakukan kegiatan kelompok bersama
teman. 66,70 68,72 4
Jumlah 36 36 72 Alpha Cronbach's= 0.937 ; Sampel = 21 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,39,42,43,44,45,46,49,52,54,55,56,59,60,63,64,65,66,67,68,70,71,72
2,3,4,5,6,7,8,9,10,19,23,24,25,26,37,38,40,41,47,48,50,51,53,57,58, 61,62,69
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban
1 Saya mengingatkan guru bahwa jam pelajarannya telah berakhir. SS S TS STS
11 Saya tidak memberikan masukan kepada karyawan sekolah. SS S TS STS
12 Saya orang yang malas memberi masukan kepada teman. SS S TS STS
13 Masukan dari guru hanya mempermalukan saya di depan siswa lain. SS S TS STS
14 Saya acuh tak acuh dengan masukan yang diberikan karyawan sekolah. SS S TS STS
15 Saya tidak suka dikritik oleh teman. SS S TS STS 16 Saya bersikap acuh tak acuh terhadap guru. SS S TS STS
17 Saya tidak dapat menjalin hubungan dengan karyawan sekolah. SS S TS STS
18 Bertengkar dengan orang yang tidak saya sukai, membuat saya senang. SS S TS STS
125
asi pendapat secara lisan dalam diskusi.
Berbicara di depan orang banyak. 38,48 43,53 4
Berkomunikasi dengan guru. 39,49 44,54 4
Berkomunikasi dengan karyawan. 40,50 45,55 4
Berkomunikasi dengan teman. 41,51 46,56 4
Penyesuaian Diri
Dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekolah. 57,61 59,63 4
Dapat bergabung dengan teman-teman. 58,62 60,64 4
Kerjasama
Kesediaan membantu teman demi mencapai
tujuan bersama. 65,69 67,71 4
Melakukan kegiatan kelompok bersama
teman. 66,70 68,72 4
Jumlah 36 36 72 Alpha Cronbach's= 0.937 ; Sampel = 21 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,39,42,43,44,45,46,49,52,54,55,56,59,60,63,64,65,66,67,68,70,71,72
2,3,4,5,6,7,8,9,10,19,23,24,25,26,37,38,40,41,47,48,50,51,53,57,58, 61,62,69
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban
1 Saya mengingatkan guru bahwa jam pelajarannya telah berakhir. SS S TS STS
11 Saya tidak memberikan masukan kepada karyawan sekolah. SS S TS STS
12 Saya orang yang malas memberi masukan kepada teman. SS S TS STS
13 Masukan dari guru hanya mempermalukan saya di depan siswa lain. SS S TS STS
14 Saya acuh tak acuh dengan masukan yang diberikan karyawan sekolah. SS S TS STS
15 Saya tidak suka dikritik oleh teman. SS S TS STS 16 Saya bersikap acuh tak acuh terhadap guru. SS S TS STS
17 Saya tidak dapat menjalin hubungan dengan karyawan sekolah. SS S TS STS
18 Bertengkar dengan orang yang tidak saya sukai, membuat saya senang. SS S TS STS
20 Memberikan masukan kepada karyawan sekolah bukanlah hal yang percuma atau sia-sia.
SS S TS STS
21 Saya memberi masukan pada teman yang mempunyai masalah. SS S TS STS
22 Saya menerima kritik dan saran dari guru dengan senang hati. SS S TS STS
27 Saya memiliki banyak teman. SS S TS STS
28 Saya takut untuk memberikan masukan kepada guru. SS S TS STS
29 Percuma saja memberikan masukan pada karyawan sekolah. SS S TS STS
30 Saya tidak mau memberi solusi kepada teman yang mengalami masalah. SS S TS STS
31 Saya enggan menerima masukan dari guru. SS S TS STS
32 Saya keberatan diberi masukan oleh karyawan sekolah. SS S TS STS
33 Saya memilih menggunakan pendapat saya sendiri daripada menerima masukan dari teman.
SS S TS STS
34 Menjalin hubungan dengan guru itu tidak penting. SS S TS STS
35 Saya tidak mau mengawali hubungan kedekatan dengan karyawan di sekolah. SS S TS STS
36 Saya sulit bersosialisasi dengan teman-teman saya. SS S TS STS
39 Saya menyampaikan salam ketika bertemu guru. SS S TS STS
42 Saya malu menyampaikan pendapat saya dalam diskusi. SS S TS STS
43 Saya hanya berbicara dengan teman-teman dekat saya saja. SS S TS STS
44 Saya takut berbicara dengan guru. SS S TS STS
45 Saya acuh tak acuh bertemu dengan karyawan sekolah. SS S TS STS
46 Mengobrol dengan teman hanya membuang-buang waktu. SS S TS STS
49 Saya dapat menceritakan masalah belajar saya pada guru. SS S TS STS
52 Saya tidak dapat mengyampaikan pendapat saya secara lisan dalam diskusi. SS S TS STS
54 Saya tidak menyampaikan salam ketika bertemu guru. SS S TS STS
55 Saya takut mengawali percakapan dengan karyawan sekolah. SS S TS STS
56 Saya cenderung diam daripada berbagi atau sharing dengan teman-teman. SS S TS STS
59 Peraturan di sekolah membuat kebebasan SS S TS STS
126
saya terikat.
60 Saya memilih menyendiri daripada bergabung dengan teman. SS S TS STS
63 Saya tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. SS S TS STS
64 Kehadiran saya tidak dapat diterima oleh teman-teman saya. SS S TS STS
65 Saya bergabung dengan kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. SS S TS STS
66 Saya dapat mengikuti kegiatan kelompok dengan baik. SS S TS STS
67 Bekerjasama dengan orang lain, membebani saya. SS S TS STS
68 Saya diam saja dalam melakukan kegiatan kelompok. SS S TS STS
70 Saya bergabung dalam kelompok untuk berbagi kegiatan dengan teman-teman. SS S TS STS
71 Berbeda pendapat dengan teman, membuat saya enggan berdiskusi. SS S TS STS
72 Saya memilih mendapatkan tugas secara individu daripada berkelompok. SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 88 Sedang 88 ≤ Skor ≤ 132 Tinggi Skor ≥ 132
d. Penutup Dari hasil skala ini hubungan sosial remaja diukur dengan
skala hubungan sosial remaja dengan aspek kontak sosial, komunikasi, penyesuaian diri dan kerjasama. Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan masalah. Hasil peneliti, dapat dari teman-teman merespon beberapa pernyataan yang ada pada skala ini sesuai dengan pikiran, pendapat, perasaan dan kondisi yang ada pada diri teman masing-masing.
127
saya terikat.
60 Saya memilih menyendiri daripada bergabung dengan teman. SS S TS STS
63 Saya tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. SS S TS STS
64 Kehadiran saya tidak dapat diterima oleh teman-teman saya. SS S TS STS
65 Saya bergabung dengan kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. SS S TS STS
66 Saya dapat mengikuti kegiatan kelompok dengan baik. SS S TS STS
67 Bekerjasama dengan orang lain, membebani saya. SS S TS STS
68 Saya diam saja dalam melakukan kegiatan kelompok. SS S TS STS
70 Saya bergabung dalam kelompok untuk berbagi kegiatan dengan teman-teman. SS S TS STS
71 Berbeda pendapat dengan teman, membuat saya enggan berdiskusi. SS S TS STS
72 Saya memilih mendapatkan tugas secara individu daripada berkelompok. SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 88 Sedang 88 ≤ Skor ≤ 132 Tinggi Skor ≥ 132
d. Penutup Dari hasil skala ini hubungan sosial remaja diukur dengan
skala hubungan sosial remaja dengan aspek kontak sosial, komunikasi, penyesuaian diri dan kerjasama. Hubungan sosial remaja adalah merupakan upaya dalam mengenali, menemukan dan memilih penyelesaian pemecahan masalah. Hasil peneliti, dapat dari teman-teman merespon beberapa pernyataan yang ada pada skala ini sesuai dengan pikiran, pendapat, perasaan dan kondisi yang ada pada diri teman masing-masing.
D. ASESMEN TENTANG KELUARGA 1. Instrumen Stres Pengasuhan Anak Pada Ibu Dengan Anak Usia
0 – 12 Tahun Oleh:Muhammad Agung Pratama ([email protected]) Professional Judgement: Slamet, S.Ag, M.Si a. Pengantar
Stres pengasuhan pada anak kerap dialami oleh orang tua yang belum siap memiliki anak. Instrumen ini penting untuk mengetahui seberapa besar stres pengasuhan pada ibu yang mengurus anak usia 0 sampai 12 tahun. Instrumen ini sangat berguna dimasa kini dimana angka pernikahan dan angka kelahiran yang tinggi sehingga ibu – ibu rentan mengalami stres.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Stres pengasuhan digambarkan sebagai kecemasan dan
ketegangan yang malampaui batas dan secara khusus berhubungan dengan peran orang tua dan interaksi antara orang tua dengan anak. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek Stres pengasuhan anak. Aspek – aspeknya adalah Aspek orang tua, Aspek anak, dan aspek hubungan disfungsional orangtua dan anak.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favor able
Unfav orable
Stres Pengasuhan
Anak
Aspek Orang
Tua ( The Parent
Distress)
Kemampuan orang
tua mengurus
anak
Praktek mengurus anak 1, 2 3,4 4
Mampu mengajarkan anak hal – hal
baru
5 6 2
Mampu mengendalikan
tingkah laku anak 7 8 2
Pengetahuan orang
tua dalam
hal kepengu
rusan anak
Memahami tata cara
mengurus anak
9 10 2
Mencari informasi tentang
kepengurusan anak
11,12 13 3
Menggunakan pedoman untuk mengurus anak
14 15,16 3
Hubungan sosial
Hubungan dengan keluarga 17,18 19,20 4
128
orang tua Hubungan dengan tetangga 21 22 2
Hubungan dengan teman
dan rekan 23 24 2
Kesehatan orang tua
Fisik 25 26 2
Mental 27 28 2
Aspek Anak (
The Difficult
Child
Kemampuan
Adaptasi Anak
Anak mampu menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan
29 30 2
Anak mampu menyesuaikan
diri dengan perubahan fisik
31 32 2
Tuntutan anak
kepada orang tua
Anak memiliki permintaan 33 34 2
Anak menginginkan
perhatian 35
1
Kemandirian anak 36 37 2
Mood Anak
Anak memiliki ciri khasnya
38 39 2
Anak memiliki hal yang selalu
dilakukan sehari - hari
40 41 2
Keaktifan anak
Aktif di depan orang tua 42 1
Aktif di depan orang lain 43 1
Orang tua menerima keaktifan anaknya
44 45 2
Aspek
Hubungan Disfungsi
Kedekatan Emosional anak dan
Orang tua merasa senang jika dekat dengan anaknya
46 1
129
orang tua Hubungan dengan tetangga 21 22 2
Hubungan dengan teman
dan rekan 23 24 2
Kesehatan orang tua
Fisik 25 26 2
Mental 27 28 2
Aspek Anak (
The Difficult
Child
Kemampuan
Adaptasi Anak
Anak mampu menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan
29 30 2
Anak mampu menyesuaikan
diri dengan perubahan fisik
31 32 2
Tuntutan anak
kepada orang tua
Anak memiliki permintaan 33 34 2
Anak menginginkan
perhatian 35
1
Kemandirian anak 36 37 2
Mood Anak
Anak memiliki ciri khasnya
38 39 2
Anak memiliki hal yang selalu
dilakukan sehari - hari
40 41 2
Keaktifan anak
Aktif di depan orang tua 42 1
Aktif di depan orang lain 43 1
Orang tua menerima keaktifan anaknya
44 45 2
Aspek
Hubungan Disfungsi
Kedekatan Emosional anak dan
Orang tua merasa senang jika dekat dengan anaknya
46 1
onal Anak dan Orang tua ( The Parent-Child
Dysfunctional
Interaction)
orang tua Intensitas bertemu dengan sang anak 47 1
Penerimaan orang tua kepada anak
Orang tua memiliki
ekspektasi dan realita yang berbeda jauh
48 1
Orang tua menerima keadaan
anaknya 49 1
Jumlah 26 23 49
Alpha Cronbach's = 0, 671; Sampel = 17 orang.
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 2,3,4,7,8,9,14,15,17,21,28,29,32,33,35,45,47,49
1,5,6,10,11,12,13,16,18,19,20,22,23,24,25,26,27,30,31,34,36,37,38,39,40,41,41,42,43,44,46,48
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pernyataan Jawaban
2 Saya merasa mudah untuk memenuhi kebutuhan anak SS S TS STS
3 Saya sulit memandikan anak SS S TS STS
4 Saya merasa risih ketika anak mengompol atau buang air besar di malam hari SS S TS STS
7 Anak saya bisa menuruti perkataan saya dengan baik SS S TS STS
8 Saya mempunyai kekurangan dalam hal memberi perintah kepada anak SS S TS STS
9 Saya memiliki pengetahuan yang baik dalam mengurus anak SS S TS STS
14 Saya mempunyai buku - buku tentang mengurus anak SS S TS STS
15 Saya jarang membaca petunjuk penggunaan barang – barang yang digunakan anak SS S TS STS
130
17 Saya memiliki orang tua yang peduli dengan anaknya SS S TS STS
21 Saya memiliki lingkungan tempat tinggal yang solidaritasnya tinggi SS S TS STS
28 Saya merasa tidak sanggup lagi mengurus anak SS S TS STS
29 Anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru SS S TS STS
32 Anak mampu memahami tentang perubahan fisik yang dialaminya (puber) SS S TS STS
33 Anak merasa kaget dan tidak terima tentang perubahan fisik yang dialami olehnya (puber) SS S TS STS
35 Anak memiliki permintaan yang mampu dituruti oleh orang tua SS S TS STS
45 Anak memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan bahwa ia ingin sebuah perhatian SS S TS STS
47 Saya merasa malas ketika harus memanggil anak pulang dari bermainnya SS S TS STS
49 Setiap hari saya bertemu dengan anak SS S TS STS
19 Saya menerima sepenuhnya anak saya SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 38,33 Sedang 38,33 ≤ Skor ≤ 56,67 Tinggi Skor ≥ 56,67
131
17 Saya memiliki orang tua yang peduli dengan anaknya SS S TS STS
21 Saya memiliki lingkungan tempat tinggal yang solidaritasnya tinggi SS S TS STS
28 Saya merasa tidak sanggup lagi mengurus anak SS S TS STS
29 Anak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru SS S TS STS
32 Anak mampu memahami tentang perubahan fisik yang dialaminya (puber) SS S TS STS
33 Anak merasa kaget dan tidak terima tentang perubahan fisik yang dialami olehnya (puber) SS S TS STS
35 Anak memiliki permintaan yang mampu dituruti oleh orang tua SS S TS STS
45 Anak memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan bahwa ia ingin sebuah perhatian SS S TS STS
47 Saya merasa malas ketika harus memanggil anak pulang dari bermainnya SS S TS STS
49 Setiap hari saya bertemu dengan anak SS S TS STS
19 Saya menerima sepenuhnya anak saya SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan kondisi diri. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan kondisi diri. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan kondisi diri. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi diri.
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 38,33 Sedang 38,33 ≤ Skor ≤ 56,67 Tinggi Skor ≥ 56,67
d. Penutup Instrumen ini ditujukan untuk mengetahui tingkat stres
pengasuhan pada ibu yang memiliki anak usia 0-12 tahun. Kategorisasi diatas memiliki kebalikan. Skor rendah berarti mereka yang memiliki stres pengasuhan yang tinggi, sedangkan skor tingga adalah mereka yang memiliki stres pengasuhan yang rendah.
132
2. Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan Oleh: Nur Atiqotul Lutfiyah ([email protected]) Professional Judgement: Slamet S.Ag., M.Si a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sering konflik yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Tingginya intensitas konflik yang terjadi dalam suatu pernikahan ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala intensitas konflik pernikahan. Skala intensitas konflik pernikahan ini disusun berdasarkan aspek-aspek konflik yang terjadi dalam pernikahan. Aspek konflik perkawinan dalam skala penelitian ini adalah kekerasan fisik pada pasangan, melontarkan kekerasan secara verbal, sikap bertahan menarik diri dari interaksi dengan pasangannya yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang konflik dalam pernikahan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin sering konflik yang terjadi pada pasangan itu.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Skala intensitas konflik pernikahan merupakan upaya
untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan dan bagaimana konflik itu terjadi. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek konflik pernikahan.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Intensitas konflik dalam
perkawinan
kekerasan fisik
Menyakiti fisik
pasangan ketika terjadi
konflik
Memukul pasangan secara
langsung 2,4,5 1,3, 5
Memukul menggunakan
perantara benda lain
9,11 6,7,8, 10 6
kekerasan verbal
Menyakiti perasaan pasangan
Mengumpat pasangan 14 12,13,
15,16 5
Berkata kasar kepada
pasangan
17,18,23 19,22 5
Melontarkan ancaman kepada
pasangan 20,21 2
bertahan Membela diri saaat konflik
Tidak mau disalahkan atas terjadinya suatu
konflik
24,25,26, 27
4
berupaya 29,31 28,30 6
133
2. Skala Intensitas Konflik Dalam Pernikahan Oleh: Nur Atiqotul Lutfiyah ([email protected]) Professional Judgement: Slamet S.Ag., M.Si a. Pengantar
Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa sering konflik yang terjadi dalam hubungan pernikahan. Tingginya intensitas konflik yang terjadi dalam suatu pernikahan ditunjukkan dengan skor total yang diperoleh subyek pada skala intensitas konflik pernikahan. Skala intensitas konflik pernikahan ini disusun berdasarkan aspek-aspek konflik yang terjadi dalam pernikahan. Aspek konflik perkawinan dalam skala penelitian ini adalah kekerasan fisik pada pasangan, melontarkan kekerasan secara verbal, sikap bertahan menarik diri dari interaksi dengan pasangannya yang disajikan dalam bentuk indikator-indikator tentang konflik dalam pernikahan. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin sering konflik yang terjadi pada pasangan itu.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Skala intensitas konflik pernikahan merupakan upaya
untuk mengetahui seberapa tinggi konflik yang terjadi dalam sebuah hubungan pernikahan dan bagaimana konflik itu terjadi. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek konflik pernikahan.
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jml Favorable
Unfavorable
Intensitas konflik dalam
perkawinan
kekerasan fisik
Menyakiti fisik
pasangan ketika terjadi
konflik
Memukul pasangan secara
langsung 2,4,5 1,3, 5
Memukul menggunakan
perantara benda lain
9,11 6,7,8, 10 6
kekerasan verbal
Menyakiti perasaan pasangan
Mengumpat pasangan 14 12,13,
15,16 5
Berkata kasar kepada
pasangan
17,18,23 19,22 5
Melontarkan ancaman kepada
pasangan 20,21 2
bertahan Membela diri saaat konflik
Tidak mau disalahkan atas terjadinya suatu
konflik
24,25,26, 27
4
berupaya 29,31 28,30 6
mempertahankan diri atas serangan
umpatan dari pasangannya.
,32, 33
menarik diri dari interaksi
menunjukkan
penghindaran dengan
pasangannya
Menghindari percakapan
dengan pasangan
34,37,42
35,36, 38 6
Tidak mau memulai
percakapan dengan
pasangan
40, 39,41, 43,44 5
Jumlah 21 23 44 Alpha Cronbach’s = 0,798 ; Sampel = 15 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 1,2,3,5,9,11,15,16,19,20,21, 23,24,25,26,29,30,32, 33, 38,39,42
4,6,7,8,10,12,13,14,17,18,22,27,28,31,34,35,36,37,40,41, 43,44
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi
No Pertanyaan Jawaban
1 Saya mudah untuk memukul pasangan ketika saya marah SS S KK TP
2 Saya enggan melibatkan anak dalam konflik dengan pasangan SS S KK TP
3 Saya melampiaskan emosi dengan menampar pasangan SS S KK TP
5 Saya malu ketika anak melihat saya sedang bertengkar SS S KK TP
9 Saya menghindari pertengkaran dihadapan anak SS S KK TP
11 Saya bisa menahan emosi untuk tidak menyakiti pasangan saya SS S KK TP
15 Saya sulit untuk mengontrol emosi SS S KK TP
16 Saya mengumpat pasangan saya ketika marah SS S KK TP
19 Saya kecewa ketika pasangan membantah omongan saya SS S KK TP
20 Saya akan mengancam pasangan jika ia tidak mau menuruti omongan saya SS S KK TP
21 Saya benar-benar serius terhadap ancaman tersebut SS S KK TP
23 Saya menyesal dengan sifat pemarah dalam diri saya SS S KK TP
24 Saya jarang memulai terjadinya konflik SS S KK TP
134
25 Konflik yang terjadi disebabkan factor eksternal keluarga SS S KK TP
26 Setiap terjadi konflik itu bukan karena saya SS S KK TP
29 Jika ada permasalahan, saya dan pasangan selalu memikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah
SS S KK TP
30 Saya malu mengakui kesalahan yang saya perbuat terhadap pasangan SS S KK TP
32 Saya tidak pernah membesar-besarkan masalah yang terjadi SS S KK TP
33 Saya lebih suka mengalah saat terjadi masalah SS S KK TP
38 Jika pasangan tidak menuruti permintaan saya, maka saya akan mendiamkannya (tidak mengajak bicara)
SS S KK TP
39 Saya dan pasangan saling menjauhi ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan SS S KK TP
42 Saya memilih untuk keluar rumah ketika berselisih dengan pasangan SS S KK TP
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sering dilakukan. S = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KK = Jika pernyataan tersebut Kadang-kadang dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 22 Sedang 22≤ Skor ≤ 88 Tinggi Skor ≥ 88
d. Penutup Kesimpulan dari dibuatnya instrumen ini adalah untuk
mengetahui seberapa tingginya tingkat intensitas konflik yang terjadi antara suami istri dalam sebuah keluarga. Dengan adanya instrumen ini diharapkan akan diperoleh sebuah data yang mana akan menjadi rujukan untuk memberi solusi atau jalan keluar kepada pasangan suami istri untuk mengurangi konflik yang terjadi berdasarkan tingkat intensitasnya.
135
25 Konflik yang terjadi disebabkan factor eksternal keluarga SS S KK TP
26 Setiap terjadi konflik itu bukan karena saya SS S KK TP
29 Jika ada permasalahan, saya dan pasangan selalu memikirkan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah
SS S KK TP
30 Saya malu mengakui kesalahan yang saya perbuat terhadap pasangan SS S KK TP
32 Saya tidak pernah membesar-besarkan masalah yang terjadi SS S KK TP
33 Saya lebih suka mengalah saat terjadi masalah SS S KK TP
38 Jika pasangan tidak menuruti permintaan saya, maka saya akan mendiamkannya (tidak mengajak bicara)
SS S KK TP
39 Saya dan pasangan saling menjauhi ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan SS S KK TP
42 Saya memilih untuk keluar rumah ketika berselisih dengan pasangan SS S KK TP
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sering dilakukan. S = Jika pernyataan tersebut Sering dilakukan. KK = Jika pernyataan tersebut Kadang-kadang dilakukan. TP = Jika pernyataan tersebut Tidak Pernah dilakukan.
Kategorisasi Kategori Rendah Skor ≤ 22 Sedang 22≤ Skor ≤ 88 Tinggi Skor ≥ 88
d. Penutup Kesimpulan dari dibuatnya instrumen ini adalah untuk
mengetahui seberapa tingginya tingkat intensitas konflik yang terjadi antara suami istri dalam sebuah keluarga. Dengan adanya instrumen ini diharapkan akan diperoleh sebuah data yang mana akan menjadi rujukan untuk memberi solusi atau jalan keluar kepada pasangan suami istri untuk mengurangi konflik yang terjadi berdasarkan tingkat intensitasnya.
3. Instrumen Skala Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Menikah Usia 5-25 Tahun Oleh:Mekha Eka Sari ([email protected]) Profesional Judgement: Slamet, S.Ag., M.Si a. Pengantar
Kepuasan perkawinan adalah suatu evaluasi suami dan istri terkait hubungan mereka, dimana evaluasi tersebut cenderung berubah sepanjang perjalanan pernikahannya. Evaluasi ini merujuk pada bagaimana pasangan suami dan istri mengevaluasi hubungan mereka, apakah memuaskan atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh keduanya. Oleh karena itu skala kepuasan ini dibuat untuk mengetahui tingkat kepuasan suami atau istri dalam pernikahanya. Selain itu skala kepuasan perkawinan ini perlu untuk mengetahui tingkat kepuasan perkawinan suami dan istri yang telah melewati masa-masa sulit dimana dinamika di awal pernikahan hingga telah memiliki anak evaluasi dan tingkat kepuasan pernikahanya berbeda. Inilah yang menjadi faktor sebuah keluarga dapat bertahan sampai bertahun-tahun karena adanya kepuasan pernikahan di dalamya yang tentu sesuai yang diharapkan oleh keduanya yakni suami maupun istri.
Dalam skala kepuasan perkawinan ini dikembangkan aspek yang sangat mempengaruhi hubungan pasangan suami dan istri dalam pernikahanya, yaitu kesepakatan bersama, kepuasan, dan kelekatan. Aspek kesepakatan yang meliputi tentang keuangan, pengasuhan, peran, pengekspresian perasaan, dan hubungan dengan orang lain bisa keluarga dan partner. Aspek kepuasan sendiri terkait tentang kepuasan suami atau istri meliputi penyelesaian konflik antar keduanya, menjaga kestabilan dan seksual. Sedangkan aspek kelekatan terkait dengan masalah aktivitas dan komunikasi baik dengan pasangan dan anggota keluarga. Ketiga aspek ini dijabarkan menjadi indikator-indikator dalam skala.
b. Pengembangan Instrumen Skala Psikologis Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif dalam
kehidupan pernikahan dimana suami maupun istri bersikap sesuai yang inginkan untuk bisa memunculkan suasana senang, aman dan nyaman dalam pernikahannya. Kisi-kisi skala disusun berdasarkan aspek-aspek kepuasan perkawinan, yaitu menurut Busby, Christense, Crane dan Larson (1995) antara lain aspek consensus, satisfaction dan cohesion.
136
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jumlah Favorable
Unfavorable
Kepuasan
perkawinan
Consensus /
Kesepakatan
Kemampuan pasangan terkait dengan kesepakatan bersama antara suami dan isteri dalam membina rumah tangganya
Komitmen keuangan
1,2,4 3,5 5
Komitmen pengasuhan
7,8,9 6 4
Kemampuan pasangan terkait kesepakatan dalam menjalankan perannya masing-masing
Hak dan kewajiban suami dan istri 10,
11, 12, 13
14,15, 16 7
Kemampuan pasangan dalam mengekspresikan perasaan
Perilaku sebagai bentuk perhatian pada pasangan
17,18 19,20, 21 5
Kemampuan pasangan terkait kesepakatan mengenai hubungan keluarga dan teman
Refleksi harapan dan perasaan berhubungan dengan keluarga dan teman
41, 43,44
42,45, 46,47 6
Satisfaction /
Kepuasan
Kemampuan pasangan terkait dengan
Pertentangan pendapat 22,
23, 24,40
25,26 6
137
Variabel Aspek Indikator Deskriptor No Item
Jumlah Favorable
Unfavorable
Kepuasan
perkawinan
Consensus /
Kesepakatan
Kemampuan pasangan terkait dengan kesepakatan bersama antara suami dan isteri dalam membina rumah tangganya
Komitmen keuangan
1,2,4 3,5 5
Komitmen pengasuhan
7,8,9 6 4
Kemampuan pasangan terkait kesepakatan dalam menjalankan perannya masing-masing
Hak dan kewajiban suami dan istri 10,
11, 12, 13
14,15, 16 7
Kemampuan pasangan dalam mengekspresikan perasaan
Perilaku sebagai bentuk perhatian pada pasangan
17,18 19,20, 21 5
Kemampuan pasangan terkait kesepakatan mengenai hubungan keluarga dan teman
Refleksi harapan dan perasaan berhubungan dengan keluarga dan teman
41, 43,44
42,45, 46,47 6
Satisfaction /
Kepuasan
Kemampuan pasangan terkait dengan
Pertentangan pendapat 22,
23, 24,40
25,26 6
cara menyelesaikan masalah Kemampuan pasangan terkait dengan menjaga kestabilan hubungan
Pembicaraan terkait perceraian
27 28 2
Kemampuan pasangan terkait orientasi seksual
Sikap yang berhubungan dengan masalah seksual
48, 49, 50
- 3
Cohesion /
Kelekatan
kemampuan pasangan dalam melakukan komunikasi
Keterbukaan kondisi, situasi maupun perasaan
29,30 31 3
Mendengarkan pendapat 32 33 2
Kemampuan pasangan dalam mengatur aktivitas
Quality time 34, 35,
36,37 38,39 6
Jumlah 30 20 50 Alpha Cronbach's = 0, 871; Sample = 17 orang
Item Pernyataan
Item Shohih Item Gugur 3, 6, 7, 8, 10, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 40, 44, 48, 49, 50
1, 2, 4, 5, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 24, 25, 29, 31, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47
c. Item Pernyataan dan Kategorisasi No Pernyataan Jawaban
3 Ketika pengeluaran keluarga berlebihan saya sering menyalahkan pasangan SS S TS STS
6 Saya jarang membicarakan pola pengasuhan anak dengan pasangan SS S TS STS
7 Sejauh ini, komitmen pengasuhan anak dilakukan bersama SS S TS STS
8 Saya tetap ikut memantau keadaan anak meskipun sibuk SS S TS STS
138
10 Saya memaklumi ketika pasangan belum bisa menjalankan perannya SS S TS STS
14 Pasangan saya egois SS S TS STS
17 Sering saya mengungkapkan perkataan mesra dengan pasangan SS S TS STS
19 Terkadang saya lupa tanggal-tanggal spesial dengan pasangan SS S TS STS
20 Saya kecewa ketika pasangan terkadang lupa dengan janjinya SS S TS STS
21 Saya menganggap perkataan mesra kepada pasangan hal yang tidak penting SS S TS STS
22 Ketika ada pertentangan, saya membicarakan secara damai dengan pasangan
SS S TS STS
23
Ketika muncul kesalahpahaman dalam berpendapat, saya terbuka mengungkapkan unek-unek dengan pasangan
SS S TS STS
26 Saya dendam dengan pasangan ketika kekerasan fisik muncul saat konflik SS S TS STS
27 Pasangan saya adalah pilihan yang tepat untuk saya SS S TS STS
28 Ketika kejenuhan memuncak, saya menyinggung soal perceraian SS S TS STS
30 Sering saya mengungkapkan perasaan suka atau tidak suka mengenai apapun dengan pasangan
SS S TS STS
32 Saya menerima masukan pasangan ketika sedang ada masalah SS S TS STS
33 Seringa saya berdiskusi dan tukar pendapat dengan pasangan SS S TS STS
34 Pasangan saya adalah partner diskusi yang tepat SS S TS STS
35 Saya memprioritaskan waktu bersama dengan pasangan SS S TS STS
36 Saya memberikan perhatian kecil kepada keluaraga meskipun sibuk SS S TS STS
40 Saya mengalah dengan pasangan ketika keadaan memang salah saat terjadi kesalahpahaman
SS S TS STS
44 Saya berkomitmen dengan pasangan masalah apapun jangan dibawa di keluarga besar
SS S TS STS
48 Saya percaya pasangan saya setia SS S TS STS
49 Saya menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan SS S TS STS
50 Saya merasa bahagia hidup bersama pasangan saya SS S TS STS
139
10 Saya memaklumi ketika pasangan belum bisa menjalankan perannya SS S TS STS
14 Pasangan saya egois SS S TS STS
17 Sering saya mengungkapkan perkataan mesra dengan pasangan SS S TS STS
19 Terkadang saya lupa tanggal-tanggal spesial dengan pasangan SS S TS STS
20 Saya kecewa ketika pasangan terkadang lupa dengan janjinya SS S TS STS
21 Saya menganggap perkataan mesra kepada pasangan hal yang tidak penting SS S TS STS
22 Ketika ada pertentangan, saya membicarakan secara damai dengan pasangan
SS S TS STS
23
Ketika muncul kesalahpahaman dalam berpendapat, saya terbuka mengungkapkan unek-unek dengan pasangan
SS S TS STS
26 Saya dendam dengan pasangan ketika kekerasan fisik muncul saat konflik SS S TS STS
27 Pasangan saya adalah pilihan yang tepat untuk saya SS S TS STS
28 Ketika kejenuhan memuncak, saya menyinggung soal perceraian SS S TS STS
30 Sering saya mengungkapkan perasaan suka atau tidak suka mengenai apapun dengan pasangan
SS S TS STS
32 Saya menerima masukan pasangan ketika sedang ada masalah SS S TS STS
33 Seringa saya berdiskusi dan tukar pendapat dengan pasangan SS S TS STS
34 Pasangan saya adalah partner diskusi yang tepat SS S TS STS
35 Saya memprioritaskan waktu bersama dengan pasangan SS S TS STS
36 Saya memberikan perhatian kecil kepada keluaraga meskipun sibuk SS S TS STS
40 Saya mengalah dengan pasangan ketika keadaan memang salah saat terjadi kesalahpahaman
SS S TS STS
44 Saya berkomitmen dengan pasangan masalah apapun jangan dibawa di keluarga besar
SS S TS STS
48 Saya percaya pasangan saya setia SS S TS STS
49 Saya menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan SS S TS STS
50 Saya merasa bahagia hidup bersama pasangan saya SS S TS STS
Keterangan: SS = Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri saudara/i. S = Jika pernyataan tersebut Sesuai dengan diri saudara/i. TS = Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri saudara/i. STS = Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri saudara/i.
Kategorisasi Kategori
Rendah Skor ≤ 52 Sedang 52 ≤ Skor ≤ 78 Tinggi Skor ≥ 78
d. Penutup Instrumen skala kepuasan perkawinan ini digunakan untuk
mengevaluasi hubungan antara pasangan suami-istri dalam pernikahanya. Skala ini diharapkan bukan hanya menjadi evaluasi bagi pasangan namun juga penilaian kekurangan dan kelebihan pasangan dan intropeksi diri terkait tentang apa yang sudah disepakati di awal pernikahan sehingga diharapkan pernikahan dapat bertahan lama dan keharmonisan dalam pernikahanpun terus terwujud dan tidak berkurang bahkan hilang. Kebahagiaan dalam pernikahan tentu menjadi harapan pasangan suami-istri dalam pernikahannya. Skala ini bertujuan menjadi tolok ukur penilaian atau tingkat kepuasan perkawinan pasangan sehingga diketahui apa yang kurang dan perlu dibenahi dalam pernikahannya.