anatomi endokrin

212
SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE CHAPTER ONE MODUL 1 PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINE ( Assesment of The endokrine system) Oleh : SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns 1

Upload: jerfan-waangsir

Post on 12-Aug-2015

189 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anatomi Endokrin

SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE

CHAPTER ONE

MODUL 1

PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINE

( Assesment of The endokrine system)

Oleh :

SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

1

Page 2: Anatomi Endokrin

PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINEOleh : Simon Sani Kleden, Skep, NS

Tujuan Pembelajaran :

Setelah mempelajari topik ini mahasiswa seharusnya mampu untuk :

1. Menggambarkan lokasi dari berbagai kelenjar endokrine dalam tubuh dan

mekanisme pengontrolan produksi dan pengeluaran hormon dari kelenjar

endokrine

2. Menggambarkan fungsi dari hormon yang dikeluarkan oleh : Kelenjar pituitary,

thyroid, parathyroid,, cortex adrenal, medula adrenal dan endokrine pankreas.

3. Mengidentifikasikan perubahan fisiologis yang terjadi dalam sistim endokrine

dan proses penuaan.

4. Mengidentifikasikan data subyektif dan obyektif yang seharusnya dikumpulkan

pada klien dengan masalah kesehatan yang aktual maupun potensial pada

sisitim endokrine.

5. Menggambarkan uji diagnostik yang sering dilakukan pada klien dengan

masalah dysfungsi sistim endokrine dan menjelaskan arti dari hasil pemeriksaan

tersebut.

Pendahuluan

Semakin komplesnya tubuh manusia, khususnya cel dan jaringan membutuhkan

suatu sistim comunikasi internal yang baik sehingga fungsi dari masing – masing

bagian tubuh dapat dipertahankan sebagai satu kesatuan unit yang bertanggungjawab

terhadap fungsi tubuh secara keseluruhan. Dua systim yaitu sistim syaraf dan

endokrine mempunyai fungsi yang bersamaan dalam mengatur respon tubuh terhadap

perubahan lingkungan.

Sistim endokrine terdiri dari : Kelenjar pituitary anterior dan posterior, thyroid,

parathyroid, cortex adrenal, medula adrenal, gonad, pineal body dan thymus. Disamping

itu ada juga sel – sel spesifik endokrine pada saluran pencernaan. Hormon yang

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

2

Page 3: Anatomi Endokrin

dikeluarkan oleh kelenjar endokrine mempunyai fungsi yang amat penting dalam

kehidupan organisme yaitu : Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,

diferensiasi, reproduksi, adaptasi, proses penuaan dan lain – lain.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Lokasi dari kelenjar endokrin dan fungsi dari hormon yang dihasilkan

Gambar 1.3 System Endokrine (Tuker SM et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 1001)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

3

PituitaryPineal

Thyroid dan Parathyroid

Thymus

Adrenal

Islets of Langerhans

Ovari

Testis

Page 4: Anatomi Endokrin

Gambar 1.4 Pembelahan sagital dari otak (Barbara C long, 1993 : p = 1001)

Gambar 1.4 Hubungan hipothalamik pituitari Barbara C long, 1993 : p = 1002)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

4

Thalamus

Thalamik mass

Pineal Body

CerebelumComisura Anterior

Inti Hipothalamus

Optik Chiasma

Pituitary Stalk

Pituitary Gland

Pituitari posterior

Arteri hipofise inferiorVena Efferent

Pituitari anterior

Cappilary

Arteri hipofise superior

Optik Chiasma

Supraoptik Nukleus

Nukleus praventrikuler

Page 5: Anatomi Endokrin

1.1Hipothalamus

Adalah bagian dari diencephalon yang membentuk lantai dan merupakan

bagian lateral dari ventikel ketiga. Secara anatomis hipothalamus mencakup optik

kiasma, korpora mamilari, tuber sinerium, infundibulum dan hipofisis. Terdiri dari sel

–sel saraf yang berkelompok membentuk nuklei. Hipothalamus menempati bagian

bawah dinding lateral dibawah ventikel ketiga. Bagian depan berbatasan dengan

optik chiasma , bawah dengan pituitary salk, bagian belakang dengan sulcus dan

thalamus lie sedangkan bagian samping dengan internal capsule, subthalamic lie.

Walaupun merupakan are yang sangat kecil pada otak, namun hipothalamus selalu

menerima input baik secara langsung dan tidak langsung dari beberapa bagian

otak.

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI

Hipothalamus

Releasing hormon-

hormon (banyak)

Inhibisi Hormon-hormon

(banyak)

Menstimulasi

pituitary anterior

melepaskan hormon-

hormon.

Menghambat/batasi

pituitary anterior sekresi

hormon.

1.2 Kelenjar pituitari.

Berukuran 1 cm dan berat 500 mg, terletak didalan sela tursica dari fosa cranial.

Secara fungsional kelenjar pituitary dibagi menjadi 2 yaitu : Adenohypofise (Pituitary

anterior) dan Neurohipofise (Pituitary posterior) Perbedaannya : Adeno = kelenjar,

sedangkan neuro = saraf. Adenohyphofise strukturnya dari kelenjar endokrin,

sedangkan neurohyphyse mempunyai struktur seperti jaringan saraf.

a. Pituitari Anterior ( AdenoHypofise)

Kelenjar pituitary anterior mengontrol seluruhnya fungsi dan struktur kelenjar al :

Tyroid, kortex adrenal, follikel ovarium dan karpus luteum yang kadang-kadang

disebut sebagai kelenjar utama (master gland)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

5

Page 6: Anatomi Endokrin

Thyroid stimulating hormon (TSH) bekerja pada kelenjar thyroid yang

menstimulus kelompok tyroid untuk menaikan sekresi hormon tyroid.

Hormon adrenocortisotropic (ACTH) bekerja pada kortex adrenal yang

menstimulus kortex adrenal untuk menaikan ukuran dan mensekresi jumlah

besar hormonnya, khususnya sejumlah besar kortisol (hydrokortisol)

Follicle stimulating hormon (FSH) yang menstimulus folikel ovarium pimer untuk

mulai tumbuh dan menghasilkan estrogen dan tubulus seminiferus membentuk

sperma.

Luteinizing hormon (LH), bekerja bersama-sama FSH dalam beberapa fungsi

yaitu Menstimulasi folikel dan ovum untuk jari matur yang komlet

1) Menstimulasi sel-sel folikel untuk mensekresi estrogen dan menyebabkan

ovulasi (robeknya folikel matur dan keluarnya ovum yang sudah matang)

Karena fungsi ini LH kadang disebut sebagai hormon ovulasi.

2) LH menstimulasi pembentukan “golden body” (tubuh mas) menjadi corpus

luteum, dalam robeknya folikel. Proses ini disebut Luteinizasi

Fungsi ini menyebabkan LH disebut hormon Luteinizing. Pada pria, kelenjar

pituitary juga mensekresi LH yang secara formal disebuyt Interstial Cell

Stimulating Hormon (ICSH), karena hormon ini menstimulasi sel-sel dalam testis

untuk berkembang dan mensekresi testoteron yang merupakan hormon sex pria.

Melanocyte stimulating hormon (MSH) Menyebabkan cepat terjadi peningkatan

synthesis dan penghancuran pigmen melanin, granulasi pada sel-sel kulit

khusus.

Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior serta Fungsi dan

mekanismenya dapat Dilihat Pada tabel dibawah Ini.

Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Anterior ( adenohipofise)

Growth Hormon (GH) - Dikontrol oleh GHRH dan

GHIH - Sekresinya meningkat

setelah makan, dan setelah tidur lelap ( 1-2 jam)

- Rangsanga lain yang menyebabkan peningkat GH : Latihan, stres, agent kimia : Arginin, clonidine, TRH pada acromegaly, adrenergic antagonis, beta

Organ Target Seluruh tubuh- Meningkatkan pembelahan sel- Meningkatkan pertumbuhan sel,

tulang dan jaringan lunak- Meningkatkan glukosa darah

dengan menghasmbat pengambilan glukosa (Insulin antagonis)

- Meningkatkan sintesis protein- Meningkatkan volume cairan

extraceluler dan retensi elektrolit.- Meningkatkan lipolisis, kadar asam

lemak bebas dan pembentukan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

6

Page 7: Anatomi Endokrin

Prolactin (PRLH)

Thyroid Stimulating Homone (TSH)

Adrenocorticotropin hormon (ACTH)

Gonadotropin ;1) Folikel Stimulating

hormone (FSH)

2) Luteinizing Hormone

adrenergik antagonis, hypoglikemi.

- Sekresinya menurun pada hyperglikemia

Dikontrol oleh PRH dan PIH

Sekresinya meningkat beberapa jam selama tiidur.

Rangsangan lain yang menyebabkan peningkatan PRL : Menyusui, stresor, kimia : Estrogen, Clorpromazine : ,

Di kontol oleh ; TRH dan mekanisme negative feed back dari kadar T4

dalam plasma. Peningkatan T4

menurunkan TSH dan sebaliknya.

Dikontrol oleh CRH dan mekaniosme feed back negative dari kadar kortisol dalam darah.

Sekresinya meningkat pada jam 6 dan 8 malam mengikuti ritme circadian dan disebabkan oleh peningkatan CRH.

Stresor fisiologis dan psikologis seperti hypoglikemi, infeksi, nyeri dan kecemasan meningkatan ACTH.

Perubahan kadar cortisol mempengaruhi ACTH : Cotisol meningkat ACTH menurun dan sebaliknya.

Sekresinya dikontrol oleh GnRH

keton- Bekerja pada semua jaringan tubuh

untuk merangsang kerja somatomedin .

Organ target : Payudara, gonads Menstimulasi perkembangan

payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.

Mengatur fungsi reproduksi pada wanita dan pria.

Organ target : Kelenjat tiroid Dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan fungsi kelenjar tiroid , mengotrol semua fungsi kelenjar tiroid.

Organ Target : Kortex adrenal Dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan mempertahankan ukuran dari kortex adrenal

Mengotrol pengeluaran glukokorticoid (cortisol) dan androgen adrenal.

Berfungsi minimla dalam melepaskan aldosteron

P Menstimulasi perkembangan follikel-follikel ovarium dan sekresi estrogen.

L. Mentimulasi tubulus seminiferus testis untuk tubuh dan hasilkan sperma .

P Menstimulasi maturasi follikel ovarium dan ovum.

Menstimulasi sekresi estogen, memicu ovolusi.

Menstimulasi perkembangan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

7

Page 8: Anatomi Endokrin

korpiluteum (Luteini zation) L. Menstimulasi sel-sel interstisia testis

untuk sekresi testoteron

b. Pituytari Posterior

Yang melepaskan 2 hormon, yaitu :

1) Anti diuretic hormon (ADG)

ADH mengreabsorbsi air dari urine dalam tubulus ginjal ke dalam darah. Air

yang sisa dalam tubulus berkurang maka hanya sedikit urin yang keluar dari

tubuh.

Nama ADH sesuai dengan fungsinya, anti=lawan, duiretik=peningkatan

volume urin. Dengan kata lain, ADH merupakan penurunan volume urin.

Hyposekresi ADH dihasilkan pada diabetes inspidus yaitu suatu kondisi

dimana terbentuk sejumlah besar urin. Pada keadaan ini dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan masalah serius, diobati dengan

injeksi atau nasal sparay ADH.

2) Oksitosin

Dihasilkan pada wanita sebelum dan sesudah ia mempunyai bayi. Oksitoksin

menstimulasi konstraksi otot uterus wanita hamil dan diyakini berinisiatif dan

pertahanan persalinan. Oxitosin berfungsi penting dalam kelahiran bayi,

yang menyebabkan sel-sel glandula payudara melepas ASI kedalam

duktus/saluran yang lalu diisap oleh bayi.

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Posterior Antidiuretic Hormon (ADH,

Vasopresine)Stimulators Rangsangan

utama ; meningkatnya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.

Hipotensi moderat melalui baroreseptor

Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah

Kimia ; nikotine, morphine, agent cholinergik

Inhibitord

ORGAN TARGET : Ginjal Pengatur utama osmolaritas

dan volume cairan tubuh Meningkatkan permeabilitas

ductus colectikus ginjal sehingga emnyebabkan peningkatan reabsorbsi air.

Merangsang intake cairan melalui mekanisme haus.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

8

Page 9: Anatomi Endokrin

Oksitosin

Rangsangan utama ; menurunya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.

Peningkatan volume dan tekanan darah moderat melalui baroreseptor

Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah

Kimia ; Alkohol

Stimulators Menyusui

melalui conduksi refleks neurologis dari serat afferent pada puting susu ke hypothalamus

Contraksi Uterus

Inhibitors Rangsang

an alfa adrenergik

ORGAN TARGET ; PAYUDARA DAN UTERUS

Menstimulasi perkembangan payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.

Meningkatkan kontraksi uterus pada proses persalinan.

1.3 Kelenjar pineal

Bentuknya kecil seperti peniti dekat ujung bawah ventrikel III dari otak. Kelenjar

pineal memproduksi sejumlah hormon dalam jumlah kecil dan yang paling penting

adalah melatonin. Melatonin merupakan hormon tropic inhibisi yang berefek pada

ovarium. Kelenjar ini juga terlibat dalam pubertas dan siklus menstruasi pada wanita.

Karena kelenjar perineal menerima dan berespon pada informasi – informasi sensori

dari saraf optic dan kadang-kadang disebut mata ketiga. Kelenjar pineal

menggunakan informasi mengenai perubahan tingkat cahaya dan berespon untuk

mengeluarkan atau menahan keluarnya melatonin.

Kadar melatonin meningkat selama malam dam menurun pada siang hari. Siklus

ini bervariasi sebagai pengatur waktu internal tubuh

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

9

Page 10: Anatomi Endokrin

1.4Kelenjar thyroid

Gambar 1.5 Leher dan Kelenjar Thyroid Barbara C long, 1993 : p = 1005)

Kelenjar thiroid terletak didepan leher tepat dibawah crikoid cartilago. Terdiri dari dua

lobus yang dihubungkan langsung oleh itshmus yang merupakan bagian atas dari

trachea. Beratnya kira- kira 20 mg. Kelenjar tyroid menyimpan sejumlah hormon tyroid

dalam bentuk koloid. Pecahan koloid disimpan dalam folikel-folikel kelenjar dan bila

hormon thyroid diperlukan, akan dilepas dan disekresi ke darah.

Terdiri dari 2 tipe sel yang menghasilkan hormon yang berbeda yaitu :

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

10

Thyroid cartilage

Cricoid Cartilage

LobusIsthmus

Kelenjar Thyroid

Tulang Hyoid

Otot Sternoclobomastoideus

Trachea

Clavicula

Trachea

Page 11: Anatomi Endokrin

1) Follicular sel bertanggungjawab terhadap produksi hormon thyroxine ( T4 )

dan triiodothyronine ( T3 ) . Satu molekul T4 berisiskan 4 atom iodine dan 1

molekul T3 yang diperkirakan berisikan 3 atom iodine. T4 perlu diproduksi

dalam jumlah adekuat, diit harus berisikan iodine yodium dalam jumlah yang

cukup. T3 dan T4 mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, menyebabkan

cepat dilepaskannya energi dari makanan

2) Parafolliculer sel (C – cells) mensintesis dan mengeluarkan hormon

calsitonin. “C” sel Calcitonin berfungsi dalam mempertahankan

keseimbangan calcium. Sekresinya meningkat sebagai respon tehadap

peningkatan konsentrasi calcium dalam cairan interstisiil. Calcitonin

meningkatkan sekresi calcium oleh ginjal dan dengan cara demikian

menurunkan konsentrasi calcium dalam cairam ekstrasel.

Hormon – hormon yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid

KELENJAR /

HORMON

PENGATURAN FUNGSI

Thyros

ine (T4)

dan

Triiodithyro

nine (T3)

Kadar T3 dan T4

dikontrol oleh TSH

Kehamilan, peningkatan

steroid, demam akan

meningkatkan kadar T3 dan

T4..

Dopamin, GHIH

menurunkan kadar T3 dan T4

Mengatur katabolisme protein, lemak dan

karbohidrat dalam semua sel.

Mengatur metabolik rate pada semua sel

Mengatur produksi panas tubuh

Bertindak sebagai insulin antagonis.

Mempertahankan sekresi horomon

pertumbuhan dan maturasi tulang

Mempengaruhi perkekmbangan CNS

Dibutuhkan untuk tonus dan kekuatan otot.

Mempertahankan kontraksi jantung,

kekuatan kontraksi dan cardiac output

Mempertahankan sekresi pada saluran

gastrointestinal

Mempengaruhi pola napas dan penggunaan

oksigen

Mempertahankan mobilisasi kalsium

Mempengaruhi produksi sel darah merah

Merangsang perpindahan lemak,

mengeluarkan asam lemak bebas dan syntesis

colesterol

Mengatur aktivitas sistim saraf pusat

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

11

Page 12: Anatomi Endokrin

Calsitonin

Rangsangan

utama produksi calsitoonin

adalah tingginya serum

kalsium

Rangsangan

lain : Gastrin, calsium

dalam makanan.

Menurunkan absorbsi calsium dan

phospor pada saluran gastrointestinal.

Menurunkan kadar serum phospat

1.5 Kelenjar parathyroid

Merupakan suatu kelenjar yang kecil, biasanya ada 4 yang terdapat dibelakang

kelenjar tyroid. Kelenjar ini mensekresi hormon parathyroid ( PTH ) yang

meningkatkan konsentrasi kalsium yang direabsorbsi dari tulang. Hormon ini

menstimulus reabsorbsi tulang atau osteoclabts, dengan meningkatkan pemecahan

tulang pada matriks keras, suatu proses pelepasan kalsium yang disimpan di matriks.

Kalsium dilepaskan lalu bergerak dari tulang ke darah dan menyebabkan

peningkatan konsentrasi kalsium darah. Paratiroid mengatur metabolisme calsium

dan pospat tubuh. Organ tagetnya adalah tulang, ginjal dan duodenum. Terhadap

tulang PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di

tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vit D dengan Vit D yang aktif akan terjadi

peningkatan absorpsi kalsium dan pospat dari intestinal meningkatkan reabsorbsi Ca

dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran pospat, HCO3 dan Na.

( - )

(+)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

12

Kadar Calsium

Kelenjar Parathyroid

PTH

Gastrointestinal Ginjal Tulang

Dengan Aktivasi Vitamin D Aktivasi Vitamin D

Mengkonversi osteogenis osteocytes Menjadi osteolitik osteocyte

Menurunnya jumlah osteoblast

Meningkatkan absorbsi C++ dan

Phospor

ekskresi C++ dan hidrogen

Meningkatkan ekskresi phospor, natrium dan Bicarbonat Pembentukan tulang

Kerusakan tulang

Page 13: Anatomi Endokrin

Hormon paratyroid ini penting untuk kehidupan dan kematian sebab sel –sel kita sangat

sensitif terhadap perubahan julmlah kalsium darah, sel –sel tidak dapat berfungsi normal

dengan kalsium yang tinggi atau rendah.

Kalsium darah yang tinggi sel-sel otak dan jantung segera tidak berfungsi secara

normal yang menyebabkan seseorang terganggu mentalnya serta jantung

terhenti.

Bila Kadr kalsium rendah dalam darah, sel-sel darah jadi over raktif kadang –

kadang menyerang otot dengan impuls sehingga menyebabkan otot menjadi

spasme .

1.6 KELENJAR THYMUS

Berlokasi di mediastinum . Seperti kelenjar adrenal tymus punya korteks dan

medula. Dua bagian ini berisikan lympocit yang luas ( sel darah putih / WBC )

seperti bagian dari sistem imun tubuh. Fungsi endokrin pada tymus tidak hanya

penting tapi esential. Struktur kecil ini ( beratnya kurang lebih 1 gram ) berperan

sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi-infeksi ( mekanisme imunitas

vital ).

Hormon thymosin terisolasi dalam jaringan tymus dan bertanggung jawab untuk

aktifitas-aktifitas endokrin. Thimosin adalah sekelompok dari beberapa hormon yang

bersama-sama berperan penting dalam perkembangan dalam fungsi sistem immun

tubuh.

Supresi dari sistem immun kadang-kadang terjadi penyakit menetap dan pada

pasien yang mendapatkan kemotherapmassive atau mediotherapi untuk

pengobatan kanker. Thymosin terbentuk bermanfaat sebagai aktivitor pada sistem

immun pada pasien-pasien demikian.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

13

Peningkatan serum Calcium

Pelepasan garan Calcium dari tulang

Page 14: Anatomi Endokrin

1.7 KELENJAR ADRENAL

Dari permukaan kelenjar adrenal, nampak hanya satu organ, tetapi sebenarnya

dipisahkan atas 2 kelenjar endokrin : Kortex adrenal dan medulla adrenal. Ini adalah

2 kelenjar dalam satu struktur.

Kortex adrenal : Bagian luar dari kelenjar adrenal

Medulla adrenal : bagian dalam dari kelenjar adrenal

hormon-hormon kortex berbeda nama dan kerja dari kelenjar hormon-hormon

medula adrenal.

1) Kortex adrenalin

Terdiri dari 3 lapisan sel yang membedakan daerah -daerah kortex adrenalin

mulai dari lapisan langsung di bawah kapsul kelenjar sampai di pusatnya yaitu :

Zona Glomerulosa

Memproduksi hormon mineralcorticoid (aldosteron)

Zona Fasciculata

Memproduksi hormon glukokortikoid (cortisol)

Zona Reticularis

Memproduksi hormon androgen

Hormon Yang Dihasilkan Oleh Kortex Adrenal

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI

Mineralcortikoid

(Aldosteron)

Dikontrol oleh

CRH / ACTH

Stresor

fisiologis dan

psikologis seperti ;

Hypoglikemia,

hipoksia, nyeri

infeksi dan trauma

menyebabkan

peningkatan

cortisol.

Mempertahankan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan glukoneogenesis dan

menurunkan penggunaan glukosa oleh sel.

Meningkatkan katabolisme protein

Meningkatkan lipolisis

Antiinflamatory

Memecahkan colagen

Menurunkan partisipasi limphosit T dalam

imunitas seluler dengan menurunkan kadar

limphocyte dalam darah

Menigkatkan neutrofil dengan cara

meningkatkan pengeluaran dan mengurangi

kerusakan

Menurunkan pelepasan antibody baru

Menurunkan eusinofil, basofil dan monocyte

Menurunkan pembentukan antibody baru

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

14

Page 15: Anatomi Endokrin

Meningkatkan produksi asam lambung dan

pepsin

Meningkatkan retensi natrium dan air

Mempertahankan stabilitas emosi

Menurunkan pembentukan scar pada

jaringan

Meningkatkan pembentukan RBC

Glukokortikoid Cortisol

Dikontorl melalui

mekanisme renin –

angiotensi

Mempertahankan natrium dan air

Meningkatkan reabsorbsi natrium di

tubulus distal

Meningkatkan pengeluaran kalium

dan hidrogen di tubulus distal

Androgen Dikontrol oleh

CRH / ACTH

Pada wanita mempengaruhi

karakteristik seks sekunder

Pada laki – laki bekerja seperti

hormonm steroid gonad

2) Medula adrenal

10 % dari kelenjar adrenal adalah medula adrenal. Kelenjar ini mensekresi

hormon epinephrin (adrenalin) dan nonepineprine (Noradrenalin). Dalam

keadaan normal, kelenjar adrenal mengsekresi 85 % epinephrine dan 15 %

norepinephrine. Kedua hormon ini mempunyai efek yang berbeda pada tubuh

karena berbeda reseptor pada organ target. Reseptor diklasifikasikan sebagai

alfa adrenergik ( adrenergik) dan beta ( adrenergik). reseptor dibagi

menjadi 1 reseptor dan 2 reseptor . Lokasi utama daeri 1 reseptor adalah di

jantung dan 2 reseptor dibagian lain dalam tubuh. Reseptor juga dibagi

menjadi 1 yang terdapat pada organ target dan mensekresi hormon sedangkan

2 reseptor terdpat pada presinaptik dan apabila dirangsang menghambat

pengeluaran cathecolamine. .

1.8 PANKREAS ( PANCREATIC ISKELS = PULAU-PULAU PANKREAS )

Pulau-pulau pankreas atau pulau – pulau langerhans hanya dapat dilihat dengan

mikroskop. Kelenjar ini menyerupai sekumpulan sel-sel seperti pulau-pulau dilaut

sepanjang sel - sel pankreas, yang mensekresi joundice pankreas untuk

pencernaan. Terdapat 4 jenis sel yang menghasilkan hormon yang berbeda. Dari 4

jenis sel ini, ada 2 jenis sel yang terpenting yaitu : Sel Alpha dan beta.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

15

Page 16: Anatomi Endokrin

1) Sel Alpha : mensekresi hormon glukogen

Glikogen bekerja dalam proses glykogenolisis liver yaitu suatu proses yang mana

menyimpan glukosa di sel-sel hati membentuk glikogen, diubah ke glukosa

kembali. Glukosa ini kemudian meninggalkan sel-sel hati dan masuk kedalam

darah. Glukagon akhirnya meningkatkan konsentrasi glukosa darah.

2) Sela Betha : mensekresi hormon insulin

Hormon Insulin mempunyai fungasi terpenting yaitu menyebabkan glukosa dapat

dipakai oleh sel .

Kerja hormon Insulin dan glukoagon adalah antagonis . Dengan kata lain insulin

menernukan kadar glukosa darah dan hormon lain. Mis. Glukokortikoid, GH,

glukagon meningkatkan kadar glukosa darah.

Insulin menurunkan glukosa darah dengan bergerak keluar darah melewati

membran sel dan masuk ke sel-sel, sehingga laju metabolisme meningkat

terutama metabolisme glukosa darah dan meningkatkan metabolise glukosa.

Jika pulau – pulau pankreas mensekresi sejumlah insulin normal, sejumlah

glukosa masuk kedalam sel-sel dan sejumlah glukosa tinggi dalam darah.

Normal glukosa darah kira –kira 80 – 120 mg glukosa dalam tiap 100 ml air. Jika

insulin diproduksi terlalu banyak ( pada tumor pankreas ) banyak glukosa yang

masuk ke sel-sel dan glukosa darah menurun. Jika insulin diprodusi sedikit ,

seperti pda tipe I ( insuli dependent ) diabetes melitus, glukosa yang masuk ke

sel kurang maka darah naik kadang-kaang bisa tiga atau lebih dari jumlah

normal.

Banyak kasus tipe II ( insulin Independent ) diabetes melitus menghasilkan

abnormalnya reseptor insulin, mencegah efek-efek normal insulin pada sel-sel

target juga meningkatkan kadar glukosa darah.

Tes skremming unutk semua tipe diabetes melitus jarang ditemukan peningkatan

kadar glukosa darah pada kondisi ini. Tes – tes saat ini dibuat lebih mudah,

dengan teteskan darah subyek dengan peningkatan kadar glukosa darah

diperkirakan menderita penyakit Diabetes Melitus (DM ). Tes gula dalam urine

adalah prosedur lain yang biasa dilakukan. Pada DM kelebihan glukosa difilter

keluar darah oleh ginjal dan dibuang di urine, kondisi ini disebut Glycosuria.

Dua jenis sel yang lain yaitu

1) C cells – Somatostatin

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

16

Page 17: Anatomi Endokrin

2) F cells – Pancreatic polypetide

Polypeptida somatostatin dan pancreatic terutama bekerja sebagai hormon lokal,

mengatur kegiatan sel-sel pankreas lainnya. Somatostatin menghambat sel –sel

dengan mengeluarkan insulin dan glucagon. Sebaliknya polypeptida pancreas

menhambat sekresi exocrine pankreas.

1.9 Kelenjar seks Wanita

Kelenjar seks utama pada wanita adalah ovarium. Tiap-tiap ovarium berisikan 2

macam struktur kelenjar yang berbeda: volikel ovarium dan corpus luteum. Folikel

ovarium mensekresi estrogen, hormon femonim. Korpus luteim mensekresikan

progesteron tetapi juga sedikit estrogen.

1.10 Kelenjar Seks Pria

Sel-sel ditestis memproduksi sel sex pria yang disebut sperma. Sel-sel lain

ditestis ductus reproduksi pria dan kelenjar memperoduksi bahan-bahan cair

(Liquid ) dari cairan repsoduksi pria yang disebut semen. Sel-sel imterstinal

dalam testis mensekresi hormon seks pria yang disebut testoteron. Langsung

kedalam darah sel-sel testis ini adalah kelanjar andokrin pria, testosteron adalah

hormonmaskulin.

1.11 Placenta

Placenta berfungsi sebagai kelenjar endokrin sementara selama kehamilan, yang

memproduksi chronik gonadotropin disebut demikian karena termasuk hormon-

hormon tropik, disekresi oleh sel-sel dari chorion. Membran luas yang

mengelilingi bayi selam perkembangan dalam uterus.

Placenta ( chorionic Gonadotropin ) memproduksi estrogen dan progesteron.

Selama hamil ginjal mensekresi sejumlah besar chorionic gonadotropin dalam

urine. Keadaan ini sudah dinyatakan setengan abad yabg lalu dalam

mengembangkan tes kehamilan yang sudah familiar.

1.12 Struktur Endokrin Lain

Penelitian tetapi sistem endokrin menunjukan bahwa pada setiap orang dan

sisitem punya jaringan endokrin. Jaringan dalam ginjal, lambung, usus

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

17

Page 18: Anatomi Endokrin

( intestine ) dan organ –organ lain mensekresi hormon unutk mengatur macam-

macam fungsi penting manusia. Satu dari hormon ini adalah Atrial Natriuretic

Hormon ( ANH ). Di sekresi oleh sel-sel pada dinding atrium jantung. ANH

penting untuk mengatur homeostatis cairan dan lelektrolit. ANH antagaonis

terhadap aldosteron, yang menstimulasi ginjal untuk menahan ion- ion sodium

dan air, maka ANH menstimulus kekurangan ion sodium dan air.

PROSES ENDOKRINE SECARA UMUM (General endokrine processes )

Sistim endokrine berfugsi dalam tubuh melalui mekanisme produksi dan

pelepasan hormon. Hormon adalah : Substansi kimia yang dikeluarkan kedalam cairan

tubuh (Biasanya darah), oleh sekumpulan sel tertentu yang mengakibat perubahan

fisiologis pada tempat lain. Hormon terbagi atas dua yaitu : Hormon protein dan Hormon

Steroid. Perbedaan kedua hormon ini terletak pada cara mempengaruhi target sel-sel

organ.Hormon dapat dikirim dari jarak yang jauh (pitutari ke Ovarium) dan bisa juga

pada jarak yang sangat pendek (dari satu sel – ke sel yang lain dalam pankreas). Bila

hormon mempengaruhi sel yang bukan merupakan sel sasaranya disebut ; Fungsi

paracrine. Hormon hanya bisa bekerja pada jaringan / sel yang merupakan reseptornya.

Sel atau jaringan yang berespon terhadap partikel hormon disebut : target cell atau

target tissue.

1.2 Hormon dan Fungsinya

Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin

mempunyai lima fungsi utama :

1. Membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang

sedang berkembang.

2. Menstimulasi urutan perkembangan.

3. Mengkoordinasi sistem reproduksi.

4. Memelihara lingkungan internal optimal.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

18

Page 19: Anatomi Endokrin

5. Melakukan respon korektif adaptif ketika terjadi situasi darurat.

1.3 Klasifikasi

Dalam hal struktur lingkungannya hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut

dalam air atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk

polipeptida (misalnya : insulin, glukagon, hormon andrenokortikotropik (ACTH),

gastrin) dan katekolamin. (misalnya : dopamin, norepineprin, epinefrin).

Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya : estrogen, progesteron,

testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misalnya : tiroksin)

1.4 Karakteristik

Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri.

Namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.

Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola yaitu :

1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.

Contohnya : Kortisol Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada

malam hari.

2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik dan turun sepanjang waktu tertentu

seperti bulanan.

Contohnya : Estrogen dapat menyebabkan siklus menstruasi.

3. Tipe sekresi hormonal variabel.

Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat positif atau

negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam suatu lungkungan

optimal. Hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang

sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen

dan dan independen. Hormon secara constan di reaktivated oleh hepar atau

mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

Secara kimiawi, hormon dapat dibagi tiga yaitu :

1. Hormon steroid : hormon ini semuanya memiliki struktur kimia

berdasarkan pada inti steroid yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar

tipe ini berasal dari kolesterol itu sendiri. Berbagai hormon steroid yang berbeda

disekresi oleh :

- Korteks adrenal (kortisol dan aldosteron).

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

19

Page 20: Anatomi Endokrin

- Ovarium (estrogen dan progesteron)

- Testis (testosteron)

- Plasenta (estrogen dan progesteron)

2. Derivat asam amino tirosin.

Ada dua kelompok yang merupakan derivet asam amino tirosin. Kedua hormon

metabolik tiroid, (tiroksin dan triiodotironin, merupakan bantuk iodinasi dari

derivat tirosin).

Dua hormon utama yang berasal dari medra adrenal (epinefrin dan norepinefrin)

kedua-duanya merupakan katekolamin yang juga turunan dari tirosin.

3. Protein atau peptida.

Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan

molekul protein atau polipeptida besar : hormon hipofisis posterior, hormon

antidiuretik, dan oksitiksin merupakan peptida yang hanya mengandung delapan

asam amino.

Yang temasuk peptida besar antara lain : insulin glukogen dan parathormon.

1.5 Mekanisme Kerja Hormon

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

20

Kelenjar

Darah

Total Body

Produksi dan penyimpanan hormon, bertanggunjawab terhadap rangsangan spesifik

dan melepaskan hormon ke dalam darah

Transport hormon ke sel / orgat target, kadar hormon dalam darah mempengaruhi

mekanisme feed back

Berada di membran atau reseptor intraceluler , proses awal hormon bereaksi dengan reseptor

seluler

Efek biologis dan mekanisme feed back terhadap kelenjar

Sel / Organ Target

Page 21: Anatomi Endokrin

Berbagai hormon berfungsi untuk mengatur tingkat aktivitas jaringan sasarannya. Agar

dapat menjalankan fungsi ini, hormon mengubah reaksi kimia dalam sel, mengubah

permiable membran sel terhadap zat tertentu, dan mengaktifkan beberapa mekanisme

sel spesifik lain. Banyak hormon melaksanakan fungsinya ini melalui dua mekanisme

yang penting yaitu : (1) Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya

menimbulkan fungsi sel tertentu, atau (2) Pengaktifan gel sel yang menyebabkan

pembentukan protein intrasel yang memulai fungsi sel tertentu.

1. Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya menimbulkan fungsi sel

tertentu.

Banyak hormon menunjukan efeknya pada sel pertama kali dengan menyebabkan

dibentuknya zat 3,5 – adenosin monofosfat siklik (AMP Siklik) dalam sel. Setelah

dibentuk, AMP siklik menyebabkan efek hormon pada dalam sel. AMP siklik ini

bertindak sebagai mediator hormonal instrasel (Second messenger) . Sedangkan

hormon itu sendiri bertindak sebagai First Messenger.

Gambar 3 : Mekanisme AMP SIKLIK

Perhatikan Gambar diatas :

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

21

Hormon Perangsang

Membran sel

Res

epto

r

Adenil siklase

ATP

Mg++

3,5 AMP Siklik

Fosfodiesterase

5 - AMP

Respon Fisiologis- Aktivasi ensim- Ubah permeabilitas membrane

sel- Kontraksi dan relaksasi otot- Sistesis protein- Menyebabkan Sekresi

Page 22: Anatomi Endokrin

Melukiskan fungsi AMP siklis lebih mendalam. Hormon perangsang bekerja pada

membran sel sasaran, berikatan dengan reseptor spesifik untuk jenis hormon

tertentu. Kekhususan reseptor menentukan hormon yang akan mempengaruhi sel

sasaran. Setelah berkaitan dengan reseptor, gabungan hormon dan reseptor

mengaktifan enzim adenil siklase dalam membran, dan sebagian adenil siklase

yang berhubungan dengan sitoplasma segera menyebabkan perubahan ATP

sitoplasma menjadi AMP siklik. AMP siklik kemudian memulai sejumlah fungsi sel

sebelum ia sendiri di rusak – fungsi seperti mengaktifkan enzim – enzim dalam sel,

mengubah premabilitas sel, memulai sintesis protein spesifik intrasel, menyebakan

kontraksi dan relaksasi otot, memulai sekresi dan banyak efek lainnya. Jenis efek

yang akan terjadi di dalam sel di tentukan oleh sifat sel sendiriri. Jadi, sel tyroid di

rangsang oleh AMP siklik, untuk membentuk hormon tyroid, sedangkan sel korteks

adrenal mebentuk hormon – hormon korteks adrenal. Sebaliknya, AMP siklik

mempengaruhi sel – sel epeitel tubulus ginjal dengan meningkatkan

premeabilitasnya terhadap air.

Mekanisme AMP siklik diperlihatkan sebagai mediator hormonal intrasel sekurang

– kurangnya beberapa fungsi hormon – hormon berikut ( dan banyak lainya ) :

a. Adrenokortikortikotropin.

b. Hormon perangsang tyroid.

c. Hormon luteinisasi.

d. Hormon perangsan folikel.

e. Vasopresin.

f. Hormon paratyroid.

g. Glukagon.

h. Katekolamin.

i. Sekretin.

j. “ Releasing faktor” hipotalamus.

2. Kerja Hormon Steoid pada gen sel untuk menyebabkan sistesis protein

Cara kedua hormon – hormon – khususnya hormon steroid yang di sekresi oleh

korteks adrenal, ovarium, dan testis – bekerja adalah menyebabkan sintesis

protein pada sel sasaran ; bebrapa protein ini merupakan enzim – enzim yang

selanjutnya mengaktifkan fungsi – fungsi lain sel.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

22

Page 23: Anatomi Endokrin

Rangkaian peristiwa dalam fungsi steroid adalah sebagai berikut :

1. Hormon steroid sitoplasma sel, tempat ia berikatan dengan protein reseptor

spesifik.

2. Gabungan protein reseptor hormon kemudian berdifusi masuk atau di transport

masuk inti.

3. Gabungan ini kemudian mengaktifkan gen spesifik untuk membentuk

‘messenger RNA’.

4. ‘messenger RNA’difusi masuk ke sitoplasma tempat ia meningkatkan proses

translasi pada ribosom untuk membentuk protein baru.

Sebagai contoh, aldosteron, salah satu hormon yang di sekresi oleh korteks adrenal,

memsuki sitoplasma tubulus ginjal, mengandung protein reseptor spesifik untuk

aldosteron. Kemudian tempat rangkain peristiwa di atas. Setelah sekitar 45 menit,

protein mulai terlihat pada sel tubulus ginjal yang meningkat reabsorbsi natriumnya

dari tubulus dan sekresi kalium ke dalam tubulus.

1.6 Mekanisme fungsi hormon lainnya

Hormon – hormon dapat mempunyai efek langsung efek langsung pada senyawa

sel, walaupun pada sebagian besar keadaan mekanisme tepat dari efek ini tidak di

ketahui. Misalnya, insulin meningkatkan premeabilitas sel terhadap glukosa, dan

hormon pertumbuhan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel. Selain itu

beberapa hormon, seperti aseltilkolin, langsung mempengaruhi membran sel

dengan mengubah permeabilitasnya terhadap ion – ion dan karena itu

menimbulkan kontraksi otot atau menyebabkan efek – efek lain.

1.7 Pengontrolan kadar Hormon

Kadar hormon harus dipertahankan dalam ambang atau batas normal karena

perubahan dalam kadar hormon merupakan faktor kritis yang sangat mempengaruhi

kesehatan. Salah satu faktor yang bertanggungjawab terhadap pengotrolan kadar

hormon adalah : feedback contol. Perhatikan gambar 1.2 clossed-loop negative

feed back dibawah ini

X

A B

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

23

Page 24: Anatomi Endokrin

Y

Gambar 1.2 Closed – Loop negative feed back system. Prinsip dasar pengotrolan terhadap keseluruhan kelenjar endokrine (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)

Kelenjar A distimulasi untuk memproduksi hormon X . Hormon X menstimulasi

organ B sehingga menyebabkan perubahan (peningkatan atau penurunan)

substansi Y. Perubahan pada substansi Y menghambat produksi dan sekresi dari

hormon X

Contoh :

(+) ( - )

(+) ( - )

(+) ( - )

Ada beberapa mekanisme feedback yang lebih kompleks dalam mengotrol kadar

hormon. Salah satu contohnya adalah mekanisme feedback dari interaksi hypothalamus

dan pitutary anterior dengan kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads. Perhatikan

Gambar berikut

(-)

(-)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

24

Hipothalamus

Releasing Hormon Inhibiting Hormone

Kadar Calcium

Kelenjar parathyroid Calcium

ParathyroidHormon

Ginjal, tulang, GI

Kadar Calcium

Rangsangan Kelenjar A Hormon X Organ B Substansi Y

osmolariti Plasma

Pituitary Posterior

ADH Ginjal Reabsobsi air shg

menurunkan osmoraitas serum

Serum glukosa

Sel beta Pankreas

Insulin Sel lemak, hati, sel

otot

Pengambilan glukosa sehingga terjadi penurunan serum glukoda

Page 25: Anatomi Endokrin

(+) (-)

(-)

(-)

Gambar 1.3 Mekanisme feedback compleks antara hypothalamus, pitutary anterior, kelenjar target endokrin dan sel target yang spesifik (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)

Bila kadar hormon yang diproduksi oleh kelenjar thyroid, cortekx adrenal dan gonad

adekuat maka pelepasan hormon tropic oleh kelenjar pituitari dan atau releasing hormon

oleh hipothalamus akan dihambat melalui mekanisme negative feed back.

Tidak semua hormon dapat dikontrol melalui mekanisme negative feed back ini.

Contohnya : estrogen pada laki – laki, testeteron pada perempuan, hormon plasenta

dan hormon yang diproduksi oleh tumor ectopik.

Faktor kedua yang mengatur mekanisme kerja hormon adalah : intrinsic rhytmicity.

Ritme intrinsik ini dapat berlangsung beberapa menit, hari atau minggu. Contohnya :

ACTH, cortisol, glukokortikoid dan hormon pertumbuhan mengikuti ritme circadian

harian. Seperti hormon reproduktive pada wanita mempunyai pola yang bervariasi

sampai lebih dari beberapa minggu.

Rithme intrinsik ini dikontrol oleh beberapa faktor seperti : Lingkungan, Neurogenic ,

umur, pertumbuhan dan perkembangan.

Faktor ekstrinsik seperti nyeri, trauma infeksi adalah faktor ketiga yang mempengaruhi

kadar hormon tertentu. Faktor ekstrinsik ini dapat meningkatkan kadar hormon diatas

normal.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

25

Pituitary Anterior

Tropic Hormone :(TSH, ACTH, FSH,LH)

Target endokrine gland(kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads.)

Target gland hormone

Spesifik Target cell

Page 26: Anatomi Endokrin

Kadar hormon dipengaruhi juga oleh ekskresi atau inactivation metabolik . Ginjal dan

hati adalah organ yang paling berpangur terhadap inactivation hormonan dan eksresi.

Banya penyakit pada organ ini yang menyebabkan peningkatan kadar hormon.

Kesimpulan : Kadar hormon dikontrol oleh banyak mekanisme.

PENGKAJIAN UMUM SISTEM ENDOKRIN

(General Assesment Of Endokrine System)

A. Data Subjektif

1. Data demografi.

Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting kelainan-kelainan

somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gendar , misalnya BB dan

tempat tinggal juga juga perlu dikaji.

2. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan

seperti yang dialami klien atau g2 t3 yang berhubungan secara langsung dengan

g hormonal sseperti :

- Obesitas

- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

- Kelainan pada kelenjar tiorid

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

26

Page 27: Anatomi Endokrin

- Diabetes melitus

- Intertilitas.

3. Riwayat kesehatan dan keperawatah klien

(P) mengkaji kondisi yang pernah dialami klien diluar gangguan yang dirasakan

sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah bnerlangsung lama bila

dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebab.

- Tanda-tanda seks sekunder yang berkembang, misalnya :

amenore, bulu rambut tumbuh, buah dada berkembang dan lain-lain.

- BB yang sesuai dengan usia misalnya : selalu keras meskipun

banyak makan

- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sesnsitif, sulit

bergaul dan mampu berkonsentrasi.

- Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan

kejadiannya.

Bila PS diarawat beberapa hari, urutkan sesuai dengan waktu kerjanya. Juga

perlu informasi tentang penggunaan obar-obatan soal sekarang dan dimasa

lalu.

4. Riwayat diit.

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat

mencerminkan gangguan endokrin t3 atau kebiasaan makan yang salah dapat

menjadi faktor penyebab yang perlu dikaji :

- Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen

- Penurunan atau peningkatan BB drastis

- Selera makan menurun atau berlebihan

- Pola makan dan minum sehari.

- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu

fungsi endokrin seperti mata.

5. Status sosial ekonomi

Mendiskusikan bersama-sama bagaimana klien dan keluarga memperoleh

makanan yang sehat dan bergizi. Upaya mendapatkan pengobatan bila klien

dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan

keluarga tetap optimal.

6. Masalah kesehatan sekarang

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

27

Page 28: Anatomi Endokrin

(P) : Menanyakan :

- Apa yang dirasakan klien.

- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-

tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan.

- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.

- Bagaiman pola eliminasi

- Bagaiman fungsi seksual dan reproduksi.

- Apakah adaperubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu

klien.

Selain alasan klien datang ke RS, juga perlu diidentifikasi hal-hal yang berhubungan

dengan fungsi hormon secara umum seperti :

1. Tingkat Aktivitas.

(P). Mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari,

apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan,atau dengan bantuan atau sama

sekali klien tidak berdaya untuk melakukannya.

Kaji juga bagaiman asupan makanan klien apakah berlebihan atau kurang.

2. Intake nutrisi dan Cairan

Anormalitas sistim endokrine dapat menyebabkan gangguan dalam intake nutrisi dan

cairan (meningkat atau menurun) yang mana bisa/tidak dihubungkan dengan

pertambahan atau penurunan berat badan. Banya k masalah pada sistim endokrine

adalah kronik dan membutuhkan diit pada waktu yang lama dan pada saat yang

sama intake cairan dibatasi. Kualitas dan kuantitaf pengkajian dalam intake makanan

sangat dibutuhkan untuk mentukkan penyebab kehilangan berat badan, adekuatnya

intake untuk kebutuhan metabolisme yang normal, ketaatan terhadap diit tertentu.

Daftar intake makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien sethari – hari sangan

diperlukan dalam pengkajian. Riwayat mengkonsumsi alkohol dan snack juga harus

dikaji. Eleman lain seperti penyedap makanan / kesenangan pada makanan tertentu,

kebersihan mulut dan diit lunak untuk mencegah anoreksia dan mual juga dibutuhkan

dalam pengkajian. Bagaimana toleransi pasien terhadap makanan dan minuman juga

penting untuk dikaji.

3. Pola eliminasi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

28

Page 29: Anatomi Endokrin

Sistim endokrine juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit. Riwayat pola elimonasi urine seperti ; frekuency, jumlah dan warna urine

harus diperhatikan dalam pengkajian. Adanya nocturia atau dysuria juga harus

dicatat. Pada beberapa penyakit endokrine (tergantung penyebabnya) mungkin ada

riwayat peningkatan output dan penurunan rasa haus atau penurunan output dan

peningkatan berat badan. Diuretic atau therapi lainnya dan ketaatan pasien terhadap

therapi yang dianjurkan juga perlu dikaji. Riwayat buang air besar seperti ;

frekuency dan warna perlu dicatat. Constipasi atau perubahan dalam kebiasaan

buang air besar mungkin disebabkan oleh perubahan dalam keseimbangan cairan

dan pengaturan diit. Therapi dapat juga menyebabkan perubahan dalam diit dan

intake cairan sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam pola eliminasi.

4. Tingkat Energi

Karena sistim endokrine bertanggungjawab langsung terhadap metabolisme

(Pengumpulan dan penggunaan) nutrisi untuk energi , maka keadaan pathologi pada

sistim endokrine biasanya menurunkan tingkat energi seseorang. Banya pasien

melaporkan tidak bisa melakukan sesuatu seperti apa yang mereka pikirkan. Hal ini

penting untuk mengkaji tingkat energi dan sebagai petunjuk untuk membantu pasien

dalam merencanakan aktivitas sehari – hari . Beberapa pasien membutuhkan

bantuan dalam menyesuaikan antivitas sehari – hari secara bertahap dengan

memberikan waktu istirahat.

Banyak masalah sistim endokrine dapat dikontrol dengan baik sehingga perubahan

permanen dalam kehidupan sehari - hari tidak dibutuhkan. Perubahan secara

bertahap membantu pasien mendapatkan kembali tingkat energi yang normal.

5. Perubahan Karakteristik Tubuh.

Perubahan dalam distribusi rambut, porsi tubuh, suara, piigmentasi kulit dan raut

wajah dapat menggambarkan masalah pada sistim endokrine. Gambaran perubahan

yang dirasakan pasien tentang perubahan yang mereka rasakan amat berarti karena

perubahan ini sangat sulit diobservasi dan bervariasi untuk tiap orang.

6. Fungsi seksual dan reproduksi

Sistim endokrine mempunyai kaitan yang sangat erat dengan fungsi reproduksi. Oleh

karena itu riwayat reproduksi dan seksual harus dikaji. Data yang berhubungan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

29

Page 30: Anatomi Endokrin

dengan siklus haid (Kejadian, frekuancy haid, lama, jumlah perdarahan), adanya

masalah dengan siklus (menorhagi), adanya impotensi dan beberapa permasalahan

yang berhubungan infertilitas seharunya dikumpulkan. Juga perlu dikaji tentang

kepuasan hubungan seksual pada dua keadaan. Yang pertama ; Kadang – kadang

perubahan awal dalam fungsi reproduktif dapat dimanifestasikan sebagai perubahan

dalam kepuasan seksual. Yang kedua : perubahan dalam sistim repriduksi bukan

merupakan suatu masalah bagi pasien jika kepuasan seksual dapat dipertahankan.

Contohnya infertilitas bukan merupakan masalah jika jika tidak ada keinginan untuk

mempunyai anak.

7. Toleransi Terhadap Stress

Sistim endokrine membantu tubuh untuk berespon terhadap stresor fisik atau

psikologis. Pertanyaan yang diajuhkan pada pasien selalu dihubungkan dengan

kemampuan atau ketidakmampuan pasien terhadap stresor. Seperti perasaan tidak

toleransi terhadap panas dan dinginsering menangis, depresi, sering marah dan lain

– lain.

8. Pola eliminasi dan keseimbangan

cairan.’

Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung

oleh ADH, aldosteron dan kortisol. (P). Menanyakan tentang pola berlemih dan

jumlahvolume urin.

Apakah klien mengatasinya. Tanyakan berapa banyak cairan yang dikonsumsi setiap

hari. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola yang ada sekarang.

9. Pertumbuhan dan perkembangan

(P). Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bagi yang dilahirkan

dengan tubuh yang kerdil atau terjadi selama proses pertumbuhan atau bahkan

terdapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.

Kajisecara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya : bagaiman

tingkat inteligensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif danrasa tanggung jawab.

Lagi pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.

10. Seks dan reproduksi

Pada klien ♀ : kaji siklus menstruasinya mencakup lama, volume, frekwensi dan

perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum, selama, dan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

30

Page 31: Anatomi Endokrin

sesudah haid. Kaji pual pada usia berapa klien pertama kali menstruasi. Bila klien

bersuami kaji akapah pernah hamil, abortus dan melahirkan.

Pada klien ♂ : kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaiman

perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.

- Tanyakan juga perubahan bentuk dan

ukuran alat genitalianya.

B. Data Objektif

tabel : pengkajian head to toe dibawah ini :

Yang Dikaji Uraian

Pengkajian Secara umum Penampilan secara umum, proporsi tubuh (sesuai umur), tinggi

dan berat badan, karakteristik tubuh, abrasi pada kulit, luka, shu, 3RR dan tipe pernapasan.

Kulit Pigmentasi, turgor, ada tidaknya oedema, kelembaban dan

kemerahan / kekeringan

Muka/kulit kepala Distribusi rambut, adanya exopthalmos

Rongga mulut Kelembaban mukosa mebran

Leher Nadi dan tekanan darah,

Abdomen Strie

Muskuloskeletal Massa otot dan kekuatan

Sistim persyarafan Tremor, mudah tersinggung, kewaspadaan

1. Pemeriksaan fisik

Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan yaitu :

- Kondisi kelenjar endokrin.

- Kondisi kelenjar atau organ

sebagai dampak dari gangguan endokrin.

Secara umum teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh

berbagai penyimapanan fungsi adalah :

a. Inspeksi

Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai

dampak terhadap pertumbuhan dan perkembanga, keseimbangan cairan

dan elektroloit, seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.

Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan

berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan propersi tubuh.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

31

Page 32: Anatomi Endokrin

Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan

ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.

Pada mata amati adanya edem periorbita dan exophalatmus serta apakah

ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhaadap kelainan

bentuk dan perubahan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila

digerakkan. Kondisi ini biasa ditemukan pada gangguan tiroid.

Di daerah leher, amati bentuk leher, apakah leher tampak membesar,

simetris atau . Untuk lebih meyakinkan pembesaran kelenjar tiroid perlu

melakukan palpasi.

Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat

mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna

kulit pada leher, catat lokasinya. Bila dijumpai kelainan pada kulit leher,

lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain ditubuh sekaligus. Infeksi

jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik dan petechie lebih sering

dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan

ukuran dada. Pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidaksiembangan

hormonal khusunya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks

sekunder oleh karena itu amati keadaan rambut atilla dan dada. Pada

pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga kritoris dan

labia terhadap kelainan bentuk.

b. Palpasi

Kelenjar tiroid dan testes, dapat diperiksa melalui rabaan pada

kondisi normal, kelenjar tiorid ini teraba. Lakukan palpasi kelenjar tiroid

perlobus dan kaji ukuran, apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada

saat melakukan pemeriksaan pasien duduk atau berdiri sama saja. Untuk

memperoleh hasil yangbaik pemeriksa berada dibelakang klien dengan posis

kedua ibu jari (P) berada dibelakang leher dan jari-jari lain ada diatas kel

tiorid.

Palpasi testes dilakukan dengan posis tidur dan tangan (P) harus

dalam keadaan hangat. (P) memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari

lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran atau

besarnya, simetris tidaknya konsistensi dan ada tidaknya nadul.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

32

Page 33: Anatomi Endokrin

Normanya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti

karet.

c. Auskultasi

Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dengan

menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah

leher diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”. Bruit adalah bunyi

yang dihasilkan olrh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea.

Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada

pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rete jantung

yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan perangsangan

katekilamin dan perubahan metabolisme tubuh.

C. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofise.

1) Foto tengkorak (kranium) : Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika.dapat

terjadi tumor atau juga atropik. Tidak dibutuhkan

persiapn fisik secara khusus, namun pendidikan

kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah

penting.

2) Foto tulang (osteo). : Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien

dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang

yang bertambah besar dari ukuran maupun

panjangnya. Pada okromegali akan dijumpai tulang-

tulang perifer yang bertambah ukurannya ke

samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,

pendidikan kesehatan diperlukan.

3) CT scan otak : Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor

pada hipofise atau hipotalamun melalui

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

33

Page 34: Anatomi Endokrin

komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara

khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien

dapat diam tidak bergerak selama prosedur.

4) Pemeriksaan darah dan urine

a. Kadar growth Hormon : Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang

dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat

kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc.persiapan khusus

secara fisik tidak ada.

b. Kadar ACTH : Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason.

Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine

24 jam.

Persiapan Pasien :

1. Tidak ada pembatasan makan dan minum.

2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya

dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.

3. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkanjenis onat dan dosisnya pada

lembaran pengiriman spesimen.

4. Cegah stres fisik dan psikologis.

Pelaksanaan Pemeriksaan :

1. Klien didberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari.

2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc.

3. Urine ditampung selama 24 jam.

4. Kirim spesimen(darah atau urine) ke laboratorium.

ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl.

17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17 OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari

2,5mg.

Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1 mg per

oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan

urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

34

Page 35: Anatomi Endokrin

kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dldan eksresi 17 OHCS dalam

urine24 jam kurang dari 2,5mg.

2. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid

1) Up take Radioaktif (RAI) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kelenjar

tiroid dalam menangkap iodida.

Persiapan.

Klien puasa 6-8 jam.

Jelaskan tujuan dan prosedur.

Pelaksanaan.

Klien diberi radioaktof Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.

Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif

yang tertahan.

Juga dapat diukur clearenceI131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine

selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya. Banyaknya I131 yang

ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut

1. Normal : 10-35 %.

2. Kurang dari : 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.

3. Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada

defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama

hipertirodisme

2) T3 T4 Serum : Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang

dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 50-100 cc.

Nilai normal pada orang dewasa :

Jodium bebas : 0,1-0,6 ml/dl

T3 : 0,2-0,3 ml/dl

T4 : 6-12 ml/dl

Nilai normal pada bayi / anak :

T3 : 180-240 mg/dl

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

35

Page 36: Anatomi Endokrin

3) Up take T3 Resin : Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau

tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti

hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi

pada hiertiroidisme dan menurun pada hiertiroidisme.

Dibuthkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa

selama 6-8 jam.

Nilai normal pada:

Dewasa : 25-35 %up take oleh resin.

Anak : pada umumnya tidak ada.

4) Protein Bound Iodine (PBI) : Bertujuan mengukur jodium yang terkait pada

protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah.

Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.

Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.

5) Laju Metabolisme Basal (MBR) : Bertujuan untuk mengukursecaratidak

langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah

kondisi basal selama beberapa waktu.

Persiapan

Klien puasa sekitar 12 jam

Hindari kondisi yang menimbulkan kecelakaan dan stres.

Klien harus tidur paling tidak 8 jam

Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif

Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.

Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.

Pelaksanaan

Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi

Dihitung dengan rumus : BMR (0,75 x pulse) + (0,75 x Tek Nadi) –72

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

36

Page 37: Anatomi Endokrin

Nilai normal BMR : -10 s/d 15%.

Pertimbangan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan

oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberkan fenobarbital

yang pengukurannya disebut Sommolent Metebolisme Rate. Nilai normalnya 8-

13% lebih rendah dari MBR.

6) Scanning Tyroid : Dapat digunakan teknik antara lain : Radio Iodine Scanning.

Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal

atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau

tidak berfungsi). Nodul panasmenyebabkan hipersekresi

jarang bersifat ganas. Sedangkannodul dingin (20%) adalah

ganas.

Up take iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dariplasma.

Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.

3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid

1) Percobaan Sulkowitch Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium

dalam urine, sehinggga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan

dilakukan dengan menggunkan Reagens Sulkwitch. Bila pada percobaan tidak

terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5mg/dl.

Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal

(6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.

Persiapan

Urine 24 jam ditampung.

Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.

Pelaksanaan

Masukan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)

Kedalam tabung pertama dimasukan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua

hanya sebagai kontrol.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

37

Page 38: Anatomi Endokrin

Pembacaan hasil secara kwantitatif :

Negatif (-) : Tidak terjadi kekeruhan

Positif (+) ` : Terjadi kekeruhan yang halus

Positif (+ +) : Kekeruhan sedang

Positif (+ + +) : Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang 20 detik.

Positif (+ + + +) : Kekeruhan hebat, terjadi seketika.

2) Percobaan Ellwort-Howard : Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang

dipengaruhioleh parathormon.

Cara Pemeriksaan

Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine

ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor

bisa mencapai 5-6x nilai normal. Pada hipoparatiroid, diuresis pospornya

tidak banyak berubah.

3) Percobaan Kalsium Intravena

Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum

kalsium akan menekan pembentukan paratharman. Normal bila pospor serum

meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum

dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hiperparatiroid, pospor

serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

4) Pemeriksaan radiologi

Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat

kemungkinan adanya klasifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada

hipotiroid, dapat dijumpai klasifikasi bilateral pada dasar tengkorak.densitas

tulang bisa normal atau meningkat. Parahipertiroid, tulang menipis, berbentuk

kistal dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

a. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG)

Persiapan khusus tidak ada. Persiapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi

kelainan gambaran EKG akibat perubahan kalsium serum terhadap otot

jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang

memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

38

Page 39: Anatomi Endokrin

b. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot

akibat perubahan kadar kalsium serum.

Persiapan khusus tidak ada.

4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas

1) Pemeriksaan glukosa : Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa.

Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-

10 jam.

Nilai Normal :

Dewasa : 70-110 md/dl

Bayi : 50-80 mg/dl

Anak-anak : 60-100 mg/dl

Persiapan

Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan

Jelaskan tujuan pemeriksaan

Pelaksanaan

Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc

Gunakan anti koagulasi bilapemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.

Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk

sementara tidak diberikan.

Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-

obatan sesuai program.

Gula darah setelah dua jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah

dua jam PP (post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam

setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula

darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien

disuruh makan menghabiskan posi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian

dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara

terpisah tergantung pada kondisi klien.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

39

Page 40: Anatomi Endokrin

Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang

tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan

sampai pengambilan spesimen dilakukan.

5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal

1) Pemeriksaan Hemokonsentrasi Darah

Nilai normal pada :

Dewasa wanita : 37-47 %

Pria : 45-54 %

Anak-anak : 31-43 %

Bayi : 30-40 %

Neonatal : 44-62 %

Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari

perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi anti koagulan

ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.

2) Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, C1), dengan nilai normal :

Natrium : 310-335mg (13,6-14meq/liter)

Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)

Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq/liter)

Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan

sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremi dan hiperkalimia.

Tidak diperlukan persipan fisik secara khusus.

3) Pencobaan Vanil Mandelic acid (VMA) : Bertujuan untuk mengukur

katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak

ada persiapan khusus.

4) Stimulasi Test

Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menendeteksi hipofungsi adrenal.

Dapat dilakukan kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap

aldosteron dengan pemberian sodium.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

40

Page 41: Anatomi Endokrin

SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE

CHAPTER TWO

PENATALAKSANAAN PADA INDIVIDU DENGAN

MASALAH PADA KELENJAR PITUITARY,

THYROID, PARATHYROID DAN

KELENJAR ADRENAL

( Management Of persons With Problems of the

pituitary, thyroid, parathyroid and adrenal Gland )

Oleh :

SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

41

Page 42: Anatomi Endokrin

PENATALAKSANAAN PADA INDIVIDU DENGAN MASALAH PADA KELENJAR

PITUITARY, THYROID, PARATHYROID DAN KELENJAR ADRENAL

Oleh : Simon Sani Kleden, Skep, Ns

Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa seharusnya mampu :

1. Menggambarkan pathofisiologi dari hyper atau hyposekresi pituitary anterior dan

posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal

2. Menggambarkan manifestasi klinik termasuk : Riwayat, pemeriksaan fisik dan uji

diagnostik yang berhubungan dengan hyper atau hyposekresi pituitary anterior

dan posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal

3. Mengembangkan rencana keperawatan termasuk : merumuskan diagnosa

keperawatan yang mungkin timbul, kriteria hasil dan intervensi yang

berhubungan dengan masalah hyper atau hyposekresi pituitary anterior dan

posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal.

4. Mengidentifikasikan jenis pembedahan pada kelenjar pituitary anterior dan

posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal

5. Menegmbangkan rencana perawatan pada individu yang mengalami

pembedahan pada kelenjar pituitary anterior dan posterior, thyroid, parathyroid

dan kelenjar adrenal

6. Mengidentifikasikan kebutuhan self care yang diperlukan oleh pasien dalam

menjalani therapi pengganti hormon pituitary.

7. Mengembangkan rencana pendidikan kesehatan bagi pasien yang menjalani

therapi hormonal dalam jangka waktu yang lama pada kelenjar pituitary anterior

dan posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal

Pendahuluan

Gangguan pada sistim endokrine mengakibatkan berbagai perubahan fisiologi

pada tubuh. Disfungsi pada sistim mendokrine merupakan masalah yang sangat serius

dan bisa menjadi vatal karena fungsi vital tubuh diatur oleh hormon dari pituitary

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

42

Page 43: Anatomi Endokrin

anterior dan posterior, thyroid, parathyroid dan kelenjar adrenal. Hasil akhir dari proses

pathologic pada kelenjar endokrine adalah menekan atau meningkatkan kadar hormon

dalam darah.

Banyak tipe proses pathologik yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan

endokrine dan menurunkan kadar hormon dalam darah. Tipe – tipe proses pathologic

yang mengakibatkan penurunan kadar hormon dalam darah adalah :

1. Kerusakan kelenjar karena proses infiltrasi, infarction, infeksi, proses autoimun

dan imunologic serta tumor.

2. Perkembangan embrional yang tidak normal yang menyebabkan masalah pada

struktur atau tidak adekuatnya kapasitas untuk sintesis.

3. kerusakan kelenjar karena pembedahan (pengangkatan), therapi radiasi atau

trauma.

Tipe – tipe proses pathologik yang menyebabkan peningkatan kadar hormon dalam

darah adalah :

1. Hiperplasia atau hipertropi dari kelenjar endokrine.

2. Pertumbuhan tumor jinak atau ganas dengan kemmampuan untuk mengsekresi

hormon

3. Rangsangan pada kelenjar oleh pelepasan faktro – faktor tropic dari tempat

tropic non endokrine.

4. Sekresi hormon oleh jaringan ektopik nonendokrine

5. Pemberian hormon – hormon eksogen

6. Penurunan metabolisme hormon akibat lamanya aktivitas hormon.

Untuk kelenjar endokrine yang dikontrol oleh hypothalamus dan kelenjar pituitary,

yang termasuk didalamnya adalah ; kelenjar thyroid dan adrenalcortical dan kelenjar

gonad serta statur pathologis yang mengakibatkan hiper atau hiposekresi diklasifikasi

menjadi primary dan secondary. Prymary problems terjadi bila gangguan pada kelenjar

thyroid, kelenjar corteks adrenal dan gonad. Sedangkan secondary problem terjadi bila

gangguan akibat dari disfungsi hipothalamus atau atau pituitary anterior.

Tumor jinak dan ganas dapat tumbuh pada sistim endokrine. Walaupun kadar

hormon tidak terlalu terpengaruh oleh perkembangan tumor , tetapi perkembangan yang

cepat dapat merusak jaringan normal yang mengakibatkan hyposekresi hormon atau

tumor dapat menyebabkan hipersekresi jaringan yang mengakibatkan hypersekresi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

43

Page 44: Anatomi Endokrin

hormon.Umumnya pengobatan pada tumor dilakukan dengan pembedahan, radiasi atau

therapi obat sering mengakibatkan penekanan kadar hormon dalam darah.

GANGGUAN PADA KELENJAR PITUITARY

1. KONSEP DASAR HYPERPITUTARISME

1.1 Etiologi / Epidemiologi

Hyperpitutarisme pada bagian anterior Kelenjar pituitary bisa terjadi

pada satu hormon, dua hormon atau lebih . Penyebab utama karena masalah

pada kelenjar pituitari atau karena penyebab lainnya akibat dysfungsi

hipothalamus. Adenomas pituitary merupakan kasus yang paling sering

menyebabkan hiperpituitarisme. 6 – 18 % tumor intracranial adalah Adenoma

pituitary anterior. Pada banyak pasien penyebab pasti tumor ini belum diketahui

dan tidak ada riwayat dalam keluarga. Tumor ini sering menggantikan fungsi

pituitary anterior sehingga terjadi oversekresi hormon. Tumor ini biasanya jinak

tetapi dapat berkembang menjadi sangat agresive. Klasifikasi tumor ini

didasarkan pada hormon yang disekresinya. Contohnya Prolactinoma,

somatotroph tumor, cotrticotroph tumor atau gonadotropin adenoma. Tumor ini

diklasifikasikan juga berdasarkan ukuran dan dalamnya invasi tumor pada sela

tursica (perhatikan tabel dibawah ini).

KLASIFIKASI ADENOMA PITUITARI

Enclosed Tidak ada invasi kedalam lantai sela tursica

Invasine Merusak sebagaian atau semua sella tursica

Microadenoma Enclosed tumor dengan diameter < 10 mm

Macroadenoma Encolsed tumor dengan diameter lebih dari 10 mm

60 – 80 % dari semua tumor pada kelenjar pituitary adalah prolactinoma

(Prolactine – secreting tumors). Berikutnya adalah tumor – tumor yang

menyebabkan hipersekresi growth hormon dan yang ketiga adalah tumor –

tumor yang mengsekresi ACTH (Corticotroph tumors). Gonadotropin adenoma,

TSH secreting hormon jarang ditemukan. Pitutary adenoma dapat terjadi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

44

Page 45: Anatomi Endokrin

sebagai bagian dari multiple endokrine neoplasma tipe I (MEN I) MEN I

merupakan gangguan herediter yang terdapat pada pituitary primer, tumor pada

sel – sel pula langerhans pankreas dan pituitary adenoma. Pituitary adenoma

pada MEN I biasanya mengsekresi GH tetapi kadang ditemukan mengsekresi

prolactine atau ACTH.

Hiperfungsi pituitary dapat terjadi akibat hiperplasia kelenjar pituitary.

Penyebab hiperplasia pituitary ini belum diketahui, tetapi salah satu hipotesa

mengatakan bahwa Hiperplasia pituitary terjadi akibat signal feedback yang

menyebabkan hipersekresi. Kurangnya feedback dari organ target dapat

menyebabkan hiperplasia dan hipersekresi.

1.2 Pathofisiologi

Ganggguan fungsi fisiologis yang terjadi akibat tumor pituitary diakibatkan oleh

penekanan massa tumor pada cranium dan efek dari kelebihan sekresi hormon.

1.2.1 Gangguan neurologis

Gangguan neurologis terjadi akibat adanya pertumbuhan tumor didalam

Dura, Sellae Diapragh atau langsung pada struktur. Ganggua

neurologis yang paling umum ditemukan adalah pada saraf III, IV dan

VI. Tumor dapat berinfiltrasi strutur tulang atau pada lobus frontal atau

temporal dan pada tumor yang berukuran besar dapat menekan dan

berinfiltrasi ke hipothalamus.

Perdarahan yang terjadi didalam tumor dapat meningkatkan ukuran

tumor secara tiba – tiba dan menimbulkan tanda dan gejala neurologis.

1.2.2 Gangguan Endokrine

a. Hipersekresi Prolactine

Hipersekresi prolactine biasanya disebabkan karena tumor pituitary

tetapi dapat pula disebabkan karena agent pharmacologis seperti :

Psychotropics, antihipertensi, estrogen, opiat atau juga karena

penyakit pada CNS yang berhubungan langsung dengan sekresi

dopamin.

b. Hipersekresi GH

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

45

Page 46: Anatomi Endokrin

Hypersekresi GH pada tahun - tahun awal kehidupan dikenal\

disebut sebagai Gigantisme (seperti raksasa, anak tumbuh

berukuran raksasa).

Bila kelenjar pituitary anterior mensekresi terlalu banyak GH pada

usia pertumbuhan normal, akan meninmbulakan gangguan yang

disebut acromagaly. Karakteristik acromagaly yaitu melebarnya

tulang-tulang di tangan, kaki, rahang, dan pipi. Wajah nampak

acromegali (pembesaran tulang dan jaringan ). Ciri utamanya

adalah dahi melebar dan hidung membesar . Pada kulit pori-pori

melebar.

c. Hipersekresi Gonadotropin

Tumor gonadotropin sering dijumpai pada usia pertengahan dan

lebih banyak ditemukan pada laki – laki dari pada wanita.

Hipersekresi FSH lebih sering terjadi, walapun tumor juga dapat

mengsekresi LH. Kasus ini jarang ditemukan.

1.3 Manifestasi Klinik

1.3.1 Neurologic

a. Microadenoma (enclosed)

Abnormalitas pada Rontgent foto, MRI dan CT Scan

Tidak ada tanda dan gejala neurologis

b. Macroadenoma (enclosed atau invasive)

Abnormalitas pada Rontgent foto, MRI dan CT Scan

Gangguan penglihatan ; Hemianopia atau scotomos sampai

buta total

Sakit kepala

Somnolence

Peningkatan tekanan intracrania (Hydrosephalus, papil

oedema)

Pada tumor yang besar : Gangguan nafsu makan, tidur,

pengaturan suhu, emosional.

Perubahan perilaku dan kejang

1.3.2 Endokrine

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

46

Page 47: Anatomi Endokrin

a. Hipersekresi Prolactine

Pada Perempuan :

Biasanya microadenoma

Gangguan haid : Haid ireguler, periode anovulatory,

oligomenorrhoe atau amenorhoee

Infertiliti

Galactorhoe

Defisit steroid ovarian : Atropi mukosa vagina, dyspareunia,

penurunan lubrikasi vagina dan penurunan Libido

Pada laki – laki

Biasanya macroadenoma

Menurunnya libido dan kemungkinan impotensi

Jumlah sperma berkurang dan infertility

Gynecomastia

Pada Laki – Laki dan Perempuan

Peningkatan kadar serum prolactine : Lebih dari 23 > 10000

ng/ml.

Penurunan kadar gonad steroid

b. Hipersekresi GH

Macroadenoma

Perubahan pada wajah (hidung, bibir membesar)

Peningkatan ukuran kaki dan tangan

Perubahan suara

Peningkatan pada tulang belakang yang menyebabkan

kiphosis

Pembesaran lidah, kelenjar ludah, hati, ginjal, dan jantung

yang mengakibatkan peningkatan tekanan

Perubahan dalam pergerakan : lethargi dan kelelahan

1.4 Management medis

Bila pertumbuhan tumor tidak dapat dicegah atau produksi hormon tidak dapat

dihambat dan dikembalikan ke keadaan normal maka akan menyebabkan

berbagai perubahan / permasalahan pada fungsi tubuh secara keseluruhan.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

47

Page 48: Anatomi Endokrin

Pengobatan dapat dilakukan dengan cara : pembedahan, radiasi, atau agent

pharmakologic.

2. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERPITUITARISME

2.1 Pengkajian

a. Data Subyektive

a) Riwayat gangguan sensori : Gangguan penglihatan

b) Ketidaknyamanan : Nyeri kepala temporal / frontal, arthralgia, nyeri

tulang belakang.

c) Riwayat perubahan pada penampilan tubuh ; Perubahan ukuran

tubuh, peningkatan keringat atau kulit menjadi sangat berminyak.

d) Riwayat perubahan tingkat ebergi : Letahrgi, lemah dan menurunnya

aktivitas.

e) Perubahan psikososial : Mudah tersinggung, cemas.

f) Riwayat perubahan haid pada perempuan, inpotensi pada laki – laki,

perubahan dalam libido.

g) Riwayat pengobatan : Oral contrasepsi dan psikotropik.

h) Tingkat pengetahuan tentang gangguan , pengobatan dan hasil dari

pengobatan.

b. Data Subyektive

a) Fungsi dari saraf cranial : II, III, IV dan VI

b) Perubahan retina yang mengindikasikan adanya papiledema atau

Peningkatan tekanan darah

c) Status mental : Perubahan status mental

d) Postur dan penampilan tubuh

e) Kemampuan melakukan aktivitas dan fungsi sendi.

f) Tanda – tanda vital

g) Tinggi dan berat badan

h) Adanya Organomegaly : Cardiomegali, hepatomegali dan tanda- tanda

yang berhubungan dengan keadaan ini.

2.2 Analisa Data : Diagnosa keperawatan

Untuk semua pasien dengan tumor pituitary (Prepengobatan)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

48

Page 49: Anatomi Endokrin

a. Kecemasan berhubungan dengan tidak pastinya pengobatan dan

penyebab masalah

b. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan

dengan diagnosa dan pengobatan yang baru

c. Nyeri berhubungan dengan Sakit kepala akibat tekanan massa pada

intrakranial

d. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan karakteristik dan

fungsi tubuh.

e. Gangguan persepsi / sensori ; penglihatan berhubungan Penekanan pada

optikchiasma, gangguan fungsi saraf II< III, IV dan VI

Untuk semua pasien dengan Prolactine secreting tumors (Prepengobatan)

a. Kurang pengetahuan tentang penyakit, pengobatan dan gangguan fungsi

seksual berhubungan dengan diagnosa dan pengobatan yang baru

b. Gangguan fungsi seksual berhubungan dengan gangguan siklus haid,

penurunan libido atau impotensi

Untuk semua pasien dengan GH secreting tumors (Prepengobatan)

a. Kurang pengetahuan tentang penyakit, pengobatan

dan gangguan fungsi seksual berhubungan dengan diagnosa dan

pengobatan yang baru

b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan

nyeri akibat tekanan pada ujung saraf

c. Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan pada

saraf yang di hubungkan perubahan pada sendi dan tulang belakang

akibat perkembangan tulang yang abnormal

Untuk semua pasien dengan tipe pembedahan

a. Potensial kurang volume cairan berhubungan dengan

gagguan fungsi ADH atau korteks adrenal akibat trauma pembedahan

b. Gaagguan pertukaran gas berhubungan dengan

tidak adekuatnya napas dalam, terpasangnya drain pada hidung

c. Potensial infeksi berhubungan dengan kehilangan

barrier terhadap mikroorganisme akibat insisi pada mukosa membran

d. Kurang pengetahuan tentang : prosedur, tujuan, dan

komplikasi pembedahan berhubungan dengan kurang informasi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

49

Page 50: Anatomi Endokrin

Untuk semua pasien dengan terapi radiasi

a. Potensial injury berhubungan dengan ketidakmampuan

mempertahankan hemostasis, cardiac output, dan fungsi pernapasan,

serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat difesiensi ACTH dan TSH

b. Kurang pengetahuan tentang : prosedur, tujuan, dan

komplikasi radiasi berhubungan dengan kurang informasi

c. Gangguan fungsi seksual berhubungan dengan

gangguan siklus haid, penurunan libido atau impotensi

Untuk semua pasien dengan terapi pengobatan

a. Kurang pengetahuan tentang : prosedur, tujuan, dan komplikasi

radiasi berhubungan dengan kurang informasi

2.3 Perencanaan

Untuk semua pasien ( pre pengobatan )

a. Kecemasan pasien terkontrol atau dapat di kurangi di tandai dengan :

pasien bisa tidur dengan nyaman, dapat berinteraksi dengan orang lain,

pasien mengatakan tidak cemas

b. Pengetahuan pasien akan meningkat yang di tandai dengan pasien dapat

menyebutkan atau menjelaskan tentang penyakit, tujuan pengobatan,

serta komplikasi yang akan timbul

c. Pasien akan memperoleh rasa nyaman yang di tandai dengan pasien tidak

mengeluh nyeri, wajah tidak meringis

d. Harga diri pasien akan di tingkatkan yang di tandai dengan pasien

dapat menerima diri apa adanya

e. Pasien dapat melakukan aktifitasnya secara independent baik di

rumah atau di rumah sakit

2.4 Intervensi / Implementasi

Tindakkan perawatan sebelum di lakukan terapi

Pasien dengan produksi hormon akibat tumor pada kelenjar pituitary perlu di

berikan perawatan yang intensif temasuk memperhatikan tanda – tanda dan

gejala seperti nyeri kepala yang persisten atau berulang – ulang, gangguan

pengelihatan atau perubahan karakteristik fungsi tubuh. Tindakkan perawat

pada fase ini adalah memberikan pendidikkan kesehatan yang meliputi

Tindakkan perawatan setelah terapi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

50

Page 51: Anatomi Endokrin

1) Pencegahan infeksi : rawat luka steril, monitor tanda – tanda infeksi

secara dini, kolaborasi terapi antibiotik

2) Mencegah kurangnya volume cairan : kurang volume cairan merupakan

masalah yang sering terjadi selama periode post operasi. Pasien beresiko

terjadinya diabetes insipidus karena tidak adekuatnya ADH. Poliuri dan

BJ urine 1000 – 1005 merupakan tanda dari diabetes insipidus. Diabetes

insipidus biasanya terjadi temporer. Ukur intake dan output setiap 4 – 8

jam, timbang BB setiap hari, kaji adanya keluhan haus untuk

mengidentifikasikan adanya diabetes insipidus. Jika terjadi defisit ADH

pengobatan tergantung pada berat ringannya.

3) Mencegah komplikasi pernapasan. Karena pasien mengunakan nasal

packing dan di anjurkan untuk tidak boleh batuk maka pasien

mmengunakan mulut sehingga berisiko terjadinya ganngguan pola napas

atau pertukaran gas. Pasien seharusnya di ajarkan tentang teknik

pernapasan mulut dan dalam. Kaji tanda – tanda vital dan bunyi napas

setiap 4 – 8 jam untuk mengidentifikasikan pertukaran gas. Pertahankan

adekuatnya intake cairan untuk membantu mencegah kekringan mukosa

membran.

3. KONSEP DASAR HIPOPITUTARYSME

3.1 Pengertian

Hipopituitarysme adalah Gangguan yang terjadi akibat kekurangan

hormone yang diproduksi oleh kelenjar pituitary. Pada hipopituitarism manifestasi

klinik yang paling sering dilihat adalah penurunan sekresi gonadotropin LH dan

FSH pada laki-laki dapat menyebabkan testikular failure yaitu penurunan

produksi testosteron dari sel leyding . Pada laki-laki dapat mengakibatkan

terlambat pubertas dan kemandulan pada laki-laki dewasa. Pada perempuan

penurunan atau tidak adanya gohadotropin dapat mengakibatkan ovulasi.

Bentuk dan keberadaan corpus luteum dapat mengakibatkan kemandulan, tidak

adanya PRL pada laki-laki tidak timbul gejala sedangkan pada wanita penurunan

PRL merupakan salah satu penyebab dari gangguan laktasi pada periode

postpartum penurunan sintesis dan sekresi growth hormon merupakan salah

satu tanda yang sering dilihat dari patofisiologi hypopituitary pada penurunan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

51

Page 52: Anatomi Endokrin

growth hormone. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan sintesis. Pengeluaran

atau penggunaan growth hormon pada jaringan untuk merespon sematomedin.

Sematomedin adalah hormon yang diproduksi pada hati dengan stimulasi secara

tidak langsung dari growth hormone.

Penurunan growth hormone atau somatomedin pada anak dapat

menyebabkan retardasi mental pada pertumbuhan.

Insufisiensi hipofise menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi

hipofise jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia.

Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofise (panhipopituitarisme) atau hanya

sel-sel tertentu, terbatas pada satu subset sel-sel hipofise anterior (mis.,

hipogonadisme sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik) atau sel-sel

hipofise posterior (mis., diabetes insipidus).

3.2 PATOFISIOLOGI

Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila

ganggguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila

gangguan terdapat pada hipotalamus. Penyebab tersebut termasuk diantaranya:

Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari atau

hipogonadisme.

Tumor yang merusak hipofise (mis., adenoma hipofise nonfungsional)

atau merusak hipotalamus (mis., kraniofaringioma atau glioma).

Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (sindrom Sheehan's).

Diagnosis insufisiensi hipofise dapat diduga secara klinik namun harus ditegakan

melalui uji biokimia yang sesuai, yang akan menunjukkan defisiensi hormon.

Panhipopitutarisme. Pada orang dewasa dikenal sebagai (penyakit Simmonds')

yang ditandai dengan kelemahan umum, intoleransi terhadap dingin, napsu

makan buruk, penurunan berat badan, dan hipotensi. Wanita yang terserang

penyakit ini tidak akan mengalami menstruasi dan pada pria akan menderita

impotensi clan kehilangan libido. Insufisiensi hipofise pada masa kanak-kanak

akan mengakibatkan dwarfisme.

Diabetes insipidus ditandai dengan kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang

menghancurkan hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise posterior. Kondisi ini

dapat disebabkan oleh tumor, infeksi otak atau meningen, hemoragi intrakranial,

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

52

Page 53: Anatomi Endokrin

atau trauma yang mengenai tulang bagian dasar tengkorak. Klien dengan

diabetes insipidus mengeluarkan urine hipotonik dalam jumlah yang besar (5

sampai 6 liter/hari).

Diabetes insipidus dikelompokan menjadi nefrogenik (adalah diabetes insipidus

yang terjadi secara herediter dimana tubulus ginjal tidak berespons secara tepat

terhadap ADH, sementara kadar hormon dalam serum normal), primer (diabetes

insipidus yang disebabkan oleh gangguan pada hipofise), sekunder (diabetes

insipidus yang disebabkan oleh tumor pada daerah hipofise-hipotalamus, dan

tumor sekunder metatasis dari paru dan payudara, dan diabetes insipidus yang

berkaitan dengan obat-obatan diakibatkan oleh pemberian litium karbonat

(Eskalith, Lihthobid, Carbolith) dan Demeclocyline (Declomycin). Obat-Obatan ini

dapat mempengaruhi respons tubulus ginjal terhadap air.

Insufisiensi hipotalamus membutuhkan terapi penggantian hormon yang sesuai.

Terapi penggantian dengan ADH menunjukkan basil yang efektif dalam

mengobati diabetes insipidus.

4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPOFUNGSI PITUTARY

4.1 Pengkajian

1) Riwayat penyakit masa lalu. Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang

pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.

2) Sejak kapan keluhan dirasakan. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada

masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.

3) Apakah keluhan terjadi sejak lahir. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat

pada klien kretinisme.

4) Berat dan tinggi badan saat lahir.

5) Keluhan utama klien:

Pertumbuhan lambat

Ukuran otot dan tulang kecil

Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tidak ada rambut

pubis dan axilla, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak

mendapat haid, dll.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

53

Page 54: Anatomi Endokrin

Infertilitas * impotensia libido menurun * nyeri sanggama pada wanita

6) Pemeriksaan fisik

Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan,

amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan

pubis dan pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah

(jenggot dan kumis).

Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.

Tergantung pada penyebab hipopituitrisme, perlu juga dikaji data lain

sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka

perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi

nervus kranialis, dan adanya keluhan nyeri kepala.

7) Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya.

8) Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:

Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika

Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol,

aldosteron, testosteron, androgen, test stimulasi yang mencakup uji

toleransi insulin dan stimulasi tiroid realising hormon.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat dijumpai pada klien hipopituitarisme adalah:

1) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan

fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon

pertumbuhan.

2) Disfungsi seksual.

3) Koping individu takefektif.

4) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan

di rumah.

5) Harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan penampilan

tubuh.

6) Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan

gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus

optikus.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

54

Page 55: Anatomi Endokrin

7) Ansietas yang berhubungan dengan ancaman atau perubahan status

kesehatan.

8) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan menurunnya kekuatan

otot.

9) Gangguan integritas kulit (kekeringan) sehubungan dengan menurunnya

kadar hormonal

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Secara umum tujuan yang diharapkan dari perawatan klien dengan hipofungsi

hipofise adalah:

1) Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

2) Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan 3a Klien dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

3) Klien bebas dari rasa cemas

4) Klien terhindar dari komplikasi

4.4 Tindakan Keperawatan

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan (hormonal)

Deftsiensi Gonadotropin

Pria post pubertas diberikan androgen (testosteron). Lebih efektif dengan

pemberian intra muskular. Jelaskan maksud pemberian obat clan cara

penggunaan. Obat clan dosis biasanya bertahap dengan diawali dosis minimal

dan setiap bulannya dinaikkan sampai ditemukan dosis yang tepat.

Observasi efek samping penggunaan testosteron seperti ginekomastia clan

hipertropi prostat. Efek maksimal obat ini akan meningkatkan ukuran penis,

peningkatan libido, massa otot clan tulang bertambah dan kekuatan otot

meningkat clan juga pertumbuhan rambut dada, axilla clan pubis sehingga dapat

mengembalikan citra diri dan harga diri.

Untuk mencapai tingkat kesuburan yang maksimal harus ditambah atau

dikombinasi dengan HCG. HCG diberikan tiga kali seminggu dalam waktu 4-6

bulan sampai kadar testosteron normal. Dosis awal HCG diberi 5000 unit,

kemudian dilanjutkan dosis 3000 unit tiga kali perminggu untuk menjaga

testosteron stabil. Setelah 4-6 bulan dengan terapi HCG, menotropin (kombinasi

LH dan FSH) diberi intra muskuler tiga kali seminggu. Klien harus mendapat

kombinasi HCG clan menotropin selama 5-6 bulan. Setelah 6 bulan terapi, bila

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

55

Page 56: Anatomi Endokrin

jumlah sperma tetap sedikit maka pengobatan dihentikan. Bila jumlah sperma

meningkat maka terapi diteruskan sampai konsepsi terjadi.

Wanita yang telah mencapai pubertas, mendapat terapi estrogen dan

progesteron. Jelaskan hal-hal yang perlu diwaspadai klien seperti hipertensi dan

tromboplebitis. Anjurkan agar melakukan follow up secara teratur. Bila

menginginkan kehamilan, klien diberi chlomiphene citrat (clonid) untuk

merangsang ovulasi.

Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)

1. Pemberian hormon pertumbuhan sintetis (eksogen). Somatotropin

(Humatrop) harus diberikan sebelum epifise tulang menutup yaitu sebelum

masa pubertas.

2. Ciptakan kondisi agar klien dapat dengan bebas mengungkapkan perasaan

clan pikirannya tentang perubahan tubuh yang dialaminya.

3. Bangkitkan motivasi agar klien mau melaksanakan program pengobatan

yang sudah ditentukan. Jangan memberi janji pada klien bahwa is akan

sembuh tetapi yang lebih penting tekankanlah bahwa pengobatan yang

teratur akan sangat menentukan keberhasilan pengobatan.

4. Anjurkan klien memeriksakan diri secara teratur ke tempat pelayanan

terdekat.

5. Anjurkan pada keluarga untuk dapat membantu klien memenuhi kebutuhan

sehari-harinya bila diperlukan serta dapat menciptakan lingkungan yang

kondusif dalam keluarga seperti menghindarkan persaingan yang tidak sehat

antar anggota keluarga. Tindakan overprotektif terhadap klien akan sangat

menghambat kemampuan klien dalam mengambangkan koping yang adaptif.

6. Bantu klien untuk mengembangkan sisi positif yang dimiliki serta bantu untuk

beradaptasi.

7. Ajarkan klien cara melakukan perawatan kulit secara teratur setiap hari.

Menggunakan lotion pelembab sangat dianjurkan, tidak menggaruk kulit

karena kulit sangat mudah mengalami iritasi.

8. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, pengobatan dan kunci

keberhasilan pengobatan.

9. Bagi pasangan yang menginginkan keturunan, bangkitkan motivasi mereka

untuk dapat mengikuti program pengobatan secara teratur dan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

56

Page 57: Anatomi Endokrin

berkesinambungan karena untuk upaya ini memerlukan waktu yang lama

sehingga butuh kesabaran. Bila dengan pengobatan tidak berhasil maka

bantu pasangan untuk mencari jalan keluar seperti mengadopsi anak atau

hal-hal lain yang mereka sepakati.

GIGANTISME DAN AKROMEGALI

I. KONSEP DASAR

1.1 Pengertian

Gigantisme dan Akromegali adalah kelainan yang disebabkan karena sekresi

hormone pertumbuhan atau growth hormon yang berlebihan. Gigantisme terjadi

kalau produksi berlebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum dewasa atau

sebelum proses penutupan epifisis. Sedangkan Akromegali terjadi setelah

penutupan episfisi sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan

struktur tulang yang berlebihan.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

57

Page 58: Anatomi Endokrin

1.2 Etiologi

Penyebab Gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut :

1. G/A primer atau hipofisis dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis

2. G/A Sekunder atau hipotalamik disebabkan oleh karena hipersekresi

GHRH dari hipotalamus

1.3 Patofisilogi

1.4 Manifestasi Klinik

Pada umumnya tanda klinis diketahui pada usia dekade kedua dan ketiga.

Kadang dapat didiagnosis pada umur 5-15 tahun. Gambaran klinis dapat

disebabkan oleh karena tingginya kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 ataupun

karena akibat pembesaran tumor hipotisis (mass effects pitultary adnome)

Adapun gejala akibat kelebihan hormon pertumbuhan dan IGF 1

1. Akibat pada tulang (Skeletal)

- Gigantisme (pada kasus prepubartal onset)

- Frontal bossing

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

58

Adenoma Hipofise (G/A : Primer ) Hipersekresi GHRH Hipothalamus

Kelenjar Hipofise Anterior

Sekresi GH Berlebihan

Hiperplasia Pituitari anterior dan Menekan jaringan Sekitar

Gigantisme dan Akromegali

Page 59: Anatomi Endokrin

- Prognastisme, pertumbuhan gizi dan rapat moloklusi

- Kiposis, osteopenia

- Antropati

- Pertumbuhan tentang akstramitos berlebihan ( Bona shatt extamitos)

2. Akibat pada jaringan lunak

- Pelebaran dan perabolan, hidung, ludah,bibir dan telinga

- Pembesaran tangan dan kaki

- Kulit tebal, basah dan berminyak

- Lipatan kulit kasar, skin tag

- Acanthosis nigricans

- Hipertrikosis

- Suara parau (Lower pitch)

- Thiecs heol pads

3. Akibat pada proses metabolisme

- Ganguan toleransi, glukosa/diabetes mellitus

- Hiparfostatemia

- Hiporupidomia

- Hiparkaslamia

Gejala akibat pembesaran tumor

1. Pembesaran keatas (superoir)

- Sakit kepala

- Gangguan pengelihatan, mual, dan skotoma s/d buta (desakan pada

kiama optik)

2. Pembesaran ke lateral

- Kelumpuan saraf III,IV,V dan VI

- Penyumbatan pembuluh darah lokal (sinus karvarnosus)

3. Pertumbuhan ke infarior (dasar sella)

- CSF Tinored

4. Pertumbuhan ke antarior

- Perubahan kepribadian (trontal loba type personality – Chager)

5. Infark (Pituitary appolexia)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

59

Page 60: Anatomi Endokrin

Gejala lainnya yang mengkin timbul adalah akibat hiporsekresi hormon lainnya

seperti hiporprolatinemia (dapat terjadi pada 30 % kasus) atau akibat terjadinya

defisiensi hormon lainnya.

1.5 Diagnosis

Diagnosa G/A dapat ditegakkan kalau dapat dibktikan adanya sekresi HP atau

SM-C (IGF-1) berlebihan dan dapat dibuktikan adanya tumor hipotisis.

Tumor hipotesis saat seorang dapat diketahui melalui pemeriksan CT-Scan dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan MRI. Untuk mendiagnosis adanya tumor hipotisis

(baik mikro maupun makro adonomal kerap kali memberikan penekanan pada

jaringan sekitar (terutama N II), sehingga menimbulkan gejala kebutaan akibat

penekanan N.H tersebut. Sebagai penyaring, pemeriksaan SM-C (IGF-1)

kemungkinan dianggap yangb paling baik. Hal tersebut disebabkan oleh karena

pemeriksaan HP basal sangat bervariasi. Kalau pada orang normal, dapat

menunjukkan angka diatas 20 Mg/l. Oleh karena itu dianjurkan melakukan tes

suprasi HP dengan beban glukosa 100 g, dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan

penekanan sampai dibawah 2 Mg/l

1.6 Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah :

1. Menormalkan kembali kadar GH atau IGH 1/SM-C

2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor

3. menormalkan fungsi hipofise

4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IGF atau SM-C

akibat pembesaran tumor

Dikenal 3 macam terapi yaitu :

1. Terapi pembedahan

Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam

pemebdahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : Bedah makro dengan

melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau traus kranial) dan bedah

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

60

Page 61: Anatomi Endokrin

mikro (tesh atau trans athnold sphenoid physactomy. Ini dilakukan dengan cara

pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan pengobatan hidung

antara kedua mata mencapai tumor hipotisis.

Efek samping operasi dapat terjadi pada 6-20 % kasus namun pada

umumnya dapat diatasi. Komplikasi pasca operasi dapat berupa kebocoran

cairan celebro spinal (CSF Lack) fistula oro nasal, apistaksis, sinossitis dan

infeksi luka operasi. Komplikasi lainnya adalah terjadinya gejala diabetes

insipidus atau SIADH (Sindrom Inapplopriate anti diuretic hormona) dan

hipopituitarisme

Pemantuan pasca operasi . Hal-hal yang perlu diperhatikan :

- ITT (Insulin Tolerance Test)

- OGTT

- TRH Test

- Fungsi Kelenjar Tiroid

- Fungsi Gonad

2. Tindakan Radiasi

Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan

operasi tidak memungkinkan. Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2

cara yaitu :

Radiasi secara konvensional

(Conventional high voltage radiolation , 4,5, GY/4500 iod) menggunakan

sinar energi proton (1 Mc V) dimulai dengan dosis kecil (kurang dari 200

vad setiap sasi) dalam kurun waktu 5 minggu bertujuan mencegah

kerusakan jaringan yang sehat.

Radiasi dengan energi tinggi partical berat (high energi heavi partides

radiation, 150 5-1/1500 rad) dikatakan dapat memberikan hasil yang lebih

baik tetapi membawa resiko lebih besar pada pengelihatan.

3. Terapi Medikomentosa

Antagonis dopamin

Pada orang normal, dopamin ataupun agonis dopamin dapat

meningkatkan kadar HP tetapi pada akromegali, dopamin ataupun

antagonis dopamin menurunkan kadar HP dalam darah

Bromokriptin

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

61

Page 62: Anatomi Endokrin

Dosis

Dianjurkan memberikan dosis 2,5 Mg sesudah makan malam dan dinaikkan

secara berkala 2,5 Mg setiap 2-4 hari. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa,

dosis 20-60 mg/harim mampu memberikan perbaikan klinis pada 90 % kasus.

Efek samping yang dilaporkan adalah ; Vase spasmedigital, hipotensi artostatif,

sesak napas ringan, nausea, konstipasi dll

Indikasi pengobatan dengan bromokriptin :

1) Pasien tua

2) Menyertai tindakan radiasi (sambil menunggu efek radiasi yang

memakan waktu lama)

3) Pasien yang gagal diobati dengan cara lainnya

4) Sebagai terapi tambahan setalah tindakan pembedahan

Octreotida (long acting somatostatin analgue)

Keberhasilannya pengobatan dengan octreotide :

- Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 Mg/l pada kasus 50 % kasus

- Menormalkan kadar IGF 1 / SM-C pada 50 % kasus

- Penyusutan tumor terjadi pada 30-50 % kasus

Cara pemberian : Sub Kutan

Dosis : dosis rata-rata adl 100-200 Mg diberikan setelah 8 jam, (50-250 Mg/6-

12 jam sampai dengan maksimun 1500 mg/hari. Selain cara suntikan sub

kutan, juga dikenal pemberian secara pompa (constant pump tharapy)

Efek samping :

1) Ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri lokal (didaerah

suntikan) steatorea dan karam perut.

2) Kholelitiasis, yang kemungkinan disebabkan oleh karena

berkurangnya kontralititas kandung empedu

2. ASUHAN KEPERAWATAN AKROMEGALI DAN GIGANTISME

2.1 PENGKAJIAN

1) Data Subjektif

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

62

Page 63: Anatomi Endokrin

Riwayat dari perubahan sensory, terutama penglihatan dan juga

perubahan sensory peripheral

Ketidaknyaman temporal/headache trontal, artrolgia, backache

Perubahan nampak tubuh, bentuk wajah yang kasar, penambahan

jaringan keringat yang berlebihan dan kulit berminyak.

Riwayat perubahan tingkat energi (lethargy fatigue) dan penurunan

mobilisasi

Mengenal psikososial, perubahan kelakukan seperti cemas, irritability

berhubungan dengan gambaran diri.

Riwayat perubahan manstruasi pada wanita dan untuk pria perubahan

libido berhubungan dengan infartility.

Riwayat obat, penggunaan obat kontrasepsi per oral, obat psykotropic.

Tingkat pengetahuan berhubungan dengan pengobatan, potensial

pemasukan obat

2) Data Obyektif (Data tentang neurologi dan endokrin)

Fungsi nervus aranial, II,III,IV,dan VI

Perubahan retinal indikai dari papiledema atau olevasi tekanan darah.

Status montal, kesiapan, status emosi

Fungsi nervus peripheral

Campak tubuh/deskripsi

Mobilisasi dan fungsi sendi

TTV, tekanan darah, nadi, respirasi, suhu

Berat badan dan tinggi

Adanya organomengaly, terutama cardiac dan hepatic dan tandon yang

berhubngan dengan perubahan

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan gangguan prikis

2) Disfungsi sexual berhubungan dengan. PRL

3) Nyeri berhubungan dengan masa pada intracranial

4) Takut berhubungan dengan. diagnosa dan pengobatan

5) Tidak efektif koping individu berhubungan dengan. gangguan konsep diri

6) Intolerance aktifitas berhubungan dengan. efek HP ditandai nyeri sendi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

63

Page 64: Anatomi Endokrin

7) angguan sensory persetual berhubungan dengan tumor atau penekanan

pada daerah disekitarnya

8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan. diagnosa dan pengobatan.

2.3 PERENCANAAN / IMPLEMENTASI

1) Gangguan gambaran diri :

Goal : Pasien akan menunjukkan perkembangan gangguan gambaran diri

Intervensi :

Nonsugical Management

Klien dengan peningkatan HP mungkin ada perubahan skeletal tidak

dapat diobati

Menguatkan klien mengenal pengucapan dan takut yang berhubungan

dengan gangguan psikis

Perawat membantu klien untuk menandai kekuatannya, karakteristik

postif, keunikan yang penting dari setiap individu

Klien dengan peningkatan PRL, galactorihea, gynacomastia, dan

kesulitan fungsi sarual dapat menyebabkan gangguan bentuk tubuh klien

dan ciri-ciri seseorang

Perawat meningkatkan pengobatan alleviote dari beberapa gejala terapi

juga mendorong klien untuk berdiskusi tentang perasaannya yang

berhungan dengan perubahan.

Surgical Management

Untuk kedua penyakit ini, pengobatan yang dilakukan adalah

pembedahan hypophysactomy untuk mengangkat tumor

Transpanadol kelenjar pituitary juga sering dilakukan

Perawatan pre operasi

Perawat review klien dengan hypophysectomy akan kekurangan hormon,

sakit kepala ringan dan perubahan fungsi sexual, perubahan

tubuh/pembesaran visceral dan perubahan visual tidak biasa

Perawat menjelaskan nasl packing diberikan 2 -3 hari post operasi yang

mana mengharuskan pernapasan mulut

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

64

Page 65: Anatomi Endokrin

Perawat melihat klien sikat gigi, batuk, bersin, nosa blowing dan menekuk

semua itu dihindari setelah operasi karena dapat menggangu

penyembuhan insisi atau dapat menganggu muscle grart

Perawat menjelaskan diagnostik test pre opratif, neuroradiologi, test

endokrim dan visual nasal dan membram mukus oral bebas kultur bacteri

dan sensitivity

Perawatan Post Operasi

Menilai tanda-tanda odema cerebral dan peningkatan tekanan intraranial

Peningkatan tekanan darah

Tekanan nadi

Nadi menurun

Perubahan pupil

Gangguan Respirasi

Menilai tanda-tanda dari defisiensi kelenjar (pituatary tidak lagi

memproduksi hormon tropik.

Adrenal Insuffciancy

Hypothyroldism

Diabetes Insipidus

Monitor intake cairan intravena, menganjurkan minum saat haus dan

adminstrasi vasopressin

Perawat menginstruksikan klien untuk melaporkan arip post nasal, yang

mana diindikasi kebocoran dari CSF

Kepala tempat tidur di alerasi

Jika klien mengatakan sakit kepala yang hebat, CSF cairan mungkin

bocor kedalam sinusea

Tidak dianjurkan batuk karena meningkatkan tekanan di area insisi dan

biasanya CSF bocor

Dan paling penting perawat mengingatkan klien untuk napas dalam untuk

mencegah komplikasi pulmorary

Klien menunjukkan mulut kering sebagai hasil pernapasan mulut

Menilai tanda-tanda manifestasis

Jika kelenjar pituitary diangkat, klien memerlukan pergantian

glucocorticoid dan tiroid hormon

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

65

Page 66: Anatomi Endokrin

2) Diagnosa 2

Disfungsi sexual

Goal : Klien akan mencapai tingkat keinginan dari fungsi sexual :

Intervensi

Perawat mengidentifikasi masalah spesifik yang

ditunjukkan dan mendorong klien untuk berdiskusi berbagai efek dari

disfungsi sexual dalam hubungan dengan patner sexual

Terapi obat bromocripine mesylate efektif mengurangi

tingkat PRL pada klien dengan PRL – Sekresi tumor

Klien memerlukan hipophysecctomy untuk

hyparpituitarism mungkin diakibatkan datisiansi gonadotropin setelah

pembedahan

2.4 EVALUASI

1. Klien memperbaiki gambaran diri

2. Partisipasi dalam aktifitas sexual yang diinginkan

3. Indentifikasi aktivitas yang dilakukan setelah transsphenoldal

4. Memberitahukan efek samping dari pemberian obat

5. Menggambarkan dan memenuhi cara pengantian hormon (jika dapat dipakai)

6. Indentifikasi gejala kambuhnya hiparpituitasism

2.5 PENDIDIKAN KESEHATAN

Setelah transsphenodal hypophysectomy, perawat menganjurkan klien untuk

menghindari aktifitas yang dapat menganggu penyembuhan :

Mengajarkan klien harus menghindari menekuk badan dari pinggang

sampai ujung sepatu

Perawat menginstruksikan klien menekuk dari lutut sampai sekitar objek

jatuh.

Menganjurkan klien mencegah konstipasi seperti makan makanan tinggi

sert, minum air yang banyak dan menggunakan pencahar.

Menekuk dan mengedan sebaiknya dihindari pada 2 bulan pertama setelah

pembedahan.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

66

Page 67: Anatomi Endokrin

GANGGUAN KELENJAR THYROID

1. KONSEP DASAR HIPERTIROIDISME

1.1 PENGERTIAN

Hipertiroidisme atau tirotoksikosis adalah syndrome klinis, fisiologi dan biokimia,

sebagai akibat terpaparnya jaringan oleh kadar hormone thyroid yang

berlebihan. Kelebihan hormon ini dapat berasal dari hiperfungsi kelenjar tyroid,

reaksi autoimun,inflamasi akut atau destruksi kelenjar yang melepas hormon

yang tersimpan.

Hypertiroidisme merupakan kelaianan yang sering ditemukan dengan angka

prevalensi 19/1000 pada wanita dan 1,6/1000 pada laki-laki.

1.2 ETIOLOGI

1) Penyakit Graves (85 %) : kemungkinan autoimun secara alami,

imonoglobulin menyebabkan rangsangan pada kelenjar tyroid.

2) Toksik Multinodular gondok (10 %) : Banyak nodul tyroid mengakibatkan

hiperfungsin tyroid.

3) Tyroid adenoma: Fungsi autonom dari folikel dengan adenoma.

4) Hypertiroidisme pituitary: pituitary adenoma mengakibatkan peningkatan

sekresi TSH.

5) Tyroiditis (radiasi): sekresi T3 dan T4 meningkat sebelum obstruksi dari

kelenjar tiroid.Status hypertiroid biasanya sementara.

6) Carsinoma Tyroid:tidak diketahui,biasanya terjadi dengan folikel carsinoma

yang beredar.

1.3 PATOFISIOLOGI

Hiperplasia kelenjar tiroid disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon tiroid,

hormon tersebut merangsang mitokondria yang meningkatnya energi untuk

aktifitas sel dan produksi panas. Hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan

metabolisme, peningkatan pemenuhan persediaan lemak dan meningkatnya

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

67

Page 68: Anatomi Endokrin

nafsu makan serta pemasukan makanan, akibatnya curah jantung meningkat

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang meningkat dan

vasadilatasi perifer yang akan meningkatkan produksi panas. Dalam sistim

neurovasculer keadaan fiperaktif ini, akan menekan reflkes, dan kondisi

kecamasan akan meningkatkan aktifitas saluran pencernaan. Hipartiroid dapat

disebabkan karena peradangan, penyinaran tiroid atau adanya kerusakan

jaringan tiroid oleh tumor.

1.4 Manifestasi Klinik

Dalam keadaan ringan ditandai dengan sakit yang serius dan akan hilang dengan

spontan dalam beberapa bulan / tahun. Bila tidak diobati pasien akan menjadi

kurus, gelisa dan delirium, disorientasi dan akhirnya menjadi gagal jantung gejala

yang paling sering timbul pada saat permulaan adalah : Gelisah, hiperaktif, lekas

marah, kuatir, tak dapat duduk dengan tenang, denyut jantung cepat saat istirahat

maupun beraktifitas, tidak tahan panas, banyak berkiringat dengan ciri kulit

berwarna salun, hangat dan lembab, termor pada tangan serta eksoptalmus.

Gejala lain yang timbul adalah meningkatnya nafsu makan, kehilangan berat

badan secara dratis, otot lemah, amenorea, dan gangguan pola BAB, diare atau

konstipasi.

A. Gangguan pada CNS:

Pada nervus:Tidak bisa istirahat,perhatian kurang, ingin gerak.

Emosi labil:Menangis tanpa sebab,gangguan psikis berat dan mudah marah

Hyperkenesis: tidak bisa duduk,ketuk-ketuk bunyikan jarinya,gerak

cepat,posisi selalu berubah,tangan tremor,lidah dan kelopak mata

menyentak-nyentak.

B. Gangguan system cardiovasculer

Tachicardy:lebih dari 90 kali/menit walaupun saat istirahat

Meningkatnya sistolik dan menurunnya diastolik dengan peningkatan

tekanan nadi palpitasi

Bunyi jantung kuat dan kemungkinan murmur di apex

Dyshritmia

Gagal jantung jika ada penyakit hati

Udem

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

68

Page 69: Anatomi Endokrin

C. Gangguan pernapasan

Dyspneu: bisa ada tanpa gagal jantung

Vital kapasitas kurang

Meningkatnya ventilasi oksigen

D.Gangguan pada kulit dan rambut

Kulit hangat dan lembab

Telapak tangan eritema

Rambut tipis,gugur dan kaku

E.Gangguan otot dan tulang

Kelelahan,kecapaian,sulit bangun atau duduk

Meningkatnya eksresi calcium dan ion phosparus,kadang-kadang

dihubungkan dengan demineralisasi tulang dan fraktur

Terjadi hypercalsemia

F. Gangguan pada mata

Mata tampak bercahaya akibat tarikan pada kelopak mata atas

Kelopak mata tertinggal

Gerakan kelopak mata tersentak dan spasme

G.Gangguan pada system climentary

Meningkatnya nafsu makan

Menurunnya BB

Meningkatnya jumlah BAB dan bentuk feses kurang

Disfungsi hepatic

H.Gangguan metabolisme

Suhu tubuh meningkat

Tidak tahan panas

Meningkatnya penurunan insulin,memperburuk DM

Meningkatnya penurunan triglyserida

I. Gangguan system hematodietic

Menaikan RBC denga indikasi normal

Menurunnya total WBC sebab menurunnya granulositosis

J.Gangguan reproduksi

Prepubertas: perkembangan sexual gagal

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

69

Page 70: Anatomi Endokrin

Postpubertas: menaikan libido,gangguan menstruasi (perubahan interval

antar haid)

Komplikasi

1. Krisis tyroid:apabila terlihat tiga gejala yaitu peningkatan gejala

hypertiroidisme,febris dan menurunnya kesadaran

2. Alergi PTU:jika terjadi dapat diganti dengan neomercazol dengan dosis 0.1kali

dosis PTU

3. Komplikasi hematologis penggunaan OAT berupa depresi sumsum tulang

dengan agranulositosis,dengan keluhan nyeri telan,febris dan leukositosis

dengan granulosit rendah.

Studi diagnostik dan penemuan

Studi diagnostik Penemuan

Serum T3 Meningkat

Serum T4 meningkat

Serum T3 dan T4 bebas Meningkat

T3 RU Meningkat

Tes stimulasi TRH Sedikit atau tidak ada respon TSh

Tes supresion tyroid Menentukan penekanan RAIU atau level T4

Studi RAIU Meningkat

ECG Menunjukkan tachycardi,atrial fibrilasi dan gangguan

P dan T

USG Untuk membatasi ukuran kelenjar tyroid dan

mengevaluasi massa

Tes stimulasi TSH Tidak ada perubahan

Anti body tyroid Titer tyroglobulin anti body tinggi

Manajement Medik

- Propylthiouracil (PTU):100-150mg PO

- Methimazole (Tapazole):5-15mgPO

- Strong iodine (Lugols)solution:6 tetes dari ½ gelas cairan

- Potasium Iodine (SSKI):900-1800 mg tablet, 0,9-2,4 ml larutan, 20-60 ml sirup

PO

- Lithium carbonat:900-1200 mgPO

- Propanolol (inderal ):30mgPO

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

70

Page 71: Anatomi Endokrin

2. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTHYROIDISME

2.1 Pengkajian

I. Data Subjektif

Neurologi : Ansomia, diplopia, sakit kepala, kelemahan otot, sangat lemah .

Kardiovasculer : Palpitasi dan banyak keringat.

Saluran pencernaan : Kehilangan berat badan, peningkatan nafsu makan, diare,

mual, sakit perut, tidak ada nafsu makan, sakit perut hebat.

Metabolik : Banyak keringat, peka terhadap panas, meningkatnya toleransi

terhadap rasa dingin.

Seksual / Reproduksi : Oligomenorea, amenore libido menurun, menurunnya

kesuburan.

II. Data Objektif

Neurologi : Aritable, tremo, emosi labil, kelemahan otot atropi, refkles tendon

dalam dan cepat bingung atau disorientasi, apatis, stuporl delirium dan koma.

Mata : Mata besar dan menonjol keluar, edema periorbital, termo kelopa mata,

lemah atau kelumpuhan otot ekstraokuler

Kardiovasculer : Nadi cepat dan tak teratur, tekanan nadi kuat, edema, mur mur

sistolik jantung banyak keringat, tahikardiat atrial febrilasi, nadi lemah hipotensi.

Pernapasan : Dispnea, frekwensi pernapasan meningkat dan dalam, edema

pulmonal.

Saluran pencernaan : Berat badan menurun diare, bising usus hiperaktif, muntah

terus menerus hepatomegali.

Metabolik : Banyak keringat, kelenjar tiroid membesar, bruit arteri kalenjar tiroid.

Kulit : Kulit lembut, hangat dan lembab, berkeringat kemerahan,

hiperpigmentasi, rambut tipis.

Seksual / Reproduksi : Ginekomastia.

III. Data Laboratorium

Peningkatan T3 dan T4, TSH menurun, meningkatnya T3 rensi up take

2.2 Diagnosa Keperawatan / Perencanaan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

71

Page 72: Anatomi Endokrin

1. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan peningkatan stimulasi sistim

sarat simpatetik oleh kadar hormon tiroid yang tinggi.

Hasil yang diharapkan :

Pasien dapat berorentasi penuh, dapat merespon dengan tepat terhadap

situasi dan orang, dapat menggunakan tekni untuk mengurangi stres.

Intervensi :

Kaji tingkat kesadaran, orentasi, efek dan persepsi tiap 4 – 8 jam,

informasi perubahan perubahan yang negatif.

Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi serta beri dukungan

yang tepat.

Ciptakan ketenangan lingkungan ( Tidak bising, batasi pengunjung

mencegah situasi emosional ).

Rencanakan dan jelaskan asuhan dengan jelas dan tepat.

Antisipasi kebutuhan untuk mencegah reaksi heperaktif.

Informasikan kepada pasien tentang aktifitas apa saja yang dibatasi.

Anjurkan tekni mengurangi stres dan informasikan kapan penggunaannya.

Orentasikan pasien terhadap lingkungan waktu dan orang ( Jam, kalender,

gambar keluarga ).

2. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kurang suplai O2 akibat meningkatnya

metabolisme.

Hasil Yang diharapkan :

Seluruh aktifitas dapat dilaksanakan sedikit / tampa bantuan.

Intervensi :

Kaji tanda vital tanda fital dan tingkat aktifitas

Batasi tingkat aktifitas pasien sesuai toleransi

Atur waktu istirahan yang cukup.

Jangan lanjutkan aktifitas bila ada tanda tidak toleransi misalnya dispnea

takikardi atau kelelahan.

Bantau pasien untuk beraktifitas bila tidak dapat melakukan sendiri karena

tremor atau kelemahan.

Rencanakan aktifitas sehari hari dan pola tidurnya.

3. Gangguan pola tidur berhubungan agitasi akibat peningkatan metabolisme.

Hasil yang diharapkan :

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

72

Page 73: Anatomi Endokrin

Pasien mempunyai pola tidur yang normal dan pasien mengungkapkan rasa

puas beristirahat.

Intervensi :

Kaji pola tidur dan aktifitas masa lalu dan saat ini

Tanyakan bantuan yang dibutuhkan untuk pengantara tidur ( air hangat,

gosok punggung dengar musik dll ).

Diskusikan bantuan / pengantar tidur yang lain misalnya tekni relaksasi.

Bantu pasien untuk menetapkan pola aktifitas fisik yang teratur, kurangi

aktifitas yang merangsang sebelum tidur.

Usahakan lingkungan yang mendukung untuk tidur, kurangi cahaya lampu,

tutup pintu ruangan, pelihara ketenangan dan jaga privasi.

Hindari gangguan selama tidur

Bila mungkin rencanakan pengobatan dan pemberian obat obat pada siang

dan sore hari.

Kaji aktifitas tidur .

4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare,

mual, sakit perut.

Hasil yang diharapkan :

Pemasukan dan pengeluaran seimbang berat badan meningkat menjadi normal

Intervensi :

Pantau pemasukan diet untum menambah kalori Karbohidrat dan Vit. B

Makan porsi kecil dan sering sesuai kebutuhan kalori pasien.

Konsultasi makanan yang dibutuhkan pasien.

Hindari minuman yang merangsang seperti kopi, teh, cola atau yang dapat

meningkatkan peristatik usus.

Masukan cairan 2 – 3 liter / sehari, hindari juce yang menyebabkan diare.

Timbang berat badan setiap hari.

Diagnosa keperawatan Lain Yang dapat ditegakkan adalah

5. Penurunan CO berhubungan dengan disrithmia karena meningkatnya aktivitas

simpatik

Intervensi :

1) Monitor ECG, kecepatan dan ritmenya mungkin ada disritmia

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

73

Page 74: Anatomi Endokrin

RASIONAL : Tachycardi dapat menstimulasi miocardial dengan hormon

tyroid,disrithmia dapat terjadi dan menggangu fungsi cardiak

2) Investigasi nyeri dada atau angina

RASIONAL : .Untuk mendeteksi penurunan oksigen miokardial atau iskemi

3) Monitor nadi dan tekanan darah

RASIONAL : Untuk mengevaluasi status cardiovaskuler dan keefektifan

perawatan

4) Ukur dan catat intake dan output pasien

RASIONAL : Untuk mendeteksi cairan dan kemungkinan terjadinya gagal

jantung

6. Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan kerusakan fungsi

saraf optik atau infiltratif optalmopati

Intervensi:

1) Kaji orientasi terhadap waktu tempat dan orang

RASIONAL : Kehilangan status mental dapat meningkatkan gangguan

pengetahuan

2) Monitor tingkat kesadaran,obsevasi perubahan prilaku

RASIONAL : Indikasi gangguan fungsi otak

3) Orientasikan pasien pada kenyatan

RASIONAL : Untuk mengurangi kemungkinan disorientasi terhadap isolasi

dan kurang pengetahuan

7. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya kecepatan metabolisme

Intervensi:

1) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipiretika

RASIONAL : .Obat antipiretika dapat menurunkan suhu tubuh

2) Anjurkan pasien untuk minum yang banyak

RASIONAL : .Proses evaporasi (penguapan ) yang berlebihan dapat

mengakibatkan dehidrasi

8. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan

kurang terpapar terhadap informasi

Intervensi: sesuai dengan pendidikan kesehatan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

74

Page 75: Anatomi Endokrin

2.3 IMPLEMENTASI

1. Pertahankan CO

Monitor status CO tiap 4-8 jam

Lapor setiap, perubahan pada dokter, misalnya: meningkatnya tachicardi,

disrithmia dan tanda CHF

2. Pertahankan intake nutrisi yang adekuat

Monitor intake dan output tiap 8 jam

Timbang BB tiap hari

Moniotor intake nutrisi, sering memberikan makanan tinggi protein dan kalori

3. Pertahankan suhu tubuh normal:

Monitor suhu tiap 4 jam, catat setiap kenaikan

Kompres dingin

Pertahankan suhu ruangan dalam rentang yang cukup dingin

Anjurkan sering mandi siram dan gunakan baju bahan katun

4. Tingkatkan Pertahankan dan toleransi terhadap aktivitas

Anjurkan jalan ringan jika CO stabil

Beri aktivitas antar waktu istirahat

Beri perawatan mata yang baik

Monitor kornea terhadap kerusakan,kemampuan melihat

Segera lapor setiap ada keluhan

5. Tingkatkan istirahat yang adekuat

Beri ketenangan lingkungan yang nyaman

Beri minum susu sebelum tidur

Gosok punggung pasien sebelum tidur

6. Tingkatkan pengetahuan pasien

Jelaskan tentang penyakit dan bagaimana tanda dan gejalanya

Klasifikasi obat-obat yang diberikan

Daftar rencana follow up

2.4 Evaluasi

Fungsi kardiovaskuler normal, tidak ada distritmia, kulit pasien kembali hangat dan

kering.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

75

Page 76: Anatomi Endokrin

Intake nutrisi adekuat, pasien dapat mendemonstrasikan ketaatan pada diet yang

sudah ditentukan

Tidak ada gangguan pada penglihatan

Peningkatan kenyamanaan, pasien ,mengenal dan menggunakan beberapa teknik

untuk mengontrol intoleransi panas serta dapat melakukan ADL

Suhu tubuh normal, tidak ada panas dan perubahan metabolisme lainnya

Pasien dapat tidur atau istirahat pada lingkungan yang nyaman

Pasien dan keluarga mengetahui dan mengerti tentang hipertiroidisme dan

pengobatannya

Pendidikan kesehatan

1. Beritahu pasien tentang tanda gejala hipertyroidisme

2. Pastikan pasien mengerti tentang obat,nama,dosis,reaksi,frekuensi dan

pentingnya berobat tepat waktu

3. Diskusikan dengan pasien untuk diet tinggi kalori, protein dan karbohidrat,

sampai BB nya stabil

4. Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya istirahat dan menghindari

kelebihan bergerak

5. Diskusikan dengan pasien dan keluarga bahwa pasien mungkin mempunyai

emosi yang tinggi dan mungkin butuh dukungan

6. Diskusikan dengan pasien tentang pentingnya evaluasi follow up

HIPERTROFI KELENJAR THYROID

1. KONSEP DASAR

1.1 Pengertian

Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran sel/ jaringan

tanpa disertai peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tiroid.

Disebut juga sebagai goiter nontosik atau simple goiter atau Struma Endemik. Pada

kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunaan atau peningkatan

sekresi hormon-hormonnya maka dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

76

Page 77: Anatomi Endokrin

yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti

pengaruhnya pada trachea dan esophagus.

1.2 Pathofisiologi

Berbagai factor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid

termasuk didalamnya defisiensi jodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan

ini dapat menekan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung,

kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomaly,

peradangan dan tumor/neoplasma.

Sedangkan secara fisiologis, menurut Benhart(1991) kelenjar tiroid dapat membesar

akibart peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan

tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan. Bahkan

dikatakan pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan hormone ini

cenderung meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi diatas

meningkat.

Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut Sttruma Endemis

dan Sporadis. Secara sporadis dimana kasus-kasus strume ini dijumpai menyebar

diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma

sporadis banyak disebabkan oleh factor goitrogenik, anomaly dan penggunaan obat-

obatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis, dimana kasus-

kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu,

dihubungkan dengan penyebab defisiensi jodium.

Bahan dasar pembentukan hormone-hormon kelenjar tiroid adalah jodium yang

diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung jodium. Ion Iodium

(Iodida ) darah masuk ke dalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP

sebagai sumber energi. Selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis

Tiroglobulin (sejenis glikoprotein ) dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga

akan terbentuk di iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT ). Prose ini

memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Prose akhir adalah berupa reaksi

penggabbungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin

atau tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3)

untuk selanjutnya masuk ke dalam plasma dan berikatan dengan protein binding

iodine. Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormone TSH dan dihambat oleh

Tiourasil, Tiourea, sulfonamid dan metilkaptoimidazol.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

77

Page 78: Anatomi Endokrin

Melihat proses singkat terbentuknya hormone tiroid maka pemasukan iodium yang

kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau zat

yang mengandung tiourea, tiourasil, sulfonamide dan metilkaptoimidazol,glukosil

goitrogenik, gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam

plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar

hormone-hormon tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap

kelejar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi

pembesaran(hipertropi). Dengan kompensasi ini kadar hormon seimbang kembali.

Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelnjar tiroid yang dapat

mempengaruhi keduduka organ-organ disekitarnya. Dibagian posterior medial

kelenjar tiroid terdapat trachea dan esophagus. Struma dapat mengarah kedalam

sehingga mendorong trachea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan

bernafas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan

oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Penekanan pada pita suara akan

menyebabkan suara menjadi serak dan parau.

Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris

atau tidak, jarang disertai kesulitan bernafas dan disfagia . Tntu dampaknya lebih

kea rah estetika atau kecantikan . Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi

rasa aman dan konsep diri klien.

2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1) Kaji riwayat penyakit:

Sudah sejak kapan keluhan dirasakan klien

Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.

2) Tempat tinggal sekarang dan pada masa balita

3) Usia dan jenis kelamin

4) Kebiasaan makan; bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya faktor

goitrogenik.

5) Penggunaan obat-obatan.

Kaji jenis obat-obat yang sedang digunakan dalam tiga bulan terakhir

Sudah berapa lama digunakan

Tujuan pemberian obat

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

78

Page 79: Anatomi Endokrin

6) Keluhan klien.

Sesak napas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas. - Sulit menelan

Leher bertambah besar - Suara serak/parau

Merasa malu dengan bentuk leher yang besar dan tidak simetris.

7) Pemeriksaan fisik.

Palpasi kelenjar tiroid, nodul tunggal atau ganda, konsistensi dan simetris

tidaknya, apakah terasa nyeri pada saat dipalpasi.

Inspeksi bentuk leher, simetris tidaknya. - Auskultasi bruit pada arteri

tyroidea.

Nilai kualitas suara

Palpasi apakah terjadi deviasi trakhea

8) Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan kadar T3 clan T4 serum

Pemeriksaan RAI - Test TSH serum.

9) Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis di atas terhadap

kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan

elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti:

Status pernapasan: frekuensi, pola clan teratur tidaknya, dan apakah

klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal

dan cuping hidung.

Warna kulit, apakah tampak pucat atau sianosis - Suhu kulit khususnya

daerah akral

Keadaan umum/kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak

berdaya

Berat badan dan tinggi badan

Kadar hemoglobin

Kelembaban kulit dan teksturnya

Porsi makan yang dihabiskan

Turgor

Jumlah dan jenis cairan peroral yang dikonsumpsi - Kondisi mukosa

mulut

Kualitas suara

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

79

Page 80: Anatomi Endokrin

Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya interaksi khen

dengan orang disekitarnya.

Bagaimana klien memandang dirinya sebagai seorang pribadi

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dijumpai pada klien dengan goiter nontoksik

antara lain:

1. Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penekanan kelenjar

tiroid terhadap trakhea.

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

asupan yang kurang akibat disfagia.

3. Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk leher. 4.

Gangguan rasa aman: ansietas yang berhubungan dengan kurang informasi

tentang penyakit dan pengobatannya, atau persepsi yang salah tentang penyakit

yang diderita.

2.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan: Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan

penekanan kelenjar tiroid terhadap trakhea.

Tujuan:Selama dalam perawatan, pola napas klien efektif kembali (sambil menung-

gu tindakan pembedahan bila diperlukan) dengan kriteria

sebagai berikut:

- Frekuensi pernapasan 16-20 x/menit dan pola teratur - Akral hangat

- Kulit tidak pucat atau cianosis.

- Keadaan klien tenang/ tidak gelisah

Intervensi Keperawatan

1. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan.

2. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan.

3. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti dexamethason (untuk mengurangi

edema).

4. Bila dengan konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif.

5. Bantu aktivitas klien di tempat tidur

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

80

Page 81: Anatomi Endokrin

6. Observasi keadaan klien secara teratur

7. Hindarkan klien dari kondisi-kondisi yang menuntut penggunaan oksigen lebih

banyak seperti ketegangan, lingkungan yang panas atau yang terlalu dingin.

Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat disfagia

Tujuan: Berat badan bertambah, Hemoglobin: 12-14 gr% (wanita) clan 14-16 gr%

(pria), Tekstur kulit baik

Intervensi Keperawatan:

1. Berikan makanan lunak atau cair sesuai kondisi klien 2. Porsi makanan kecil

tetapi sering

2. Beri makanan tambahan diantara jam makan 4. Timbang berat badan dua

hari sekali

3. Kolaborasi pemberian ruborantia bila diperlukan

4. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan

Diagnosa Keperawatan: Perubahan Citra diri yang berhubungan dengan perubahan

bentuk leher

Tujuan:Setelah menjalani perawatan, klien memiliki gambaran diri yang positif

kembali dengan kriteria:

- Klien menyenangi kembali tubuhnya

- Klien dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi dampak negatif

pembesaran pada leher

- Klien dapat melakukan aktivitas fisik clan sosial sehari-hari

Intervensi Keperawatan:

1. Dorong klien mengungkapkan perasaan clan pikirannya tentang bentuk leher

yang berubah

2. Diskusikan upaya-upaya yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi

perasaan malu seperti menggunakan baju yang berkerah tertutup.

3. Beri pujian bila klien dapat melakukan upaya-upaya positif untuk meningkatkan

penampilan diri

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

81

Page 82: Anatomi Endokrin

4. Jelaskan penyebab terjadinya perubahan bentuk leher clan jalan keluar yang

dapat dilakukan seperti tindakan operasi.

5. Jelaskan pula setiap resiko yang perlu diantisipasi dari setiap tindakan yang

dapat dilakukan.

Diagnosa Keperawatan: Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan

klien tentang penyakit dan pengobatannya atau persepsi yang

salah tentang penyakit yang diderita.

Tujuan: Setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 2 kali, ansietas klien

akan hilang dengan kriteria sebagai berikut:

- Ekspresi wajah tampak rileks

- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. - Klien

mengetahui penyakit dan upaya pengobatan

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit dan pengobatannya. Identifikasi sumber

informasi yang diterima klien

2. Identifikasi harapan-harapan klien terhadap pelayanan yang diberikan

3. Buat rancangan pembelajaran yang mencakup:

- Jenis penyakit dan penyebabnya

- Upaya penanggulangan seperti pemberian obat-obatan, tindakan operasi

bila ada indikasi.

- Prognosa dan prevalensi penyakit

- Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan keadaan yang lebih buruk dan

kondisi yang mempercepat penyembuhan.

4. Laksanakan pembelajaran bersama dengan anggota keluarga, perhatikan

kondisi klien dan lingkungannya.

HIPOTIROIDISME

1. KONSEP DASAR HIPOTIROIDISME

1.1 Pengertian

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

82

Page 83: Anatomi Endokrin

Hipotiroidisme merupakan keadaan klinik yang disebabkan oleh kekurangan hormon

tiroid. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan

mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh

akan hormon-hormon tiroid. Berbagai kelainan struktur dan fungsional dapat

mengakibatkan menurunnya produksi hormon tiroid. Keadaan hipotiroidisme

menyerang lebih kurang' 2% pada wanita, dan 0,2% pada laki - laki.

1.2 KLASIFIKASI HIPOTIROIDISME

Menurut umur mulai terkenanya (onset), hipotiroidisme dibagi menjadi: hipotiroidisme

infantil (kretinisme), hipotiroidisme juvenil, dan hipotiroidisme dewasa (miksedema).

1) Hipotiroidisme Infantil (Kretinisme)

Umur mulai terserang: bayi 1-2 minggu setelah lahir.

Penyebab tersering adalah:

- Ibu minum obat mengandung iodida waktu hamil - minum-obat

antitiroid berlebihan saat hamil

- Agenesis tiroid

- Dishormogenesis tiroid

- Kurang iodium berat di daerah endemik kadang-kadang hipofungsi

hipotalamik-hipofisis.

Gejala-gejala:

- Ikterus neonatal berkepanjangan, letargi, sukar minum; kulit keying

dan tebal, pot belly, hernia umbilikalis.

- Bila tidak lekas diobati akan terjadi gejala-gejala seperti obstipasi,

suara tangis serak, lidah tebal, hipotermia, dan otot-otot lemah.

- Bila berkelanjutan sampai umur` l tahun, pertumbuhan menjadi

terhambat, meliputi pertumbuhan gigi, kemampuan duduk, me-

rangkak, dan bicara.

2) Hipotiroidisme Juvenil

Mulai terjadinya biasanya pada masa anak-anak (childhood) sampai pubertas.

Penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun, dan pascatiroidektomi parsial.

Gejalanya ringan, antara infantil dan dewasa; tidak ditemukan hambatan

mental yang berat, dart gejala khas miksedema. Dapat terjadi gangguan

pertumbuhan dan perkembangan seks.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

83

Page 84: Anatomi Endokrin

3) Hipotiroidisme Dewasa (Miksedema)

Miksedema diakibatkan oleh adanya penimbunan bahan mukopolisakarida.

Penyebabnya adalah: tiroiditis autoimun, pascatiroidektomi parsial, pascaterap

iodium radioaktif, dan obat antitiroid.

Gejala-gejala: Terjadinya berangsur-angsur: Gejala ringan dapat,berupa:

edema, dan bradikardia. Keadaanlebih lanjut menunjukkan, gejala-gejala

seperti: toleransi terhadap dingin menurun, nafsu makan menurun, berat

badan naik, menoragi, parau, lelah, pendengaran menurun, galaktore,

karotenemia,-sulit berkonsentrasi. Pada keadaan berat terjadi: tuli, ptosis,

miopati,' refleks menurun, psikosis, efus : sendi/pleura/perikardial, edema

anasarka.

1.3 PATOFISIOLOGI

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada

pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar

tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik.

Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat

kali lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme

kongenital dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.

Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi

untuk meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap rangsangan hormon

TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme

basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang

dipengaruhi antara lain:

1) Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)

2) Penurunan motilitas usus

3) Penurunan detak jantung

4) Gangguan fungsi neurologik

5) Penurunan produksi panas

Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan

terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi

mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial

seperti rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

84

Page 85: Anatomi Endokrin

Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon

tiroid memungkinkan klien mengalami anemi.

Dampak hipotiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh sebagai adalah berikut:

1) Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal;

pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontok

dan pertumbuhannya buruk.

2) Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea

3) Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi

terhadap aktivitas menurun, hipotensi.

4) Metabolik seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,

intoleransi terhadap dingin.

5) Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang

melambat.

6) Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan

terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen,

bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.

7) Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi

abdomen.

8) Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau

masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, anovulasi dan penuirunan libido.

Pada pria: penurunan libido dan impotensia

9) Psikologis/emosi; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku mania.

10) Manifestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face),

wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap

opioid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong, lemah, haluaran

urine menurun, anemi, mudah berdarah.

1.4 GEJALA POKOK HIPOTIROIDISME

Neurologik: kelemahan otot, kram, parestesia, disartria, ataksia, sindrom Carpal-

Tunnel, vertigo, myotonic jerk, korna.

Psikiatrik: depresi, ketidakmampuan berkonsentrasi, psikosis, somnolen.

Reumatologik: nyeri sendi, artritis.

Otolaringologik: serak, tinitus, tuli.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

85

Page 86: Anatomi Endokrin

Dermatologik: kulit kasar dankering, alopesia.

Kardiologik: bradikardia, payah jantung.

Gastroenterologik: anoreksia, konstipasi.

Hematologik: anemia.

Ginekologik: menoragi, amenore.

Nefrologik: puffy face, edema.

1.5 Pemeriksaan dan Tes yang Perlu untuk Diagnosis Hipotiroidisme

Refleks menurun

Kolesterol dan trigliserida meningkat

Nadi tidur nyenyak (NTN) di bawah 60 /menit

T4 dan T3 bebas menurun

Ambilan 1131 (uptake) menurun, 6.-TSH meningkat (paling peka)

Antlbodi timid

Sidik Tiroid (Thyroid scanning)

1.6 PENGOBATAN HIPOTIROIDISME

Begitu diagnosis hipotiroidisme atau hipotiroidisme subklinik ditegakkan, pengobatan

harus diberikan. Pengobatan hendaknya disesuaikan dengan ripe dan beratnya

keadaan hipotiroidisme. Pada tipe infantil danjuvenil hendaknya segera diobati untuk

mencegah menetapnya retardasi mental.

Preparat yang menjadi pilihan saat ini adalah L-tiroksib: Pada bayi yang berumur 0-

12 bulan dosis pengganti penuh adalah 0,05 mglhari. Untuk anak-anak 2-4 tahun,

biasanya diberikan sampai 0,1-0,15: mg/hari; 'dan umur antara 4-12 tahun bervanasi

antara 0,10-0,30 mglbari. Oleh karena laju degradasi T4 pada anal -anak lebih besar

dari pada orang detvasa, dosis pengganti pada anak-anak lebih bestir berdasarkan

berat badan dibandingkan pada orang dewasa. Pemantauan yang baik sangat

diperlukan, agar kadar T4 selalu berada pada batas atas dari rentang normal pada

anak - anak.

Pada orang dewasa, jika hipotiroidisme telahberlangsung,lama dan berat, dosis

away harus diberikan rendah dan kemudian dinaikkan secara perlahan-lahan

(titrasi). Dosis awal yang umum diberikan ada-lah 0,05 mg/hari Beberapa penderita

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

86

Page 87: Anatomi Endokrin

sensitif terhadap pengobatan awal tiroksin, pada kasus tersebut hendaknya jadual

titrasi dilakukan secara lebih perlahan.

Dosis pengganti jangka panjang baik dengan titrasi maupun pemeliharaan dapat

ditentukan berdasarkan klinik. Penentuan kadar TSH dapat juga dipakai untuk

menentukan dosis titrasi baik menurunkan maupun menaikkan. Dosis dimana kadar

TSH telah menjadi normal (biasanya 0,125-0,2 mg pada orang dewasa) biasanya

sudah dapat diberikan dosis pemeliharaan. Pemantauan secara berkala pada

pende-rita dewasa dianjurkan jika ditemukan gejala-gejala hipotiroidisme atau

hipertiroidisme. Pemeriksaan kadar tiroksin secara rutin pada orang dewasa tidak

diperlukan.

Beberapa contoh sediaan tablet hormon tiroid adalah sebagai berikut.

1. Mengandung ekstrak tiroid : Sediaan: tablet Thyranon, 100 mg (saat ini sudah

tidak ada di Indonesia Dosis: 12;5-50 mg sampai 100 - 200 mg perhari.

2. Mengandung L-Tyroxine (T4 sintetis) Sediaan: tablet Thyrax (yang ada di

Indonesia, tablet 0,1 mg), tablet Syntroid, Levotroid dengan sediaan tablet

mulai 0,025 mg sampai 0,3 mg. Dosis:' 100-200 ug/hari

3. Mengandung Sodium Liothyronine (T3 sintetis) Sediaan:tablet Cytomel 5 ug 25

ug 50 ug (tidak ada di Indonesia). Dosis- mulai dari 5 mg/hari dengan dosis

pemeliharaan 50-75 ug/hari dengan dosis terbagi.

4. Mengandung Liotrix (campuran T4 dan T3 sintetis) Sediaan tablet Euthiroid,

Thyrolar dengan berbagai kombinasi T4 dan T3: Dosis pemeliharaan adalah

100-.200 ug T4 dan 25-30 ug ,

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTHYROIDISME

2.1 Pengkajian

1) Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit

tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

2) Kebiasaan hidup sehari-hari seperti

- Pola makan

- Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

87

Page 88: Anatomi Endokrin

- Pola aktivitas

3) Tempat tinggal klien sekarang dan pads waktu balita.

4) Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;

- Sistem pulmonari

- Sistem pencernaan

- Sistem cardiovaskuler

- Sistem muskuloskletal

- Sistem neurologik

- Sistem reproduk

- Metabolik

5) Emosi/psikologis

6) Pemeriksaan fisik mencakup:

- Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema

sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah

kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur

tubuh kecil dan pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat.

- Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.

- Perbesaran jantung

- Disritmia dan hipotensi

- Parastesia dan reflek tendon menurun

7) Pengkajian psikososial; klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan

lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat

malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri

klien mencakup kelima komponen konsep diri.

8) Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;

pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi

peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat

menurun atau normal).

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan hipotiroidisme

antara lain:

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

88

Page 89: Anatomi Endokrin

1) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume

sekuncup sebagai akibat dari bradikardi; arteriosklerosis arteri koronaria.

2) Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan

tenaga/kelelahan; ekspansi paru yang menurun, obesitas dan inaktivitas.

3) Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan edema jaringan serebral dan

retensi air

Diagnosa keperawatan tambahan antara lain:

4) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

penurunan kebutuhan metabolisme; napsu makan yang menurun.

5) Hipotermi yang berhubungan dengan laju metabolisme yang menurun

6) Konstipasi yang berhubungan dengan penurunan motilitas usus

7) Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan nutrisi yang buruk dan

hipotermia

8) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan depresi

9) Gangguan pola seksual yang berhubungan dengan efek penyakit, kelelahan dan

obesitas.

10) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelelahan, penurunan

kekuatan motorik, depresi, obesitas dan nyeri otot.

11) Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.

2.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan: Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan

penurunan volume sekuncup akibat bradikardi dan

arteriosclerosis arteri koronaria

Tujuan: Fungsi kardiovaskular tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah,

irama jantung dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan:

1) Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk

mengidentifikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti

hipotensi, penurunan haluaran urine dan perubahan status mental.

2) Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri

dada, karena pada klien dengan hipotiroidisme kronik dapat berkembang

arteriosklerosis arteri koronaria.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

89

Page 90: Anatomi Endokrin

3) Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala-gejala. Obat yang

sering digunakan adalah Levotyroxine sodium (Synthroid, T4, clan Eltroxin).

Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnoe. Pada dosis awal

pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan

secara bertahap setiap 2-3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk

pemeliharaan.

4) Ajarkan kepada klien dan keluarga cara penggunaan obat serta tandatanda yang

harus diwaspadai bila terjadi hipertiroidisme akibat penggunaan obat yang

berlebihan.

Diagnosa Keperawatan: Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan

kelelahan, obesitas dan inaktivitas

Tujuan: Klien dapat mempertahankan pola napas yang efektif

Intervensi Keperawatan:

1) Amati dan catat irama serta kedalaman pernapasan

2) Auskultasi bunyi pernapasan dan catat dengan seksama

3) Bila klien mengalami kesulitan pernapasan yang berat, kolaborasikan dengan

dokter kemungkinan penggunaan alat bantu untuk bernapas seperti ventilator.

4) Hindarkan penggunaan obat sedatif karena dapat menekan pusat pernapasan.

Bila klien menggunakan obat transqualizer dosis biasanya diturunkan karena

klien sangat peka.

5) Bantu klien beraktivitas

6) Penuhi kebutuhan sehari-hari klien sesuai kebutuhan.

Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses berpikir yang berhubungan dengan

edema jaringan otak dan retensi air

Tujuan: Proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal

Intervensi Keperawatan:

1) Observasi dan catat tanda gangguan proses berpikir yang berat seperti:

- Letargi

- Gangguan memori

- Tidak ada perhatian

- Kesulitan berkomunikasi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

90

Page 91: Anatomi Endokrin

- Mengantuk

2) Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat

dan waktu. Biasanya gejala-gejala berkurang dalam waktu 2-3 minggu

pengobatan sehingga mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata

sangat diperlukan.

3) Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan

mengadaptasinya. Jelaskan pula bahwa dengan pengobatan yang teratur gejala-

gejala akan berkurang

Penyuluhan Kesehatan:

Penyuluhan kesehatan sangat penting bagi klien dan keluarga. Berikanlah kepada

mereka hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat di rumah dan

perawatan klien pada umumnya. Berikan penjelasan tentang:

a) Cara penggunaan obat, dosis dan waktunya. Tidak meminum obat bersama

dengan obat lain.

b) Tanda dan gejala bila kelebihan obat atau sebaliknya

c) Menggunakan selimut tambahan pada waktu tidur, penggunaan baju hangat dan

pakaian yang tebal bila suhu udara dingin.

THYROIDECTOMY

1. KONSEP DASAR

1.1 Pengertian

Thyroidectomy adalah proses pengangkatan kelenjar tyroid dengan cara

pembadahan (ulrich,dkk,1989:670).

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

91

Page 92: Anatomi Endokrin

Ada dua tipe Thyroidectomy yaitu :

Total thyroidectomy : adalah pengangkatan semua kelenjar, biasanya terjadi pada

orang yang jenis penyakitnya sangat parah. Pengganti terapi

tiroid sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka.

Subtotal thyroidectomy adalah pengangkatan sebagian kelenjar tiroid, dimana

kurang lebih 65 kelenjar dipindahkan (doenges,1992:731),

prosedur yang dilakukan adalah subtotal thyroidectomy

deman hampir 90% kelenjar tiroid diangkat

(ulrich,dkk,1986:670).

1.2 Indikasi dan Kontra indikasi

Indikasi

Cancer

Hyperthyroidisme

Aspek phycososial dari perawatan anak

Surgical intervention

( Doenges,1992 :731 )

Kontra indikasi

Terapi X-ray

Hipersensitivitas terhadap obat antithyroidea

1.3 Komplikasi

1. Perdarahan

Resiko ini minimun, terapi harus hati-hati dalam mengamankan hemostasis

dengan penggunanan drain yang bijaksana. Perdarahan selalu mungkin terjadi

setelah tyroidectomy, bila ia timbul biasanya terjadi setelah kedaruratan bedah,

tempat diperlukan secepat mungkin dikompres leher segera dan mengembalikan

pasien kekamar operasi.

2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara. Denga

tindakan anastesi mutakhir ventilasi tekanan positif intemiten dan teknik bedah

yang cermat, bahaya ini cukup jarang terjadi.

3. Trauma pada nervus larygeus recurens.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

92

Page 93: Anatomi Endokrin

Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total ( jika bilateral) larynx. Pada operasi

seharusnya mencegah cedera pada saraf ini atau pada nervus larygeus.

4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah abnormal kedalam sirkulasi dengan

tekanan karena persiapan pasien yanng inadekuat menghambat glandula

thyroidea overaktif dalam pasien yang dioperasi karena tiroksikosis.

5. Sebsis yang meluas ke mediastinum. Komplikasi ini tidak boleh terlihat dalam

klinik bedah saat ini antibiotik tidak diperlukan sebagai profileksis. Perhatian bagi

homeostatis adekuat saat operasi dilakukan dalam kamar operasi berventilasi

tepat dengan peralatan yang baik dan ligasii harus disertai dengan infeksi yang

dapat diabaikan.

6. Hipotiroidisme pascabedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reaksi bedah

roidea jarang terlihat oleh karena itu sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan

klinik dan biokimiai yang tepat.

Prosedur Pembedahan

I. Perawatan Preoperasi

Pemberian obat merupakan salah satu cara persiapan preoperasi

obat-obatan yang diberikan adalah :

Carbimazole.

Diberikan beberapa minggu sebelum operasi, tetapi 10 hari sebelum

operasi harus dihentikan.

Propanol (120-160 mg), dikombinasikan dengan carbimazole, dimana

mengandung beta-blocting untuk mencegah aksi peripheral thyroxine.

Diberikan selam 5 hari untuk meningkatkan sirkulasi tyroxine.

Lugol’s iodine (0,3-0,9 ml tds). Diberikan selama 10 hari sebelum

operasi untuk mengurangi vascularity dari kelenjar.

Diazepam 5 mg untuk mengurangi nyeri dan memberikan

kenyamanan pada pasien.

Digitalis, diberikan jika terjadi fibrilasi atrial. Dapat juga diberikan

dalam bentuk digoxin (0,25 mg) secukupnya untuk mengontrol fibrilasi.

( colmer,1986 : 284)

Memberikan lingkungan yang tenang dan theraupetic,

misalnya :

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

93

Page 94: Anatomi Endokrin

Tempatkan pasien paa rungan yang jauh dari cahaya

dan keributan.

Memberi ketenagan selam masage dan waktu istirahat

selam bebrapa hari

Dapat memilih tempat/ kamar yang cocok dengan

pasien (adalah satu yang disukai adalah rumah peristirahatan/

penyembuhan )

Mengatur intake nutrisi

- Mengatur diet yang cukup dari makanan yang mengandung

karbohidrat dan protein

- Menghindari teh atau kopi karena dapat menimbulkan efek stimulating.

- Memberikan pemberian vitamin, terutama thiamine klorida dan asam

ascorbic.

Melakukan pembelajaran sifat

dasar dari masalah endocrine untuk membantu pasien selama menjalani

test diagnostic

- Menjelaskan meksud

selama menjalani penulusan test

- Memberitahukan kepada

pasien dan pengunjung bahwa mereka membutuhkan perlindungan

selama tes radioisotop

- Megingatkan pasien

bahewa mereka harus tetap berada dalam ruang hingga dilakukan tes

secara lengkap.

Melakukan persiapan pasien untuk pembedahan

- Mencukur dada bagian

atas, leher sampai pada tepi dagu

- Menganjurkan pasien

untuk beristirahat pada malam hari sebelum dilakukan pembedahan.

II. Perawatan post operasi

Perawatan harus tepat uantuk mencegah komplikasi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

94

Page 95: Anatomi Endokrin

- menempatkan posisi kepala yang tepat

untuk mengurangi ketegangan pada lokasi yang dijahit.

- Mempatkan pasien dengan posisi semi

fowler dengan kepala elevasi, memberi sokongan dengan bantal,

memberi fleksi pad leher

- Memberi oksigen pada pasien yang sulit

bernapas

Memperkirakan kondisi yang timbul pada pasien karena anastesi

misalnya kerusakan saraf larygeal, perdarahan, tetanus. ( lippincott,1974

:800-801)

2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Sebelum Operasi :

a. Data subyektif :

Kwalitas suara dan kemampuan menelan mengalami

perubahan.

Pengertian tentang penjelasan dokter mengenai prosedur

tindakan operasi yang akan dilakukan.

Pengertian tentang bagaimana mencegah ketegangan luka

sayatan.

Penertian tentang tidak boleh berbicara pada periode sesudah

operasi untuk mencegah edema.

Pengertian tentang cara berkomunikasi sesudah operasi

( Sediakan buku catatatan pasien )

Penertian tentang cara mengatasi rasa sakit dan penggunaan

ukuran skala sakit.

b. Data Objektif :

Tanda vital

Perubahan kwalitas suara dan kemampuan menelan

Sesudah operasi

a. Data subjektif

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

95

Page 96: Anatomi Endokrin

Gejala hipokalsemia : Mati rasa, perasaan geli, kekakuan otot, spasme

dan tetanus

Luka sayatan sakit dan bengkak, perdarahan.

Jalan napas merasa sesak susah menelan dan otot leher terasa

tertarik.

b. Data objektif

Suara parau.

Perubahan pada tekanan dan puncak suara.

Hipokalsemia.

Luka sayatan waran kemarahan, tanda tanda peradangan,

bengkak, perdarahan.

Jalan napas : Pernapasan stedor, retroksi otot lehen dan sianosis.

2.2 Diagnosa Keperawatan / Intervensi

Sebelum Operasi :

1. Potensial perubahan pengurangan cardiak output berhubungan dengan

peningkatan metabolisme dan peningkatan kerja jantung.

Hasil yang diharapkan :

Kerbutuhan cardiak output terpenuhi sesuai kebuthan

tubuh.

Kerja jantung normal.

Intervensi

Memberikan ketenangan lingkungan dan mengurangi terjadinya

kegelisahan / stres.

Terapi : ketegangan dari luar dapat meningkatkan metabolisme dan

kerja jantung.

Meningkatkan intake makanan dengan memberi makanan sesering

mungkin walaupun sedikit sedikit.

Terapi : untuk memenuhi kebutuhan kalori dan mencegah

kekurangan glycogen.

Membatasi makanan atau minuman yang mengandung kafein.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

96

Page 97: Anatomi Endokrin

Terapi : efek dari kafein menyebabkan peningkatan metabolisme.

Sesudah Operasi.

1. Potensial tidak efektifnya pembersihan jalan napas

berhubungan dengan perdarahan dan edema laring.

Hasil yang diharapkan :

Pernapasan dan suara napas dalan batas normal.

Tidak ada perdaran pada luka operasi.

Intervensi

Monitor irama pernapasan kedalan dan kerja penapasan.

Terapi pernapasan terlihat cepat menyebabkan susah napas karena

terjadi obstruksi.

Auskultasi bunyi napas apakah tidak terjadi ronchi.

Terapi ronchi merupakan indikasi obstruksi jalan napas.

Perkirakan adanya dyspnea, stridor, crowing dan syanosis.

Terapi indikasi obstruksi trakhea / spasme laring, diperlukan

Intervensi dan Evaluasi yang cepat.

Mengatur posisi tidur 30 – 40 derjat.

Terapi fasilitas pernapasan batas edema area pembedahan dan

kemungkinan pengumpulan sekret kembali tenggorokan.

Mengatur posisi latihan napas dalam bila adanya batuk.

Terapi mengatur membersihkan jalan napas dan fentilasi, walaupun

batuk tampak timbulnya nyeri tetapi mengeluarkan sekret.

Section mulut dan trakhea indikasi kareteristik sputum.

Terapi melancarkan jalan napas.

Menyakan kesulitan menelan dan mengeluarkan air liur dalam mulut

Terapi indikasi adanya edema / perdarahan pada jaringan tempat

operasi.

Menyiapkan uap air untuk membantu pernapasan .

Terapi membantu mengeluarkan sekret dan melegahkan

tenggorokan.

Bantu dengan membuat tracheatomy

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

97

Page 98: Anatomi Endokrin

Terapi untuk membantu pernapasan bila ada obstraksi karena edema

atau perdarahan.

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan

kerusakan pita suara / saraf laring, odema jaringan dan nyeri.

Hasil yang diharapkan :

Menggunakan cara berkomunikasi alternatif selama 48 jam operasi

Dapat berkomunikasi verbal tampa perubahan suara

Intervensi :

Kaji kemampuan berbicara anjurkan untuk istirahat berbicara.

Terapi Parau dan luka pada tenggorokan menyebabkan pembekakan

jaringan atau kerusakan area operasi yang menyebabkan

kerusakan saraf laring.

Menjaga komunikasi singkat dengan jawaban atas pertanyaan ya /

tidak

Terapi mengurangi tuntutan terhadap respon jangan terlalu

mengeluarkan suara

Antisipasi diperlukan mungkin frekwensi bertemu pasien.

Terapi mengurangi keinginan atau kebutuhan pasien untuk

berbicara

Anjurkan pasien untuk membatasi bersuara bila ingin memanggil

dengan menekan bel.

Terapi mencegah ketegangan suara.

Memelihara keadaan lingkungan.

Terapi lingkungan yang tenang mempelancar komunikasi tampa

mengeluarkan suara yang keras.

3. Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka operasi

Hasil yang diharapkan.

Mengungkapkan perasaan nyaman dan tidak nyeri.

Expresi wajah dan tubuh tampak rileks.

Intervensi

Kaji keluhan verbal / non verbal dari nyeri dengan skala ( 1 – 10 )

kehebatan dan lamanya.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

98

Page 99: Anatomi Endokrin

Terapi memudahkan evaluasi nyeri dan menentukan intervensi dan

pengobatan yang efektif.

Mengatur posisi semi fowler, suprot kepala / leher dengan bantal.

Terapi cegah hyperekstensi leher dan melindungi keutuhan luka operasi.

Memberikan cairan dingin lewat mulut dan memberikan makan

lunak seperti es crim.

Terapi menyejukan luka ditenggorokan dan mengurangi rasa sakit.

Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.

Terapi membantu mengurangi nyeri.

Kolaborasi untuk pemerian analgesik sesuai dosis terapi.

Terapi memblok nyeri yang timbul.

KELAINAN KELENJAR PARATHYROID

1. KONSEP DASAR : Hyperparathyroidsm.

1.1 Pengertian

Hyperparathyroidsm adalah kondisi dimana terjadi peningkatan sekresi hormon

parathyroid atau PTH (Sharon M. L dan Idolia, 1993: 1338).

Hyperparathyroidsm adalah gangguan yang disebabkan oleh aktifitas berlebihan

dari satu atau lebih kelenjar parathyroid disebabkan oleh yang primer atau

sekunder (Mosby, s, 1986: 830).

Fungsi normal dari PTH yaitu meningkatkan resorbsi tulang dengan cara

menyeimbangkan ion calsium dan ion fosfat.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

99

Page 100: Anatomi Endokrin

1.2 Klasifikasi Hyperparathyroidsm (Sharon M. L dan Idolia, 1993: 1338).

1. Hyperparathyroidsm primer.

2. Hyperparathyroidsm sekunder

3. Hyperparathyroidsm tertier.

1.3 Etiologi

1. Hyperparathyroidsm primer disebabkan oleh tumor atau hyperplasia dari

kelenjar hyperthyroid, dapat mengacaukan metabolisme calsium, phosphat,

tulang, sering disebabkan oleh adenoma single (kasus 84 %)

2. Hyperparathyroidsm sekunder, paling nampak sebagai respon penggantian dari

keadaan abnormal sebagai penyebab peningkatan hypocalcemia, terutama

stimulus dari aktifitas paratiroid.

3. Hyperparathyroidsm tertier, observasi pada klien yang mempunyai transplantasi

ginjal dalam periode yang lama dan perawatan dialysis untuk gagal ginjal kronik.

Penyebab lainnya:

- Kelenjar yang overaktif (hyperplasia).

- Tumor banigna pada salah satu dari kelenjar paratiroid.

1.4 Patofisiologi

Meningkatnya jumlah PTH secara langsung dapat merusak ginjal, dimana

menyebabkan meningkatnya resorbsi tubular akan calsium dan meningkatkan

ekskresi fosfat, hal ini akan menimbulkan hypercalsemia dan hypopospatemia.

Metabolisme asidosis urinari alkalosis dan hypocalsemia merupakan akibat dari

meningkatnya ekskresi bikarbonat dan menurunnya ekskresi asam. Didalam wilayah

ini, renal calculi sering terjadi. Didalam tulang kelebihan hormon parathyroid

meningkatkan resorbsi tulang sehingga menurunkan aktifitas osteoblast dan

meningkatnya aktifitas osteoklast. Hal ini mengakibatkan pelepasan calsium dan

fosfor ke dalam sirkulasi dan pengapuran tulang. Ketika daya larut normal calsium

didalam serum meningkat calsium disimpan dalam jaringan lunak. Hal ini biasa terjadi

pada hypercalsemia yang lama (batas serum calsium 11,5 - 12 mg / dl atau lebih.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

100

Page 101: Anatomi Endokrin

Hipertensi dapat dilihat pada akut hypercalsemia, dimana mungkin terjadi

vasokontriksi,. Sedangkan pada kronik hypercalsemia, hipertensi dapat menimbulkan

kerusakan ginjal. Pada EKG ditunjukkan dengan penyusutan interval QT dan awal

sistole sampai awal repolarisasi.

1.5 Manifestasi Klinik

1. Akibat hypercalsemia:

Anoreksia, mual, muntah, konstipasi, nyeri usus, nyeri abdomen, poliuri,

polidipsi.

2. Kalsifikasi metastatik:

Batu ginjal, nefrokarsinosis.

3. Resorbsi tulang

Nyeri punggung, nyeri tulang sendi, fraktur spinal patologis, fraktur tulang.

- Dapat terjadi fraktur karena melemahnya tulang belulang

- Terbentuknya batu ginjal akibat karena meningkatnya ekskresi calsium

- Kelemahan dan kelelahan karena calsium serum yang tinggi menyebabkan

penurunan eksitabilitas saraf dan otot.

1.6 Komplikasi

Dapat terbentuk batu calsium di ginjal sehingga terjadi peradangan ginjal.

Dapat terjadi kelainan EKG, termasuk kontraksi Ventrikel Pengatur (PVC) dan

Sinus Tacikardi, yang berkaitan dengan efek tinggi calsium serum pada

depolarisasi otot jantung.

1.7 Studi Diagnosa dan Penemuan

Total serum calsium > 11 mg/dl: normalnya 8,6-10,5 mg/dl.

Ion calsium meningkat

Hormon parathyroid meningkat > 65 pg

Kadar fosfat serum rendah (< 2,0 mg/dl: normalnya 2,5 – 4,5 mg/dl).

1.8 Penemuan radiografi

Tes radiografi dilakukan untuk mengukur adanya renal calculi, lesi tulang

seperti adanya fraktur. Studi lokalisasi biasanya dilakukan ketika suatu adenoma

tidak ditemukan atau ketika kelenjar tidsak dapat di identifikasi pada pembedahan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

101

Page 102: Anatomi Endokrin

awal . Studi ini meliputi arteriografi dimana celupan radiopak yang infeksi ke dalam

arteri tiroit.CT (computet tonograpi) dapat di gunakan pada adenoma lokal dalam

media sternum dan dada jika lesi cukup besar.

Tes diagnostik lain: Kateterisasi vena selektive dari venatiroit dengan contoh darah

dapat menunjukan jumlah parathyroit hormon lebih tinggi . Ultrasonografi dapat

digunakan pada lokasi adenoma yang lebih besar dalam wilayah lain pada leher.

1.9 Manajemen medik

- Hydrasi untuk menurunkan serum kalsium kurang lebih 2-3 liter /hari.

- Lasic untuk menaikan sekresi kalsium pada ginjal.

- Medicasi yang menghalangi resorbsi tulang (contoh obatnya: mithramycin

(mithracin), glallium hitrate ( ganite), phosphats, calcitonim.

- Monitor entake dan output setiap 2- 4 jam selama terapi hydrasi

1.10 Manajemen pembedahan

Parathyroidektomy untuk menghilangkan kelenjar penyebab hypersekresi.

2. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

- Ginjal: poliuri, nefrolitiasi.

- Gastrointesina ; ulserasi , konstipasai.

- Skeletal: Demineralisasi, nyeri, fraktur patologi

- Psikososial: depresi, paranoit.

- Neuromoskuler: kelemahan.

2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan faktor fisik.

Intervensi:

- Monitor derajat dan lokasi nyeri pada pasien.

- Hindari perubahan temperatur.

- Berikan obat pengurang nyeri kepada pasien sesuai jadwal kecuali jika

dibutuhkan.

- Anjurkan body- alignment yang baik untuk memberikan posisi anatomi yang

normal.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

102

Page 103: Anatomi Endokrin

- Balut iga ketika pasien jalan, batuk, dan bergerak untuk mengurangi nyeri

dan mencegah injuri lebih lanjut terkhusus pada faktor patology.

2. Konstipasi berhubungan dengan kerusakan muskulosokeletal dan intake

inadekuat:

Intervensi:

- Ukur BB pasien setiap hari.

- Catat intake dan output pasien.

- Anjurkan pasien minum air 3000 ml/hari.

- Berikan obat pelunak feces pada pasien sesuai ketentuan.

- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi serat.

- Berikan enema atau laksatif pada pasien.

3. Aktifitas intoleransi berhubungan dengan kelemahan otot

Intervensi:

- Observasi pasien terhadap kestabilan ambulasi.

- Bantu pasien ambulasi jika diperlukan.

- Pegang pasien; suruh dia berjalan secara perlahan.

- Bantu pasien mengidentifikasi bahaya lingkungan disekitar rumah dan

berikan petunjuk penting untuk mencegah injuri.

- Berikan terapi fisik untuk pasien.

4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan gangguan gambaran diri

Intervensi:

- Bantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus stres.

- Bantu individu/pasien mengidentifikasi coping dan tingkah laku adaptasi

yang digunakan pada waktu yang lalu.

- Beritahukan pasien tentang berkurangnya hormon pada dirinya

(parathyroid).

Intervensi untuk pasien post operasi

Perawatan rutin post operasi:

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

103

Page 104: Anatomi Endokrin

- Monitor komplikasi yang mungkin terjadi; obstruksi jalan napas, pendarahan,

injury, yang dapat menimbulkan kekambuhan pada syaraf laryngeal dan

hypocalsemia.

- Turunkan ketegangan pada garis sutura dengan cara:

Posisi semi Fowler.

Sanggah kepala dan leher dengan bantal dan karung berisi pasir.

Instruksikan pasien supaya leher tidak ekstensi dan hiper ekstensi

- Ukur paten jalan napas dengan cara:

Instruksikan pasien untuk batuk dan napas dalam

Suction pada mulut dan trachea.

Lembabkan oksigen tambahan.

- Hitung set tracheostomy, tuba endotrachea, dan laryngoscop di samping tempat

tidur.

- Tenangkan klien bahwa gejala ringan tetanus dapat terjadi dan mengurangi

jumlah serum calsium untuk sementara waktu.

- Pastikan bahwa calsium gluconat telah disediakan.

- Pastikan sedini mungkin ambulasi sesuai berat dan kecepatan proses

rekasifikasi.

Focus Perawatan

Instruksikan klien mengenai:

Modifikasi diet rendah calsium, rendah vitamin D.

Pentingnya intake cairan adequat.

Pentingnya pengobatan untuk mengontrol hypercalsemia.

Berikan penyelamatan untuk mengurangi resiko injury.

2.3 Evaluasi

Hydrasi adequat: konsumsi cairan 2 liter perhari.

Kenyamanan dan penurunan jumlah aktivitas:

- Pasien mobilisasi seoptimal mungkin dengan sedikit atau tanpa nyeri.

- Pasien mengikuti rencana untuk mengurangi nyeri.

- Pasien menggunakan obat penghilang nyeri secara teratur.

- Pasien berpartisipasi aktif dalam aktivitas.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

104

Page 105: Anatomi Endokrin

Koping individu efektif:

- Pasien dapat mengidentifikasi satu stimulus untuk menurunkan koping.

- Pasien menggunakan satu teknik koping secara teratur.

2.4 Pendidikan pasien

1. Demonstrasikan pada pasien bagaimana memonitor dan mengukur intake

cairan adequat.

2. Demonstrasikan pada pasien bagaimana cara mengecek urine terhadap adanya

batu dan hematuri.

3. Diskusikan dengan pasien pentingnya postur tubuh yang tepat dan kebutuhan

yang diperlukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas.

4. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana alternatif untuk mengurangi

nyeri.

5. Anjurkan kepada pasien mengenai pentingnya perubahan lingkungan rumah

untuk mencrgah kecelakaan.

6. Diskusikan dengann pasien mengenai kebutuhan toleransi oleh keluarga dari

pasien, iritabilitas, menurunnya sikap untuk mengambil keputusan dapat

dicegah.

GANGGUAN PADA KELENJAR ADRENAL

Kelenjar adrenal sangat penting bagi kehidupan. Tanpa hormon kortison dan aldesteron

tubuh tidak mampu melakukan metabolisme. Medula adrenal tidak terlalu penting bagi

kehidupan karena hasil respon saraf simpatik sangat rendah.

1. Hiperfungsi korteks adrenal : Hipersekresi kortisol

1.1 Etiologi / epideminologi

Kelebihan kadar glukokortikoid akan menimbulkan gejala yang di sebut cushings

syndrome. Penyebab Cushings syndrome di bagi dlam 3 ( tiga ) bagian besar yaitu :

4) Primary cushing syndrome

Produksi kortisol yang berlebihan akibat adenoma atau karsinoma adrenal.

Sering di sebut adrenal cushings syndrome

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

105

Page 106: Anatomi Endokrin

5) Secondary cushings syndrome

Produksi cortisol yang berlebihan akibat dari hiperplasia adrenal karena produksi

ACTH yang berlebihan. produksi ACTH yang berlebihan akibat dari :

a. Peningkatan pelepasan ACTH dari kelenjar pituitary karena masalah pada

pituitary atau hipotalamus : sering di sebut juga cushings disease atau

pituitary cushings syndrome.

b. Peningkatan pelepasan ACTH dari tempat nonpituitary ectopik seperti

bronchogenik carsinoma, pancreatik carsinoma dan bronchial carsinoma.

6) Iatrogenik Cushings Syndrome :

Kadar kortisol yang berlebihan akibat dari therapi glokokortikoid yang kronik.

Keadaan ini yang paling sering menyebabkan cushings sindrome

1.2 Pathofisiologi

Hasil akhir dari cushing sindrome adalah produksi kortisol yang berlebihan. Proses

pathofisiologi yang dihubungkan dengan kelebihan kortisol adalah akibat dari

exagregasi pada semua aktivitas glukokortikoid dan juga akibat dari gangguan :

1. Metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.

2. Peradangan dan respon imun

3. Metabolisme air dan mineral

4. Stabilitas emosi

5. Kadar RBC dan Platelet.

Kelebihan kortisol juga mengganggu sekresi beberapa hormon pada pituitary

anterior yaitu : prolactin, thyrotropin, LH dan GH.

1.3 Manifestasi Klinik

1) Gangguan Metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.

a. Gangguan metabolisme protein

Kelebihan katabolisme protein mengakibatkan kehilangan massa otot, yang

menyebabkan timbulnya gejala – gejala sebagai berikut :

Otot menjadi tipis (Kurus) terutama otot pada ekstremitas, kesulitan untuk

berdiri kalau duduk pada tempat duduk yang rendah, kelelahan dan

kelemahan.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

106

Page 107: Anatomi Endokrin

Menurunnya matriks protein pada tulang yang menyebabkan osteoporosis,

frakture pathologic dan nyeri tulang.

Kehilangan colagen pada kulit yang menyebabkan kulit menjadi tipis, mudah

lecet, ehimosis pada tempat trauma.

Luka sulit sembuh

b. Gangguan metabolisme lemak

Gangguan pada metabolisme lemak mengakibatkan terjadinya kegemukan

akibat deposite lemak yang abnormal. Berat badan meningkat. Deposite

lemak pada muka menyebabkan moon face.

c. Gangguan Metabolisme karbohidrat

Peningkatan glukoneogenesis dan gangguan penggunaan insulin

mengakibatkan hyperglikemia dan menyebabkan diabetes melitus.

2) Gangguan respon imun dan Peradangan .

Kelebihan kortisol menyebabkan penurunan limphosit khususnya limphosit T,

penurunan cell – Mediated Immune, peningkatan neutropil dan gangguan

aktivitas antibody. Perubahan ini menyebabkan individu rentan terhadap infeksi

virus dan jamur. Penekanan pada sistim imun menyebabkan infeksi oportunitis

seperti : penumocitis carnii atau beberapa infeksi jamur lainnya. Tanda awal

infeksi seperti demam, jarang dideteksi. Lamanya penembuhan luka akibat dari

keadaan ini.

3) Gangguan metabolisme air dan mineral .

Retensi air dan natrium yang menyebabkan peningkatan berat badan dan

odema.

Hipertensi. Terjadi akibat peningkatan volume atau karena peningkatan

sensitivitas arteriola terhadap sirkulasi cathecolamin.

Hypokalemia, hipokloremia dan metabolik ascidosis jika kelebihan kortisol

menjadi berat.

Peningkatan resorption calsium dari tulang dan renal calculi akibat

hypercalcuria (mengakibatkan colik ginjal)

4) Gangguan stabilias emosional

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

107

Page 108: Anatomi Endokrin

Perubahan emosi yang bervariasi dapat terjadi. Bisa dari yang paling ringan :

mudah tersinggung dan cemas, depresi sedang dan kehilangan memory sampai

depresi berat dan psikosis. Euphoria dan gangguan pola tidur sering terjadi.

5) Gangguan hematologic

Kelebihan kortisol menyebabkan perubahan pada beberapa komponen darah :

RBC, HT dan Hb normal atau meningkat

Leukositosis, lymphopenia, eusenophenia

Peningkatan yang bervariasi faktor pembekuan darah dan platelet yang

menyebabkan tromembolik phenomena.

1.4 Management medik

Therapi Uraian KomplikasiTransphenoidal Adenoctomy

Bedah Pilihan untuk tumor pituitary, mempertahankan fungsi pituitary, sangat sukses pada microadenoma sedangkan kurang sukses pada macroadenoma dan invasive.

Fungsi kelenjar kemabali normal setelah 1 tahun pembedahan dan pasien membutuhkan tambahan glokokortikoid pada saat tertentu

Transphenoidal Hypophysectomy

Pengambilan total kelenjar pituitary mungkin dilakukan pada tumor invasif atau makroadenoma.

Membutuhkan therapi pengganti hormon : glokortikoid, thyroid dan ADH selamanya

Radiasi therapi dengan metoda convensional

Pemberian Obat – Obatan

2. Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian :

Data subyektif

1) Riwayat perubahan porposi tubuh, berat badan, distribusi rambut,

pigmentasi, Luka lama sembuh

2) Riayat ketidaknyamanan khusunya nyeri tulang belakang

3) Riwayat sering infeksi kulit dan pernapasan

7) Perubahan neurologis : perubahan perilaku, sulit berkonsentrasi.

8) Keluhan dalam hal makan : Intake nutrisi dalam 24 jam, keluhan peningkatan

rasa haus.

9) Muskuloskeletal ; Nyeri otot, lemah, letih dan sulit melakukan aktivitas sehari

– hari.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

108

Page 109: Anatomi Endokrin

10) Eliminasi ; perubahan urine out put

11) Seksual. Wanita : Perubahan menstruasi, karakteristik seksual sekunder ,

libido dan persaaan tentang seks. Laki – Laki : perubahan dalam Libido,

Karakteristik seksual sekunder, perasaan tentang seks.

12) Pengetahuan tentang, penyakit, diagnosa dan pengobatan

Data Obyektif

1) Umum : Penampilan tubuh (Adanya moon face, otot lengan dan kaki

menjadi tipis, Hiperpigmentasi, Strie, echimosis)

2) Tidak bisa mengingat hal – hal baru disampaikan, sulit konsentrasi

3) Cardiovaskuler : Tekanan darah meningkat, nadi meningkat, distensi vena

jugularis, adanya oedema dan berat badan meningkat.

4) Nutrisi : Intake nutrisi dan cairan.

5) Muskuloskleteal : massa otot, ketegangan otot, kemampuan untuk duduk dan

berdiri.

13) Eliminasi : Urine output, Glukosaria.

14) Seksual : karakteristik sex sekunder , distribusi rambut, jerawat.

2.2 Diagnosa keperawatan :

Untuk semua pasien selama periode akut sebelum pengobatan definitive :

1. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot, abnormalnya

metabolisme karbohidrat, ketidakseimbangan elektrolit.

Tujuan : Toleransi terhadap aktivitas ditingkatkan yang ditandai dengan :

Pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap dari hari kehari.

2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan karakteristik dan

fungsi tubuh.

Tujuan : Gambaran diri pasien ditingkatkan yang ditandai dengan : pasien

mengatakan menerima keadaan dirinya dan mengembangkan sisi

positive dari dirinya.

3. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidakmampuan

menghadapi stresor, emosi yang labil

Tujuan ; Koping individu kemabli adekuat yang ditandai dengan : Pasien

mampu mengatasi stress

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

109

Page 110: Anatomi Endokrin

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Abnormalnya retensi natrium

dan air.

Tujuan : Volume cairan kemabli ke keadaan normal yang ditandai dengan :

Tidak ada oedema dan hemodilusi.

5. Potensial infeksi berhubungan dengan Penurunan respon imun.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi yang ditandai dengan tidak adanya tanda- tanda

awal infeksi .

6. Potensial injuri berhubungan dengan Kelemahan otot dan tulang.

7. Kurang pengetahuan tentang : penyakit, pengobatan, prosedur diagnostik

dan complikasi berhubungan dengan kurang informasi.

8. Nyeri berhubungan dengan demineralisasi tulang .

2.3 Perencanaan / Implementasi :

Pasien dengan kelebihan sekresi kortisel membutuhkan perawatan yang intesif.

Keadaan pasien tiba – tiba saja bisa berkembang ke keadaan kritis. Selama

periode akut, fokus perawatan ditujuhkan pada penatalaksanaan koping yang

efektif, mengembalikan keseimbangan cairan, mencegah infeksi dan injuri.

Fokus Utama perawatan :

1. Menurunkan stressor

Berikan perawatan yang kontinyu

Jelaskan semua prosedur secara perlahan dan hati – hati.

Bicara dengan pasien dan dengarkan keluhannya.

Jangan menggunakan suara yang keras, berikan privacy dan cegah

perubahan lingkungan

Tingkatkan relaksasi.

2. Monitor kemampuan koping secara fisiologi.

Pertahankan tekanan darah dan nadi dalam batas normal.

Ukur tanda vital setiap 2 – 4 jam.

3. Kontrol kelebina volume cairan

Batasi cairan sesuai toleransi.

Buatkan daftar balance cairan

Berikan diet rendah natrium sesuai kebutuhan.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

110

Page 111: Anatomi Endokrin

Berikan pengganti kalsium sesuai pesanan dan berikan diiet tinggi

kalsium.

Monitor berat badan, intake output setiap 4 sampai 8 jam.

Monitor hasil laboratorium : Kadar natrium, Kalium, Kalsium, bicarbonat

dan pH

4. Cegah infeksi dan injuri.

Monitor temperatur tiap 4 jam.

Kaji keadadaan, mulut, kulit setiap pergantian dinas untuk mendeteksi

dini terhadap infeksi.

Batasi pengunjung, terutama yang menderita penyakit infeksi.

Berikan tindakan pencegahan pada setiap prosedur yang akan

dilakukan

Penanganan sekunder yang perlu diperhatikan adalah :

Mempertahankan dan meningkatkan istirahat.

Meningkatkan keseimbangan nutrisi.

Meningkatkan kenyamanan.

Meningkatkan harga diri pasien.

Pendidikan kesehatan.

2.4 Implementasi

Disesuaikan dengan tujuan perawatan

Catatan ; Hipofungsi Korteks adrenal yang menyebabkan hiposekresi kortisol

merupakan kasus yang jarang terjadi. Biasanya hypofungsi kortisol ini

akibat dari : 1) Gangguan sekresi ACTH dari pitutary akiba tumor. 2)

Kerusakan kelenjar adrenal itu sendiri. Penyakit akbat hiposekresi kortisol

ini disebut : Addisons Disease.

Hipersekresi aldosteron

Etiologi dan Epidemiologi :

Kelebihan pengeluaran aldosteren menyebab aldoteronism Primer maupun sekunder.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

111

Page 112: Anatomi Endokrin

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

112

Page 113: Anatomi Endokrin

SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE

CHAPTER TWO

PENATALAKSANAAN PADA INDIVIDU DENGAN

MASALAH DIABETES MELITUS DAN

HIPOGLIKEMIA

( Management Of persons With Diabetes Melitus

and Hypoglycemia )

Oleh :

SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

113

Page 114: Anatomi Endokrin

DIABETES MELITUS

Tujuan pembelajaran :Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa seharusnya mampu :

1. Membedakan antara diabetes ketergantungan insulin (IDDM) dan diabetes tidak ketergantungan insulin (NIDDM), Gestasional diabetes Melitus (GDM), malnutrisi yang berhubungan dengan diabetes mellitus dan beberapa tipe diabetes lainnya.

2. Menggambarkan etiologi dan epidemiology dan IDDM dan NIDDM.3. Menngambarkan cara pencegahan, Primer, sekunder dan tertier terhadap diabetes mellitus.4. Menjelaskan pathofisiologi dasar terjadinya diabetes mellitus.5. Menjelaskan manifestasi klinik pada diabetes mellitus.6. Mengambarkan management medis pada diabetes mellitus.7. Menjelaskan jenis dan tujuan dari latihan pada diabetes mellitus.8. Menggambarkan tipe dan jenis dari insulin serta komplikasinya.9. Menngambarkan cara kerja obat hipoglikemik oral.10. Menjelaskan komplikasi pada diabetes mellitus.11. Mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.12. Menggambarkan keuntungan dan resiko dari transplantasi pancreas.13. Mendefinisikan tentang hipoglikemia.14. Mengembangkan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.

DIABETES MELITUS

Pengertian.

Diabetes tidak dapat didefinisikan secara mandiri. Diabetes adalah gangguan kronik

yang kompleks yang ditandai dengan

Kurang sekresi insulin secara relatif atau komplit oleh sel-sel Beta dari pankreas atau

gangguan reseptor–reseptor insulin mengakibatkan suatu gangguan metabolisme

karbohidrat yang kompleks, lemak, dan protein yang disebut DM. Gangguan, yang

seringkali keturunan , sudah dibagi dalam serangkaian kategori oleh National Diabetes

Data Group of The National Istutute of Health.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

114

Page 115: Anatomi Endokrin

Diabetes tipe I ditandai dengan sekresi insulin oleh pankreas tidak ada dan sering

terjadi pada orang muda. Secara normal, insulin bekerja untuk menurunkan kadar

glukosa darah dengan membolehkan glukosa masuk kedalam sel untuk

dimetabolisme. Caranya dengan mengikat dirinya secara kuat pada tempat reseptor

pada membran sel. Efek utama metabolik insulin adalah di otot dan jaringan

adiposa. Pada orang diabetes, kekurangan atau ketiadaan insulin menimbulkan

kelaparan pada jaringan ini dan ini menjelaskan mengapa pasien menjadi lelah dan

berat badan menurun.

Karena insulin tidak digunakan, terjadi penumpukan didalam darah pada orang

diabet dan meluap kedalam urine yang menyebabkan haus dan keluarnya urine

dalam jumlah yang banyak. Lebih lanjut masalah ini akan menimbulkan komplikasi

physiologic, kecuali kalau diberikan penggantian insulin. Sehingga orang yang

menderita DM Tipe I perlu injeksi insulin secara teratur dalam hidupnya untuk

mencegah ketosis. Suatu komplikasi yang muncul,akibat gangguan metabolisme

lemak. Untuk alasan ini, DM tipe I dikenal sebagai IDDM (Insulin Dependent Diabetes

Melitus).

Diabetes Type II akibat dari tidak sensitifnya reseptor insulin terhadap insulin yang

sudah tersedia. Pada kelompok ini diit khusus diajurkan untuk menurunkan BB dan

diberikan tablet untuk merangsang pancreas untuk mensekresi lebih banyak insulin.

Karena tidak dibutuhkan insulin maka diabetes tipe II dikenal sebagai NIDDM (Non

Insulin Dependent Diabetes melitus).

Orang-orang yang DM saat hamil atau gestational diabetes (GDM) biasanya dikenal

sebagai type II. Mereka adalah wanita yang mengalai tidak tolenransi terhadap

glukose selama hamil. Tipe IV dikenal sebagai DM jenis lain termasuk pasien-pasien

yang kondisinya dihubungkan dengan penyakit pancreas, perubahan hormon, efek

obat yang tidak cocok, atau genetik atau abnormalitis lainnya.

Pertimbangan keperawatan terutama ditujukan pada pendidikan yang ekstensif dan

memberikan dukungan emosional. Perawat bisa membantu pasien menerima

diagnosis dan memahami gangguannya dan perlunya supervisi keperawatan yang

kontinue dan pembatasan diit. Pasien juga diajarkan bagaimana :

Mengatur obat-obatan sendiri

Test Gula darah dan urine dan menginterpretasi hasilnya.

Mengenali tanda-tanda hyperglikemia (kelebihan glukose dalam darah) yang

menyebabkan koma.Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

115

Page 116: Anatomi Endokrin

Mengenali tanda- tanda hypoglikemia ( kekurangan glukose dalam darah untuk

insulin bertindak ) berdampak ke shock insulin.

Tindakan pengamanan, seperti hindari infeksi, bawa persediaan glukose setiap saat

untuk penggunaan saat emergency, bawa kartu identitas kesehatan dan gunakan

teknik steril dalam melayani diri sendiri ( pengobatan dll ). Semua hal ini harus

ditekankan pada pasien berulang- ulang.

SISTIM METABOLISME DAN ENDOKRINE

CHAPTER ONE

MODUL 1

PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINE

( Assesment of The endokrine system)

Oleh :

SIMON SANI KLEDEN, Skep, NS

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

116

Page 117: Anatomi Endokrin

PENGKAJIAN SISTIM ENDOKRINEOleh : Simon Sani Kleden, Skep, NS

Tujuan Pembelajaran :

Setelah mempelajari topik ini mahasiswa seharusnya mampu untuk :

6. Menggambarkan lokasi dari berbagai kelenjar endokrine dalam tubuh dan

mekanisme pengontrolan produksi dan pengeluaran hormon dari kelenjar

endokrine

7. Menggambarkan fungsi dari hormon yang dikeluarkan oleh : Kelenjar pituitary,

thyroid, parathyroid,, cortex adrenal, medula adrenal dan endokrine pankreas.

8. Mengidentifikasikan perubahan fisiologis yang terjadi dalam sistim endokrine

dan proses penuaan.

9. Mengidentifikasikan data subyektif dan obyektif yang seharusnya dikumpulkan

pada klien dengan masalah kesehatan yang aktual maupun potensial pada

sisitim endokrine.

10. Menggambarkan uji diagnostik yang sering dilakukan pada klien dengan

masalah dysfungsi sistim endokrine dan menjelaskan arti dari hasil pemeriksaan

tersebut.

Pendahuluan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

117

Page 118: Anatomi Endokrin

Semakin komplesnya tubuh manusia, khususnya cel dan jaringan membutuhkan

suatu sistim comunikasi internal yang baik sehingga fungsi dari masing – masing

bagian tubuh dapat dipertahankan sebagai satu kesatuan unit yang bertanggungjawab

terhadap fungsi tubuh secara keseluruhan. Dua systim yaitu sistim syaraf dan

endokrine mempunyai fungsi yang bersamaan dalam mengatur respon tubuh terhadap

perubahan lingkungan.

Sistim endokrine terdiri dari : Kelenjar pituitary anterior dan posterior, thyroid,

parathyroid, cortex adrenal, medula adrenal, gonad, pineal body dan thymus. Disamping

itu ada juga sel – sel spesifik endokrine pada saluran pencernaan. Hormon yang

dikeluarkan oleh kelenjar endokrine mempunyai fungsi yang amat penting dalam

kehidupan organisme yaitu : Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,

diferensiasi, reproduksi, adaptasi, proses penuaan dan lain – lain.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Lokasi dari kelenjar endokrin dan fungsi dari hormon yang dihasilkan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

118

Page 119: Anatomi Endokrin

Gambar 1.3 System Endokrine (Tuker SM et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 1001)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

119

PituitaryPineal

Thyroid dan Parathyroid

Thymus

Adrenal

Islets of Langerhans

Ovari

Testis

Page 120: Anatomi Endokrin

Gambar 1.4 Pembelahan sagital dari otak (Barbara C long, 1993 : p = 1001)

Gambar 1.4 Hubungan hipothalamik pituitari Barbara C long, 1993 : p = 1002)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

120

Thalamus

Thalamik mass

Pineal Body

CerebelumComisura Anterior

Inti Hipothalamus

Optik Chiasma

Pituitary Stalk

Pituitary Gland

Pituitari posterior

Arteri hipofise inferiorVena Efferent

Pituitari anterior

Cappilary

Arteri hipofise superior

Optik Chiasma

Supraoptik Nukleus

Nukleus praventrikuler

Page 121: Anatomi Endokrin

1.13 Hipothalamus

Adalah bagian dari diencephalon yang membentuk lantai

dan merupakan bagian lateral dari ventikel ketiga. Secara

anatomis hipothalamus mencakup optik kiasma, korpora

mamilari, tuber sinerium, infundibulum dan hipofisis. Terdiri

dari sel –sel saraf yang berkelompok membentuk nuklei.

Hipothalamus menempati bagian bawah dinding lateral

dibawah ventikel ketiga. Bagian depan berbatasan dengan

optik chiasma , bawah dengan pituitary salk, bagian belakang

dengan sulcus dan thalamus lie sedangkan bagian samping

dengan internal capsule, subthalamic lie. Walaupun

merupakan are yang sangat kecil pada otak, namun

hipothalamus selalu menerima input baik secara langsung

dan tidak langsung dari beberapa bagian otak.

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI

Hipothalamus

Releasing hormon-

hormon (banyak)

Inhibisi Hormon-hormon

(banyak)

Menstimulasi

pituitary anterior

melepaskan hormon-

hormon.

Menghambat/batasi

pituitary anterior sekresi

hormon.

1.14 Kelenjar pituitari.

Berukuran 1 cm dan berat 500 mg, terletak didalan sela tursica dari fosa cranial.

Secara fungsional kelenjar pituitary dibagi menjadi 2 yaitu : Adenohypofise (Pituitary

anterior) dan Neurohipofise (Pituitary posterior) Perbedaannya : Adeno = kelenjar,

sedangkan neuro = saraf. Adenohyphofise strukturnya dari kelenjar endokrin,

sedangkan neurohyphyse mempunyai struktur seperti jaringan saraf.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

121

Page 122: Anatomi Endokrin

c. Pituitari Anterior ( AdenoHypofise)

Kelenjar pituitary anterior mengontrol seluruhnya fungsi dan struktur kelenjar al :

Tyroid, kortex adrenal, follikel ovarium dan karpus luteum yang kadang-kadang

disebut sebagai kelenjar utama (master gland)

Thyroid stimulating hormon (TSH) bekerja pada kelenjar thyroid yang

menstimulus kelompok tyroid untuk menaikan sekresi hormon tyroid.

Hormon adrenocortisotropic (ACTH) bekerja pada kortex adrenal yang

menstimulus kortex adrenal untuk menaikan ukuran dan mensekresi jumlah

besar hormonnya, khususnya sejumlah besar kortisol (hydrokortisol)

Follicle stimulating hormon (FSH) yang menstimulus folikel ovarium pimer untuk

mulai tumbuh dan menghasilkan estrogen dan tubulus seminiferus membentuk

sperma.

Luteinizing hormon (LH), bekerja bersama-sama FSH dalam beberapa fungsi

yaitu Menstimulasi folikel dan ovum untuk jari matur yang komlet

3) Menstimulasi sel-sel folikel untuk mensekresi estrogen dan menyebabkan

ovulasi (robeknya folikel matur dan keluarnya ovum yang sudah matang)

Karena fungsi ini LH kadang disebut sebagai hormon ovulasi.

4) LH menstimulasi pembentukan “golden body” (tubuh mas) menjadi corpus

luteum, dalam robeknya folikel. Proses ini disebut Luteinizasi

Fungsi ini menyebabkan LH disebut hormon Luteinizing. Pada pria, kelenjar

pituitary juga mensekresi LH yang secara formal disebuyt Interstial Cell

Stimulating Hormon (ICSH), karena hormon ini menstimulasi sel-sel dalam testis

untuk berkembang dan mensekresi testoteron yang merupakan hormon sex pria.

Melanocyte stimulating hormon (MSH) Menyebabkan cepat terjadi peningkatan

synthesis dan penghancuran pigmen melanin, granulasi pada sel-sel kulit

khusus.

Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior serta Fungsi dan

mekanismenya dapat Dilihat Pada tabel dibawah Ini.

Hormon – hormon yang dihasilkan oleh pituitary anterior

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Anterior ( adenohipofise)

Growth Hormon (GH) - Dikontrol oleh GHRH dan

GHIH - Sekresinya meningkat

setelah makan, dan setelah tidur lelap ( 1-2

Organ Target Seluruh tubuh- Meningkatkan pembelahan sel- Meningkatkan pertumbuhan sel,

tulang dan jaringan lunak- Meningkatkan glukosa darah

dengan menghasmbat

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

122

Page 123: Anatomi Endokrin

Prolactin (PRLH)

Thyroid Stimulating Homone (TSH)

Adrenocorticotropin hormon (ACTH)

Gonadotropin ;3) Folikel Stimulating

hormone (FSH)

jam)- Rangsanga lain yang

menyebabkan peningkat GH : Latihan, stres, agent kimia : Arginin, clonidine, TRH pada acromegaly, adrenergic antagonis, beta adrenergik antagonis, hypoglikemi.

- Sekresinya menurun pada hyperglikemia

Dikontrol oleh PRH dan PIH

Sekresinya meningkat beberapa jam selama tiidur.

Rangsangan lain yang menyebabkan peningkatan PRL : Menyusui, stresor, kimia : Estrogen, Clorpromazine : ,

Di kontol oleh ; TRH dan mekanisme negative feed back dari kadar T4

dalam plasma. Peningkatan T4

menurunkan TSH dan sebaliknya.

Dikontrol oleh CRH dan mekaniosme feed back negative dari kadar kortisol dalam darah.

Sekresinya meningkat pada jam 6 dan 8 malam mengikuti ritme circadian dan disebabkan oleh peningkatan CRH.

Stresor fisiologis dan psikologis seperti hypoglikemi, infeksi, nyeri dan kecemasan meningkatan ACTH.

Perubahan kadar cortisol mempengaruhi ACTH : Cotisol meningkat ACTH menurun dan sebaliknya.

Sekresinya dikontrol oleh GnRH

pengambilan glukosa (Insulin antagonis)

- Meningkatkan sintesis protein- Meningkatkan volume cairan

extraceluler dan retensi elektrolit.- Meningkatkan lipolisis, kadar asam

lemak bebas dan pembentukan keton

- Bekerja pada semua jaringan tubuh untuk merangsang kerja somatomedin .

Organ target : Payudara, gonads Menstimulasi perkembangan

payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.

Mengatur fungsi reproduksi pada wanita dan pria.

Organ target : Kelenjat tiroid Dibutuhkan untuk pertumbuhan

dan fungsi kelenjar tiroid , mengotrol semua fungsi kelenjar tiroid.

Organ Target : Kortex adrenal Dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan mempertahankan ukuran dari kortex adrenal

Mengotrol pengeluaran glukokorticoid (cortisol) dan androgen adrenal.

Berfungsi minimla dalam melepaskan aldosteron

P Menstimulasi perkembangan follikel-follikel ovarium dan sekresi estrogen.

L. Mentimulasi tubulus seminiferus

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

123

Page 124: Anatomi Endokrin

4) Luteinizing Hormone

testis untuk tubuh dan hasilkan sperma .

P Menstimulasi maturasi follikel ovarium dan ovum.

Menstimulasi sekresi estogen, memicu ovolusi.

Menstimulasi perkembangan korpiluteum (Luteini zation)

L. Menstimulasi sel-sel interstisia testis untuk sekresi testoteron

d. Pituytari Posterior

Yang melepaskan 2 hormon, yaitu :

3) Anti diuretic hormon (ADG)

ADH mengreabsorbsi air dari urine dalam tubulus ginjal ke dalam darah. Air

yang sisa dalam tubulus berkurang maka hanya sedikit urin yang keluar dari

tubuh.

Nama ADH sesuai dengan fungsinya, anti=lawan, duiretik=peningkatan

volume urin. Dengan kata lain, ADH merupakan penurunan volume urin.

Hyposekresi ADH dihasilkan pada diabetes inspidus yaitu suatu kondisi

dimana terbentuk sejumlah besar urin. Pada keadaan ini dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan masalah serius, diobati dengan

injeksi atau nasal sparay ADH.

4) Oksitosin

Dihasilkan pada wanita sebelum dan sesudah ia mempunyai bayi. Oksitoksin

menstimulasi konstraksi otot uterus wanita hamil dan diyakini berinisiatif dan

pertahanan persalinan. Oxitosin berfungsi penting dalam kelahiran bayi,

yang menyebabkan sel-sel glandula payudara melepas ASI kedalam

duktus/saluran yang lalu diisap oleh bayi.

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSIPituitary Posterior Antidiuretic Hormon (ADH,

Vasopresine)Stimulators Rangsangan

utama ; meningkatnya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.

Hipotensi moderat melalui baroreseptor

ORGAN TARGET : Ginjal Pengatur utama osmolaritas

dan volume cairan tubuh Meningkatkan permeabilitas

ductus colectikus ginjal sehingga emnyebabkan peningkatan reabsorbsi air.

Merangsang intake cairan melalui mekanisme haus.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

124

Page 125: Anatomi Endokrin

Oksitosin

Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah

Kimia ; nikotine, morphine, agent cholinergik

Inhibitord Rangsangan

utama ; menurunya serum osmolalitas melalui osmoresepptor hipothalamic.

Peningkatan volume dan tekanan darah moderat melalui baroreseptor

Stresor ; psiklogis, nyeri mual dan muntah

Kimia ; Alkohol

Stimulators Menyusui

melalui conduksi refleks neurologis dari serat afferent pada puting susu ke hypothalamus

Contraksi Uterus

Inhibitors Rangsang

an alfa adrenergik

ORGAN TARGET ; PAYUDARA DAN UTERUS

Menstimulasi perkembangan payudara selama kehamilan dan sekresi ASI sesudah kehamilan.

Meningkatkan kontraksi uterus pada proses persalinan.

1.15 Kelenjar pineal

Bentuknya kecil seperti peniti dekat ujung bawah ventrikel III dari otak. Kelenjar

pineal memproduksi sejumlah hormon dalam jumlah kecil dan yang paling penting

adalah melatonin. Melatonin merupakan hormon tropic inhibisi yang berefek pada

ovarium. Kelenjar ini juga terlibat dalam pubertas dan siklus menstruasi pada wanita.

Karena kelenjar perineal menerima dan berespon pada informasi – informasi sensori

dari saraf optic dan kadang-kadang disebut mata ketiga. Kelenjar pineal

menggunakan informasi mengenai perubahan tingkat cahaya dan berespon untuk

mengeluarkan atau menahan keluarnya melatonin.

Kadar melatonin meningkat selama malam dam menurun pada siang hari. Siklus

ini bervariasi sebagai pengatur waktu internal tubuh

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

125

Page 126: Anatomi Endokrin

1.16 Kelenjar thyroid

Gambar 1.5 Leher dan Kelenjar Thyroid Barbara C long, 1993 : p = 1005)

Kelenjar thiroid terletak didepan leher tepat dibawah crikoid cartilago. Terdiri dari dua

lobus yang dihubungkan langsung oleh itshmus yang merupakan bagian atas dari

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

126

Thyroid cartilage

Cricoid Cartilage

LobusIsthmus

Kelenjar Thyroid

Tulang Hyoid

Otot Sternoclobomastoideus

Trachea

Clavicula

Trachea

Page 127: Anatomi Endokrin

trachea. Beratnya kira- kira 20 mg. Kelenjar tyroid menyimpan sejumlah hormon tyroid

dalam bentuk koloid. Pecahan koloid disimpan dalam folikel-folikel kelenjar dan bila

hormon thyroid diperlukan, akan dilepas dan disekresi ke darah.

Terdiri dari 2 tipe sel yang menghasilkan hormon yang berbeda yaitu :

3) Follicular sel bertanggungjawab terhadap produksi hormon thyroxine ( T4 )

dan triiodothyronine ( T3 ) . Satu molekul T4 berisiskan 4 atom iodine dan 1

molekul T3 yang diperkirakan berisikan 3 atom iodine. T4 perlu diproduksi

dalam jumlah adekuat, diit harus berisikan iodine yodium dalam jumlah yang

cukup. T3 dan T4 mempengaruhi setiap sel dalam tubuh, menyebabkan

cepat dilepaskannya energi dari makanan

4) Parafolliculer sel (C – cells) mensintesis dan mengeluarkan hormon

calsitonin. “C” sel Calcitonin berfungsi dalam mempertahankan

keseimbangan calcium. Sekresinya meningkat sebagai respon tehadap

peningkatan konsentrasi calcium dalam cairan interstisiil. Calcitonin

meningkatkan sekresi calcium oleh ginjal dan dengan cara demikian

menurunkan konsentrasi calcium dalam cairam ekstrasel.

Hormon – hormon yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid

KELENJAR /

HORMON

PENGATURAN FUNGSI

Thyros

ine (T4)

dan

Triiodithyro

nine (T3)

Kadar T3 dan T4

dikontrol oleh TSH

Kehamilan, peningkatan

steroid, demam akan

meningkatkan kadar T3 dan

T4..

Dopamin, GHIH

menurunkan kadar T3 dan T4

Mengatur katabolisme protein, lemak dan

karbohidrat dalam semua sel.

Mengatur metabolik rate pada semua sel

Mengatur produksi panas tubuh

Bertindak sebagai insulin antagonis.

Mempertahankan sekresi horomon

pertumbuhan dan maturasi tulang

Mempengaruhi perkekmbangan CNS

Dibutuhkan untuk tonus dan kekuatan otot.

Mempertahankan kontraksi jantung,

kekuatan kontraksi dan cardiac output

Mempertahankan sekresi pada saluran

gastrointestinal

Mempengaruhi pola napas dan penggunaan

oksigen

Mempertahankan mobilisasi kalsium

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

127

Page 128: Anatomi Endokrin

Mempengaruhi produksi sel darah merah

Merangsang perpindahan lemak,

mengeluarkan asam lemak bebas dan syntesis

colesterol

Mengatur aktivitas sistim saraf pusat

Calsitonin

Rangsangan

utama produksi calsitoonin

adalah tingginya serum

kalsium

Rangsangan

lain : Gastrin, calsium

dalam makanan.

Menurunkan absorbsi calsium dan

phospor pada saluran gastrointestinal.

Menurunkan kadar serum phospat

1.17 Kelenjar parathyroid

Merupakan suatu kelenjar yang kecil, biasanya ada 4 yang terdapat dibelakang

kelenjar tyroid. Kelenjar ini mensekresi hormon parathyroid ( PTH ) yang

meningkatkan konsentrasi kalsium yang direabsorbsi dari tulang. Hormon ini

menstimulus reabsorbsi tulang atau osteoclabts, dengan meningkatkan pemecahan

tulang pada matriks keras, suatu proses pelepasan kalsium yang disimpan di matriks.

Kalsium dilepaskan lalu bergerak dari tulang ke darah dan menyebabkan

peningkatan konsentrasi kalsium darah. Paratiroid mengatur metabolisme calsium

dan pospat tubuh. Organ tagetnya adalah tulang, ginjal dan duodenum. Terhadap

tulang PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di

tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vit D dengan Vit D yang aktif akan terjadi

peningkatan absorpsi kalsium dan pospat dari intestinal meningkatkan reabsorbsi Ca

dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran pospat, HCO3 dan Na.

( - )

(+)

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

128

Kadar Calsium

Kelenjar Parathyroid

PTH

Gastrointestinal Ginjal Tulang

Dengan Aktivasi Vitamin D Aktivasi Vitamin D

Mengkonversi osteogenis osteocytes Menjadi osteolitik osteocyte

Menurunnya jumlah osteoblast

Page 129: Anatomi Endokrin

Hormon paratyroid ini penting untuk kehidupan dan kematian sebab sel –sel kita sangat

sensitif terhadap perubahan julmlah kalsium darah, sel –sel tidak dapat berfungsi normal

dengan kalsium yang tinggi atau rendah.

Kalsium darah yang tinggi sel-sel otak dan jantung segera tidak berfungsi secara

normal yang menyebabkan seseorang terganggu mentalnya serta jantung

terhenti.

Bila Kadr kalsium rendah dalam darah, sel-sel darah jadi over raktif kadang –

kadang menyerang otot dengan impuls sehingga menyebabkan otot menjadi

spasme .

1.18 KELENJAR THYMUS

Berlokasi di mediastinum . Seperti kelenjar adrenal tymus punya korteks dan

medula. Dua bagian ini berisikan lympocit yang luas ( sel darah putih / WBC )

seperti bagian dari sistem imun tubuh. Fungsi endokrin pada tymus tidak hanya

penting tapi esential. Struktur kecil ini ( beratnya kurang lebih 1 gram ) berperan

sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi-infeksi ( mekanisme imunitas

vital ).

Hormon thymosin terisolasi dalam jaringan tymus dan bertanggung jawab untuk

aktifitas-aktifitas endokrin. Thimosin adalah sekelompok dari beberapa hormon yang

bersama-sama berperan penting dalam perkembangan dalam fungsi sistem immun

tubuh.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

129

Meningkatkan absorbsi C++ dan

Phospor

ekskresi C++ dan hidrogen

Meningkatkan ekskresi phospor, natrium dan Bicarbonat

Peningkatan serum Calcium

Pembentukan tulang Kerusakan tulang

Pelepasan garan Calcium dari tulang

Page 130: Anatomi Endokrin

Supresi dari sistem immun kadang-kadang terjadi penyakit menetap dan pada

pasien yang mendapatkan kemotherapmassive atau mediotherapi untuk

pengobatan kanker. Thymosin terbentuk bermanfaat sebagai aktivitor pada sistem

immun pada pasien-pasien demikian.

1.19 KELENJAR ADRENAL

Dari permukaan kelenjar adrenal, nampak hanya satu organ, tetapi sebenarnya

dipisahkan atas 2 kelenjar endokrin : Kortex adrenal dan medulla adrenal. Ini adalah

2 kelenjar dalam satu struktur.

Kortex adrenal : Bagian luar dari kelenjar adrenal

Medulla adrenal : bagian dalam dari kelenjar adrenal

hormon-hormon kortex berbeda nama dan kerja dari kelenjar hormon-hormon

medula adrenal.

3) Kortex adrenalin

Terdiri dari 3 lapisan sel yang membedakan daerah -daerah kortex adrenalin

mulai dari lapisan langsung di bawah kapsul kelenjar sampai di pusatnya yaitu :

Zona Glomerulosa

Memproduksi hormon mineralcorticoid (aldosteron)

Zona Fasciculata

Memproduksi hormon glukokortikoid (cortisol)

Zona Reticularis

Memproduksi hormon androgen

Hormon Yang Dihasilkan Oleh Kortex Adrenal

KELENJAR / HORMON PENGATURAN FUNGSI

Mineralcortikoid

(Aldosteron)

Dikontrol oleh

CRH / ACTH

Stresor

fisiologis dan

psikologis seperti ;

Hypoglikemia,

hipoksia, nyeri

infeksi dan trauma

menyebabkan

peningkatan

cortisol.

Mempertahankan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan glukoneogenesis dan

menurunkan penggunaan glukosa oleh sel.

Meningkatkan katabolisme protein

Meningkatkan lipolisis

Antiinflamatory

Memecahkan colagen

Menurunkan partisipasi limphosit T dalam

imunitas seluler dengan menurunkan kadar

limphocyte dalam darah

Menigkatkan neutrofil dengan cara

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

130

Page 131: Anatomi Endokrin

meningkatkan pengeluaran dan mengurangi

kerusakan

Menurunkan pelepasan antibody baru

Menurunkan eusinofil, basofil dan monocyte

Menurunkan pembentukan antibody baru

Meningkatkan produksi asam lambung dan

pepsin

Meningkatkan retensi natrium dan air

Mempertahankan stabilitas emosi

Menurunkan pembentukan scar pada

jaringan

Meningkatkan pembentukan RBC

Glukokortikoid Cortisol

Dikontorl melalui

mekanisme renin –

angiotensi

Mempertahankan natrium dan air

Meningkatkan reabsorbsi natrium di

tubulus distal

Meningkatkan pengeluaran kalium

dan hidrogen di tubulus distal

Androgen Dikontrol oleh

CRH / ACTH

Pada wanita mempengaruhi

karakteristik seks sekunder

Pada laki – laki bekerja seperti

hormonm steroid gonad

4) Medula adrenal

10 % dari kelenjar adrenal adalah medula adrenal. Kelenjar ini mensekresi

hormon epinephrin (adrenalin) dan nonepineprine (Noradrenalin). Dalam

keadaan normal, kelenjar adrenal mengsekresi 85 % epinephrine dan 15 %

norepinephrine. Kedua hormon ini mempunyai efek yang berbeda pada tubuh

karena berbeda reseptor pada organ target. Reseptor diklasifikasikan sebagai

alfa adrenergik ( adrenergik) dan beta ( adrenergik). reseptor dibagi

menjadi 1 reseptor dan 2 reseptor . Lokasi utama daeri 1 reseptor adalah di

jantung dan 2 reseptor dibagian lain dalam tubuh. Reseptor juga dibagi

menjadi 1 yang terdapat pada organ target dan mensekresi hormon sedangkan

2 reseptor terdpat pada presinaptik dan apabila dirangsang menghambat

pengeluaran cathecolamine. .

1.20 PANKREAS ( PANCREATIC ISKELS = PULAU-PULAU PANKREAS )

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

131

Page 132: Anatomi Endokrin

Pulau-pulau pankreas atau pulau – pulau langerhans hanya dapat dilihat dengan

mikroskop. Kelenjar ini menyerupai sekumpulan sel-sel seperti pulau-pulau dilaut

sepanjang sel - sel pankreas, yang mensekresi joundice pankreas untuk

pencernaan. Terdapat 4 jenis sel yang menghasilkan hormon yang berbeda. Dari 4

jenis sel ini, ada 2 jenis sel yang terpenting yaitu : Sel Alpha dan beta.

3) Sel Alpha : mensekresi hormon glukogen

Glikogen bekerja dalam proses glykogenolisis liver yaitu suatu proses yang mana

menyimpan glukosa di sel-sel hati membentuk glikogen, diubah ke glukosa

kembali. Glukosa ini kemudian meninggalkan sel-sel hati dan masuk kedalam

darah. Glukagon akhirnya meningkatkan konsentrasi glukosa darah.

4) Sela Betha : mensekresi hormon insulin

Hormon Insulin mempunyai fungasi terpenting yaitu menyebabkan glukosa dapat

dipakai oleh sel .

Kerja hormon Insulin dan glukoagon adalah antagonis . Dengan kata lain insulin

menernukan kadar glukosa darah dan hormon lain. Mis. Glukokortikoid, GH,

glukagon meningkatkan kadar glukosa darah.

Insulin menurunkan glukosa darah dengan bergerak keluar darah melewati

membran sel dan masuk ke sel-sel, sehingga laju metabolisme meningkat

terutama metabolisme glukosa darah dan meningkatkan metabolise glukosa.

Jika pulau – pulau pankreas mensekresi sejumlah insulin normal, sejumlah

glukosa masuk kedalam sel-sel dan sejumlah glukosa tinggi dalam darah.

Normal glukosa darah kira –kira 80 – 120 mg glukosa dalam tiap 100 ml air. Jika

insulin diproduksi terlalu banyak ( pada tumor pankreas ) banyak glukosa yang

masuk ke sel-sel dan glukosa darah menurun. Jika insulin diprodusi sedikit ,

seperti pda tipe I ( insuli dependent ) diabetes melitus, glukosa yang masuk ke

sel kurang maka darah naik kadang-kaang bisa tiga atau lebih dari jumlah

normal.

Banyak kasus tipe II ( insulin Independent ) diabetes melitus menghasilkan

abnormalnya reseptor insulin, mencegah efek-efek normal insulin pada sel-sel

target juga meningkatkan kadar glukosa darah.

Tes skremming unutk semua tipe diabetes melitus jarang ditemukan peningkatan

kadar glukosa darah pada kondisi ini. Tes – tes saat ini dibuat lebih mudah,

dengan teteskan darah subyek dengan peningkatan kadar glukosa darah

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

132

Page 133: Anatomi Endokrin

diperkirakan menderita penyakit Diabetes Melitus (DM ). Tes gula dalam urine

adalah prosedur lain yang biasa dilakukan. Pada DM kelebihan glukosa difilter

keluar darah oleh ginjal dan dibuang di urine, kondisi ini disebut Glycosuria.

Dua jenis sel yang lain yaitu

3) C cells – Somatostatin

4) F cells – Pancreatic polypetide

Polypeptida somatostatin dan pancreatic terutama bekerja sebagai hormon lokal,

mengatur kegiatan sel-sel pankreas lainnya. Somatostatin menghambat sel –sel

dengan mengeluarkan insulin dan glucagon. Sebaliknya polypeptida pancreas

menhambat sekresi exocrine pankreas.

1.21 Kelenjar seks Wanita

Kelenjar seks utama pada wanita adalah ovarium. Tiap-tiap ovarium berisikan 2

macam struktur kelenjar yang berbeda: volikel ovarium dan corpus luteum. Folikel

ovarium mensekresi estrogen, hormon femonim. Korpus luteim mensekresikan

progesteron tetapi juga sedikit estrogen.

1.22 Kelenjar Seks Pria

Sel-sel ditestis memproduksi sel sex pria yang disebut sperma. Sel-sel lain

ditestis ductus reproduksi pria dan kelenjar memperoduksi bahan-bahan cair

(Liquid ) dari cairan repsoduksi pria yang disebut semen. Sel-sel imterstinal

dalam testis mensekresi hormon seks pria yang disebut testoteron. Langsung

kedalam darah sel-sel testis ini adalah kelanjar andokrin pria, testosteron adalah

hormonmaskulin.

1.23 Placenta

Placenta berfungsi sebagai kelenjar endokrin sementara selama kehamilan, yang

memproduksi chronik gonadotropin disebut demikian karena termasuk hormon-

hormon tropik, disekresi oleh sel-sel dari chorion. Membran luas yang

mengelilingi bayi selam perkembangan dalam uterus.

Placenta ( chorionic Gonadotropin ) memproduksi estrogen dan progesteron.

Selama hamil ginjal mensekresi sejumlah besar chorionic gonadotropin dalam

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

133

Page 134: Anatomi Endokrin

urine. Keadaan ini sudah dinyatakan setengan abad yabg lalu dalam

mengembangkan tes kehamilan yang sudah familiar.

1.24 Struktur Endokrin Lain

Penelitian tetapi sistem endokrin menunjukan bahwa pada setiap orang dan

sisitem punya jaringan endokrin. Jaringan dalam ginjal, lambung, usus

( intestine ) dan organ –organ lain mensekresi hormon unutk mengatur macam-

macam fungsi penting manusia. Satu dari hormon ini adalah Atrial Natriuretic

Hormon ( ANH ). Di sekresi oleh sel-sel pada dinding atrium jantung. ANH

penting untuk mengatur homeostatis cairan dan lelektrolit. ANH antagaonis

terhadap aldosteron, yang menstimulasi ginjal untuk menahan ion- ion sodium

dan air, maka ANH menstimulus kekurangan ion sodium dan air.

PROSES ENDOKRINE SECARA UMUM (General endokrine processes )

Sistim endokrine berfugsi dalam tubuh melalui mekanisme produksi dan

pelepasan hormon. Hormon adalah : Substansi kimia yang dikeluarkan kedalam cairan

tubuh (Biasanya darah), oleh sekumpulan sel tertentu yang mengakibat perubahan

fisiologis pada tempat lain. Hormon terbagi atas dua yaitu : Hormon protein dan Hormon

Steroid. Perbedaan kedua hormon ini terletak pada cara mempengaruhi target sel-sel

organ.Hormon dapat dikirim dari jarak yang jauh (pitutari ke Ovarium) dan bisa juga

pada jarak yang sangat pendek (dari satu sel – ke sel yang lain dalam pankreas). Bila

hormon mempengaruhi sel yang bukan merupakan sel sasaranya disebut ; Fungsi

paracrine. Hormon hanya bisa bekerja pada jaringan / sel yang merupakan reseptornya.

Sel atau jaringan yang berespon terhadap partikel hormon disebut : target cell atau

target tissue.

1.8 Hormon dan Fungsinya

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

134

Page 135: Anatomi Endokrin

Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin

mempunyai lima fungsi utama :

6. Membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang

sedang berkembang.

7. Menstimulasi urutan perkembangan.

8. Mengkoordinasi sistem reproduksi.

9. Memelihara lingkungan internal optimal.

10. Melakukan respon korektif adaptif ketika terjadi situasi darurat.

1.9 Klasifikasi

Dalam hal struktur lingkungannya hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut

dalam air atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk

polipeptida (misalnya : insulin, glukagon, hormon andrenokortikotropik (ACTH),

gastrin) dan katekolamin. (misalnya : dopamin, norepineprin, epinefrin).

Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya : estrogen, progesteron,

testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misalnya : tiroksin)

1.10 Karakteristik

Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri.

Namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.

Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola yaitu :

4. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.

Contohnya : Kortisol Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada

malam hari.

5. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik dan turun sepanjang waktu tertentu

seperti bulanan.

Contohnya : Estrogen dapat menyebabkan siklus menstruasi.

6. Tipe sekresi hormonal variabel.

Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat positif atau

negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam suatu lungkungan

optimal. Hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang

sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

135

Page 136: Anatomi Endokrin

dan dan independen. Hormon secara constan di reaktivated oleh hepar atau

mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

Secara kimiawi, hormon dapat dibagi tiga yaitu :

4. Hormon steroid : hormon ini semuanya memiliki struktur kimia

berdasarkan pada inti steroid yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar

tipe ini berasal dari kolesterol itu sendiri. Berbagai hormon steroid yang berbeda

disekresi oleh :

- Korteks adrenal (kortisol dan aldosteron).

- Ovarium (estrogen dan progesteron)

- Testis (testosteron)

- Plasenta (estrogen dan progesteron)

5. Derivat asam amino tirosin.

Ada dua kelompok yang merupakan derivet asam amino tirosin. Kedua hormon

metabolik tiroid, (tiroksin dan triiodotironin, merupakan bantuk iodinasi dari

derivat tirosin).

Dua hormon utama yang berasal dari medra adrenal (epinefrin dan norepinefrin)

kedua-duanya merupakan katekolamin yang juga turunan dari tirosin.

6. Protein atau peptida.

Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan

molekul protein atau polipeptida besar : hormon hipofisis posterior, hormon

antidiuretik, dan oksitiksin merupakan peptida yang hanya mengandung delapan

asam amino.

Yang temasuk peptida besar antara lain : insulin glukogen dan parathormon.

1.11 Mekanisme Kerja Hormon

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

136

Kelenjar

Darah

Produksi dan penyimpanan hormon, bertanggunjawab terhadap rangsangan spesifik

dan melepaskan hormon ke dalam darah

Transport hormon ke sel / orgat target, kadar hormon dalam darah mempengaruhi

mekanisme feed back

Berada di membran atau reseptor intraceluler , proses awal hormon bereaksi dengan reseptor

seluler

Sel / Organ Target

Page 137: Anatomi Endokrin

Berbagai hormon berfungsi untuk mengatur tingkat aktivitas jaringan sasarannya. Agar

dapat menjalankan fungsi ini, hormon mengubah reaksi kimia dalam sel, mengubah

permiable membran sel terhadap zat tertentu, dan mengaktifkan beberapa mekanisme

sel spesifik lain. Banyak hormon melaksanakan fungsinya ini melalui dua mekanisme

yang penting yaitu : (1) Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya

menimbulkan fungsi sel tertentu, atau (2) Pengaktifan gel sel yang menyebabkan

pembentukan protein intrasel yang memulai fungsi sel tertentu.

1. Pengaktifan sistim AMP siklik sel yang selanjutnya menimbulkan fungsi sel

tertentu.

Banyak hormon menunjukan efeknya pada sel pertama kali dengan menyebabkan

dibentuknya zat 3,5 – adenosin monofosfat siklik (AMP Siklik) dalam sel. Setelah

dibentuk, AMP siklik menyebabkan efek hormon pada dalam sel. AMP siklik ini

bertindak sebagai mediator hormonal instrasel (Second messenger) . Sedangkan

hormon itu sendiri bertindak sebagai First Messenger.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

137

Total Body

Efek biologis dan mekanisme feed back terhadap kelenjar

Hormon Perangsang

Membran sel

Res

epto

r

Adenil siklase

ATP

Mg++

3,5 AMP Siklik

Fosfodiesterase

5 - AMP

Respon Fisiologis- Aktivasi ensim- Ubah permeabilitas membrane

sel- Kontraksi dan relaksasi otot- Sistesis protein- Menyebabkan Sekresi

Page 138: Anatomi Endokrin

Gambar 3 : Mekanisme AMP SIKLIK

Perhatikan Gambar diatas :

Melukiskan fungsi AMP siklis lebih mendalam. Hormon perangsang bekerja pada

membran sel sasaran, berikatan dengan reseptor spesifik untuk jenis hormon

tertentu. Kekhususan reseptor menentukan hormon yang akan mempengaruhi sel

sasaran. Setelah berkaitan dengan reseptor, gabungan hormon dan reseptor

mengaktifan enzim adenil siklase dalam membran, dan sebagian adenil siklase

yang berhubungan dengan sitoplasma segera menyebabkan perubahan ATP

sitoplasma menjadi AMP siklik. AMP siklik kemudian memulai sejumlah fungsi sel

sebelum ia sendiri di rusak – fungsi seperti mengaktifkan enzim – enzim dalam sel,

mengubah premabilitas sel, memulai sintesis protein spesifik intrasel, menyebakan

kontraksi dan relaksasi otot, memulai sekresi dan banyak efek lainnya. Jenis efek

yang akan terjadi di dalam sel di tentukan oleh sifat sel sendiriri. Jadi, sel tyroid di

rangsang oleh AMP siklik, untuk membentuk hormon tyroid, sedangkan sel korteks

adrenal mebentuk hormon – hormon korteks adrenal. Sebaliknya, AMP siklik

mempengaruhi sel – sel epeitel tubulus ginjal dengan meningkatkan

premeabilitasnya terhadap air.

Mekanisme AMP siklik diperlihatkan sebagai mediator hormonal intrasel sekurang

– kurangnya beberapa fungsi hormon – hormon berikut ( dan banyak lainya ) :

a. Adrenokortikortikotropin.

b. Hormon perangsang tyroid.

c. Hormon luteinisasi.

d. Hormon perangsan folikel.

e. Vasopresin.

f. Hormon paratyroid.

g. Glukagon.

h. Katekolamin.

i. Sekretin.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

138

Page 139: Anatomi Endokrin

j. “ Releasing faktor” hipotalamus.

2. Kerja Hormon Steoid pada gen sel untuk menyebabkan sistesis protein

Cara kedua hormon – hormon – khususnya hormon steroid yang di sekresi oleh

korteks adrenal, ovarium, dan testis – bekerja adalah menyebabkan sintesis

protein pada sel sasaran ; bebrapa protein ini merupakan enzim – enzim yang

selanjutnya mengaktifkan fungsi – fungsi lain sel.

Rangkaian peristiwa dalam fungsi steroid adalah sebagai berikut :

5. Hormon steroid sitoplasma sel, tempat ia berikatan dengan protein reseptor

spesifik.

6. Gabungan protein reseptor hormon kemudian berdifusi masuk atau di transport

masuk inti.

7. Gabungan ini kemudian mengaktifkan gen spesifik untuk membentuk

‘messenger RNA’.

8. ‘messenger RNA’difusi masuk ke sitoplasma tempat ia meningkatkan proses

translasi pada ribosom untuk membentuk protein baru.

Sebagai contoh, aldosteron, salah satu hormon yang di sekresi oleh korteks adrenal,

memsuki sitoplasma tubulus ginjal, mengandung protein reseptor spesifik untuk

aldosteron. Kemudian tempat rangkain peristiwa di atas. Setelah sekitar 45 menit,

protein mulai terlihat pada sel tubulus ginjal yang meningkat reabsorbsi natriumnya

dari tubulus dan sekresi kalium ke dalam tubulus.

1.12 Mekanisme fungsi hormon lainnya

Hormon – hormon dapat mempunyai efek langsung efek langsung pada senyawa

sel, walaupun pada sebagian besar keadaan mekanisme tepat dari efek ini tidak di

ketahui. Misalnya, insulin meningkatkan premeabilitas sel terhadap glukosa, dan

hormon pertumbuhan meningkatkan transport asam amino ke dalam sel. Selain itu

beberapa hormon, seperti aseltilkolin, langsung mempengaruhi membran sel

dengan mengubah permeabilitasnya terhadap ion – ion dan karena itu

menimbulkan kontraksi otot atau menyebabkan efek – efek lain.

1.13 Pengontrolan kadar Hormon

Kadar hormon harus dipertahankan dalam ambang atau batas normal karena

perubahan dalam kadar hormon merupakan faktor kritis yang sangat mempengaruhi

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

139

Page 140: Anatomi Endokrin

kesehatan. Salah satu faktor yang bertanggungjawab terhadap pengotrolan kadar

hormon adalah : feedback contol. Perhatikan gambar 1.2 clossed-loop negative

feed back dibawah ini

X

A B

Y

Gambar 1.2 Closed – Loop negative feed back system. Prinsip dasar pengotrolan terhadap keseluruhan kelenjar endokrine (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)

Kelenjar A distimulasi untuk memproduksi hormon X . Hormon X menstimulasi

organ B sehingga menyebabkan perubahan (peningkatan atau penurunan)

substansi Y. Perubahan pada substansi Y menghambat produksi dan sekresi dari

hormon X

Contoh :

(+) ( - )

(+) ( - )

(+) ( - )

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

140

Kadar Calcium

Kelenjar parathyroid Calcium

ParathyroidHormon

Ginjal, tulang, GI

Kadar Calcium

Rangsangan Kelenjar A Hormon X Organ B Substansi Y

osmolariti Plasma

Pituitary Posterior

ADH Ginjal Reabsobsi air shg

menurunkan osmoraitas serum

Serum glukosa

Sel beta Pankreas

Insulin Sel lemak, hati, sel

otot

Pengambilan glukosa sehingga terjadi penurunan serum glukoda

Page 141: Anatomi Endokrin

Ada beberapa mekanisme feedback yang lebih kompleks dalam mengotrol kadar

hormon. Salah satu contohnya adalah mekanisme feedback dari interaksi hypothalamus

dan pitutary anterior dengan kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads. Perhatikan

Gambar berikut

(-)

(-)

(+) (-)

(-)

(-)

Gambar 1.3 Mekanisme feedback compleks antara hypothalamus, pitutary anterior, kelenjar target endokrin dan sel target yang spesifik (Harvaey A.m. et all dikutip : Barbara C long, 1993 : p = 998)

Bila kadar hormon yang diproduksi oleh kelenjar thyroid, cortekx adrenal dan gonad

adekuat maka pelepasan hormon tropic oleh kelenjar pituitari dan atau releasing hormon

oleh hipothalamus akan dihambat melalui mekanisme negative feed back.

Tidak semua hormon dapat dikontrol melalui mekanisme negative feed back ini.

Contohnya : estrogen pada laki – laki, testeteron pada perempuan, hormon plasenta

dan hormon yang diproduksi oleh tumor ectopik.

Faktor kedua yang mengatur mekanisme kerja hormon adalah : intrinsic rhytmicity.

Ritme intrinsik ini dapat berlangsung beberapa menit, hari atau minggu. Contohnya :

ACTH, cortisol, glukokortikoid dan hormon pertumbuhan mengikuti ritme circadian

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

141

Hipothalamus

Releasing Hormon Inhibiting Hormone

Pituitary Anterior

Tropic Hormone :(TSH, ACTH, FSH,LH)

Target endokrine gland(kelenjar thyroid, corteks adrenal dan gonads.)

Target gland hormone

Spesifik Target cell

Page 142: Anatomi Endokrin

harian. Seperti hormon reproduktive pada wanita mempunyai pola yang bervariasi

sampai lebih dari beberapa minggu.

Rithme intrinsik ini dikontrol oleh beberapa faktor seperti : Lingkungan, Neurogenic ,

umur, pertumbuhan dan perkembangan.

Faktor ekstrinsik seperti nyeri, trauma infeksi adalah faktor ketiga yang mempengaruhi

kadar hormon tertentu. Faktor ekstrinsik ini dapat meningkatkan kadar hormon diatas

normal.

Kadar hormon dipengaruhi juga oleh ekskresi atau inactivation metabolik . Ginjal dan

hati adalah organ yang paling berpangur terhadap inactivation hormonan dan eksresi.

Banya penyakit pada organ ini yang menyebabkan peningkatan kadar hormon.

Kesimpulan : Kadar hormon dikontrol oleh banyak mekanisme.

PENGKAJIAN UMUM SISTEM ENDOKRIN

(General Assesment Of Endokrine System)

D. Data Subjektif

1. Data demografi.

Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting kelainan-kelainan

somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gendar , misalnya BB dan

tempat tinggal juga juga perlu dikaji.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

142

Page 143: Anatomi Endokrin

2. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan

seperti yang dialami klien atau g2 t3 yang berhubungan secara langsung dengan

g hormonal sseperti :

- Obesitas

- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

- Kelainan pada kelenjar tiorid

- Diabetes melitus

- Intertilitas.

3. Riwayat kesehatan dan keperawatah klien

(P) mengkaji kondisi yang pernah dialami klien diluar gangguan yang dirasakan

sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah bnerlangsung lama bila

dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebab.

- Tanda-tanda seks sekunder yang berkembang, misalnya :

amenore, bulu rambut tumbuh, buah dada berkembang dan lain-lain.

- BB yang sesuai dengan usia misalnya : selalu keras meskipun

banyak makan

- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sesnsitif, sulit

bergaul dan mampu berkonsentrasi.

- Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan

kejadiannya.

Bila PS diarawat beberapa hari, urutkan sesuai dengan waktu kerjanya. Juga

perlu informasi tentang penggunaan obar-obatan soal sekarang dan dimasa

lalu.

4. Riwayat diit.

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat

mencerminkan gangguan endokrin t3 atau kebiasaan makan yang salah dapat

menjadi faktor penyebab yang perlu dikaji :

- Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen

- Penurunan atau peningkatan BB drastis

- Selera makan menurun atau berlebihan

- Pola makan dan minum sehari.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

143

Page 144: Anatomi Endokrin

- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu

fungsi endokrin seperti mata.

5. Status sosial ekonomi

Mendiskusikan bersama-sama bagaimana klien dan keluarga memperoleh

makanan yang sehat dan bergizi. Upaya mendapatkan pengobatan bila klien

dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan

keluarga tetap optimal.

6. Masalah kesehatan sekarang

(P) : Menanyakan :

- Apa yang dirasakan klien.

- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-

tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan.

- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.

- Bagaiman pola eliminasi

- Bagaiman fungsi seksual dan reproduksi.

- Apakah adaperubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu

klien.

Selain alasan klien datang ke RS, juga perlu diidentifikasi hal-hal yang berhubungan

dengan fungsi hormon secara umum seperti :

1. Tingkat Aktivitas.

(P). Mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari,

apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan,atau dengan bantuan atau sama

sekali klien tidak berdaya untuk melakukannya.

Kaji juga bagaiman asupan makanan klien apakah berlebihan atau kurang.

2. Intake nutrisi dan Cairan

Anormalitas sistim endokrine dapat menyebabkan gangguan dalam intake nutrisi dan

cairan (meningkat atau menurun) yang mana bisa/tidak dihubungkan dengan

pertambahan atau penurunan berat badan. Banya k masalah pada sistim endokrine

adalah kronik dan membutuhkan diit pada waktu yang lama dan pada saat yang

sama intake cairan dibatasi. Kualitas dan kuantitaf pengkajian dalam intake makanan

sangat dibutuhkan untuk mentukkan penyebab kehilangan berat badan, adekuatnya

intake untuk kebutuhan metabolisme yang normal, ketaatan terhadap diit tertentu.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

144

Page 145: Anatomi Endokrin

Daftar intake makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien sethari – hari sangan

diperlukan dalam pengkajian. Riwayat mengkonsumsi alkohol dan snack juga harus

dikaji. Eleman lain seperti penyedap makanan / kesenangan pada makanan tertentu,

kebersihan mulut dan diit lunak untuk mencegah anoreksia dan mual juga dibutuhkan

dalam pengkajian. Bagaimana toleransi pasien terhadap makanan dan minuman juga

penting untuk dikaji.

3. Pola eliminasi

Sistim endokrine juga berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit. Riwayat pola elimonasi urine seperti ; frekuency, jumlah dan warna urine

harus diperhatikan dalam pengkajian. Adanya nocturia atau dysuria juga harus

dicatat. Pada beberapa penyakit endokrine (tergantung penyebabnya) mungkin ada

riwayat peningkatan output dan penurunan rasa haus atau penurunan output dan

peningkatan berat badan. Diuretic atau therapi lainnya dan ketaatan pasien terhadap

therapi yang dianjurkan juga perlu dikaji. Riwayat buang air besar seperti ;

frekuency dan warna perlu dicatat. Constipasi atau perubahan dalam kebiasaan

buang air besar mungkin disebabkan oleh perubahan dalam keseimbangan cairan

dan pengaturan diit. Therapi dapat juga menyebabkan perubahan dalam diit dan

intake cairan sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam pola eliminasi.

4. Tingkat Energi

Karena sistim endokrine bertanggungjawab langsung terhadap metabolisme

(Pengumpulan dan penggunaan) nutrisi untuk energi , maka keadaan pathologi pada

sistim endokrine biasanya menurunkan tingkat energi seseorang. Banya pasien

melaporkan tidak bisa melakukan sesuatu seperti apa yang mereka pikirkan. Hal ini

penting untuk mengkaji tingkat energi dan sebagai petunjuk untuk membantu pasien

dalam merencanakan aktivitas sehari – hari . Beberapa pasien membutuhkan

bantuan dalam menyesuaikan antivitas sehari – hari secara bertahap dengan

memberikan waktu istirahat.

Banyak masalah sistim endokrine dapat dikontrol dengan baik sehingga perubahan

permanen dalam kehidupan sehari - hari tidak dibutuhkan. Perubahan secara

bertahap membantu pasien mendapatkan kembali tingkat energi yang normal.

5. Perubahan Karakteristik Tubuh.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

145

Page 146: Anatomi Endokrin

Perubahan dalam distribusi rambut, porsi tubuh, suara, piigmentasi kulit dan raut

wajah dapat menggambarkan masalah pada sistim endokrine. Gambaran perubahan

yang dirasakan pasien tentang perubahan yang mereka rasakan amat berarti karena

perubahan ini sangat sulit diobservasi dan bervariasi untuk tiap orang.

6. Fungsi seksual dan reproduksi

Sistim endokrine mempunyai kaitan yang sangat erat dengan fungsi reproduksi. Oleh

karena itu riwayat reproduksi dan seksual harus dikaji. Data yang berhubungan

dengan siklus haid (Kejadian, frekuancy haid, lama, jumlah perdarahan), adanya

masalah dengan siklus (menorhagi), adanya impotensi dan beberapa permasalahan

yang berhubungan infertilitas seharunya dikumpulkan. Juga perlu dikaji tentang

kepuasan hubungan seksual pada dua keadaan. Yang pertama ; Kadang – kadang

perubahan awal dalam fungsi reproduktif dapat dimanifestasikan sebagai perubahan

dalam kepuasan seksual. Yang kedua : perubahan dalam sistim repriduksi bukan

merupakan suatu masalah bagi pasien jika kepuasan seksual dapat dipertahankan.

Contohnya infertilitas bukan merupakan masalah jika jika tidak ada keinginan untuk

mempunyai anak.

7. Toleransi Terhadap Stress

Sistim endokrine membantu tubuh untuk berespon terhadap stresor fisik atau

psikologis. Pertanyaan yang diajuhkan pada pasien selalu dihubungkan dengan

kemampuan atau ketidakmampuan pasien terhadap stresor. Seperti perasaan tidak

toleransi terhadap panas dan dinginsering menangis, depresi, sering marah dan lain

– lain.

8. Pola eliminasi dan keseimbangan

cairan.’

Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung

oleh ADH, aldosteron dan kortisol. (P). Menanyakan tentang pola berlemih dan

jumlahvolume urin.

Apakah klien mengatasinya. Tanyakan berapa banyak cairan yang dikonsumsi setiap

hari. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola yang ada sekarang.

9. Pertumbuhan dan perkembangan

(P). Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bagi yang dilahirkan

dengan tubuh yang kerdil atau terjadi selama proses pertumbuhan atau bahkan

terdapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

146

Page 147: Anatomi Endokrin

Kajisecara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya : bagaiman

tingkat inteligensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif danrasa tanggung jawab.

Lagi pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.

10. Seks dan reproduksi

Pada klien ♀ : kaji siklus menstruasinya mencakup lama, volume, frekwensi dan

perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum, selama, dan

sesudah haid. Kaji pual pada usia berapa klien pertama kali menstruasi. Bila klien

bersuami kaji akapah pernah hamil, abortus dan melahirkan.

Pada klien ♂ : kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaiman

perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan.

- Tanyakan juga perubahan bentuk dan

ukuran alat genitalianya.

E. Data Objektif

tabel : pengkajian head to toe dibawah ini :

Yang Dikaji Uraian

Pengkajian Secara umum Penampilan secara umum, proporsi tubuh (sesuai umur), tinggi

dan berat badan, karakteristik tubuh, abrasi pada kulit, luka, shu, 3RR dan tipe pernapasan.

Kulit Pigmentasi, turgor, ada tidaknya oedema, kelembaban dan

kemerahan / kekeringan

Muka/kulit kepala Distribusi rambut, adanya exopthalmos

Rongga mulut Kelembaban mukosa mebran

Leher Nadi dan tekanan darah,

Abdomen Strie

Muskuloskeletal Massa otot dan kekuatan

Sistim persyarafan Tremor, mudah tersinggung, kewaspadaan

1. Pemeriksaan fisik

Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan yaitu :

- Kondisi kelenjar endokrin.

- Kondisi kelenjar atau organ

sebagai dampak dari gangguan endokrin.

Secara umum teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh

berbagai penyimapanan fungsi adalah :

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

147

Page 148: Anatomi Endokrin

a. Inspeksi

Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai

dampak terhadap pertumbuhan dan perkembanga, keseimbangan cairan

dan elektroloit, seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.

Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan

berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan propersi tubuh.

Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan

ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.

Pada mata amati adanya edem periorbita dan exophalatmus serta apakah

ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhaadap kelainan

bentuk dan perubahan, ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila

digerakkan. Kondisi ini biasa ditemukan pada gangguan tiroid.

Di daerah leher, amati bentuk leher, apakah leher tampak membesar,

simetris atau . Untuk lebih meyakinkan pembesaran kelenjar tiroid perlu

melakukan palpasi.

Distensi atau bendungan pada vena jugularis dapat

mengidentifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung. Amati warna

kulit pada leher, catat lokasinya. Bila dijumpai kelainan pada kulit leher,

lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain ditubuh sekaligus. Infeksi

jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik dan petechie lebih sering

dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan

ukuran dada. Pergerakan dan simetris tidaknya. Ketidaksiembangan

hormonal khusunya hormon seks akan menyebabkan perubahan tanda seks

sekunder oleh karena itu amati keadaan rambut atilla dan dada. Pada

pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga kritoris dan

labia terhadap kelainan bentuk.

b. Palpasi

Kelenjar tiroid dan testes, dapat diperiksa melalui rabaan pada

kondisi normal, kelenjar tiorid ini teraba. Lakukan palpasi kelenjar tiroid

perlobus dan kaji ukuran, apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada

saat melakukan pemeriksaan pasien duduk atau berdiri sama saja. Untuk

memperoleh hasil yangbaik pemeriksa berada dibelakang klien dengan posis

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

148

Page 149: Anatomi Endokrin

kedua ibu jari (P) berada dibelakang leher dan jari-jari lain ada diatas kel

tiorid.

Palpasi testes dilakukan dengan posis tidur dan tangan (P) harus

dalam keadaan hangat. (P) memegang lembut dengan ibu jari dan dua jari

lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran atau

besarnya, simetris tidaknya konsistensi dan ada tidaknya nadul.

Normanya testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti

karet.

c. Auskultasi

Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dengan

menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah

leher diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”. Bruit adalah bunyi

yang dihasilkan olrh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea.

Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada

pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rete jantung

yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan perangsangan

katekilamin dan perubahan metabolisme tubuh.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Hipofise.

5) Foto tengkorak (kranium) : Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika.dapat

terjadi tumor atau juga atropik. Tidak dibutuhkan

persiapn fisik secara khusus, namun pendidikan

kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah

penting.

6) Foto tulang (osteo). : Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien

dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang

yang bertambah besar dari ukuran maupun

panjangnya. Pada okromegali akan dijumpai tulang-

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

149

Page 150: Anatomi Endokrin

tulang perifer yang bertambah ukurannya ke

samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,

pendidikan kesehatan diperlukan.

7) CT scan otak : Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor

pada hipofise atau hipotalamun melalui

komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara

khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien

dapat diam tidak bergerak selama prosedur.

8) Pemeriksaan darah dan urine

c. Kadar growth Hormon : Nilai normal 10 g ml baik pada anak dan orang

dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat

kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc.persiapan khusus

secara fisik tidak ada.

d. Kadar ACTH : Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason.

Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine

24 jam.

Persiapan Pasien :

5. Tidak ada pembatasan makan dan minum.

6. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya

dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.

7. Bila obat-obatan harus diberikan, lampirkanjenis onat dan dosisnya pada

lembaran pengiriman spesimen.

8. Cegah stres fisik dan psikologis.

Pelaksanaan Pemeriksaan :

5. Klien didberi deksametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari.

6. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc.

7. Urine ditampung selama 24 jam.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

150

Page 151: Anatomi Endokrin

8. Kirim spesimen(darah atau urine) ke laboratorium.

ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl.

17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17 OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari

2,5mg.

Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1 mg per

oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan

urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila

kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dldan eksresi 17 OHCS dalam

urine24 jam kurang dari 2,5mg.

2. Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Tiroid

1) Up take Radioaktif (RAI) Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kelenjar

tiroid dalam menangkap iodida.

Persiapan.

Klien puasa 6-8 jam.

Jelaskan tujuan dan prosedur.

Pelaksanaan.

Klien diberi radioaktof Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.

Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur radioaktif

yang tertahan.

Juga dapat diukur clearenceI131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urine

selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya. Banyaknya I131 yang

ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai berikut

1. Normal : 10-35 %.

2. Kurang dari : 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme.

3. Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada

defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama

hipertirodisme

2) T3 T4 Serum : Persiapan fisik secara khusus tidak ada. Spesimen yang

dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 50-100 cc.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

151

Page 152: Anatomi Endokrin

Nilai normal pada orang dewasa :

Jodium bebas : 0,1-0,6 ml/dl

T3 : 0,2-0,3 ml/dl

T4 : 6-12 ml/dl

Nilai normal pada bayi / anak :

T3 : 180-240 mg/dl

3) Up take T3 Resin : Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau

tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti

hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi

pada hiertiroidisme dan menurun pada hiertiroidisme.

Dibuthkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa

selama 6-8 jam.

Nilai normal pada:

Dewasa : 25-35 %up take oleh resin.

Anak : pada umumnya tidak ada.

4) Protein Bound Iodine (PBI) : Bertujuan mengukur jodium yang terkait pada

protein plasma. Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah.

Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.

Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.

5) Laju Metabolisme Basal (MBR) : Bertujuan untuk mengukursecaratidak

langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh di bawah

kondisi basal selama beberapa waktu.

Persiapan

Klien puasa sekitar 12 jam

Hindari kondisi yang menimbulkan kecelakaan dan stres.

Klien harus tidur paling tidak 8 jam

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

152

Page 153: Anatomi Endokrin

Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif

Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.

Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.

Pelaksanaan

Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi

Dihitung dengan rumus : BMR (0,75 x pulse) + (0,75 x Tek Nadi) –72

Nilai normal BMR : -10 s/d 15%.

Pertimbangan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh dengan kebutuhan

oksigen jaringan. Pada klien yang sangat cemas, dapat diberkan fenobarbital

yang pengukurannya disebut Sommolent Metebolisme Rate. Nilai normalnya 8-

13% lebih rendah dari MBR.

6) Scanning Tyroid : Dapat digunakan teknik antara lain : Radio Iodine Scanning.

Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal

atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi atau

tidak berfungsi). Nodul panasmenyebabkan hipersekresi

jarang bersifat ganas. Sedangkannodul dingin (20%) adalah

ganas.

Up take iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dariplasma.

Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.

3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid

1) Percobaan Sulkowitch Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium

dalam urine, sehinggga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan

dilakukan dengan menggunkan Reagens Sulkwitch. Bila pada percobaan tidak

terdapat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5mg/dl.

Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal

(6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.

Persiapan

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

153

Page 154: Anatomi Endokrin

Urine 24 jam ditampung.

Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.

Pelaksanaan

Masukan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)

Kedalam tabung pertama dimasukan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua

hanya sebagai kontrol.

Pembacaan hasil secara kwantitatif :

Negatif (-) : Tidak terjadi kekeruhan

Positif (+) ` : Terjadi kekeruhan yang halus

Positif (+ +) : Kekeruhan sedang

Positif (+ + +) : Kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang 20 detik.

Positif (+ + + +) : Kekeruhan hebat, terjadi seketika.

2) Percobaan Ellwort-Howard : Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang

dipengaruhioleh parathormon.

Cara Pemeriksaan

Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine

ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor

bisa mencapai 5-6x nilai normal. Pada hipoparatiroid, diuresis pospornya

tidak banyak berubah.

3) Percobaan Kalsium Intravena

Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum

kalsium akan menekan pembentukan paratharman. Normal bila pospor serum

meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum

dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hiperparatiroid, pospor

serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

4) Pemeriksaan radiologi

Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat

kemungkinan adanya klasifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada

hipotiroid, dapat dijumpai klasifikasi bilateral pada dasar tengkorak.densitas

tulang bisa normal atau meningkat. Parahipertiroid, tulang menipis, berbentuk

kistal dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

154

Page 155: Anatomi Endokrin

c. Pemeriksaan Elektrocardiogram (ECG)

Persiapan khusus tidak ada. Persiapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi

kelainan gambaran EKG akibat perubahan kalsium serum terhadap otot

jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang

memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.

d. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot

akibat perubahan kadar kalsium serum.

Persiapan khusus tidak ada.

4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas

1) Pemeriksaan glukosa : Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa.

Bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-

10 jam.

Nilai Normal :

Dewasa : 70-110 md/dl

Bayi : 50-80 mg/dl

Anak-anak : 60-100 mg/dl

Persiapan

Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan

Jelaskan tujuan pemeriksaan

Pelaksanaan

Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc

Gunakan anti koagulasi bilapemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.

Bila klien mendapat pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk

sementara tidak diberikan.

Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-

obatan sesuai program.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

155

Page 156: Anatomi Endokrin

Gula darah setelah dua jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah

dua jam PP (post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam

setelah makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula

darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah puasa, kemudian klien

disuruh makan menghabiskan posi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian

dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara

terpisah tergantung pada kondisi klien.

Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu diingat waktu yang

tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara dihentikan

sampai pengambilan spesimen dilakukan.

5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal

1) Pemeriksaan Hemokonsentrasi Darah

Nilai normal pada :

Dewasa wanita : 37-47 %

Pria : 45-54 %

Anak-anak : 31-43 %

Bayi : 30-40 %

Neonatal : 44-62 %

Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari

perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi anti koagulan

ke dalam darah untuk mencegah pembekuan.

2) Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, C1), dengan nilai normal :

Natrium : 310-335mg (13,6-14meq/liter)

Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)

Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq/liter)

Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan

sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremi dan hiperkalimia.

Tidak diperlukan persipan fisik secara khusus.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

156

Page 157: Anatomi Endokrin

3) Pencobaan Vanil Mandelic acid (VMA) : Bertujuan untuk mengukur

katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak

ada persiapan khusus.

4) Stimulasi Test

Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menendeteksi hipofungsi adrenal.

Dapat dilakukan kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap

aldosteron dengan pemberian sodium.

Kuliah Endokrine Jurusan keperawatan Kupang Simon Sani Kleden, SKep, Ns

157