anatomi spine 1

71
ANATOMI SPINE (Columna Vertebralis) A. PENDAHULUAN Spine disebut juga sebagai columna vertebralis, adalah suatu bangunan yang berbelok-belok dan fleksibel tersusun atas rangkaian dari 33 vertebrae, yaitu vertebrae cervicales, vertebrae thoracicae, vertebrae lumbales, vertebrae sacrales dan vertebrae coccygeae sesuai regio yang ditempatinya. Vertebrae cervicales berjumlah 7 ruas, vertebrae thoracicae 12 ruas, vertebrae lumbales 5 ruas, vertebrae sacrales 5 ruas dan vertebrae coccygeae 4 ruas. Jumlah tersebut kadang lebih banyak dengan adanya tambahan vertebra di satu regio atau mungkin berkurang di satu regio, kekurangan tersebut akan diganti dengan tambahan vertebra di regio lain. Tiga jenis vertebrae di bagian cranial, yaitu vertebrae cervicales, vertebrae thoracicae dan vertebrae lumbales disebut sebagai vertebrae sejati atau vertebrae mobilis, sedangkan vertebrae sacrales dan vertebrae coccygeae disebut dengan vertebrae palsu atau vertebrae yang terfixir, oleh karena masing– masing jenis vertebrae yang tersebut terakhir ini saling bersatu membentuk os sacrum dan os coccygis (1) . 1

Upload: ariskurniawan

Post on 06-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

anatomitulang belakangvertebra

TRANSCRIPT

ANATOMI SPINE

ANATOMI SPINE

(Columna Vertebralis)A. PENDAHULUAN

Spine disebut juga sebagai columna vertebralis, adalah suatu bangunan yang berbelok-belok dan fleksibel tersusun atas rangkaian dari 33 vertebrae, yaitu vertebrae cervicales, vertebrae thoracicae, vertebrae lumbales, vertebrae sacrales dan vertebrae coccygeae sesuai regio yang ditempatinya. Vertebrae cervicales berjumlah 7 ruas, vertebrae thoracicae 12 ruas, vertebrae lumbales 5 ruas, vertebrae sacrales 5 ruas dan vertebrae coccygeae 4 ruas. Jumlah tersebut kadang lebih banyak dengan adanya tambahan vertebra di satu regio atau mungkin berkurang di satu regio, kekurangan tersebut akan diganti dengan tambahan vertebra di regio lain. Tiga jenis vertebrae di bagian cranial, yaitu vertebrae cervicales, vertebrae thoracicae dan vertebrae lumbales disebut sebagai vertebrae sejati atau vertebrae mobilis, sedangkan vertebrae sacrales dan vertebrae coccygeae disebut dengan vertebrae palsu atau vertebrae yang terfixir, oleh karena masingmasing jenis vertebrae yang tersebut terakhir ini saling bersatu membentuk os sacrum dan os coccygis (1) .Columna vertebralis berfungsi sebagai pergerakan kepala dan batang tubuh, meneruskan beban berat tubuh dan melindungi medulla spinalis. Pada posisi berdiri, columna vertebra seperti sebuah tiang; otot-otot paravertebral sebagai kabel yang memberikan keseimbangan terhadap beban yang disangga.

Setiap vertebra tersusun atas dua bagian yang pokok, yaitu :

1. Corpus vertebralis, merupakan segmen ventralis dari vertebra

2. Arcus vertebralis atau Arcus neuralis, merupakan segmen dorsalis dari vertebra.

Kedua Arcus vertebralis dalam setiap vertebra saling bertemu dibagian dorsal dengan membatasi suatu lubang yang disebut dengan Foramen vertebrale (1). Tiap segmen columna vertebralis menerima beban tubuh melalui corpus vertebra di anterior dan facet joint di sebelah dorsolateral kanan kiri. Di antara corpus terdapat discus intervertebralis yang melekat kuat diantara kedua corpus. Discus ini berfungsi sebagai bantalan, sedangkan ligamen yang mengelilinginya serta otot berfungsi sebagai shock absorber. Jika terjadi degenerasi atau penurunan dari kemampuan menyerap gaya yang terjadi, maka tulang dan persendian akan menerima tekanan yang hebat sebagai konsekuensinya.

Columna vertebralis berfungsi untuk penopang tubuh dan kepala, sedangkan Foramen vertebrale akan membentuk Canalis vertebralis yang akan ditempati Medulla spinalis (1)Corpus vertebra merupakan tulang cancellosa, tetapi permukaan atas dan bawah memadat membentuk sclerotic end plates. Pada anak-anak, masih berwujud tulang rawan, dimana berperan untuk pertumbuhan vertebra. Selanjutnya lingkar luar berosifikasi dan bersatu dengan corpus vertebra, tetapi bagian tengah tetap sebagai lapisan tipis tulang rawan melekat ke korpus vertebra. Epiphyseal end plates bisa terjadi kerusakan karena tekanan pada masa kanak-kanak yang menimbulkan osifikasi ireguler dan pertumbuhan vertebra yang abnormal.Sumbu pergerakan pada vertebra thoracolumbal adalah nucleus pulposus, penempatan/arah dari facet joint menentukan arah pergerakan. Pada vertebra lumbal, facet joint pada arah anteroposterior, maka fleksi, ekstensi, dan lateral fleksi leluasa, tetapi tanpa rotasi. Pada vertebra thorax facet joint menghadap ke arah belakang dan lateral, maka rotasi relatif leluasa; fleksi, ekstensi, lateral fleksi masih mungkin tetapi terbatas dengan adanya iga. Sendi costovertebral terlibat dalam respirasi dan keterbatasan gerak merupakan gambaran awal ankylosing spondylitis.Columna vertebralis pada lakilaki dewasa panjangnya sekitar 2 kaki 4 inchi, sedangkan pada wanita kira-kira 2 kaki, yang terbagi ke dalam pars cervicalis 5 inchi, pars thoracalis 8 inchi, pars lumbalis 7 inchi serta pars sacralis dan coccygis kira-kira 5 inchi (5).Saat lahir, columna vertebralis berbentuk seperti huruf C. Kemudian pada saat belajar merangkak dan kemudian berjalan, vertebra beradaptasi dari pergerakan 4 kaki (merangkak) menjadi 2 kaki (berjalan). Pada posisi tegak, vertebra secara konstan tertarik ke depan oleh berat tubuh, sehingga pada saat dewasa memiliki lengkungan menyerupai huruf S. Apabila columna vertebralis dilihat dari facies lateralis, maka akan terlihat lengkungan di regio cervicalis, thoracalis, lumbalis dan pelvis. Lengkungan di regio cervicalis, convex kearah ventral, yang diawali dari apices dentis sampai ke pertengahan dari vertebra thoracica ke-2.

Lengkungan di regio thoracalis, concav ke arah ventral, yang dimulai dari pertengahan dari VT 2 dan terakhir di pertengahan dari VT 12. Titik yang paling menonjol ke arah dorsal terlihat di processus spinosus VT 7.Lengkungan di regio lumbalis lebih terlihat jelas pada wanita daripada laki laki, lengkungan ini dimulai dari pertengahan dari VT 12 dan berakhir di angulus sacrovertebralis. Lengkungan di regio lumbalis convex ke arah ventral, pada regio lumbalis bagian caudal lengkungannya lebih jelas terlihat dari pada di regio lumbalis bagian cranial.

Lengkungan di regio pelvis, mulai dari articulatio sacrovertebralis untuk berakhir di ujung dari os coccygis; concavitas di regio pelvis ini lebih ke arah caudal dan ventral.Lengkungan di regio thoracalis dan regio pelvis disebut dengan lengkungan primer , oleh karena lengkungan ini telah ada selama kehidupan fetus. Sedangkan lengkungan di regio cervicalis dan regio lumbalis dikenal dengan lengkungan sekunder atau lengkungan kompensasi, oleh karena lengkungan yang terakhir ini timbul setelah bayi lahir, yaitu pada mulanya muncul pada saat bayi mengangkat kepala (dalam umur 3 4 bulan) dan saat bayi duduk (umur 9 bulan) dan akhirnya pada saat umur 12 18 bulan (saat bayi mulai berjalan).Lengkungan dalam columna vertebralis yang convex ke ventral dikenal dengan lordosis, yang terdapat di regio cervicalis dan regio lumbalis; sedangkan lengkungan concav ke ventral di regio thoracalis dan regio pelvis disebut dengan kyphosis. Bentuk lordosis dan kyphosis ini disebabkan pula oleh tebal tipisnya discus intervertebralis yang menghubungkan antara kedua corpus vertebrae yang saling berurutan (1). Pada orang dewasa columna vertebralis-nya menyerupai batang elastik, mobilitasnya dibatasi oleh ligamenta. Selama proses penuaan columna vertebralis mengalami berbagai perubahan, sehingga pada orang tua penipisan discus intervertebralis menimbulkan kiposis yang agak uniform di seluruh columna vertebralis, dan mengurangi mobilitasnya (4).Columna vertebralis juga mempunyai lengkungan ke arah lateral, yang jelas terlihat apabila columna vertebralis diamati dari anterior atau posterior. Menurut penjelasan Bichat, lengkungan kearah lateral ini mungkin disebabkan oleh pengaruh dari aktivitas otot, yang oleh karena anggota sebelah kanan lebih aktif daripada yang kiri, maka Lengkungan ke lateral ini lebih banyak condong ke arah kanan; sebaliknya untuk orang kidal, lengkungan ke arah lateral ini lebih condong ke arah kiri. Yang mendukung penjelasan ini, ditemukan Bichat bahwa setengah orang kidal, lengkungan lateral mengarah ke kiri.Lengkungan ke arah lateral ini disebut dengan scoliosis (1). Lengkungan kurang dari 200 saat pertama kali ditemukan biasanya tidak begitu terlihat atau dirasakan dan hanya memerlukan observasi saja, akan tetapi bila lengkungan mencapai 250-400 atau lebih memerlukan terapi dengan brace atau pembedahan (6).Tebal corpus vertebralis apabila columna vertebralis dilihat dari ventral terlihat mulai semakin bertambah sejak dari VC 2 sampai ke VT 1, kemudian semakin mengecil dalam tiga vertebrae thoracicae berikutnya, selanjutnya mulai semakin bertambah tebal lagi ke arah caudal sampai sejauh angulus sacrovertebralis. Mulai dari angulus sacrovertebralis ini secara cepat semakin mengecil ukurannya sampai ke apex os coccygis .

Pada facies dorsalis di linea mediana columna vertebralis dijumpai processus spinosus. Di regio cervicalis (kecuali pada VC 2 dan VC 7), Processus spinosus ini adalah pendek dan horizontal, dengan pada ujungnya bersifat bifida. Di bagian cranial dari regio thoracalis, processus spinosus ini berjalan miring ke caudal, sedangkan pada bagian caudal processus spinosus berada dalam posisi lebih ke arah horizontal.

Di regio lumbalis, processus spinosus-nya lebih kearah horizontal. Processus spinosus dipisahkan oleh suatu celah yang lebih luas di regio lumbalis, tetapi di regio colli (regio cervicalis ) semakin sempit celahnya dan hampir saling bersinggungan di pertengahan dari regio thoracalis .Di kanan kiri dari processus spinosus terdapat sulcus vertebralis yang dibentuk oleh laminae di regio cervicalis dan regio lumbalis, yang disini terlihat lebih dangkal .

Di regio thoracalis, sulcus vertebralis ini dibentuk oleh laminae dan processus transversus, sehingga sulcus vertebralis ini terlihat lebih dalam dan kuat, yang akan ditempati oleh otot otot di daerah punggung. Di sebelah lateral dari sulcus vertebralis tersebut , terdapat processus articularis dan lebih kearah lateral lagi dijumpai processus transversus. Di regio thoracalis, processus transversus berada dalam suatu bidang di sebelah dorsal dari processus yang sama di regio cervicalis dan lumbalis. Di regio cervicalis, processus transversus terletak di sebelah ventral dari processus articularis, di sebelah lateral dari pediculus dan terletak di antara foramina intervertebralia.

Di regio thoracalis, processus transversus terletak di sebelah dorsal dari pediculus, foramina intervertebralia, dan processus articularis. Di regio lumbalis, processus transversus terletak di sebelah ventral dari processus articularis, tetapi terletak di sebelah dorsal dari foramina intervertebralia.

Facies lateralis dari columna vertebralis terpisah dari facies dorsalis-nya oleh adanya processus articularis di regio cervicalis dan lumbalis, sedangkan di regio thoracalis dipisahkan oleh processus transversus. Di facies lateralis ini, di regio thoracalis terlihat adanya fovea costalis superior et inferior untuk bersendi dengan facies articularis capitis costae. Lebih ke arah dorsal dari fovea costalis superior et inferior tersebut terlihat foramen intervertebralis yang dibentuk oleh pertemuan dari incisura vertebralis superior dan inferior, yang saling berurutan, berbentuk oval, yang di regio cervicalis dan thoracalis bagian cranial adalah kecil, dan secara berangsur-angsur ke arah regio lumbalis ukurannya semakin membesar. Foramen intervertebrale merupakan tempat keluarnya nervus spinalis beserta pembuluh darah yang menyertainya dan juga tempat dari ganglion spinalis.Serabut saraf meninggalkan canalis spinalis melalui foramen intervertebralis, tiap pasangan di bawah vertebra segmen yang sama (saraf lumbal ke-4 melewati antara VL4 dan VL5). Vasa darah segmental ke dan dari spinal juga melewati foramen intervertebralis.Foramen vertebrale yang terdapat di dalam setiap vertebra dalam columna vertebralis akan membentuk canalis vertebralis yang akan ditempati oleh medulla spinalis. Bentuk Canalis spinalis berubah dari oval pada vertebra bagian atas menjadi segitiga di bagian bawah. Terdapat berbagai variasi bentuk termasuk penebalan lamina, dimana bentuk ini tidak berbahaya, tetapi lebih lanjut, adanya pentimpangan kanal, penonjolan discus, atau hipertropi facet joint bisa mengakibatkan kompresi isi canalis spinalis (spinal stenosis). B. GAMBARAN UMUM VERTEBRA

Dengan perkecualian pada VC 1 dan VC 2 pada setiap vertebra sejati atau vertebra mobilis mempunyai tanda-tanda umum yang letaknya hampir selalu tetap. Contoh dari vertebra tersebut adalah vertebra di pertengahan regio thoracalis (1). Tanda-tanda umum yang dimaksud adalah :1. Corpus Vertebralis

Corpus vertebralis terletak di sebelah anterior, berbentuk kurang lebih bulat (silinder). Bagian ini sering kali disebut sebagai centrum, merupakan bagian terbesar dari setiap vertebra dan memberikan kekuatan pada columna vertebralis serta menopang berat tubuh . Corpus vertebralis, khususnya mulai VT 4 ke bawah secara progresif membesar sesuai dengan fungsinya sebagai penopang tubuh.

Cartilago hyalin banyak dijumpai pada daerah cincin epiphysialis yang berfusi dengan corpus vertebralis. Seiring dengan tumbuhnya vertebrae, lempeng epiphysialis hyalin membentuk suatu zona yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan corpus vertebralis secara vertikal. Lempeng pertumbuhan epiphysialis ini selain berperan dalam proses pertumbuhan corpus vertebralis juga berperan dalam melindungi corpus vertebralis dan memungkinkan terjadinya difusi cairan antara discus intervertebralis dan kapiler dalam corpus vertebralis. Pusat penulangan sekunder terlihat pada masa pubertas di tepian masing-masing lempeng pertumbuhan yang membentuk apophyseal ring dari epiphysis anularis. Epiphysis superior dan inferior umumnya bersatu dengan corpus vertebralis pada usia dewasa muda (kira-kira 25 tahun). Pusatnya adalah pusat penulangan primer di tengah-tengah corpus vertebralis. (7) Facies cranialis dan caudalis corpus vertebralis sedikit membulat, sebagai tempat melekatnya discus intervertebralis dan pada pinggir dari facies vertebralis dan caudalis ini terlihat sedikit meninggi. Bagian tengah dari corpus vertebralis ini terlihat mengecil dan pada substantia compactum dari facies ventralisnya terlihat beberapa lubang kecil untuk masuknya arteria nutricia. Facies dorsalisnya yang membatasi foramen vertebrale mempunyai satu atau lebih lubang yang cukup besar, yang disebut foramen vasculare, untuk jalan dari vena basivertebralis (1). Pada facies ventralis dengan permukaan yang cembung, di daerah anteroinferior-nya melekat ligamentun longitudinalis anterior. Sedangkan pada facies dorsalis yang permukaannya sedikit cekung dilekati oleh ligamentum longitudinalis posterior.2. Arcus Vertebralis

Arcus vertebralis tersusun atas sepasang pediculus dan sepasang lamina yang bersama-sama menopang ketujuh processus, yaitu : 4 processus articulares, 2 processus transversus, dan 1 processus spinosus.Pediculi arcus vertebralis atrau disebut juga dengan radices arcus vertebralis, adalah merupakan dua buah processus yang kuat menjorok ke dorsal, yang masing-masing berasal dari samping lateral bagian atas corpus vertebralis, di daerah pertemuan antara facies lateralis dan facies dorsalis. Pediculus ini menghubungkan antara processus transversus dengan corpus vertebralis, dan di bagian tengahnya terlihat mengecil, membuahkan incisura vertebralis superior dan inferior yang apabila incisura vertebralis superior dan inferior dari dua tulang vertebra yang saling berurutan bertumpu, maka akan terbentuklah Foramen intervertebrale yang akan dilalui oleh nervus spinalis.Laminae arcus vertebralis, adalah merupakan dua lembaran yang kuat langsung menuju ke dorsal dan ke medial dari pediculus arcus vertebralis. Kedua laminae ini saling bertemu di linea mediana, sehingga akan tertutuplah bagian dorsal dari arcus vertebralis dengan membentuk pangkal dari processus spinosus. Tepi cranial dan bagian caudal dari facies ventralis laminae ini merupakan tempat perlekatan dari ligamentum flavum. 3. ProcessusAda tiga macam processus pada setiap vertebra, yaitu :

a. Processus spinosus

Processus spinosus merupakan tonjolan tunggal di linea mediana yang langsung menuju ke dorsal, di daerah pertemuan antara kedua laminae (1). Pada columna vertebralis hanya bagian ini yang dapat dipalpasi dari sebelah belakang. Processus ini merupakan tempat perlekatan dari ligamentum supraspinosum dan ligamentum inter-spinosum (8).

b. Processus transversus

Processus transversus merupakan sepasang tonjolan ke arah lateral pada setiap sisi di daerah pertemuan antara pediculus dan lamina, antara processus articularis superior dan inferior. Processus ini merupakan tempat perlekatan dari ligamentum intertransversus (1).Tiga buah processus yaitu dua buah processus transversus dan sebuah processus spinosus yang diproyeksikan dari arcus vertebralis akan menjadi tempat perlekatan otot-otot profunda punggung dan membentuk pengungkit yang membantu otot-otot menggerakkan vertebrae (8).c. Processus articularis

Di setiap vertebra, dijumpai sepasang processus articulares superior dan inferior, yang bermula dari pertemuan antara pediculus arcus vertebralis dengan lamina arcus vertebralis. Processus articularis superior menjorok ke cranial dengan facies articularis-nya sedikit menghadap ke dorsal, sedangkan processus articularis inferior menjorok ke caudal dengan facies articularis-nya menghadap ke arah ventral. Pada facies articularis ini dilapisi oleh cartilago hyalin (1). Processus articularis berfungsi untuk membatasi gerakan pada arah-arah tertentu dan mencegah vertebra tergelincir ke arah anterior (7).C. KARAKTERISTIK VERTEBRA REGIONAL

Vertebrae di regio yang berbeda dalam columna vertebralis mempunyai kekhasan tersendiri, bahkan dalam regio yang sama ada perbedaan yang khas dari vertebrae-nya (7).1. Vertebrae CervicalesBerdasarkan morfologinya, semua vertebra termasuk vertebrae cervicales adalah tergolong kedalam os irreguler. Vertebrae cervicales merupakan vertebra terkecil diantara vertebra sejati lainnya. Vertebra ini mudah dibedakan dengan vertebrae thoracicae maupun vertebrae lumbales oleh karena di pangkal setiap processus transversus-nya dijumpai suatu lubang yang disebut dengan foramen transversarium (1). Vertebrae cervicales dibedakan menjadi dua, yaitu : vertebrae cervicales yang khas dan vertebrae cervicales dengan modifikasi (VC 1, VC 2, VC 7).a. Vertebrae Cervicales yang khas

Vertebra cervicalis yang khas memiliki corpus vertebralis yang kecil dan berbentuk oval dengan diameter transversal yang lebih panjang. Facies cranialis corpus vertebra cervicalis mempunyai tepi lateral yang meninggi, sehingga facies ini menjadi cekung. Sedangkan facies caudalis-nya berbentuk pelana yang cembung pada arah transversal dan cekung pada arah anteroposterior. Dengan demikian tepi-tepi lateral melandai tetapi tepi anterior mempunyai sebuah penebalan yang menonjol ke bawah. Adanya ciri-ciri yang berlawanan dari kedua facies membuat persendian antara vertebra yang berdekatan menjadi lebih kuat. Facies dorsalis-nya yang ikut membatasi bagian anterior foramen vertebrale, permukaannya mendatar. Hubungan persendian yang sedikit terdapat di antara bagian-bagian lateral dari corpus vertebralis.Vertebra cervicalis memiliki foramen vertebrale yang luas dan berbentuk segitiga karena adanya pediculi yang kecil dan berbentuk silinder yang arahnya menuju posterolateral serta adanya laminae yang panjang dan sempit.

Processus spinosus vertebra cervicalis ukurannya kecil dan menjorok ke belakang. Ujungnya terbelah dua yang puncaknya menjadi dua tuberculum, ligamentum nuchae dilekatkan pada ujung-ujung ini.Processus articularis superior mempunyai facies articularis yang mengarah ke dorsocranial, berlawanan dengan processus articularis inferior yang mengarah ke ventrocaudal dengan sedikit ke arah lateral. Pada persendian columna vertebralis, processus articularis semua vertebrae cervicales membentuk dua buah tiang pancang tulang yang bersambungan yang tidak ditemukan pada bagian lain dari columna vertebralis. Processus articularis menjadi tempat melekatnya musculi multifidus dan longisimus capitis (8).Pada setiap pangkal dari processus transversus vertebra cervicalis ditembus oleh foramen transversarium. Foramen ini pada VC 1 - VC 6 akan dilalui oleh A/V. vertebralis bersama-sama dengan plexus sympathicus. Setiap processus transversus tersusun atas bagian anterior dan bagian posterior. Bagian anterior yang terletak disebelah ventral dari foramen transversarium adalah homolog dengan costa, sehingga disebut sebagai processus costalis. Bagian ini menempel di sisi lateral corpus dan berakhir sebagai tuberculum anterius. Bagian dorsal yang merupakan bagian sejati dari processus transversus, berasal dari arcus vertebralis di sebelah dorsal dari foramen transversarium dan menuju ke ventrolateral, dan berakhir sebagai tuberculum posterius.Sulcus di margo cranialis yang terletak diantara tuberculum anterius dan tuberculum posterius akan dilalui oleh nervus spinalis.b. Vertebra Cervicalis dengan modifikasii. Vertebra Cervicalis I (Atlas)

Vertebra cervicalis pertama ini disebut juga sebagai atlas, disebut demikian karena vertebra ini menyangga langsung kepala. Vertebra cervicalis ke-1 ini merupakan vertebra yang spesifik/ khusus oleh karena vertebra ini tidak mempunyai corpus vertebralis. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat pertumbuhan, bakal dari corpus atlantis bersatu dengan corpus vertebra cervicalis ke-2. Di samping itu VC1 juga tidak mempunyai processus spinosus, sehingga bentuk dari atlas menyerupai cincin, yang terdiri atas arcus anterior, arcus posterior, dan dua massa lateralis.Arcus anterior akan membentuk 1/5 bagian dari cincin. Bagian tengah dari facies ventralis disebut sebagai tuberculum anterius untuk perlekatan dari musculus longus colli. Pada facies dorsalisnya atau facies interna ada dataran sendi yang halus berbentuk oval atau bulat disebut sebagai fovea dentis, yang akan bersendi dengan facies anterior dens epistropheus dari axis. Tepi cranial dari arcus anterior dilekati oleh membrana atlanto- occipitalis anterior yang menghubungkannya dengan tulang-tulang cranium. Sedangkan tepi caudalnya merupakan tempat perlekatan dari ligamentum atlanto axialis yang menghubungkannya dengan axis.Arcus posterior membentuk 2/5 bagian dari cincin. Arcus ini di tengah-tengah facies dorsalisnya akan berakhir dengan tuberculum posterius yang sebetulnya merupakan sisa dari processus spinosus. Tuberculum posterius merupakan tempat perlekatan dari musculus rectus capitis posterior minor. Mengecilnya ukuran dari processus ini akan mempengaruhi gerakan antara atlas dan cranium. Pada facies cranialis dari bagian dorsal arcus posterior terdapat daerah yang lonjong untuk perlekatan dari membrana atlanto occipitalis posterior, tetapi tepat di sebelah dorsal dari setiap processus articularis superior terdapat cekungan yang disebut sebagai sulcus arteriae vertebralis, yang kadang-kadang berbentuk sebagai foramen. Sulcus arteriae vertebralis sesuai dengan incisura vertebralis superior, yang akan dilalui oleh N. suboccipitalis (N. spinalis I) dan A. vertebralis setelah vasa darah ini berjalan ascendens di foramen transversarium di pangkal dari processus transversus, kemudian membelok di dekat massa lateralis ke arah mediodorsal. Di facies inferior arcus posterior, di sebelah dorsal dari facies articularis terdapat incisura vertabralis inferior. Tepi inferior dari arcus posterior ini untuk perlekatan dari ligamentum atlanto axialis posterior. Massa lateralis adalah suatu bangunan besar padat di bagian lateral atlas yang berfungsi untuk menyangga berat kepala. Setiap massa lateralis mempunyai facies articularis superior dan inferior. Facies articularis superior cukup luas, berbentuk oval, konkaf, miring ke arah ventral dengan facies articularisnya akan bersendi dengan condylus occipitalis. Tidak jarang facies articularis ini terbagi-bagi oleh suatu peninggian di situ. Facies articularis inferior berbentuk bulat, rata atau sedikit konvek, menghadap ke caudomedial, yang akan bersendi dengan axis. Tepat di sebelah inferior dari margo medialis dari setiap facies articularis superior terdapat suatu tonjolan kecil untuk perlekatan dari ligamentum transversum atlantis yang terbentang melintasi cincin dari atlas untuk menuju ke titik yang sama dari pihak yang berseberangan, sehingga akan membagi foramen vertebrale menjadi dua bagian yang tak sama besarnya. Bagian ventral yang kecil, di dalamnya dijumpai dens epistropheus dari axis, sedangkan bagian dorsal yang lebih besar akan dilalui oleh medulla spinalis dengan pembungkusnya.

Processus transversus menonjol ke lateral dari massa lateralis, untuk perlekatan dari otot-otot yang membantu rotasi dari kepala. Processus transversus ini cukup panjang dengan tuberculum anterius dan tuberculum posterius-nya bersatu menjadi satu massa dan foramen transversarium-nya miring ke dorsal.ii. Vertebra Cervicalis Kedua (Axis)

Vertebra ini disebut pula sebagai axis atau epistropheus oleh karena vertebra ini membentuk sumbu melalui vertebra cervicalis pertama, sehingga mengakibatkan kepala dapat berputar di tempat ini. Tanda yang khas pada vertebra ini ialah adanya tonjolan di atas dari corpusnya, disebut sebagai dens atau processus odontoideus. Facies ventralis dari corpus-nya ditandai dengan adanya suatu rigi untuk perlekatan dari M. longus colli.Pada dens epistropheus dijumpai suatu penyempitan, disebut sebagai collum, yang akan berhubungan dengan corpus. Pada facies anterior dentis terdapat facies articularis anterior yang berbentuk oval atau sedikit bundar untuk bersendi dengan fovea dentis atlantis. Suatu cekungan dangkal pada facies posterior dari collum dentis yang seringkali melebar ke facies lateralis-nya, untuk bersinggungan dengan ligamentum transversum atlantis, disebut sebagai facies articularis posterior. Apex dentis-nya runcing, untuk perlekatan dari ligamentum apicis dentis.Pediculus-nya cukup kuat, terutama dibagian ventral-nya, tempat persatuan dengan corpus dan radix dari dens epistropeus. Di sebelah atas dari pediculus ini ditutupi dengan facies articularis superior.

Laminae-nya juga kuat dan padat, dan foramen vertebrale-nya luas, tetapi sedikit lebih kecil daripada yang terdapat di atlas. Processus transversus-nya kecil dan berakhir pada suatu tuberkulum. Pada pangkal dari processus transversus ini ditembus oleh foramen transversarium, yang berjalan miring ke lateral. Facies anricularis superior-nya bulat, sedikit konfek, dengan menghadap ke craniolateral yang disangga oleh corpus, pediculus, dan processus transversus. Facies articularis inferiornya mempunyai arah yang sama dengan vertebra cervicalis yang lainya. Incisura vertebralis superior sangat dangkal, yang terletak di sebelah dorsal dari processus articularis, sedang incisura vertebralis inferior berada disebelah ventral dari processus articularis seperti pada vertebra cervicalis lainya. Processus spinosusnya besar, sangat kuat, dijumpai saluran yang dalam pada facies caudalisnya, ujungnya bersifat bifida, dan berakhir dengan suatu tonjolan kecil kecil.iii. Vertebra Cervicalis Ketujuh (VC 7)

Tanda khas pada vertebra cervicalis ketujuh adalah adanya processus spinosus yang panjang. Tonjolan dari ujung processus spinosus ini sangat mencolok diantara vertebrae cervicales lainnya dan sangat palpable, sehingga dapat digunakan sebagai patokan dalam menentukan vertebra dan menghitungnya. Karena panjangnya processus spinosus tersebut, maka vertebra cervicalis ketujuh disebut sebagai vertebra prominens. Processus spinosus ini sangat kuat, menyerupai processus yang sama pada vertebra thoracica, berjalan secara horizontal, tidak bifida, dan berakhir sebagai suatu tonjolan untuk melekatnya ligamentum nuchae bagian bawah.

Processus transversus besarnya normal dengan tuberculum posterius yang besar dan sangat menonjol, sedangkan tuberculum anterius-nya kecil, terlihat sebagai titik saja. Foramen transversarium-nya sama dengan foramen dari vertebrae cervicales lainnya, umumnya kecil sebelah atau kedua-duanya, kadang-kadang dobel atau malah tidak ada. Pada sisi sebelah kiri, foramen ini dilalui oleh A/V. vertebralis. 2. Vertebrae Thoracicae

Vertebrae thoracicae mempunyai ukuran antara vertebrae cervicales dan vertebrae lumbales, berangsur-angsur dengan ukuran yang kecil di sebelah atas dan semakin membesar ke arah bawah. Vertebrae thoracicae ini ditandai dengan adanya facies articularis di setiap sisi dari corpusnya untuk bersendi dengan Facies articularis capitulum costae, serta adanya facies articularis pada semua Processus transversus kecuali pada vertebra thoracicae ke-11 dan ke -12. Facies articularis pada processus transversus tersebut bersendi dengan facies articularis tuberculum costae.Corpus vertebrae thoracicae bagian tengah berbentuk seperti jantung dengan ukuran anteroposterior lebih besar dari pada ukuran transversal. Pinggirnya datar dengan sedikit tabel di bagian dorsal. Di setiap sisinya dijumpai sepasang dataran sendi dengan bentuk setengah lingkaran yang disebut fovea costalis superior dan inferior. Fovea costalis ini dilapisi oleh cartilago.Pediculus-nya sedikit menuju ke cranial, incisura vertebralis inferior-nya luas dan lebih dalam bila dibandingkan dengan daerah lain dari columna vertebralis. Laminae-nya besar dan kuat serta melebar, sehingga akan saling menutupi dengan vertebra lainnya. Foramen vertebrale-nya kecil dan berbentuk bulat. Processus spinosus-nya panjang, bentuknya bulat, miring ke arah caudal, dan berakhir sebagai bulatan kecil di ujungnya. Processus spinosus ini lebih miring dan saling menutupi mulai dari vertebra thoracicae ke-5 sampai ke-9. Tetapi di bagian sebelah cranial dan caudal-nya hanya sedikit saja miringnya.Processus articularis superior sebagai suatu lembaran tulang tipis yang menonjol dari pertemuan antara pediculus dan lamina. Facies articularis-nya datar dan menghadap ke dorsal agak sedikit ke lateral. Processus articularis inferior bersatu dengan pembentangan dari lamina, menonjol sampai sedikit di bawah tepi bawah corpus-nya. Facies articulari-nya mengarah ke ventral sedikit ke mediocaudal.Processus transversus vertebrae thoracicae berasal dari arcus vertebralis, di sebelah dorsal dari processus articularis superior dan pediculus. Processus transversus ini cukup panjang, tebal, kuat, dan miring ke dorsolateral. Setiap processus transversus berakhir dengan ujung yang tumpul. Di facies anteriornya terdapat facies articularis berukuran kecil dengan permukaan konkaf yang disebut fovea costalis transversalis untuk bersendi dengan facies articularis tuberculum costae.Diantara vertebrae thoracicae terdapat vertebra yang spesifik/khusus, yaitu: vertebra thoracica ke-1, ke-9, ke-10, ke-11, dan ke-12.a. Vertebra Thoracica ke-1 (VT 1)Vertebra thoracica ke-1 mempunyai fovea costalis superior yang bulat penuh untuk bersendi dengan facies articularis capitis costae ke-1 dan fovea costalis inferior berbentuk lingkaran untuk bersendi dengan setengah bagian cranial dari facies articularis capitis costae ke-2 di kanan dan kiri dari corpus vertebralis.

Corpus vertebra thoracica ke-1 menyerupai corpus dari vertebra cervicalis, dengan ukuran transversalnya lebih besar. Facies articularis superior-nya mengarah ke craniodorsal. Processus spinosus-nya kuat, panjang, dan hampir horizontal, dengan processus transversus yang panjang. Incisura vertebralis superior vertebra thoracica ke-1 lebih dalam dari pada vertebra thoracica lainnya.b. Vertebra Thoracica ke-9 (VT 9)

Pada vertebra thoracica ke-9 mungkin tidak dijumpai adanya fovea costalis inferior yang berbentuk setengah lingkaran. Tetapi pada beberapa kasus tertentu, pada corpus-nya dapat dijumpai dua fovea costalis superior dan inferior di setiap sisinya. Apabila ini terjadi maka corpus vertebra thoracica ke-10 hanya mempunyai fovea costalis superior berbentuk setengah lingkaran di bagian atasnya.c. Vertebra Thoracica ke-10 (VT 10)

Pada vertebra thoracica ke-10 dijumpai adanya satu fovea costalis yang berbentuk lingkaran penuh di setiap sisinya, yang terletak di sebagian facies lateralis dari pediculus.d. Vertebra Thoracica ke-11 (VT 11)

Vertebra thoracica ke -11 mempunyai bentuk dan ukuran seperti pada vertebra lumbalis. Fovea costalis yang akan bersendi dengan facies articularis capitis costae mempunyai ukuran yang luas, terlihat padat dan kuat dibandingkan dengan vertebra thoracica lainnya. Terletak terutama di daerah pediculus.Processus spinosus vertebra thoracica ke -11 pendek dan arahnya hampir horizontal. Processus transversus-nya sangat pendek, berbenjol-benjol pada ujungnya dan tidak dijumpai adanya facies articularis.

e. Vertebra Thoracica ke-12 (VT 12)

Vertebra thoracica ke-12 mempunyai tanda-tanda yang sama dengan vertebra thoracica ke-11, tetapi mungkin juga berbeda dengannya. facies articularis inferiornya konfek dan mengarah ke lateral, seperti halnya yang dijumpai di vertebra lumbalis. Dengan melihat ciri-ciri yang dijumpai di corpus, lamina dan processus spinosus, semua ini menyerupai vertebra lumbalis. Processus transversusnya terbagi dalam tiga tonjolan yang disebut dengan tuberculum superior, inferior, dan lateralis. Tuberculum superior dan inferior sesuai dengan processus mamilaris dan accesorius dari vertebra lumbalis. Tanda-tanda ini dapat juga ditemukan di vertebrae thoracicae ke-10 dan ke-11.3. Vertebrae LumbalesVertebrae lumbales merupakan vertebrae terbesar diantara vertebrae mobilis lainnya di Columna vertebralis. Vertebrae lumbales ini dapat diidentifikasi berdasarkan tidak ditemukannya foramen transversarium di Processus transversus dan tidak adanya fovea costalis di setiap sisi dari corpus vertebralisnya. Foramen vasculare yang dilalui oleh V. basivertebralis terlihat lebih besar dari pada yang terdapat pada vertebra lainnya. Corpus vertebrae lumbales cukup besar dan luas, dengan diameter transversal lebih besar dari pada diameter anteroposterior. Facies superior dan inferior-nya rata atau sedikit konkaf dan sedikit mengecil di sebelah ventral sisi-sisinya. Pediculusnya kuat, bersatu dengan bagian cranial dari corpusnya, sehingga akan membentuk incisura vertebralis inferior yang cukup dalam. Laminanya pendek, kuat, dan lebar. Foramen vertebralenya berbentuk segitiga, lebih besar dari pada yang terdapat di vertebra thoracica tetapi lebih kecil dari pada yang terdapat di vertebra cervicalis.Processus spinosus vertebrae lumbales padat dan lebar, berbentuk quadrilateral dengan berakhir membulat di setiap sisinya, lebih kuat di bagian caudal. Pada processus spinosus ini biasanya dijumpai adanya cekungan.Processus articularis superior dan inferior berkembang cukup baik, menonjol dari daerah persatuan antara pediculus dan lamina. Facies articularis yang terdapat di processus articularis superior permukaannya konkaf, menghadap ke arah dorsomedial. Sedangkan facies articularis yang terdapat di processus articularis inferior adalah konvek dan menghadap ke venterolateral.

Processus transversus vertebrae lumbales panjang, kecil, dan terletak lebih ke arah horizontal untuk tiga vertebrae lumbales yang pertama, tetapi sedikit miring untuk dua vertebrae lumbales bagian caudal. Pada tiga vertebrae lumbales pertama, Processus transversusnya berawal dari daerah persatuan antara pediculus dan lamina, tetapi pada dua vertebrae lumbales bagian caudal processus transversus-nya terletak agak ke ventral, berasal dari pediculus dan bagian dorsal corpus. Processus transversus ini terletak di sebelah ventral dari processus articularis, bukan di sebelah dorsal seperti yang terdapat di vertebrae thoracicae. Processus transversus ini homolog dengan costa.Satu processus yang menjorok ke cranial yang berada di sebelah dorsal dari processus articularis superior disebut dengan processus mammillaris. Sedangkan processus yang menuju ke arah caudal yang berawal dari sebelah dorsal dan pangkal processus transversus disebut dengan processus accessorius.Di antara lima tulang vertebrae lumbales terdapat satu tulang vertebra lumbalis yang spesifik/khusus, yaitu vertebra lumbalis ke-5 (VL 5)

a. Vertebra Lumbalis ke-5 (VL 5)Tanda khas yang dapat dijumpai pada vertebra lumbalis ke-5 adalah bahwa corpus vertebralis bagian ventral letaknya lebih rendah daripada bagian dorsal yang akan memberikan gambaran sangat mencolok pada articulatio lumbosacralis. Selain itu juga didapatkan ukuran processus spinosus yang lebih kecil dan jarak antara processus articularis inferior semakin melebar. Processus transversus terlihat memadat, berasal dari corpus vertebralis seperti halnya pediculusnya.

Vertebra lumbalis ke-5 ini kadang-kadang dalam pertumbuhannya ikut melekat pada os sacrum, sehingga os sacrum terlihat terbentuk oleh 6 tulang. Kejadian ini dikenal dengan sacralisasi vertebra lumbalis ke-5.4. Vertebrae Sacrales dan Coccygis

Vertebrae sacrales dan coccygis pada mulanya tersusun atas 9 segmen tulang yang terpisah, tetapi pada orang dewasa akan membentuk dua tulang yaitu 5 segmen tulang bersatu membentuk os sacrum, sedangkan 4 segmen tulang yang lain bersatu membentuk os coccygis.a. Os Sacrum

Os sacrum cukup besar, berbentuk segitiga, terletak di bagian dorsal dari pelvis. Basis dari os sacrum akan bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5, sedangkan apexnya akan berhubungan dengan os coccygis.

Os sacrum terlihat seperti kampak yang terletak diantara kedua os coxae dengan basisnya menjorok ke ventral. Basis ossis sacri membentuk suatu peninggian yang disebut angulus sacrovertebralis pada tempat pertemuannya dengan vertebra lumbalis ke-5. Bagian yang paling sentral dari os sacrum akan menjorok ke dorsal. Bangunan yang dapat diamati pada os sacrum adalah:i. Facies Pelvina

Facies pelvina atau facies ventralis mempunyai permukaan yang cekung sehingga memberikan peningkatan kapasitas dari cavum pelvicum.Bagian tengah dari facies pelvina ini disilangi oleh 4 peninggian yang sesuai letaknya dengan batas antara segmen satu dengan segmen lainnya. Peninggian ini disebut dengan lineae transversae yang sebetulnya merupakan sisa dari discus intervertebralis.Corpus vertebra sacralis ke-1 berukuran besar dan menyerupai corpus vertebra lumbalis. Berturut-turut ukuran daricorpus-nya semakin mengecil, rata, dan akan melengkung secara bersama-sama dengan seluruh tulang dari os sacrum.

Di setiap ujung dari lineae transversae dijumpai foramina sacralia anterior/pelvina yang sebetulnya merupakan sisa dari foramen intervertebrale. Foramen ini ke arah caudal, ukurannya juga terlihat semakin mengecil. Foramina sacralia dilalui oleh rami anteriores nervi sacrales dan a. sacralis lateralis. Di sebelah lateral dari foramina sacralia pelvina ini terdapat pars lateralis ossis sacri yang tersusun atas lima segmen yang saling terpisah dalam masa kehidupan / pertumbuhan, tetapi kemudian akan bersatu dengan corpus dan akan saling bersatu dengan corpus dan akan saling bersatu dengan lainnya pada orang dewasa.ii. Facies Dorsalis

Facies dorsalis permukaannya kasar, konvek, dan lebih sempit dari pada facies pelvina. Di linea mediana terdapat crista sacralis mediana yang ditandai dengan adanya 3 atau 4 tonjolan. Crista sacralis mediana ini merupakan sisa dari processus spinosus dari ketiga atau keempat vertebrae sacrales pertama. Di kanan dan kiri dari crista sacralis mediana terdapat sulcus sacralis yang dangkal, yang yang terbentuk oleh adanya persatuan dari laminae vertebrae sacrales yang bersangkutan. Sulcus sacralis ini merupakan tempat perlekatan dari musculus multifidus. Musculus erector spinae dan musculus latissimus dorsi sebagian origonya terdapat pada crista sacralis mediana. Laminae dari vertebra sacralis ke-5 gagal dalam persatuannya di linea mediana dorsalis, sehingga meninggalkan suatu lubang besar untuk menuju ke canalis sacralis yang disebut hiatus sacralis. Di sebelah lateral dari sulcus sacralis terdapat deretan tonjolan memanjang yang merupakan sisa dari processus articularis, dikenal sebagai crista sacralis intermedia atau crista sacralis articularis.

Processus articularis superior dari vertebra sacralis ke-1 adalah besar, berbentuk oval, facies articularisnya konkaf, menghadap ke dorsomedial, dan akan bersendi dengan facies articularis dari processus articularis inferior vertebra lumbalis ke-5. Tuberculum pada ujung dari processus articularis inferior dari vertebra sacralis ke-5 memanjang ke bawah sebagai processus yang membulat yang disebut sebagai cornu sacrale. Cornu sacrale ini akan berhubungan dengan cornu coccygeum. Disebelah lateral dari crista sacralis intermedia, terdapat 4 foramina sacralia posteriora. Foramina ini sedikit lebih kecil dan bentuknya kurang teratur bila dibanding dengan foramina sacralia anteriora. Rami dorsales dari nervi sacrales berjalan melalui foramina sacralia posteriora. Di sebelah lateral dari foramina sacralia posteriora terdapat tonjolan memanjang yang merupakan sisa dari processus transversus vertebrae sacrales, disebut sebagai crista sacralis lateralis. Tonjolan dari vertebra sacralis ke-1 dan ke-2 merupakan tempat perlekatan dari pars horizontalis ligamentum sacroiliaca posterior. Tonjolan dari segmen vertebra sacralis ke-3 untuk perlekatan dari fasciculi obliqua ligamentum sacroiliaca posterior. Sedangkan tonjolan dari segmen vertebra sacralis ke-4 dan ke-5 merupakan tempat perlekatan dari ligamentum sacro tuberosum.Setengah bagian cranial dari facies lateralis merupakan bangunan yang luas dan kasar. Di tempat ini dijumpai facies articularis yang pada keadaan masih hidup dilengkapi dengan jaringan cartilago untuk bersendi dengan facies auricularis ossis ilii, membentuk articulatio sacro-iliaca. Di sebelah dorsal dari facies auricularis ini dijumpai tuberositas sacralis yang akan dipakai untuk perlekatan dari ligamentum sacroiliaca posterior.

Setengah bagian caudal dari facies lateralis merupakan suatu lembaran yang tipis dan akan berakhir sebagai angulus lateralis inferior. Disebelah medial dari angulus ini terdapat cekungan yang akan tertutup oleh processus transversus dari vertebra coccygis ke-1 menjadi suatu foramen untuk jalan dari rami ventrales dari n. sacralis ke-5. Bagian yang tipis dari facies lateralis tersebut merupakan tempat perlekatandari ligamentum sacrotuberosum danligamentum sacrospinosum, serta beberapa serabut dari m. gluteus maximus dan m. coccygeus.Basis ossis sacri merupakan bangunan yang luas dan melebar ke lateral. Di pertengahan dari facies cranialis dari corpus vertebra sacralis ke-1 terlihat pinggiranyang menjorok ke ventral ke dalam pelvis, disebut dengan promontorium. Bangunan ini akan berhubungan dengan facies caudalis vertebra lumbalis ke-5 melalui discus intervertebralis. Disebelah dorsal dari lubang masuk ke dalam canalis sacralis, dilengkapi oleh adanya laminae dan processus spinosus. Processus articularis superior yang berada di kanan-kiri lubang masuk canalis sacralis menjorok ke dorsomedial, seperti processus articularis superior dari vertebra lumbalis. Processus articularis superior ini akan melekat pada corpus vertebra sacralis ke-1 dan ke alae ossis sacri melalui pediculus pendek tetapi cukup kuat. Pada facies cranialis darisetiap pediculus tersebut terdapat incisura vertebralis yang akan membentuk bagian caudal dari foramen intervertebrale antara vertebra lumbalis ke-5 dengan vertebra sacralis ke-1. Di kanan-kiri dari corpus terdapat permukaan luas berbentuk segitiga yang disebut ala ossis sacri. Ala ossis sacri merupakan tempat perlekatan dari M. Psoas mayor dan beberapa serabut M. iliacus. Seperempat bagian dorsal dari ala ossis sacri terdapat processus transversus sedangkan pada tiga perempat bagian ventral ala ossis sacri merupakan processus costalis dari vertebra sacralis ke-1.Apex ossis sacri merupakan ujung caudal dari os sacrum dan mempunyai facies articularis berbentuk oval untuk bersendi dengan os coccygis.

iii. Canalis Sacralis

Canalis sacralis merupakan canalis vertebralis yang terdapat di os sacrum. Canalis vertebralis di os sacrum tidak lengkap yang disebabkan oleh karena tidak berkembangnya laminae dan processus spinosus satu atau dua segmen terakhir dari os sacrum. Sehingga lubang atau ujung caudal dari canalis sacralis menjadi melebar, yang disebut sebagai hiatus sacralis. Hiatus sacralis dalam klinis sering dipakai untuk melakukan anestesi yang menghasilkan caudal analgesia. Os sacrum mengadakan articulasi dengan empat tulang, yaitu: dua os coxae kanan dan kiri, vertebra lumbalis ke-5, dan os coccygis. Os sacrum pada wanita berbeda dengan laki-laki, oleh karena pada wanita:

Os sacrumnya lebih pendek dan lebih luas dibanding pada laki-laki

Setengah bagian caudal dari os sacrum membentuk sudut yang cukup besar dengan bagian cranialnya yang hampir lurus

Setengah bagian caudal dari os sacrum banyak terdapat curvatura yang lebih besar

Os sacrum lebih miring dan mengarah ke dorsal sehingga volume dari cavum pelvicum semakin besar dan menyebabkan angulus sacrovertebralisnya menjadi lebih nyata

Os sacrum sering kali tersusun atas enam segmen apabila vertebra lumbalis ke-5 ikut bersatu dengan os sacrum melalui proses sacralisasi vertebra lumbalis ke-5. Sebaliknya, os sacrum dapat hanya tersusun oleh empat segmen saja oleh karena satu segmen dari vertebra sacralis ke-1 terlepas dari rangkaian os sacrum sehingga vertebra lumbalis seakan tersusun atas enam segmen. Keadaan ini dikenal dengan proses lumbalisasi vertebra sacrlis ke-1, atau bisa juga karena corpus dari vertebra sacralis ke-1 dan ke-2 bersatu.b. Os Coccygis

Os coccygis biasanya dibentuk oleh 4 vertebrae coccygeales yang mengalami kemunduran. Jumlah segmen yang membentuk os coccygis ini bervariasi antara 3 sampai 5 segmen. Corpus, processus articularis, dan processus transversus yang mengalami kemunduran tersebut dapat diidentifikasi pada tiga segmen pertama, tetapi pediculi, laminae, dan processus spinosus-nya sangat kecil. Segmen yang terakhir hanya terlihat sebagai nodule dari os coccygis. Segmen yang pertama adalah yang paling besar diantara segmen lainnya, segmen ini menyerupai vertebra sacralis yang terakhir dan sering kali merupakan segmen yang terpisah. Tiga segmen yang terakhir ukurannya semakin mengecil dan biasanya saling bersatu dengan yang lain. Facies pelvina dari os coccygis ditandai dengan adanya 3 cekungan transversal yang merupakan tempat persatuan dari segmen-segmen yang saling berurutan. Tempat ini dilekati oleh ligamentum sacrococcygeum ventralis dan m. levator ani, serta berperan dalam menahan rectum. Pada facies dorsalisnya, di kanan dan kiri terdapat barisan tuberculum yang merupakan sisa dari processus articularis. Sepasang tuberculum pada segmen yang pertama disebut dengan cornu coccygeum, yang akan bersendi dengan cornu sacrale . Di setiap sisi kanan dan kiri cornu coccygeum terdapat foramen yang dilalui ramus dorsalis n. sacralis ke-5.Pada facies lateralis os coccygis terdapat satu deretan tonjolan kecil-kecil, sesuai dengan letak dari processus transversus. Tonjolan yang pertama berukuran paling besar dan sering kali berhubungan dengan tepi lateral yang tipis dari os sacrum, sehingga terbentuklah suatu foramen yang dilalui oleh ramus ventralis n. sacralis ke-5.

Tepian yang paling sempit dari os coccygis sebagai tempat perlekatan dari ligamentum sacrotuberosum dan sacrospinosum di sebelah lateral, m. coccygeus di sebelah ventral, m. gluteus maximus di sebelah dorsal. Facies articularis yang berbentuk oval di basis-nya akan bersendi dengan os sacrum. Apex dari os coccygis yang membulat merupakan tempat perlekatan dari tendo m. sphincter ani externus. Apex ini kadang-kadang bersifat bifida atau mungkin membelok ke satu sisi. (1)D. DISCUS INTERVERTEBRALISDiscus intervertebralis merupakan suatu bantalan penghubung antara dua corpus vertebralis yang didesain untuk menahan beban, peredam getaran (shock absorbers), dan memungkinkan terjadinya pergerakan pada columna vertebralis. Discus intervertebralis terdapat pada semua celah antar corpus, kecuali antara VC1 dan VC2. Discus intervertebralis fungsional yang tercaudal terletak antara VL5 dan VS1. Discus intervertebralis paling tebal terdapat di regio lumbal, dan yang paling tipis ada di regio thorax superior. Pada regio cervical dan lumbal, discus intervertebralis lebih tebal di bagian anterior dan pada regio thoracal ketebalannya hampir sama. Setiap discus intervertebralis tersusun dari: annulus fibrosus yang terletak di bagian luarnya dan nucleus pulposus yang terletak di bagian dalamnya. Nucleus pulposus berupa suatu masa gelatinosa (9).Annulus fibrosus merupakan suatu cincin yang tersusun oleh lamellae fibrocartilaginea yang konsentris membentuk circumferentia pada discus intervertebralis, dimana lamella anterior lebih padat dan tebal. Cincin tersebut diselipkan di cincin epiphysis pada facies articularis corpus vertebrae. Serabut-serabut yang menyusun tiap lamella berjalan miring (oblique) dengan sudut 1200 antara tiap lapisan yang berdekatan. Konstruksi ini menghasilkan kekuatan yang besar untuk menahan kekuatan regangan. Lamella di sebelah luar paling tebal dan makin ke dalam makin tipis. Lamella di bagian luar menempel pada end plate, suatu lapisan kartilago hyalin 1mm yang menempel pada permukaan superior dan inferior corpus vertebra. End Plate adalah bagian terlemah dari discus intervertebralis (6)Nucleus pulposus merupakan inti dari discus intervertebralis. Strukturnya lebih bersifat cartilaginea dari pada fibrosa dan normalnya memiliki elastisitas yang tinggi. Nucleus pulposus terletak agak ke belakang, tidak tepat di tengah-tengah oleh karena lamellae annulus fibrosus di daerah posterior tipis dan jumlahnya sedikit. Nucleus pulposus mengandung air dalam jumlah yang banyak saat lahir namun terus berkurang seiring bertambahnya usia. Peranannya menyerupai peredam gerakan (shock absorber) jika ada gaya axial dan menyerupai bola semifluida saat menahan gerakan flexi, extensi, rotasi, dan lateral flexi columna vertebralis. Bentuknya memipih jika mengalami kompresi. Nucleus pulposus merupakan jaringan avasculer, menerima nutrisinya dari difusi pembuluh darah kecil disekitar annulus fibrosus dan corpus vertevertebrae melalui end plate secara difusi.(6)Dengan bertambahnya usia, karena proses degenerasi nukleus pulposus kehilangan kemampuannya untuk mereabsorbsi cairan dan menjadi lebih mendatar. Perubahan ini mengakibatkan berkurangnya ketinggian pada discus intervertebralis yang berdampak pada berkurangnya tinggi badan pada usia tua.(10). Berkurangnya tinggi pada discus intervertebralis juga menyebabkan menyempitnya foramina intervertebralis sehingga akhirnya akan menyebabkan kompresi radix saraf yang keluar darinya. (7)E. PERSENDIAN DI COLUMNA VERTEBRALIS

Persendian yang ada di columna vertebralis meliputi:

1. Sendi-Sendi Junctura Intervertebrale Zygapophyseales (Facet Joints)

Sendi-sendi junctura intervertebrale zygapophyseales adalah sendi-sendi vertebra kecil antara processus articularis. Kapsula sendi menjadi lebih tegang dari cranial ke caudal. Pada regio cervical, mereka lebar dan longgar dengan lipatan seperti meniscus yang menambah pergerakan walaupun terdapat relatif sedikit pergerakan antara dua vertebrae yang berdekatan. Hanya gerakan gabungan dari semua peserta vertebrae dan discus intervertebralis yang mengakibatkan pergerakan yang sesuai. Pada regio cervicalis terdapat gerakan fleksi lateral, antefleksi dan retrofleksi dan rotasi yang terbatas, tetapi dalam batas tertentu mungkin pula fleksi dan extensi . Pada regio lumbal penting terjadi fleksi dan ekstensi. Pergerakan pada setiap bagian columna vertebralis ditentukan oleh posisi permukaan sendi. Pada vertebrae cervicales, sendi-sendi ini hampir menghadap ke anterior, yaitu menghadap 450 terhadap sumbu axial. Pada regio thoracal sendi-sendi tersebut menggambarkan segmensegmen silinder, yaitu 600 terhadap sumbu axial dan 200 terhadap sumbu frontal dengan kemiringan ke medial. dan pada regio lumbal permukaan sendinya terletak hampir sejajar dengan bidang sagital, yaitu 900 terhadap sumbu axial dan 450 terhadap sumbu frontal.(6)2. Uncovertebral Joint

Uncovertebral joint ditemukan pada daerah cervical. Processus uncinatus yang semula gepeng pada ank-anak mulai meninggi. Antara usia 5 dan 10 tahun timbul celah-celah pada rawan yang diduga merupakan sifat sendi. Jadi uncovertebral joint mula-mula tidak ada, tetapi timbul secara sekunder. Kira-kira pada usia 9 dan 10 tahun, struktur ini meluas sebagai celah-celah menjadi discus. Mula-mula hal ini memberikan keuntungan fungsional, tetapi pada masa selanjutnya dapat terbentuk celah yang merobek discus secara keseluruhan, yang kemudian menimbulkan hernia nucleus pulposus. Walaupun uncovertebral joint mula-mula merupakan struktur fisiologis, kelak mereka dapat menjadi patologis karena merobek discus.3. Articulatio Atlanto-occipitalisArticulatio atlanto-occipitalis kanan dan kiri adalah suatu sendi antara atlas dan os occipitale, yang bentuknya merupakan sendi elipsoidea. Permukaan sendinya adalah facies articularis superior atlas dan condylus occipitalis. Kapsula sendinya adalah longgar dan memungkinkan pergerakan melentur ke samping dan ke depan serta ke belakang. Sendi ini diperkuat oleh ligamentum-ligamentum.4. Articulatio Atlanto-axiale

Articulatio Atlanto-axiale merupakan sendi kepala bagian bawah, terdiri atas gabungan articulatio axial medial dan lateral. Secara fungsional sendi ini merupakan sendi putar yang memungkinkan pergerakan dari posisi tengah ke masing-masing sisi sebesar 26(. Pada sendi-sendi lateral facies articularis-nya adalah facies articularis inferior os atlas dan facies articulari superior VC2. Keanehannya, permukaan sendi dipersempit oleh tulang rawan yang meliputinya dan lipatan sinovial yang berbentuk meniskus. Lipatan berbentuk segitiga pada potongan sagital. Facies articularis articulatio atlanto-axiale medial terdiri atas facies articularis anterior dens VC2, dan fovea dentis yang terdapat pada permukaan posterior arcus anterior atlas. Selain itu, pada daerah ligamentum transversum atlantis yang terbentang di belakang dens, terdapat permukaan sendi lain pada dens. Sendi kepala bagian bawah, seperti halnya sendi kepala bagian atas, diperkuat oleh ligamenta (6). 5. Articulatio SacrococcygeaArticulatio Sacrococcygea terdapat pada hubungan antara os sacrum dan coccygis. Sendi ini sering merupakan sendi sinovial. Articulatio Sacrococcygea diperkuat oleh ligamentum sacrococcygealis dorsalis superfisialis dan profunda, ligamentum sacrococcygealis ventralis, dan ligamentum sacrococcygealis lateralis (4).F. LIGAMENTUM PADA COLUMNA VERTEBRALIS

Ligamentum yang memperkuat persendian di columna vertebralis, meliputi:1. Ligamentum occipito atlantal

Kelompok ligamentum occipitoatlantal terdiri dari 4 komponen. Terdapat anterior dan posterior occipito atlantal ligamen. Di lateral ada serabut penebalan dari sendi occipito atlantal yang membentuk 2 ligamen lateral.2. Ligamentum occipito axial

Terdapat 4 ligamen yang menghubungkan occiput ke C2. Ligamentum occipitoaxial memanjang dari permukaan posterior corpus axis pada canalis spinalis ke permukaan anterior foramen magnum occipitale. Sebagai tambahan, ada 3 ligamen yang berorigo pada processus odontoideus. Meluas ke lateral dari ujung superior odontoid ke condylus occipital adalah ligamentum alar, yang sering pula disebut dengan ligamentum check. Ligamentum apical memajang dari ujung prosessus odontoideus ke permukaan anterior dari foramen magnum occipitale.

3. Ligamentum atlanto axial

Ada 4 ligamen utama yang memanjang dari atlas ke axis. Ligamentum atlanto axial anterior, posterior, dan 2 ligamentum lateral. Yang terakhir adalah penebalan serabut kapsul sendi atlanto axial. 4. Ligamentum Transversum atlantis

Ligamentum transversum menjaga kestabilan komplek atlanto axial. Ligamen ini memanjang dari permukaan anterolateral atlas di belakang dens untuk berinsersi di seberang anterolateral dari atlas. Dari titik tengah, tepat di posterior dens, serabut memanjang ke atas menuju occiput, turun ke corpus dari axis. Keseluruhan komplek ligamen secara bersama disebut sebagai ligamentum cruriform.5. Ligamentum Longitudinale Anterior

Ligamentum longitudinale anterior melapisi dan menghubungkan bagian anterolateral corpus vertebralis dan discus intervertebralis, terbentang dari permukaan anterior sacrum hingga tuberculum anterior Vc1 dan os occipitalis di sebelah anterior foramen magnum. Ligamentum ini melekat pada corpus vertebralis dan discus intervertebralis, di mana pada tingkat corpus vertebralis lebih melebar daripada tingkat corpus Ligamentum ini melekat pada corpus vertebra bagian atas dan bawah, yaitu pada end plate. Fungsi ligamentum ini mempertahankan stabilitas persendian antara corpus vertebralis dan mencegah hiperekstensi columna vertebralis.

6. Ligamentum Longitudinale Posterior

Ligamentum longitudinale posterior lebih sempit dan lebih lemah dari ligamentum longitudinale anterior, terbentang dalam canalis vertebralis di dorsal dari corpus vertebralis dan merupakan terusan dari . Ligamentum ini melekat pada discus intervertebralis dan tepi posterior dari corpus vertebralis mulaiVC2 sampai sacrum. Ligamentum ini berperan dalam mencegah hiperfleksi columna vertebralis serta mencegah herniasi discus intervertebralis. Ligamentum longitudinale posterior dilengkapi dengan akhiran saraf nociceptive (nyeri).

7. Ligamentum Flavum

Ligamentum flavum menghubungkan laminae dari dua arcus vertebralis yang berdekatan. Ligamentum ini panjang, tipis, dan lebar di regio cervical, lebih tebal di regio thoracal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamentum ini mencegah terpisahnya laminae arcus vertebralis dan juga mencegah cederanya discus intervertebralis. Ligamentum flavum yang kuat dan elastis membantu mempertahankan curvatura columna vertebralis dan membantu menegakkan kembali columna vertabralis setelah posisi flexi.8. Ligamentum InterspinaleLigamentum interspinosus menghubungkan processus spinosus mulai dari basis hingga apexnya, merupakan ligamentum yang lemah, hampir menyerupai membran

9. Ligamentum SupraspinaleLigamentum supraspinosus juga menghubungkan processus spinosus di daerah apex VC7 sampai dengan sacrum. Di bagian cranial bergabung dengan ligamentum nuchae. Ligamentum ini kuat, menyerupai tali.10. Ligamentum IntertransversariumLigamentum intertransversus menghubungkan processus transversus yang berdekatan. Ligamentum ini di daerrah lumbal tipis dan bersifat membranosa

11. Ligamentum Nuchae

Ligamentum nuchae terbentang dari crista occipitalis externa sampai processus spinosus vertebrae cervicales. Posisi sagital memberikan tempat lekat untuk otot-otot. Di luar leher ligamentum ini dilanjutkan sebagai ligamentum interspinale dan ligamentum supraspinale. (2,7,8)12. Ligamentum Lumbosakral

Ligamentum ini sangat tebal, memanjang dari sisi anterior inferior prosesus transversus dari vertebra lumbal terakhir ke permukaan lateral dari sakrum. Berjalan sejajar dengan ligamentum sakroiliaka anterior. Ligamentum ini sering pula disebut sebagai ligamentum sickle.

13. Ligamentum iliolumbal

Ligamentum ini memanjang dari prosessus transversus vertebra lumbal terakhir ke superior menuju krista iliaca (6).G. VASCULARISASI COLUMNA VERTEBRALIS

1. Vertebra Cervical

Suplai darah utama ke vertebra cervical ialah arteri vertebralis. Dipercabangkan dari arteri subclavia kanan dan kiri , naik ke anterior ke foramen transversum C7 mengarah ke posterior selanjutnya naik melalui foramen transversarium Vertebra Cervical 6 hingga Vertebra Cervical 1. Setelah keluar dari foramina dari Atlas, kemudian mengarah ke posterior dan memasuki Foramen Occipitale Magnum. Dari sepasang arteri vertebralis yang datang dari kedua sisi, mereka mempercabangkan satu cabang anterior dan sepasang cabang posterior yang akan berjalan ke bawah menuruni medula spinalis yang kemudian masing-masing disebut sebagai arteri spinalis anterior dan arteri spinalis posterior. Sepasang arteri vertebralis, begitu bersatu, menjadi arteri basilaris.

Sebagai tambahan untuk suplai daerah cervical, arteri vertebralis memberikan cabang spinal lateral yang memberikan suplai untuk tulang vertebra. Cabang-cabang tersebut memiliki anastomose yang luas dengan arteri di atas dan di bawahnya.

2. Vertebra Thorax

Di depan sisi kiri dari vertebra thorax, antara VT4 dan VT12, berjalan Aorta Thoracica. Dari bagian posterior vasa darah utama ini, dipercabangkan arteri intercostal kanan dan kiri, dimana yang sebelah kanan lebih panjang dikarenakan posisi dari aorta. Sebelum berjalan melalui sulcus costae, tiap arteri intercostal memberikan cabang posterior dan spinal. Cabang posterior akan membagi menjadi cabang internal yang akan mensuplai paraspinal muscle, dan cabang external untuk kulit di atasnya. Cabang spinal memasuki canalis spinalis melalui foramen intervertebralis dan memvaskularisasi vertebra dan medula spinalis.

3. Vertebra Lumbosacral

Aorta abdominal mempercabangkan artei lumbalis serupa dengan arteri intercostalis. Kedua cabangnya berjalan di bawah musculus psoas dan sejajar corpus vertebra. Dengan demikian cabang sebelah kanan berjalan di belakang vena cava inferior. Arteri lumbalis memberikan cabang posterior dan abdominal. Cabang posterior menjadi arteri spinalis, yang memasuki canalis spinalis untuk memvaskularisasi dura dan isinya. Cabang posterior berjalan terus ke dorsal untuk memvaskularisasi paraspinal muscle dan kulit di atasnya.

Tepat sebelum aorta abdominal bercabang yang biasanya setinggi VL4, akan mempercabangkan arteri sacralis media yang akan berjalan ke inferior.Arteri Iliaca Communis akan bercabang menjadi arteri iliaca externa dan interna. Arteri iliaca interna akan mempercabangkan arteri iliolumbal serta dua arteri sacralis lateralis yang akan memvaskularisasi sacrum dan isi canalis sacralis.

4. Discus Intervertebralis

Kebanyakan discus intervertebralis pada orang dewasa avascular. Secara histologis, kapiler ditemukan pada lapisan terluar annulus fibrosus. Di bagian ini pula didapatkan cabang kecil arteri yang yang menembus bagian terluar annulus fibrosus disebut dengan arteri coronaria. Nutrisi berdifusi dari vasa darah tersebut ke annulus fibrosus dan sekitar nukleus pulposus. Dari arteri nutrien yang memasuki corpus vertebra dari midline posterior terjadi jalinan antar tiap corpus vertebra yang akan berakhir pada batas antara corpus vertebra dan discus intervertebra di tengah, sehingga memungkinkan difusi nutrisi kepada nukleus pulposus (6). H. OTOT-OTOT PUNGGUNG

1. Posterior

Otot-otot kelompok posterior dari punggung berada di bawah bahu dan beberapa otot extremitas atas. Otot punggung bagian posterior dibagi menjadi superficial, medial, dan profunda.

Kelompok otot superficial secara bersama-sama disebut dengan erector spinae. Terdapat tiga kelompok otot yang termasuk golongan ini, yaitu iliocostalis, longissimus, dan spinalis. Kelompok iliocostalis, yang berada paling lateral, memiliki tiga bagian, yaitu iliocostalis lumborum, iliocostalis thoracis, dan iliocostalis cervicis. Musculus iliocostalis lumborum berorigo pada crista iliaca dan sacrum memanjang ke atas dan berinsersi pada bagian bawah costa ke-6. Musculus iliocostalis thoracis menutupi sebagian dengan berorigo pada costa yang sama dan berinsersi pada bagian atas costa ke-6. Musculus iliocostalis cervicis berada lebih medial dari insertio pada costa ke-6 dan menuju ke superior berinsersi pada prosesus transversus vertebra cervical bawah.

Kelompok otot longissimus juga terbagi tiga, yaitu musculus longissimus thoracis, longissimus cervicis, dan longissimus capitis. Bersama-sama, ketiganya berada di medial dari kelompok iliocostalis. Musculus longissimus capitis berorigo pada prosessus transversus vertebra cervical bawah dan berinsersi pada prosessus mastoideus dari tengkorak. Serabut musculus thoracis menghubungkan prosessus transversus yang berdekatan dengan caput costae. Serupa juga, musculus longissimus cervicis mengandung serabut-serabut yang menghubungkan prosessus transversus yang berdekatan.

Musculus spinalis, menempati posisi paling medial dari musculus erector spinae, mulai dari prosessus spinosus vertebra thorax bagian bawah menuju ke atas melalui garis tengah untuk berinsersi pada prosessus spinosus vertebra thorax bagian atas.

Kelompok intermedia adalah musculus semispinalis. Terbagi menjadi tiga, yaitu musculus semispinalis thoracis, cervicis, dan capitis. Serat otot tersebut mempunyai arah miring, superomedial. Otot ini berorigo pada prosessus transversus dan berinsersi pada prosessus spinosus. Musculus semispinalis cervicis, berorigo pada prosessus transversus dari vertebra thorax dan berinsersi pada prosessus spinosus vertebra cervical atas. Musculus semispinalis capitis berinsersi pada basis occiput. Musculuc semispinalis thoracis berinsersi pada prosessus spinosus dari vertebra cervical 6 sampai thorax 4.

Kelompok otot profunda terdiri dari musculus multifidus, intertransversarii, rotator, dan levator costa. Musculus multifidus memiliki fasikulus yang pendek dengan arah mirirng dari prosessus transversus ke atas dan medial di atas segmen 2 - 4 berinsersi pada prosessus spinosus. Musculus intertransversarii memanjang di antara prosessus transversus. Otot-otot tersebut berkembang pada regio lumbal dan terbagi menjadi fasikulus medial dan lateral. Pada regio cervical terdapat bundle anterior dan posterior. Musculus rotator terbagi menjadi kelompok panjang dan pendek. Musculus rotator pendek mulai dari prosessus transversus ke basis prosessus spinosus satu tingkat di atasnya. Muskulus rotator panjang arahnya mirip tetapi memanjang di antara dua vertebra. Musculus levator costa berorigo pada prosessus transversus. Bundle yang pendek berinsersi sebelah inferior dari costa di bawahnya, bundle panjang berinsersi pada inferior costa ke 2.

2. Anterior

Pada regio occipitocervical terdapat dua kelompok otot yang letaknya di sebelah anterior, yaitu musculus longus capitis dan longus colli. Musculus longus capitis berorigo pada sisi anterior foramen magnum dan berinsersi pada prosessus transversus vertebra cervical. Musculus longus colli memiliki tiga bagian. Bundle longitudinal letaknya anterior, mulai dari vertebra thorax 3 atas dan vertebra cervical 3 bawah, dan berinsersi pada anterior dari corpus vertebra cervical bagian atas. Bagian obliq superior dari longus colli mulai dari prosessus transversus C3, C4, dan C5 dan berinsersio pada arcus anterior atlas. Bagian obliq inferior dari longus colli mulai dari anterior vertebra thorax 3 atas dan berinsersi pada anterior prosessus transversus C5 dan C6.

Tidak terdapat perlekatan musculus atau insersi pada bagian anterior pada vertebra thorax tengah atau bagian atas.

Pada vertebra thorax bawah dan vertebra lumbal terdapat dua kelompok otot anterior, musculus psoas dan kuadratus lumborum. Musculus psoas berorigo pada prosessus transversus dan corpus vertebra posterolateral dari T12-L5. Seratnya berjalan inferior dan lateral bergabung dengan serat musculus illiacus dan berinsersi pada trokhanter minor femur. Musculus kuadratus lumborum berorigo pada costa terakhir dan prosessus transversus vertebra lumbal 4 atas. Berinsersi pada krista iliaca dan ligamentum illiolumbal (6). FlexiExtensiLateral FlexiRotasi

Kerja bilateral dari: M. rectus abdominis

M. psoas mayor

GravitasiKerja bilateral dari: Mm. erector spinae

M. multifidus

Mm. semispinalisKerja unilateral dari: M. iliocostalis dan lumborum

M. longisimus thoracis

M. obliquus abdominis externus dan internusKerja unilateral dari: Mm. rotatores

M. multifidus

M. obliquus abdominis externus bekerja de-ngan sinkron dengan M. obliquus abdominis internus yang berlawa-nan Mm. semispinalis

Tabel 1. Prinsip kerja otot yang menghasilkan gerakan pada discus intervertebralis regio thoracal dan lumbal. (7)I. BIOMEKANIKA COLUMNA VERTEBRALIS

1. VERTEBRA CERVICAL

a. Dasar Anatomi

Vertebra cervical mungkin secara konseptual dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama, vertebra cervical bagian atas, terdiri dari occiput (C0), atlas (C1) dan axis (C2). Regio ini memiliki karakteristik ROM yang luas dan keunikan anatomik columna vertebralis. Bagian kedua, vertebra cervical subaxial, terdiri dari vertebra cervical 3-7. Regio ini memiliki karakteristik secara anatomi lebih khas dan ukuran yang relatif kecil dibanding vertebra regio lain.

Pada vertebra cervical atas, pergerakan antara C0-C1 secara umum terbatas oleh kontak tulang dalam fleksi dan rotasi, dengan struktur ligamentum berperan pada ekstensi. Pada sendi antara C1 dan C2, stuktur ligamentum secara primer bertanggung jawab pada keterbatasan gerak. Pada vertebra cervical subaxial, discus intervertebralis, terutama annulus, membatasi pergerakan translational pada bidang sagital dan frontal.b. Properti Kinematik

Dalam keadaan normal, pada posisi berdiri, otot paravertebral bekerja menyebabkan sedikit lordosis pada vertebra cervical. ROM C0 dan C1 kira-kira 25( dari fleksi-ekstensi, 5( lateral bending tiap sisi dan 4(-7( rotasi axial ke tiap sisi. ROM antara C1 dan C2 sekitar 15( dari fleksi-ekstensi, 7( lateral bending, 47( rotasi axial. Dengan kata lain, kira-kira 40%-50% total ROM pada dewasa normal terjadi pada level C1 dan C2. Pada vertebra cervical subaxial, ROM dari fleksi-ekstensi antara 12(-23(, sudut tersebut secara umum lebih besar pada segmen tulang lebih bawah. Pada regio ini, ROM pada satu sisi lateral bending (5(, sebenarnya tidak ada perbedaan sepanjang vertebra cervical subaxial.

Sebagai tambahan pada gerakan utama kinematik vertebra cervical menunjukkan gerakan berpasangan yang berarti. Gerakan berpasangan yang berulang berhubungan dengan gerakan lain pada arah yang berbeda. Sebagai contoh, gerakan berpasangan yang paling berarti pada vertebra cervical subaxial adalah rotasi axial yang menyertai lateral bending. Arah pada gerakan berpasangan adalah rotasi procesus spinosus terhadap kecengkungan kurva. Pada vertebra cervical atas tidak terdapat gerakan berpasangan yang berarti.

c. Kinetiki. Ligamentum Vertebra

Ligamentum merupakan struktur mekanis yang dirancang untuk menyokong beban hanya pada keadaan tegang. Melengkung, berputar atau menekan secara umum bertemu tanpa ada perlawanan pada struktur ini. Ada beberapa struktur ligamentum yang berbeda pada columna vertebra, masing-masing mempunyai beberapa fungsi.

Ligamentum longitudinal anterior berfungsi terutama untuk melawan ekstensi. Ligamentum interspinalis dan supraspinalis bertindak terutama untuk melawan fleksi. Ligamentum capsular bertindak untuk menstabilkan facet joint. Ligamentum longitudinal posterior dan ligamentum flavum, berperan pada stabilitas FSU di lateral bending, juga bertindak mengelilingi dan melindungi medulla spinalis. Ligamentum vertebra menunjukkan kurva perubahan yang tidak linear, di mana pada perubahan fisiologis, ligamentum relatif lebih mudah teregang, relatif lunak. Ketika gerakan vertebra menjadi lebih besar, ligamentum menjadi lebih kaku. Ini merupakan efek yang membantu gerakan ringan pada gerakan vertebra secara fisiologis, sehingga melindungi vertebra dari gerakan yang terlalu besar yang bisa menyebabkan trauma. ii. Discus Intervertebralis

Kebalikan dari ligamentum vertebra, discus intervertebralis dapat melawan kekuatan dari berbagai arah yang berbeda. Discus intervertebralis tersusun atas 3 bagian : nukleus pulposus, annulus fibrosus, dan tulang rawan end plate. Nukleus pulposus, regio menyerupai cairan di tengah discus, dikelilingi oleh annulus fibrosus. Annulus tersusun dari lapisan serat yang berpilin, dengan arah serat bergantian di antara lapisan. Bangunan serat berpilin yang melintang ditemukan di berbagai struktur biologis silindris. Kombinasi dari cairan di tengah dan struktur serat di luar menyebabkan discus berespon lebih fleksibel pada tingkat beban yang rendah. Akan tetapi, ketika terdapat beban yang lebih besar, mendekati tingkat trauma, tekanan pada permukaan cairan menyebabkan respon yang lebih kuat atau kurang fleksibel, sesungguhnya pada tingkat ini, discus dapat menjadi lebih kuat dari pada tulangnya. Sebagai tambahan, untuk menjadi lebih keras saat menerima beban, discus sering lebih kuat dari tulang vertebra. Perbedaan kekuatan menjelaskan bahwa tulang menjadi lemah atau rusak sebelum ruptur discus akibat beban axial yang besar.

2. VERTEBRA THORACOLUMBALa. Kinematik

i. Dasar Anatomi

Vertebra thoracolumbal dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama, vertebra thorax bawah, terdiri dari vertebra thorax 1-12. Regio ini secara anatomis ditandai oleh dimensi lateral yang relatif kecil dan processus spinosus dengan sudut yang tajam sesuai dengan axis panjang vertebra. Bagian kedua, vertebra lumbal, terdiri dari vertebra lumbal 1-5. Regio ini ditandai oleh processus transversus prominen dan vertebra yang besar. Processus spinosus berbentuk semisirkuler pada permukaan sagital dan tidak overlap.

Vertebra thorax, elemen posterior berperan membatasi ekstensi dan rotasi axial. Facet joint yang memiliki kesegarisan seperti pada vertebra cervical dibanding vertebra lumbal memainkan peranan yang belum dapat dijelaskan secara lengkap. Pada vertebra lumbal, facet joint dan fungsi elemen posterior yang utama pada pembatasan rotasi axial.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa facet joint juga membatasi translasi antara corpus vertebra lumbal. Pada level ini, discus intervertebralis memberikan ketahanan utama pada translasi axial serta rotasi sumbu frontal dan sagital.

b. Properti Kinematik

Kinematik pada regio thorax bawah merupakan transisi dari cervical ke lumbal, di mana perubahan yang terjadi secara bertingkat atau bertahap. Sebagai contoh, pada pergerakan fleksi-ekstensi, vertebra thorax bagian atas memiliki ROM terbatas ((4(). Pada vertebra lumbal (6(-12( meningkat sesuai level ke kaudal. Pada rotasi axial, pola ini terbalik. Vertebra thorax atas memiliki ROM yang luas (7(-9() dibanding vertebra lumbal ((2(). Vertebra thorax bawah memiliki ROM rotasi axial antara 2(-6(. Dengan kata lain, semakin ke kaudal ROM fkeksi-ekstensi meningkat, tetapi rotasi axial menurun. Untuk lateral bending relatif konstan kira-kira 60( dari thorax bawah sampai lumbal.

Sebagai tambahan, pola gerak berpasangan penting dalam evaluasi deformitas vertebra. Pada vertebra thorax, lateral bending berpasangan dengan rotasi axial di mana elemen posterior bergerak ke arah convex dari lengkungan lateral.

c. Kinetik

i. Corpus Vertebra

Corpus vertebra terdiri dari tulang compacta dan spongiosa. Tidak seperti tulang panjang, corpus vertebra hanya memiliki lapisan terluar tulang compacta yang tipis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketahanan vertebra terhadap kompresi meningkat dangan adanya lapisan cortex tulang compacta dengan pertambahan usia dan dengan degenerasi progresif dari discus intervertebralis. Degenerasi discus intervertebralis mempengaruhi cara corpus vertebra bereaksi terhadap beban karena perubahan distribusi tekanan, pada discus dengan nukleus yang sehat, terdistribusi secara sentral, sedang pada nukleus yang degenerasi, terdistribusi di perifer.

Pada inti corpus vertebra, yang merupakan tulang spongiosa, kekuatan bukan hanya dari strukturnya saja, tetapi juga cairan dan sumsum yang mengisi trabekula tulang spongiosa.

Jadi kemampuan dan kekuatan corpus vertebra didukung kontribusi tulang compacta dan spongiosa. Seperti respon non linear pada tekanan yang telah diteliti pada ligamen vertebra, FSU (Functional Spinal Unit) bereaksi untuk membuat suatu unit mekanik yang pada awalnya fleksibel, tetapi menjadi banyak berkurang begitu tekanan atau muatan mendekati tingkat injuri. Pada kondisi muatan atau tekanan yang rendah, discus intervertebralis dengan mudah mengalami deformitas, tetapi pada saat muatan meningkat, discus normal menjadi bertekanan dan hampir rigid. Keadaan ini menjadikan annulus dalam tekanan, dengan hebat menurunkan fleksibilitas FSU. Pada kondisi demikian, tulang yang mendasari nukleus, menjadi deformitas. Pada tekanan tingkat rendah yang sama berulang-ulang dapat terjadi deformitas tulang pada satu tempat (Schenorls nodes). Pada saat discus menerima tekanan besar yang mendadak, seperti jatuh dari ketinggian, tulang vertebra akan kalah sehingga terjadi end plate fractur dan burst fractur (6). DAFTAR PUSTAKA1. Hadiwijaya S. Skeleton Trunci. Surakarta. UNS Press, 1995 : 1-33.2. Seeley RR, Stephens TD, Tate P, et al. Anatomy and Physiology. 6th ed. Boston. Mc Graw Hill, 2003 : 217-24.3.Chaidir MR, Hilmy CR, Djojosugito MA, et al. Sistem Muskuloskeletal. In : Sjamsuhidajat R, Jong W de, eds. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta. EGC, 1997 : 1177-83.4. Platzer W, Kahle W, Leonhard H. Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia. Terjemahan Adji Dharma. Vol 1. 1st ed. Jakarta. EGC, 1992 : 35-81.

5. Pick TP, Howden R. Grays Anatomy. 6th ed. London, 1994 : 162-79.6. Esses S.I. Textbook of Spinal Disorders. Philadelpia. J.B. Lippincolt Company, 1995, 2-34.

7. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. 4th ed. Philadelpia. Lippincolt Williams & Wilkins, 1999 : 431-75.

8. Bajpai RN. Osteologi Tubuh Manusia. Terjemahan Ridwan Harianto. 1st ed. Jakarta. Binarupa Aksara, 1991 : 202-22.9. Marieb EN. Human Anatomy & Physiology. 5th ed. San Fransisco. Benjamin Cummings, 2001 : 215-24.10. NN. Anatomy of the Spine. http://www.mayfieldclinic.com. 2004.11. Staubesand J. ed. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Terjemahan Adji Dharma. 19 th ed. Jakarta. EGC, 1989 : 4-45.12. Spalteholz W, Spanner R. Atlas Anatomi Manusia. Terjemahan Adji Dharma. 16th ed. Jakarta. EGC, 1994 : 54 & 82. PAGE 41