anatomi dan fisiologi sistem pernafasan

Upload: lidya-simatupang

Post on 17-Jul-2015

698 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan(Lidia L.W Simatupang, 1006672636) Saluran pernafasan dibagi atas saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Berikut saluran pernafasan atas: 1. Hidung Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksterna yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya. Lapisan tengah hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lendir. Udara yang di rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir; silia pada lapisan mukosa secara continue menyapu lendir ke arah faring. 2. Faring Faring atau teggorokan adalah tuba muscular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dibagi menjadi 3 segmen, setiap segmen dilanjutkan oleh segmen lainnya; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terleak di belakang rongga nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba audiotorius, yang memanjang ke telinga tengah. Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan, namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan. Bagian faring yang terletak di belakang mulut adalah orofaring; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Laringofaring merupakan bagian paling inferior faring. Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esophagus. Kontraksi dari dinding

muscular orofaring dan laringofaring merupakan bagian refkeks menelan. 3. Laring Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan laring dan trakea. Laring memungkinkan udara masuk ke struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakea. Laring menjadi tempat pita suara dengan demikian menjadi tempat pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilao) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membrane mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas 9 yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur seperti kotak dan satu sama lainnya dihubungkan oleh ligament. Kartilago laring terbesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada permukaan anterior leher (pada pria disebut jakun). Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhanyya dilapisis oleh membrane mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glottis. Gerakan ini mencegah masuknya makanan atau minuman ke dalam laring. Pita suara terletak di kedua sisi glottis. Selama bernafas, pita suara tertahan di kedua sisi glottis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakea. Selama berbicara, otot-otot intrinsic laring menarik pita suara menutupi glottis, dan udara yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf cranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesori. Saluran Pernfasan Bawah. 1. Trakea Pipa udara atau trake adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10-13 cm dengan lebar 2,5 cm. Trakea terletak di depan esophagus dan saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan

anterior leher. Trakea memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga thoraks tempatnya terbagi menjadi bronki kanan dan kiri. Dinding bronki disanggah oleh cincin-cincin kartilago, otot polos dan serat elastic. Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang banyaknya sekitar 16-20 bauah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esophagus ketika makanan ditelan. Cincin kartilago memberikan bentuk kaku pada trekea, mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan udara. Bagian dalam trakea diapisi oleh membrane mukosa bersilia yang memiliki sel PSCC (pseudostratified ciliated columnar) untuk mensekresi lendir. 2. Bronkial dan alveoli Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronkus primer sedikit memanjang dari trakea ke arah paru-paru membentuk cabang menjadi bronkus sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris; cabang bronkus kiri memiliki sudut yang lebih tajam dari pada cang bronkus kanan. Hal ini megakibatkan benda asing yang tidak sengaja masuk akan tersangkut pada bronkus kanan. Pada dinding bronkiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Bronkiolus yang paling kecil berkhiar dalam kumpulan alveoli. Fungsi percabangan bronchial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli (sebagai tempat pertukaran gas). Struktur Alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu lapis sel skuamosa. Diantara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan dalam dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui dinding alveolar. 3. Paru-paru

Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma, bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah setiap paru terdapat identitas yang disebut hilus, tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonary kedlam paru. Sebagai organ, fungsi paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfer dan udara dalam aliran darah. Paru dibagi menjadi kompartmen yang disebut lobus. Paru kanan terdiri dari 3 lobus, dan kiri 2 lobus. Lapian yang membatasi antara lobus disebut fisura. Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartmen yang lebih kecil dan dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus yang masing-masing mempunyai brokhiole, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik. Dua lapis membrane serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleura. Lapisan paling luar disebut parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura visceral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan Pleural melicinkan permukaan kedua membrane pleural untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernafas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membrane pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi dan terasa sangat nyeri karena membrane pleura saling bergesekan satu sama lain ketika bernafas. 4. Toraks Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastiunum, yang secara sempurna memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari rongga pleura kiri yang merupakan tempat dari paru kiri. Toraks mempunyai peranan penting dalam pernafasan. Karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya ke tulang belakang, toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan. Bahkan perubahan yang lebih besar

lagi terjadi ketika diafragma berkontraksi atau berelaksasi. Saat diafragma berkontraksi, difragma akan mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar rongga toraks kea rah bawah sehingga memperbesar volume toraks. Ketika difragma rileks, diafragma kembali ke bentuk awalnya.

Pembahasan KasusDalam kasus dikatakan bahwa seorang anak dirawat di RS karena aspirasi kacan, dan ibunya mengatakan anak tersebut didapati tersedak dan batuk-batuk dan gelisah. Beberapa saat kemudian anak tersebut mengalami sesak nafas. Tersedak pada anak ini terjadi karena makanan tersebut tidak dikunyah dengan sempurna sehingga tersangkut di tenggorokan atau saluran pernafasan. Seperti pada anatomi dan fisiologi yang telah disebutkan di atas, saluran pernafasan salah satunya adalah faring, dimana faring ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Diantara ketiga segmen tersebut, orofaring dan laringofaringlah yang dapat dilewati oleh makanan sehingga berisiko untuk tersedak. Makanan yang dari mulut diteruskan ke orofaring karena orofaring letaknya dibelakang mulut. Proses masuknya kacang ke orofaring tidak terjadi dengan sempurna pada anak tersebut sehingga terjadi reflex batuk oleh tubuh sebagai respon pertahanan. Akan tetapi anak tersebut tidak diberi pertolongan tambahan seperti air minum. Hal ini mengakibatkan tidak terjadi kontraksi dari dinding muscular orofaring dan laringofaring sehingga refkeks menelan pun tidak terjadi. Jika reflex menelan terjadi dengan normal, maka selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glottis. Gerakan ini mencegah masuknya makanan atau minuman ke dalam laring dan kacang akan masuk ke esophagus. Akan tetapi karena tidak terjadi reflex menelan maka makanan kacang tersebut masuk ke dalam laring. Laring berfungsi sebagai tempat kotak suara dan penghubung ke trakea. Masuknya kacang ke laring menyebabkan gangguan pada masuknya udara sehingga anak tersebut menjadi sesak nafas. Orang yang mengalami tersedak juga akan sulit berbicara sebab terganggunya udara masuk ke laring mengakibatkan tidak ada udara yang menggetarkan pita suara sehingga sulit untuk berbicara bagi orang yang tersedat. Bila kejadian ini tidak segera ditangani, dapat berakibat fatal bagi anak tersebut.

Daftar pustaka Efendi, F. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba Medika. Gede, N. Y., dkk. (2002). Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC. Yupu, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak..Jakarta: EGC.