anatomi oral dan kelainannya

30
MAKALAH ANATOMI , EMBRIOLOGI DAN KELAINAN PADA MULUT DISUSUN OLEH : Asri Noviyanti 1420332009 PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015

Upload: asri

Post on 25-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

anatomi

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Oral dan kelainannya

MAKALAH

ANATOMI , EMBRIOLOGI DAN KELAINAN PADA MULUT

DISUSUN OLEH :

Asri Noviyanti

1420332009

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

Page 2: Anatomi Oral dan kelainannya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan

rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi, Embriologi

Mulut”. Penulisan makalah ini, dilakukan dalam rangka menambah wawasan mahasiswa

adalam mata kuliah Anatomi dan Histologi Sistem Reproduksi .

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah mengarahkan dan

membantu kami dalam pembuatan makalah kami ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan –

kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah

kami. Semoga makalah ini nantinya bermanfaat bagi pengembangan ilmu. Akhir kata kami

ucapkan terima kasih

Padang, Januari 2015

Penulis

Page 3: Anatomi Oral dan kelainannya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

A. Anatomi.............................................................................................................................1

1. Rima Oris........................................................................................................................1

2. Cavitas Oris....................................................................................................................1

3. Palatum...........................................................................................................................2

B. Embriologi.........................................................................................................................6

1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Rongga Mulut..........................................................6

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Apparatus................................................6

3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Atas................................................7

4. Pertumbuhan Dan Perkembangan Palatum....................................................................7

5. Pertumbuhan Dan Perkembangan Sinus Maxillaris.......................................................8

6. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Bawah.............................................9

7. Pertumbuhan Dan Perkembangan Lidah........................................................................9

8. Pertumbuhan Dan Perkembangan Papila Dan Taste Buds Pada Lidah..........................9

9. Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi..........................................................................9

C. Kelainan – Kelainan........................................................................................................11

1. Kelainan pada uvula.....................................................................................................11

2. Labioskizis dan Labiopalatoskizis................................................................................12

3. Ankyloglossia...............................................................................................................15

Page 4: Anatomi Oral dan kelainannya

A. Anatomi

1. Rima Oris

Rima oris (celah mulut) dibatasi oleh labium superius

(bibir atas), labium inferius (bibir bawah yang bertemu

pada angulus oris, membentuk commisura labiorum.

Labium dibentuk oleh kulit, mukosa, dan m. orbicularis

oris.

Vaskularisasi labium superius dan labium inferius oleh rete

labialis superior dan rete labialis inferior yang merupakan

cabang dari arteri facialis. Innervasi motoris labium dan bucca oleh nervus facialis dan

otot-otot lain oleh plexus pharyngeus. Innervasi sensibel labium superius dan inferius,

bucca dekat angulus oris oleh n. infraorbitalis, n. mentalis, dan n. buccalis.

2. Cavitas Oris

Di dalamnya dibatasi oleh dentes, processus alveolaris, dan

gingiva menjadi vestibulum oris dan cavitas oris proprius.

Kedua ruangan itu ada hubungan di antara gigi molar III dan

ramus mandibulae. Vestibulum oris, yaitu ruangan antara

gigi (dentes) dan bucca. Vestibulum oris dibatasi oleh labium

dan bucca. Labium yang melekat pada gingiva (gusi) disebut

frenulum labii superioris (gusi atas), dan frenulum labii

inferioris (gusi bawah). Di dalamnya, tepatnya di gingiva dekat molar III atas, terdapat

muara dari kelenjar liur yang bernama glandulla parotis (ductus excretorius glandulla

parotis).

Cavitas oris proprius, ruangan di dalam dentes, dibatasi oleh arcus dentalis. Di bagian

dorsal terdapat oropharynx. Bagian atas (bagian cranial) dari cavitas oris proprius ada

palatum, di mana yang dua pertiga anterior adalah palatum durum (keras), dan sepertiga

posterior adalah palatum molle (lunak). Bagian bawah (caudal) dari cavitas oris proprius

terdapat lingua (lidah). Terdapat muara-muara kelenjar ludah (glandulla salivatorius) pada

cavitas oris ini, di antaranya glandulla parotis, sublingualis, dan submandibularis.

Page 5: Anatomi Oral dan kelainannya

3. Palatum

Palatum merupakan atap dari cavitas oris, juga

sebagai lantai dari cavitas nasi. Dua pertiga

anteriornya adalah palatum durum, yang tersusun atas

processus palatinus maxillae dan pars horizontalis

ossi palatini. Batas lateral palatum durum adalah

processus alveolaris. Sepertiga posterior palatum

adalah palatum molle, yang dibentuk oleh aponeurose

palatini (tendo musculi tensor veli palatini), kelenjar

limfoid, mukosa, dan pada tepi posteriornya terdapat reseptor gustatoris (pengecapan). Di

belakang palatum terdapat arcus palatoglossus (dibentuk oleh m. palatoglossus) dan arcus

palatopharyngeus (dibentuk oleh m.palatopharyngeus), di antara kedua arcus ini terdapat

struktur yang disebut tonsilla palatina. Di linea mediana pada tepio posteriornya terdapat

uvula.

Vaskularisasi palatum durum oleh arteri palatina major, arteri sphenopalatina, dan arteri

palatina minor. Innervasi secretomotoris kelenjar palatum oleh ganglion sphenopalatinum.

Innervasi sensibel palatum oleh rete palatinus majus, rete palatinus minus, rete

nasopalatinus, dan rete tonsilaris, yang merupakan cabang dari nervus maxillaris, dan

nervus glossopharyngeus.

4. Lingua

Lingua atau lidah dibagi menjadi dua, yaitu dua

pertiga bagian anterior (corpus linguae) dan

sepertiga bagian posterior (radix linguae).

Fungsinya antara lain gustatorius (pengecapan),

mastikasi (pengunyahan), deglutitio (menelan), dan

bicara. Otot-otot lingua ada otot instrinsik dan otot

ekstrinsik. Otot-otot instrinsik antara lain:

M. Longitudinalis superior (seluruh facies dosrsum linguae)

M. Longitudinalis inferior (sisi linguae)

M. Transversus linguae (septum linguae ke tepi linguae)

M. Verticalis linguae.

Otot ekstrinsik dari lingua antara lain:

M. Genioglossus (dari spina mentalis mandibulae ke sisi lingua)

Page 6: Anatomi Oral dan kelainannya

M. Hyoglossus (dari cornu majus ossis hyoidei dan corpus ossis hyoidei ke bagian

posterior sisi lingua dan cornu minus ossis hyoidei)

m. Styloglossus (dari apex processus styloideus dan ligamentum stylohyoideus ke

sisi linguae)

M. Palatoglossus (dari palatum molle ke sisi linguae).

Vaskularisasi lingua berasal dari arteri lingualis, rete suprahyoideus, arteri dorsalis linguae,

arteri sublingualis, dan arteri profunda linguae. Innervasinya olehnervus lingualis

(sensibel) dan chorda tympani (sensoris) pada dua pertiga bagian anterior lingua, dan

nervus glossopharyngeus (sensibel dan sensoris), nervus hypoglossus (motoris) pada

sepertiga bagian posterior lingua.

Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.

Terdapat tiga jenis papila yaitu:

1. Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah

yang sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut

memanjang dan terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan

warna keputihan atau keabuan pada lidah. Papila jenis ini

tidak mengandung kuncup perasa.

2. Papila fungiformis. Papila fungiformis mempunyai

jumlah yang lebih sedikit dibanding papila filiformis.

Papila ini hanya sedikit terkeratinasi dan berbentuk

menyerupai jamur dengan dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki beberapa

kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di antara papila

filiformis.

3. Papila foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung

lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung kuncup perasa.

4. Papila sirkumfalata. Papila sirkumfalata merupakan papila dengan jumlah paling sedikit,

namun memiliki ukuran papila yang paling besar dan mengandung lebih dari setengah

jumlah keseluruhan papila di lidah manusia. Dengan ukuran satu sampai tiga milimeter,

dan berjumlah tujuh sampai dua belas buah dalam satu lidah, papila ini umumnya

membentuk garis berbentuk menyerupai huruf V dan berada di tepi dari sulkus terminalis.

Page 7: Anatomi Oral dan kelainannya

5.Gigi

Gigi manusia terdiri dari tiga

1. Akar gigi, yang berfungsi menopang gigi

dan merupakan bagian gigi yang terletak

didalam tulang rahang.

2. Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang berada

diatas ginggiva.

3. Leher gigi, yaitu bagian yang

menghubungkan akar gigi dengan mahkota

gigi.

Badan dari gigi terdiri dari :

1. Email, merupakan jaringan keras yang mengelilingi mahkota gigi dan berfungsi

membentuk struktur luar mahkota gigi dan membuat gigi tahan terhadap tekanan

dan abrasi. Email tersusun dari mineral anorganik terutama kalsium dan fosfor, zat

organic dan air.

2. Dentin, merupakan bagian dalam struktur gigi yang terbanyak dan berwarna

kekuningan. Dentin bersifat lebih keras dari pada tulang tetapi lebih lunak dari

email. Dentin terdiri dari 70 % bahan organic, terutama Kalsium dan fosfor serta 30

% bahan organic dan air.

3. Sementum, merupakan jaringan gigi yang mengalami kalsifikasi dan menutup akar

gigi. Sementum berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan ikat yang

memperkuat akar gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak dari dentin dan terdiri

dari 50% bahan organic berupa Kalsium dan Fosfor dan 50% bahan organic.

4. Pulpa, merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian ruang tengah pulpa

dan akar gigi. Pada pulpa terkandung pembuluh darah, syaraf, dan sel pembentuk

dentin. Pulpa berisi nutrisi dan berfungsi sebagai sensorik.

6. Uvula

Palatum yang merupakan atap mulut, terdiri dari

langit-langit keras dan langit-langit lunak.

Palatine uvula yang sering disebut sebagai uvula,

adalah kecil, proyeksi kerucut yang menggantung

dari langit-langit lunak, di bagian belakang

tenggorokan. Ini terbuat dari jaringan ikat yang

Page 8: Anatomi Oral dan kelainannya

mengandung racemose kelenjar dan serat otot. Langit-langit lunak, yang secara medis

disebut sebagai velum, adalah bagian lembut atap mulut. Musculus uvulae adalah otot

palatum lunak yang berasal dari tulang belakang hidung posterior, dan berartikulasi dengan

anak lidah. Otot ini membantu untuk mengangkat dan menarik uvula.

Uvula memiliki peran penting dalam artikulasi berbicara dan deglutition, yang mengacu

pada proses menelan. Hal ini juga mengeluarkan sejumlah besar air liur tipis yang

mengandung komponen serosa dan mukosa, sehingga pelumas bagian belakang

tenggorokan.

Page 9: Anatomi Oral dan kelainannya

B. Embriologi

1. Pertumbuhan Dan Perkembangan Rongga MulutPertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial (muka dan rongga mulut) dimulai pada

minggu ke-3 intrauterin. Mula-mula masih terbentuk tube dan terdiri dari 3 unsur yaitu

ectoderm, mesoderm dan endoderm/ entoderm.

Pertumbuhan dan perkembangan oral dimulai dengan proses invaginasi lapisan ectoderm

dibagian caudal dan processus prontanasalis dan disebut Stomodeum (primitive Oral

Cavity). Disamping itu terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang disebut

Primitive Digestive Tract. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu

pada membran yang tipis yang disebut Membran Bucco Pharyngeal. Membran tersebut

akhirnya pecah da terjadilah hubungan yang sempurna antara POC dan PDT.

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial ApparatusSelain proses tersebut, terjadi pula proses pertumbuhan dan perkembangan pembentukan

brankial apparatus yang terdiri dari :

Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Arches

Mula-mula dibentuk Branchial Arch I / Pharyngeal Arch I kemudian dibentuk Brankhial

Arch I hingga IV , namun Brankial Arch V rudimenter / hilang sehingga Brankial Arch IV

bergabung dengan Brankial IV. Brankial Apparatus inilah akan dibentuk organ organ,

rahang atas, rahang bawah, lidah, pharyng, os hyoid, otot-otot wajah, ligamentum, arteri,

vena, nervus dll.

Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Pouches (Konjugasi)

Yang pertama dibentuk adalah :

Cavum tympanica

Antrum

Mastoideum

Telinga tengah

Tuba Eustachii

Lalu lapisan endoderm berdiferensiasi membentuk Tonsila Palatina dan Fossa

Supratonsilaris. Bagian Dorsal berdiferensiasi membentuk glandula pratyroid inferior lalu

bermigrasi kearah dorsal glandula tyroid. Sedangkan bagian ventral membentuk primodial

glandula thymus kemudian bermigrasi kearah caudal dan medial selanjutnya bagian kanan

dan kiri berdifusi membentuk glandula thymus.

Page 10: Anatomi Oral dan kelainannya

Bagian dorsal berdiferensiasi membentuk glandula paratyroid superior kemudian

bermigrasi kearah dorsal glandula tyroid. Bgian ventral berdiferensiasi membentuk utimo

branchial body lalu bermigrasi dan berdifusi dengan glandula thyroid.

Pertumbuhan Dan Perkembangan Branchial Groove (Celah)

Brankhial Groove I akan membentuk meatus acusticus externus, sedangkan branchial

groove yang lain akan hilang sehingga leher rata.

3. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang AtasTulang rahang atas (Os maxilaris) bersal dari Banchial Arch I bagian atas. Disebut pula

processus Maxilaris. Pusat Ossifikasi terletak pada percabangan N. Infra orbitalis menjadi

N. Alveolaris superior anterior dan N. Alveolaris superior medius. Kemudian proses

ossifikasi berlanjut mula mula kearah posterior membentuk Processus Zygomaticus Ossis

Maxilaris. Kemudian kearah caudal membentuk Processus Alveolaris Ossis Maxilaris dan

kearah medial membentuk Processus Palatinus Ossis Maxilaris. Selama proses

pertumbuhan dan perkembangan tersebut, dibagian pusat ossifikasinya membentuk Corpus

Maxilaris hingga terbentuklah Os Maxilla yang lengkap.

4. Pertumbuhan Dan Perkembangan Palatum Pembentukan Palatum Primer

o Dimulai pada hari ke-35 kehamilan atau minggu ke-4 -> ditandai dengan

pembentukan prominentia facialis

o Penyatuan prominentia nasalis medialis dan prominentia maxillaris

o Dilanjutkan penyatuan prominentia nasalis lateralis dan prominentia nasalis

medialis. Bila gagal, akan terbentuk celah pada palatum primer.

o Minggu ke-7: dasar cavitas nasalis berupa pelebaran ke posterior dari

prominentia intermaxillaris, disebut sebagai palatum primer. Dinding

medial tonjolan maxilla mulai membentuk sepasang pelebaran yang tebal,

yaitu lapisan palatina yang tumbuh ke bawah di salah satu sisi lidah.

o Minggu ke-8: lidah berpindah ke bawah, dan lapisan palatum secara cepat

berotasi ke atas dan depan sampai pada garis tengah, dan tumbuh secara

horizontal.

Pembentukan Palatum Sekunder

o Terjadi setelah palatum primer terbentuk sempurna

Page 11: Anatomi Oral dan kelainannya

o Mulai minggu ke-9 kehamilan

o Terbentuk dari sisi bilateral yang berkembang dari bagian medial dari

prominentia maxillaris

o Kedua sisi ini akan bertemu di garis tengah dengan terangkatnya sisi ini

o Ketika sisi tersebut berkembang ke arah superior, maka proses akan

dimulai. Kegagalan pada proses ini akan menyebabkan celah palatum

sekunder.

o Minggu ke-9: kedua sisi lapisan palatum, palatum primer, dan septum nasal

inferior mulai berfusi di sebelah ventrodorsal

o Minggu ke-10: bagian ventral palatum sekunder mengeras melalui

kondensasi mesenkimal (osifikasi endokondral)

 

5. Pertumbuhan Dan Perkembangan Sinus MaxillarisPada bulan ke-4 intrauterin mula-mula terbentuk kantong mukosa kecil didaerah lateral

cavum nasi. Kantong tersebut mula-mula terpisah dari maxilla oleh tulang rawan nasa

capsul. Setelah nasal capsul bagian bawah atropi, kantung mukosa tersebut menerobos

masuk kedalam os maxillaris diatas processus palatina lateral sehingga terbentuk

maxillaris. Sinus ini terus berkembang hingga ukuran dewasa. Perkembangan seterusnya

kearah processus alveolaris.

6. Pertumbuhan Dan Perkembangan Tulang Rahang Bawah

Page 12: Anatomi Oral dan kelainannya

Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari brachial Arch I dibawah atau mandibula

arch dan disebut pula Processus Mandibularis. Mula mula dibentuk tulang rawan Meckel

ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N. Mandibularis

dibentuk mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel kemudian bercabang menjadi N.

Alveolaris inferior kearah anterior dan bercabang lagi menjadi N. Mentalis dan N.

Incisivus. Di tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami

ossifikasi (minggu ke-7) pusat ossifikasinya sekitar for. Mentale. Kemudian pertumbuhan

dan perkembangan posterior membentuk rumus mandibulae hingga terbentuk mandibula

hingga terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckel menghilang.

7. Pertumbuhan Dan Perkembangan LidahPertumbuhan dan perkembangan lidah dimulai dari akhir minggu ke-4. Mula-mula

dibentuk sebuah tonjolan didasar pharynx, anterior foramen caecum disebut Tuberculum

Impar. Kemudian dibentuk pula 2 tonjolan didaerah lateral dari Tuberculum Impar disebut

tonjolan lateral lidah. Ketiga tonjolan tersebut berasal dari Brachial Arch. Kemudian

tonjolan lateral berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan garis fusi pada :

Sulcus lingualis media (luar)

Sulcus lingual (dalam)

8. Pertumbuhan Dan Perkembangan Papila Dan Taste Buds Pada LidahMula-mula dibentuk papila filliformis tanpa ada induksi syaraf sehingga tidak ada taste

buds. Saat umur 54 hari dibentuk Papilla Circum Vallatae, lalu Papilla Foliatae

Fungiformis yang diinduksi oleh Corda Tympani (N.VII). ketiganya tersebut terdapat taste

buds.

9. Pertumbuhan Dan Perkembangan GigiGigi memiliki tiga periode pertumbuhan yaitu :

1. Periode Proliferasi

Pertumbuhan gigi mulai bulan keenam dari kehidupan embrio ( 11 mm embrio )

dengan bentukan tonjolan gigi primordial. Diferensiasi pertumbuhan gigi berkembang

dari ectoderm dan mesoderm.

Pembentukan gigi diawali dari pembentukan enamel, kemudian berdiferensiasi menjadi

dentin, pulpa, sementum, dan ligament periodontal.

Tonjolan gigi berasal dari invaginasi proliferatif dari ectoderm epitel mulut dan diikuti

difernsiasi dari mesenkial mesoderm berdekatan. Epitel mulut berdiferensiasi menjadi

Page 13: Anatomi Oral dan kelainannya

enamel yang memproduksi ameloklast dan dentin yang memproduksi odontoblast yang

muncul dari mesoderm.

Pulpa gigi terdiri dari jaringan ikat mesoderm, pembuluh darah dan saraf yang

berkembang secara sentral dalam cangkang luar gigi yang membentuk dentin dan

enamel. Invaginasi Tonjolan gigi berpisah dari tonjolan epitel mulut dan terus

berkembang secara bertahap dan diikuti pembentukan tulang maxilla, mandibula, gigi

seri, gigi taring.

Gigi susu terbentuk sampai umur 3 – 4 bulan (fetus), sedangkan untuk gigi tetap, gigi

belakang ( premolar dan molar ) sampai dengan stadium III kehamilan, sedangkan

untuk gigi incicivus lateralis sampai dengan stadium II kehamilan.

2. Periode kalsifikasi

Kalsifikasi jaringan email dan dentin merupakan aposisi, mulai 4 bulan intrauterine

sampai dengan usia 3 tahun setelah lahir untuk gigi susu, sedang untuk gigi tetap antara

lain :

Gigi I1 mulai 4 bulan intrauterine sampai dengan usia 1,5 tahun setelah lahir.

  Gigi I2 mulai 6 bulan intrauterine sampai dengan usia 2 atau 3 tahun, begitu

pula untuk gigi M1 atas dan gigi M2 bawah. Untuk gigi M2 atas dan bawah

sampai dengan usia 3 tahun. Sedangkan untuk gigi caninus atas dan bawah

sampai dengan usia 3,5 tahun.

3. Periode erupsi

Periode erupsi ini sangat bervariasi, tergantung dari beberapa factor antara lain :

Pertumbuhan memanjang dari gigi.

Multiplikasi dari jaringan pulpa.

Deposisi dari jaringan baru jaringan cement.

Pertumbuhan jaringan tulang rawan.

Page 14: Anatomi Oral dan kelainannya

C. Kelainan – Kelainan

1. Kelainan pada uvulaa. Ketidakcukupan velopharyngeal

Istilah ‘penutupan velopharyngeal’ mengacu pada penutupan saluran udara hidung yang

melibatkan kontraksi dinding belakang rongga mulut dan ketinggian langit-langit lunak.

Penutupan velopharyngeal adalah penting untuk produksi konsonan tekanan oral.

Mekanisme ini bisa mendapatkan penutupan terpengaruh karena cacat anatomis atau

struktural seperti langit-langit lunak pendek, bibir sumbing, atau langit-langit sumbing

submukosa. Jika uvula dan langit-langit lunak tidak menutup dengan benar ke bagian

belakang tenggorokan, udara tambahan lolos ke rongga hidung, sehingga menyebabkan

pidato hidung. Dalam keadaan seperti itu, individu yang terkena mungkin tidak bisa

mengucapkan konsonan tertentu dengan benar.

b. Nasal Regurgitasi

Ketika Anda menelan makanan, levator dan tensor veli palatini otot meninggikan langit-

langit uvula dan lembut untuk menutup nasofaring. Hal ini untuk mencegah masuknya

makanan ke dalam rongga hidung. Jika mekanisme ini penutupan tidak bekerja,

makanan bisa masuk ke rongga hidung. Regurgitasi makanan melalui hidung mungkin

terjadi pada orang yang terkena insufisiensi velopharyngeal parah.

c. Uvula Infeksi

Uvulitis, yang mengacu pada peradangan uvula, bisa terjadi karena infeksi yang

disebabkan oleh bakteri, virus, dll Uvulitis ditandai dengan pembengkakan selaput

lendir di sekitar anak lidah, yang pada gilirannya dapat menyebabkan anak lidah

menjadi tiga sampai lima kali nya ukuran normal. Uvula bengkak juga bisa

menimbulkan sensasi tersedak menyentuh tenggorokan atau lidah.

d. Dengkur

Hal ini diyakini bahwa aliran udara yang tidak teratur akibat uvula memanjang dapat

menyebabkan jaringan di tenggorokan bergetar, yang pada gilirannya dapat

menimbulkan mendengkur keras atau berat bernapas selama tidur. Napas juga bisa

menjadi diblokir ketika otot-otot tenggorokan atau lidah menjadi rileks, dan langit-

langit lunak dan lidah runtuhnya di dinding belakang saluran udara bagian atas. Hal ini

dapat mencegah udara memasuki paru-paru, sehingga menyebabkan apnea tidur

obstruktif. Obstructive sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan

Page 15: Anatomi Oral dan kelainannya

gangguan dalam tidur karena penghentian sebagian atau seluruh aliran udara karena

penyumbatan jalan napas. Episode tersebut dapat berlangsung selama beberapa detik

untuk menit.

Fungsi uvula termasuk penciptaan suara parau, dan menutup nasofaring untuk

mencegah makanan dari memasuki rongga hidung saat menelan. Namun, uvula bekerja

sama dengan langit-langit lunak untuk melakukan fungsi tersebut. Meskipun

penghapusan uvula tidak dianjurkan dalam kasus infeksi, uvulopalatopharyngoplasty

(operasi pengangkatan uvula dan jaringan di tenggorokan) mungkin disarankan dalam

kasus orang yang terkena mendengkur keras atau apnea tidur obstruktif.

2. Labioskizis dan LabiopalatoskizisLabioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya

celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil

pada bahagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi

bibir memanjang dari bibir ke hidung.

Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2

sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik.

Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau

sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di

mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.

Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1000

kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada

ibu hamil trimester pertama.

Labioskizis/labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping

muka serta langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.

Klasifikasi

Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa

mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus

dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur

yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.

1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di

belahan foramen insisivum.

2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior

terhadap foramen.

Page 16: Anatomi Oral dan kelainannya

3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan

palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.

4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh

dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.

Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga hingga yang

berat. Beberapa jenis bibir sumbing

yang diketahui :

1)      Unilateral Incomplete. Jika celah

sumbing terjadi hanya disalah satu sisi

bibir dan memanjang hingga ke

hidung.

2)      Unilateral Complete. Jika celah

sumbing yang terjadi hanya disalah

satu sisi sisi bibir dan memanjang

hingga ke hidung.

3)      Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memnajang

hingga ke hidung.

Etiologi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. Faktor tersebut

antara lain, yaitu :

1. Faktor genetik atau keturunan

Dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi

karena mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal

mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromsom 1

s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis

kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana

ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom

pada setiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir

sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, dan

ginjal. Namun kelianan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000

bayi yang lahir.

Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6. Vitamin C pada waktu hamil,

kekurangan asam folat.

Page 17: Anatomi Oral dan kelainannya

Radiasi.

Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella

dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.

Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat

toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.

Multifaktoral dan mutasi genetik.

Diplasia ektodermal.

Patofisiologi

Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan

frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa

krisi fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,

palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum

dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.

Cacat terbentuk pada trimester pertama kahemilan, prosesnya karena tidak terbentuknya

mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis

dan maksilaris) pecah kembali.

Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominan

nasalis dan maksilaris dengan prominan nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir,

rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi

palatum durum serta paltum molle terjadi sekitar kehamilan ke- 7 sampai 12 minggu.

Tanda dan gejala

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :

1. Terjadi pemisahan langit-langut

2. Terjadi pemisahan bibir

3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit

4. Infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah

5. Pada bayi tidak terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu

dari hidung

3. Ankyloglossia

Ankyloglossia merupakan kelainan anatomi yang membuat lidah menjadi terganggu

fungsinya sehingga sering disebut sebagai tongue-tie (TT). Setiap orang memiliki frenulum

lingualis yang terletak di bawah lidah. Frenulum ini merupakan membrana mukosa yang

Page 18: Anatomi Oral dan kelainannya

menghubungkan antara lidah dengan lantai dasar rongga mulut. Frenulum ini merupakan

sisa jaringan embrionik yang biasanya mengalami resesi mengecil di akhir trimester 1

kehamilan.

Tongue tie dibagi menjadi 2:

Tongue Tie Anterior

Tongue tie anterior merupakan kondisi dimana frenulum lingualis terlihat jelas terletak di

dekat atau tepat di ujung lidah. Lidah bayi berbentuk seperti takik, mudah terlihat sehingga

mudah didiagnosis dan bisa mengganggu bicara.

Tongue Tie Posterior

Tongue tie posterior ini lebih sulit dikenali, karena sulit terlihat dan butuh dipalpasi. Pada

pemeriksaan teraba jaringan frenulum yang pendek, tebal dan sangat fibrosa pada dasar

lidah di lantai mulut sehingga lidah sulit terangkat ke atas.

Sumber gambar: Tongue tie and frenotomy In The Breastfeeding Newborn, Isabella Knox,

MD, EdM. NeoReviews Vol. 11 No.9 November 2010 .

Tongue tie posterior dengan frenulum lingualis terbenam di jaringan submukosa ini sangat

jahat membuat bayi sulit menyusu. Tidak tampak adanya jaringan frenulum lingualis.

Page 19: Anatomi Oral dan kelainannya

Tipe tongue tie menggunakan klasifikasi Kotlow

(2011) berdasarkan jarak antara ujung lidah

dengan perlekatan frenulum:

Tipe I     : Mild ankyloglossia (12 – 16 mm)

Tipe II   : Moderate (8 – 11 mm)

Tipe III : Severe (3 – 7 mm)

Tipe IV  : Complete (kurang dari 3 mm)

Pemeriksaan fisik:

Lihat kondisi mulut saat bayi membuka mulutnya secara lebar dan sempit, apakah

lidah bisa terlihat dan bagaimana posisinya dari gusi.

Amati ketika lidah terangkat, apakah membentuk “U”, “V” dan apakah ada takik di

ujung lidah.

Amati apakah tampak adanya groove di tengah lidah saat menangis.

Tampak adanya blister di bibir bayi akibat bibir kurang bisa terputar keluar.

Lakukan palpasi: ukur jarak maksimal ujung tengah lidah diatas mandibula saat

lidah terangkat, nilai dinamika gerakan lidah, groove yang hilang – timbul,

seberapa jauh lidah menjulur (normalnya > 1 cm dari bibir bawah), nilai derajat

gigitan bayi.

Evaluasi hisapan bayi:

Normalnya bayi akan menghisap dengan gerakan yang mengalir halus dan kedua sisi lidah

mampu melingkupi jari pemeriksa. Bayi dengan tongue tie biasanya sering menggigit,

sering tersedak, sering terasa sentuhan gusi bagian bawah, kurang kuat menghisap.

Evaluasi transfer ASI:

Bayi dengan tongue tie sering hanya menggigit saat melekat, sering tertidur saat menyusu,

sering jeda istirahat antar-hisapan, pipi kempot, sering mengunyah, genggaman tangan

dekat wajahnya, sering melepas payudara saat menyusu.

Saat menyusu sering terdengar bunyi “cup cup cup”, tersedak, menyedot udara akibat sekat

bibir tidak bisa rapat. Sedotan udara ini menyebabkan aerofagia sehingga bayi “kembung”

dan kolik. Tampak ASI sering bocor keluar dari sisi bibir atau hidung. Bayi menyusu lama.

Page 20: Anatomi Oral dan kelainannya

Hisapan aktif bayi yang baik harusnya ritmis dan gerakannya terlihat “berjalan” diantara

irama gerakan otot serta kerangka wajah. Alis dan pundak tampak rileks, tubuh perlahan

rileks dengan genggaman tangan terbuka dengan rileks.

Tongue tie sering juga disertai dengan kelainan frenulum labialis superior yang

menyebabkan gangguan gerakan bibir atas sehingga bibir bayi kurang bisa terlipat keluar

(ndower) saat melekat di payudara. Klasifikasi lip tie menurut Kotlow (2011):

Kelas I    : terlihat perlekatan minimal

Kelas II  : perlekatan di jaringan gusi

Kelas III : perlekatan masuk hingga papilla anterior

Kelas IV : perlekatan pada palatum durum atau area papilla

Page 21: Anatomi Oral dan kelainannya

DAFTAR PUSTAKA

T.W Sadler. 1997. Embriologi Kedokteran Lagman. Jakarta : EGC

Ivar A. Mjor. 1990. Embriologi dan Histologi Rongga Mulut. Jakarta : Widya Medika

Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba

Medika.