anatomi endokrin
TRANSCRIPT
SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE
CHAPTER ONE
MODUL 1
PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINE
( Assesment of The endokrine system)
Oleh :
SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
1
PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINEOleh : Simon Sani Kleden, Skep, NS
Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini mahasiswa seharusnya mampu untuk :
1. Menggambarkan lokasi dari berbagai kelenjar endokrine dalam tubuh dan
mekanisme pengontrolan produksi dan pengeluaran hormon dari kelenjar
endokrine
2. Menggambarkan fungsi dari hormon yang dikeluarkan oleh : Kelenjar pituitary,
thyroid, parathyroid,, cortex adrenal, medula adrenal dan endokrine pankreas.
3. Mengidentifikasikan perubahan fisiologis yang terjadi dalam sistim endokrine
dan proses penuaan.
4. Mengidentifikasikan data subyektif dan obyektif yang seharusnya dikumpulkan
pada klien dengan masalah kesehatan yang aktual maupun potensial pada
sisitim endokrine.
5. Menggambarkan uji diagnostik yang sering dilakukan pada klien dengan
masalah dysfungsi sistim endokrine dan menjelaskan arti dari hasil pemeriksaan
tersebut.
Pendahuluan
Semakin komplesnya tubuh manusia, khususnya cel dan jaringan membutuhkan
suatu sistim comunikasi internal yang baik sehingga fungsi dari masing – masing
bagian tubuh dapat dipertahankan sebagai satu kesatuan unit yang bertanggungjawab
terhadap fungsi tubuh secara keseluruhan. Dua systim yaitu sistim syaraf dan
endokrine mempunyai fungsi yang bersamaan dalam mengatur respon tubuh terhadap
perubahan lingkungan.
Sistim endokrine terdiri dari : Kelenjar pituitary anterior dan posterior, thyroid,
parathyroid, cortex adrenal, medula adrenal, gonad, pineal body dan thymus. Disamping
itu ada juga sel – sel spesifik endokrine pada saluran pencernaan. Hormon yang
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
2
dikeluarkan oleh kelenjar endokrine mempunyai fungsi yang amat penting dalam
kehidupan organisme yaitu : Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,
diferensiasi, reproduksi, adaptasi, proses penuaan dan lain – lain.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Lokasi dari kelenjar endokrin dan fungsi dari hormon yang dihasilkan
Gambar 1.3 System Endokrine (Tuker SM et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 1001)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
3
PituitaryPineal
Thyroid dan Parathyroid
Thymus
Adrenal
Islets of Langerhans
Ovari
Testis
Gambar 1.4 Pembelahan sagital dari otak (Barbara C long, 1993 : p = 1001)
Gambar 1.4 Hubungan hipothalamik pituitari Barbara C long, 1993 : p = 1002)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
4
Thalamus
Thalamik mass
Pineal Body
CerebelumComisura Anterior
Inti Hipothalamus
Optik Chiasma
Pituitary Stalk
Pituitary Gland
Pituitari posterior
Arteri hipofise inferiorVena Efferent
Pituitari anterior
Cappilary
Arteri hipofise superior
Optik Chiasma
Supraoptik Nukleus
Nukleus praventrikuler
1.1Hipothalamus
Adalah bagian dari diencephalon yang membentuk lantai dan merupakan
bagian lateral dari ventikel ketiga. Secara anatomis hipothalamus mencakup optik
kiasma, korpora mamilari, tuber sinerium, infundibulum dan hipofisis. Terdiri dari sel
–sel saraf yang berkelompok membentuk nuklei. Hipothalamus menempati bagian
bawah dinding lateral dibawah ventikel ketiga. Bagian depan berbatasan dengan
optik chiasma , bawah dengan pituitary salk, bagian belakang dengan sulcus dan
thalamus lie sedangkan bagian samping dengan internal capsule, subthalamic lie.
Walaupun merupakan are yang sangat kecil pada otak, namun hipothalamus selalu
menerima input baik secara langsung dan tidak langsung dari beberapa bagian
otak.
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI
Hipothalamus
Releasing hormon-
hormon (banyak)
Inhibisi Hormon-hormon
(banyak)
Menstimulasi
pituitary anterior
melepaskan hormon-
hormon.
Menghambat/batasi
pituitary anterior sekresi
hormon.
1.2 Kelenjar pituitari.
Berukuran 1 cm dan berat 500 mg, terletak didalan sela tursica dari fosa cranial.
Secara fungsional kelenjar pituitary dibagi menjadi 2 yaitu : Adenohypofise (Pituitary
anterior) dan Neurohipofise (Pituitary posterior) Perbedaannya : Adeno = kelenjar,
sedangkan neuro = saraf. Adenohyphofise strukturnya dari kelenjar endokrin,
sedangkan neurohyphyse mempunyai struktur seperti jaringan saraf.
a. Pituitari Anterior ( AdenoHypofise)
Kelenjar pituitary anterior mengontrol seluruhnya fungsi dan struktur kelenjar al :
Tyroid, kortex adrenal, follikel ovarium dan karpus luteum yang kadang-kadang
disebut sebagai kelenjar utama (master gland)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
5
Thyroid stimulating hormon (TSH) bekerja pada kelenjar thyroid yang
menstimulus kelompok tyroid untuk menaikan sekresi hormon tyroid.
Hormon adrenocortisotropic (ACTH) bekerja pada kortex adrenal yang
menstimulus kortex adrenal untuk menaikan ukuran dan mensekresi jumlah
besar hormonnya, khususnya sejumlah besar kortisol (hydrokortisol)
Follicle stimulating hormon (FSH) yang menstimulus folikel ovarium pimer untuk
mulai tumbuh dan menghasilkan estrogen dan tubulus seminiferus membentuk
sperma.
Luteinizing hormon (LH), bekerja bersama-sama FSH dalam beberapa fungsi
yaitu Menstimulasi folikel dan ovum untuk jari matur yang komlet
1) Menstimulasi sel-sel folikel untuk mensekresi estrogen dan menyebabkan
ovulasi (robeknya folikel matur dan keluarnya ovum yang sudah matang)
Karena fungsi ini LH kadang disebut sebagai hormon ovulasi.
2) LH menstimulasi pembentukan “golden body” (tubuh mas) menjadi corpus
luteum, dalam robeknya folikel. Proses ini disebut Luteinizasi
Fungsi ini menyebabkan LH disebut hormon Luteinizing. Pada pria, kelenjar
pituitary juga mensekresi LH yang secara formal disebuyt Interstial Cell
Stimulating Hormon (ICSH), karena hormon ini menstimulasi sel-sel dalam testis
untuk berkembang dan mensekresi testoteron yang merupakan hormon sex pria.
Melanocyte stimulating hormon (MSH) Menyebabkan cepat terjadi peningkatan
synthesis dan penghancuran pigmen melanin, granulasi pada sel-sel kulit
khusus.
Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior serta Fungsi dan
mekanismenya dapat Dilihat Pada tabel dibawah Ini.
Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Anterior ( adenohipofise)
Growth Hormon (GH) - Dikontrol oleh GHRH dan
GHIH - Sekresinya meningkat
setelah makan, dan setelah tidur lelap ( 1-2 jam)
- Rangsanga lain yang menyebabkan peningkat GH : Latihan, stres, agent kimia : Arginin, clonidine, TRH pada acromegaly, adrenergic antagonis, beta
Organ Target Seluruh tubuh- Meningkatkan pembelahan sel- Meningkatkan pertumbuhan sel,
tulang dan jaringan lunak- Meningkatkan glukosa darah
dengan menghasmbat pengambilan glukosa (Insulin antagonis)
- Meningkatkan sintesis protein- Meningkatkan volume cairan
extraceluler dan retensi elektrolit.- Meningkatkan lipolisis, kadar asam
lemak bebas dan pembentukan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
6
Prolactin (PRLH)
Thyroid Stimulating Homone (TSH)
Adrenocorticotropin hormon (ACTH)
Gonadotropin ;1) Folikel Stimulating
hormone (FSH)
2) Luteinizing Hormone
adrenergik antagonis, hypoglikemi.
- Sekresinya menurun pada hyperglikemia
Dikontrol oleh PRH dan PIH
Sekresinya meningkat beberapa jam selama tiidur.
Rangsangan lain yang menyebabkan peningkatan PRL : Menyusui, stresor, kimia : Estrogen, Clorpromazine : ,
Di kontol oleh ; TRH dan mekanisme negative feed back dari kadar T4
dalam plasma. Peningkatan T4
menurunkan TSH dan sebaliknya.
Dikontrol oleh CRH dan mekaniosme feed back negative dari kadar kortisol dalam darah.
Sekresinya meningkat pada jam 6 dan 8 malam mengikuti ritme circadian dan disebabkan oleh peningkatan CRH.
Stresor fisiologis dan psikologis seperti hypoglikemi, infeksi, nyeri dan kecemasan meningkatan ACTH.
Perubahan kadar cortisol mempengaruhi ACTH : Cotisol meningkat ACTH menurun dan sebaliknya.
Sekresinya dikontrol oleh GnRH
keton- Bekerja pada semua jaringan tubuh
untuk merangsang kerja somatomedin .
Organ target : Payudara, gonads Menstimulasi perkembangan
payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.
Mengatur fungsi reproduksi pada wanita dan pria.
Organ target : Kelenjat tiroid Dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan fungsi kelenjar tiroid , mengotrol semua fungsi kelenjar tiroid.
Organ Target : Kortex adrenal Dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan mempertahankan ukuran dari kortex adrenal
Mengotrol pengeluaran glukokorticoid (cortisol) dan androgen adrenal.
Berfungsi minimla dalam melepaskan aldosteron
P Menstimulasi perkembangan follikel-follikel ovarium dan sekresi estrogen.
L. Mentimulasi tubulus seminiferus testis untuk tubuh dan hasilkan sperma .
P Menstimulasi maturasi follikel ovarium dan ovum.
Menstimulasi sekresi estogen, memicu ovolusi.
Menstimulasi perkembangan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
7
korpiluteum (Luteini zation) L. Menstimulasi sel-sel interstisia testis
untuk sekresi testoteron
b. Pituytari Posterior
Yang melepaskan 2 hormon, yaitu :
1) Anti diuretic hormon (ADG)
ADH mengreabsorbsi air dari urine dalam tubulus ginjal ke dalam darah. Air
yang sisa dalam tubulus berkurang maka hanya sedikit urin yang keluar dari
tubuh.
Nama ADH sesuai dengan fungsinya, anti=lawan, duiretik=peningkatan
volume urin. Dengan kata lain, ADH merupakan penurunan volume urin.
Hyposekresi ADH dihasilkan pada diabetes inspidus yaitu suatu kondisi
dimana terbentuk sejumlah besar urin. Pada keadaan ini dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan masalah serius, diobati dengan
injeksi atau nasal sparay ADH.
2) Oksitosin
Dihasilkan pada wanita sebelum dan sesudah ia mempunyai bayi. Oksitoksin
menstimulasi konstraksi otot uterus wanita hamil dan diyakini berinisiatif dan
pertahanan persalinan. Oxitosin berfungsi penting dalam kelahiran bayi,
yang menyebabkan sel-sel glandula payudara melepas ASI kedalam
duktus/saluran yang lalu diisap oleh bayi.
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Posterior Antidiuretic Hormon (ADH,
Vasopresine)Stimulators Rangsangan
utama ; meningkatnya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.
Hipotensi moderat melalui baroreseptor
Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah
Kimia ; nikotine, morphine, agent cholinergik
Inhibitord
ORGAN TARGET : Ginjal Pengatur utama osmolaritas
dan volume cairan tubuh Meningkatkan permeabilitas
ductus colectikus ginjal sehingga emnyebabkan peningkatan reabsorbsi air.
Merangsang intake cairan melalui mekanisme haus.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
8
Oksitosin
Rangsangan utama ; menurunya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.
Peningkatan volume dan tekanan darah moderat melalui baroreseptor
Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah
Kimia ; Alkohol
Stimulators Menyusui
melalui conduksi refleks neurologis dari serat afferent pada puting susu ke hypothalamus
Contraksi Uterus
Inhibitors Rangsang
an alfa adrenergik
ORGAN TARGET ; PAYUDARA DAN UTERUS
Menstimulasi perkembangan payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.
Meningkatkan kontraksi uterus pada proses persalinan.
1.3 Kelenjar pineal
Bentuknya kecil seperti peniti dekat ujung bawah ventrikel III dari otak. Kelenjar
pineal memproduksi sejumlah hormon dalam jumlah kecil dan yang paling penting
adalah melatonin. Melatonin merupakan hormon tropic inhibisi yang berefek pada
ovarium. Kelenjar ini juga terlibat dalam pubertas dan siklus menstruasi pada wanita.
Karena kelenjar perineal menerima dan berespon pada informasi – informasi sensori
dari saraf optic dan kadang-kadang disebut mata ketiga. Kelenjar pineal
menggunakan informasi mengenai perubahan tingkat cahaya dan berespon untuk
mengeluarkan atau menahan keluarnya melatonin.
Kadar melatonin meningkat selama malam dam menurun pada siang hari. Siklus
ini bervariasi sebagai pengatur waktu internal tubuh
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
9
1.4Kelenjar thyroid
Gambar 1.5 Leher dan Kelenjar Thyroid Barbara C long, 1993 : p = 1005)
Kelenjar thiroid terletak didepan leher tepat dibawah crikoid cartilago. Terdiri dari dua
lobus yang dihubungkan langsung oleh itshmus yang merupakan bagian atas dari
trachea. Beratnya kira- kira 20 mg. Kelenjar tyroid menyimpan sejumlah hormon tyroid
dalam bentuk koloid. Pecahan koloid disimpan dalam folikel-folikel kelenjar dan bila
hormon thyroid diperlukan, akan dilepas dan disekresi ke darah.
Terdiri dari 2 tipe sel yang menghasilkan hormon yang berbeda yaitu :
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
10
Thyroid cartilage
Cricoid Cartilage
LobusIsthmus
Kelenjar Thyroid
Tulang Hyoid
Otot Sternoclobomastoideus
Trachea
Clavicula
Trachea
1) Follicular sel bertanggungjawab terhadap produksi hormon thyroxine ( T4 )
dan triiodothyronine ( T3 ) . Satu molekul T4 berisiskan 4 atom iodine dan 1
molekul T3 yang diperkirakan berisikan 3 atom iodine. T4 perlu diproduksi
dalam jumlah adekuat, diit harus berisikan iodine yodium dalam jumlah yang
cukup. T3 dan T4 mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, menyebabkan
cepat dilepaskannya energi dari makanan
2) Parafolliculer sel (C – cells) mensintesis dan mengeluarkan hormon
calsitonin. “C” sel Calcitonin berfungsi dalam mempertahankan
keseimbangan calcium. Sekresinya meningkat sebagai respon tehadap
peningkatan konsentrasi calcium dalam cairan interstisiil. Calcitonin
meningkatkan sekresi calcium oleh ginjal dan dengan cara demikian
menurunkan konsentrasi calcium dalam cairam ekstrasel.
Hormon – hormon yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid
KELENJAR /
HORMON
PENGATURAN FUNGSI
Thyros
ine (T4)
dan
Triiodithyro
nine (T3)
Kadar T3 dan T4
dikontrol oleh TSH
Kehamilan, peningkatan
steroid, demam akan
meningkatkan kadar T3 dan
T4..
Dopamin, GHIH
menurunkan kadar T3 dan T4
Mengatur katabolisme protein, lemak dan
karbohidrat dalam semua sel.
Mengatur metabolik rate pada semua sel
Mengatur produksi panas tubuh
Bertindak sebagai insulin antagonis.
Mempertahankan sekresi horomon
pertumbuhan dan maturasi tulang
Mempengaruhi perkekmbangan CNS
Dibutuhkan untuk tonus dan kekuatan otot.
Mempertahankan kontraksi jantung,
kekuatan kontraksi dan cardiac output
Mempertahankan sekresi pada saluran
gastrointestinal
Mempengaruhi pola napas dan penggunaan
oksigen
Mempertahankan mobilisasi kalsium
Mempengaruhi produksi sel darah merah
Merangsang perpindahan lemak,
mengeluarkan asam lemak bebas dan syntesis
colesterol
Mengatur aktivitas sistim saraf pusat
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
11
Calsitonin
Rangsangan
utama produksi calsitoonin
adalah tingginya serum
kalsium
Rangsangan
lain : Gastrin, calsium
dalam makanan.
Menurunkan absorbsi calsium dan
phospor pada saluran gastrointestinal.
Menurunkan kadar serum phospat
1.5 Kelenjar parathyroid
Merupakan suatu kelenjar yang kecil, biasanya ada 4 yang terdapat dibelakang
kelenjar tyroid. Kelenjar ini mensekresi hormon parathyroid ( PTH ) yang
meningkatkan konsentrasi kalsium yang direabsorbsi dari tulang. Hormon ini
menstimulus reabsorbsi tulang atau osteoclabts, dengan meningkatkan pemecahan
tulang pada matriks keras, suatu proses pelepasan kalsium yang disimpan di matriks.
Kalsium dilepaskan lalu bergerak dari tulang ke darah dan menyebabkan
peningkatan konsentrasi kalsium darah. Paratiroid mengatur metabolisme calsium
dan pospat tubuh. Organ tagetnya adalah tulang, ginjal dan duodenum. Terhadap
tulang PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di
tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vit D dengan Vit D yang aktif akan terjadi
peningkatan absorpsi kalsium dan pospat dari intestinal meningkatkan reabsorbsi Ca
dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran pospat, HCO3 dan Na.
( - )
(+)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
12
Kadar Calsium
Kelenjar Parathyroid
PTH
Gastrointestinal Ginjal Tulang
Dengan Aktivasi Vitamin D Aktivasi Vitamin D
Mengkonversi osteogenis osteocytes Menjadi osteolitik osteocyte
Menurunnya jumlah osteoblast
Meningkatkan absorbsi C++ dan
Phospor
ekskresi C++ dan hidrogen
Meningkatkan ekskresi phospor, natrium dan Bicarbonat Pembentukan tulang
Kerusakan tulang
Hormon paratyroid ini penting untuk kehidupan dan kematian sebab sel –sel kita sangat
sensitif terhadap perubahan julmlah kalsium darah, sel –sel tidak dapat berfungsi normal
dengan kalsium yang tinggi atau rendah.
Kalsium darah yang tinggi sel-sel otak dan jantung segera tidak berfungsi secara
normal yang menyebabkan seseorang terganggu mentalnya serta jantung
terhenti.
Bila Kadr kalsium rendah dalam darah, sel-sel darah jadi over raktif kadang –
kadang menyerang otot dengan impuls sehingga menyebabkan otot menjadi
spasme .
1.6 KELENJAR THYMUS
Berlokasi di mediastinum . Seperti kelenjar adrenal tymus punya korteks dan
medula. Dua bagian ini berisikan lympocit yang luas ( sel darah putih / WBC )
seperti bagian dari sistem imun tubuh. Fungsi endokrin pada tymus tidak hanya
penting tapi esential. Struktur kecil ini ( beratnya kurang lebih 1 gram ) berperan
sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi-infeksi ( mekanisme imunitas
vital ).
Hormon thymosin terisolasi dalam jaringan tymus dan bertanggung jawab untuk
aktifitas-aktifitas endokrin. Thimosin adalah sekelompok dari beberapa hormon yang
bersama-sama berperan penting dalam perkembangan dalam fungsi sistem immun
tubuh.
Supresi dari sistem immun kadang-kadang terjadi penyakit menetap dan pada
pasien yang mendapatkan kemotherapmassive atau mediotherapi untuk
pengobatan kanker. Thymosin terbentuk bermanfaat sebagai aktivitor pada sistem
immun pada pasien-pasien demikian.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
13
Peningkatan serum Calcium
Pelepasan garan Calcium dari tulang
1.7 KELENJAR ADRENAL
Dari permukaan kelenjar adrenal, nampak hanya satu organ, tetapi sebenarnya
dipisahkan atas 2 kelenjar endokrin : Kortex adrenal dan medulla adrenal. Ini adalah
2 kelenjar dalam satu struktur.
Kortex adrenal : Bagian luar dari kelenjar adrenal
Medulla adrenal : bagian dalam dari kelenjar adrenal
hormon-hormon kortex berbeda nama dan kerja dari kelenjar hormon-hormon
medula adrenal.
1) Kortex adrenalin
Terdiri dari 3 lapisan sel yang membedakan daerah -daerah kortex adrenalin
mulai dari lapisan langsung di bawah kapsul kelenjar sampai di pusatnya yaitu :
Zona Glomerulosa
Memproduksi hormon mineralcorticoid (aldosteron)
Zona Fasciculata
Memproduksi hormon glukokortikoid (cortisol)
Zona Reticularis
Memproduksi hormon androgen
Hormon Yang Dihasilkan Oleh Kortex Adrenal
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI
Mineralcortikoid
(Aldosteron)
Dikontrol oleh
CRH / ACTH
Stresor
fisiologis dan
psikologis seperti ;
Hypoglikemia,
hipoksia, nyeri
infeksi dan trauma
menyebabkan
peningkatan
cortisol.
Mempertahankan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan glukoneogenesis dan
menurunkan penggunaan glukosa oleh sel.
Meningkatkan katabolisme protein
Meningkatkan lipolisis
Antiinflamatory
Memecahkan colagen
Menurunkan partisipasi limphosit T dalam
imunitas seluler dengan menurunkan kadar
limphocyte dalam darah
Menigkatkan neutrofil dengan cara
meningkatkan pengeluaran dan mengurangi
kerusakan
Menurunkan pelepasan antibody baru
Menurunkan eusinofil, basofil dan monocyte
Menurunkan pembentukan antibody baru
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
14
Meningkatkan produksi asam lambung dan
pepsin
Meningkatkan retensi natrium dan air
Mempertahankan stabilitas emosi
Menurunkan pembentukan scar pada
jaringan
Meningkatkan pembentukan RBC
Glukokortikoid Cortisol
Dikontorl melalui
mekanisme renin –
angiotensi
Mempertahankan natrium dan air
Meningkatkan reabsorbsi natrium di
tubulus distal
Meningkatkan pengeluaran kalium
dan hidrogen di tubulus distal
Androgen Dikontrol oleh
CRH / ACTH
Pada wanita mempengaruhi
karakteristik seks sekunder
Pada laki – laki bekerja seperti
hormonm steroid gonad
2) Medula adrenal
10 % dari kelenjar adrenal adalah medula adrenal. Kelenjar ini mensekresi
hormon epinephrin (adrenalin) dan nonepineprine (Noradrenalin). Dalam
keadaan normal, kelenjar adrenal mengsekresi 85 % epinephrine dan 15 %
norepinephrine. Kedua hormon ini mempunyai efek yang berbeda pada tubuh
karena berbeda reseptor pada organ target. Reseptor diklasifikasikan sebagai
alfa adrenergik ( adrenergik) dan beta ( adrenergik). reseptor dibagi
menjadi 1 reseptor dan 2 reseptor . Lokasi utama daeri 1 reseptor adalah di
jantung dan 2 reseptor dibagian lain dalam tubuh. Reseptor juga dibagi
menjadi 1 yang terdapat pada organ target dan mensekresi hormon sedangkan
2 reseptor terdpat pada presinaptik dan apabila dirangsang menghambat
pengeluaran cathecolamine. .
1.8 PANKREAS ( PANCREATIC ISKELS = PULAU-PULAU PANKREAS )
Pulau-pulau pankreas atau pulau – pulau langerhans hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Kelenjar ini menyerupai sekumpulan sel-sel seperti pulau-pulau dilaut
sepanjang sel - sel pankreas, yang mensekresi joundice pankreas untuk
pencernaan. Terdapat 4 jenis sel yang menghasilkan hormon yang berbeda. Dari 4
jenis sel ini, ada 2 jenis sel yang terpenting yaitu : Sel Alpha dan beta.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
15
1) Sel Alpha : mensekresi hormon glukogen
Glikogen bekerja dalam proses glykogenolisis liver yaitu suatu proses yang mana
menyimpan glukosa di sel-sel hati membentuk glikogen, diubah ke glukosa
kembali. Glukosa ini kemudian meninggalkan sel-sel hati dan masuk kedalam
darah. Glukagon akhirnya meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
2) Sela Betha : mensekresi hormon insulin
Hormon Insulin mempunyai fungasi terpenting yaitu menyebabkan glukosa dapat
dipakai oleh sel .
Kerja hormon Insulin dan glukoagon adalah antagonis . Dengan kata lain insulin
menernukan kadar glukosa darah dan hormon lain. Mis. Glukokortikoid, GH,
glukagon meningkatkan kadar glukosa darah.
Insulin menurunkan glukosa darah dengan bergerak keluar darah melewati
membran sel dan masuk ke sel-sel, sehingga laju metabolisme meningkat
terutama metabolisme glukosa darah dan meningkatkan metabolise glukosa.
Jika pulau – pulau pankreas mensekresi sejumlah insulin normal, sejumlah
glukosa masuk kedalam sel-sel dan sejumlah glukosa tinggi dalam darah.
Normal glukosa darah kira –kira 80 – 120 mg glukosa dalam tiap 100 ml air. Jika
insulin diproduksi terlalu banyak ( pada tumor pankreas ) banyak glukosa yang
masuk ke sel-sel dan glukosa darah menurun. Jika insulin diprodusi sedikit ,
seperti pda tipe I ( insuli dependent ) diabetes melitus, glukosa yang masuk ke
sel kurang maka darah naik kadang-kaang bisa tiga atau lebih dari jumlah
normal.
Banyak kasus tipe II ( insulin Independent ) diabetes melitus menghasilkan
abnormalnya reseptor insulin, mencegah efek-efek normal insulin pada sel-sel
target juga meningkatkan kadar glukosa darah.
Tes skremming unutk semua tipe diabetes melitus jarang ditemukan peningkatan
kadar glukosa darah pada kondisi ini. Tes – tes saat ini dibuat lebih mudah,
dengan teteskan darah subyek dengan peningkatan kadar glukosa darah
diperkirakan menderita penyakit Diabetes Melitus (DM ). Tes gula dalam urine
adalah prosedur lain yang biasa dilakukan. Pada DM kelebihan glukosa difilter
keluar darah oleh ginjal dan dibuang di urine, kondisi ini disebut Glycosuria.
Dua jenis sel yang lain yaitu
1) C cells – Somatostatin
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
16
2) F cells – Pancreatic polypetide
Polypeptida somatostatin dan pancreatic terutama bekerja sebagai hormon lokal,
mengatur kegiatan sel-sel pankreas lainnya. Somatostatin menghambat sel –sel
dengan mengeluarkan insulin dan glucagon. Sebaliknya polypeptida pancreas
menhambat sekresi exocrine pankreas.
1.9 Kelenjar seks Wanita
Kelenjar seks utama pada wanita adalah ovarium. Tiap-tiap ovarium berisikan 2
macam struktur kelenjar yang berbeda: volikel ovarium dan corpus luteum. Folikel
ovarium mensekresi estrogen, hormon femonim. Korpus luteim mensekresikan
progesteron tetapi juga sedikit estrogen.
1.10 Kelenjar Seks Pria
Sel-sel ditestis memproduksi sel sex pria yang disebut sperma. Sel-sel lain
ditestis ductus reproduksi pria dan kelenjar memperoduksi bahan-bahan cair
(Liquid ) dari cairan repsoduksi pria yang disebut semen. Sel-sel imterstinal
dalam testis mensekresi hormon seks pria yang disebut testoteron. Langsung
kedalam darah sel-sel testis ini adalah kelanjar andokrin pria, testosteron adalah
hormonmaskulin.
1.11 Placenta
Placenta berfungsi sebagai kelenjar endokrin sementara selama kehamilan, yang
memproduksi chronik gonadotropin disebut demikian karena termasuk hormon-
hormon tropik, disekresi oleh sel-sel dari chorion. Membran luas yang
mengelilingi bayi selam perkembangan dalam uterus.
Placenta ( chorionic Gonadotropin ) memproduksi estrogen dan progesteron.
Selama hamil ginjal mensekresi sejumlah besar chorionic gonadotropin dalam
urine. Keadaan ini sudah dinyatakan setengan abad yabg lalu dalam
mengembangkan tes kehamilan yang sudah familiar.
1.12 Struktur Endokrin Lain
Penelitian tetapi sistem endokrin menunjukan bahwa pada setiap orang dan
sisitem punya jaringan endokrin. Jaringan dalam ginjal, lambung, usus
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
17
( intestine ) dan organ –organ lain mensekresi hormon unutk mengatur macam-
macam fungsi penting manusia. Satu dari hormon ini adalah Atrial Natriuretic
Hormon ( ANH ). Di sekresi oleh sel-sel pada dinding atrium jantung. ANH
penting untuk mengatur homeostatis cairan dan lelektrolit. ANH antagaonis
terhadap aldosteron, yang menstimulasi ginjal untuk menahan ion- ion sodium
dan air, maka ANH menstimulus kekurangan ion sodium dan air.
PROSES ENDOKRINE SECARA UMUM (General endokrine processes )
Sistim endokrine berfugsi dalam tubuh melalui mekanisme produksi dan
pelepasan hormon. Hormon adalah : Substansi kimia yang dikeluarkan kedalam cairan
tubuh (Biasanya darah), oleh sekumpulan sel tertentu yang mengakibat perubahan
fisiologis pada tempat lain. Hormon terbagi atas dua yaitu : Hormon protein dan Hormon
Steroid. Perbedaan kedua hormon ini terletak pada cara mempengaruhi target sel-sel
organ.Hormon dapat dikirim dari jarak yang jauh (pitutari ke Ovarium) dan bisa juga
pada jarak yang sangat pendek (dari satu sel – ke sel yang lain dalam pankreas). Bila
hormon mempengaruhi sel yang bukan merupakan sel sasaranya disebut ; Fungsi
paracrine. Hormon hanya bisa bekerja pada jaringan / sel yang merupakan reseptornya.
Sel atau jaringan yang berespon terhadap partikel hormon disebut : target cell atau
target tissue.
1.2 Hormon dan Fungsinya
Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin
mempunyai lima fungsi utama :
1. Membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang
sedang berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduksi.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
18
5. Melakukan respon korektif adaptif ketika terjadi situasi darurat.
1.3 Klasifikasi
Dalam hal struktur lingkungannya hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut
dalam air atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk
polipeptida (misalnya : insulin, glukagon, hormon andrenokortikotropik (ACTH),
gastrin) dan katekolamin. (misalnya : dopamin, norepineprin, epinefrin).
Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya : estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misalnya : tiroksin)
1.4 Karakteristik
Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri.
Namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.
Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola yaitu :
1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Contohnya : Kortisol Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada
malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik dan turun sepanjang waktu tertentu
seperti bulanan.
Contohnya : Estrogen dapat menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal variabel.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat positif atau
negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam suatu lungkungan
optimal. Hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang
sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen
dan dan independen. Hormon secara constan di reaktivated oleh hepar atau
mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
Secara kimiawi, hormon dapat dibagi tiga yaitu :
1. Hormon steroid : hormon ini semuanya memiliki struktur kimia
berdasarkan pada inti steroid yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar
tipe ini berasal dari kolesterol itu sendiri. Berbagai hormon steroid yang berbeda
disekresi oleh :
- Korteks adrenal (kortisol dan aldosteron).
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
19
- Ovarium (estrogen dan progesteron)
- Testis (testosteron)
- Plasenta (estrogen dan progesteron)
2. Derivat asam amino tirosin.
Ada dua kelompok yang merupakan derivet asam amino tirosin. Kedua hormon
metabolik tiroid, (tiroksin dan triiodotironin, merupakan bantuk iodinasi dari
derivat tirosin).
Dua hormon utama yang berasal dari medra adrenal (epinefrin dan norepinefrin)
kedua-duanya merupakan katekolamin yang juga turunan dari tirosin.
3. Protein atau peptida.
Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan
molekul protein atau polipeptida besar : hormon hipofisis posterior, hormon
antidiuretik, dan oksitiksin merupakan peptida yang hanya mengandung delapan
asam amino.
Yang temasuk peptida besar antara lain : insulin glukogen dan parathormon.
1.5 Mekanisme Kerja Hormon
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
20
Kelenjar
Darah
Total Body
Produksi dan penyimpanan hormon, bertanggunjawab terhadap rangsangan spesifik
dan melepaskan hormon ke dalam darah
Transport hormon ke sel / orgat target, kadar hormon dalam darah mempengaruhi
mekanisme feed back
Berada di membran atau reseptor intraceluler , proses awal hormon bereaksi dengan reseptor
seluler
Efek biologis dan mekanisme feed back terhadap kelenjar
Sel / Organ Target
Berbagai hormon berfungsi untuk mengatur tingkat aktivitas jaringan sasarannya. Agar
dapat menjalankan fungsi ini, hormon mengubah reaksi kimia dalam sel, mengubah
permiable membran sel terhadap zat tertentu, dan mengaktifkan beberapa mekanisme
sel spesifik lain. Banyak hormon melaksanakan fungsinya ini melalui dua mekanisme
yang penting yaitu : (1) Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya
menimbulkan fungsi sel tertentu, atau (2) Pengaktifan gel sel yang menyebabkan
pembentukan protein intrasel yang memulai fungsi sel tertentu.
1. Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya menimbulkan fungsi sel
tertentu.
Banyak hormon menunjukan efeknya pada sel pertama kali dengan menyebabkan
dibentuknya zat 3,5 – adenosin monofosfat siklik (AMP Siklik) dalam sel. Setelah
dibentuk, AMP siklik menyebabkan efek hormon pada dalam sel. AMP siklik ini
bertindak sebagai mediator hormonal instrasel (Second messenger) . Sedangkan
hormon itu sendiri bertindak sebagai First Messenger.
Gambar 3 : Mekanisme AMP SIKLIK
Perhatikan Gambar diatas :
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
21
Hormon Perangsang
Membran sel
Res
epto
r
Adenil siklase
ATP
Mg++
3,5 AMP Siklik
Fosfodiesterase
5 - AMP
Respon Fisiologis- Aktivasi ensim- Ubah permeabilitas membrane
sel- Kontraksi dan relaksasi otot- Sistesis protein- Menyebabkan Sekresi
Melukiskan fungsi AMP siklis lebih mendalam. Hormon perangsang bekerja pada
membran sel sasaran, berikatan dengan reseptor spesifik untuk jenis hormon
tertentu. Kekhususan reseptor menentukan hormon yang akan mempengaruhi sel
sasaran. Setelah berkaitan dengan reseptor, gabungan hormon dan reseptor
mengaktifan enzim adenil siklase dalam membran, dan sebagian adenil siklase
yang berhubungan dengan sitoplasma segera menyebabkan perubahan ATP
sitoplasma menjadi AMP siklik. AMP siklik kemudian memulai sejumlah fungsi sel
sebelum ia sendiri di rusak – fungsi seperti mengaktifkan enzim – enzim dalam sel,
mengubah premabilitas sel, memulai sintesis protein spesifik intrasel, menyebakan
kontraksi dan relaksasi otot, memulai sekresi dan banyak efek lainnya. Jenis efek
yang akan terjadi di dalam sel di tentukan oleh sifat sel sendiriri. Jadi, sel tyroid di
rangsang oleh AMP siklik, untuk membentuk hormon tyroid, sedangkan sel korteks
adrenal mebentuk hormon – hormon korteks adrenal. Sebaliknya, AMP siklik
mempengaruhi sel – sel epeitel tubulus ginjal dengan meningkatkan
premeabilitasnya terhadap air.
Mekanisme AMP siklik diperlihatkan sebagai mediator hormonal intrasel sekurang
– kurangnya beberapa fungsi hormon – hormon berikut ( dan banyak lainya ) :
a. Adrenokortikortikotropin.
b. Hormon perangsang tyroid.
c. Hormon luteinisasi.
d. Hormon perangsan folikel.
e. Vasopresin.
f. Hormon paratyroid.
g. Glukagon.
h. Katekolamin.
i. Sekretin.
j. “ Releasing faktor” hipotalamus.
2. Kerja Hormon Steoid pada gen sel untuk menyebabkan sistesis protein
Cara kedua hormon – hormon – khususnya hormon steroid yang di sekresi oleh
korteks adrenal, ovarium, dan testis – bekerja adalah menyebabkan sintesis
protein pada sel sasaran ; bebrapa protein ini merupakan enzim – enzim yang
selanjutnya mengaktifkan fungsi – fungsi lain sel.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
22
Rangkaian peristiwa dalam fungsi steroid adalah sebagai berikut :
1. Hormon steroid sitoplasma sel, tempat ia berikatan dengan protein reseptor
spesifik.
2. Gabungan protein reseptor hormon kemudian berdifusi masuk atau di transport
masuk inti.
3. Gabungan ini kemudian mengaktifkan gen spesifik untuk membentuk
‘messenger RNA’.
4. ‘messenger RNA’difusi masuk ke sitoplasma tempat ia meningkatkan proses
translasi pada ribosom untuk membentuk protein baru.
Sebagai contoh, aldosteron, salah satu hormon yang di sekresi oleh korteks adrenal,
memsuki sitoplasma tubulus ginjal, mengandung protein reseptor spesifik untuk
aldosteron. Kemudian tempat rangkain peristiwa di atas. Setelah sekitar 45 menit,
protein mulai terlihat pada sel tubulus ginjal yang meningkat reabsorbsi natriumnya
dari tubulus dan sekresi kalium ke dalam tubulus.
1.6 Mekanisme fungsi hormon lainnya
Hormon – hormon dapat mempunyai efek langsung efek langsung pada senyawa
sel, walaupun pada sebagian besar keadaan mekanisme tepat dari efek ini tidak di
ketahui. Misalnya, insulin meningkatkan premeabilitas sel terhadap glukosa, dan
hormon pertumbuhan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel. Selain itu
beberapa hormon, seperti aseltilkolin, langsung mempengaruhi membran sel
dengan mengubah permeabilitasnya terhadap ion – ion dan karena itu
menimbulkan kontraksi otot atau menyebabkan efek – efek lain.
1.7 Pengontrolan kadar Hormon
Kadar hormon harus dipertahankan dalam ambang atau batas normal karena
perubahan dalam kadar hormon merupakan faktor kritis yang sangat mempengaruhi
kesehatan. Salah satu faktor yang bertanggungjawab terhadap pengotrolan kadar
hormon adalah : feedback contol. Perhatikan gambar 1.2 clossed-loop negative
feed back dibawah ini
X
A B
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
23
Y
Gambar 1.2 Closed – Loop negative feed back system. Prinsip dasar pengotrolan terhadap keseluruhan kelenjar endokrine (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)
Kelenjar A distimulasi untuk memproduksi hormon X . Hormon X menstimulasi
organ B sehingga menyebabkan perubahan (peningkatan atau penurunan)
substansi Y. Perubahan pada substansi Y menghambat produksi dan sekresi dari
hormon X
Contoh :
(+) ( - )
(+) ( - )
(+) ( - )
Ada beberapa mekanisme feedback yang lebih kompleks dalam mengotrol kadar
hormon. Salah satu contohnya adalah mekanisme feedback dari interaksi hypothalamus
dan pitutary anterior dengan kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads. Perhatikan
Gambar berikut
(-)
(-)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
24
Hipothalamus
Releasing Hormon Inhibiting Hormone
Kadar Calcium
Kelenjar parathyroid Calcium
ParathyroidHormon
Ginjal, tulang, GI
Kadar Calcium
Rangsangan Kelenjar A Hormon X Organ B Substansi Y
osmolariti Plasma
Pituitary Posterior
ADH Ginjal Reabsobsi air shg
menurunkan osmoraitas serum
Serum glukosa
Sel beta Pankreas
Insulin Sel lemak, hati, sel
otot
Pengambilan glukosa sehingga terjadi penurunan serum glukoda
(+) (-)
(-)
(-)
Gambar 1.3 Mekanisme feedback compleks antara hypothalamus, pitutary anterior, kelenjar target endokrin dan sel target yang spesifik (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)
Bila kadar hormon yang diproduksi oleh kelenjar thyroid, cortekx adrenal dan gonad
adekuat maka pelepasan hormon tropic oleh kelenjar pituitari dan atau releasing hormon
oleh hipothalamus akan dihambat melalui mekanisme negative feed back.
Tidak semua hormon dapat dikontrol melalui mekanisme negative feed back ini.
Contohnya : estrogen pada laki – laki, testeteron pada perempuan, hormon plasenta
dan hormon yang diproduksi oleh tumor ectopik.
Faktor kedua yang mengatur mekanisme kerja hormon adalah : intrinsic rhytmicity.
Ritme intrinsik ini dapat berlangsung beberapa menit, hari atau minggu. Contohnya :
ACTH, cortisol, glukokortikoid dan hormon pertumbuhan mengikuti ritme circadian
harian. Seperti hormon reproduktive pada wanita mempunyai pola yang bervariasi
sampai lebih dari beberapa minggu.
Rithme intrinsik ini dikontrol oleh beberapa faktor seperti : Lingkungan, Neurogenic ,
umur, pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor ekstrinsik seperti nyeri, trauma infeksi adalah faktor ketiga yang mempengaruhi
kadar hormon tertentu. Faktor ekstrinsik ini dapat meningkatkan kadar hormon diatas
normal.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
25
Pituitary Anterior
Tropic Hormone :(TSH, ACTH, FSH,LH)
Target endokrine gland(kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads.)
Target gland hormone
Spesifik Target cell
Kadar hormon dipengaruhi juga oleh ekskresi atau inactivation metabolik . Ginjal dan
hati adalah organ yang paling berpangur terhadap inactivation hormonan dan eksresi.
Banya penyakit pada organ ini yang menyebabkan peningkatan kadar hormon.
Kesimpulan : Kadar hormon dikontrol oleh banyak mekanisme.
PENGKAJIAN UMUM SISTEM ENDOKRIN
(General Assesment Of Endokrine System)
A. Data Subjektif
1. Data demografi.
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting kelainan-kelainan
somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gendar , misalnya BB dan
tempat tinggal juga juga perlu dikaji.
2. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien atau g2 t3 yang berhubungan secara langsung dengan
g hormonal sseperti :
- Obesitas
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
- Kelainan pada kelenjar tiorid
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
26
- Diabetes melitus
- Intertilitas.
3. Riwayat kesehatan dan keperawatah klien
(P) mengkaji kondisi yang pernah dialami klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah bnerlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebab.
- Tanda-tanda seks sekunder yang berkembang, misalnya :
amenore, bulu rambut tumbuh, buah dada berkembang dan lain-lain.
- BB yang sesuai dengan usia misalnya : selalu keras meskipun
banyak makan
- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sesnsitif, sulit
bergaul dan mampu berkonsentrasi.
- Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan
kejadiannya.
Bila PS diarawat beberapa hari, urutkan sesuai dengan waktu kerjanya. Juga
perlu informasi tentang penggunaan obar-obatan soal sekarang dan dimasa
lalu.
4. Riwayat diit.
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan endokrin t3 atau kebiasaan makan yang salah dapat
menjadi faktor penyebab yang perlu dikaji :
- Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
- Penurunan atau peningkatan BB drastis
- Selera makan menurun atau berlebihan
- Pola makan dan minum sehari.
- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi endokrin seperti mata.
5. Status sosial ekonomi
Mendiskusikan bersama-sama bagaimana klien dan keluarga memperoleh
makanan yang sehat dan bergizi. Upaya mendapatkan pengobatan bila klien
dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan
keluarga tetap optimal.
6. Masalah kesehatan sekarang
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
27
(P) : Menanyakan :
- Apa yang dirasakan klien.
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan.
- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.
- Bagaiman pola eliminasi
- Bagaiman fungsi seksual dan reproduksi.
- Apakah adaperubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
Selain alasan klien datang ke RS, juga perlu diidentifikasi hal-hal yang berhubungan
dengan fungsi hormon secara umum seperti :
1. Tingkat Aktivitas.
(P). Mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan,atau dengan bantuan atau sama
sekali klien tidak berdaya untuk melakukannya.
Kaji juga bagaiman asupan makanan klien apakah berlebihan atau kurang.
2. Intake nutrisi dan Cairan
Anormalitas sistim endokrine dapat menyebabkan gangguan dalam intake nutrisi dan
cairan (meningkat atau menurun) yang mana bisa/tidak dihubungkan dengan
pertambahan atau penurunan berat badan. Banya k masalah pada sistim endokrine
adalah kronik dan membutuhkan diit pada waktu yang lama dan pada saat yang
sama intake cairan dibatasi. Kualitas dan kuantitaf pengkajian dalam intake makanan
sangat dibutuhkan untuk mentukkan penyebab kehilangan berat badan, adekuatnya
intake untuk kebutuhan metabolisme yang normal, ketaatan terhadap diit tertentu.
Daftar intake makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien sethari – hari sangan
diperlukan dalam pengkajian. Riwayat mengkonsumsi alkohol dan snack juga harus
dikaji. Eleman lain seperti penyedap makanan / kesenangan pada makanan tertentu,
kebersihan mulut dan diit lunak untuk mencegah anoreksia dan mual juga dibutuhkan
dalam pengkajian. Bagaimana toleransi pasien terhadap makanan dan minuman juga
penting untuk dikaji.
3. Pola eliminasi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
28
Sistim endokrine juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Riwayat pola elimonasi urine seperti ; frekuency, jumlah dan warna urine
harus diperhatikan dalam pengkajian. Adanya nocturia atau dysuria juga harus
dicatat. Pada beberapa penyakit endokrine (tergantung penyebabnya) mungkin ada
riwayat peningkatan output dan penurunan rasa haus atau penurunan output dan
peningkatan berat badan. Diuretic atau therapi lainnya dan ketaatan pasien terhadap
therapi yang dianjurkan juga perlu dikaji. Riwayat buang air besar seperti ;
frekuency dan warna perlu dicatat. Constipasi atau perubahan dalam kebiasaan
buang air besar mungkin disebabkan oleh perubahan dalam keseimbangan cairan
dan pengaturan diit. Therapi dapat juga menyebabkan perubahan dalam diit dan
intake cairan sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam pola eliminasi.
4. Tingkat Energi
Karena sistim endokrine bertanggungjawab langsung terhadap metabolisme
(Pengumpulan dan penggunaan) nutrisi untuk energi , maka keadaan pathologi pada
sistim endokrine biasanya menurunkan tingkat energi seseorang. Banya pasien
melaporkan tidak bisa melakukan sesuatu seperti apa yang mereka pikirkan. Hal ini
penting untuk mengkaji tingkat energi dan sebagai petunjuk untuk membantu pasien
dalam merencanakan aktivitas sehari – hari . Beberapa pasien membutuhkan
bantuan dalam menyesuaikan antivitas sehari – hari secara bertahap dengan
memberikan waktu istirahat.
Banyak masalah sistim endokrine dapat dikontrol dengan baik sehingga perubahan
permanen dalam kehidupan sehari - hari tidak dibutuhkan. Perubahan secara
bertahap membantu pasien mendapatkan kembali tingkat energi yang normal.
5. Perubahan Karakteristik Tubuh.
Perubahan dalam distribusi rambut, porsi tubuh, suara, piigmentasi kulit dan raut
wajah dapat menggambarkan masalah pada sistim endokrine. Gambaran perubahan
yang dirasakan pasien tentang perubahan yang mereka rasakan amat berarti karena
perubahan ini sangat sulit diobservasi dan bervariasi untuk tiap orang.
6. Fungsi seksual dan reproduksi
Sistim endokrine mempunyai kaitan yang sangat erat dengan fungsi reproduksi. Oleh
karena itu riwayat reproduksi dan seksual harus dikaji. Data yang berhubungan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
29
dengan siklus haid (Kejadian, frekuancy haid, lama, jumlah perdarahan), adanya
masalah dengan siklus (menorhagi), adanya impotensi dan beberapa permasalahan
yang berhubungan infertilitas seharunya dikumpulkan. Juga perlu dikaji tentang
kepuasan hubungan seksual pada dua keadaan. Yang pertama ; Kadang – kadang
perubahan awal dalam fungsi reproduktif dapat dimanifestasikan sebagai perubahan
dalam kepuasan seksual. Yang kedua : perubahan dalam sistim repriduksi bukan
merupakan suatu masalah bagi pasien jika kepuasan seksual dapat dipertahankan.
Contohnya infertilitas bukan merupakan masalah jika jika tidak ada keinginan untuk
mempunyai anak.
7. Toleransi Terhadap Stress
Sistim endokrine membantu tubuh untuk berespon terhadap stresor fisik atau
psikologis. Pertanyaan yang diajuhkan pada pasien selalu dihubungkan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan pasien terhadap stresor. Seperti perasaan tidak
toleransi terhadap panas dan dinginsering menangis, depresi, sering marah dan lain
– lain.
8. Pola eliminasi dan keseimbangan
cairan.’
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung
oleh ADH, aldosteron dan kortisol. (P). Menanyakan tentang pola berlemih dan
jumlahvolume urin.
Apakah klien mengatasinya. Tanyakan berapa banyak cairan yang dikonsumsi setiap
hari. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola yang ada sekarang.
9. Pertumbuhan dan perkembangan
(P). Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bagi yang dilahirkan
dengan tubuh yang kerdil atau terjadi selama proses pertumbuhan atau bahkan
terdapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
Kajisecara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya : bagaiman
tingkat inteligensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif danrasa tanggung jawab.
Lagi pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
10. Seks dan reproduksi
Pada klien ♀ : kaji siklus menstruasinya mencakup lama, volume, frekwensi dan
perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum, selama, dan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
30
sesudah haid. Kaji pual pada usia berapa klien pertama kali menstruasi. Bila klien
bersuami kaji akapah pernah hamil, abortus dan melahirkan.
Pada klien ♂ : kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaiman
perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.
- Tanyakan juga perubahan bentuk dan
ukuran alat genitalianya.
B. Data Objektif
tabel : pengkajian head to toe dibawah ini :
Yang Dikaji Uraian
Pengkajian Secara umum Penampilan secara umum, proporsi tubuh (sesuai umur), tinggi
dan berat badan, karakteristik tubuh, abrasi pada kulit, luka, shu, 3RR dan tipe pernapasan.
Kulit Pigmentasi, turgor, ada tidaknya oedema, kelembaban dan
kemerahan / kekeringan
Muka/kulit kepala Distribusi rambut, adanya exopthalmos
Rongga mulut Kelembaban mukosa mebran
Leher Nadi dan tekanan darah,
Abdomen Strie
Muskuloskeletal Massa otot dan kekuatan
Sistim persyarafan Tremor, mudah tersinggung, kewaspadaan
1. Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan yaitu :
- Kondisi kelenjar endokrin.
- Kondisi kelenjar atau organ
sebagai dampak dari gangguan endokrin.
Secara umum teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimapanan fungsi adalah :
a. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampak terhadap pertumbuhan dan perkembanga, keseimbangan cairan
dan elektroloit, seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan
berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan propersi tubuh.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
31
Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan
ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.
Pada mata amati adanya edem periorbita dan exophalatmus serta apakah
ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhaadap kelainan
bentuk dan perubahan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila
digerakkan. Kondisi ini biasa ditemukan pada gangguan tiroid.
Di daerah leher, amati bentuk leher, apakah leher tampak membesar,
simetris atau . Untuk lebih meyakinkan pembesaran kelenjar tiroid perlu
melakukan palpasi.
Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat
mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna
kulit pada leher, catat lokasinya. Bila dijumpai kelainan pada kulit leher,
lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain ditubuh sekaligus. Infeksi
jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik dan petechie lebih sering
dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan
ukuran dada. Pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidaksiembangan
hormonal khusunya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks
sekunder oleh karena itu amati keadaan rambut atilla dan dada. Pada
pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga kritoris dan
labia terhadap kelainan bentuk.
b. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dapat diperiksa melalui rabaan pada
kondisi normal, kelenjar tiorid ini teraba. Lakukan palpasi kelenjar tiroid
perlobus dan kaji ukuran, apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada
saat melakukan pemeriksaan pasien duduk atau berdiri sama saja. Untuk
memperoleh hasil yangbaik pemeriksa berada dibelakang klien dengan posis
kedua ibu jari (P) berada dibelakang leher dan jari-jari lain ada diatas kel
tiorid.
Palpasi testes dilakukan dengan posis tidur dan tangan (P) harus
dalam keadaan hangat. (P) memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari
lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran atau
besarnya, simetris tidaknya konsistensi dan ada tidaknya nadul.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
32
Normanya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti
karet.
c. Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah
leher diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan olrh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea.
Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada
pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rete jantung
yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan perangsangan
katekilamin dan perubahan metabolisme tubuh.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofise.
1) Foto tengkorak (kranium) : Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika.dapat
terjadi tumor atau juga atropik. Tidak dibutuhkan
persiapn fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah
penting.
2) Foto tulang (osteo). : Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien
dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang
yang bertambah besar dari ukuran maupun
panjangnya. Pada okromegali akan dijumpai tulang-
tulang perifer yang bertambah ukurannya ke
samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.
3) CT scan otak : Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor
pada hipofise atau hipotalamun melalui
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
33
komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara
khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien
dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
4) Pemeriksaan darah dan urine
a. Kadar growth Hormon : Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang
dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat
kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc.persiapan khusus
secara fisik tidak ada.
b. Kadar ACTH : Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason.
Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine
24 jam.
Persiapan Pasien :
1. Tidak ada pembatasan makan dan minum.
2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya
dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
3. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkanjenis onat dan dosisnya pada
lembaran pengiriman spesimen.
4. Cegah stres fisik dan psikologis.
Pelaksanaan Pemeriksaan :
1. Klien didberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari.
2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc.
3. Urine ditampung selama 24 jam.
4. Kirim spesimen(darah atau urine) ke laboratorium.
ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl.
17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17 OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari
2,5mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1 mg per
oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan
urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
34
kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dldan eksresi 17 OHCS dalam
urine24 jam kurang dari 2,5mg.
2. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid
1) Up take Radioaktif (RAI) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kelenjar
tiroid dalam menangkap iodida.
Persiapan.
Klien puasa 6-8 jam.
Jelaskan tujuan dan prosedur.
Pelaksanaan.
Klien diberi radioaktof Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif
yang tertahan.
Juga dapat diukur clearenceI131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine
selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya. Banyaknya I131 yang
ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut
1. Normal : 10-35 %.
2. Kurang dari : 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.
3. Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama
hipertirodisme
2) T3 T4 Serum : Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang
dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 50-100 cc.
Nilai normal pada orang dewasa :
Jodium bebas : 0,1-0,6 ml/dl
T3 : 0,2-0,3 ml/dl
T4 : 6-12 ml/dl
Nilai normal pada bayi / anak :
T3 : 180-240 mg/dl
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
35
3) Up take T3 Resin : Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau
tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti
hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi
pada hiertiroidisme dan menurun pada hiertiroidisme.
Dibuthkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa
selama 6-8 jam.
Nilai normal pada:
Dewasa : 25-35 %up take oleh resin.
Anak : pada umumnya tidak ada.
4) Protein Bound Iodine (PBI) : Bertujuan mengukur jodium yang terkait pada
protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah.
Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.
5) Laju Metabolisme Basal (MBR) : Bertujuan untuk mengukursecaratidak
langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah
kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan
Klien puasa sekitar 12 jam
Hindari kondisi yang menimbulkan kecelakaan dan stres.
Klien harus tidur paling tidak 8 jam
Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.
Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.
Pelaksanaan
Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
Dihitung dengan rumus : BMR (0,75 x pulse) + (0,75 x Tek Nadi) –72
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
36
Nilai normal BMR : -10 s/d 15%.
Pertimbangan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan
oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberkan fenobarbital
yang pengukurannya disebut Sommolent Metebolisme Rate. Nilai normalnya 8-
13% lebih rendah dari MBR.
6) Scanning Tyroid : Dapat digunakan teknik antara lain : Radio Iodine Scanning.
Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal
atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau
tidak berfungsi). Nodul panasmenyebabkan hipersekresi
jarang bersifat ganas. Sedangkannodul dingin (20%) adalah
ganas.
Up take iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dariplasma.
Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.
3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
1) Percobaan Sulkowitch Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium
dalam urine, sehinggga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan
dilakukan dengan menggunkan Reagens Sulkwitch. Bila pada percobaan tidak
terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5mg/dl.
Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal
(6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan
Urine 24 jam ditampung.
Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Pelaksanaan
Masukan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)
Kedalam tabung pertama dimasukan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua
hanya sebagai kontrol.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
37
Pembacaan hasil secara kwantitatif :
Negatif (-) : Tidak terjadi kekeruhan
Positif (+) ` : Terjadi kekeruhan yang halus
Positif (+ +) : Kekeruhan sedang
Positif (+ + +) : Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang 20 detik.
Positif (+ + + +) : Kekeruhan hebat, terjadi seketika.
2) Percobaan Ellwort-Howard : Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang
dipengaruhioleh parathormon.
Cara Pemeriksaan
Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine
ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor
bisa mencapai 5-6x nilai normal. Pada hipoparatiroid, diuresis pospornya
tidak banyak berubah.
3) Percobaan Kalsium Intravena
Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukan paratharman. Normal bila pospor serum
meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum
dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hiperparatiroid, pospor
serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
4) Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya klasifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai klasifikasi bilateral pada dasar tengkorak.densitas
tulang bisa normal atau meningkat. Parahipertiroid, tulang menipis, berbentuk
kistal dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
a. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG)
Persiapan khusus tidak ada. Persiapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelainan gambaran EKG akibat perubahan kalsium serum terhadap otot
jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang
memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
38
b. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium serum.
Persiapan khusus tidak ada.
4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
1) Pemeriksaan glukosa : Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa.
Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-
10 jam.
Nilai Normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/dl
Anak-anak : 60-100 mg/dl
Persiapan
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
Jelaskan tujuan pemeriksaan
Pelaksanaan
Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc
Gunakan anti koagulasi bilapemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.
Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk
sementara tidak diberikan.
Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-
obatan sesuai program.
Gula darah setelah dua jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah
dua jam PP (post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam
setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula
darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien
disuruh makan menghabiskan posi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian
dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara
terpisah tergantung pada kondisi klien.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
39
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang
tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan
sampai pengambilan spesimen dilakukan.
5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
1) Pemeriksaan Hemokonsentrasi Darah
Nilai normal pada :
Dewasa wanita : 37-47 %
Pria : 45-54 %
Anak-anak : 31-43 %
Bayi : 30-40 %
Neonatal : 44-62 %
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari
perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi anti koagulan
ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.
2) Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, C1), dengan nilai normal :
Natrium : 310-335mg (13,6-14meq/liter)
Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq/liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremi dan hiperkalimia.
Tidak diperlukan persipan fisik secara khusus.
3) Pencobaan Vanil Mandelic acid (VMA) : Bertujuan untuk mengukur
katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak
ada persiapan khusus.
4) Stimulasi Test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menendeteksi hipofungsi adrenal.
Dapat dilakukan kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap
aldosteron dengan pemberian sodium.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
40
SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE
CHAPTER TWO
PENATALAKSANAAN PADA INDIVIDU DENGAN
MASALAH PADA KELENJAR PITUITARY,
THYROID, PARATHYROID DAN
KELENJAR ADRENAL
( Management Of persons With Problems of the
pituitary, thyroid, parathyroid and adrenal Gland )
Oleh :
SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
41
PENATALAKSANAAN PADA INDIVIDU DENGAN MASALAH PADA KELENJAR
PITUITARY, THYROID, PARATHYROID DAN KELENJAR ADRENAL
Oleh : Simon Sani Kleden, Skep, Ns
Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa seharusnya mampu :
1. Menggambarkan pathofisiologi dari hyper atau hyposekresi pituitary anterior dan
posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal
2. Menggambarkan manifestasi klinik termasuk : Riwayat, pemeriksaan fisik dan uji
diagnostik yang berhubungan dengan hyper atau hyposekresi pituitary anterior
dan posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal
3. Mengembangkan rencana keperawatan termasuk : merumuskan diagnosa
keperawatan yang mungkin timbul, kriteria hasil dan intervensi yang
berhubungan dengan masalah hyper atau hyposekresi pituitary anterior dan
posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal.
4. Mengidentifikasikan jenis pembedahan pada kelenjar pituitary anterior dan
posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal
5. Menegmbangkan rencana perawatan pada individu yang mengalami
pembedahan pada kelenjar pituitary anterior dan posterior, thyroid, parathyroid
dan kelenjar adrenal
6. Mengidentifikasikan kebutuhan self care yang diperlukan oleh pasien dalam
menjalani therapi pengganti hormon pituitary.
7. Mengembangkan rencana pendidikan kesehatan bagi pasien yang menjalani
therapi hormonal dalam jangka waktu yang lama pada kelenjar pituitary anterior
dan posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal
Pendahuluan
Gangguan pada sistim endokrine mengakibatkan berbagai perubahan fisiologi
pada tubuh. Disfungsi pada sistim mendokrine merupakan masalah yang sangat serius
dan bisa menjadi vatal karena fungsi vital tubuh diatur oleh hormon dari pituitary
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
42
anterior dan posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal. Hasil akhir dari proses
pathologic pada kelenjar endokrine adalah menekan atau meningkatkan kadar hormon
dalam darah.
Banyak tipe proses pathologik yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan
endokrine dan menurunkan kadar hormon dalam darah. Tipe – tipe proses pathologic
yang mengakibatkan penurunan kadar hormon dalam darah adalah :
1. Kerusakan kelenjar karena proses infiltrasi, infarction, infeksi, proses autoimun
dan imunologic serta tumor.
2. Perkembangan embrional yang tidak normal yang menyebabkan masalah pada
struktur atau tidak adekuatnya kapasitas untuk sintesis.
3. kerusakan kelenjar karena pembedahan (pengangkatan), therapi radiasi atau
trauma.
Tipe – tipe proses pathologik yang menyebabkan peningkatan kadar hormon dalam
darah adalah :
1. Hiperplasia atau hipertropi dari kelenjar endokrine.
2. Pertumbuhan tumor jinak atau ganas dengan kemmampuan untuk mengsekresi
hormon
3. Rangsangan pada kelenjar oleh pelepasan faktro – faktor tropic dari tempat
tropic non endokrine.
4. Sekresi hormon oleh jaringan ektopik nonendokrine
5. Pemberian hormon – hormon eksogen
6. Penurunan metabolisme hormon akibat lamanya aktivitas hormon.
Untuk kelenjar endokrine yang dikontrol oleh hypothalamus dan kelenjar pituitary,
yang termasuk didalamnya adalah ; kelenjar thyroid dan adrenalcortical dan kelenjar
gonad serta statur pathologis yang mengakibatkan hiper atau hiposekresi diklasifikasi
menjadi primary dan secondary. Prymary problems terjadi bila gangguan pada kelenjar
thyroid, kelenjar corteks adrenal dan gonad. Sedangkan secondary problem terjadi bila
gangguan akibat dari disfungsi hipothalamus atau atau pituitary anterior.
Tumor jinak dan ganas dapat tumbuh pada sistim endokrine. Walaupun kadar
hormon tidak terlalu terpengaruh oleh perkembangan tumor , tetapi perkembangan yang
cepat dapat merusak jaringan normal yang mengakibatkan hyposekresi hormon atau
tumor dapat menyebabkan hipersekresi jaringan yang mengakibatkan hypersekresi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
43
hormon.Umumnya pengobatan pada tumor dilakukan dengan pembedahan, radiasi atau
therapi obat sering mengakibatkan penekanan kadar hormon dalam darah.
GANGGUAN PADA KELENJAR PITUITARY
1. KONSEP DASAR HYPERPITUTARISME
1.1 Etiologi / Epidemiologi
Hyperpitutarisme pada bagian anterior Kelenjar pituitary bisa terjadi
pada satu hormon, dua hormon atau lebih . Penyebab utama karena masalah
pada kelenjar pituitari atau karena penyebab lainnya akibat dysfungsi
hipothalamus. Adenomas pituitary merupakan kasus yang paling sering
menyebabkan hiperpituitarisme. 6 – 18 % tumor intracranial adalah Adenoma
pituitary anterior. Pada banyak pasien penyebab pasti tumor ini belum diketahui
dan tidak ada riwayat dalam keluarga. Tumor ini sering menggantikan fungsi
pituitary anterior sehingga terjadi oversekresi hormon. Tumor ini biasanya jinak
tetapi dapat berkembang menjadi sangat agresive. Klasifikasi tumor ini
didasarkan pada hormon yang disekresinya. Contohnya Prolactinoma,
somatotroph tumor, cotrticotroph tumor atau gonadotropin adenoma. Tumor ini
diklasifikasikan juga berdasarkan ukuran dan dalamnya invasi tumor pada sela
tursica (perhatikan tabel dibawah ini).
KLASIFIKASI ADENOMA PITUITARI
Enclosed Tidak ada invasi kedalam lantai sela tursica
Invasine Merusak sebagaian atau semua sella tursica
Microadenoma Enclosed tumor dengan diameter < 10 mm
Macroadenoma Encolsed tumor dengan diameter lebih dari 10 mm
60 – 80 % dari semua tumor pada kelenjar pituitary adalah prolactinoma
(Prolactine – secreting tumors). Berikutnya adalah tumor – tumor yang
menyebabkan hipersekresi growth hormon dan yang ketiga adalah tumor –
tumor yang mengsekresi ACTH (Corticotroph tumors). Gonadotropin adenoma,
TSH secreting hormon jarang ditemukan. Pitutary adenoma dapat terjadi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
44
sebagai bagian dari multiple endokrine neoplasma tipe I (MEN I) MEN I
merupakan gangguan herediter yang terdapat pada pituitary primer, tumor pada
sel – sel pula langerhans pankreas dan pituitary adenoma. Pituitary adenoma
pada MEN I biasanya mengsekresi GH tetapi kadang ditemukan mengsekresi
prolactine atau ACTH.
Hiperfungsi pituitary dapat terjadi akibat hiperplasia kelenjar pituitary.
Penyebab hiperplasia pituitary ini belum diketahui, tetapi salah satu hipotesa
mengatakan bahwa Hiperplasia pituitary terjadi akibat signal feedback yang
menyebabkan hipersekresi. Kurangnya feedback dari organ target dapat
menyebabkan hiperplasia dan hipersekresi.
1.2 Pathofisiologi
Ganggguan fungsi fisiologis yang terjadi akibat tumor pituitary diakibatkan oleh
penekanan massa tumor pada cranium dan efek dari kelebihan sekresi hormon.
1.2.1 Gangguan neurologis
Gangguan neurologis terjadi akibat adanya pertumbuhan tumor didalam
Dura, Sellae Diapragh atau langsung pada struktur. Ganggua
neurologis yang paling umum ditemukan adalah pada saraf III, IV dan
VI. Tumor dapat berinfiltrasi strutur tulang atau pada lobus frontal atau
temporal dan pada tumor yang berukuran besar dapat menekan dan
berinfiltrasi ke hipothalamus.
Perdarahan yang terjadi didalam tumor dapat meningkatkan ukuran
tumor secara tiba – tiba dan menimbulkan tanda dan gejala neurologis.
1.2.2 Gangguan Endokrine
a. Hipersekresi Prolactine
Hipersekresi prolactine biasanya disebabkan karena tumor pituitary
tetapi dapat pula disebabkan karena agent pharmacologis seperti :
Psychotropics, antihipertensi, estrogen, opiat atau juga karena
penyakit pada CNS yang berhubungan langsung dengan sekresi
dopamin.
b. Hipersekresi GH
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
45
Hypersekresi GH pada tahun - tahun awal kehidupan dikenal\
disebut sebagai Gigantisme (seperti raksasa, anak tumbuh
berukuran raksasa).
Bila kelenjar pituitary anterior mensekresi terlalu banyak GH pada
usia pertumbuhan normal, akan meninmbulakan gangguan yang
disebut acromagaly. Karakteristik acromagaly yaitu melebarnya
tulang-tulang di tangan, kaki, rahang, dan pipi. Wajah nampak
acromegali (pembesaran tulang dan jaringan ). Ciri utamanya
adalah dahi melebar dan hidung membesar . Pada kulit pori-pori
melebar.
c. Hipersekresi Gonadotropin
Tumor gonadotropin sering dijumpai pada usia pertengahan dan
lebih banyak ditemukan pada laki – laki dari pada wanita.
Hipersekresi FSH lebih sering terjadi, walapun tumor juga dapat
mengsekresi LH. Kasus ini jarang ditemukan.
1.3 Manifestasi Klinik
1.3.1 Neurologic
a. Microadenoma (enclosed)
Abnormalitas pada Rontgent foto, MRI dan CT Scan
Tidak ada tanda dan gejala neurologis
b. Macroadenoma (enclosed atau invasive)
Abnormalitas pada Rontgent foto, MRI dan CT Scan
Gangguan penglihatan ; Hemianopia atau scotomos sampai
buta total
Sakit kepala
Somnolence
Peningkatan tekanan intracrania (Hydrosephalus, papil
oedema)
Pada tumor yang besar : Gangguan nafsu makan, tidur,
pengaturan suhu, emosional.
Perubahan perilaku dan kejang
1.3.2 Endokrine
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
46
a. Hipersekresi Prolactine
Pada Perempuan :
Biasanya microadenoma
Gangguan haid : Haid ireguler, periode anovulatory,
oligomenorrhoe atau amenorhoee
Infertiliti
Galactorhoe
Defisit steroid ovarian : Atropi mukosa vagina, dyspareunia,
penurunan lubrikasi vagina dan penurunan Libido
Pada laki – laki
Biasanya macroadenoma
Menurunnya libido dan kemungkinan impotensi
Jumlah sperma berkurang dan infertility
Gynecomastia
Pada Laki – Laki dan Perempuan
Peningkatan kadar serum prolactine : Lebih dari 23 > 10000
ng/ml.
Penurunan kadar gonad steroid
b. Hipersekresi GH
Macroadenoma
Perubahan pada wajah (hidung, bibir membesar)
Peningkatan ukuran kaki dan tangan
Perubahan suara
Peningkatan pada tulang belakang yang menyebabkan
kiphosis
Pembesaran lidah, kelenjar ludah, hati, ginjal, dan jantung
yang mengakibatkan peningkatan tekanan
Perubahan dalam pergerakan : lethargi dan kelelahan
1.4 Management medis
Bila pertumbuhan tumor tidak dapat dicegah atau produksi hormon tidak dapat
dihambat dan dikembalikan ke keadaan normal maka akan menyebabkan
berbagai perubahan / permasalahan pada fungsi tubuh secara keseluruhan.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
47
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara : pembedahan, radiasi, atau agent
pharmakologic.
2. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERPITUITARISME
2.1 Pengkajian
a. Data Subyektive
a) Riwayat gangguan sensori : Gangguan penglihatan
b) Ketidaknyamanan : Nyeri kepala temporal / frontal, arthralgia, nyeri
tulang belakang.
c) Riwayat perubahan pada penampilan tubuh ; Perubahan ukuran
tubuh, peningkatan keringat atau kulit menjadi sangat berminyak.
d) Riwayat perubahan tingkat ebergi : Letahrgi, lemah dan menurunnya
aktivitas.
e) Perubahan psikososial : Mudah tersinggung, cemas.
f) Riwayat perubahan haid pada perempuan, inpotensi pada laki – laki,
perubahan dalam libido.
g) Riwayat pengobatan : Oral contrasepsi dan psikotropik.
h) Tingkat pengetahuan tentang gangguan , pengobatan dan hasil dari
pengobatan.
b. Data Subyektive
a) Fungsi dari saraf cranial : II, III, IV dan VI
b) Perubahan retina yang mengindikasikan adanya papiledema atau
Peningkatan tekanan darah
c) Status mental : Perubahan status mental
d) Postur dan penampilan tubuh
e) Kemampuan melakukan aktivitas dan fungsi sendi.
f) Tanda – tanda vital
g) Tinggi dan berat badan
h) Adanya Organomegaly : Cardiomegali, hepatomegali dan tanda- tanda
yang berhubungan dengan keadaan ini.
2.2 Analisa Data : Diagnosa keperawatan
Untuk semua pasien dengan tumor pituitary (Prepengobatan)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
48
a. Kecemasan berhubungan dengan tidak pastinya pengobatan dan
penyebab masalah
b. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan
dengan diagnosa dan pengobatan yang baru
c. Nyeri berhubungan dengan Sakit kepala akibat tekanan massa pada
intrakranial
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan karakteristik dan
fungsi tubuh.
e. Gangguan persepsi / sensori ; penglihatan berhubungan Penekanan pada
optikchiasma, gangguan fungsi saraf II< III, IV dan VI
Untuk semua pasien dengan Prolactine secreting tumors (Prepengobatan)
a. Kurang pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan gangguan fungsi
seksual berhubungan dengan diagnosa dan pengobatan yang baru
b. Gangguan fungsi seksual berhubungan dengan gangguan siklus haid,
penurunan libido atau impotensi
Untuk semua pasien dengan GH secreting tumors (Prepengobatan)
a. Kurang pengetahuan tentang penyakit, pengobatan
dan gangguan fungsi seksual berhubungan dengan diagnosa dan
pengobatan yang baru
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan
nyeri akibat tekanan pada ujung saraf
c. Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan pada
saraf yang di hubungkan perubahan pada sendi dan tulang belakang
akibat perkembangan tulang yang abnormal
Untuk semua pasien dengan tipe pembedahan
a. Potensial kurang volume cairan berhubungan dengan
gagguan fungsi ADH atau korteks adrenal akibat trauma pembedahan
b. Gaagguan pertukaran gas berhubungan dengan
tidak adekuatnya napas dalam, terpasangnya drain pada hidung
c. Potensial infeksi berhubungan dengan kehilangan
barrier terhadap mikroorganisme akibat insisi pada mukosa membran
d. Kurang pengetahuan tentang : prosedur, tujuan, dan
komplikasi pembedahan berhubungan dengan kurang informasi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
49
Untuk semua pasien dengan terapi radiasi
a. Potensial injury berhubungan dengan ketidakmampuan
mempertahankan hemostasis, cardiac output, dan fungsi pernapasan,
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat difesiensi ACTH dan TSH
b. Kurang pengetahuan tentang : prosedur, tujuan, dan
komplikasi radiasi berhubungan dengan kurang informasi
c. Gangguan fungsi seksual berhubungan dengan
gangguan siklus haid, penurunan libido atau impotensi
Untuk semua pasien dengan terapi pengobatan
a. Kurang pengetahuan tentang : prosedur, tujuan, dan komplikasi
radiasi berhubungan dengan kurang informasi
2.3 Perencanaan
Untuk semua pasien ( pre pengobatan )
a. Kecemasan pasien terkontrol atau dapat di kurangi di tandai dengan :
pasien bisa tidur dengan nyaman, dapat berinteraksi dengan orang lain,
pasien mengatakan tidak cemas
b. Pengetahuan pasien akan meningkat yang di tandai dengan pasien dapat
menyebutkan atau menjelaskan tentang penyakit, tujuan pengobatan,
serta komplikasi yang akan timbul
c. Pasien akan memperoleh rasa nyaman yang di tandai dengan pasien tidak
mengeluh nyeri, wajah tidak meringis
d. Harga diri pasien akan di tingkatkan yang di tandai dengan pasien
dapat menerima diri apa adanya
e. Pasien dapat melakukan aktifitasnya secara independent baik di
rumah atau di rumah sakit
2.4 Intervensi / Implementasi
Tindakkan perawatan sebelum di lakukan terapi
Pasien dengan produksi hormon akibat tumor pada kelenjar pituitary perlu di
berikan perawatan yang intensif temasuk memperhatikan tanda – tanda dan
gejala seperti nyeri kepala yang persisten atau berulang – ulang, gangguan
pengelihatan atau perubahan karakteristik fungsi tubuh. Tindakkan perawat
pada fase ini adalah memberikan pendidikkan kesehatan yang meliputi
Tindakkan perawatan setelah terapi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
50
1) Pencegahan infeksi : rawat luka steril, monitor tanda – tanda infeksi
secara dini, kolaborasi terapi antibiotik
2) Mencegah kurangnya volume cairan : kurang volume cairan merupakan
masalah yang sering terjadi selama periode post operasi. Pasien beresiko
terjadinya diabetes insipidus karena tidak adekuatnya ADH. Poliuri dan
BJ urine 1000 – 1005 merupakan tanda dari diabetes insipidus. Diabetes
insipidus biasanya terjadi temporer. Ukur intake dan output setiap 4 – 8
jam, timbang BB setiap hari, kaji adanya keluhan haus untuk
mengidentifikasikan adanya diabetes insipidus. Jika terjadi defisit ADH
pengobatan tergantung pada berat ringannya.
3) Mencegah komplikasi pernapasan. Karena pasien mengunakan nasal
packing dan di anjurkan untuk tidak boleh batuk maka pasien
mmengunakan mulut sehingga berisiko terjadinya ganngguan pola napas
atau pertukaran gas. Pasien seharusnya di ajarkan tentang teknik
pernapasan mulut dan dalam. Kaji tanda – tanda vital dan bunyi napas
setiap 4 – 8 jam untuk mengidentifikasikan pertukaran gas. Pertahankan
adekuatnya intake cairan untuk membantu mencegah kekringan mukosa
membran.
3. KONSEP DASAR HIPOPITUTARYSME
3.1 Pengertian
Hipopituitarysme adalah Gangguan yang terjadi akibat kekurangan
hormone yang diproduksi oleh kelenjar pituitary. Pada hipopituitarism manifestasi
klinik yang paling sering dilihat adalah penurunan sekresi gonadotropin LH dan
FSH pada laki-laki dapat menyebabkan testikular failure yaitu penurunan
produksi testosteron dari sel leyding . Pada laki-laki dapat mengakibatkan
terlambat pubertas dan kemandulan pada laki-laki dewasa. Pada perempuan
penurunan atau tidak adanya gohadotropin dapat mengakibatkan ovulasi.
Bentuk dan keberadaan corpus luteum dapat mengakibatkan kemandulan, tidak
adanya PRL pada laki-laki tidak timbul gejala sedangkan pada wanita penurunan
PRL merupakan salah satu penyebab dari gangguan laktasi pada periode
postpartum penurunan sintesis dan sekresi growth hormon merupakan salah
satu tanda yang sering dilihat dari patofisiologi hypopituitary pada penurunan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
51
growth hormone. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan sintesis. Pengeluaran
atau penggunaan growth hormon pada jaringan untuk merespon sematomedin.
Sematomedin adalah hormon yang diproduksi pada hati dengan stimulasi secara
tidak langsung dari growth hormone.
Penurunan growth hormone atau somatomedin pada anak dapat
menyebabkan retardasi mental pada pertumbuhan.
Insufisiensi hipofise menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi
hipofise jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia.
Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofise (panhipopituitarisme) atau hanya
sel-sel tertentu, terbatas pada satu subset sel-sel hipofise anterior (mis.,
hipogonadisme sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik) atau sel-sel
hipofise posterior (mis., diabetes insipidus).
3.2 PATOFISIOLOGI
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila
ganggguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila
gangguan terdapat pada hipotalamus. Penyebab tersebut termasuk diantaranya:
Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari atau
hipogonadisme.
Tumor yang merusak hipofise (mis., adenoma hipofise nonfungsional)
atau merusak hipotalamus (mis., kraniofaringioma atau glioma).
Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (sindrom Sheehan's).
Diagnosis insufisiensi hipofise dapat diduga secara klinik namun harus ditegakan
melalui uji biokimia yang sesuai, yang akan menunjukkan defisiensi hormon.
Panhipopitutarisme. Pada orang dewasa dikenal sebagai (penyakit Simmonds')
yang ditandai dengan kelemahan umum, intoleransi terhadap dingin, napsu
makan buruk, penurunan berat badan, dan hipotensi. Wanita yang terserang
penyakit ini tidak akan mengalami menstruasi dan pada pria akan menderita
impotensi clan kehilangan libido. Insufisiensi hipofise pada masa kanak-kanak
akan mengakibatkan dwarfisme.
Diabetes insipidus ditandai dengan kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang
menghancurkan hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise posterior. Kondisi ini
dapat disebabkan oleh tumor, infeksi otak atau meningen, hemoragi intrakranial,
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
52
atau trauma yang mengenai tulang bagian dasar tengkorak. Klien dengan
diabetes insipidus mengeluarkan urine hipotonik dalam jumlah yang besar (5
sampai 6 liter/hari).
Diabetes insipidus dikelompokan menjadi nefrogenik (adalah diabetes insipidus
yang terjadi secara herediter dimana tubulus ginjal tidak berespons secara tepat
terhadap ADH, sementara kadar hormon dalam serum normal), primer (diabetes
insipidus yang disebabkan oleh gangguan pada hipofise), sekunder (diabetes
insipidus yang disebabkan oleh tumor pada daerah hipofise-hipotalamus, dan
tumor sekunder metatasis dari paru dan payudara, dan diabetes insipidus yang
berkaitan dengan obat-obatan diakibatkan oleh pemberian litium karbonat
(Eskalith, Lihthobid, Carbolith) dan Demeclocyline (Declomycin). Obat-Obatan ini
dapat mempengaruhi respons tubulus ginjal terhadap air.
Insufisiensi hipotalamus membutuhkan terapi penggantian hormon yang sesuai.
Terapi penggantian dengan ADH menunjukkan basil yang efektif dalam
mengobati diabetes insipidus.
4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOFUNGSI PITUTARY
4.1 Pengkajian
1) Riwayat penyakit masa lalu. Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang
pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
2) Sejak kapan keluhan dirasakan. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada
masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
3) Apakah keluhan terjadi sejak lahir. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat
pada klien kretinisme.
4) Berat dan tinggi badan saat lahir.
5) Keluhan utama klien:
Pertumbuhan lambat
Ukuran otot dan tulang kecil
Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tidak ada rambut
pubis dan axilla, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak
mendapat haid, dll.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
53
Infertilitas * impotensia libido menurun * nyeri sanggama pada wanita
6) Pemeriksaan fisik
Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan,
amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan
pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah
(jenggot dan kumis).
Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
Tergantung pada penyebab hipopituitrisme, perlu juga dikaji data lain
sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi
nervus kranialis, dan adanya keluhan nyeri kepala.
7) Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
8) Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:
Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika
Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol,
aldosteron, testosteron, androgen, test stimulasi yang mencakup uji
toleransi insulin dan stimulasi tiroid realising hormon.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat dijumpai pada klien hipopituitarisme adalah:
1) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan
fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon
pertumbuhan.
2) Disfungsi seksual.
3) Koping individu takefektif.
4) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan
di rumah.
5) Harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh.
6) Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan
gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus
optikus.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
54
7) Ansietas yang berhubungan dengan ancaman atau perubahan status
kesehatan.
8) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan menurunnya kekuatan
otot.
9) Gangguan integritas kulit (kekeringan) sehubungan dengan menurunnya
kadar hormonal
4.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Secara umum tujuan yang diharapkan dari perawatan klien dengan hipofungsi
hipofise adalah:
1) Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
2) Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan 3a Klien dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
3) Klien bebas dari rasa cemas
4) Klien terhindar dari komplikasi
4.4 Tindakan Keperawatan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan (hormonal)
Deftsiensi Gonadotropin
Pria post pubertas diberikan androgen (testosteron). Lebih efektif dengan
pemberian intra muskular. Jelaskan maksud pemberian obat clan cara
penggunaan. Obat clan dosis biasanya bertahap dengan diawali dosis minimal
dan setiap bulannya dinaikkan sampai ditemukan dosis yang tepat.
Observasi efek samping penggunaan testosteron seperti ginekomastia clan
hipertropi prostat. Efek maksimal obat ini akan meningkatkan ukuran penis,
peningkatan libido, massa otot clan tulang bertambah dan kekuatan otot
meningkat clan juga pertumbuhan rambut dada, axilla clan pubis sehingga dapat
mengembalikan citra diri dan harga diri.
Untuk mencapai tingkat kesuburan yang maksimal harus ditambah atau
dikombinasi dengan HCG. HCG diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 4-6
bulan sampai kadar testosteron normal. Dosis awal HCG diberi 5000 unit,
kemudian dilanjutkan dosis 3000 unit tiga kali perminggu untuk menjaga
testosteron stabil. Setelah 4-6 bulan dengan terapi HCG, menotropin (kombinasi
LH dan FSH) diberi intra muskuler tiga kali seminggu. Klien harus mendapat
kombinasi HCG clan menotropin selama 5-6 bulan. Setelah 6 bulan terapi, bila
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
55
jumlah sperma tetap sedikit maka pengobatan dihentikan. Bila jumlah sperma
meningkat maka terapi diteruskan sampai konsepsi terjadi.
Wanita yang telah mencapai pubertas, mendapat terapi estrogen dan
progesteron. Jelaskan hal-hal yang perlu diwaspadai klien seperti hipertensi dan
tromboplebitis. Anjurkan agar melakukan follow up secara teratur. Bila
menginginkan kehamilan, klien diberi chlomiphene citrat (clonid) untuk
merangsang ovulasi.
Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)
1. Pemberian hormon pertumbuhan sintetis (eksogen). Somatotropin
(Humatrop) harus diberikan sebelum epifise tulang menutup yaitu sebelum
masa pubertas.
2. Ciptakan kondisi agar klien dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan
clan pikirannya tentang perubahan tubuh yang dialaminya.
3. Bangkitkan motivasi agar klien mau melaksanakan program pengobatan
yang sudah ditentukan. Jangan memberi janji pada klien bahwa is akan
sembuh tetapi yang lebih penting tekankanlah bahwa pengobatan yang
teratur akan sangat menentukan keberhasilan pengobatan.
4. Anjurkan klien memeriksakan diri secara teratur ke tempat pelayanan
terdekat.
5. Anjurkan pada keluarga untuk dapat membantu klien memenuhi kebutuhan
sehari-harinya bila diperlukan serta dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif dalam keluarga seperti menghindarkan persaingan yang tidak sehat
antar anggota keluarga. Tindakan overprotektif terhadap klien akan sangat
menghambat kemampuan klien dalam mengambangkan koping yang adaptif.
6. Bantu klien untuk mengembangkan sisi positif yang dimiliki serta bantu untuk
beradaptasi.
7. Ajarkan klien cara melakukan perawatan kulit secara teratur setiap hari.
Menggunakan lotion pelembab sangat dianjurkan, tidak menggaruk kulit
karena kulit sangat mudah mengalami iritasi.
8. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, pengobatan dan kunci
keberhasilan pengobatan.
9. Bagi pasangan yang menginginkan keturunan, bangkitkan motivasi mereka
untuk dapat mengikuti program pengobatan secara teratur dan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
56
berkesinambungan karena untuk upaya ini memerlukan waktu yang lama
sehingga butuh kesabaran. Bila dengan pengobatan tidak berhasil maka
bantu pasangan untuk mencari jalan keluar seperti mengadopsi anak atau
hal-hal lain yang mereka sepakati.
GIGANTISME DAN AKROMEGALI
I. KONSEP DASAR
1.1 Pengertian
Gigantisme dan Akromegali adalah kelainan yang disebabkan karena sekresi
hormone pertumbuhan atau growth hormon yang berlebihan. Gigantisme terjadi
kalau produksi berlebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum dewasa atau
sebelum proses penutupan epifisis. Sedangkan Akromegali terjadi setelah
penutupan episfisi sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan
struktur tulang yang berlebihan.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
57
1.2 Etiologi
Penyebab Gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut :
1. G/A primer atau hipofisis dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis
2. G/A Sekunder atau hipotalamik disebabkan oleh karena hipersekresi
GHRH dari hipotalamus
1.3 Patofisilogi
1.4 Manifestasi Klinik
Pada umumnya tanda klinis diketahui pada usia dekade kedua dan ketiga.
Kadang dapat didiagnosis pada umur 5-15 tahun. Gambaran klinis dapat
disebabkan oleh karena tingginya kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 ataupun
karena akibat pembesaran tumor hipotisis (mass effects pitultary adnome)
Adapun gejala akibat kelebihan hormon pertumbuhan dan IGF 1
1. Akibat pada tulang (Skeletal)
- Gigantisme (pada kasus prepubartal onset)
- Frontal bossing
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
58
Adenoma Hipofise (G/A : Primer ) Hipersekresi GHRH Hipothalamus
Kelenjar Hipofise Anterior
Sekresi GH Berlebihan
Hiperplasia Pituitari anterior dan Menekan jaringan Sekitar
Gigantisme dan Akromegali
- Prognastisme, pertumbuhan gizi dan rapat moloklusi
- Kiposis, osteopenia
- Antropati
- Pertumbuhan tentang akstramitos berlebihan ( Bona shatt extamitos)
2. Akibat pada jaringan lunak
- Pelebaran dan perabolan, hidung, ludah,bibir dan telinga
- Pembesaran tangan dan kaki
- Kulit tebal, basah dan berminyak
- Lipatan kulit kasar, skin tag
- Acanthosis nigricans
- Hipertrikosis
- Suara parau (Lower pitch)
- Thiecs heol pads
3. Akibat pada proses metabolisme
- Ganguan toleransi, glukosa/diabetes mellitus
- Hiparfostatemia
- Hiporupidomia
- Hiparkaslamia
Gejala akibat pembesaran tumor
1. Pembesaran keatas (superoir)
- Sakit kepala
- Gangguan pengelihatan, mual, dan skotoma s/d buta (desakan pada
kiama optik)
2. Pembesaran ke lateral
- Kelumpuan saraf III,IV,V dan VI
- Penyumbatan pembuluh darah lokal (sinus karvarnosus)
3. Pertumbuhan ke infarior (dasar sella)
- CSF Tinored
4. Pertumbuhan ke antarior
- Perubahan kepribadian (trontal loba type personality – Chager)
5. Infark (Pituitary appolexia)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
59
Gejala lainnya yang mengkin timbul adalah akibat hiporsekresi hormon lainnya
seperti hiporprolatinemia (dapat terjadi pada 30 % kasus) atau akibat terjadinya
defisiensi hormon lainnya.
1.5 Diagnosis
Diagnosa G/A dapat ditegakkan kalau dapat dibktikan adanya sekresi HP atau
SM-C (IGF-1) berlebihan dan dapat dibuktikan adanya tumor hipotisis.
Tumor hipotesis saat seorang dapat diketahui melalui pemeriksan CT-Scan dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI. Untuk mendiagnosis adanya tumor hipotisis
(baik mikro maupun makro adonomal kerap kali memberikan penekanan pada
jaringan sekitar (terutama N II), sehingga menimbulkan gejala kebutaan akibat
penekanan N.H tersebut. Sebagai penyaring, pemeriksaan SM-C (IGF-1)
kemungkinan dianggap yangb paling baik. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pemeriksaan HP basal sangat bervariasi. Kalau pada orang normal, dapat
menunjukkan angka diatas 20 Mg/l. Oleh karena itu dianjurkan melakukan tes
suprasi HP dengan beban glukosa 100 g, dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan
penekanan sampai dibawah 2 Mg/l
1.6 Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah :
1. Menormalkan kembali kadar GH atau IGH 1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. menormalkan fungsi hipofise
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF atau SM-C
akibat pembesaran tumor
Dikenal 3 macam terapi yaitu :
1. Terapi pembedahan
Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam
pemebdahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : Bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau traus kranial) dan bedah
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
60
mikro (tesh atau trans athnold sphenoid physactomy. Ini dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan pengobatan hidung
antara kedua mata mencapai tumor hipotisis.
Efek samping operasi dapat terjadi pada 6-20 % kasus namun pada
umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran
cairan celebro spinal (CSF Lack) fistula oro nasal, apistaksis, sinossitis dan
infeksi luka operasi. Komplikasi lainnya adalah terjadinya gejala diabetes
insipidus atau SIADH (Sindrom Inapplopriate anti diuretic hormona) dan
hipopituitarisme
Pemantuan pasca operasi . Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- ITT (Insulin Tolerance Test)
- OGTT
- TRH Test
- Fungsi Kelenjar Tiroid
- Fungsi Gonad
2. Tindakan Radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan. Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2
cara yaitu :
Radiasi secara konvensional
(Conventional high voltage radiolation , 4,5, GY/4500 iod) menggunakan
sinar energi proton (1 Mc V) dimulai dengan dosis kecil (kurang dari 200
vad setiap sasi) dalam kurun waktu 5 minggu bertujuan mencegah
kerusakan jaringan yang sehat.
Radiasi dengan energi tinggi partical berat (high energi heavi partides
radiation, 150 5-1/1500 rad) dikatakan dapat memberikan hasil yang lebih
baik tetapi membawa resiko lebih besar pada pengelihatan.
3. Terapi Medikomentosa
Antagonis dopamin
Pada orang normal, dopamin ataupun agonis dopamin dapat
meningkatkan kadar HP tetapi pada akromegali, dopamin ataupun
antagonis dopamin menurunkan kadar HP dalam darah
Bromokriptin
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
61
Dosis
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 Mg sesudah makan malam dan dinaikkan
secara berkala 2,5 Mg setiap 2-4 hari. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa,
dosis 20-60 mg/harim mampu memberikan perbaikan klinis pada 90 % kasus.
Efek samping yang dilaporkan adalah ; Vase spasmedigital, hipotensi artostatif,
sesak napas ringan, nausea, konstipasi dll
Indikasi pengobatan dengan bromokriptin :
1) Pasien tua
2) Menyertai tindakan radiasi (sambil menunggu efek radiasi yang
memakan waktu lama)
3) Pasien yang gagal diobati dengan cara lainnya
4) Sebagai terapi tambahan setalah tindakan pembedahan
Octreotida (long acting somatostatin analgue)
Keberhasilannya pengobatan dengan octreotide :
- Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 Mg/l pada kasus 50 % kasus
- Menormalkan kadar IGF 1 / SM-C pada 50 % kasus
- Penyusutan tumor terjadi pada 30-50 % kasus
Cara pemberian : Sub Kutan
Dosis : dosis rata-rata adl 100-200 Mg diberikan setelah 8 jam, (50-250 Mg/6-
12 jam sampai dengan maksimun 1500 mg/hari. Selain cara suntikan sub
kutan, juga dikenal pemberian secara pompa (constant pump tharapy)
Efek samping :
1) Ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri lokal (didaerah
suntikan) steatorea dan karam perut.
2) Kholelitiasis, yang kemungkinan disebabkan oleh karena
berkurangnya kontralititas kandung empedu
2. ASUHAN KEPERAWATAN AKROMEGALI DAN GIGANTISME
2.1 PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
62
Riwayat dari perubahan sensory, terutama penglihatan dan juga
perubahan sensory peripheral
Ketidaknyaman temporal/headache trontal, artrolgia, backache
Perubahan nampak tubuh, bentuk wajah yang kasar, penambahan
jaringan keringat yang berlebihan dan kulit berminyak.
Riwayat perubahan tingkat energi (lethargy fatigue) dan penurunan
mobilisasi
Mengenal psikososial, perubahan kelakukan seperti cemas, irritability
berhubungan dengan gambaran diri.
Riwayat perubahan manstruasi pada wanita dan untuk pria perubahan
libido berhubungan dengan infartility.
Riwayat obat, penggunaan obat kontrasepsi per oral, obat psykotropic.
Tingkat pengetahuan berhubungan dengan pengobatan, potensial
pemasukan obat
2) Data Obyektif (Data tentang neurologi dan endokrin)
Fungsi nervus aranial, II,III,IV,dan VI
Perubahan retinal indikai dari papiledema atau olevasi tekanan darah.
Status montal, kesiapan, status emosi
Fungsi nervus peripheral
Campak tubuh/deskripsi
Mobilisasi dan fungsi sendi
TTV, tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
Berat badan dan tinggi
Adanya organomengaly, terutama cardiac dan hepatic dan tandon yang
berhubngan dengan perubahan
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan gangguan prikis
2) Disfungsi sexual berhubungan dengan. PRL
3) Nyeri berhubungan dengan masa pada intracranial
4) Takut berhubungan dengan. diagnosa dan pengobatan
5) Tidak efektif koping individu berhubungan dengan. gangguan konsep diri
6) Intolerance aktifitas berhubungan dengan. efek HP ditandai nyeri sendi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
63
7) angguan sensory persetual berhubungan dengan tumor atau penekanan
pada daerah disekitarnya
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan. diagnosa dan pengobatan.
2.3 PERENCANAAN / IMPLEMENTASI
1) Gangguan gambaran diri :
Goal : Pasien akan menunjukkan perkembangan gangguan gambaran diri
Intervensi :
Nonsugical Management
Klien dengan peningkatan HP mungkin ada perubahan skeletal tidak
dapat diobati
Menguatkan klien mengenal pengucapan dan takut yang berhubungan
dengan gangguan psikis
Perawat membantu klien untuk menandai kekuatannya, karakteristik
postif, keunikan yang penting dari setiap individu
Klien dengan peningkatan PRL, galactorihea, gynacomastia, dan
kesulitan fungsi sarual dapat menyebabkan gangguan bentuk tubuh klien
dan ciri-ciri seseorang
Perawat meningkatkan pengobatan alleviote dari beberapa gejala terapi
juga mendorong klien untuk berdiskusi tentang perasaannya yang
berhungan dengan perubahan.
Surgical Management
Untuk kedua penyakit ini, pengobatan yang dilakukan adalah
pembedahan hypophysactomy untuk mengangkat tumor
Transpanadol kelenjar pituitary juga sering dilakukan
Perawatan pre operasi
Perawat review klien dengan hypophysectomy akan kekurangan hormon,
sakit kepala ringan dan perubahan fungsi sexual, perubahan
tubuh/pembesaran visceral dan perubahan visual tidak biasa
Perawat menjelaskan nasl packing diberikan 2 -3 hari post operasi yang
mana mengharuskan pernapasan mulut
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
64
Perawat melihat klien sikat gigi, batuk, bersin, nosa blowing dan menekuk
semua itu dihindari setelah operasi karena dapat menggangu
penyembuhan insisi atau dapat menganggu muscle grart
Perawat menjelaskan diagnostik test pre opratif, neuroradiologi, test
endokrim dan visual nasal dan membram mukus oral bebas kultur bacteri
dan sensitivity
Perawatan Post Operasi
Menilai tanda-tanda odema cerebral dan peningkatan tekanan intraranial
Peningkatan tekanan darah
Tekanan nadi
Nadi menurun
Perubahan pupil
Gangguan Respirasi
Menilai tanda-tanda dari defisiensi kelenjar (pituatary tidak lagi
memproduksi hormon tropik.
Adrenal Insuffciancy
Hypothyroldism
Diabetes Insipidus
Monitor intake cairan intravena, menganjurkan minum saat haus dan
adminstrasi vasopressin
Perawat menginstruksikan klien untuk melaporkan arip post nasal, yang
mana diindikasi kebocoran dari CSF
Kepala tempat tidur di alerasi
Jika klien mengatakan sakit kepala yang hebat, CSF cairan mungkin
bocor kedalam sinusea
Tidak dianjurkan batuk karena meningkatkan tekanan di area insisi dan
biasanya CSF bocor
Dan paling penting perawat mengingatkan klien untuk napas dalam untuk
mencegah komplikasi pulmorary
Klien menunjukkan mulut kering sebagai hasil pernapasan mulut
Menilai tanda-tanda manifestasis
Jika kelenjar pituitary diangkat, klien memerlukan pergantian
glucocorticoid dan tiroid hormon
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
65
2) Diagnosa 2
Disfungsi sexual
Goal : Klien akan mencapai tingkat keinginan dari fungsi sexual :
Intervensi
Perawat mengidentifikasi masalah spesifik yang
ditunjukkan dan mendorong klien untuk berdiskusi berbagai efek dari
disfungsi sexual dalam hubungan dengan patner sexual
Terapi obat bromocripine mesylate efektif mengurangi
tingkat PRL pada klien dengan PRL – Sekresi tumor
Klien memerlukan hipophysecctomy untuk
hyparpituitarism mungkin diakibatkan datisiansi gonadotropin setelah
pembedahan
2.4 EVALUASI
1. Klien memperbaiki gambaran diri
2. Partisipasi dalam aktifitas sexual yang diinginkan
3. Indentifikasi aktivitas yang dilakukan setelah transsphenoldal
4. Memberitahukan efek samping dari pemberian obat
5. Menggambarkan dan memenuhi cara pengantian hormon (jika dapat dipakai)
6. Indentifikasi gejala kambuhnya hiparpituitasism
2.5 PENDIDIKAN KESEHATAN
Setelah transsphenodal hypophysectomy, perawat menganjurkan klien untuk
menghindari aktifitas yang dapat menganggu penyembuhan :
Mengajarkan klien harus menghindari menekuk badan dari pinggang
sampai ujung sepatu
Perawat menginstruksikan klien menekuk dari lutut sampai sekitar objek
jatuh.
Menganjurkan klien mencegah konstipasi seperti makan makanan tinggi
sert, minum air yang banyak dan menggunakan pencahar.
Menekuk dan mengedan sebaiknya dihindari pada 2 bulan pertama setelah
pembedahan.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
66
GANGGUAN KELENJAR THYROID
1. KONSEP DASAR HIPERTIROIDISME
1.1 PENGERTIAN
Hipertiroidisme atau tirotoksikosis adalah syndrome klinis, fisiologi dan biokimia,
sebagai akibat terpaparnya jaringan oleh kadar hormone thyroid yang
berlebihan. Kelebihan hormon ini dapat berasal dari hiperfungsi kelenjar tyroid,
reaksi autoimun,inflamasi akut atau destruksi kelenjar yang melepas hormon
yang tersimpan.
Hypertiroidisme merupakan kelaianan yang sering ditemukan dengan angka
prevalensi 19/1000 pada wanita dan 1,6/1000 pada laki-laki.
1.2 ETIOLOGI
1) Penyakit Graves (85 %) : kemungkinan autoimun secara alami,
imonoglobulin menyebabkan rangsangan pada kelenjar tyroid.
2) Toksik Multinodular gondok (10 %) : Banyak nodul tyroid mengakibatkan
hiperfungsin tyroid.
3) Tyroid adenoma: Fungsi autonom dari folikel dengan adenoma.
4) Hypertiroidisme pituitary: pituitary adenoma mengakibatkan peningkatan
sekresi TSH.
5) Tyroiditis (radiasi): sekresi T3 dan T4 meningkat sebelum obstruksi dari
kelenjar tiroid.Status hypertiroid biasanya sementara.
6) Carsinoma Tyroid:tidak diketahui,biasanya terjadi dengan folikel carsinoma
yang beredar.
1.3 PATOFISIOLOGI
Hiperplasia kelenjar tiroid disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon tiroid,
hormon tersebut merangsang mitokondria yang meningkatnya energi untuk
aktifitas sel dan produksi panas. Hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan
metabolisme, peningkatan pemenuhan persediaan lemak dan meningkatnya
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
67
nafsu makan serta pemasukan makanan, akibatnya curah jantung meningkat
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang meningkat dan
vasadilatasi perifer yang akan meningkatkan produksi panas. Dalam sistim
neurovasculer keadaan fiperaktif ini, akan menekan reflkes, dan kondisi
kecamasan akan meningkatkan aktifitas saluran pencernaan. Hipartiroid dapat
disebabkan karena peradangan, penyinaran tiroid atau adanya kerusakan
jaringan tiroid oleh tumor.
1.4 Manifestasi Klinik
Dalam keadaan ringan ditandai dengan sakit yang serius dan akan hilang dengan
spontan dalam beberapa bulan / tahun. Bila tidak diobati pasien akan menjadi
kurus, gelisa dan delirium, disorientasi dan akhirnya menjadi gagal jantung gejala
yang paling sering timbul pada saat permulaan adalah : Gelisah, hiperaktif, lekas
marah, kuatir, tak dapat duduk dengan tenang, denyut jantung cepat saat istirahat
maupun beraktifitas, tidak tahan panas, banyak berkiringat dengan ciri kulit
berwarna salun, hangat dan lembab, termor pada tangan serta eksoptalmus.
Gejala lain yang timbul adalah meningkatnya nafsu makan, kehilangan berat
badan secara dratis, otot lemah, amenorea, dan gangguan pola BAB, diare atau
konstipasi.
A. Gangguan pada CNS:
Pada nervus:Tidak bisa istirahat,perhatian kurang, ingin gerak.
Emosi labil:Menangis tanpa sebab,gangguan psikis berat dan mudah marah
Hyperkenesis: tidak bisa duduk,ketuk-ketuk bunyikan jarinya,gerak
cepat,posisi selalu berubah,tangan tremor,lidah dan kelopak mata
menyentak-nyentak.
B. Gangguan system cardiovasculer
Tachicardy:lebih dari 90 kali/menit walaupun saat istirahat
Meningkatnya sistolik dan menurunnya diastolik dengan peningkatan
tekanan nadi palpitasi
Bunyi jantung kuat dan kemungkinan murmur di apex
Dyshritmia
Gagal jantung jika ada penyakit hati
Udem
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
68
C. Gangguan pernapasan
Dyspneu: bisa ada tanpa gagal jantung
Vital kapasitas kurang
Meningkatnya ventilasi oksigen
D.Gangguan pada kulit dan rambut
Kulit hangat dan lembab
Telapak tangan eritema
Rambut tipis,gugur dan kaku
E.Gangguan otot dan tulang
Kelelahan,kecapaian,sulit bangun atau duduk
Meningkatnya eksresi calcium dan ion phosparus,kadang-kadang
dihubungkan dengan demineralisasi tulang dan fraktur
Terjadi hypercalsemia
F. Gangguan pada mata
Mata tampak bercahaya akibat tarikan pada kelopak mata atas
Kelopak mata tertinggal
Gerakan kelopak mata tersentak dan spasme
G.Gangguan pada system climentary
Meningkatnya nafsu makan
Menurunnya BB
Meningkatnya jumlah BAB dan bentuk feses kurang
Disfungsi hepatic
H.Gangguan metabolisme
Suhu tubuh meningkat
Tidak tahan panas
Meningkatnya penurunan insulin,memperburuk DM
Meningkatnya penurunan triglyserida
I. Gangguan system hematodietic
Menaikan RBC denga indikasi normal
Menurunnya total WBC sebab menurunnya granulositosis
J.Gangguan reproduksi
Prepubertas: perkembangan sexual gagal
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
69
Postpubertas: menaikan libido,gangguan menstruasi (perubahan interval
antar haid)
Komplikasi
1. Krisis tyroid:apabila terlihat tiga gejala yaitu peningkatan gejala
hypertiroidisme,febris dan menurunnya kesadaran
2. Alergi PTU:jika terjadi dapat diganti dengan neomercazol dengan dosis 0.1kali
dosis PTU
3. Komplikasi hematologis penggunaan OAT berupa depresi sumsum tulang
dengan agranulositosis,dengan keluhan nyeri telan,febris dan leukositosis
dengan granulosit rendah.
Studi diagnostik dan penemuan
Studi diagnostik Penemuan
Serum T3 Meningkat
Serum T4 meningkat
Serum T3 dan T4 bebas Meningkat
T3 RU Meningkat
Tes stimulasi TRH Sedikit atau tidak ada respon TSh
Tes supresion tyroid Menentukan penekanan RAIU atau level T4
Studi RAIU Meningkat
ECG Menunjukkan tachycardi,atrial fibrilasi dan gangguan
P dan T
USG Untuk membatasi ukuran kelenjar tyroid dan
mengevaluasi massa
Tes stimulasi TSH Tidak ada perubahan
Anti body tyroid Titer tyroglobulin anti body tinggi
Manajement Medik
- Propylthiouracil (PTU):100-150mg PO
- Methimazole (Tapazole):5-15mgPO
- Strong iodine (Lugols)solution:6 tetes dari ½ gelas cairan
- Potasium Iodine (SSKI):900-1800 mg tablet, 0,9-2,4 ml larutan, 20-60 ml sirup
PO
- Lithium carbonat:900-1200 mgPO
- Propanolol (inderal ):30mgPO
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
70
2. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTHYROIDISME
2.1 Pengkajian
I. Data Subjektif
Neurologi : Ansomia, diplopia, sakit kepala, kelemahan otot, sangat lemah .
Kardiovasculer : Palpitasi dan banyak keringat.
Saluran pencernaan : Kehilangan berat badan, peningkatan nafsu makan, diare,
mual, sakit perut, tidak ada nafsu makan, sakit perut hebat.
Metabolik : Banyak keringat, peka terhadap panas, meningkatnya toleransi
terhadap rasa dingin.
Seksual / Reproduksi : Oligomenorea, amenore libido menurun, menurunnya
kesuburan.
II. Data Objektif
Neurologi : Aritable, tremo, emosi labil, kelemahan otot atropi, refkles tendon
dalam dan cepat bingung atau disorientasi, apatis, stuporl delirium dan koma.
Mata : Mata besar dan menonjol keluar, edema periorbital, termo kelopa mata,
lemah atau kelumpuhan otot ekstraokuler
Kardiovasculer : Nadi cepat dan tak teratur, tekanan nadi kuat, edema, mur mur
sistolik jantung banyak keringat, tahikardiat atrial febrilasi, nadi lemah hipotensi.
Pernapasan : Dispnea, frekwensi pernapasan meningkat dan dalam, edema
pulmonal.
Saluran pencernaan : Berat badan menurun diare, bising usus hiperaktif, muntah
terus menerus hepatomegali.
Metabolik : Banyak keringat, kelenjar tiroid membesar, bruit arteri kalenjar tiroid.
Kulit : Kulit lembut, hangat dan lembab, berkeringat kemerahan,
hiperpigmentasi, rambut tipis.
Seksual / Reproduksi : Ginekomastia.
III. Data Laboratorium
Peningkatan T3 dan T4, TSH menurun, meningkatnya T3 rensi up take
2.2 Diagnosa Keperawatan / Perencanaan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
71
1. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan peningkatan stimulasi sistim
sarat simpatetik oleh kadar hormon tiroid yang tinggi.
Hasil yang diharapkan :
Pasien dapat berorentasi penuh, dapat merespon dengan tepat terhadap
situasi dan orang, dapat menggunakan tekni untuk mengurangi stres.
Intervensi :
Kaji tingkat kesadaran, orentasi, efek dan persepsi tiap 4 – 8 jam,
informasi perubahan perubahan yang negatif.
Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi serta beri dukungan
yang tepat.
Ciptakan ketenangan lingkungan ( Tidak bising, batasi pengunjung
mencegah situasi emosional ).
Rencanakan dan jelaskan asuhan dengan jelas dan tepat.
Antisipasi kebutuhan untuk mencegah reaksi heperaktif.
Informasikan kepada pasien tentang aktifitas apa saja yang dibatasi.
Anjurkan tekni mengurangi stres dan informasikan kapan penggunaannya.
Orentasikan pasien terhadap lingkungan waktu dan orang ( Jam, kalender,
gambar keluarga ).
2. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kurang suplai O2 akibat meningkatnya
metabolisme.
Hasil Yang diharapkan :
Seluruh aktifitas dapat dilaksanakan sedikit / tampa bantuan.
Intervensi :
Kaji tanda vital tanda fital dan tingkat aktifitas
Batasi tingkat aktifitas pasien sesuai toleransi
Atur waktu istirahan yang cukup.
Jangan lanjutkan aktifitas bila ada tanda tidak toleransi misalnya dispnea
takikardi atau kelelahan.
Bantau pasien untuk beraktifitas bila tidak dapat melakukan sendiri karena
tremor atau kelemahan.
Rencanakan aktifitas sehari hari dan pola tidurnya.
3. Gangguan pola tidur berhubungan agitasi akibat peningkatan metabolisme.
Hasil yang diharapkan :
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
72
Pasien mempunyai pola tidur yang normal dan pasien mengungkapkan rasa
puas beristirahat.
Intervensi :
Kaji pola tidur dan aktifitas masa lalu dan saat ini
Tanyakan bantuan yang dibutuhkan untuk pengantara tidur ( air hangat,
gosok punggung dengar musik dll ).
Diskusikan bantuan / pengantar tidur yang lain misalnya tekni relaksasi.
Bantu pasien untuk menetapkan pola aktifitas fisik yang teratur, kurangi
aktifitas yang merangsang sebelum tidur.
Usahakan lingkungan yang mendukung untuk tidur, kurangi cahaya lampu,
tutup pintu ruangan, pelihara ketenangan dan jaga privasi.
Hindari gangguan selama tidur
Bila mungkin rencanakan pengobatan dan pemberian obat obat pada siang
dan sore hari.
Kaji aktifitas tidur .
4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare,
mual, sakit perut.
Hasil yang diharapkan :
Pemasukan dan pengeluaran seimbang berat badan meningkat menjadi normal
Intervensi :
Pantau pemasukan diet untum menambah kalori Karbohidrat dan Vit. B
Makan porsi kecil dan sering sesuai kebutuhan kalori pasien.
Konsultasi makanan yang dibutuhkan pasien.
Hindari minuman yang merangsang seperti kopi, teh, cola atau yang dapat
meningkatkan peristatik usus.
Masukan cairan 2 – 3 liter / sehari, hindari juce yang menyebabkan diare.
Timbang berat badan setiap hari.
Diagnosa keperawatan Lain Yang dapat ditegakkan adalah
5. Penurunan CO berhubungan dengan disrithmia karena meningkatnya aktivitas
simpatik
Intervensi :
1) Monitor ECG, kecepatan dan ritmenya mungkin ada disritmia
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
73
RASIONAL : Tachycardi dapat menstimulasi miocardial dengan hormon
tyroid,disrithmia dapat terjadi dan menggangu fungsi cardiak
2) Investigasi nyeri dada atau angina
RASIONAL : .Untuk mendeteksi penurunan oksigen miokardial atau iskemi
3) Monitor nadi dan tekanan darah
RASIONAL : Untuk mengevaluasi status cardiovaskuler dan keefektifan
perawatan
4) Ukur dan catat intake dan output pasien
RASIONAL : Untuk mendeteksi cairan dan kemungkinan terjadinya gagal
jantung
6. Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan kerusakan fungsi
saraf optik atau infiltratif optalmopati
Intervensi:
1) Kaji orientasi terhadap waktu tempat dan orang
RASIONAL : Kehilangan status mental dapat meningkatkan gangguan
pengetahuan
2) Monitor tingkat kesadaran,obsevasi perubahan prilaku
RASIONAL : Indikasi gangguan fungsi otak
3) Orientasikan pasien pada kenyatan
RASIONAL : Untuk mengurangi kemungkinan disorientasi terhadap isolasi
dan kurang pengetahuan
7. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya kecepatan metabolisme
Intervensi:
1) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretika
RASIONAL : .Obat antipiretika dapat menurunkan suhu tubuh
2) Anjurkan pasien untuk minum yang banyak
RASIONAL : .Proses evaporasi (penguapan ) yang berlebihan dapat
mengakibatkan dehidrasi
8. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpapar terhadap informasi
Intervensi: sesuai dengan pendidikan kesehatan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
74
2.3 IMPLEMENTASI
1. Pertahankan CO
Monitor status CO tiap 4-8 jam
Lapor setiap, perubahan pada dokter, misalnya: meningkatnya tachicardi,
disrithmia dan tanda CHF
2. Pertahankan intake nutrisi yang adekuat
Monitor intake dan output tiap 8 jam
Timbang BB tiap hari
Moniotor intake nutrisi, sering memberikan makanan tinggi protein dan kalori
3. Pertahankan suhu tubuh normal:
Monitor suhu tiap 4 jam, catat setiap kenaikan
Kompres dingin
Pertahankan suhu ruangan dalam rentang yang cukup dingin
Anjurkan sering mandi siram dan gunakan baju bahan katun
4. Tingkatkan Pertahankan dan toleransi terhadap aktivitas
Anjurkan jalan ringan jika CO stabil
Beri aktivitas antar waktu istirahat
Beri perawatan mata yang baik
Monitor kornea terhadap kerusakan,kemampuan melihat
Segera lapor setiap ada keluhan
5. Tingkatkan istirahat yang adekuat
Beri ketenangan lingkungan yang nyaman
Beri minum susu sebelum tidur
Gosok punggung pasien sebelum tidur
6. Tingkatkan pengetahuan pasien
Jelaskan tentang penyakit dan bagaimana tanda dan gejalanya
Klasifikasi obat-obat yang diberikan
Daftar rencana follow up
2.4 Evaluasi
Fungsi kardiovaskuler normal, tidak ada distritmia, kulit pasien kembali hangat dan
kering.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
75
Intake nutrisi adekuat, pasien dapat mendemonstrasikan ketaatan pada diet yang
sudah ditentukan
Tidak ada gangguan pada penglihatan
Peningkatan kenyamanaan, pasien ,mengenal dan menggunakan beberapa teknik
untuk mengontrol intoleransi panas serta dapat melakukan ADL
Suhu tubuh normal, tidak ada panas dan perubahan metabolisme lainnya
Pasien dapat tidur atau istirahat pada lingkungan yang nyaman
Pasien dan keluarga mengetahui dan mengerti tentang hipertiroidisme dan
pengobatannya
Pendidikan kesehatan
1. Beritahu pasien tentang tanda gejala hipertyroidisme
2. Pastikan pasien mengerti tentang obat,nama,dosis,reaksi,frekuensi dan
pentingnya berobat tepat waktu
3. Diskusikan dengan pasien untuk diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat,
sampai BB nya stabil
4. Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya istirahat dan menghindari
kelebihan bergerak
5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga bahwa pasien mungkin mempunyai
emosi yang tinggi dan mungkin butuh dukungan
6. Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya evaluasi follow up
HIPERTROFI KELENJAR THYROID
1. KONSEP DASAR
1.1 Pengertian
Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran sel/ jaringan
tanpa disertai peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tiroid.
Disebut juga sebagai goiter nontosik atau simple goiter atau Struma Endemik. Pada
kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunaan atau peningkatan
sekresi hormon-hormonnya maka dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
76
yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti
pengaruhnya pada trachea dan esophagus.
1.2 Pathofisiologi
Berbagai factor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid
termasuk didalamnya defisiensi jodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan
ini dapat menekan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung,
kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomaly,
peradangan dan tumor/neoplasma.
Sedangkan secara fisiologis, menurut Benhart(1991) kelenjar tiroid dapat membesar
akibart peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan
tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan
dikatakan pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan hormone ini
cenderung meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas
meningkat.
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut Sttruma Endemis
dan Sporadis. Secara sporadis dimana kasus-kasus strume ini dijumpai menyebar
diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma
sporadis banyak disebabkan oleh factor goitrogenik, anomaly dan penggunaan obat-
obatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis, dimana kasus-
kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu,
dihubungkan dengan penyebab defisiensi jodium.
Bahan dasar pembentukan hormone-hormon kelenjar tiroid adalah jodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung jodium. Ion Iodium
(Iodida ) darah masuk ke dalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP
sebagai sumber energi. Selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis
Tiroglobulin (sejenis glikoprotein ) dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga
akan terbentuk di iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT ). Prose ini
memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Prose akhir adalah berupa reaksi
penggabbungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin
atau tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3)
untuk selanjutnya masuk ke dalam plasma dan berikatan dengan protein binding
iodine. Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormone TSH dan dihambat oleh
Tiourasil, Tiourea, sulfonamid dan metilkaptoimidazol.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
77
Melihat proses singkat terbentuknya hormone tiroid maka pemasukan iodium yang
kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau zat
yang mengandung tiourea, tiourasil, sulfonamide dan metilkaptoimidazol,glukosil
goitrogenik, gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam
plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar
hormone-hormon tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap
kelejar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi
pembesaran(hipertropi). Dengan kompensasi ini kadar hormon seimbang kembali.
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelnjar tiroid yang dapat
mempengaruhi keduduka organ-organ disekitarnya. Dibagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trachea dan esophagus. Struma dapat mengarah kedalam
sehingga mendorong trachea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan
bernafas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan
oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan
menyebabkan suara menjadi serak dan parau.
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernafas dan disfagia . Tntu dampaknya lebih
kea rah estetika atau kecantikan . Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi
rasa aman dan konsep diri klien.
2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1) Kaji riwayat penyakit:
Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien
Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.
2) Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita
3) Usia dan jenis kelamin
4) Kebiasaan makan; bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor
goitrogenik.
5) Penggunaan obat-obatan.
Kaji jenis obat-obat yang sedang digunakan dalam tiga bulan terakhir
Sudah berapa lama digunakan
Tujuan pemberian obat
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
78
6) Keluhan klien.
Sesak napas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas. - Sulit menelan
Leher bertambah besar - Suara serak/parau
Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris.
7) Pemeriksaan fisik.
Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris
tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.
Inspeksi bentuk leher, simetris tidaknya. - Auskultasi bruit pada arteri
tyroidea.
Nilai kualitas suara
Palpasi apakah terjadi deviasi trakhea
8) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kadar T3 clan T4 serum
Pemeriksaan RAI - Test TSH serum.
9) Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis di atas terhadap
kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan
elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti:
Status pernapasan: frekuensi, pola clan teratur tidaknya, dan apakah
klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal
dan cuping hidung.
Warna kulit, apakah tampak pucat atau sianosis - Suhu kulit khususnya
daerah akral
Keadaan umum/kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak
berdaya
Berat badan dan tinggi badan
Kadar hemoglobin
Kelembaban kulit dan teksturnya
Porsi makan yang dihabiskan
Turgor
Jumlah dan jenis cairan peroral yang dikonsumpsi - Kondisi mukosa
mulut
Kualitas suara
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
79
Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi khen
dengan orang disekitarnya.
Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dijumpai pada klien dengan goiter nontoksik
antara lain:
1. Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar
tiroid terhadap trakhea.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
asupan yang kurang akibat disfagia.
3. Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher. 4.
Gangguan rasa aman: ansietas yang berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit dan pengobatannya, atau persepsi yang salah tentang penyakit
yang diderita.
2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan
penekanan kelenjar tiroid terhadap trakhea.
Tujuan:Selama dalam perawatan, pola napas klien efektif kembali (sambil menung-
gu tindakan pembedahan bila diperlukan) dengan kriteria
sebagai berikut:
- Frekuensi pernapasan 16-20 x/menit dan pola teratur - Akral hangat
- Kulit tidak pucat atau cianosis.
- Keadaan klien tenang/ tidak gelisah
Intervensi Keperawatan
1. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan.
2. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason (untuk mengurangi
edema).
4. Bila dengan konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif.
5. Bantu aktivitas klien di tempat tidur
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
80
6. Observasi keadaan klien secara teratur
7. Hindarkan klien dari kondisi-kondisi yang menuntut penggunaan oksigen lebih
banyak seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang terlalu dingin.
Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat disfagia
Tujuan: Berat badan bertambah, Hemoglobin: 12-14 gr% (wanita) clan 14-16 gr%
(pria), Tekstur kulit baik
Intervensi Keperawatan:
1. Berikan makanan lunak atau cair sesuai kondisi klien 2. Porsi makanan kecil
tetapi sering
2. Beri makanan tambahan diantara jam makan 4. Timbang berat badan dua
hari sekali
3. Kolaborasi pemberian ruborantia bila diperlukan
4. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Citra diri yang berhubungan dengan perubahan
bentuk leher
Tujuan:Setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif
kembali dengan kriteria:
- Klien menyenangi kembali tubuhnya
- Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif
pembesaran pada leher
- Klien dapat melakukan aktivitas fisik clan sosial sehari-hari
Intervensi Keperawatan:
1. Dorong klien mengungkapkan perasaan clan pikirannya tentang bentuk leher
yang berubah
2. Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi
perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup.
3. Beri pujian bila klien dapat melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan
penampilan diri
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
81
4. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher clan jalan keluar yang
dapat dilakukan seperti tindakan operasi.
5. Jelaskan pula setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang
dapat dilakukan.
Diagnosa Keperawatan: Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
klien tentang penyakit dan pengobatannya atau persepsi yang
salah tentang penyakit yang diderita.
Tujuan: Setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 2 kali, ansietas klien
akan hilang dengan kriteria sebagai berikut:
- Ekspresi wajah tampak rileks
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. - Klien
mengetahui penyakit dan upaya pengobatan
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit dan pengobatannya. Identifikasi sumber
informasi yang diterima klien
2. Identifikasi harapan-harapan klien terhadap pelayanan yang diberikan
3. Buat rancangan pembelajaran yang mencakup:
- Jenis penyakit dan penyebabnya
- Upaya penanggulangan seperti pemberian obat-obatan, tindakan operasi
bila ada indikasi.
- Prognosa dan prevalensi penyakit
- Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan keadaan yang lebih buruk dan
kondisi yang mempercepat penyembuhan.
4. Laksanakan pembelajaran bersama dengan anggota keluarga, perhatikan
kondisi klien dan lingkungannya.
HIPOTIROIDISME
1. KONSEP DASAR HIPOTIROIDISME
1.1 Pengertian
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
82
Hipotiroidisme merupakan keadaan klinik yang disebabkan oleh kekurangan hormon
tiroid. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
akan hormon-hormon tiroid. Berbagai kelainan struktur dan fungsional dapat
mengakibatkan menurunnya produksi hormon tiroid. Keadaan hipotiroidisme
menyerang lebih kurang' 2% pada wanita, dan 0,2% pada laki - laki.
1.2 KLASIFIKASI HIPOTIROIDISME
Menurut umur mulai terkenanya (onset), hipotiroidisme dibagi menjadi: hipotiroidisme
infantil (kretinisme), hipotiroidisme juvenil, dan hipotiroidisme dewasa (miksedema).
1) Hipotiroidisme Infantil (Kretinisme)
Umur mulai terserang: bayi 1-2 minggu setelah lahir.
Penyebab tersering adalah:
- Ibu minum obat mengandung iodida waktu hamil - minum-obat
antitiroid berlebihan saat hamil
- Agenesis tiroid
- Dishormogenesis tiroid
- Kurang iodium berat di daerah endemik kadang-kadang hipofungsi
hipotalamik-hipofisis.
Gejala-gejala:
- Ikterus neonatal berkepanjangan, letargi, sukar minum; kulit keying
dan tebal, pot belly, hernia umbilikalis.
- Bila tidak lekas diobati akan terjadi gejala-gejala seperti obstipasi,
suara tangis serak, lidah tebal, hipotermia, dan otot-otot lemah.
- Bila berkelanjutan sampai umur` l tahun, pertumbuhan menjadi
terhambat, meliputi pertumbuhan gigi, kemampuan duduk, me-
rangkak, dan bicara.
2) Hipotiroidisme Juvenil
Mulai terjadinya biasanya pada masa anak-anak (childhood) sampai pubertas.
Penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun, dan pascatiroidektomi parsial.
Gejalanya ringan, antara infantil dan dewasa; tidak ditemukan hambatan
mental yang berat, dart gejala khas miksedema. Dapat terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan seks.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
83
3) Hipotiroidisme Dewasa (Miksedema)
Miksedema diakibatkan oleh adanya penimbunan bahan mukopolisakarida.
Penyebabnya adalah: tiroiditis autoimun, pascatiroidektomi parsial, pascaterap
iodium radioaktif, dan obat antitiroid.
Gejala-gejala: Terjadinya berangsur-angsur: Gejala ringan dapat,berupa:
edema, dan bradikardia. Keadaanlebih lanjut menunjukkan, gejala-gejala
seperti: toleransi terhadap dingin menurun, nafsu makan menurun, berat
badan naik, menoragi, parau, lelah, pendengaran menurun, galaktore,
karotenemia,-sulit berkonsentrasi. Pada keadaan berat terjadi: tuli, ptosis,
miopati,' refleks menurun, psikosis, efus : sendi/pleura/perikardial, edema
anasarka.
1.3 PATOFISIOLOGI
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada
pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar
tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik.
Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat
kali lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme
kongenital dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi
untuk meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap rangsangan hormon
TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme
basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang
dipengaruhi antara lain:
1) Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
2) Penurunan motilitas usus
3) Penurunan detak jantung
4) Gangguan fungsi neurologik
5) Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan
terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi
mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial
seperti rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
84
Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon
tiroid memungkinkan klien mengalami anemi.
Dampak hipotiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh sebagai adalah berikut:
1) Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal;
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontok
dan pertumbuhannya buruk.
2) Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea
3) Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi
terhadap aktivitas menurun, hipotensi.
4) Metabolik seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
5) Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang
melambat.
6) Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan
terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen,
bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.
7) Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi
abdomen.
8) Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau
masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, anovulasi dan penuirunan libido.
Pada pria: penurunan libido dan impotensia
9) Psikologis/emosi; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku mania.
10) Manifestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face),
wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap
opioid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong, lemah, haluaran
urine menurun, anemi, mudah berdarah.
1.4 GEJALA POKOK HIPOTIROIDISME
Neurologik: kelemahan otot, kram, parestesia, disartria, ataksia, sindrom Carpal-
Tunnel, vertigo, myotonic jerk, korna.
Psikiatrik: depresi, ketidakmampuan berkonsentrasi, psikosis, somnolen.
Reumatologik: nyeri sendi, artritis.
Otolaringologik: serak, tinitus, tuli.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
85
Dermatologik: kulit kasar dankering, alopesia.
Kardiologik: bradikardia, payah jantung.
Gastroenterologik: anoreksia, konstipasi.
Hematologik: anemia.
Ginekologik: menoragi, amenore.
Nefrologik: puffy face, edema.
1.5 Pemeriksaan dan Tes yang Perlu untuk Diagnosis Hipotiroidisme
Refleks menurun
Kolesterol dan trigliserida meningkat
Nadi tidur nyenyak (NTN) di bawah 60 /menit
T4 dan T3 bebas menurun
Ambilan 1131 (uptake) menurun, 6.-TSH meningkat (paling peka)
Antlbodi timid
Sidik Tiroid (Thyroid scanning)
1.6 PENGOBATAN HIPOTIROIDISME
Begitu diagnosis hipotiroidisme atau hipotiroidisme subklinik ditegakkan, pengobatan
harus diberikan. Pengobatan hendaknya disesuaikan dengan ripe dan beratnya
keadaan hipotiroidisme. Pada tipe infantil danjuvenil hendaknya segera diobati untuk
mencegah menetapnya retardasi mental.
Preparat yang menjadi pilihan saat ini adalah L-tiroksib: Pada bayi yang berumur 0-
12 bulan dosis pengganti penuh adalah 0,05 mglhari. Untuk anak-anak 2-4 tahun,
biasanya diberikan sampai 0,1-0,15: mg/hari; 'dan umur antara 4-12 tahun bervanasi
antara 0,10-0,30 mglbari. Oleh karena laju degradasi T4 pada anal -anak lebih besar
dari pada orang detvasa, dosis pengganti pada anak-anak lebih bestir berdasarkan
berat badan dibandingkan pada orang dewasa. Pemantauan yang baik sangat
diperlukan, agar kadar T4 selalu berada pada batas atas dari rentang normal pada
anak - anak.
Pada orang dewasa, jika hipotiroidisme telahberlangsung,lama dan berat, dosis
away harus diberikan rendah dan kemudian dinaikkan secara perlahan-lahan
(titrasi). Dosis awal yang umum diberikan ada-lah 0,05 mg/hari Beberapa penderita
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
86
sensitif terhadap pengobatan awal tiroksin, pada kasus tersebut hendaknya jadual
titrasi dilakukan secara lebih perlahan.
Dosis pengganti jangka panjang baik dengan titrasi maupun pemeliharaan dapat
ditentukan berdasarkan klinik. Penentuan kadar TSH dapat juga dipakai untuk
menentukan dosis titrasi baik menurunkan maupun menaikkan. Dosis dimana kadar
TSH telah menjadi normal (biasanya 0,125-0,2 mg pada orang dewasa) biasanya
sudah dapat diberikan dosis pemeliharaan. Pemantauan secara berkala pada
pende-rita dewasa dianjurkan jika ditemukan gejala-gejala hipotiroidisme atau
hipertiroidisme. Pemeriksaan kadar tiroksin secara rutin pada orang dewasa tidak
diperlukan.
Beberapa contoh sediaan tablet hormon tiroid adalah sebagai berikut.
1. Mengandung ekstrak tiroid : Sediaan: tablet Thyranon, 100 mg (saat ini sudah
tidak ada di Indonesia Dosis: 12;5-50 mg sampai 100 - 200 mg perhari.
2. Mengandung L-Tyroxine (T4 sintetis) Sediaan: tablet Thyrax (yang ada di
Indonesia, tablet 0,1 mg), tablet Syntroid, Levotroid dengan sediaan tablet
mulai 0,025 mg sampai 0,3 mg. Dosis:' 100-200 ug/hari
3. Mengandung Sodium Liothyronine (T3 sintetis) Sediaan:tablet Cytomel 5 ug 25
ug 50 ug (tidak ada di Indonesia). Dosis- mulai dari 5 mg/hari dengan dosis
pemeliharaan 50-75 ug/hari dengan dosis terbagi.
4. Mengandung Liotrix (campuran T4 dan T3 sintetis) Sediaan tablet Euthiroid,
Thyrolar dengan berbagai kombinasi T4 dan T3: Dosis pemeliharaan adalah
100-.200 ug T4 dan 25-30 ug ,
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTHYROIDISME
2.1 Pengkajian
1) Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit
tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2) Kebiasaan hidup sehari-hari seperti
- Pola makan
- Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
87
- Pola aktivitas
3) Tempat tinggal klien sekarang dan pads waktu balita.
4) Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
- Sistem pulmonari
- Sistem pencernaan
- Sistem cardiovaskuler
- Sistem muskuloskletal
- Sistem neurologik
- Sistem reproduk
- Metabolik
5) Emosi/psikologis
6) Pemeriksaan fisik mencakup:
- Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah
kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur
tubuh kecil dan pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat.
- Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
- Perbesaran jantung
- Disritmia dan hipotensi
- Parastesia dan reflek tendon menurun
7) Pengkajian psikososial; klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat
malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri
klien mencakup kelima komponen konsep diri.
8) Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;
pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hipotiroidisme
antara lain:
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
88
1) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup sebagai akibat dari bradikardi; arteriosklerosis arteri koronaria.
2) Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan
tenaga/kelelahan; ekspansi paru yang menurun, obesitas dan inaktivitas.
3) Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan edema jaringan serebral dan
retensi air
Diagnosa keperawatan tambahan antara lain:
4) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
penurunan kebutuhan metabolisme; napsu makan yang menurun.
5) Hipotermi yang berhubungan dengan laju metabolisme yang menurun
6) Konstipasi yang berhubungan dengan penurunan motilitas usus
7) Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan nutrisi yang buruk dan
hipotermia
8) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan depresi
9) Gangguan pola seksual yang berhubungan dengan efek penyakit, kelelahan dan
obesitas.
10) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelelahan, penurunan
kekuatan motorik, depresi, obesitas dan nyeri otot.
11) Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
penurunan volume sekuncup akibat bradikardi dan
arteriosclerosis arteri koronaria
Tujuan: Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah,
irama jantung dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan:
1) Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti
hipotensi, penurunan haluaran urine dan perubahan status mental.
2) Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri
dada, karena pada klien dengan hipotiroidisme kronik dapat berkembang
arteriosklerosis arteri koronaria.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
89
3) Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala. Obat yang
sering digunakan adalah Levotyroxine sodium (Synthroid, T4, clan Eltroxin).
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnoe. Pada dosis awal
pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan
secara bertahap setiap 2-3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk
pemeliharaan.
4) Ajarkan kepada klien dan keluarga cara penggunaan obat serta tandatanda yang
harus diwaspadai bila terjadi hipertiroidisme akibat penggunaan obat yang
berlebihan.
Diagnosa Keperawatan: Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
kelelahan, obesitas dan inaktivitas
Tujuan: Klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif
Intervensi Keperawatan:
1) Amati dan catat irama serta kedalaman pernapasan
2) Auskultasi bunyi pernapasan dan catat dengan seksama
3) Bila klien mengalami kesulitan pernapasan yang berat, kolaborasikan dengan
dokter kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernapas seperti ventilator.
4) Hindarkan penggunaan obat sedatif karena dapat menekan pusat pernapasan.
Bila klien menggunakan obat transqualizer dosis biasanya diturunkan karena
klien sangat peka.
5) Bantu klien beraktivitas
6) Penuhi kebutuhan sehari-hari klien sesuai kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses berpikir yang berhubungan dengan
edema jaringan otak dan retensi air
Tujuan: Proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal
Intervensi Keperawatan:
1) Observasi dan catat tanda gangguan proses berpikir yang berat seperti:
- Letargi
- Gangguan memori
- Tidak ada perhatian
- Kesulitan berkomunikasi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
90
- Mengantuk
2) Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat
dan waktu. Biasanya gejala-gejala berkurang dalam waktu 2-3 minggu
pengobatan sehingga mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata
sangat diperlukan.
3) Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan
mengadaptasinya. Jelaskan pula bahwa dengan pengobatan yang teratur gejala-
gejala akan berkurang
Penyuluhan Kesehatan:
Penyuluhan kesehatan sangat penting bagi klien dan keluarga. Berikanlah kepada
mereka hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat di rumah dan
perawatan klien pada umumnya. Berikan penjelasan tentang:
a) Cara penggunaan obat, dosis dan waktunya. Tidak meminum obat bersama
dengan obat lain.
b) Tanda dan gejala bila kelebihan obat atau sebaliknya
c) Menggunakan selimut tambahan pada waktu tidur, penggunaan baju hangat dan
pakaian yang tebal bila suhu udara dingin.
THYROIDECTOMY
1. KONSEP DASAR
1.1 Pengertian
Thyroidectomy adalah proses pengangkatan kelenjar tyroid dengan cara
pembadahan (ulrich,dkk,1989:670).
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
91
Ada dua tipe Thyroidectomy yaitu :
Total thyroidectomy : adalah pengangkatan semua kelenjar, biasanya terjadi pada
orang yang jenis penyakitnya sangat parah. Pengganti terapi
tiroid sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka.
Subtotal thyroidectomy adalah pengangkatan sebagian kelenjar tiroid, dimana
kurang lebih 65 kelenjar dipindahkan (doenges,1992:731),
prosedur yang dilakukan adalah subtotal thyroidectomy
deman hampir 90% kelenjar tiroid diangkat
(ulrich,dkk,1986:670).
1.2 Indikasi dan Kontra indikasi
Indikasi
Cancer
Hyperthyroidisme
Aspek phycososial dari perawatan anak
Surgical intervention
( Doenges,1992 :731 )
Kontra indikasi
Terapi X-ray
Hipersensitivitas terhadap obat antithyroidea
1.3 Komplikasi
1. Perdarahan
Resiko ini minimun, terapi harus hati-hati dalam mengamankan hemostasis
dengan penggunanan drain yang bijaksana. Perdarahan selalu mungkin terjadi
setelah tyroidectomy, bila ia timbul biasanya terjadi setelah kedaruratan bedah,
tempat diperlukan secepat mungkin dikompres leher segera dan mengembalikan
pasien kekamar operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara. Denga
tindakan anastesi mutakhir ventilasi tekanan positif intemiten dan teknik bedah
yang cermat, bahaya ini cukup jarang terjadi.
3. Trauma pada nervus larygeus recurens.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
92
Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total ( jika bilateral) larynx. Pada operasi
seharusnya mencegah cedera pada saraf ini atau pada nervus larygeus.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal kedalam sirkulasi dengan
tekanan karena persiapan pasien yanng inadekuat menghambat glandula
thyroidea overaktif dalam pasien yang dioperasi karena tiroksikosis.
5. Sebsis yang meluas ke mediastinum. Komplikasi ini tidak boleh terlihat dalam
klinik bedah saat ini antibiotik tidak diperlukan sebagai profileksis. Perhatian bagi
homeostatis adekuat saat operasi dilakukan dalam kamar operasi berventilasi
tepat dengan peralatan yang baik dan ligasii harus disertai dengan infeksi yang
dapat diabaikan.
6. Hipotiroidisme pascabedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reaksi bedah
roidea jarang terlihat oleh karena itu sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan
klinik dan biokimiai yang tepat.
Prosedur Pembedahan
I. Perawatan Preoperasi
Pemberian obat merupakan salah satu cara persiapan preoperasi
obat-obatan yang diberikan adalah :
Carbimazole.
Diberikan beberapa minggu sebelum operasi, tetapi 10 hari sebelum
operasi harus dihentikan.
Propanol (120-160 mg), dikombinasikan dengan carbimazole, dimana
mengandung beta-blocting untuk mencegah aksi peripheral thyroxine.
Diberikan selam 5 hari untuk meningkatkan sirkulasi tyroxine.
Lugol’s iodine (0,3-0,9 ml tds). Diberikan selama 10 hari sebelum
operasi untuk mengurangi vascularity dari kelenjar.
Diazepam 5 mg untuk mengurangi nyeri dan memberikan
kenyamanan pada pasien.
Digitalis, diberikan jika terjadi fibrilasi atrial. Dapat juga diberikan
dalam bentuk digoxin (0,25 mg) secukupnya untuk mengontrol fibrilasi.
( colmer,1986 : 284)
Memberikan lingkungan yang tenang dan theraupetic,
misalnya :
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
93
Tempatkan pasien paa rungan yang jauh dari cahaya
dan keributan.
Memberi ketenagan selam masage dan waktu istirahat
selam bebrapa hari
Dapat memilih tempat/ kamar yang cocok dengan
pasien (adalah satu yang disukai adalah rumah peristirahatan/
penyembuhan )
Mengatur intake nutrisi
- Mengatur diet yang cukup dari makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein
- Menghindari teh atau kopi karena dapat menimbulkan efek stimulating.
- Memberikan pemberian vitamin, terutama thiamine klorida dan asam
ascorbic.
Melakukan pembelajaran sifat
dasar dari masalah endocrine untuk membantu pasien selama menjalani
test diagnostic
- Menjelaskan meksud
selama menjalani penulusan test
- Memberitahukan kepada
pasien dan pengunjung bahwa mereka membutuhkan perlindungan
selama tes radioisotop
- Megingatkan pasien
bahewa mereka harus tetap berada dalam ruang hingga dilakukan tes
secara lengkap.
Melakukan persiapan pasien untuk pembedahan
- Mencukur dada bagian
atas, leher sampai pada tepi dagu
- Menganjurkan pasien
untuk beristirahat pada malam hari sebelum dilakukan pembedahan.
II. Perawatan post operasi
Perawatan harus tepat uantuk mencegah komplikasi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
94
- menempatkan posisi kepala yang tepat
untuk mengurangi ketegangan pada lokasi yang dijahit.
- Mempatkan pasien dengan posisi semi
fowler dengan kepala elevasi, memberi sokongan dengan bantal,
memberi fleksi pad leher
- Memberi oksigen pada pasien yang sulit
bernapas
Memperkirakan kondisi yang timbul pada pasien karena anastesi
misalnya kerusakan saraf larygeal, perdarahan, tetanus. ( lippincott,1974
:800-801)
2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Sebelum Operasi :
a. Data subyektif :
Kwalitas suara dan kemampuan menelan mengalami
perubahan.
Pengertian tentang penjelasan dokter mengenai prosedur
tindakan operasi yang akan dilakukan.
Pengertian tentang bagaimana mencegah ketegangan luka
sayatan.
Penertian tentang tidak boleh berbicara pada periode sesudah
operasi untuk mencegah edema.
Pengertian tentang cara berkomunikasi sesudah operasi
( Sediakan buku catatatan pasien )
Penertian tentang cara mengatasi rasa sakit dan penggunaan
ukuran skala sakit.
b. Data Objektif :
Tanda vital
Perubahan kwalitas suara dan kemampuan menelan
Sesudah operasi
a. Data subjektif
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
95
Gejala hipokalsemia : Mati rasa, perasaan geli, kekakuan otot, spasme
dan tetanus
Luka sayatan sakit dan bengkak, perdarahan.
Jalan napas merasa sesak susah menelan dan otot leher terasa
tertarik.
b. Data objektif
Suara parau.
Perubahan pada tekanan dan puncak suara.
Hipokalsemia.
Luka sayatan waran kemarahan, tanda tanda peradangan,
bengkak, perdarahan.
Jalan napas : Pernapasan stedor, retroksi otot lehen dan sianosis.
2.2 Diagnosa Keperawatan / Intervensi
Sebelum Operasi :
1. Potensial perubahan pengurangan cardiak output berhubungan dengan
peningkatan metabolisme dan peningkatan kerja jantung.
Hasil yang diharapkan :
Kerbutuhan cardiak output terpenuhi sesuai kebuthan
tubuh.
Kerja jantung normal.
Intervensi
Memberikan ketenangan lingkungan dan mengurangi terjadinya
kegelisahan / stres.
Terapi : ketegangan dari luar dapat meningkatkan metabolisme dan
kerja jantung.
Meningkatkan intake makanan dengan memberi makanan sesering
mungkin walaupun sedikit sedikit.
Terapi : untuk memenuhi kebutuhan kalori dan mencegah
kekurangan glycogen.
Membatasi makanan atau minuman yang mengandung kafein.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
96
Terapi : efek dari kafein menyebabkan peningkatan metabolisme.
Sesudah Operasi.
1. Potensial tidak efektifnya pembersihan jalan napas
berhubungan dengan perdarahan dan edema laring.
Hasil yang diharapkan :
Pernapasan dan suara napas dalan batas normal.
Tidak ada perdaran pada luka operasi.
Intervensi
Monitor irama pernapasan kedalan dan kerja penapasan.
Terapi pernapasan terlihat cepat menyebabkan susah napas karena
terjadi obstruksi.
Auskultasi bunyi napas apakah tidak terjadi ronchi.
Terapi ronchi merupakan indikasi obstruksi jalan napas.
Perkirakan adanya dyspnea, stridor, crowing dan syanosis.
Terapi indikasi obstruksi trakhea / spasme laring, diperlukan
Intervensi dan Evaluasi yang cepat.
Mengatur posisi tidur 30 – 40 derjat.
Terapi fasilitas pernapasan batas edema area pembedahan dan
kemungkinan pengumpulan sekret kembali tenggorokan.
Mengatur posisi latihan napas dalam bila adanya batuk.
Terapi mengatur membersihkan jalan napas dan fentilasi, walaupun
batuk tampak timbulnya nyeri tetapi mengeluarkan sekret.
Section mulut dan trakhea indikasi kareteristik sputum.
Terapi melancarkan jalan napas.
Menyakan kesulitan menelan dan mengeluarkan air liur dalam mulut
Terapi indikasi adanya edema / perdarahan pada jaringan tempat
operasi.
Menyiapkan uap air untuk membantu pernapasan .
Terapi membantu mengeluarkan sekret dan melegahkan
tenggorokan.
Bantu dengan membuat tracheatomy
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
97
Terapi untuk membantu pernapasan bila ada obstraksi karena edema
atau perdarahan.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan pita suara / saraf laring, odema jaringan dan nyeri.
Hasil yang diharapkan :
Menggunakan cara berkomunikasi alternatif selama 48 jam operasi
Dapat berkomunikasi verbal tampa perubahan suara
Intervensi :
Kaji kemampuan berbicara anjurkan untuk istirahat berbicara.
Terapi Parau dan luka pada tenggorokan menyebabkan pembekakan
jaringan atau kerusakan area operasi yang menyebabkan
kerusakan saraf laring.
Menjaga komunikasi singkat dengan jawaban atas pertanyaan ya /
tidak
Terapi mengurangi tuntutan terhadap respon jangan terlalu
mengeluarkan suara
Antisipasi diperlukan mungkin frekwensi bertemu pasien.
Terapi mengurangi keinginan atau kebutuhan pasien untuk
berbicara
Anjurkan pasien untuk membatasi bersuara bila ingin memanggil
dengan menekan bel.
Terapi mencegah ketegangan suara.
Memelihara keadaan lingkungan.
Terapi lingkungan yang tenang mempelancar komunikasi tampa
mengeluarkan suara yang keras.
3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka operasi
Hasil yang diharapkan.
Mengungkapkan perasaan nyaman dan tidak nyeri.
Expresi wajah dan tubuh tampak rileks.
Intervensi
Kaji keluhan verbal / non verbal dari nyeri dengan skala ( 1 – 10 )
kehebatan dan lamanya.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
98
Terapi memudahkan evaluasi nyeri dan menentukan intervensi dan
pengobatan yang efektif.
Mengatur posisi semi fowler, suprot kepala / leher dengan bantal.
Terapi cegah hyperekstensi leher dan melindungi keutuhan luka operasi.
Memberikan cairan dingin lewat mulut dan memberikan makan
lunak seperti es crim.
Terapi menyejukan luka ditenggorokan dan mengurangi rasa sakit.
Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.
Terapi membantu mengurangi nyeri.
Kolaborasi untuk pemerian analgesik sesuai dosis terapi.
Terapi memblok nyeri yang timbul.
KELAINAN KELENJAR PARATHYROID
1. KONSEP DASAR : Hyperparathyroidsm.
1.1 Pengertian
Hyperparathyroidsm adalah kondisi dimana terjadi peningkatan sekresi hormon
parathyroid atau PTH (Sharon M. L dan Idolia, 1993: 1338).
Hyperparathyroidsm adalah gangguan yang disebabkan oleh aktifitas berlebihan
dari satu atau lebih kelenjar parathyroid disebabkan oleh yang primer atau
sekunder (Mosby, s, 1986: 830).
Fungsi normal dari PTH yaitu meningkatkan resorbsi tulang dengan cara
menyeimbangkan ion calsium dan ion fosfat.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
99
1.2 Klasifikasi Hyperparathyroidsm (Sharon M. L dan Idolia, 1993: 1338).
1. Hyperparathyroidsm primer.
2. Hyperparathyroidsm sekunder
3. Hyperparathyroidsm tertier.
1.3 Etiologi
1. Hyperparathyroidsm primer disebabkan oleh tumor atau hyperplasia dari
kelenjar hyperthyroid, dapat mengacaukan metabolisme calsium, phosphat,
tulang, sering disebabkan oleh adenoma single (kasus 84 %)
2. Hyperparathyroidsm sekunder, paling nampak sebagai respon penggantian dari
keadaan abnormal sebagai penyebab peningkatan hypocalcemia, terutama
stimulus dari aktifitas paratiroid.
3. Hyperparathyroidsm tertier, observasi pada klien yang mempunyai transplantasi
ginjal dalam periode yang lama dan perawatan dialysis untuk gagal ginjal kronik.
Penyebab lainnya:
- Kelenjar yang overaktif (hyperplasia).
- Tumor banigna pada salah satu dari kelenjar paratiroid.
1.4 Patofisiologi
Meningkatnya jumlah PTH secara langsung dapat merusak ginjal, dimana
menyebabkan meningkatnya resorbsi tubular akan calsium dan meningkatkan
ekskresi fosfat, hal ini akan menimbulkan hypercalsemia dan hypopospatemia.
Metabolisme asidosis urinari alkalosis dan hypocalsemia merupakan akibat dari
meningkatnya ekskresi bikarbonat dan menurunnya ekskresi asam. Didalam wilayah
ini, renal calculi sering terjadi. Didalam tulang kelebihan hormon parathyroid
meningkatkan resorbsi tulang sehingga menurunkan aktifitas osteoblast dan
meningkatnya aktifitas osteoklast. Hal ini mengakibatkan pelepasan calsium dan
fosfor ke dalam sirkulasi dan pengapuran tulang. Ketika daya larut normal calsium
didalam serum meningkat calsium disimpan dalam jaringan lunak. Hal ini biasa terjadi
pada hypercalsemia yang lama (batas serum calsium 11,5 - 12 mg / dl atau lebih.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
100
Hipertensi dapat dilihat pada akut hypercalsemia, dimana mungkin terjadi
vasokontriksi,. Sedangkan pada kronik hypercalsemia, hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan ginjal. Pada EKG ditunjukkan dengan penyusutan interval QT dan awal
sistole sampai awal repolarisasi.
1.5 Manifestasi Klinik
1. Akibat hypercalsemia:
Anoreksia, mual, muntah, konstipasi, nyeri usus, nyeri abdomen, poliuri,
polidipsi.
2. Kalsifikasi metastatik:
Batu ginjal, nefrokarsinosis.
3. Resorbsi tulang
Nyeri punggung, nyeri tulang sendi, fraktur spinal patologis, fraktur tulang.
- Dapat terjadi fraktur karena melemahnya tulang belulang
- Terbentuknya batu ginjal akibat karena meningkatnya ekskresi calsium
- Kelemahan dan kelelahan karena calsium serum yang tinggi menyebabkan
penurunan eksitabilitas saraf dan otot.
1.6 Komplikasi
Dapat terbentuk batu calsium di ginjal sehingga terjadi peradangan ginjal.
Dapat terjadi kelainan EKG, termasuk kontraksi Ventrikel Pengatur (PVC) dan
Sinus Tacikardi, yang berkaitan dengan efek tinggi calsium serum pada
depolarisasi otot jantung.
1.7 Studi Diagnosa dan Penemuan
Total serum calsium > 11 mg/dl: normalnya 8,6-10,5 mg/dl.
Ion calsium meningkat
Hormon parathyroid meningkat > 65 pg
Kadar fosfat serum rendah (< 2,0 mg/dl: normalnya 2,5 – 4,5 mg/dl).
1.8 Penemuan radiografi
Tes radiografi dilakukan untuk mengukur adanya renal calculi, lesi tulang
seperti adanya fraktur. Studi lokalisasi biasanya dilakukan ketika suatu adenoma
tidak ditemukan atau ketika kelenjar tidsak dapat di identifikasi pada pembedahan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
101
awal . Studi ini meliputi arteriografi dimana celupan radiopak yang infeksi ke dalam
arteri tiroit.CT (computet tonograpi) dapat di gunakan pada adenoma lokal dalam
media sternum dan dada jika lesi cukup besar.
Tes diagnostik lain: Kateterisasi vena selektive dari venatiroit dengan contoh darah
dapat menunjukan jumlah parathyroit hormon lebih tinggi . Ultrasonografi dapat
digunakan pada lokasi adenoma yang lebih besar dalam wilayah lain pada leher.
1.9 Manajemen medik
- Hydrasi untuk menurunkan serum kalsium kurang lebih 2-3 liter /hari.
- Lasic untuk menaikan sekresi kalsium pada ginjal.
- Medicasi yang menghalangi resorbsi tulang (contoh obatnya: mithramycin
(mithracin), glallium hitrate ( ganite), phosphats, calcitonim.
- Monitor entake dan output setiap 2- 4 jam selama terapi hydrasi
1.10 Manajemen pembedahan
Parathyroidektomy untuk menghilangkan kelenjar penyebab hypersekresi.
2. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
- Ginjal: poliuri, nefrolitiasi.
- Gastrointesina ; ulserasi , konstipasai.
- Skeletal: Demineralisasi, nyeri, fraktur patologi
- Psikososial: depresi, paranoit.
- Neuromoskuler: kelemahan.
2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan faktor fisik.
Intervensi:
- Monitor derajat dan lokasi nyeri pada pasien.
- Hindari perubahan temperatur.
- Berikan obat pengurang nyeri kepada pasien sesuai jadwal kecuali jika
dibutuhkan.
- Anjurkan body- alignment yang baik untuk memberikan posisi anatomi yang
normal.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
102
- Balut iga ketika pasien jalan, batuk, dan bergerak untuk mengurangi nyeri
dan mencegah injuri lebih lanjut terkhusus pada faktor patology.
2. Konstipasi berhubungan dengan kerusakan muskulosokeletal dan intake
inadekuat:
Intervensi:
- Ukur BB pasien setiap hari.
- Catat intake dan output pasien.
- Anjurkan pasien minum air 3000 ml/hari.
- Berikan obat pelunak feces pada pasien sesuai ketentuan.
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi serat.
- Berikan enema atau laksatif pada pasien.
3. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kelemahan otot
Intervensi:
- Observasi pasien terhadap kestabilan ambulasi.
- Bantu pasien ambulasi jika diperlukan.
- Pegang pasien; suruh dia berjalan secara perlahan.
- Bantu pasien mengidentifikasi bahaya lingkungan disekitar rumah dan
berikan petunjuk penting untuk mencegah injuri.
- Berikan terapi fisik untuk pasien.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan gangguan gambaran diri
Intervensi:
- Bantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus stres.
- Bantu individu/pasien mengidentifikasi coping dan tingkah laku adaptasi
yang digunakan pada waktu yang lalu.
- Beritahukan pasien tentang berkurangnya hormon pada dirinya
(parathyroid).
Intervensi untuk pasien post operasi
Perawatan rutin post operasi:
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
103
- Monitor komplikasi yang mungkin terjadi; obstruksi jalan napas, pendarahan,
injury, yang dapat menimbulkan kekambuhan pada syaraf laryngeal dan
hypocalsemia.
- Turunkan ketegangan pada garis sutura dengan cara:
Posisi semi Fowler.
Sanggah kepala dan leher dengan bantal dan karung berisi pasir.
Instruksikan pasien supaya leher tidak ekstensi dan hiper ekstensi
- Ukur paten jalan napas dengan cara:
Instruksikan pasien untuk batuk dan napas dalam
Suction pada mulut dan trachea.
Lembabkan oksigen tambahan.
- Hitung set tracheostomy, tuba endotrachea, dan laryngoscop di samping tempat
tidur.
- Tenangkan klien bahwa gejala ringan tetanus dapat terjadi dan mengurangi
jumlah serum calsium untuk sementara waktu.
- Pastikan bahwa calsium gluconat telah disediakan.
- Pastikan sedini mungkin ambulasi sesuai berat dan kecepatan proses
rekasifikasi.
Focus Perawatan
Instruksikan klien mengenai:
Modifikasi diet rendah calsium, rendah vitamin D.
Pentingnya intake cairan adequat.
Pentingnya pengobatan untuk mengontrol hypercalsemia.
Berikan penyelamatan untuk mengurangi resiko injury.
2.3 Evaluasi
Hydrasi adequat: konsumsi cairan 2 liter perhari.
Kenyamanan dan penurunan jumlah aktivitas:
- Pasien mobilisasi seoptimal mungkin dengan sedikit atau tanpa nyeri.
- Pasien mengikuti rencana untuk mengurangi nyeri.
- Pasien menggunakan obat penghilang nyeri secara teratur.
- Pasien berpartisipasi aktif dalam aktivitas.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
104
Koping individu efektif:
- Pasien dapat mengidentifikasi satu stimulus untuk menurunkan koping.
- Pasien menggunakan satu teknik koping secara teratur.
2.4 Pendidikan pasien
1. Demonstrasikan pada pasien bagaimana memonitor dan mengukur intake
cairan adequat.
2. Demonstrasikan pada pasien bagaimana cara mengecek urine terhadap adanya
batu dan hematuri.
3. Diskusikan dengan pasien pentingnya postur tubuh yang tepat dan kebutuhan
yang diperlukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
4. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana alternatif untuk mengurangi
nyeri.
5. Anjurkan kepada pasien mengenai pentingnya perubahan lingkungan rumah
untuk mencrgah kecelakaan.
6. Diskusikan dengann pasien mengenai kebutuhan toleransi oleh keluarga dari
pasien, iritabilitas, menurunnya sikap untuk mengambil keputusan dapat
dicegah.
GANGGUAN PADA KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal sangat penting bagi kehidupan. Tanpa hormon kortison dan aldesteron
tubuh tidak mampu melakukan metabolisme. Medula adrenal tidak terlalu penting bagi
kehidupan karena hasil respon saraf simpatik sangat rendah.
1. Hiperfungsi korteks adrenal : Hipersekresi kortisol
1.1 Etiologi / epideminologi
Kelebihan kadar glukokortikoid akan menimbulkan gejala yang di sebut cushings
syndrome. Penyebab Cushings syndrome di bagi dlam 3 ( tiga ) bagian besar yaitu :
4) Primary cushing syndrome
Produksi kortisol yang berlebihan akibat adenoma atau karsinoma adrenal.
Sering di sebut adrenal cushings syndrome
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
105
5) Secondary cushings syndrome
Produksi cortisol yang berlebihan akibat dari hiperplasia adrenal karena produksi
ACTH yang berlebihan. produksi ACTH yang berlebihan akibat dari :
a. Peningkatan pelepasan ACTH dari kelenjar pituitary karena masalah pada
pituitary atau hipotalamus : sering di sebut juga cushings disease atau
pituitary cushings syndrome.
b. Peningkatan pelepasan ACTH dari tempat nonpituitary ectopik seperti
bronchogenik carsinoma, pancreatik carsinoma dan bronchial carsinoma.
6) Iatrogenik Cushings Syndrome :
Kadar kortisol yang berlebihan akibat dari therapi glokokortikoid yang kronik.
Keadaan ini yang paling sering menyebabkan cushings sindrome
1.2 Pathofisiologi
Hasil akhir dari cushing sindrome adalah produksi kortisol yang berlebihan. Proses
pathofisiologi yang dihubungkan dengan kelebihan kortisol adalah akibat dari
exagregasi pada semua aktivitas glukokortikoid dan juga akibat dari gangguan :
1. Metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
2. Peradangan dan respon imun
3. Metabolisme air dan mineral
4. Stabilitas emosi
5. Kadar RBC dan Platelet.
Kelebihan kortisol juga mengganggu sekresi beberapa hormon pada pituitary
anterior yaitu : prolactin, thyrotropin, LH dan GH.
1.3 Manifestasi Klinik
1) Gangguan Metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
a. Gangguan metabolisme protein
Kelebihan katabolisme protein mengakibatkan kehilangan massa otot, yang
menyebabkan timbulnya gejala – gejala sebagai berikut :
Otot menjadi tipis (Kurus) terutama otot pada ekstremitas, kesulitan untuk
berdiri kalau duduk pada tempat duduk yang rendah, kelelahan dan
kelemahan.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
106
Menurunnya matriks protein pada tulang yang menyebabkan osteoporosis,
frakture pathologic dan nyeri tulang.
Kehilangan colagen pada kulit yang menyebabkan kulit menjadi tipis, mudah
lecet, ehimosis pada tempat trauma.
Luka sulit sembuh
b. Gangguan metabolisme lemak
Gangguan pada metabolisme lemak mengakibatkan terjadinya kegemukan
akibat deposite lemak yang abnormal. Berat badan meningkat. Deposite
lemak pada muka menyebabkan moon face.
c. Gangguan Metabolisme karbohidrat
Peningkatan glukoneogenesis dan gangguan penggunaan insulin
mengakibatkan hyperglikemia dan menyebabkan diabetes melitus.
2) Gangguan respon imun dan Peradangan .
Kelebihan kortisol menyebabkan penurunan limphosit khususnya limphosit T,
penurunan cell – Mediated Immune, peningkatan neutropil dan gangguan
aktivitas antibody. Perubahan ini menyebabkan individu rentan terhadap infeksi
virus dan jamur. Penekanan pada sistim imun menyebabkan infeksi oportunitis
seperti : penumocitis carnii atau beberapa infeksi jamur lainnya. Tanda awal
infeksi seperti demam, jarang dideteksi. Lamanya penembuhan luka akibat dari
keadaan ini.
3) Gangguan metabolisme air dan mineral .
Retensi air dan natrium yang menyebabkan peningkatan berat badan dan
odema.
Hipertensi. Terjadi akibat peningkatan volume atau karena peningkatan
sensitivitas arteriola terhadap sirkulasi cathecolamin.
Hypokalemia, hipokloremia dan metabolik ascidosis jika kelebihan kortisol
menjadi berat.
Peningkatan resorption calsium dari tulang dan renal calculi akibat
hypercalcuria (mengakibatkan colik ginjal)
4) Gangguan stabilias emosional
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
107
Perubahan emosi yang bervariasi dapat terjadi. Bisa dari yang paling ringan :
mudah tersinggung dan cemas, depresi sedang dan kehilangan memory sampai
depresi berat dan psikosis. Euphoria dan gangguan pola tidur sering terjadi.
5) Gangguan hematologic
Kelebihan kortisol menyebabkan perubahan pada beberapa komponen darah :
RBC, HT dan Hb normal atau meningkat
Leukositosis, lymphopenia, eusenophenia
Peningkatan yang bervariasi faktor pembekuan darah dan platelet yang
menyebabkan tromembolik phenomena.
1.4 Management medik
Therapi Uraian KomplikasiTransphenoidal Adenoctomy
Bedah Pilihan untuk tumor pituitary, mempertahankan fungsi pituitary, sangat sukses pada microadenoma sedangkan kurang sukses pada macroadenoma dan invasive.
Fungsi kelenjar kemabali normal setelah 1 tahun pembedahan dan pasien membutuhkan tambahan glokokortikoid pada saat tertentu
Transphenoidal Hypophysectomy
Pengambilan total kelenjar pituitary mungkin dilakukan pada tumor invasif atau makroadenoma.
Membutuhkan therapi pengganti hormon : glokortikoid, thyroid dan ADH selamanya
Radiasi therapi dengan metoda convensional
Pemberian Obat – Obatan
2. Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian :
Data subyektif
1) Riwayat perubahan porposi tubuh, berat badan, distribusi rambut,
pigmentasi, Luka lama sembuh
2) Riayat ketidaknyamanan khusunya nyeri tulang belakang
3) Riwayat sering infeksi kulit dan pernapasan
7) Perubahan neurologis : perubahan perilaku, sulit berkonsentrasi.
8) Keluhan dalam hal makan : Intake nutrisi dalam 24 jam, keluhan peningkatan
rasa haus.
9) Muskuloskeletal ; Nyeri otot, lemah, letih dan sulit melakukan aktivitas sehari
– hari.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
108
10) Eliminasi ; perubahan urine out put
11) Seksual. Wanita : Perubahan menstruasi, karakteristik seksual sekunder ,
libido dan persaaan tentang seks. Laki – Laki : perubahan dalam Libido,
Karakteristik seksual sekunder, perasaan tentang seks.
12) Pengetahuan tentang, penyakit, diagnosa dan pengobatan
Data Obyektif
1) Umum : Penampilan tubuh (Adanya moon face, otot lengan dan kaki
menjadi tipis, Hiperpigmentasi, Strie, echimosis)
2) Tidak bisa mengingat hal – hal baru disampaikan, sulit konsentrasi
3) Cardiovaskuler : Tekanan darah meningkat, nadi meningkat, distensi vena
jugularis, adanya oedema dan berat badan meningkat.
4) Nutrisi : Intake nutrisi dan cairan.
5) Muskuloskleteal : massa otot, ketegangan otot, kemampuan untuk duduk dan
berdiri.
13) Eliminasi : Urine output, Glukosaria.
14) Seksual : karakteristik sex sekunder , distribusi rambut, jerawat.
2.2 Diagnosa keperawatan :
Untuk semua pasien selama periode akut sebelum pengobatan definitive :
1. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot, abnormalnya
metabolisme karbohidrat, ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan : Toleransi terhadap aktivitas ditingkatkan yang ditandai dengan :
Pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap dari hari kehari.
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan karakteristik dan
fungsi tubuh.
Tujuan : Gambaran diri pasien ditingkatkan yang ditandai dengan : pasien
mengatakan menerima keadaan dirinya dan mengembangkan sisi
positive dari dirinya.
3. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidakmampuan
menghadapi stresor, emosi yang labil
Tujuan ; Koping individu kemabli adekuat yang ditandai dengan : Pasien
mampu mengatasi stress
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
109
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Abnormalnya retensi natrium
dan air.
Tujuan : Volume cairan kemabli ke keadaan normal yang ditandai dengan :
Tidak ada oedema dan hemodilusi.
5. Potensial infeksi berhubungan dengan Penurunan respon imun.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi yang ditandai dengan tidak adanya tanda- tanda
awal infeksi .
6. Potensial injuri berhubungan dengan Kelemahan otot dan tulang.
7. Kurang pengetahuan tentang : penyakit, pengobatan, prosedur diagnostik
dan complikasi berhubungan dengan kurang informasi.
8. Nyeri berhubungan dengan demineralisasi tulang .
2.3 Perencanaan / Implementasi :
Pasien dengan kelebihan sekresi kortisel membutuhkan perawatan yang intesif.
Keadaan pasien tiba – tiba saja bisa berkembang ke keadaan kritis. Selama
periode akut, fokus perawatan ditujuhkan pada penatalaksanaan koping yang
efektif, mengembalikan keseimbangan cairan, mencegah infeksi dan injuri.
Fokus Utama perawatan :
1. Menurunkan stressor
Berikan perawatan yang kontinyu
Jelaskan semua prosedur secara perlahan dan hati – hati.
Bicara dengan pasien dan dengarkan keluhannya.
Jangan menggunakan suara yang keras, berikan privacy dan cegah
perubahan lingkungan
Tingkatkan relaksasi.
2. Monitor kemampuan koping secara fisiologi.
Pertahankan tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
Ukur tanda vital setiap 2 – 4 jam.
3. Kontrol kelebina volume cairan
Batasi cairan sesuai toleransi.
Buatkan daftar balance cairan
Berikan diet rendah natrium sesuai kebutuhan.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
110
Berikan pengganti kalsium sesuai pesanan dan berikan diiet tinggi
kalsium.
Monitor berat badan, intake output setiap 4 sampai 8 jam.
Monitor hasil laboratorium : Kadar natrium, Kalium, Kalsium, bicarbonat
dan pH
4. Cegah infeksi dan injuri.
Monitor temperatur tiap 4 jam.
Kaji keadadaan, mulut, kulit setiap pergantian dinas untuk mendeteksi
dini terhadap infeksi.
Batasi pengunjung, terutama yang menderita penyakit infeksi.
Berikan tindakan pencegahan pada setiap prosedur yang akan
dilakukan
Penanganan sekunder yang perlu diperhatikan adalah :
Mempertahankan dan meningkatkan istirahat.
Meningkatkan keseimbangan nutrisi.
Meningkatkan kenyamanan.
Meningkatkan harga diri pasien.
Pendidikan kesehatan.
2.4 Implementasi
Disesuaikan dengan tujuan perawatan
Catatan ; Hipofungsi Korteks adrenal yang menyebabkan hiposekresi kortisol
merupakan kasus yang jarang terjadi. Biasanya hypofungsi kortisol ini
akibat dari : 1) Gangguan sekresi ACTH dari pitutary akiba tumor. 2)
Kerusakan kelenjar adrenal itu sendiri. Penyakit akbat hiposekresi kortisol
ini disebut : Addisons Disease.
Hipersekresi aldosteron
Etiologi dan Epidemiologi :
Kelebihan pengeluaran aldosteren menyebab aldoteronism Primer maupun sekunder.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
111
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
112
SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE
CHAPTER TWO
PENATALAKSANAAN PADA INDIVIDU DENGAN
MASALAH DIABETES MELITUS DAN
HIPOGLIKEMIA
( Management Of persons With Diabetes Melitus
and Hypoglycemia )
Oleh :
SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
113
DIABETES MELITUS
Tujuan pembelajaran :Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa seharusnya mampu :
1. Membedakan antara diabetes ketergantungan insulin (IDDM) dan diabetes tidak ketergantungan insulin (NIDDM), Gestasional diabetes Melitus (GDM), malnutrisi yang berhubungan dengan diabetes mellitus dan beberapa tipe diabetes lainnya.
2. Menggambarkan etiologi dan epidemiology dan IDDM dan NIDDM.3. Menngambarkan cara pencegahan, Primer, sekunder dan tertier terhadap diabetes mellitus.4. Menjelaskan pathofisiologi dasar terjadinya diabetes mellitus.5. Menjelaskan manifestasi klinik pada diabetes mellitus.6. Mengambarkan management medis pada diabetes mellitus.7. Menjelaskan jenis dan tujuan dari latihan pada diabetes mellitus.8. Menggambarkan tipe dan jenis dari insulin serta komplikasinya.9. Menngambarkan cara kerja obat hipoglikemik oral.10. Menjelaskan komplikasi pada diabetes mellitus.11. Mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.12. Menggambarkan keuntungan dan resiko dari transplantasi pancreas.13. Mendefinisikan tentang hipoglikemia.14. Mengembangkan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.
DIABETES MELITUS
Pengertian.
Diabetes tidak dapat didefinisikan secara mandiri. Diabetes adalah gangguan kronik
yang kompleks yang ditandai dengan
Kurang sekresi insulin secara relatif atau komplit oleh sel-sel Beta dari pankreas atau
gangguan reseptor–reseptor insulin mengakibatkan suatu gangguan metabolisme
karbohidrat yang kompleks, lemak, dan protein yang disebut DM. Gangguan, yang
seringkali keturunan , sudah dibagi dalam serangkaian kategori oleh National Diabetes
Data Group of The National Istutute of Health.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
114
Diabetes tipe I ditandai dengan sekresi insulin oleh pankreas tidak ada dan sering
terjadi pada orang muda. Secara normal, insulin bekerja untuk menurunkan kadar
glukosa darah dengan membolehkan glukosa masuk kedalam sel untuk
dimetabolisme. Caranya dengan mengikat dirinya secara kuat pada tempat reseptor
pada membran sel. Efek utama metabolik insulin adalah di otot dan jaringan
adiposa. Pada orang diabetes, kekurangan atau ketiadaan insulin menimbulkan
kelaparan pada jaringan ini dan ini menjelaskan mengapa pasien menjadi lelah dan
berat badan menurun.
Karena insulin tidak digunakan, terjadi penumpukan didalam darah pada orang
diabet dan meluap kedalam urine yang menyebabkan haus dan keluarnya urine
dalam jumlah yang banyak. Lebih lanjut masalah ini akan menimbulkan komplikasi
physiologic, kecuali kalau diberikan penggantian insulin. Sehingga orang yang
menderita DM Tipe I perlu injeksi insulin secara teratur dalam hidupnya untuk
mencegah ketosis. Suatu komplikasi yang muncul,akibat gangguan metabolisme
lemak. Untuk alasan ini, DM tipe I dikenal sebagai IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Melitus).
Diabetes Type II akibat dari tidak sensitifnya reseptor insulin terhadap insulin yang
sudah tersedia. Pada kelompok ini diit khusus diajurkan untuk menurunkan BB dan
diberikan tablet untuk merangsang pancreas untuk mensekresi lebih banyak insulin.
Karena tidak dibutuhkan insulin maka diabetes tipe II dikenal sebagai NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes melitus).
Orang-orang yang DM saat hamil atau gestational diabetes (GDM) biasanya dikenal
sebagai type II. Mereka adalah wanita yang mengalai tidak tolenransi terhadap
glukose selama hamil. Tipe IV dikenal sebagai DM jenis lain termasuk pasien-pasien
yang kondisinya dihubungkan dengan penyakit pancreas, perubahan hormon, efek
obat yang tidak cocok, atau genetik atau abnormalitis lainnya.
Pertimbangan keperawatan terutama ditujukan pada pendidikan yang ekstensif dan
memberikan dukungan emosional. Perawat bisa membantu pasien menerima
diagnosis dan memahami gangguannya dan perlunya supervisi keperawatan yang
kontinue dan pembatasan diit. Pasien juga diajarkan bagaimana :
Mengatur obat-obatan sendiri
Test Gula darah dan urine dan menginterpretasi hasilnya.
Mengenali tanda-tanda hyperglikemia (kelebihan glukose dalam darah) yang
menyebabkan koma.Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
115
Mengenali tanda- tanda hypoglikemia ( kekurangan glukose dalam darah untuk
insulin bertindak ) berdampak ke shock insulin.
Tindakan pengamanan, seperti hindari infeksi, bawa persediaan glukose setiap saat
untuk penggunaan saat emergency, bawa kartu identitas kesehatan dan gunakan
teknik steril dalam melayani diri sendiri ( pengobatan dll ). Semua hal ini harus
ditekankan pada pasien berulang- ulang.
SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE
CHAPTER ONE
MODUL 1
PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINE
( Assesment of The endokrine system)
Oleh :
SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
116
PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINEOleh : Simon Sani Kleden, Skep, NS
Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari topik ini mahasiswa seharusnya mampu untuk :
6. Menggambarkan lokasi dari berbagai kelenjar endokrine dalam tubuh dan
mekanisme pengontrolan produksi dan pengeluaran hormon dari kelenjar
endokrine
7. Menggambarkan fungsi dari hormon yang dikeluarkan oleh : Kelenjar pituitary,
thyroid, parathyroid,, cortex adrenal, medula adrenal dan endokrine pankreas.
8. Mengidentifikasikan perubahan fisiologis yang terjadi dalam sistim endokrine
dan proses penuaan.
9. Mengidentifikasikan data subyektif dan obyektif yang seharusnya dikumpulkan
pada klien dengan masalah kesehatan yang aktual maupun potensial pada
sisitim endokrine.
10. Menggambarkan uji diagnostik yang sering dilakukan pada klien dengan
masalah dysfungsi sistim endokrine dan menjelaskan arti dari hasil pemeriksaan
tersebut.
Pendahuluan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
117
Semakin komplesnya tubuh manusia, khususnya cel dan jaringan membutuhkan
suatu sistim comunikasi internal yang baik sehingga fungsi dari masing – masing
bagian tubuh dapat dipertahankan sebagai satu kesatuan unit yang bertanggungjawab
terhadap fungsi tubuh secara keseluruhan. Dua systim yaitu sistim syaraf dan
endokrine mempunyai fungsi yang bersamaan dalam mengatur respon tubuh terhadap
perubahan lingkungan.
Sistim endokrine terdiri dari : Kelenjar pituitary anterior dan posterior, thyroid,
parathyroid, cortex adrenal, medula adrenal, gonad, pineal body dan thymus. Disamping
itu ada juga sel – sel spesifik endokrine pada saluran pencernaan. Hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar endokrine mempunyai fungsi yang amat penting dalam
kehidupan organisme yaitu : Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,
diferensiasi, reproduksi, adaptasi, proses penuaan dan lain – lain.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Lokasi dari kelenjar endokrin dan fungsi dari hormon yang dihasilkan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
118
Gambar 1.3 System Endokrine (Tuker SM et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 1001)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
119
PituitaryPineal
Thyroid dan Parathyroid
Thymus
Adrenal
Islets of Langerhans
Ovari
Testis
Gambar 1.4 Pembelahan sagital dari otak (Barbara C long, 1993 : p = 1001)
Gambar 1.4 Hubungan hipothalamik pituitari Barbara C long, 1993 : p = 1002)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
120
Thalamus
Thalamik mass
Pineal Body
CerebelumComisura Anterior
Inti Hipothalamus
Optik Chiasma
Pituitary Stalk
Pituitary Gland
Pituitari posterior
Arteri hipofise inferiorVena Efferent
Pituitari anterior
Cappilary
Arteri hipofise superior
Optik Chiasma
Supraoptik Nukleus
Nukleus praventrikuler
1.13 Hipothalamus
Adalah bagian dari diencephalon yang membentuk lantai
dan merupakan bagian lateral dari ventikel ketiga. Secara
anatomis hipothalamus mencakup optik kiasma, korpora
mamilari, tuber sinerium, infundibulum dan hipofisis. Terdiri
dari sel –sel saraf yang berkelompok membentuk nuklei.
Hipothalamus menempati bagian bawah dinding lateral
dibawah ventikel ketiga. Bagian depan berbatasan dengan
optik chiasma , bawah dengan pituitary salk, bagian belakang
dengan sulcus dan thalamus lie sedangkan bagian samping
dengan internal capsule, subthalamic lie. Walaupun
merupakan are yang sangat kecil pada otak, namun
hipothalamus selalu menerima input baik secara langsung
dan tidak langsung dari beberapa bagian otak.
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI
Hipothalamus
Releasing hormon-
hormon (banyak)
Inhibisi Hormon-hormon
(banyak)
Menstimulasi
pituitary anterior
melepaskan hormon-
hormon.
Menghambat/batasi
pituitary anterior sekresi
hormon.
1.14 Kelenjar pituitari.
Berukuran 1 cm dan berat 500 mg, terletak didalan sela tursica dari fosa cranial.
Secara fungsional kelenjar pituitary dibagi menjadi 2 yaitu : Adenohypofise (Pituitary
anterior) dan Neurohipofise (Pituitary posterior) Perbedaannya : Adeno = kelenjar,
sedangkan neuro = saraf. Adenohyphofise strukturnya dari kelenjar endokrin,
sedangkan neurohyphyse mempunyai struktur seperti jaringan saraf.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
121
c. Pituitari Anterior ( AdenoHypofise)
Kelenjar pituitary anterior mengontrol seluruhnya fungsi dan struktur kelenjar al :
Tyroid, kortex adrenal, follikel ovarium dan karpus luteum yang kadang-kadang
disebut sebagai kelenjar utama (master gland)
Thyroid stimulating hormon (TSH) bekerja pada kelenjar thyroid yang
menstimulus kelompok tyroid untuk menaikan sekresi hormon tyroid.
Hormon adrenocortisotropic (ACTH) bekerja pada kortex adrenal yang
menstimulus kortex adrenal untuk menaikan ukuran dan mensekresi jumlah
besar hormonnya, khususnya sejumlah besar kortisol (hydrokortisol)
Follicle stimulating hormon (FSH) yang menstimulus folikel ovarium pimer untuk
mulai tumbuh dan menghasilkan estrogen dan tubulus seminiferus membentuk
sperma.
Luteinizing hormon (LH), bekerja bersama-sama FSH dalam beberapa fungsi
yaitu Menstimulasi folikel dan ovum untuk jari matur yang komlet
3) Menstimulasi sel-sel folikel untuk mensekresi estrogen dan menyebabkan
ovulasi (robeknya folikel matur dan keluarnya ovum yang sudah matang)
Karena fungsi ini LH kadang disebut sebagai hormon ovulasi.
4) LH menstimulasi pembentukan “golden body” (tubuh mas) menjadi corpus
luteum, dalam robeknya folikel. Proses ini disebut Luteinizasi
Fungsi ini menyebabkan LH disebut hormon Luteinizing. Pada pria, kelenjar
pituitary juga mensekresi LH yang secara formal disebuyt Interstial Cell
Stimulating Hormon (ICSH), karena hormon ini menstimulasi sel-sel dalam testis
untuk berkembang dan mensekresi testoteron yang merupakan hormon sex pria.
Melanocyte stimulating hormon (MSH) Menyebabkan cepat terjadi peningkatan
synthesis dan penghancuran pigmen melanin, granulasi pada sel-sel kulit
khusus.
Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior serta Fungsi dan
mekanismenya dapat Dilihat Pada tabel dibawah Ini.
Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Anterior ( adenohipofise)
Growth Hormon (GH) - Dikontrol oleh GHRH dan
GHIH - Sekresinya meningkat
setelah makan, dan setelah tidur lelap ( 1-2
Organ Target Seluruh tubuh- Meningkatkan pembelahan sel- Meningkatkan pertumbuhan sel,
tulang dan jaringan lunak- Meningkatkan glukosa darah
dengan menghasmbat
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
122
Prolactin (PRLH)
Thyroid Stimulating Homone (TSH)
Adrenocorticotropin hormon (ACTH)
Gonadotropin ;3) Folikel Stimulating
hormone (FSH)
jam)- Rangsanga lain yang
menyebabkan peningkat GH : Latihan, stres, agent kimia : Arginin, clonidine, TRH pada acromegaly, adrenergic antagonis, beta adrenergik antagonis, hypoglikemi.
- Sekresinya menurun pada hyperglikemia
Dikontrol oleh PRH dan PIH
Sekresinya meningkat beberapa jam selama tiidur.
Rangsangan lain yang menyebabkan peningkatan PRL : Menyusui, stresor, kimia : Estrogen, Clorpromazine : ,
Di kontol oleh ; TRH dan mekanisme negative feed back dari kadar T4
dalam plasma. Peningkatan T4
menurunkan TSH dan sebaliknya.
Dikontrol oleh CRH dan mekaniosme feed back negative dari kadar kortisol dalam darah.
Sekresinya meningkat pada jam 6 dan 8 malam mengikuti ritme circadian dan disebabkan oleh peningkatan CRH.
Stresor fisiologis dan psikologis seperti hypoglikemi, infeksi, nyeri dan kecemasan meningkatan ACTH.
Perubahan kadar cortisol mempengaruhi ACTH : Cotisol meningkat ACTH menurun dan sebaliknya.
Sekresinya dikontrol oleh GnRH
pengambilan glukosa (Insulin antagonis)
- Meningkatkan sintesis protein- Meningkatkan volume cairan
extraceluler dan retensi elektrolit.- Meningkatkan lipolisis, kadar asam
lemak bebas dan pembentukan keton
- Bekerja pada semua jaringan tubuh untuk merangsang kerja somatomedin .
Organ target : Payudara, gonads Menstimulasi perkembangan
payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.
Mengatur fungsi reproduksi pada wanita dan pria.
Organ target : Kelenjat tiroid Dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan fungsi kelenjar tiroid , mengotrol semua fungsi kelenjar tiroid.
Organ Target : Kortex adrenal Dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan mempertahankan ukuran dari kortex adrenal
Mengotrol pengeluaran glukokorticoid (cortisol) dan androgen adrenal.
Berfungsi minimla dalam melepaskan aldosteron
P Menstimulasi perkembangan follikel-follikel ovarium dan sekresi estrogen.
L. Mentimulasi tubulus seminiferus
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
123
4) Luteinizing Hormone
testis untuk tubuh dan hasilkan sperma .
P Menstimulasi maturasi follikel ovarium dan ovum.
Menstimulasi sekresi estogen, memicu ovolusi.
Menstimulasi perkembangan korpiluteum (Luteini zation)
L. Menstimulasi sel-sel interstisia testis untuk sekresi testoteron
d. Pituytari Posterior
Yang melepaskan 2 hormon, yaitu :
3) Anti diuretic hormon (ADG)
ADH mengreabsorbsi air dari urine dalam tubulus ginjal ke dalam darah. Air
yang sisa dalam tubulus berkurang maka hanya sedikit urin yang keluar dari
tubuh.
Nama ADH sesuai dengan fungsinya, anti=lawan, duiretik=peningkatan
volume urin. Dengan kata lain, ADH merupakan penurunan volume urin.
Hyposekresi ADH dihasilkan pada diabetes inspidus yaitu suatu kondisi
dimana terbentuk sejumlah besar urin. Pada keadaan ini dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan masalah serius, diobati dengan
injeksi atau nasal sparay ADH.
4) Oksitosin
Dihasilkan pada wanita sebelum dan sesudah ia mempunyai bayi. Oksitoksin
menstimulasi konstraksi otot uterus wanita hamil dan diyakini berinisiatif dan
pertahanan persalinan. Oxitosin berfungsi penting dalam kelahiran bayi,
yang menyebabkan sel-sel glandula payudara melepas ASI kedalam
duktus/saluran yang lalu diisap oleh bayi.
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Posterior Antidiuretic Hormon (ADH,
Vasopresine)Stimulators Rangsangan
utama ; meningkatnya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.
Hipotensi moderat melalui baroreseptor
ORGAN TARGET : Ginjal Pengatur utama osmolaritas
dan volume cairan tubuh Meningkatkan permeabilitas
ductus colectikus ginjal sehingga emnyebabkan peningkatan reabsorbsi air.
Merangsang intake cairan melalui mekanisme haus.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
124
Oksitosin
Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah
Kimia ; nikotine, morphine, agent cholinergik
Inhibitord Rangsangan
utama ; menurunya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.
Peningkatan volume dan tekanan darah moderat melalui baroreseptor
Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah
Kimia ; Alkohol
Stimulators Menyusui
melalui conduksi refleks neurologis dari serat afferent pada puting susu ke hypothalamus
Contraksi Uterus
Inhibitors Rangsang
an alfa adrenergik
ORGAN TARGET ; PAYUDARA DAN UTERUS
Menstimulasi perkembangan payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.
Meningkatkan kontraksi uterus pada proses persalinan.
1.15 Kelenjar pineal
Bentuknya kecil seperti peniti dekat ujung bawah ventrikel III dari otak. Kelenjar
pineal memproduksi sejumlah hormon dalam jumlah kecil dan yang paling penting
adalah melatonin. Melatonin merupakan hormon tropic inhibisi yang berefek pada
ovarium. Kelenjar ini juga terlibat dalam pubertas dan siklus menstruasi pada wanita.
Karena kelenjar perineal menerima dan berespon pada informasi – informasi sensori
dari saraf optic dan kadang-kadang disebut mata ketiga. Kelenjar pineal
menggunakan informasi mengenai perubahan tingkat cahaya dan berespon untuk
mengeluarkan atau menahan keluarnya melatonin.
Kadar melatonin meningkat selama malam dam menurun pada siang hari. Siklus
ini bervariasi sebagai pengatur waktu internal tubuh
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
125
1.16 Kelenjar thyroid
Gambar 1.5 Leher dan Kelenjar Thyroid Barbara C long, 1993 : p = 1005)
Kelenjar thiroid terletak didepan leher tepat dibawah crikoid cartilago. Terdiri dari dua
lobus yang dihubungkan langsung oleh itshmus yang merupakan bagian atas dari
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
126
Thyroid cartilage
Cricoid Cartilage
LobusIsthmus
Kelenjar Thyroid
Tulang Hyoid
Otot Sternoclobomastoideus
Trachea
Clavicula
Trachea
trachea. Beratnya kira- kira 20 mg. Kelenjar tyroid menyimpan sejumlah hormon tyroid
dalam bentuk koloid. Pecahan koloid disimpan dalam folikel-folikel kelenjar dan bila
hormon thyroid diperlukan, akan dilepas dan disekresi ke darah.
Terdiri dari 2 tipe sel yang menghasilkan hormon yang berbeda yaitu :
3) Follicular sel bertanggungjawab terhadap produksi hormon thyroxine ( T4 )
dan triiodothyronine ( T3 ) . Satu molekul T4 berisiskan 4 atom iodine dan 1
molekul T3 yang diperkirakan berisikan 3 atom iodine. T4 perlu diproduksi
dalam jumlah adekuat, diit harus berisikan iodine yodium dalam jumlah yang
cukup. T3 dan T4 mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, menyebabkan
cepat dilepaskannya energi dari makanan
4) Parafolliculer sel (C – cells) mensintesis dan mengeluarkan hormon
calsitonin. “C” sel Calcitonin berfungsi dalam mempertahankan
keseimbangan calcium. Sekresinya meningkat sebagai respon tehadap
peningkatan konsentrasi calcium dalam cairan interstisiil. Calcitonin
meningkatkan sekresi calcium oleh ginjal dan dengan cara demikian
menurunkan konsentrasi calcium dalam cairam ekstrasel.
Hormon – hormon yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid
KELENJAR /
HORMON
PENGATURAN FUNGSI
Thyros
ine (T4)
dan
Triiodithyro
nine (T3)
Kadar T3 dan T4
dikontrol oleh TSH
Kehamilan, peningkatan
steroid, demam akan
meningkatkan kadar T3 dan
T4..
Dopamin, GHIH
menurunkan kadar T3 dan T4
Mengatur katabolisme protein, lemak dan
karbohidrat dalam semua sel.
Mengatur metabolik rate pada semua sel
Mengatur produksi panas tubuh
Bertindak sebagai insulin antagonis.
Mempertahankan sekresi horomon
pertumbuhan dan maturasi tulang
Mempengaruhi perkekmbangan CNS
Dibutuhkan untuk tonus dan kekuatan otot.
Mempertahankan kontraksi jantung,
kekuatan kontraksi dan cardiac output
Mempertahankan sekresi pada saluran
gastrointestinal
Mempengaruhi pola napas dan penggunaan
oksigen
Mempertahankan mobilisasi kalsium
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
127
Mempengaruhi produksi sel darah merah
Merangsang perpindahan lemak,
mengeluarkan asam lemak bebas dan syntesis
colesterol
Mengatur aktivitas sistim saraf pusat
Calsitonin
Rangsangan
utama produksi calsitoonin
adalah tingginya serum
kalsium
Rangsangan
lain : Gastrin, calsium
dalam makanan.
Menurunkan absorbsi calsium dan
phospor pada saluran gastrointestinal.
Menurunkan kadar serum phospat
1.17 Kelenjar parathyroid
Merupakan suatu kelenjar yang kecil, biasanya ada 4 yang terdapat dibelakang
kelenjar tyroid. Kelenjar ini mensekresi hormon parathyroid ( PTH ) yang
meningkatkan konsentrasi kalsium yang direabsorbsi dari tulang. Hormon ini
menstimulus reabsorbsi tulang atau osteoclabts, dengan meningkatkan pemecahan
tulang pada matriks keras, suatu proses pelepasan kalsium yang disimpan di matriks.
Kalsium dilepaskan lalu bergerak dari tulang ke darah dan menyebabkan
peningkatan konsentrasi kalsium darah. Paratiroid mengatur metabolisme calsium
dan pospat tubuh. Organ tagetnya adalah tulang, ginjal dan duodenum. Terhadap
tulang PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di
tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vit D dengan Vit D yang aktif akan terjadi
peningkatan absorpsi kalsium dan pospat dari intestinal meningkatkan reabsorbsi Ca
dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran pospat, HCO3 dan Na.
( - )
(+)
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
128
Kadar Calsium
Kelenjar Parathyroid
PTH
Gastrointestinal Ginjal Tulang
Dengan Aktivasi Vitamin D Aktivasi Vitamin D
Mengkonversi osteogenis osteocytes Menjadi osteolitik osteocyte
Menurunnya jumlah osteoblast
Hormon paratyroid ini penting untuk kehidupan dan kematian sebab sel –sel kita sangat
sensitif terhadap perubahan julmlah kalsium darah, sel –sel tidak dapat berfungsi normal
dengan kalsium yang tinggi atau rendah.
Kalsium darah yang tinggi sel-sel otak dan jantung segera tidak berfungsi secara
normal yang menyebabkan seseorang terganggu mentalnya serta jantung
terhenti.
Bila Kadr kalsium rendah dalam darah, sel-sel darah jadi over raktif kadang –
kadang menyerang otot dengan impuls sehingga menyebabkan otot menjadi
spasme .
1.18 KELENJAR THYMUS
Berlokasi di mediastinum . Seperti kelenjar adrenal tymus punya korteks dan
medula. Dua bagian ini berisikan lympocit yang luas ( sel darah putih / WBC )
seperti bagian dari sistem imun tubuh. Fungsi endokrin pada tymus tidak hanya
penting tapi esential. Struktur kecil ini ( beratnya kurang lebih 1 gram ) berperan
sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi-infeksi ( mekanisme imunitas
vital ).
Hormon thymosin terisolasi dalam jaringan tymus dan bertanggung jawab untuk
aktifitas-aktifitas endokrin. Thimosin adalah sekelompok dari beberapa hormon yang
bersama-sama berperan penting dalam perkembangan dalam fungsi sistem immun
tubuh.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
129
Meningkatkan absorbsi C++ dan
Phospor
ekskresi C++ dan hidrogen
Meningkatkan ekskresi phospor, natrium dan Bicarbonat
Peningkatan serum Calcium
Pembentukan tulang Kerusakan tulang
Pelepasan garan Calcium dari tulang
Supresi dari sistem immun kadang-kadang terjadi penyakit menetap dan pada
pasien yang mendapatkan kemotherapmassive atau mediotherapi untuk
pengobatan kanker. Thymosin terbentuk bermanfaat sebagai aktivitor pada sistem
immun pada pasien-pasien demikian.
1.19 KELENJAR ADRENAL
Dari permukaan kelenjar adrenal, nampak hanya satu organ, tetapi sebenarnya
dipisahkan atas 2 kelenjar endokrin : Kortex adrenal dan medulla adrenal. Ini adalah
2 kelenjar dalam satu struktur.
Kortex adrenal : Bagian luar dari kelenjar adrenal
Medulla adrenal : bagian dalam dari kelenjar adrenal
hormon-hormon kortex berbeda nama dan kerja dari kelenjar hormon-hormon
medula adrenal.
3) Kortex adrenalin
Terdiri dari 3 lapisan sel yang membedakan daerah -daerah kortex adrenalin
mulai dari lapisan langsung di bawah kapsul kelenjar sampai di pusatnya yaitu :
Zona Glomerulosa
Memproduksi hormon mineralcorticoid (aldosteron)
Zona Fasciculata
Memproduksi hormon glukokortikoid (cortisol)
Zona Reticularis
Memproduksi hormon androgen
Hormon Yang Dihasilkan Oleh Kortex Adrenal
KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI
Mineralcortikoid
(Aldosteron)
Dikontrol oleh
CRH / ACTH
Stresor
fisiologis dan
psikologis seperti ;
Hypoglikemia,
hipoksia, nyeri
infeksi dan trauma
menyebabkan
peningkatan
cortisol.
Mempertahankan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan glukoneogenesis dan
menurunkan penggunaan glukosa oleh sel.
Meningkatkan katabolisme protein
Meningkatkan lipolisis
Antiinflamatory
Memecahkan colagen
Menurunkan partisipasi limphosit T dalam
imunitas seluler dengan menurunkan kadar
limphocyte dalam darah
Menigkatkan neutrofil dengan cara
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
130
meningkatkan pengeluaran dan mengurangi
kerusakan
Menurunkan pelepasan antibody baru
Menurunkan eusinofil, basofil dan monocyte
Menurunkan pembentukan antibody baru
Meningkatkan produksi asam lambung dan
pepsin
Meningkatkan retensi natrium dan air
Mempertahankan stabilitas emosi
Menurunkan pembentukan scar pada
jaringan
Meningkatkan pembentukan RBC
Glukokortikoid Cortisol
Dikontorl melalui
mekanisme renin –
angiotensi
Mempertahankan natrium dan air
Meningkatkan reabsorbsi natrium di
tubulus distal
Meningkatkan pengeluaran kalium
dan hidrogen di tubulus distal
Androgen Dikontrol oleh
CRH / ACTH
Pada wanita mempengaruhi
karakteristik seks sekunder
Pada laki – laki bekerja seperti
hormonm steroid gonad
4) Medula adrenal
10 % dari kelenjar adrenal adalah medula adrenal. Kelenjar ini mensekresi
hormon epinephrin (adrenalin) dan nonepineprine (Noradrenalin). Dalam
keadaan normal, kelenjar adrenal mengsekresi 85 % epinephrine dan 15 %
norepinephrine. Kedua hormon ini mempunyai efek yang berbeda pada tubuh
karena berbeda reseptor pada organ target. Reseptor diklasifikasikan sebagai
alfa adrenergik ( adrenergik) dan beta ( adrenergik). reseptor dibagi
menjadi 1 reseptor dan 2 reseptor . Lokasi utama daeri 1 reseptor adalah di
jantung dan 2 reseptor dibagian lain dalam tubuh. Reseptor juga dibagi
menjadi 1 yang terdapat pada organ target dan mensekresi hormon sedangkan
2 reseptor terdpat pada presinaptik dan apabila dirangsang menghambat
pengeluaran cathecolamine. .
1.20 PANKREAS ( PANCREATIC ISKELS = PULAU-PULAU PANKREAS )
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
131
Pulau-pulau pankreas atau pulau – pulau langerhans hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Kelenjar ini menyerupai sekumpulan sel-sel seperti pulau-pulau dilaut
sepanjang sel - sel pankreas, yang mensekresi joundice pankreas untuk
pencernaan. Terdapat 4 jenis sel yang menghasilkan hormon yang berbeda. Dari 4
jenis sel ini, ada 2 jenis sel yang terpenting yaitu : Sel Alpha dan beta.
3) Sel Alpha : mensekresi hormon glukogen
Glikogen bekerja dalam proses glykogenolisis liver yaitu suatu proses yang mana
menyimpan glukosa di sel-sel hati membentuk glikogen, diubah ke glukosa
kembali. Glukosa ini kemudian meninggalkan sel-sel hati dan masuk kedalam
darah. Glukagon akhirnya meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
4) Sela Betha : mensekresi hormon insulin
Hormon Insulin mempunyai fungasi terpenting yaitu menyebabkan glukosa dapat
dipakai oleh sel .
Kerja hormon Insulin dan glukoagon adalah antagonis . Dengan kata lain insulin
menernukan kadar glukosa darah dan hormon lain. Mis. Glukokortikoid, GH,
glukagon meningkatkan kadar glukosa darah.
Insulin menurunkan glukosa darah dengan bergerak keluar darah melewati
membran sel dan masuk ke sel-sel, sehingga laju metabolisme meningkat
terutama metabolisme glukosa darah dan meningkatkan metabolise glukosa.
Jika pulau – pulau pankreas mensekresi sejumlah insulin normal, sejumlah
glukosa masuk kedalam sel-sel dan sejumlah glukosa tinggi dalam darah.
Normal glukosa darah kira –kira 80 – 120 mg glukosa dalam tiap 100 ml air. Jika
insulin diproduksi terlalu banyak ( pada tumor pankreas ) banyak glukosa yang
masuk ke sel-sel dan glukosa darah menurun. Jika insulin diprodusi sedikit ,
seperti pda tipe I ( insuli dependent ) diabetes melitus, glukosa yang masuk ke
sel kurang maka darah naik kadang-kaang bisa tiga atau lebih dari jumlah
normal.
Banyak kasus tipe II ( insulin Independent ) diabetes melitus menghasilkan
abnormalnya reseptor insulin, mencegah efek-efek normal insulin pada sel-sel
target juga meningkatkan kadar glukosa darah.
Tes skremming unutk semua tipe diabetes melitus jarang ditemukan peningkatan
kadar glukosa darah pada kondisi ini. Tes – tes saat ini dibuat lebih mudah,
dengan teteskan darah subyek dengan peningkatan kadar glukosa darah
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
132
diperkirakan menderita penyakit Diabetes Melitus (DM ). Tes gula dalam urine
adalah prosedur lain yang biasa dilakukan. Pada DM kelebihan glukosa difilter
keluar darah oleh ginjal dan dibuang di urine, kondisi ini disebut Glycosuria.
Dua jenis sel yang lain yaitu
3) C cells – Somatostatin
4) F cells – Pancreatic polypetide
Polypeptida somatostatin dan pancreatic terutama bekerja sebagai hormon lokal,
mengatur kegiatan sel-sel pankreas lainnya. Somatostatin menghambat sel –sel
dengan mengeluarkan insulin dan glucagon. Sebaliknya polypeptida pancreas
menhambat sekresi exocrine pankreas.
1.21 Kelenjar seks Wanita
Kelenjar seks utama pada wanita adalah ovarium. Tiap-tiap ovarium berisikan 2
macam struktur kelenjar yang berbeda: volikel ovarium dan corpus luteum. Folikel
ovarium mensekresi estrogen, hormon femonim. Korpus luteim mensekresikan
progesteron tetapi juga sedikit estrogen.
1.22 Kelenjar Seks Pria
Sel-sel ditestis memproduksi sel sex pria yang disebut sperma. Sel-sel lain
ditestis ductus reproduksi pria dan kelenjar memperoduksi bahan-bahan cair
(Liquid ) dari cairan repsoduksi pria yang disebut semen. Sel-sel imterstinal
dalam testis mensekresi hormon seks pria yang disebut testoteron. Langsung
kedalam darah sel-sel testis ini adalah kelanjar andokrin pria, testosteron adalah
hormonmaskulin.
1.23 Placenta
Placenta berfungsi sebagai kelenjar endokrin sementara selama kehamilan, yang
memproduksi chronik gonadotropin disebut demikian karena termasuk hormon-
hormon tropik, disekresi oleh sel-sel dari chorion. Membran luas yang
mengelilingi bayi selam perkembangan dalam uterus.
Placenta ( chorionic Gonadotropin ) memproduksi estrogen dan progesteron.
Selama hamil ginjal mensekresi sejumlah besar chorionic gonadotropin dalam
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
133
urine. Keadaan ini sudah dinyatakan setengan abad yabg lalu dalam
mengembangkan tes kehamilan yang sudah familiar.
1.24 Struktur Endokrin Lain
Penelitian tetapi sistem endokrin menunjukan bahwa pada setiap orang dan
sisitem punya jaringan endokrin. Jaringan dalam ginjal, lambung, usus
( intestine ) dan organ –organ lain mensekresi hormon unutk mengatur macam-
macam fungsi penting manusia. Satu dari hormon ini adalah Atrial Natriuretic
Hormon ( ANH ). Di sekresi oleh sel-sel pada dinding atrium jantung. ANH
penting untuk mengatur homeostatis cairan dan lelektrolit. ANH antagaonis
terhadap aldosteron, yang menstimulasi ginjal untuk menahan ion- ion sodium
dan air, maka ANH menstimulus kekurangan ion sodium dan air.
PROSES ENDOKRINE SECARA UMUM (General endokrine processes )
Sistim endokrine berfugsi dalam tubuh melalui mekanisme produksi dan
pelepasan hormon. Hormon adalah : Substansi kimia yang dikeluarkan kedalam cairan
tubuh (Biasanya darah), oleh sekumpulan sel tertentu yang mengakibat perubahan
fisiologis pada tempat lain. Hormon terbagi atas dua yaitu : Hormon protein dan Hormon
Steroid. Perbedaan kedua hormon ini terletak pada cara mempengaruhi target sel-sel
organ.Hormon dapat dikirim dari jarak yang jauh (pitutari ke Ovarium) dan bisa juga
pada jarak yang sangat pendek (dari satu sel – ke sel yang lain dalam pankreas). Bila
hormon mempengaruhi sel yang bukan merupakan sel sasaranya disebut ; Fungsi
paracrine. Hormon hanya bisa bekerja pada jaringan / sel yang merupakan reseptornya.
Sel atau jaringan yang berespon terhadap partikel hormon disebut : target cell atau
target tissue.
1.8 Hormon dan Fungsinya
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
134
Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin
mempunyai lima fungsi utama :
6. Membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang
sedang berkembang.
7. Menstimulasi urutan perkembangan.
8. Mengkoordinasi sistem reproduksi.
9. Memelihara lingkungan internal optimal.
10. Melakukan respon korektif adaptif ketika terjadi situasi darurat.
1.9 Klasifikasi
Dalam hal struktur lingkungannya hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut
dalam air atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk
polipeptida (misalnya : insulin, glukagon, hormon andrenokortikotropik (ACTH),
gastrin) dan katekolamin. (misalnya : dopamin, norepineprin, epinefrin).
Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya : estrogen, progesteron,
testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misalnya : tiroksin)
1.10 Karakteristik
Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri.
Namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.
Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola yaitu :
4. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Contohnya : Kortisol Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada
malam hari.
5. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik dan turun sepanjang waktu tertentu
seperti bulanan.
Contohnya : Estrogen dapat menyebabkan siklus menstruasi.
6. Tipe sekresi hormonal variabel.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat positif atau
negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam suatu lungkungan
optimal. Hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang
sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
135
dan dan independen. Hormon secara constan di reaktivated oleh hepar atau
mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
Secara kimiawi, hormon dapat dibagi tiga yaitu :
4. Hormon steroid : hormon ini semuanya memiliki struktur kimia
berdasarkan pada inti steroid yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar
tipe ini berasal dari kolesterol itu sendiri. Berbagai hormon steroid yang berbeda
disekresi oleh :
- Korteks adrenal (kortisol dan aldosteron).
- Ovarium (estrogen dan progesteron)
- Testis (testosteron)
- Plasenta (estrogen dan progesteron)
5. Derivat asam amino tirosin.
Ada dua kelompok yang merupakan derivet asam amino tirosin. Kedua hormon
metabolik tiroid, (tiroksin dan triiodotironin, merupakan bantuk iodinasi dari
derivat tirosin).
Dua hormon utama yang berasal dari medra adrenal (epinefrin dan norepinefrin)
kedua-duanya merupakan katekolamin yang juga turunan dari tirosin.
6. Protein atau peptida.
Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan
molekul protein atau polipeptida besar : hormon hipofisis posterior, hormon
antidiuretik, dan oksitiksin merupakan peptida yang hanya mengandung delapan
asam amino.
Yang temasuk peptida besar antara lain : insulin glukogen dan parathormon.
1.11 Mekanisme Kerja Hormon
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
136
Kelenjar
Darah
Produksi dan penyimpanan hormon, bertanggunjawab terhadap rangsangan spesifik
dan melepaskan hormon ke dalam darah
Transport hormon ke sel / orgat target, kadar hormon dalam darah mempengaruhi
mekanisme feed back
Berada di membran atau reseptor intraceluler , proses awal hormon bereaksi dengan reseptor
seluler
Sel / Organ Target
Berbagai hormon berfungsi untuk mengatur tingkat aktivitas jaringan sasarannya. Agar
dapat menjalankan fungsi ini, hormon mengubah reaksi kimia dalam sel, mengubah
permiable membran sel terhadap zat tertentu, dan mengaktifkan beberapa mekanisme
sel spesifik lain. Banyak hormon melaksanakan fungsinya ini melalui dua mekanisme
yang penting yaitu : (1) Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya
menimbulkan fungsi sel tertentu, atau (2) Pengaktifan gel sel yang menyebabkan
pembentukan protein intrasel yang memulai fungsi sel tertentu.
1. Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya menimbulkan fungsi sel
tertentu.
Banyak hormon menunjukan efeknya pada sel pertama kali dengan menyebabkan
dibentuknya zat 3,5 – adenosin monofosfat siklik (AMP Siklik) dalam sel. Setelah
dibentuk, AMP siklik menyebabkan efek hormon pada dalam sel. AMP siklik ini
bertindak sebagai mediator hormonal instrasel (Second messenger) . Sedangkan
hormon itu sendiri bertindak sebagai First Messenger.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
137
Total Body
Efek biologis dan mekanisme feed back terhadap kelenjar
Hormon Perangsang
Membran sel
Res
epto
r
Adenil siklase
ATP
Mg++
3,5 AMP Siklik
Fosfodiesterase
5 - AMP
Respon Fisiologis- Aktivasi ensim- Ubah permeabilitas membrane
sel- Kontraksi dan relaksasi otot- Sistesis protein- Menyebabkan Sekresi
Gambar 3 : Mekanisme AMP SIKLIK
Perhatikan Gambar diatas :
Melukiskan fungsi AMP siklis lebih mendalam. Hormon perangsang bekerja pada
membran sel sasaran, berikatan dengan reseptor spesifik untuk jenis hormon
tertentu. Kekhususan reseptor menentukan hormon yang akan mempengaruhi sel
sasaran. Setelah berkaitan dengan reseptor, gabungan hormon dan reseptor
mengaktifan enzim adenil siklase dalam membran, dan sebagian adenil siklase
yang berhubungan dengan sitoplasma segera menyebabkan perubahan ATP
sitoplasma menjadi AMP siklik. AMP siklik kemudian memulai sejumlah fungsi sel
sebelum ia sendiri di rusak – fungsi seperti mengaktifkan enzim – enzim dalam sel,
mengubah premabilitas sel, memulai sintesis protein spesifik intrasel, menyebakan
kontraksi dan relaksasi otot, memulai sekresi dan banyak efek lainnya. Jenis efek
yang akan terjadi di dalam sel di tentukan oleh sifat sel sendiriri. Jadi, sel tyroid di
rangsang oleh AMP siklik, untuk membentuk hormon tyroid, sedangkan sel korteks
adrenal mebentuk hormon – hormon korteks adrenal. Sebaliknya, AMP siklik
mempengaruhi sel – sel epeitel tubulus ginjal dengan meningkatkan
premeabilitasnya terhadap air.
Mekanisme AMP siklik diperlihatkan sebagai mediator hormonal intrasel sekurang
– kurangnya beberapa fungsi hormon – hormon berikut ( dan banyak lainya ) :
a. Adrenokortikortikotropin.
b. Hormon perangsang tyroid.
c. Hormon luteinisasi.
d. Hormon perangsan folikel.
e. Vasopresin.
f. Hormon paratyroid.
g. Glukagon.
h. Katekolamin.
i. Sekretin.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
138
j. “ Releasing faktor” hipotalamus.
2. Kerja Hormon Steoid pada gen sel untuk menyebabkan sistesis protein
Cara kedua hormon – hormon – khususnya hormon steroid yang di sekresi oleh
korteks adrenal, ovarium, dan testis – bekerja adalah menyebabkan sintesis
protein pada sel sasaran ; bebrapa protein ini merupakan enzim – enzim yang
selanjutnya mengaktifkan fungsi – fungsi lain sel.
Rangkaian peristiwa dalam fungsi steroid adalah sebagai berikut :
5. Hormon steroid sitoplasma sel, tempat ia berikatan dengan protein reseptor
spesifik.
6. Gabungan protein reseptor hormon kemudian berdifusi masuk atau di transport
masuk inti.
7. Gabungan ini kemudian mengaktifkan gen spesifik untuk membentuk
‘messenger RNA’.
8. ‘messenger RNA’difusi masuk ke sitoplasma tempat ia meningkatkan proses
translasi pada ribosom untuk membentuk protein baru.
Sebagai contoh, aldosteron, salah satu hormon yang di sekresi oleh korteks adrenal,
memsuki sitoplasma tubulus ginjal, mengandung protein reseptor spesifik untuk
aldosteron. Kemudian tempat rangkain peristiwa di atas. Setelah sekitar 45 menit,
protein mulai terlihat pada sel tubulus ginjal yang meningkat reabsorbsi natriumnya
dari tubulus dan sekresi kalium ke dalam tubulus.
1.12 Mekanisme fungsi hormon lainnya
Hormon – hormon dapat mempunyai efek langsung efek langsung pada senyawa
sel, walaupun pada sebagian besar keadaan mekanisme tepat dari efek ini tidak di
ketahui. Misalnya, insulin meningkatkan premeabilitas sel terhadap glukosa, dan
hormon pertumbuhan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel. Selain itu
beberapa hormon, seperti aseltilkolin, langsung mempengaruhi membran sel
dengan mengubah permeabilitasnya terhadap ion – ion dan karena itu
menimbulkan kontraksi otot atau menyebabkan efek – efek lain.
1.13 Pengontrolan kadar Hormon
Kadar hormon harus dipertahankan dalam ambang atau batas normal karena
perubahan dalam kadar hormon merupakan faktor kritis yang sangat mempengaruhi
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
139
kesehatan. Salah satu faktor yang bertanggungjawab terhadap pengotrolan kadar
hormon adalah : feedback contol. Perhatikan gambar 1.2 clossed-loop negative
feed back dibawah ini
X
A B
Y
Gambar 1.2 Closed – Loop negative feed back system. Prinsip dasar pengotrolan terhadap keseluruhan kelenjar endokrine (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)
Kelenjar A distimulasi untuk memproduksi hormon X . Hormon X menstimulasi
organ B sehingga menyebabkan perubahan (peningkatan atau penurunan)
substansi Y. Perubahan pada substansi Y menghambat produksi dan sekresi dari
hormon X
Contoh :
(+) ( - )
(+) ( - )
(+) ( - )
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
140
Kadar Calcium
Kelenjar parathyroid Calcium
ParathyroidHormon
Ginjal, tulang, GI
Kadar Calcium
Rangsangan Kelenjar A Hormon X Organ B Substansi Y
osmolariti Plasma
Pituitary Posterior
ADH Ginjal Reabsobsi air shg
menurunkan osmoraitas serum
Serum glukosa
Sel beta Pankreas
Insulin Sel lemak, hati, sel
otot
Pengambilan glukosa sehingga terjadi penurunan serum glukoda
Ada beberapa mekanisme feedback yang lebih kompleks dalam mengotrol kadar
hormon. Salah satu contohnya adalah mekanisme feedback dari interaksi hypothalamus
dan pitutary anterior dengan kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads. Perhatikan
Gambar berikut
(-)
(-)
(+) (-)
(-)
(-)
Gambar 1.3 Mekanisme feedback compleks antara hypothalamus, pitutary anterior, kelenjar target endokrin dan sel target yang spesifik (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)
Bila kadar hormon yang diproduksi oleh kelenjar thyroid, cortekx adrenal dan gonad
adekuat maka pelepasan hormon tropic oleh kelenjar pituitari dan atau releasing hormon
oleh hipothalamus akan dihambat melalui mekanisme negative feed back.
Tidak semua hormon dapat dikontrol melalui mekanisme negative feed back ini.
Contohnya : estrogen pada laki – laki, testeteron pada perempuan, hormon plasenta
dan hormon yang diproduksi oleh tumor ectopik.
Faktor kedua yang mengatur mekanisme kerja hormon adalah : intrinsic rhytmicity.
Ritme intrinsik ini dapat berlangsung beberapa menit, hari atau minggu. Contohnya :
ACTH, cortisol, glukokortikoid dan hormon pertumbuhan mengikuti ritme circadian
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
141
Hipothalamus
Releasing Hormon Inhibiting Hormone
Pituitary Anterior
Tropic Hormone :(TSH, ACTH, FSH,LH)
Target endokrine gland(kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads.)
Target gland hormone
Spesifik Target cell
harian. Seperti hormon reproduktive pada wanita mempunyai pola yang bervariasi
sampai lebih dari beberapa minggu.
Rithme intrinsik ini dikontrol oleh beberapa faktor seperti : Lingkungan, Neurogenic ,
umur, pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor ekstrinsik seperti nyeri, trauma infeksi adalah faktor ketiga yang mempengaruhi
kadar hormon tertentu. Faktor ekstrinsik ini dapat meningkatkan kadar hormon diatas
normal.
Kadar hormon dipengaruhi juga oleh ekskresi atau inactivation metabolik . Ginjal dan
hati adalah organ yang paling berpangur terhadap inactivation hormonan dan eksresi.
Banya penyakit pada organ ini yang menyebabkan peningkatan kadar hormon.
Kesimpulan : Kadar hormon dikontrol oleh banyak mekanisme.
PENGKAJIAN UMUM SISTEM ENDOKRIN
(General Assesment Of Endokrine System)
D. Data Subjektif
1. Data demografi.
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting kelainan-kelainan
somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gendar , misalnya BB dan
tempat tinggal juga juga perlu dikaji.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
142
2. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien atau g2 t3 yang berhubungan secara langsung dengan
g hormonal sseperti :
- Obesitas
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
- Kelainan pada kelenjar tiorid
- Diabetes melitus
- Intertilitas.
3. Riwayat kesehatan dan keperawatah klien
(P) mengkaji kondisi yang pernah dialami klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah bnerlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebab.
- Tanda-tanda seks sekunder yang berkembang, misalnya :
amenore, bulu rambut tumbuh, buah dada berkembang dan lain-lain.
- BB yang sesuai dengan usia misalnya : selalu keras meskipun
banyak makan
- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sesnsitif, sulit
bergaul dan mampu berkonsentrasi.
- Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan
kejadiannya.
Bila PS diarawat beberapa hari, urutkan sesuai dengan waktu kerjanya. Juga
perlu informasi tentang penggunaan obar-obatan soal sekarang dan dimasa
lalu.
4. Riwayat diit.
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan endokrin t3 atau kebiasaan makan yang salah dapat
menjadi faktor penyebab yang perlu dikaji :
- Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
- Penurunan atau peningkatan BB drastis
- Selera makan menurun atau berlebihan
- Pola makan dan minum sehari.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
143
- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi endokrin seperti mata.
5. Status sosial ekonomi
Mendiskusikan bersama-sama bagaimana klien dan keluarga memperoleh
makanan yang sehat dan bergizi. Upaya mendapatkan pengobatan bila klien
dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan
keluarga tetap optimal.
6. Masalah kesehatan sekarang
(P) : Menanyakan :
- Apa yang dirasakan klien.
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan.
- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.
- Bagaiman pola eliminasi
- Bagaiman fungsi seksual dan reproduksi.
- Apakah adaperubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
Selain alasan klien datang ke RS, juga perlu diidentifikasi hal-hal yang berhubungan
dengan fungsi hormon secara umum seperti :
1. Tingkat Aktivitas.
(P). Mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan,atau dengan bantuan atau sama
sekali klien tidak berdaya untuk melakukannya.
Kaji juga bagaiman asupan makanan klien apakah berlebihan atau kurang.
2. Intake nutrisi dan Cairan
Anormalitas sistim endokrine dapat menyebabkan gangguan dalam intake nutrisi dan
cairan (meningkat atau menurun) yang mana bisa/tidak dihubungkan dengan
pertambahan atau penurunan berat badan. Banya k masalah pada sistim endokrine
adalah kronik dan membutuhkan diit pada waktu yang lama dan pada saat yang
sama intake cairan dibatasi. Kualitas dan kuantitaf pengkajian dalam intake makanan
sangat dibutuhkan untuk mentukkan penyebab kehilangan berat badan, adekuatnya
intake untuk kebutuhan metabolisme yang normal, ketaatan terhadap diit tertentu.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
144
Daftar intake makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien sethari – hari sangan
diperlukan dalam pengkajian. Riwayat mengkonsumsi alkohol dan snack juga harus
dikaji. Eleman lain seperti penyedap makanan / kesenangan pada makanan tertentu,
kebersihan mulut dan diit lunak untuk mencegah anoreksia dan mual juga dibutuhkan
dalam pengkajian. Bagaimana toleransi pasien terhadap makanan dan minuman juga
penting untuk dikaji.
3. Pola eliminasi
Sistim endokrine juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Riwayat pola elimonasi urine seperti ; frekuency, jumlah dan warna urine
harus diperhatikan dalam pengkajian. Adanya nocturia atau dysuria juga harus
dicatat. Pada beberapa penyakit endokrine (tergantung penyebabnya) mungkin ada
riwayat peningkatan output dan penurunan rasa haus atau penurunan output dan
peningkatan berat badan. Diuretic atau therapi lainnya dan ketaatan pasien terhadap
therapi yang dianjurkan juga perlu dikaji. Riwayat buang air besar seperti ;
frekuency dan warna perlu dicatat. Constipasi atau perubahan dalam kebiasaan
buang air besar mungkin disebabkan oleh perubahan dalam keseimbangan cairan
dan pengaturan diit. Therapi dapat juga menyebabkan perubahan dalam diit dan
intake cairan sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam pola eliminasi.
4. Tingkat Energi
Karena sistim endokrine bertanggungjawab langsung terhadap metabolisme
(Pengumpulan dan penggunaan) nutrisi untuk energi , maka keadaan pathologi pada
sistim endokrine biasanya menurunkan tingkat energi seseorang. Banya pasien
melaporkan tidak bisa melakukan sesuatu seperti apa yang mereka pikirkan. Hal ini
penting untuk mengkaji tingkat energi dan sebagai petunjuk untuk membantu pasien
dalam merencanakan aktivitas sehari – hari . Beberapa pasien membutuhkan
bantuan dalam menyesuaikan antivitas sehari – hari secara bertahap dengan
memberikan waktu istirahat.
Banyak masalah sistim endokrine dapat dikontrol dengan baik sehingga perubahan
permanen dalam kehidupan sehari - hari tidak dibutuhkan. Perubahan secara
bertahap membantu pasien mendapatkan kembali tingkat energi yang normal.
5. Perubahan Karakteristik Tubuh.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
145
Perubahan dalam distribusi rambut, porsi tubuh, suara, piigmentasi kulit dan raut
wajah dapat menggambarkan masalah pada sistim endokrine. Gambaran perubahan
yang dirasakan pasien tentang perubahan yang mereka rasakan amat berarti karena
perubahan ini sangat sulit diobservasi dan bervariasi untuk tiap orang.
6. Fungsi seksual dan reproduksi
Sistim endokrine mempunyai kaitan yang sangat erat dengan fungsi reproduksi. Oleh
karena itu riwayat reproduksi dan seksual harus dikaji. Data yang berhubungan
dengan siklus haid (Kejadian, frekuancy haid, lama, jumlah perdarahan), adanya
masalah dengan siklus (menorhagi), adanya impotensi dan beberapa permasalahan
yang berhubungan infertilitas seharunya dikumpulkan. Juga perlu dikaji tentang
kepuasan hubungan seksual pada dua keadaan. Yang pertama ; Kadang – kadang
perubahan awal dalam fungsi reproduktif dapat dimanifestasikan sebagai perubahan
dalam kepuasan seksual. Yang kedua : perubahan dalam sistim repriduksi bukan
merupakan suatu masalah bagi pasien jika kepuasan seksual dapat dipertahankan.
Contohnya infertilitas bukan merupakan masalah jika jika tidak ada keinginan untuk
mempunyai anak.
7. Toleransi Terhadap Stress
Sistim endokrine membantu tubuh untuk berespon terhadap stresor fisik atau
psikologis. Pertanyaan yang diajuhkan pada pasien selalu dihubungkan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan pasien terhadap stresor. Seperti perasaan tidak
toleransi terhadap panas dan dinginsering menangis, depresi, sering marah dan lain
– lain.
8. Pola eliminasi dan keseimbangan
cairan.’
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung
oleh ADH, aldosteron dan kortisol. (P). Menanyakan tentang pola berlemih dan
jumlahvolume urin.
Apakah klien mengatasinya. Tanyakan berapa banyak cairan yang dikonsumsi setiap
hari. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola yang ada sekarang.
9. Pertumbuhan dan perkembangan
(P). Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bagi yang dilahirkan
dengan tubuh yang kerdil atau terjadi selama proses pertumbuhan atau bahkan
terdapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
146
Kajisecara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya : bagaiman
tingkat inteligensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif danrasa tanggung jawab.
Lagi pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
10. Seks dan reproduksi
Pada klien ♀ : kaji siklus menstruasinya mencakup lama, volume, frekwensi dan
perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum, selama, dan
sesudah haid. Kaji pual pada usia berapa klien pertama kali menstruasi. Bila klien
bersuami kaji akapah pernah hamil, abortus dan melahirkan.
Pada klien ♂ : kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaiman
perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.
- Tanyakan juga perubahan bentuk dan
ukuran alat genitalianya.
E. Data Objektif
tabel : pengkajian head to toe dibawah ini :
Yang Dikaji Uraian
Pengkajian Secara umum Penampilan secara umum, proporsi tubuh (sesuai umur), tinggi
dan berat badan, karakteristik tubuh, abrasi pada kulit, luka, shu, 3RR dan tipe pernapasan.
Kulit Pigmentasi, turgor, ada tidaknya oedema, kelembaban dan
kemerahan / kekeringan
Muka/kulit kepala Distribusi rambut, adanya exopthalmos
Rongga mulut Kelembaban mukosa mebran
Leher Nadi dan tekanan darah,
Abdomen Strie
Muskuloskeletal Massa otot dan kekuatan
Sistim persyarafan Tremor, mudah tersinggung, kewaspadaan
1. Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan yaitu :
- Kondisi kelenjar endokrin.
- Kondisi kelenjar atau organ
sebagai dampak dari gangguan endokrin.
Secara umum teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimapanan fungsi adalah :
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
147
a. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampak terhadap pertumbuhan dan perkembanga, keseimbangan cairan
dan elektroloit, seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan
berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan propersi tubuh.
Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan
ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.
Pada mata amati adanya edem periorbita dan exophalatmus serta apakah
ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhaadap kelainan
bentuk dan perubahan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila
digerakkan. Kondisi ini biasa ditemukan pada gangguan tiroid.
Di daerah leher, amati bentuk leher, apakah leher tampak membesar,
simetris atau . Untuk lebih meyakinkan pembesaran kelenjar tiroid perlu
melakukan palpasi.
Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat
mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna
kulit pada leher, catat lokasinya. Bila dijumpai kelainan pada kulit leher,
lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain ditubuh sekaligus. Infeksi
jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik dan petechie lebih sering
dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan
ukuran dada. Pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidaksiembangan
hormonal khusunya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks
sekunder oleh karena itu amati keadaan rambut atilla dan dada. Pada
pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga kritoris dan
labia terhadap kelainan bentuk.
b. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dapat diperiksa melalui rabaan pada
kondisi normal, kelenjar tiorid ini teraba. Lakukan palpasi kelenjar tiroid
perlobus dan kaji ukuran, apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada
saat melakukan pemeriksaan pasien duduk atau berdiri sama saja. Untuk
memperoleh hasil yangbaik pemeriksa berada dibelakang klien dengan posis
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
148
kedua ibu jari (P) berada dibelakang leher dan jari-jari lain ada diatas kel
tiorid.
Palpasi testes dilakukan dengan posis tidur dan tangan (P) harus
dalam keadaan hangat. (P) memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari
lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran atau
besarnya, simetris tidaknya konsistensi dan ada tidaknya nadul.
Normanya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti
karet.
c. Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah
leher diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan olrh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea.
Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada
pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rete jantung
yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan perangsangan
katekilamin dan perubahan metabolisme tubuh.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofise.
5) Foto tengkorak (kranium) : Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika.dapat
terjadi tumor atau juga atropik. Tidak dibutuhkan
persiapn fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah
penting.
6) Foto tulang (osteo). : Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien
dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang
yang bertambah besar dari ukuran maupun
panjangnya. Pada okromegali akan dijumpai tulang-
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
149
tulang perifer yang bertambah ukurannya ke
samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.
7) CT scan otak : Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor
pada hipofise atau hipotalamun melalui
komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara
khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien
dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
8) Pemeriksaan darah dan urine
c. Kadar growth Hormon : Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang
dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat
kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc.persiapan khusus
secara fisik tidak ada.
d. Kadar ACTH : Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason.
Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine
24 jam.
Persiapan Pasien :
5. Tidak ada pembatasan makan dan minum.
6. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya
dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
7. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkanjenis onat dan dosisnya pada
lembaran pengiriman spesimen.
8. Cegah stres fisik dan psikologis.
Pelaksanaan Pemeriksaan :
5. Klien didberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari.
6. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc.
7. Urine ditampung selama 24 jam.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
150
8. Kirim spesimen(darah atau urine) ke laboratorium.
ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl.
17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17 OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari
2,5mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1 mg per
oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan
urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila
kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dldan eksresi 17 OHCS dalam
urine24 jam kurang dari 2,5mg.
2. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid
1) Up take Radioaktif (RAI) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kelenjar
tiroid dalam menangkap iodida.
Persiapan.
Klien puasa 6-8 jam.
Jelaskan tujuan dan prosedur.
Pelaksanaan.
Klien diberi radioaktof Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif
yang tertahan.
Juga dapat diukur clearenceI131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine
selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya. Banyaknya I131 yang
ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut
1. Normal : 10-35 %.
2. Kurang dari : 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.
3. Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama
hipertirodisme
2) T3 T4 Serum : Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang
dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 50-100 cc.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
151
Nilai normal pada orang dewasa :
Jodium bebas : 0,1-0,6 ml/dl
T3 : 0,2-0,3 ml/dl
T4 : 6-12 ml/dl
Nilai normal pada bayi / anak :
T3 : 180-240 mg/dl
3) Up take T3 Resin : Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau
tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti
hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi
pada hiertiroidisme dan menurun pada hiertiroidisme.
Dibuthkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa
selama 6-8 jam.
Nilai normal pada:
Dewasa : 25-35 %up take oleh resin.
Anak : pada umumnya tidak ada.
4) Protein Bound Iodine (PBI) : Bertujuan mengukur jodium yang terkait pada
protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah.
Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.
5) Laju Metabolisme Basal (MBR) : Bertujuan untuk mengukursecaratidak
langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah
kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan
Klien puasa sekitar 12 jam
Hindari kondisi yang menimbulkan kecelakaan dan stres.
Klien harus tidur paling tidak 8 jam
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
152
Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.
Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.
Pelaksanaan
Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
Dihitung dengan rumus : BMR (0,75 x pulse) + (0,75 x Tek Nadi) –72
Nilai normal BMR : -10 s/d 15%.
Pertimbangan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan
oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberkan fenobarbital
yang pengukurannya disebut Sommolent Metebolisme Rate. Nilai normalnya 8-
13% lebih rendah dari MBR.
6) Scanning Tyroid : Dapat digunakan teknik antara lain : Radio Iodine Scanning.
Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal
atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau
tidak berfungsi). Nodul panasmenyebabkan hipersekresi
jarang bersifat ganas. Sedangkannodul dingin (20%) adalah
ganas.
Up take iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dariplasma.
Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.
3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
1) Percobaan Sulkowitch Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium
dalam urine, sehinggga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan
dilakukan dengan menggunkan Reagens Sulkwitch. Bila pada percobaan tidak
terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5mg/dl.
Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal
(6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
153
Urine 24 jam ditampung.
Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Pelaksanaan
Masukan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)
Kedalam tabung pertama dimasukan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua
hanya sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kwantitatif :
Negatif (-) : Tidak terjadi kekeruhan
Positif (+) ` : Terjadi kekeruhan yang halus
Positif (+ +) : Kekeruhan sedang
Positif (+ + +) : Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang 20 detik.
Positif (+ + + +) : Kekeruhan hebat, terjadi seketika.
2) Percobaan Ellwort-Howard : Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang
dipengaruhioleh parathormon.
Cara Pemeriksaan
Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine
ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor
bisa mencapai 5-6x nilai normal. Pada hipoparatiroid, diuresis pospornya
tidak banyak berubah.
3) Percobaan Kalsium Intravena
Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukan paratharman. Normal bila pospor serum
meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum
dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hiperparatiroid, pospor
serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
4) Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya klasifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai klasifikasi bilateral pada dasar tengkorak.densitas
tulang bisa normal atau meningkat. Parahipertiroid, tulang menipis, berbentuk
kistal dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
154
c. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG)
Persiapan khusus tidak ada. Persiapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelainan gambaran EKG akibat perubahan kalsium serum terhadap otot
jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang
memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.
d. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium serum.
Persiapan khusus tidak ada.
4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
1) Pemeriksaan glukosa : Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa.
Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-
10 jam.
Nilai Normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/dl
Anak-anak : 60-100 mg/dl
Persiapan
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
Jelaskan tujuan pemeriksaan
Pelaksanaan
Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc
Gunakan anti koagulasi bilapemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.
Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk
sementara tidak diberikan.
Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-
obatan sesuai program.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
155
Gula darah setelah dua jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah
dua jam PP (post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam
setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula
darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien
disuruh makan menghabiskan posi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian
dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara
terpisah tergantung pada kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang
tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan
sampai pengambilan spesimen dilakukan.
5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
1) Pemeriksaan Hemokonsentrasi Darah
Nilai normal pada :
Dewasa wanita : 37-47 %
Pria : 45-54 %
Anak-anak : 31-43 %
Bayi : 30-40 %
Neonatal : 44-62 %
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari
perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi anti koagulan
ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.
2) Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, C1), dengan nilai normal :
Natrium : 310-335mg (13,6-14meq/liter)
Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq/liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremi dan hiperkalimia.
Tidak diperlukan persipan fisik secara khusus.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
156
3) Pencobaan Vanil Mandelic acid (VMA) : Bertujuan untuk mengukur
katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak
ada persiapan khusus.
4) Stimulasi Test
Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menendeteksi hipofungsi adrenal.
Dapat dilakukan kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap
aldosteron dengan pemberian sodium.
Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns
157