anatom hidung

8
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinus–sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Sinus yang dalam keadaan fisiologis adalah steril, apabila klirens sekretnya berkurang atau tersumbat, akan menimbulkan lingkungan yang baik untuk perkembangan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia. Sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat. Berdasarkan fakta tersebut diatas, sinusitis adalah penyakit yang penting untuk diketahui oleh seorang praktisi kesehatan. Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia 1 Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama 1

Upload: edwinyosua

Post on 25-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

anatomi hidung

TRANSCRIPT

2

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangManusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinussinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Sinus yang dalam keadaan fisiologis adalah steril, apabila klirens sekretnya berkurang atau tersumbat, akan menimbulkan lingkungan yang baik untuk perkembangan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia. Sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat. Berdasarkan fakta tersebut diatas, sinusitis adalah penyakit yang penting untuk diketahui oleh seorang praktisi kesehatan.Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia1 Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rhinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis (PERHATI, 2006).Penyebab utama sinusitis adalah infeksi virus, diikuti oleh infeksi bakteri dan jamur. Dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring (faringitis, adenoiditis, tonsilitis), infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2), berenang dan menyelam, trauma, serta barotrauma. Faktor predisposisi berupa obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung. Selain itu, rinitis kronik serta rinitis alergi juga menyebabkan obstruksi ostium sinus serta menghasilkan banyak sekret, yang merupakan media bagi pertumbuhan kuman. Faktor predisposisi yang lain meliputi lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering yang dapat mengakibatkan perubahan pada mukosa serta kerusakan silia.Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus ethmoid dan maksilaris. Bahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan intrakranial, komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tidak dapat dihindari. Tatalaksana dan pengenalan dini terhadap sinusitis ini menjadi penting karena hal diatas. Terapi antibiotic diberikan pada awalnya dan jika telah terjadi hipertrofi, mukosa polipoid dan atau terbentuknya polip atau kista maka dibutuhkan tindakan operasi (Mangunkusumo&Soetjipto, 2007).1.2. Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari sinusitis.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1ANATOMI HIDUNG Kedua rongga hidung adalah bagian teratas dari traktus respiratorius dan mengandung reseptor-reseptor penciuman. Rongga hidung adalah ruangan berbentuk baji yang melebar di bagian inferior dan menyempit di bagian superior (apex)(1). Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahannya serta persarafannya(2). Setiap rongga hidung terdiri tiga regio umum, regio vestibulum nasal yaitu ruang kecil yang melebar pada nares anterior yang memiliki folikel-folikel rambut yang disebut vibrissae, yang kedua adalah regio pernafasan yang merupakan regio terbesar yang sangat kaya akan pembuluh darah dan persarafan dan terdiri dari epitel pernafasan dan menjalankan fungsi-fungsi tertentu berkenaan dengan proses respirasi. Regio terakhir adalah regio penciuman yang mengandung reseptor penciuman yang terletak di atap hidung, konka superior dan 1/3 atas septum.(1)Hidung pada masa embriologi, selama minggu ke-6 lubang hidung semakin bertambah dalam, sebagian karena tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan sebagian lagi karena lubang ini menembus ke dalam mesenkim dibawahnya. Mula-mula membran oronasalis memisahkan kedua lubang hidung tadi dari rongga mulut primitif, melalui foramina yang baru terbentuk, yakni koana primitif. Koana ini terletak di sisi kanan dan kiri garis tengah dan tepat dibelakang palatum primer. Selanjutnya, dengan terbentuknya palatum sekunder dan berkembangnya rongga-rongga hidung primitif lebih lanjut, koana tetap terletak pada peralihan antara rongga hidung dan faring. (3)2.1.1Hidung Luar (2,4) Gambar 1 Anatomi Hidung LuarHidung luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dengan bibir atas, yang berbentuk piramid. struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian, bagian paling atas, kubah tulang yang tidak dapat digerakkan, di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Di sebelah superior, struktur tulang hidung luar berupa prosesus maksila yang berjalan ke atas dan kedua tulang hidung, semuanya disokong oleh prosesus nasalis tulang frontalis dan suatu bagian lamina perpendikularis tulang etmoidalis. Spina nasalis anterior merupakan bagian dari prosesusmaksilaris medial embrio yang meliputi premaksila anterior, dapat pula dianggap sebagai bagian dari hidung luar. Kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan, dibentuk oleh kartilago lateralis superior yang saling berfusi di garis tengah juga berfusi dengan tepi atas kartilago septum kuadrangularis. Sepertiga bawah hidung luar atau lobulus hidung, dipertahankan bentuknya oleh kartilago lateralis inferior. Lobulus menutup vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, lateral oleh alae nasi, dan anterosuperior oleh ujung hidung. 2.1.2Hidung Dalam(4)Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah yang secara anatomi membagi organ menjadi dua rongga hidung. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, bagian tulang adalah lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila dan krista nasalis os palatina. Sedangkan di bagian tulang rawan tersusun oleh kartilago septum (lamina kuadrangularis) dan kolumela. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, dan bagian luarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung. Gambar 2 Anatomi Hidung DalamDinding lateral dari rongga hidung sangat rumit dan terbentuk dari tulang, tulang rawan dan jaringan lunak. Bagian depan dinding lateral hidung licin yang disebut ager nasi dan dibelakangnya terdapat konka-konka. Terdapat empat buah konka, yang terbesar dan terletak paling bawah adalah konka inferior yang merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid. Konka yang lebih kecil adalah konka media dan lebih kecil lagi konka superior dan yang terkecil adalah konka suprema, ketiganya merupakan bagian dari labirin etmoid. Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Bergantung letaknya meatus terdiri dari meatus inferior, media dan superior.Duktus nasolakrimalis dan muara sinus paranasal terbuka ke dinding lateral dari rongga hidung. Duktus nasolakrimalis bermuara pada dinding lateral hidung pada meatus inferior di bawah ujung dari konka inferior, muara ini mengalirkan air mata. Sinus frontalis dan etmoidalis anterior mengalirkan sekretnya melalui duktus frontonasal dan infundibulum etmoidalis menuju ke bagian anterior dari hiatus semilunaris pada meatus media. Sinus etmoidalis anterior bermuara pada meatus superior. Sinus maksilaris bermuara ke hiatus semilunaris, biasanya di bagian bawah dari bulla etmoid.(1) Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum. Sedangkan dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.(2)1