anatomi telinga

15
Anatomi telinga Telinga, menurut anatominya dibagi menjadi 3 bagian, yakni: A. Telinga luar (auris eksterna) B. Telinga tengah (auris media) C. Telinga dalam (auris interna). A. Telinga luar 1. Daun Telinga (AURICULA) 2. Meatus Akustikus Eksterna (MAE) Panjang pada orang dewasa sekitar 2- 2, 5 cm. 1/3 bagian luar MAE terdiri dari tulang rawan (pars kartilagineus), banyak terdapat kelenjar minyak dan kelenjar serumen dan 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang ( temporal ) dan sedikit kelenjar serumen. Rambut halus dan serumen pada MAE berfungsi untuk mencegah serangga kecil masuk. MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani . B. Telinga Tengah

Upload: nadhiela-adani

Post on 05-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

anatomi telinga

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi telinga

Anatomi telinga

Telinga, menurut anatominya dibagi menjadi 3 bagian, yakni:

A. Telinga luar (auris eksterna)

B. Telinga tengah (auris media)

C. Telinga dalam (auris interna).

A. Telinga luar

1. Daun Telinga (AURICULA)

2. Meatus Akustikus Eksterna (MAE)

Panjang pada orang dewasa sekitar 2- 2, 5 cm. 1/3 bagian luar MAE terdiri dari tulang

rawan (pars kartilagineus), banyak terdapat kelenjar minyak dan kelenjar serumen dan

2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang ( temporal ) dan sedikit kelenjar serumen.

Rambut halus dan serumen pada MAE berfungsi untuk mencegah serangga kecil

masuk.

MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan

temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani.

B. Telinga Tengah

1. Membrana Tympani

Berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang pendengaran.

Terdiri dari jaringan fibrosa elastis, berbentuk bundar dan cekung dari luar terdapat

bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa dan umbo. Reflek cahaya ke arah kiri

jam tujuh dan jam lima ke kanan.. Membran timpani dibagi menjadi 4 kwadran ; atas

Page 2: Anatomi telinga

depan, atas belakang, bawah depan dan bawah belakang.

2. Ossicula Auditiva

Maleus-Inkus-Stapes

3. Tuba Auditiva

Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar tubuh

Menghibungkan cavum timpani dengan nasofaring. Terdiri dari 2 bagian, yaitu:

a. Pars osseus : 1/3 bagian lateral ( panjang 12 mm ) selalu terbuka

b. Pars cartilaginosa / pars membranacea: 2/3 bagian medial , selalu tertutup.

Tuba pada anak lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horisontal. Oleh karena itu anak

sering mengalami otitis media akut karena kuman mudah masuk.

Page 3: Anatomi telinga

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :

Batas Luar : Membran timpani

Batas Depan : Dinding carotis, tuba eustasi

Batas Bawah : Bulbus jugularis

Batas Atas : Segmen timpani

Batas Belakang : Mastoid, stapedius, aditus ad antrum

C. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa setengah lingkaran

dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.Ujung atau puncak koklea

disebut helikotrema, menghubungkan perlimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk

lingkaran yang tidak lengkap.

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani

di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya.Skala vestibuli dan

skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.Ion dan garam

yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa.Hal ini penting untuk

pendengaran.Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s

membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.Pada membran ini

terletak organ Corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane

tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut

dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.

Page 4: Anatomi telinga

Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar ini terdiri dari dua macam proses yaitu proses konduksi dan

proses sensorineural. Yang pertama adalah proses konduksi. Pada proses konduksi disini

gelombang bunyi dikumpulkan dan ditentukan arahnya oleh aurikulum;  kemudian

diteruskan dan diresonansi melalu meatus akustikus eksternus (MAE); kemudian

diteruskan ke mambrana timpani dan tulang-tulang pendengaran (meleus, inkus, stapes),

disini gelombang suara diperkuat sekitar 27 kali, setelah itu dilanjutkan dengan proses

sensorineural. 

Pada proses sensorineural disini terdiri dari proses yang terjadi pada koklea dan

retrokoklea. Dimulai dari proses pada koklea yaitu gerakan cairan perilimfe yang

terdapat pada skala timpani dan skala vestibuli yang akan menggetarkan membrana

reisner yang akan mendorong endolimfe sehingga menjadikan gerakan relatif terhadap

membrana basilaris dan membrana tektoria. Gerakan-gerakan ini merupakan rangsang

mekanik yang akan menyebabkan defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion

terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini

menyebabkan proses depolarisasi pada sel rambut, sehingga melepaskan

neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf

auditorius (n. koklearis, n. akustikus) yang akan meneruskan impuls listrik ke nukleus

auditorius di batang otak sampai ke pusat pendengaran korteks serebri lobus temporalis

(Wernike) area 39-40.

Page 5: Anatomi telinga

Fisiologi Keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seorang terhadap lingkungan di sekitarnya

tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler labirin, organ visual dan

proprioseptif.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan

endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya

dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan.

Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung

berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin

Pemeriksaan telinga

Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas

keluhan utama pasien.

Keluhan utama telinga dapat berupa 1). Gangguan pendengaran/pekak (tuli), 2)

suara berdenging (tinitus), 3) rasa pusing yang berputar (vertigo), 4) rasa nyeri didalam

telinga (otalgia), 5) keluar cairan dari telinga (otore).

Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering

terlewat.Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi cairan

begitu pula ukuran simetris dan sudut penempelan ke kepala.

Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri.Bila manuver ini terasa

nyeri, harus dicurigai adanya otitis eksterna akut.Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah

mastoid dapat menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula

posterior.Terkadang, kista sebaseus dan tofus (deposit mineral subkutan) terdapat pada

pinna.Kulit bersisik pada atau di belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya

dermatitis seboroik dan dapat terdapat pula di kulit kepala dan struktur wajah.Untuk

memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit

dijauhkan dari pemeriksa.

Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang, dengan

tangan lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar, Cara

ini akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa

melihat lebih jelas membrana timpani. Spekulum dimasukkan dengan lembut dan

perlahan ke kanalis telinga,dan mata didekatkan ke lensa pembesar. otoskop untuk

Page 6: Anatomi telinga

melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke

telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal

dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel

yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan

nyeri.Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius

eksternus dicatat.

Membrana timpani sehat berwarna mutiara keabuan pada dasar kanalis. Penanda

harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya, umbo, manubrium mallei, dan

prosesus brevis. Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh

pada lipatan malleus dan daerah perifer, dan warna membran begitu juga tanda yang tak

biasa atau deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gelembung udara, atau massa

di telinga tengah harus dicatat. Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus

membrana timpani yang baik hanya dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang

besar. Serumennya terdapat di kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan

mengganggu pemeriksaan otoskop. Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak

mineral atau pelunak serumen dapat diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien

diinstruksikan kembali lagi.

Uji Ketajaman Auditorius

1. Test Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang

dengan hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus

eksternus). Setelah pasien tidak mendengarbunyinya, segera garpu tala kita

pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika

pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien

tidak dapat mendengarnya

Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala

didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah

bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada

dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika

Page 7: Anatomi telinga

pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya

tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus

lebih lemah atau lebih keras dibelakang. Kesalahan pemeriksaan pada tes

rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari

pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala

mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga

bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal. Kesalahan dari

pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak

mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum

mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat

kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus eksternus.

2. Tes Weber

Tujuan dilakukannya tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara

kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala

512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut

pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien

mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi

telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama

mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi. Getaran melalui tulang akan dialirkan

ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada

keadaan patologis pada MAE atau cavum timpani misalnya otitis media purulenta

pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan

bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.

3. Tes Schwabach

Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)

dengan probandus.Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada

puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama

makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat

garputala tidak mendengar suara garpu tala, maka penguji akan segera memindahkan

garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal ketajaman

pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi :

akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.

Page 8: Anatomi telinga

TESTDIAGNOSIS

RINNE WEBER SCHWABACH

Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal

NegativeLateralisasi ke telinga yang

sakitMemanjang Tuli konduktif

PositifLateralisasi ke telinga yang

sehatMemendek Tuli sensorineural

CatatanPada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif

Tabel 1. Kesimpulan hasil tes penala

TES BERBISIK

Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar.

Hal ini yang diperlukan adalah ruangan yang cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter.

Pada nilai normal tes berbisik : 5/6-6/6. 2

Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana kata-kata

itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter jarak penderita

dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata - kata yang dibisikan dengan

benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata yang dibisikkan pada jarak 6

s/d 10 meter. Apabila kurang dari 5 ± 6 meter berarti ada kekurang pendengaran. Apabila

penderita tak dapat mendengarkan kata-kata dengan huruf lunak , berarti tuli konduksi.

Sebaliknya bila tak dapat mendengar kata-kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi.

Apabila dengan suara bisik sudah tidak dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau

percakapan biasa. Orang normal dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200 meter 2

Penilaian (menurut Feldmann) :

Normal : 6-8 m

Tuli ringan : 4 - <6m

Tuli sedang : 1 - <4 m

Tuli berat : 25 cm - <1 m

Tuli Total : <25 cm

Page 9: Anatomi telinga

AUDIOMETRI

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini

menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui earphone. Pada setiap frekuensi

ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah grafik sebagai presentasi dari

pendengaran normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan

gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh..

Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan

mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman

pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan

anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.Audiometri adalah sebuah alat yang

digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang

disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes

audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau

seseorang yang akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya

instrumen diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada dua macam: 1) audiometri

nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada

sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya), dan 2)

audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan

mendengar dan membedakan suara.

Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal

mengenai nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis

auditorius eksternus, kita mengukur konduksi udara.

Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi

(osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri

dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang

dinamakan audiogram.

Frekuensi

Merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik

siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan

Page 10: Anatomi telinga

kisaran frekwensi dari 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk

memahami percakapan sehari-hari yang dikenal sebagai kisaran wicara.

Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekuensi; nada dengan frekwensi 100

Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit

untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang

ditimbulkan oleh suara. Kehilangan pendengaran diukur dalam desibel, yang merupakan

fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.

Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh intensitas suara yang biasa

termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan

rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. 1

Audiometri nada murni

Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat

menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-

8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan desibel (dB). Bunyi yang dihasilkan

disalurkan melalui earphone dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa

pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran

udara dan hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkan

kurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat

mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata

sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai

ambang baku pendengaran untuk nada murni.

Tabel 2

Derajat ketulian Iso

Kehilangan

(Desibel)Klasifikasi

0-15 Pendengaran normal

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran sangat berat

Page 11: Anatomi telinga