analisis yuridis putusan mahkamah syariah nomor:...

93
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: 0001/JN/2015/MS. Snb. TENTANG KHALWAT DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: ISMAIL MARZUKI NIM: 1112043100011 PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017M/1438H

Upload: vuongngoc

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR:

0001/JN/2015/MS. Snb. TENTANG KHALWAT DALAM PANDANGAN

HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

ISMAIL MARZUKI

NIM: 1112043100011

PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017M/1438H

Page 2: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana
Page 3: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana
Page 4: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana
Page 5: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

iii

ABSTRAK

Ismail Marzuki, NIM 1112043100011, Analisis Yuridis Putusan

Mahkamah Syariah Nomor: 0001/JN/2015/MS.Snb Tentang Khalwat Dalam

Pandangan Hukum Positif Dan Hukum Islam), Strata Satu (S-1), Jurusan

Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H/2017 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa bentuk hukuman bagi pelaku

khalwat di Aceh serta mengetahui bagaimana pandangan hukum positif dan

hukum Islam terhadap hukuman khalwat dan mengetahui komparasi hukum

positif dan hukum Islam pada kasus tersebut. Hal ini penulis kaji dari sudut

pandang kebijakan yang ada di Aceh dengan hukum yanng diterapkan di

Indonesia yang memakai KUHP sebagai landasan hukum nya.

Adapun penelitian ini bersifat Deskriptif Analisis, yang mengungkapkan

peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang

menjadi objek penelitian. Pendekatan yang penulis lakukan menggunakan

pendekatan analisis kualitatif dengan mencari data baik dalam buku, jurnal, dan

artikel yang berkaitan penelitian penulis. Adapun sumber data yang penulis pakai

adalah bahan hukum primer dan sekunder. Penelitian ini mengunakan metode

yuridis- normatif.

Dari penelitian yang penulis lakukan diketahui bahwa penerapan hukuman

khalwat yang telah diputus oleh pengadilan Sinabang Provinsi Aceh berbeda

dengan hukum positif yang mana didalam KUHP menilai kasus ini telah

melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana penjara paling lama 9

bulan, Karena pelaku melakukan perzinaan di atas pernikahan yang sah.

Sedangkan di putusan ini telah melanggar pasal 4 dan 5 jo pasal 22 qanun provinsi

Aceh Nomor 14 tahun 2003 tentang pelanggaran jarimah khalwat dengan dijatuhi

hukuman 9 kali uqubat cambuk.

Sedangkan dalam pandangan hukum Islam menilai putusan hukuman

tentang khalwat di Snb. Provinsi Aceh, bahwasanya terdakwa di hukum dengan

hukuman rajam sampai mati dengan cara dilempari batu yang sedang, karena

telah melakukan perbuatan zina di atas pernikahan yang sah dengan disebut zina

muhsan. Sedangan dalam putusan ini dijatuhi hukuman 9 kali uqubat cambuk.

Adapun persamaan hukuman yang berada di Aceh dengan hukum Islam

tentang jarimah khalwat adalah dihukum di muka umum, dalam rangka Syari’at

Islam. Adapun perbedaannya adalah dirajam sampai mati diputusan ini dikenai 9

kali uqubat cambuk, dalam Islam hukumannya termasuk jarimah hudud

sedangkan di putusan ini termasuk ta’zir. Sedangkan dengan Hukum Positif sama-

sama diputus dipengadilan, memberi efek jera, perbedaannya adalah dipenjara 9

bulan kurungan, diputusan ini dihukum 9 kali uqubat cambuk didepan umum.

Kata Kunci : Khalwat, Aceh, hukum positif, Islam.

Pembimbing : 1. Dr. Kamarusdiana, MH

2. Mustolih, S.HI, MH

Page 6: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

iv

KATA PENGANTAR

بسم هللا الر حمه الرحيم

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih sayang, dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ ANALISIS YURIDIS

PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: 0001/JN/2015/MS.Snb

TENTANG KHALWAT DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM)” Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah mengantarkan umatnya dari kegelapan dunia ke zaman peradaban ilmu

pengetahuan.

Penulis sangat bahagia dapat menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang

pendidikan Strata satu (S1) yang penulis tempuh sudah selesai. Serta penulis tidak

lupa meminta maaf apabila didalam penulisan skripsi ini ada yang kurang

berkenan di hati para pembaca, karena penulis menyadari bahwa penulis masih

jauh dari kesempurnaan.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat tercapai

tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa

hormat yang amat mendalam, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarf

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, P,hd. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

v

3. Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, Kepala Prodi Perbandingan Mazhab

dan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Pembimbing Akademik dan seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dosen pembimbing Skripsi Dr. Kamarusdiana, MH dan Mustolih, SHI,

MH yang selalu memberi pengarahan, pembelajaran yang baru bagi saya

dengan penuh ke ikhlasan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Terkhusus kepada orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi.

Ayahanda tercinta Syarifuddin dan Ibunda tercinta Pu’a yang selalu

mendo’akan dan memberikan semangat kepada ananda untuk

menyelesaikan skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya

untuk membahagiakan dan membesarkan penulis sampai saat ini. Tidak

akan pernah dan mustahil penulis mampu membayar apa yang telah

diberikan selama ini. Kedua orang tua selalu menjadi sumber inspirasi

penulis dalam menjalankan kehidupan dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada saudara penulis kaka Ahmad Muzami kaka perempuan Mitra

Turrahmah dan kaka ipar Arizal serta adik-adik Firman Ilahi dan

Muhammad Nafis yang selalu memberi semangat dari segala arah dan

mendoakan penulis.

Page 8: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

vi

8. Kepada sahabat-sahabat Rendi, Badrus, Arif onira, Gusti dan Eko telah

mendukung dan membantu menyelesaikan skripsi baik itu berupa moril

dan materil.

9. Kepada teman-teman penulis yang kelompok KKN Pusako Rantau Ari,

Arif, Septian, Ridwan, Roni, Rozi, Yudi, Apis, Haris, Fitri wati, fitri yani,

lusi dan delima, mereka teman-teman selalu menjadi kekuatan hidup di

Ciputat.

10. Kepada sanak saudara mahasiswa Minang yang berada di Ciputat mereka

sudah penulis anggap adalah keluarga penulis yang berada di Ciputat.

Mereka telah mendorong dan memberi semangat dan selalu mengingatkan

untuk mengerjakan skripsi ini.

Semoga amal baik mereka semua dibalas oleh Allah SWT.

Sunggguh hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka

dengan kebaikan berlipat ganda.

Jakarta, 4 April 2017

Ismail Marzuki

Page 9: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

vii

Pedoman Transliterasi

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

Th ṭ ط A A ا

Zh ẓ ظ B B ب

‘ ‘ ع T T ت

Gh Gh غ ts Th ث

F F ف j J ج

Q Q ق ḥ ḥ ح

K K ك kh Kh خ

L L ل D D د

M M م dz Dh ذ

N N ن R R ر

W W و Z Z ز

H H ه S S س

, , ء Sy Sh ش

Y Y ي Sh ص

Dl ض

Arab Indonesia Inggris

Ā ā آ

Ī ī إى

Ū ū أو

Page 10: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

viii

DAFTAR ISI

Lembaran Pengesahan ...................................................................................... i

Lembar Pernyataan.......................................................................................... ii

Abstrak ............................................................................................................iii

Kata Pengantar ................................................................................................ v

Pedoman Transliterasi......................................................................................vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 6

C. Batasan Masalah ....................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ..................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8

1. Tujuan Penulisan ............................................................... 8

2. Manfaat Penelitian ............................................................. 8

F. Studi Terdahulu ......................................................................... 8

G. Metode Penelitian .................................................................... 10

1. Jenis Penelitian .................................................................. 10

2. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 11

3. Teknik Analisis Data ......................................................... 12

H. Sistematika Penulisan .............................................................. 12

BAB II : KHALWAT DALAM KAJIAN TEORITIS

A. Sejarah Hukuman Khalwat di Aceh ..................................... 13

Page 11: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

ix

B. Pengertian Khalwat .............................................................. 14

C. Dasar Hukum Khalwat ........................................................ 16

D. Khalwat Menurut Ulama Fiqh ............................................. 19

E. Khalwat Dalam Hukum Positif ............................................ 23

F. Hukuman Khalwat di MS Malaysia .................................... 27

BAB III : DESKRIPSI UMUM TENTANG MAHKAMAH SYAR ’IYAH

DAN QANUN JINAYAT

A. Mahkamah Syar’iyah.............................................................34

1. Sejarah Mahkamah Syar’iyah..........................................34

2. Pengertian Mahkamah Syar’iyah .................................... 38

3. Pondasi Hukum Mahkamah Syar’iyah .......................... 38

4. Kewenangan Mahkamah Syar’iyah ............................... 39

B. Mahkamah Syar’iyah Sinabang secara umum ..................... 40

C. Qanun ................................................................................... 42

1. Teori dan Dasar hukum Qanun Jarimah ........................ 42

2. Pembentukan Qanun Jarimah ........................................ 46

3. Pelaksanaan Hukum Qanun Jarimah ............................. 47

4. Wilayat Al Hisbah ......................................................... 48

D. Kedudukan Qanun di Indonesia .......................................... 49

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH SYAR’IYAH

NOMOR 0001/JN/2015 Snb.TENTANG JARIMAH KHALWAT

A. Putusan Nomor 0001/JN/2015Ms.Snb ................................. 53

Page 12: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

x

B. Bentuk Hukuman Jarimah Khalwat dalam Qanun di Aceh .. 60

C. Pandangan Hukum Islam Hukum Positif Terhadap putusan

nomor 0001/JN/2015 MS.Snb tentang Jarimah Khalwat .... 61

D. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Hukum Positif dan

Hukum Islam Terhadap Putusan No 0001/ JN/2015.

MS.Snb. tentang Jarimah Khalwat ....................................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 74

B. Saran-saran .......................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79

Page 13: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu

dengan individu dapat juga oleh individu dengan kelompok. Pergaulan juga

merupakan kebutuhan setiap makhluk hidup khususnya manusia sebagai makluk

sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, sehingga pergaulan akan terjadi

setiap harinya antar sesama makhluk hidup. Karena secara alamiah manusia

adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup menyendiri tanpa makhluk lain,

sehingga untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia selalau hidup

bermasyarakat.1

Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan yang sempurna di muka bumi

ini dengan diberikan akal pikiran, jika dibandingkan dengan makhluk yang lain

yang tidak dikaruniai pikiran, dan dengan akal fikiran inilah manusia menjalani

kehidupan sesama dengan manusia lainnya untuk berkehidupan bermasyarakat

dan di dalam berkehidupan bermasyarakat itu manusia saling mebutuhkan, saling

menolong dan saling berbuat baik, manusia mempunyai naluri untuk hidup secara

damai dan baik, saling melindungi dan saling menjaga dengan manusia lainnya

dan yang pokok adalah agar manusia bisa bersyukur kepada Tuhan yang telah

menjadikan semuanya dengan sempurna. Untuk itu semua diperlukan suatu

aturan-aturan agar hidup berdampingan selalu damai dan diridhoi Tuhan,

1 Christiani Widowati, “Hukum Sebagai Norma Sosial Memiliki Sifat Mewajibkan”.

dalam Adil Jurnal Hukum (Jakarta. Vol.4NO.1 Juli 2013), Hal.151.

Page 14: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

2

penanaman suatu petunjuk hidup bermasyarakat agar tidak terjadi perselisihan dan

selalu tentram damai perlu adanya aturan-aturan dan sanksi bagi melanggarnya

yang dinamakan hukum dan cara menjalaninya dengan baik.

Hukum dalam kehidupan bermasyarakat merupakan suatu pilar utama,

dimanapun kita berada, selalu memakai hukum dan undang-undang untuk

mengatur hubungan sesama kita. Hukum juga menyediakan sanksi kepada orang

yang melanggar dari aturan yang ada, maupun aturan tersebut berasal dari Tuhan

maupun hukum yang disepakati manusia, karena hati dan nurani dan belajar saja

tidaklah lengkap untuk mengatur kehidupan manusia. menjaga keselamatan

sesama, menjaga kehidupan baik moral maupun yang besifat materi dan juga

menegakkan keadilan ditengah-tengah masyarakat.

Perkembangan zaman sekarang ini didukung oleh teknologi yang semakin

canggih sehingga membuat pola pikir dan pola pergaulan manusia semakin maju

dan tidak terbatas. Namun di sisi lain, masyarakat sering dihadapkan dengan

berbagai masalah sosial yang selalu berkembang, salah satunya masalah pergaulan

antara laki-laki dan perempuan. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan

sekarang ini menimbulkan kesan pergaulan yang tidak mempunyai batasan.

Akibat dari pergaulan semacam itu, maka timbul berbagai masalah negatif yang

lain, salah satunya khalwat. Perbuatan khalwat dinilai sebagai perbuatan yang

dapat menimbulkan permasalahan sosial seperti perzinaan, mengandung anak di

luar nikah, dan pembunuhan bayi.2

2 Muhammad Tholhah Hasan, “Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman”,

Cet. Ke-V, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), 1-3

Page 15: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

3

Sebagai umat beragama, kita harus saling menjaga dari segala macam dosa

yang telah di atur oleh agama salah satunya zina, karena zina sangat mudah terjadi

dikehidupan masyarakat, zina merupakan perbuatan keji dan diharamkan. Zina

termasuk golongan dosa besar. Para agamawan dari agama manapun bersepakat

bahwa zina hukumnya haram dan tidak satupun agama memperbolehkannya, oleh

sebab itu, hukuman had zina adalah hukuman yang paling berat sebab zina

merupakan tindakkan kriminal terhadap kehormatan dan keturunan.3

Syariat Islam telah mengatur batasan-batasan dan tata cara bergaul, baik

antar individu maupun antar kelompok, baik sesama jenis maupun dengan lawan

jenis. Ada batasan-batasan yang kuat dalam pergaulan syari’at Islam. Salah

satunya yaitu Islam melarang untuk menyepi dengan lawan jenis atau bukan

muhrim untuk berkhalwat (mesum). 4

Syari’at Islam melarang wanita muslimah menerima tamu laki-laki yang

bukan muhrim di rumahnya saat suaminya sedang pergi atau tidak berada di

rumah. Tidak diperbolehkan pula bagi seorang muslim atau muslimah berkumpul

di tempat yang sepi karena sesungguhnya menyendiri dengan yang bukan muhrim

itu dilarang.5

Negara Indonesia merupakan negara yang mayoritas muslim, di negara ini

tidak memakai hukum Islam melainkan kalau masalah pernikahan, waris dan

wasiat hanya itu saja yang dipakai untuk hukum berdasarkan syari’at Islam

selainnya memakai hukum positif yang mengadopsi hukum Belanda, ada

3Wahbah az-Zuhaili, “Fiqih Islam wa Adillatuhu” (Depok: Gema Insani, 2011). H.300.

4 Abdullah Aziz Dahlan, “Ensiklopedia Hukum Islam” (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), Hal. 898. 5Musthafa As-Shiba’i, “Wanita dalam Pergaulan Syari‟at & Hukum Konvensional,

(Jakarta: Insan Cemerlang dan PT. Intimedia Ciptanusantara), hal. 201.

Page 16: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

4

beberapa daerah di Indonesia yang menegakkan hukum Islam seperti di Provinsi

Aceh namun di wilayah ini tidak semua memberlakukan hukum Islam.

Berdasarkan ketentuan syari’at di atas, maka pemerintah Aceh pun

mengatur larangan pergaulan yang dilarang dalam syari’at Islam yaitu Qanun.

Aceh termasuk salah satu daerah yang diistimewakan di dalam sistem tata hukum

seperti yang terdapat dalam UU No. 11 Tahun 2012.

Konteks pemberlakuan Syariat Islam di Aceh, Qanun merupakan

Peraturan Perundang-undangan sejenis peraturan Daerah Provinsi atau

Kabupaten/Kota yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan

masyarakat di Aceh. Pembentukan qanun sebagai instrumen yuridis untuk

pelaksanaan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) serta pelaksanaan

otonomi daerah, akan terlaksana dengan baik apabila di dukung oleh tata cara

pembentukan, metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat semua lembaga

yang memiliki wewenang membentuk qanun.6

Qanun yang telah di buat oleh pemerintah Provinsi Aceh sebagaimana

yang dikehendaki dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001, misalnya pada

tahun 2002, telah disahkan beberapa qanun. Pada periode akhir konflik Aceh,

diberlakukan sejumlah peraturan perundang-undangan yang menitik beratkan

kepada syari’at Islam, diantaranya ialah Undang-undang Nomor 44 tahun 1999

Tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh, Undang-undang Nomor 18 Tahun

2001 Tentang Otonomi Khusus Provinsi Aceh, Qanun Nomor 10 Tahun 2002

Tentang Pelaksanaan Syari’at Islam Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syi’ar Islam.

6 Sirajuddin, Pemberlakuan Syariat Islam di Naggroe Aceh Darussalam Pasca Reformasi

(Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 74.

Page 17: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

5

Qanun Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Khamar, Qanun Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Maisir, Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat, Qanun Nomor 7

Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Zakat, Udang-Undang Nomor 11 Tahun 2006

Tentang Pemerintahan Aceh Dan Qanun Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Baitul

Mal.7

Mengenai praktek penegakkan qanun khalwat terhadap pelaku

pelanggaran jarimah khalwat di Aceh, ada tiga qanun yang berhubungan dengan

jinayah (hukum pidana) yang telah disahkan oleh pemerintah Aceh pada tahun

2003 yaitu qanun khamar dan sejenisnya, maisir (judi), khalwat (mesum). Dari

tahun 2004 hingga tahun 2008, Mahkamah Syari’ah di Aceh menetapkan

hukuman cambuk atau denda bagi para pelaku Khalwat. Sedangkan dari tahun

2009 sampai masa ini, penegakkan aturan qanun khalwat/sering diselesaikan

dengan pengadilan adat setempat.8

Qanun No 14 Tahun 2003, menjelaskan pada pasal 3 bertujuan untuk

dilarangnya khalawat yaitu:

a. Menegakkan Syari’at Islam dan adat istiadat yang berlaku dalam

masyarakat di Provinsi Aceh;

b. Melindungi masyarakat dari berbagai bentuk kegiatan dan/atau perbuatan

yang merusak kehormatan;

c. Mencegah anggota masyarakat sendiri mungkin dari melakukan perbuatan

yang mengarah kepada zina;

7 Khamami, “Pemberlakuan Hukun Jinayah di Aceh Dan Kelantan”, (Jakarta: LSIP,

2014), hlm. 5-6.

8Fauzul Mustaqim.com.2015. “Impementasi Qanun Aceh Tentang Khamar, Maiser dan

Khalwat di Aceh”, artikel ini diakses pada 23 september 2016 dari www.fauzulmustaqim.com.

Page 18: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

6

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan memberantas

terjadinya perbuatan khalwat/mesum;

e. Menutup peluang terjadinya kerusakan moral.

Penegakan hukum di Aceh sangat menarik untuk diketahui terutama dalam

masalah tindak pidana jarimah khalwat (Mesum) yang telah diundangkan oleh

Qanun Aceh yang juga ada di bahas dalam perundang undangan yang berlaku di

Indonesia dan hukum Islam yang dianut masyarakat Islam pada umumnya.

Pengadilan Mahkamah Syar’iyah No. 0001/JN/2015/MS.Snb telah

memutuskan kepada terdakwa I dan terdakwa II secara sah meyakinkan

melakukan jarimah ta‟zir berupa melakukan khalwat (mesum), dengan

menghukum para terdakwa dengan hukuman masing-masing sembilan (9) kali

„uqubat cambuk.

Berdasarkan hal di atas, penulis akan membahas putusan pengadilan

Mahkamah Syar’iyah Aceh mengenai hukuman jarimah Khalwat yang terlampir

dalam putusan pengadilan mahkamah syariah tersebut, dan menguraikan serta

membandingkan putusan tersebut dengan hukum positif dan hukum Islam yang

selanjutnya penulis beri judul: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN

MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: 0001/JN/2015/MS.Snb TENTANG

KHALWAT DALAM PANDANGAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM

ISLAM.

B. Identifikasi Masalah

Maka dari itu sesuai dengan latar belakang penulis memberikan

identifikasi masalah awal sebagai berikut:

Page 19: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

7

1. Apa yang dimaksud dengan khalwat?

2. Bagaimana pandangan hukum positif tentang khalwat?

3. Bagaimana hukum Islam tentang khalwat?

4. Apa yang dimaksud dengan qanun?

5. Bagaimana kedudukan qanun aceh di dalam Islam?

6. Bagaimana kedudukan qanun di Indonesia?

C. Batasan Masalah

Pembahasan penelitian ini agar terarah dan tersusun secara sistematis pada

tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis perjelas tentang

pokok-pokok bahasan dengan memberikan pembatasan, dalam penelitian ini

penulis hanya akan membatasi mengenai kajian pidana khalwat menurut Qanun

Pemerintah Aceh No. 14 tahun 2003 terkait dengan putusan yang dikeluarkan oleh

pengadilan Mahkamah Syariah No. 0001/JN/2015/MS.Snb

D. Rumusan Masalah

Penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa bentuk hukum Jarimah Khalwat di Aceh?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Positif terhadap

putusan pengadilan Mahkamah Syar’iah No. 0001/JN/2015/MS.Snb

tentang khalwat?

3. Apa persamaan dan perbedaan pandangan hukum Islam dan hukum

Positif tentang Jarimah Khalwat di Aceh?

Page 20: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

8

E. Tujuan dan Manfaat penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini ialah:

1. Mengetahui bentuk hukuman Jarimah Khalwat di Aceh

2. Mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Positif

terhadap putusan pengadilan Mahkamah Syar’iah No.

0001/JN/2015/MS.Snb tentang khalwat.

3. Mengetahui persamaan dan perbedaan pandangan hukum Islam dan positif

tentang Jarimah Khalwat di Aceh.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini yang ingin dicapai yaitu:

1. Menambah khazanah keilmuan tentang hukum yang berkembang di

Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memahami

penarapan hukum atas putusan pengadilan dalam kasus tindak pidana

jinayat di Aceh.

F. Studi Terdahulu

Sejauh pengetahuan penyusun yang melakukan tinjauan terhadap

kepustakaan sudah ada beberapa karangan ataupun penelitian yang meninjau

tentang khalwat, berikut ini kami sebutkan beberapa karya yang telah dijadikan

skripsi yang membahas mengenai khalwat antara lain;

1. Kajian Yuridis Penanganan Kasus Khalwat Anak di bawah Umur (Studi Kasus di

Banda Aceh). Karya ilmiah yang ditulis Azhari, skripsi ini diterbitkan Fakultas

Syariah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2010 ini membahas tentang

Page 21: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

9

ketentuan hukum bagi anak-anak pelaku khalwat menurut hukum Islam dan

hukum positif serta prosedur penanganan kasus khalwat anak yang diatur dalam

Qanun Nomor 14 tahun 2003.

2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Shofa Husra dengan inti dari penelitiannya

adalah hukuman bagi pelaku khalwat menurut ketentuan Qanun nomor 14 Tahun

2003 adalah hukuman cambuk dan/atau denda. Tetapi masih ada hukuman lain

yang diberikan kepada pelaku khalwat yaitu melangsungkan perkawinan.

Penjatuhan sanksi perkawinan bagi pelaku khalwat/mesum didasari dari

penyelesaian secara adat yaitu dalam bentuk mediasi. Orang yang terkait dalam

penyelesaian ini adalah pelaku, kerabat dekat pelaku, pemuka kampung dan WH.

Penjatuhan sanksi pernikahan diambil dengan tujuan demi kemslahatan, karena

pelaku telah melakukan perbuatan zina. Status pernikahan yang dilakukan sebagai

sanksi khalwat tidak sah karena karena pihak dari mempelai wanita kurang setuju

melakukan pernikahan, sikap kurang setuju ini telah disampaikan dalam forum

mediasi tersebut, sehingga pernikahan dilaksanakan dengan keadaan terpaksa,

dimana syarat sah pernikahan telah disetujui kedua mempelai, efek yang terjadi

akibat pernikahan yang dilaksakan dalam keadan terpaksa adalah tidak terciptanya

kasih sayang, dikhawatirkan terjadi KDRT, memberi perubahan pada anak serta

menyulut perceraian. Undang-undang memberi arahan untuk melakukan

pembatalan pernikahan bagi pernikahan yang dilaksanakan dengan terpaksa.

3. Skripsi Hady Warman yang berjudul “Implementasi Qanun Aceh Tentang

Khamar, Maisir dan Khalwat di Kabupaten Aceh Tenggara)’’, Tahun 2013.

Skripsi Tersebut membahas mengenai bagaimana implementasi Qanun Aceh

Page 22: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

10

tentang Khamar, Maisir dan khalwat di Kabupaten Aceh Tenggara. Yakni bahwa

implementasi Qanun Aceh tentang Khamar, Maisir dan Khalwat di Kabupaten

aceh Tenggara tidak dapat berjalan dengan efektif sejak diberlakukannya Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Keistimewaan Aceh dan Undang-undang

Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus tentang otonomi khusus

dikarenakan pelaksanaan qanun berlaku kurang tegas sehingga penyelesaian kasus

kurang efektif bahkan sering kali tidak dikenakan hukuman bagi yang melanggar,

kurangsa sosialisasi dari dinas syariat islam khususnya kepada masyarakat Aceh

Tenggara, dan sosialisasi dilaksanakan tidak merata, adanya kepentingan politik

yang menimbulkan dampak negatif terhadap efektifitas berlakunya Qanun aceh di

Kabupaten Aceh Tenggara, adanya oknum masyarakat kurang setuju untuk di

terapkan Qanun Qanun Aceh di Kabupaten Aceh tenggara, pembinaan masyarakat

tidak berlanjut dalam memberikan pemahaman masyarakat mengenai syariat

Islam dan lain lain.

Penulis disini menulis analisis putusan yuridis No 001/JN/2015.Snb.

tentang khalwat dalam pandangan hukum positif dan hukum Islam, tentu disini

sangat berbeda dengan apa yang telah dibahas didalam studi terdahulu.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian hukum dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kualitatif

dan kuantitatif.9 Penelitian kualititatif berarti tidak membutuhkan populasi dan

sampel, penelitian kuantitatif berarti menggunakan populasi dan sampel dalam

9 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Rineka Cipta,

1999) Cet. 1, h. 56.

Page 23: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

11

mengumpulkan data.10

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yang

mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori

hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam

pelaksanaannya di dalam masyarakat, yang berkaitan dengan objek penelitian.11

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengmpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan metode tunggal yang digunakan

dalam penelitian hukum normatif.12

Studi kepustakaan merupakan upaya

pengidentifikasikan secara sistematis dan melakukan analisis terhadap dokumen-

dokumen yang memuat informasi. Berkaitan dengan tema, objek, dan masalah

dalam suatu penelitian.

Berdasarkan jenis penelitian ini, data yang digunakan adalah studi

dokumentasi yang selanjutnya disebut data primer dalam penelitian ini dan bahan

yang membantu atau bahasan yang terkait dalam penelitian ini, yang disebut data

sekunder. Sumber data primer yang digunakan adalah putusan pengadilan

Mahkamah Syariah Aceh No. 0001/JN/2015/MS.Snb. KUHP dan Kitab Fiqih,

sedangkan bahan sekundernya yaitu berupa tulisan–tulisan ilmiah seperti artikel,

jurnal dan buku-buku lain yang berhubungan dengan judul ini.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah berdasarkan teknik analisis data

secara kualitatif, Dengan cara-cara data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka

10

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009). H. 98. 11

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009). H. 105. 12

Hukum normatif adalah hukum berdasarkan teori yang telah ada, dan dikembangkan

sesuai pemasasalahan yang menjadi fokus utama pembahasan dalam peelitian yang dilakukan.

Page 24: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

12

dan dokumentasi, dianalisis dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu analisis kualitatif. Tujuan disini adalah untuk mencari persesuaian objek

penelitian yang kemudian dianalisis dengan hukum Islam dan hukum positif.

H. Sistematika Penulisan

Menggambarkan keseluruhan uraian dan untuk literatur atas isi penelitian,

skripsi ini dibagi atas bab-bab yang terdiri dari lima bab, yaitu:

Pada BAB I, Pendahuluan, membahas latar belakang, Identifikasi,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, Kajian Pustaka, serta sistematika penulisan.

Pada BAB II, Khalwat, dasar hukum khalwat, membahas tentang khalwat

dalam hukum Islam dan hukum positif

Pada BAB III, Tinjauan umum tentang mahkamah syar’iyah, apa yang

dimaksud dengan qanun, dan qanun terhadap jarimah khalwat

Pada BAB IV Bentuk hukuman khalwat di Aceh, Analisis Putusan Nomor

0001/JN/2015/MS.Snb, yang mana dalam pembahasan ini penulis membahas

tentang Pandangan Hukum Positif Terhadap Putusan Nomor

0001/JN/2015/MS.Snb, kemudian membahas tentang Pandangan Hukum Islam

Terhadap Putusan Nomor 0001/JN/2015/MS.Snb dan Komparasi Pandangan

Hukum Positif Dan Hukum Islam Terhadap Putusan Nomor

0001/JN/2015/MS.Snb.

. Pada BAB V Penutup, yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.

Page 25: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

13

BAB II

KHALWAT DALAM KAJIAN TEORITIS

A. Sejarah Hukuman JarimahKhalwat di Aceh

Bumi Nusantara kita sendiri sejak agama Islam masuk hukuman syari‟ah

mulai diberlakukan berbagai wilayah, untuk menjaga keamanan masyarakat dan

keberlansungan masyarakat serta menjalani aturan yang telah disyariatkan oleh

Allah Swt dan dijalani oleh hambanya agar selalu mendapat rahmat-Nya. Dan ini

juga sudah berlansung sejak lama hingga ada pada saat ini beberapa wilayah yang

masih memakai Hukum Islam dan disahkan oleh Konstitusi.

Sejarahnya perzinaan di Kesultanan Aceh adalah pada masa Sultan

pertama, yaitu Ali Muqhyat Syah (1516-1530). Kejadian ini bukan di Aceh, tetapi

di Tiku berdasarkan kesaksian dua pelancong Perancis; Jean dan Raoul

Parmentier de Dieppe. Mereka tiba di Tiku, dekat Padang, pada 2 Oktober 1529.

Tiku sendiri pada saat itu belum termasuk bagian wilayah Kesultanaan Aceh

kecuali setelah tahun 1560. Jean dan Raoul mengatakan bahwa, orang-orang Tiku

pada saat itu telah beragama Islam. mengenai hukuman pidana yang dipraktekkan

oleh masyarakat Tiku, Jean dan Roual menjelaskan, ada dua hukuman perzinaan

yaitu hukuman mati bagi lelaki dan hukuman menjadi budak bagi perempuan.1

Masa Sultan ke-3 Aludin Riayat Syah al-Kahhar (1537-1571), hukuman

zina di Aceh dapat diketahui dengan jelas yaitu dihukum dengan hukum rajam.

Berdasarkan sumber dari India, Rawadla al-Thahirin, menyebutkan bahwa hukum

1 Ayang Utriza Yakin, “Sejarah Hukum Islam Nusantara Abad XIV-XIX M”,

(Jakarta:Kencana, 2016), h.46-47

Page 26: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

14

rajam telah dipraktikkan di Kesultanan Aceh. Keterangan ini berdasarkan seorang

pelancong India, Tahahir Muhammad Sabzwari yang berkunjung ke Aceh. Dia

menceritakan bahwa dua orang dijumpai telah berzina, pada tahun 1550, dengan

status masing-masing dihadapkan ke Sultan yang kemudian menghukum mereka

dengan hukuman mati. Kedua orang dibawa ke alun-alun, lalu dirajam hingga

mati.2

Masyarakat banyak juga memahami berbagai dari arti khalwat dan juga

berpendapat lain tentang hukuman khalwat karena masyarakat kebanyakan

didasari oleh budaya dan adat yang biasa dipakai di lingkungan dimanapun

berada, pada zaman sekarang khalwat sudah menjadi hal yang biasa bagi

masyarakat kita, ini merupakan penyimpangan kehidupan tipisnya moral pada

sebagian pemuda pemudi hal ini juga didorong oleh adanya telekomunikasi,

media sosial dan internet dan hiburan-hiburan lainnya yang menjurus kepada

perbuatan khalwat/mesum.

Zaman sekarang ini pergaulan tidak ada batasnya antara laki-laki dan

perempuan baik dilingkungan pendidikan, pasar, wisata dan juga dibuatkan

lokalisasi untuk berbuat khalwat tersebut yang telah terjadi pada masyarakat kita

hal ini menjadi perhatian khusus untuk kita karena tidak sesuai dengan ajaran

agama yang kita anut yakni agama Islam.

B. Pengertian Khalwat

Kata khalwat berasal dari kata arab خلوة -يخول -خال yang berarti sunyi atau

sepi. Secara bahasa خلوة dengan difathah kha’ nya memiliki beberapa makna di

2 Ayang Yutriza Yakin,”Sejarah Hukum Islam Nusantara Abad XIV-XIX M” Jakarta:

Kencana,2016).H.47.

Page 27: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

15

antaranya yaitu: pertama, sendiri atau menyendiri, kedua, satir atau penghalang,

dan ketigabermakna uzlah. Sedangkan secara istilah khalwat adalah berdua-duaan

antara pria dan wanita yang tidak ada hubungan mahram tanpa adaya orang

ketiga, dan tidak pula ada hubungan suami istri.3

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian khalwat secara

bahasa sebagai perbuatan mengasingkan diri yakni untuk menenangkan pikiran

serta mencari ketenangan batin, dan sebagainya. Sedangkan secara terminologi

ada dua makna berkhalwat, pertama, mengasingkan diri di tempat yang sunyi

untuk bertafakur, beribadah, dan sebagainya yang biasanya dilakukan selama

bulan Ramadhan oleh orang muslim. Kedua, berdua-duaan antara laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrim di tempat sunyi atau bersembunyi.4

Qanun Provinsi Aceh Nomor 14 Tahun 2003 tentang Hukum Jinayat Bab I

Pasal I angka 20 menjelaskan bahwa khalwat adalah perbuatan bersunyi-sunyi

antara dua orang mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim

atau tanpa ikatan perkawinan.

Khalwat merupakan istilah yang digunakan untuk keadaan tempat

seseorang yang tersendiri dan jauh dari pandangan orang lain. Istilah khalwat

dapat mengacu kepada hal-hal negatif, yaitu seorang pria dan seorang wanita

berada di tempat sunyi dan sepi dan terhindar dari pandangan orang lain, sehingga

sangat memungkinkan mereka berbuat maksiat.5

3Masrap Suhaimi dkk, “Terjemah Bulughul Maram” (surabaya: Al-Iklas, 1993), hlm 461-

462.

4 Pusat Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (Jakarta: PT GramediaPustaka Utama,

2008), Ed. 4, h. 692.

5 Abdul Aziz Dahlan, “Ensiklopedi Hukum Islam” (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,

1996), h. 898.

Page 28: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

16

Menurut terminologi hukum Islam, khalwat didefinisikan dengan

“keberadaan seorang pria dan wanita ajnabi6 di tempat yang sepi tanpa

didampingi oleh mahram baik dari pihak laki-laki ataupun perempuan”. Khalwat

juga dapat diartikan dengan bersendirian dengan perempuan lain atau perbuatan

menyendiri dengan perempuan yang bukan mahramnya.7 Di dalam Al-Qur‟an,

surat an-Nisa ayat 23 mengatakan bahwa yang termasuk ke dalam kategori

mahram ialah ibu, anak perempuan, saudara perempuan, saudara bapak yang

perempuan, saudara ibu yang perempuan, anak perempuan dari saudara laki-laki,

anak perempuan dari saudara perempuan, ibu yang menyusui, saudara perempuan

sepersusuan, mertua, anak perempuan tiri yang ibunya telah digauli, menantu

(istri dari anak kandung), dan saudara kandung istri.

C. Dasar Hukum Khalwat

Qanun Aceh UU No 14 Tahun 2003 tentang hukum jinayat, yaitu

perbuatan khalwat tersebut di atas dapat diancam Uqubat Ta’zir cambuk yang

diatur pada pasal 22 ayat 1 dan 2. Pada pasal tersebut setiap orang yang

melanggar jarimah khalwat diancam dengan uqubat tazir paling banyak 9

(sembilan) kali, paling rendah 3 (tiga) kalidan/atau denda paling banyak Rp

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), paling sedikit Rp 2.500.000,- (dua juta lima

ratus ribu rupiah). Dan sedangkan pada pasal 22 ayat 2, setiap orang yang

melanggar ketentuan khalwat diancam dengan uqubat ta’zir berupa kurungan

paling lama 6 (enam) bulan, paling singkat 2 (dua) bulan dan atau denda paling

6 Wanita ajnabi adalah wanita yang tidak ada hubungan kekerabatan dengan laki-laki itu

sehingga halal jika untuk dinikahi.

7 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, hal, 898.

Page 29: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

17

banya Rp. 15. 000.000,- (lima belas juta rupiah), paling sedikit Rp 5.000.000,-

(lima juta rupiah).

Khalwat/mesum adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh agama

Islam, dan juga bertentangan dengan adat istiadat yang ditegakkan

padamasyarakat Aceh karena prilaku tersebut dapat mengarahkan atau

menjerumuskan kepada perbuatan zina yakni berhubungan intim diluar

perkawinan yang sah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dibentuk

peraturan daerah atau qanun tentang larangan khalwat/mesum dalam pelaksanaan

syari‟at Islam secara kaffah atau keseluruhan.

Larangan khalwat untuk pencegahan dari awal bagi perbuatan zina,

larangan ini berbeda dengan jarimah lain yang lansung kepada perbuatan itu

sendiri, seperti mencuri, minum khamar dan maisir. Larangan zina justru dimulai

dari tindakan-tindakan yang mengarah kepada zina, hal ini mengindikasikan

bahwa perbuatan zina terjadi disebabkan adanya perbuatan lain yang menjadi

penyebab terjadinya zina.8

Ayat yang menyebutkan larangan untuk mendekati zina salah satunya

terdapat dalam Al-Qur‟an surat al-Isra‟ ayat 32, yaitu sebagai berikut:

32. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Menjelaskan bahwa larangan untuk mendekati zina, karena zina

merupakan perbuatan yang keji. Maka hal-hal yang menyebabkan atau mendekati

8Faisal, “Efektifitas Penerapan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat di

Kabupaten Aceh Besar” Jurnal Ilmiah Islam Futura NO 1 Agustus 2013, H.7.

Page 30: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

18

terhadap hal tersebut juga dilarang. Yang dimaksud dengan mendekati perbuatan

zina ialah, bahwa dekat bermakna pendek, hampir, rapat, dan tidak jauh jaraknya

antara satu dengan yang lain. Mendekati berarti menghampiri atau hampir sampai.

Yakni berkhalwat merupakan perbuatan yang hampir sampai pada perbuatan zina

karena bermakna mendekati dan dekat dengan zina. Maka berkhalwat atau

menyendiri dengan perempuan yang bukan mahramnya, dan disepakati hukum

keharamannya.9

Berkaitan dengan hal ini kaidah fikih mengatakan bahwa “Pada dasarnya

hukum dalam masalah sex ialah haram”. Dapat dipahami dengan jelas bahwa

segala yang berkaitan dengan perbuatan sex hukum asalnya yaitu haram, sampai

ada sebab-sebab yang menghalalkannya yaitu seperti melalui jalan pernikahan

atau dengan milkulyamin (yaitu budak miliknya).10

Kaidah di atas dapat juga

diartikan bahwa pada dasarnya farji itu haram, yang maksudnya ialah bahwa

hukum asal bersenang-senang dengan wanita itu adalah haram kecuali yang

dihalalkan oleh Syari‟at Islam.11

Hukuman bagi para pezina adalah tertulis dalam firman Allah swt dalam

surat An-Nur (24)2

9 Muhammad Abduh Malik, “Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP”

(Jakarta:Bulan Bintang, 2003), hal, 9. 10

Abdul Mujib, “Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Al-Qowa‟ idul Fiqhiyyah)” (Jakarta: Kalam

Mulia, 2001), hal, 57. 11

Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah: Kaedah-kaedah

Praktis Memahami Fiqih Islami, (Gresik: Pustaka Al-Furqon, 2009), hal, 54.

Page 31: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

19

2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap

seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada

keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman

kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka

disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

D. Khalwat Menurut Ulama Fiqh

Al Yasa‟ Abu Bakar berpandangan bahwa khalwat menurut fiqh ialah

perbuatan tersebut berada pada suatu tempat yang tertutup dan sepi antara dua

orang mukallaf yakni laki-laki dan perempuan yang bukan merupakan

mahromnya maka hal tersebut pun sudah dianggap sebagai tindak pidana.

Sehingga karena khalwat termasuk sebagai tindak pidana, maka perbuatan pidana

akan menimbulkan sanksi kepada pelakunya.12

Pada pembahasan fiqh klasik, unsur utama perbuatan khalwat ialah berada

pada tempat tertutup seperti di dalam rumah atau lebih spesifiknya ialah kamar.

Namun, dalam perkembangannya perbuatan seperti bermesraan, berciuman dan

atau berpelukan yang dilakukan di tempat umum, di tempat ramai atau di depan

orang lain juga merupakan perbuatan khalwat karena merupakan perbuatan

maksiat (perbuatan yang oleh syari‟at Islam dilarang dilakukan, karena dapat

membawa kepada zina).13

Hukum Islam mencakup berbagai dimensi. Dimensi abstrak, dalam wujud

segala perintah dan larangan Allah SWT dan Rasul-Nya; dan dimensi konkret,

dalam wujud perilaku mempola yang bersifat ajeq dikalangan orang Islam sebagai

12

Al-Yasa‟ Abubakar, “Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan” (Banda Aceh: Dinas Syari‟at Islam Provinsi Nanggore Aceh

Darussalam, 2005), hal, 277. 13

Al-Yasa‟ Abubakar, “Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan” hal, 277.

Page 32: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

20

upaya untuk melaksanakan titah Allah dan Rasul-Nya dan lebih konkret lagi,

dalam wujud perilaku manusia (amaliah), baik individual maupun kolektif.14

Kata dasar Hudud adalah had menurut bahasa artinya mencegah, menurut

syara‟ adalah hukuman yang terukur atas berbagai perbuatan tertentu, atau

hukuman yang telah dibentuk ukurannya di dalam syariat, baik hukuman

melanggar hak Allah atau merugikan hak manusia lainnya. Fungsi hadd adalah

untuk melindungi berbagai kepentingan publik yang memuat perlindungan

keberagaman, jiwa akal keturunan dan harta benda, kepentingan tertentu setiap

individu.15

Hadd zina wajib dijatuhkan jika pelakunya sudah baligh, berakal suka

sama-suka, serta mengetahui larangan berzina, baik dia seorang muslim, kafir

dzimmi, atu murtad. Sehinggah hadd zina tidak bisa dijatuhkan kepada pelaku

yang masih anak-anak, orang gila, orang yang dipaksa melakukan berzina dan

orang yang tidak mengetahui larangan berzina misal seorang mualaf. Adapun

tujuan hadd zina adalah untuk melindungi nasab, menghindari pelanggaran nama

baik seseorang, mencegah pelaku dari kerusakkan badan atau kejiwaan orang lain

bahkan perzinaan terkadang mengakibatkan subjek atau objek pelaku divonis

hukuman mati.16

Adapun pelaku zina gairu muhsan adalah pelaku zina laki-laki perjaka dan

perempuan perawan yang belum pernah menikah namun dia sudah melakukan

14

Cik Hasan Bisri, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: PT

RajaGrfindo Persada, 2004), h. 38 15

Wahbah Zuhaili,”Fiqh Imam Syafi’i, Mengupas masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Quran dan Hadits” (Cet.1 Jakarta: almahirah 2010)h.260 16

Wahbah Zuhaili,”Fiqh Imam Syafi’i, Mengupas masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Quran dan Hadits” (Cet.1 Jakarta: almahirah 2010)h.260

Page 33: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

21

hubungan seksual layaknya suami isteri, dan mereka yang melakukan zina yang

belum pernah menikah dijatuhakan hukuman di dera seratus kali dari keduanya

dan diasingkan selama satu tahun dari tanah kelahirannya yang telah dijelaskan

dalam hadist nabi SAW,” perzinaan yang dilakukan oleh laki-laki perjaka dengan

perempuan perawan hukumannya seratus kali deraan dan dibuang selama satu

tahun” sebagaimana dengan syarat pengasingan tersebut mencapai jarak yang

telah perkenankan mengqashar shalat, menurut pendapat yang shahih.17

Zina muhsan adalah orang yang pernah menyetubuhi isterinya dalam

ikatan pernikahan yang sah dan dia orang yang merdeka, baligh dan berakal.

Namun setelah itu mereka melakukan hubungan dengan perempuan lain yang

tidak sah atau yang selain isterinya, tingkatan zina ini adalah tingkatan yang

paling keji dan dapat diakui kekejiannya oleh setiap orang yang berakal bahkan

oleh sebagian banyak binatang, sebagaimana disebutkan oleh al-Bukhari dalam

Shahih-nya dari Amar bin Maimun al-Audi, dia berkata, “pada masa jahiliyah,

aku pernah melihat seekor kera jantan yang berzina dengan seekor kera betina.

Lalu datanglah kawanan kera mengerumuni mereka berdua dan melempari

keduanya sampai mati”.18

Zina sendiri adalah memasukkan kepala zakar (penis) atau seukurannya ke

dalam farjih (vagina) orang hidup dalam keadaan mengetahui keharaman

tersebut.19

Maksudnya keharaman mereka menyadari bahwa tidak ada hubungan

17

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, “Taman Para Pecinta” Jakarata; Khatulistiwa Prees 2009.

H.366 18

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, “Taman Para Pecinta” Jakarata; Khatulistiwa Prees 2009.

H.366 19

Asy Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fat-Hul Mu’in, (Surabaya: Al-

Hidayah 1993) hlm 325.

Page 34: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

22

yang sah sama sekali baik itu muhsan atau ghairu muhsan lalu mereka berbuat

perbuatan terlarang yaitu berzina dengan menyadari akan hal itu, dan inilah yang

dijatuhkan hukuman had zina.

Para Imam Mazhab sepakat bahwa zina merupakan perbuatan keji yang

besar, yang mewajibkan had atas pelakunya. Hukuman had itu berbeda menurut

macam perzinaan itu sendiri. yakni zina muhsan yaitu yang sudah menikah dan

ghairu muhsan yaitu yang belum menikah.

Adapun para Imam Mazhab sepakat bahwa syarat-syarat muhsan itu

sebagai berikut merdeka, dewasa, berakal, sudah menikah dengan suatu

pernikahan yang sah dan sudah melakukan persetubuhan dengan isterinya. Dan

para Imam Mazhab berbeda pendapat tentang menjatuhkan hukuman had bagi

pezina Muhsan apakah ke Islaman menjadi syarat di kenai had, Hanafi dan Maliki

menjadi syarat. Sedangkan menurut Syafi‟i dan Hambali: orang dzimmi tidak

dikenai had. Dalam hal ini para Imam Mazhab bahwa orang yang telah memenuhi

syarat di atas, lalu ia berzina dengan seorang perempuan, maka sudah terpenuhilah

syarat-syarat zina muhsan, jika perempuan itu merdeka, dewasa, berakal, sudah

disetubuhi oleh suaminya dalam suatu pernikahan yang sah dan ia seorang

muslimah maka telah Wajib dirajam dilempari dengan batu hingga mati. Apakah

mereka juga di jilid hukuman cambuk sebelum dirajam,Pendapat Imama Syafi‟i,

Hanafi, Maliki mereka hanya dikenai rajam, Imam Hambali keduanya dikenai

jilid dan rajam.20

20

Syaikh al –„Allamah Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, “Fiqih Empat

Mazhab” penerjemah; Abdul Zaki Alkaf, Bandung. H.455.

Page 35: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

23

Para Imam sudah menjelaskan semuanya sejak dahulu tentang pelaku

perbuatan zina dan hukuman bagi pelaku zina baik itu ghairu muhsan maupun

muhsan, hal ini sangat penting bagi keberlansungan hidup manusia khususnya

bagi yang beragama Islam agar selalu menjaga nasab kesuciannya dan

hubungannya sebelum ada ikatan pernikahan yang sah.

E. Khalwat dalam Hukum Positif

Usaha untuk penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang

(hukum) pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian utuh dari usaha

perlindungan masyarakat dan sekaligus mencangkup perlindungan masyarakat.21

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-

pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan

mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.

Objek dari ilmu ini adalah aturan hukum pidana yang berlaku disuatu negara

seperti hukum pidana Indonesia. Tujuan dari ilmu pengetahuan ini adalah

menyelidiki pengertian objek dari hukum pidana positif.22

Kehidupan manusia di dalam pergaulan masyarakatdiliputi oleh norma-

norma, dimana guna norma itu bagi manusia menjadi petunjuk bagi manusia

bagaimana seseorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan

mana yang harus dijalankan dan perbuatan perbuatan mana yang harus

dihindari.23

21

Barda Nawawi Arief, “Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep

KUHP Baru” (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 28 22

Mokhammad Najih dan Soimin “Pengantar Hukum Indonesia”sejarah,konsep tata

hukum,dan politik hukum Indonesia, cet pertama, Setara Pres Malang, Jatim 2014. H.160. 23

Kansil, “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia” balai pustaka, Jakarta,

1980,h.81

Page 36: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

24

Pergaulan hidup dibedakan 4 (empat) macam norma yakni24

1. Norma Agama

Norma agama adalah peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-

perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran yang berasal dari tuhan YME.

Norma agama itu bersifat umumserta berlaku bagi golongan umat manusia seperti

contoh, laranga berbuat riba dalam perdagangan sebagaiman tersurat pada Al

Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 275

Jenis pengaturan dalam norma agama baik yang bersifat perintah, larangan

maupun anjuran, sesungguhnya tercantum dalam ajaran agama sebagai

kepercayaan umat manusia. seperti Islam percaya kepada Al-Qur‟an, Kristen

Khatolik dan Protestan terhadap Injil, dan Hindu atau Budha terhadap kitab

sucinya Darma.

2. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan ialah hal yang menjadi peraturan hidup yang dianggap

sebagai suara hati sanubari manusia dalam sikap perbuatannya. Kesusilaan

memberikan peraturan-peraturan terhadap manusia agar supaya menjadi manusia

yang bermartabat dalam pandangan manusia lainnya. Hasil daripada perintah dan

larangan yang timbul dari norma kesusilaan itu pada manusia tergantung atas

pemahaman dan pandangan dari tiap-tiap pribadi manusia yang bersifat

perseorang atas sesuatu tindakan manusia.

Contoh dari yang melanggar norma kesusilaan ialah misalnya: sepasang

muda-mudi yang berciuman di tempat umum, adapun sanksi atas pelanggaran

24

Mokhammad Najih dan Soimin “Pengantar Hukum Indonesia”sejarah,konsep tata

hukum,dan politik hukum Indonesia, cet pertama, Setara Pres Malang, Jatim 2014.H.4dan5

Page 37: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

25

norma kesusilaan ini hanya berupa “ penyesalan diri”, karena tidak ada

kekuasaan dari luar yang memaksa perintah kesusilaan itu. Sifat peintah susila itu

ialah bahwa perintah itu harus dipenuhi secara sukarela, satu-satunya yang berdiri

dibelakang kesusilaan adalah kekuasaan hati nurani manusia.

3. Norma Kesopanan

Norma kesopanan adalah hal yang menjadi peraturan hidup di mana

ditimbulkan dari pergaulan masyarakat dalam hubungan sosial. Peraturan itu

diikuti sebagai pedoman tingkah laku manusia terhadap manusia yang ada di

sekitar lingkungan manusia lainnya. Contoh pergaulan hidup masyarakat jawa

misalnya : berjalannya orang muda ketika melewati orang yang lebih tua maka

orang muda harus mengucapakan terlebih dahulu uluk salam kepada orang yang

lebih tua sembari mengungkapkan permisi atau monggo.

Norma kesopanan ini bentuknya tidak tertulis namun keberadaannya

sangat di akui oleh masing-masing manusia atas keberadaannya. Namun sangsi

bagi pelanggar kesopanan pengucilan dari lingkungan sosial masyarakat dimana

ia hidup, atau dicibir/diejek diberi predikat manusia tidak sopan.

4. Norma hukum

Norma hukum adalah suatu peraturan yang timbul dari norma hukum atau

kaedah hukum yang mana norma hukum dibuat oleh penguasa negara. Peraturan

ini sifatnya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan

dengan segala paksaan oleh alat-alat negara. Yang dimaksud alat negara adalah

kepolisian, atau aparat kejaksaan dan pengadilan. Norma hukum dapat

digolongkan menjadi beberapa macam praturan hukum contoh : hukum pidana,

Page 38: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

26

hukum perdata, hukum dagang, hukum admistrasi negara dan lain sebagainya.

Misalnya dalam hukum pidana : barang siapa yang sengaja mengambil jiwa

orang lain, dihukum karena membunuh dengan hukuman setinggi-tingginya 15

(lima belas) tahun. Dalam norma hukum sifat yang khas dari peraturan hukum,

ialah sifat memaksa, menghendaki tinjauan yang lebih mendalam. Paksaan

lansung seperti penjemputan terduga pelanggar hukum, paksaan tidak lansung

seperti pemanggilan melalui surat bagi pelanggar hukum oleh kepolisian atau

kejaksaan. Jadi peraturan hukum bukanlah meperingatkan, menganjurkan atau

meyakinkan tetapi memerintah atau memaksa.

Istilah khalwat di dalam qanun dapat diartikan perbuatan asusila di dalam

hukum pidana Indonesia (KUHP).

Pria yang sudah menikah hanya bisa diancam pidana apabila delik aduan

yang dilakukan oleh pasangannya terhadap perbuatan asusila tersebut,

dilaporkan kepihak yang berwenang. Hal ini sesuai di dalam pasal 284 (2) Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan dapat diancam pidana selama 9

(sembilan) bulan.

Sedangkan dalam pasal 287 pencabulan yang dilakukan kepada terhadap

wanita yang belum cukup umur, yaitu yang belum berumur 15 (lima belas) tahun

maka diancam pidana penjara selama 9 (sembilan) tahun.

Page 39: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

27

Lebih jelasnya tindak pidana pencabulan tersebut dirumuskan dalam pasal;

289, 290, 292, 293, 294, 295 dan 296, yang semuanya merupakan kejahatan.

Masing-masing adalah25

1. Pasal 289, mengenai perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan;

2. Pasal 290, mengenai kejahatan perbuatan cabul pada orang pingsan atau

tidak berdaya, umurnya belum 15 tahun dan lain-lain;

3. Pasal 292, mengenai perbuatan cabul sesama kelamin (homo seksual);

4. Pasal 293, mengenai orang menggerakkan belum dewasa untuk melakukan

atau dilakukan perbuatan cabul;

5. Pasal 294, mengenai perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak

dibawah pengawasannya yang belm dewasa, dan lain-lain;

6. Pasal 295, mengenai memudahkan perbuatan cabulan oleh anaknya, anak

tirinya, anak angkatnya yang belum dewasa, dan lain-lain;

7. Pasal 296, mengenai memudahkan perbuatan cabulan oleh orang lain

dengan orang lain sebagai pencarian atau kebiasaan;

F. Hukuman Khalwat di MS Malaysia

Malaysia merupakan sebuah negara yang berasaskan negara Islam.

Undang-undangnya pun bersumber atau memakai hukum Islam, walaupun ada

sebagian sumber hukumnya yang mengambil dan bersumber dari hukum Inggris,

sebagaimana kita ketahui, Malaysia adalah bekas jajahan Inggris,

Pengertian khalwat di Malaysia mendefinisikan khalwat sebagai perihal

perbuatan mengasingkan atau memencilkan diri (menenangkan pikiran dengan

25

Adami Chazawi “Tindak Pidana Mengenai Kesoponan” Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada 2005.H.77

Page 40: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

28

bertafakur dan lain-lain) atau pengasingan diri dengan berdua-duaan di tempat-

tempat terpencil atau tersembunyi oleh laki-laki dan perempuan yang bukan

muhrim dan bukan pula suami isteri yang boleh dianggap sebagai suatu perbuatan

sumbang. Definisi ini selaras dengan syariah yang mempunyai takrifan positif dan

negatif. enakmen26

jenayah syariah yang berkuat kuasa di negeri-negeri seluruh

Malaysia pula mentakrifkannya sebagai keadaan apabila seorang lelaki atau

perempuan bersama-sama dengan seorang atau lebih daripada seorang perempuan

atau lelaki yang bukan isteri atau suami; atau muhrimnya di tempat terselindung

atau di dalam rumah atau di dalam bilik dalam keadaan yang boleh menimbulkan

keraguan bahwa mereka sedang melakukan perbuatan yang tidak bermoral.27

Konstitusi Malaysia yaitu prinsip-prinsip musyawarah, keadilan,

persamaan, dan kebebasan. Tentang prinsip musyawarah dalam kontitusi tidak

dijumpai secara tegas pengaturan mengenai prinsipini, sedangkan prinsip–prinsip

keadilan dan persamaan Malaysia antara lain “Bahwa tiada seorangpun yang akan

dihukum karena suatu perbuatan atau kelalaian yang tidak dapat dihukum oleh

undang-undang ketika perbuatan dan kelalaian yang dilakukan. hukum Islam

keluarga, salah satu hukum status personal yang paling maju dan tercerahkan

dalam dunia Muslim, diamendir untuk lebih memudahkan perceraian dan

poligami bagi laki-laki dan untuk mengurangi tanggung jawab finansial mereka

terhadap perempuan. Perempuan kehilangan haknya untuk mendapatkan biaya

hidup jika dia tidak tunduk kepada suaminya, mereka bertanggung jawab atas

biaya hidup anaknya yang tidak sah, perempuan kehilangan haknya untuk

26

Enakmen adalah Berlakunya 27

NurAmaniPauzai“Khalwat dalam Kalangan Remaja di Malaysia Dan Aceh: Kajian

Terhadap Pematuhan Syariah”Universitas Sultan Zainal Abidin, Malaysia. Tahun 2015. H.8.

Page 41: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

29

mendapatkan tanggungan keuangan jika ia melakukan ( tindakan keji, seperti

zina)28

Undang-undang jenayah29

Islam dalam konteks Malaysia bermula

Perlembagaan diletak di bawah bidang kuasa persekutuan. Perlembagaan tidak

mentakrifkan30

“criminal law”. Biar apa pun, undang-undang jenayah yang wujud

pada masa Perlembagaan digubal31

seperti Penal Code32

, semestinyalah undang-

undang jenayah.

Kata-kata “undang jenayah Islam” (Islamic criminal law) tidak langsung

digunakan. Apa yang diperuntukkan ialah

“……pewujudan dan penghukuman kesalahan yang dilakukan oleh orang yang

menganut agama Islam terhadap perintah agama itu, kecuali berkenaan dengan

perkara yang termasuk dalam Senarai Persekutuan;

Perhatikan syarat-syarat yang disebut, yaitu:33

1. kesalahan yang dilakukan oleh orang yang menganut agama Islam,

2. terhadap perintah agama itu,

3. kecuali berkenaan dengan perkara yang termasuk dalam Senarai

Persekutuan.

Jangan salah faham dan mengatakan bahawa “undang-undang jenayah”

terletak di bawah bidangkuasa persekutuan, manakala “undang-undang jenayah

Islam” terletak di bawah bidangkuasa negeri. Perlembagaan hanya membenarkan

28

Nurin, Hukum Islam di Negara Malaysia, mei 2009, jurnalCatatanAfandi. 29

Jenayah adalah kejahatan 30

Mentakrifkan adalah mendefinisikan 31

Digubal adalah diformulasikan 32

Penal code adalah hukum pidana 33

Tun Abdul Hamid Mohamad,” PelaksanaanUndang-UndangJenayah Islam Di

Malaysia” 2015

Page 42: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

30

Badan Perundangan Negeri membuat undang-udang bagi mengadakan kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh orang yang menganut agama Islam terhadap

perintah agama Islam, itu pun jika ia bukan berkenaan dengan perkara yang

termasuk dalam senarai persekutuan yakni “undang-undang jenayah”. Selain

daripada itu, ada pula sekatannya, seperti peruntukan akta34

mahkamah syari‟ah

(bidangkuasa jenayah)1965.35

Undang-undang Islam hanya terpakai dalam pentadbiran36

hal ehwal

perkawinan, penceraian, harta pusaka dan pewarisan, dan hal ehwal amalan

agama yang lain, dan perjalanan hukuman bagi pengadilan adalah sebagimana

yang telah ditentukan yaitu hanya berkait sekitar hukuman dalam bentuk ta’zir

sama ada denda atau penjara, termasuk juga pada kesalahan yang sepatutnya

dikenakan hukuman had menurut hukum syara‟ contohnya berzina jika di sabit37

kesalahan, tetapi hanya dikenakan sanksi denda atau penjara atau kedua-duanya.38

Perlembagaan Malaysia memperuntukkan bahwa Dewan Undangan

Negeri hanya boleh menggubal kesalahan jinayah syariah yang hukumannya tidak

melebihi 3 tahun penjara, denda lima ribu ringgit (RM 5000 bersamaan Rp

13500000), dan enam kali cambukan. Berdasakan akta itu, kadar hukuman bagi

pelaku penzina yang sudah ditetapkan adalah enam kali cambukan saja. Hukuman

ini termasuk juga dalam tindak pidana yang seharusnya dikenakan hukuman had.

34

Akta adalah Undang-undang 35

Tun Abdul Hamid Mohamad,” Pelaksanaan Undang-Undang Jenayah Islam di

Malaysia” 2015 36

Pentadbiran adalah admistrasi 37

Disabit adalah didakwa 38

Mahyudin Haji Yahya. “Islam dan Pembangunan Negara”. (Penerbit Univesity

Kebangsaan Malaysia 1986), cet. Pertama 1986,h.12

Page 43: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

31

Cambukkan atau sebatan kombinasi hukuman tersebut jelas mahkamah syariah

telah menentukan wewenangnya tanpa diberi kebebasan sendiri.

Mahkamah Syariah lazimnya akan menjatuhkan hukuman denda terhadap

pesalah ta’zir termasuk kes khalwat (sebagaimana yang diperuntukkan di bawah

enakmen kesalahan jenayah negeri) walaupun hukuman ta’zir yang dianjurkan

oleh syariah ialah penjara dan sebatan. Enakmen negeri meletakkan khalwat

sebagai kesalahan takzir. Seksyen 27 akta kesalahan jenayah syariah (wilayah-

wilayah persekutuan) 1997 umpamanya memperuntukkan bahawa “mana-mana

lelaki yang didapati berada bersama dengan seorang atau lebih daripada seorang

perempuan yang bukan isteri atau mahramnya atau mana-mana perempuan yang

didapati berada bersama dengan seorang lelaki atau lebih daripada seorang lelaki

yang bukan suami atau mahramnya dimana-mana tempat yang terselindung atau

di dalam rumah atau bilik dalam keadaan yang boleh menimbulkan syak39

bahwa

mereka sedang melakukan perbuatan yang tidak bermoral adalah melakukan

kesalahan dan jika disabitkan, boleh didenda tidak melebihi RM3000 atau penjara

tidak melebihi dua tahun atau kedua-duanya”.40

Negara Malaysia, hukuman zina yang dikenakan sebagai suatu hukuman

bagi kesalahan jinayah dalam tiga kategori seperti yang berikut.41

1. Hukuman zina bagi kesalahan jinayah yang dijatuhkan oleh mahkamah sivil

seperti kesalahan merogol di bawah seksyen 376 kanun keseksaan [akta 574],

39

Syak adalah keraguan 40

NurAmaniPauzai“Khalwat Dalam Kalangan Remaja Di Malaysia Dan Aceh: Kajian

Terhadap Pematuhan Syariah”Universitas Sultan Zainal abiding, Malaysia. Tahun 2015. H.10. 41

Mahamad Naser Bin Disa ”Pelaksanaan Hukuman Sebat dalam kes Jenayah Syariah:

Maslah dan penyelesaiannya”, dibentangkan dalam Seminar Hukuman Sebat Jenayah Syariah

anjuran Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) pada 23 April 2009

Page 44: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

32

kesalahan mengedar dadah di bawah seksyen 39A akta dadah berbahaya 1952

[akta 234] dan kesalahan memiliki senjata api secara haram di bawah seksyen

8 akta Senjata Api (penalti lebih berat) 1971 [akta 37].

2. Hukuman zina yang diawardkan oleh pegawai yang menjaga di bawah

Peraturan-peraturan penjara 2000 [P.U. (A) 325/2000] (Peraturan penjara)

karena kesalahan yang dilakukan oleh seorang banduan di dalam penjara

seperti melarikan diri atau cuba melarikan diri di bawah sub peraturan 123(b)

peraturan penjara; dan

3. Hukuman zina bagi kesalahan jinayah yang dijatuhkan oleh mahkamah

syariah yaitu di bawah enakmen/ordinan/akta kesalahan jinayah syariah

negeri-negeri/wilayah-wilayah persekutuan seperti kesalahan muncikari di

bawah seksyen 19, kesalahan persetubuhan luar nikah di bawah seksyen 20,

kesalahan persetubuhan bertentangan dengan hukum tabii di bawah seksyen

22 dan beberapa kesalahan lain yang terkandung dalam ordinan42

jinayah

syariah (negeri Sarawak) 2001 [Ordinan 46 Tahun 2001]. 43

Pelaksanaan setiap hukuman zina yang dijatuhkan bagi setiap kategori

tersebut hanya diberi kuasa kepada pihak penjara. Selain iu terdapat prosedur

khusus yang telah diperuntukkan oleh undang-undang dalam melaksanakan

hukuman zina yang telah dijatuhkan bagi kategori tersebut, prosedur-prosedur

tersebut terkandung dalam undang-undang berikut:44

1. Kanun acara jenayah [Akta 593] (KAJ)

42

Ordinan adalah peraturan 43

Ordinan Jenayah Syariah (Negeri Sarawak) 44

Ordinan Tatacara Jenayah Syariah (Negeri Sarawak) 2001 [Ordinan 46/2001] (Ordinan

Tatacara Jenayah Syariah Sarawak

Page 45: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

33

2. Peraturan penjara

3. Enakmen/ordinan/akta tata cara jenayah syariah di bawah model undang-

undang seragam yang telah diluluskan oleh majlis Raja-raja dan telah dikuat

kuasakan dikebanyakan negeri dan wilayah persekutuan.

Berdasarkan yang dinyatakan di atas pelaksanaan hukuman zina oleh

pihak penjara hendaklah mematuhi peraturan yang telah di tetapkan mengikuti

mahkamah yang menjatuhkan hukuman zina tersebut, dengan kata lain sekiranya

sesuatu hukuman zina itu dijatuhkan oleh mahkamah civil bagi kesalahan jinayah

yang berada di bawah bidang kekuasaan mahkamah civil, maka KAJ45

dirujuk

sebagai dasar pelaksanaanhukuman bagi zina.

45

KanunAcaraJinayah.

Page 46: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

34

BAB III

DESKRIPSI UMUM TENTANG MAHKAMAH SYARIAH DAN QANUN

JARIMAH

A. Mahkamah Syar’iyah

1. Sejarah Mahkamah Syar’iyah

Sejarah peradilan di Indonesia, istilah peradilan khusus dipahami sebagai

antonim dari pengertian peradilan pada umumnya yang berjenjang mulai dari

pengadilan tingkat pertama di pengadilan Negeri, peradilan tingkat banding di

Pengadilan Tinggi sampai peradilan tingkat kasasi di Mahkamah Agung.1

Pembentukkan Departemen Agama. Berlakunya UU No. 22 tahun 1946

menunjukkan dengan jelas maksud untuk mempersatukan administrasi Nikah,

Talak, dan Rujuk di seluruh Indonesia di bawah pengawasan Departemen Agama

sendiri, Masa ini Pengadilan Agama dan Mahkamah Islam Tinggi yang telah ada

tetap berlaku berdasarkan aturan peralihan. Setelah tiga bulan berdirinya

Departemen Agama yang dibentuk melalui keputusan pemerintah Nomor 1/sd,

Pemerintah mengeluarkan penetapan No. 5/sd tanggal 25 Maret 1946 yang

memindahkan semua urusan mengenai Mahkamah Islam Tinggi dari Departemen

Kehakiman kepada Departemen Agama. Sejak saat itulah peradilan agama

menjadi bagian penting dari Departemen Agama.2

1 Ahmad Babiej, “Sejarah dan Problematika Hukum Pidana Materiel di Indonesia”

Artikel Sosio-Religia No. 4 (Agustus 2005) h.1 2 Achmad Gunaryo, “Pergumulan Politik dan Hukum Islam; Reposisi Peradilan Agama

dari Peradilan “Pupuk Bawang” Menuju Peradilan yang Sesungguhnya”, ( Semarang: Pustka

Pelajar 2006) h. 130.

Page 47: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

35

Pengadilan agama dan Mahkamah Islam sangatlah penting di negara ini

karena mayoritas penduduk pribumi adalah muslim dengan di bentuknya

depertemen agama untuk menunjang keadilan dalam ranah muslim,

menyelesaikan masalah dalam lingkungan yang mengenai perkara keluarga, talak,

cerai, rujuk dan waris di seluruh Indonesia.

Selanjutnya pada tanggal 31 Oktober 1946 disahkan UU No. 19 tahun 1964

tentang ketentuan pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman. Menurut UU ini,

Peradilan Negara Republik Indonesia menjalankan dan melaksanakan hukum

fungsi pengayoman yang dilaksanakan dalam lingkungan Peradilan Umum,

Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara. Namun

tidak lama kemudian, UU ini diganti dengan UU No. 14 tahun 1970 tentang

ketentuan-ketentuan pokok-pokok Kehakiman karena tidak sesuai lagi dengan

keadaan.3

Mulai Negara Republik Indonesia Merdeka kemajuan dan perubahan

mengenai dan hadirnya Peradilan Agama dan/atau Mahkamah Syar’iyah terjadi

dalam beberapa fase perubahan di Indonesia. Mahkamah Syar’iyah di daerah

Aceh sudah ada sejak tahun 1957 yakni sejak diundangkan Peraturan Pemerintah

Nomor 29 Tahun 1957. Mahkamah Syar’iyah (Pengadilan Agama) tersebut baru

diadakan untuk daerah Aceh saja, dan kewenangan terbatas hanya pada hukum

keluarga saja (Ahwal asy-Syakhsiyah) belum selesai pada peraturan Pemerintah di

atas. Setelah itu, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1957 dirubah dengan

peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 tentang pengadilan agama/Mahkama

3 Achmad Gunaryo, “Pergumulan Politik dan Hukum Islam; Reposisi Peradilan Agama

dari Peradilan “Pupuk Bawang” Menuju Peradilan yang Sesungguhnya”, ( Semarang: Pustka

Pelajar 2006) h. 131.

Page 48: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

36

Syar’iyah. Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah tersebut berlaku untuk

seluruh Indonesia. Akan tetapi nama peradilan agama/Perdilan Syariat Islam pada

seluruh wilayah Indonesia tersebut masih berbeda-beda namanya. Pulau Jawa dan

Madura mempunyai Pengadilan Agama dengan sebutan Pengadilan Agama dan

Mahkamah Islam Tinggi, dan sebagian wilayah Kalimantan Selatan dan Timur

memiliki Pengadilan Agama dengan sebutan Kerapatan Qadhi dan Kerapatan

Qadhi Besar.4

Tahun 1987, terjadilah perubahan kembali dengan berlakunya Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama di seluruh Indonesia.

Lembaga peradilan agama diseragamkan menjadi Pengadilan Agama dan

pengadilan tinggi agama. Kewenangan masih terbatas pada hukum keluarga

(Ahwal asy-Syaksiyah) yang mencakup perkawinan, perceraian, harta perkawinan,

pengasuh anak, kewarisan, serta sengketa dibidang wakaf, infaq dan sadaqah.

Tahun 2001 terjadi lagi perubahan dalam pelaksanaan Peradilan Syariat Islam di

Aceh Darussalam. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang

Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh ditetetapkan bahwa

peradilan Syariat Islam di Provinsi Aceh Darussalam dilaksanakan oleh

Mahkamah Syar’iyah dengan kompetensi absolut meliputi seluruh aspek syariat

Islam yang diatur dengan Qanun.5

Aceh mulai diakui sebagai daerah istimewa di Republik Indonesia pada saat

diundangkan UU No 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan keistimewaan

4 Penjelasan Qanun Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Perdilan Syari’at Islam

5 Al-Yasa Abubakar, Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Paradigma

Kebijakkan dan Kegiatan, (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam,2005),hal,315.

Page 49: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

37

provinsi daerah istimewa Aceh, yang mana keistimewaan yang selalu disebut-

sebut sebagai ciri utama dan telah menjadi sebuah identitas Aceh sejak tahun 1959

dan undang-undang nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi

daerah istimewa Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat

diharapkan menjadi sebuah kenyataan dan benar-benar diimplmentasikan di

tengah masyrakat Aceh. Dan ditegaskan kembali atas Kepres No. 11 Tahun 2003

tantang Mahkamah Syariah di Provinsi Aceh.

Maka dari itu pada tahun 2004, UU otonomi daerah diundangkan yang

termaktub di UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, yang merupakan

pengganti atas undang-undang otonomi daerah sebelumnya. Dalam undang-

undang ini pemerintah provinsi dan kabupaten/kota diizinkan mencantumkan

sanksi lain asalkan diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada.6

Era reformasi, semangat dan keinginan untuk melaksanakan syari’at Islam

kembali menggema dikalangan rakyat Aceh, di samping tuntutan referendum

yang juga disuarakan oleh sebahagian generasi muda pada waktu itu.

Para Ulama dan Cendikiawan muslim semakin intensif menuntut kepada

Pemerintah Pusat, agar dalam rangka mengisi keistimewaan Aceh dan

mengangkat kembali martabat rakyat Aceh supaya diizinkan dapat menjalankan

Syari’at Islam dalam segala aspek kehidupan. Perjuangan tersebut akhirnya

membuahkan hasil dengan lahirnya Undang-undang yang sangat penting dan

6Al-Yasa’ Abubakar, “Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan”, (Banda Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005),

h.47

Page 50: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

38

fundamental, yaitu: Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.7

2. Pengertian Mahkamah Syar’iyah

Indonesia setelah merdeka dan tepatnya pada tahun 2006, lembaga

Pengadilan yang ada di Indonesia di dalam aturan perundang-undangan Nomor 3

Tahun 2006 atas perubahan undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama menjelaskan dan memberikan sebuah wewenang keistimewaan

di dalam melaksanakan sebuah syariat Islam yang sangat kental membudaya di

daerah provinsi paling barat wilayah negara yaitu Aceh. Hal ini tergambar dan

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh dalam BAB I KETENTUAN UMUM pasal 1 Nomor 15 yaitu “Mahkamah

Syar’iyah Aceh dan Mahkamah Syar’iyah kabupaten atu kota adalah pengadilan

selaku pelaksana kekuasaan kehakiman dalam lingkungan peradilan agama yang

merupakan bagian dari sistim peradilan nasional”.

Semua masalah di wilayah Aceh dapat diberikan dan diselesaikan oleh

makamah syar’iyah karena Aceh sudah diberikan keistimewaan hukum untuk

menyusun dan mengatur peraturan yang berlaku di daerah Aceh dan telah diakui

oleh Undang-Undang Nasional.

3. Pondasi Hukum Mahkamah Syar’iyah

Salah satu kekhususan yang diberikan Negara Indonesia kepada Provinsi

Aceh adalah hak dan peluang untuk membentuk mahkamah syari’ah sebagai

peradilan syariat Islam. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 11

7http://www.ms-aceh.go.id/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/sejarah-pengadilan.html.

di Akses 2 februari 2017.

Page 51: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

39

Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, khususnya dalam Pasal 128 ayat (2)

yang menyebutkan “Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan bagi setiap

orang yang beragama Islam dan bemerupakan pengadilan bagi setiap orang yang

beragama Islam dan berada di Aceh.” Adapun wewenang mahkamah syar’iyah

terdapat juga dalam pasal 128 ayat (3) yang berbunyi “ Mahkamah syar’iyah

berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara yang

meliputi bidang Ahwal al-Asyakhsiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum

perdata), dan jinayah (hukum pidana) yang didasarkan atas syariat Islam”.

Peradilan syari’at Islam di Aceh yang dilakukan oleh mahkamah syariah

merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang

menyangkut wewenang peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus

dalam lingkungan peradilan umum sepanjang menyangkut wewenang peradilan

umum. Maka dari itu, sudah barang tentu mahkamah syariah dan hukum qonun di

Aceh adalah salah satu dari sebuah kekhususan yang diberikan Pemerintah Pusat

kepada pemerintah daerah yaitu Aceh dalam hal ini. sebagai bukti bahwa Aceh

menjunjung tinggi atas keIslaman dalam tatanan hukum yang termaktub dalam

qanunya sebagai peraturan pemerintahan daerahnya.8

4. Kewenangan Mahkamah Syar’iyah

Mahkamah Syar’iyah di dalam menjalankan tugas dan wewenangnya telah

diatur di dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2006 tepatnya pada pasal 128 ayat

(3) yaitu “ Mahkamah Syari’ah berwenang memeriksa, mengadili, memutus dan

menyelesaikan perkara yang meliputi bidang ahwal al-syakhsiyah (hukum

8 Efa Laela Fakhiriah dan Yusrijal, “Kewenangan Mahkamah Syrari’yah di Aceh

Dihubungkan Dengan Sistem Peradilan di Indonesia”, Jurnal Ilmu Hukum No.2, h.114

Page 52: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

40

keluarga), muamalah (hukum perdata), dan jinayah (hukum pidana) yang

didasarkan atas syari’at Islam.”

Selanjutnya di dalam qanun No. 6 Tahun 2014 pada pasal 1 mahkamah

terbagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu:

a. Mahkamah Syari’ah Kabupaten/Kota yaitu lembaga peradilan tingkat

pertama.

b. Mahkamah Syariah Aceh yaitu lembaga peradilan tingkat banding.

c. Mahkamah Agung atau Mahkamah Agung Republik Indonesia yaitu

lembaga peradilan tingkat kasasi dan peninjauan kembali (PK).

B. Mahkamah Syar’iyah Sinabang Secara Umum

Melalui Keputusan Presiden (Keppres) nomor 11/2003, Mahkamah

Syar’iyah di Aceh diresmikan. Peresmian dilakukan oleh Menteri Agama. Dengan

demikian, keberadaan Pengadilan Agama ditiadakan. Peresmian dilakukan di

kantor DPRD NAD (Nangroe Aceh Darussalam), Banda Aceh, Selasa (4/3).

Menag meresmikan Mahkamah Syariah ini dengan membacakan Keppres 11/2003

tentang Pembentukan Mahkamah Syariah tingkat propinsi, kabupaten dan

kotamadaya se-NAD. Keppres tertanggal 3 Maret 2003 itu menyebutkan,

Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh berubah nama menjadi Mahkamah

Syariah Provinsi yang akan dijadikan sebagai pengadilan tingkat banding.

Sedangkan Pengadilan Agama di kabupaten dan kotamadya berubah menjadi

Mahkamah Syariah Kabupaten atau Kotamadya sebagai pengadilan tingkat

pertama.

Page 53: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

41

Proses perubahan dan operasional mahkamah syariah ini, dananya akan

dibebankan kepada Departemen Agama. Jumlah Mahkamah Syariah yang

diresmikan berjumlah 20 buah. Ini sesuai dengan Keputusan Menag no

B2/2/449/2003 yang juga dibacakan dalam peresmian ini. Ke-20 Mahkamah

Syar’iyah yang diresmikan itu adalah Mahkamah Syariah Provinsi, Mahkamah

Syariah Banda Aceh, Janto, Sigli, Lhoksukon, Lhokseumawe, Calang, Meulaboh,

Kutacane, Tapak Tuan, Bireun, Pidie, Kuala Simpang, Sinabang, Singkil,

Meuredu, Langsa, Takengon, Sabang, dan Blangkejeren.9

Sinabang adalah nama kota dari kabupaten Simeulue yang berada di

Provinsi Aceh, keberadaan wilayah ini terletak kurang lebih 150 km dari lepas

pantai Aceh, kabupaten ini merupakan pemekaran dari kabupaten Aceh Barat

sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan ditingkatkan di wilayah ini.

Adapun dasar hukum pemekaran ini UU RI No. 48 Tahun 1999 dengan lahirnya

kabupaten baru sebagai kabupaten Otonom dalam khazanah Pemerintahan

Indonesia, adapun luas wilayah ini 2.125,02 km2 dengan total 80.673 jiwa pada

tahun 2010 mempunyai 8 kecamatan dan 138 desa. Karena posisi geografisnya

terisolasi dari daratan Aceh maka tidak pernah merasakan hiruk pikuk konflik di

Aceh dan tidak ada pergerakkan GAM di kawasan kepulauan ini.10

Mahkamah Syar’iyah Sinabang terletak wilayah yurisdiksi: Kabupaten

Simeulue. Kantor: Teuku Dijung, Desa Suak Buluh, Kecamatan Sinabang,

Kabupaten Siemulue,Aceh. Disini tempat mengadili dan menjalankan qanun aceh

di wilayah Kabupaten Sumelue.

9 Http://www.Yahoo/Peresmian Mahkamah Syar’iyah Aceh. html. di Akses tgl 19

februari 2017. 10

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simeulue di Akses pada 17 februari 2017.

Page 54: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

42

C. Qanun

1. Teori dan Dasar Hukum Qanun Jarimah

Sebelum kedatangan bangsa Belanda yang dimulai oleh Vasco da Gamma

pada tahun 1596, orang Indonesia telah mengenal dan memberlakukan hukum

pidana adat.11

Hukum pidana adat yang mayoritas tidak tertulis ini bersifat lokal,

dala arti hanya diberlakukan di wilayah tertentu.

Awalnya Hukum adat tidak mengenal adanya pemisahan yang tajam

antara hukum pidana dengan hukum perdata (privat).12

Pemisahan yang tegas

antara hukum perdata yang bersifat privat dan hukum pidana yang bersifat publik

bersumber dari sistem Eropa yang kemudian berkembang di Indonesia.

Beberapa wilayah tertentu, hukum adat sangat kental dengan agama yang

dijadikan agama resmi atau secara mayoritas dianut oleh masyarakat. Sebagai

contoh, hukum syariat Islam yang ada di Aceh, hukum pidana adat palembang,

dan Ujung Pandang yang sangat kental dengan nilai-nilai hukum Islam. Begitu

juga hukum pidana adat Bali yang sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran Hindu.13

Sebuah aliran hukum, terdapat sebuah aliran yang disebut Comon Law

System yaitu aliran sebagai sistem hukum yang lebih mengutamakan pada hukum

kebiasaan dan hukum adat masyarakat. Aliran Camoon Law System ada tiga aspek

yang menjadi kaidah dalam aliran ini yaitu:14

11

Ahmad Babiej, “Sejarah dan Problematika Hukum Pidana Materiel di Indonesia”

Artikel Sosio-Religia No. 4 (Agustus 2005) h.1 12

Kanter dan Sianturi, “Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,

(Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1982), h.43. 13

Ahmad Babiej, “Sejarah dan Problematika Hukum Pidana Materiel di Indonesia”

Artikel Sosio-Religia No. 4 (Agustus 2005) h.2 14

Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kaidah – Kaidah Hukum Yurisprudensi. Cet ke-III.

(Jakarta:Kencana Prenada Media Group 2008).h.23-25.

Page 55: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

43

a. Hukum adalah bagian dari kultur masyarakat

Aliran ini, hukum tidak terpisah dalam kehidupan masyarakat manusia

yaitu hukum dipandang sebagai sub sistem dari kebudayan masyarakat (Law is a

cultural institution). Yaitu hukum lahir dan berkembang seiring dengan tingkat

tahap perkembangan kecerdasan, kemajuan, dan kebudayaan masyarakat tertentu

yang dipelihara dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai tatanan kehidup

an yang mengatur ketertiban di dalam kehidupan bermansyarakat.

b. Hukum adalah ciptaan masyarakat.

Aliran ini hukum lahir dan dicipta oleh masyarakat (Law is an invention of

people). Yaitu perubahan hukum mengikuti perubahan dan perkembangan tempat

dan waktu. Tempat dan waktu sangat berperan dalam menciptakan norma hukum

yang berlaku. Elastisitas atau kelenturan dan ke aktualannya ditentukan oleh

perkembangan zaman.

c. Hukum tidak memerlukan proses kodifikasi.

Aliran ini hukum selalu diidentikkan dengan hukum tidak tertulis. memang

demikian historis keberadaan dan kelahirannya. Hukum hidup dan berkembang

dalam kesadaran kehidupan masyarakat, seolah olah dalam bentuk abstrak karena

tidak dikodifikasi dalam bentuk rumusan secara tertulis.

Sesuai aliran common law system ini dapat disimpulkan bahwan hukum

bisa terlaksana sesuai ajaran pengetahuan dan kebiasaan yang telah menjadi

budaya dalam lingkungan kelompok sekitar, dan ini bisa menjadi ketentraman

dalam menjalani pembentukan aturan dengan baik menurut kebiasaan dan hukum

Page 56: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

44

yang berkembang di lingkungan masyarakat tersebut sehingga hukum tidak kaku

untuk melaksanakan hukuman.

Aceh sejak lama telah memberlakukan aturan aturan yang bersifat menjadi

kebiasaan di suatu masyarakat yang pada dasarnya aturan itu didasari oleh aturan-

aturan syariat Islam yang telah melekat pada masyarakat banda aceh sejak dulu,

sesuai dengan perkembangan zaman aturan yang menjadi kebiasaan yang didasari

oleh agama telah dilegalkan oleh pemerintahan setempat sesuai kesepakatan yang

telah disepakati. Dan aturan ini menjadi titik balik dalam berkehidupan

bermasyarakat di Aceh.

Sejak zaman kesultanan abad ke-17, Nanggroe Aceh telah menjadikan

syari’at Islam sebagai landasan bagi undang-undang yang diterapkan untuk

masyarakatnya. Undang-undang itu disusun oleh ulama atas perintah atau kerja

sama dengan umara, yakni penguasa atau sultan. Lahirlah karya-karya besar

berupa kitab-kitab yang menjadi rujukan para hakim dan semua aparat penegak

hukum di Aceh pada waktu itu.15

Hal ini dapat diartikan adalah sebuah dasar

untuk menjelaskan bahwa dalam perjalanan ke Islaman di dalam masyarakat Aceh

sangat tergambar dalam sebuah syari’at Islamnya pada saat itu dan masih kental

hingga sekarang.

Adanya sinkronisasi hukum adat dan hukum Islam yang berada di tanah

serambi mekkah di buat oleh para ulama, umara, yakni penguasa daerah atau

sultan. Yang menjadikan karya-karya mereka menjadi pedoman untuk mengakkan

ke adilan di Aceh hingga saat ini dan banyak pula terjadi perubahan-perubahan

15

Rusjdi Ali Muhammad, “Revitalisasi Syari’at Islam di Aceh Problem, Solusi dan

Implementasi Menuju Pelaksanaan Hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam”, Ciputat: Logos

Wacana Ilmu, 2003).h.136.

Page 57: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

45

sesuai perkembangan zaman dan waktu, dan yang memutuskan atau yang

menegakkan hukum ini adalah mahkamah syar’iyah dan diatur dalam qanun.

Pengertian qanun , dalam pasal 1 angka 8 dinyatakan “Qanun Provinsi

Nanggroe Aceh Darusalam adalah peraturan daerah sebagai pelaksanaan

Undang-Undang di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam rangka

penyelenggaraan otonomi khusus”

Dasarnya Qanun itu meliputi hukum adat (Syari’at) yang menjadikan

patokan sebuah hukum yang ada di masyarakat Aceh hingga saat ini. Maka dari

itu setelah pemerintahan Republik Indonesia yang telah memberikan pengakuan

daerah khusus kepada Aceh dengan melegalkan hukum adatnya (Syariat) itu

sendiri.

Berkaitan dengan hal ini, qanun jinayat di masyarakat Aceh telah diatur

sebagai tata aturan hukum daerah sebagai aturan yang melekat bagi masyrakat

Aceh yang beragama Islam untuk dipatuhi dan dijalankan dengan semestinya.

Menjalankan aturan qanun khalwat, Pemerintah Daerah Aceh membuat

sebuah aturan, yaitu Qanun No. 14 Tahun 2003 untuk menjalankan roda aturan

hukum bagi masyarakatnya dalam bidang pradilan khusus yaitu Mahkamah

Syariah. Sedangkan untuk melaksanakan proses hukum jinayat di masyarakat

Aceh, Makamah Syari’ah mempunyai kewenangan dalam memproses jarimah

khalwat yang sesuai dalam aturan Qanun No. 14 Th 2003 pada pasal 3 yaitu:

a. Menegakkan Syari’at Islam dan adat istiadat yang berlaku dalam

masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

Page 58: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

46

b. Melindungi masyarakat dari berbagai bentuk kegiatan dan/atau perbuatan

yang merusak kehormatan;

c. Mencegah anggota masyarakat sendiri mungkin dari melakukan perbuatan

yang mengarah kepada zina;

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan memberantas

terjadinya perbuatan khalwat/mesum;

e. Menutup peluang terjadinya kerusakan moral.

Pasal ini qanun jinayat (Pidana Islam) sebagai tolak ukur dalam

menjalankan sebuah syari’at Islam di wilayah pemerintahan daerah Aceh, utnuk

mengatur dan menghukum siapa saja yang beragama Islam yang melanggarnya.

2. Pembentukkan Qanun Jarimah

Tugas dan wewenang sebuah lembaga pemerintahan daerah. Aceh di

dalam hal ini, untuk membuat suatu rancangan peraturan daerah (qanun) diatur di

dalam peraturan perundang-undangan yaitu undang-undang Nomor 11 Tahun

2006 tepatnya pada pasal 42 ayat (1) dijelaskan bahwa, rancangan qanun diajukan

oleh Gubernur/DPRA (Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) atau setingkat di bawah

Bupati/Walikota dan DPRK (dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten) dan

juga menetapkan qanun yang sebelumnya telah mendapat persetujuan bersama

antara Gubernur dan DPRA atau Bupati/Walikota dan DPRK.

Ini sesuai dengan aturan perundang-undangan yang diatur di dalam

undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 pada pasal 75 ayat (1) yaitu “Pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh DPRD Provinsi bersama

Gubernur.” Sedangkan tingkat di bawahnya diatur pada pasal 80.

Page 59: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

47

3. Pelaksanaan Hukum Qanun Jarimah

Qanun jarimah yang telah diatur di dalam qanun No. 14 Tahun 2003, yakni

pada pasal 26 (1) di dalam melaksanakan uqubat cambuk dilaksanakan petugas

yang ditunjuk oleh jaksa penuntut. Sedangkan pada pasal 27 ayat (1) dijelaskan

bahwa pelaksanaan uqubat dilakukan segera setelah putusan hakim dan

mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan di dalam penundaan hukuman

uqubat hanya dapat dilakukan berdasarkan penetapan dari kepala kejaksaan

apabila terdapat hal-hal yang membahayakan terhukum setelah mendapat

keterangan dokter yang berwenang. Ini sesuai dgan pasal 27 ayat (2).

Proses pelaksanaan hukuman, diatur pada pasal 28, yakni ayat (1) uqubat

cambuk dilakukan di suatu tempat yang dapat disaksikan orang banyak dengan

dihadiri jaksa penuntut umum (JPU) dan dokter yang ditunjuk. Ayat (2)

pencambukan dilakukan dengan rotan yang berdiameter antara 0,7 cm dan 1,00

cm, panjang 1 (satu) meter dan tidak mempunyai ujung ganda atau tidak dibelah.

Ayat (3) pencambukan dilakukan pada bagian tubuh kecuali kepala, muka,leher,

dada dan kemaluan. Pada pasal (5) terhukum laki-laki dicambuk dalam posisi

berdiri tanpa penyangga, tanpa diikat, dan memakai baju tipis yang menutup

aurat. Sedangkan perempuan dalam posisi duduk dan ditutup kain di atasnya. Dan

pada ayat (6) pencambukan terhadap perempuan hamil dilakukan setelah 60

(enam puluh) hari yang bersangkutan melahirkan.

Adanya landasan qanun untuk membuat aturan hukum bertujuan untuk

menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dan menciptakan Aceh

Page 60: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

48

damai tentram dan aman, memberikan pembelajaran kepada seluruh rakyat Aceh

dan memberikan perlindungan hak azazi manusia dalam konsep Islam.

Adapun fungsi qanun antara lain sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan peraturan hal-hal yang belum jelas yang oleh undang-

undang otonomi khusus diminta (diserahkan) kepada qanun untuk

mengaturnya.

b. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang.

c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang belum diatur oleh peraturann

perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Undang-Undang.16

4. Wilayat al-Hisbah

Pelaksanaaan qanun di dalam masyarakat dibentuklah persiapan badan

yang berwenang mengontrol dan mengawasi (Wilayat al-Hisbah) tugas lembaga

ini adalah menegakkan amar makruf apabila jelas ditinggalkan dan mencegah dari

kemungkaran apabila jelas jelas dilakukan, kewenangan lembaga ini meliputi

dengan ketertiban umum, kesasusilaan, dan sebagian tindak pidana ringan yang

menghendaki penyelesaian segera. Tujuan lembaga ini adalah untuk menjaga

ketertiban umum serta memelihara keutamaan moral yang ada dalam masyarakat

Aceh.17

Lembaga ini sangat eklusif pembentukan wilayat al-hisbah dasarnya

16

Abubakar,”Strategi dan Hambatan Penerapan Qanun Khalwat dalam Pencegahan

Prilaku Khalwat Remaja Kota Banda Aceh”(.Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Volume 9 Nomor 2

maret 2011).hal 3. 17

Rusdi Ali Muhammad “Revitalisasi Syari’at Islam Di Aceh, Problem Solusi dan

Inplementasi, Menuju Pelaksanaan Hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam”(Ciputat: Logos

Wacana Ilmu, 2003).h.136.

Page 61: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

49

yakni pada ayat 1 pasal 20 perda ini, dimana dinyatakan bahwa pemda wajib

membentuk badan yang berwenang mengontrol dan mengawasi.

D. Kedudukan Qanun di Indonesia

Legislasi Syariat Islam di Aceh pasca pemberlakuan UUPA. Dalam

lingkup kecil, persoalan syariat Islam di Aceh barangkali hanyalah perumusan

hukum syariat Islam dalam qanun serta penyesuaiannya dengan peraturan

perundang-undangan nasional. Namun dalam spektrum yang lebih luas, realitas

Indonesia sebagai sebuah negarabangsa dengan sistem demokrasi dan hukum

sekuler yang diadopasinya menjadi sebuah pertaruhan: dapatkah hukum Islam

yang memiliki nilai dan norma tersendiri itu (khususnya di bidang jinayat/pidana)

diinkorporasikan ke dalam peraturan qanun serta menyesuaikannya dengan aturan

hukum nasional dengan lain kata, kewenangan dan otonomi lebih luas bagi Aceh

untuk menyusun qanun jinayat berlandaskan syariat Islam akan memberi jawaban

tersendiri terhadap persoalan klasik tentang pergumulan hukum sekuler dan

hukum Islam dalam undang-undang sebagai bagian dari realitas pluralisme hukum

yang ada di Indonesia.18

Pasal 241 UUPA menyebutkan bahwa "qanun mengenai jinayat

dikecualikan dari aturan umum qanun yang dapat memuat ancaman pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp.

50.000.000 (lima puluh juta rupiah) serta dapat memuat ancaman pidana atau

denda (selain kurungan dan denda uang) asalkan sesuai dengan yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan lain". Penegasan kesesuaian materi qanun dengan

18

Husni Mubarrak A. Latief,”Disonasi Qanun Syariat Islam dalam Bingkai Konstitusi

Hukum Indonesia: Aceh Sebagai Studi Kasus” hal,2 dan 3.

Page 62: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

50

peraturan perundang-undang lain di atasnya menekankan bahwa sekalipun diberi

otonomi luas dibidang hukum dengan menghormati asas realitas pluralisme

hukum di Indonesia, namun sejatinya bangunan hukum syariat Islam di Aceh

mestilah dalam koridor jurisdiksi terkawal: harus "sesuai" dan "konsisten" dengan

aturan hukum Nasional.19

Kaitannya dengan pemberian otonomi daerah khusus kepada NAD,

pemerintah pusat telah membuat berbagai paket ragulasi antara lain UU No. 44

Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa

Aceh. Pemberlakuan UU tersebut disambut dengan gembira oleh masyarakat

Aceh sehingga lahirlah berbagai Peraturan Daerah (Perda) seperti Perda No. 3

Tahun 2000 tentang Mejelis Permusyawaratan Ulama, Perda No. 5 Tahun 2000

tentang Pelaksanaan Syari'at Islam dan Perda No. 7 tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Kehidupan Adat. Untuk mempertegas posisi Provinsi Aceh

sebagai daerah istimewa dengan corak khas Islam, Pemerintah Pusat kemudian

mengeluarkan UU No. 18 tahun 2001 Tentang Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

yang mengatur lebih detail persoalan Mahkamah Syar'iyah, Qanun, lambang

daerah, zakat sebagai pemasukan daerah dan masalah kepemimpinan adat.20

Sesuai dengan pasal 7 UU NO. 12 tahun 2011 tentang Hierarki perundang

undangan yakni :

(1) Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

19

Husni Mubarrak A. Latief,”Disonasi Qanun Syariat Islam dalam Bingkai Konstitusi

Hukum Indonesia: Aceh sebagai Studi Kasusu” hal,2 dan 3. 20

Ridwan “Positivisasi Hukum Pidana Islam (Analisis atas Qanun No:14/2003 Tentang

Khalwat/Mesum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) Purwokerto.h.3

Page 63: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

51

b. Ketetapan majelis permusyarawatan rakyat;

c. Undang-undang peraturan pemerintah pengganti undang-undang;

d. Peraturan pemerintah;

e. Peraturan presiden;

f. Peraturan daerah provinsi; dan

g. Peraturan daerah kabupaten/kota.

Secara legalitas Qanun di Aceh tidak bertentangan dengan peraturan

perundang undanga yang ada di Indonesia maka dari itu qanun (peraturan daerah)

bisa dan dapat ditegakkan bagi masyarakat yang tinggal dan berdomisili di

provinsi Aceh.

Secara yuridis formal, Negara Kesatuan Republik Indonesia membenarkan

suatu komunitas menjalankan hukum agamanya. Ini dapat dicermati dari

kandungan maka Pasal 29 UUD 1945 ayat (2) yang menyatakan bahwa negara

menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayannnya itu. Menjamin

dalam pasal tersebut jelas bermakna pokok, artinya negara berkewajiban

melakukan upaya-upaya agar tiap penduduk memeluk agama dan beribadat

menurut agama dan kepercayaannya itu. Ini merupakan pengakuan konstitusi

UUD 1945 terhadap satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau

517 istimewa 9 Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan: “Pemerintahan Daerah

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

Page 64: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

52

Pengaturan Syariat Islam di Aceh didasarkan pada Undang-undang Nomor

44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa

Aceh dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh

UUPA). Dalam UU No. 44/1999 disebutkan, ada empat keistimewaan yang

diberikan kepada Aceh yaitu kehidupan beragama, kehidupan adat, pendidikan,

dan peran ulama dalam penetapan kebijakan daerah. Keistimewaan di bidang

kehidupan beragama, menurut undang-undang ini, diwujudkan dalam bentuk

pelaksanaan Syariat Islam bagi pemeluknya dalam bermasyarakat (Pasal 4 ayat 1).

Syariat Islam dimaksud adalah tuntunan ajaran Islam dalam semua aspek

kehidupan (Pasal 1 angka 10).21

21

Ali “Kedudukan Syariat Islam Dalam Tata Negara Indonesia” (Fakultas Syariah dan

Hukum Uin Ar-Raniry Banda Aceh),H.4.

Page 65: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

53

BAB IV

Analisis Putusan Nomor 0001/JN/2015/MS.Snb Tentang Khalwat dalam

Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif

A. Putusan Nomor 0001/JN/2015MS.Snb

1. Duduk Perkara

Bermula pada hari sabtu tanggal 21 juni 2014 sekira pukul 05.04 wib, para

terdakwa saling SMSan berdua kemudian pada akhirnya Ubek menelpon lantaran

tidak dibalas smsnya karena Monita tertidur dan mereka saling bicara lewat telpon

soal kegiatan dan kenapa hp ngak aktif karena ketiduran pada hari itu sudah

jelaslah masalahnya.

Hari minggunya 22 juni 2014 sekira pukul 02.00 wib, Ubek pergi ke

rumah Monita di Desa Air Dingin Kec. Simeulue Timur Kab. Simeulue,

kemudian 50 meter mendekati rumah Monita, Ubek meletakkan sepeda motornya

di pinggir jalan, selanjutnya Ubek menelpon Monita dan mengatakan “matikan

terus lampunya, abang sudah disini” kemudian lampu rumah bagian dapur

dimatikan oleh Monita dan lansung mengirimkan SMS supaya kasih tau hp nya

digetarkan saja, kemudian Ubek mulai masuk ke rumah Monita melalui pintu

belakang/dapur, kemudian mereka keduanya melakukan perbuatan bersunyi-

sunyian serta melakukan persetubuhan layaknya suami istri di kamar tidur rumah

Monita di Desa Air Dingin, mereka tidak ada dalam hubungan perkawinan yang

sah.

Page 66: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

54

Perbuatan yang sama dilakukan juga pada pertengahan bulan april 2014

sekira pukul 18.00 dengan cara awalnya Ubek menghubungi saksi untuk

mengantarkanya ke rumah Monita di Desa Air Dingin dengan berboncengan

sepeda motor kira-kira 50 meter sebelum rumah Ubek langsung menelpon Monita

dan langsung menanyakan kenapa lampu masih nyala? berselang kemudian,

lampu rumah bagian dapur mati, di saat itulah saksi melihat Ubek diam-diam

masuk ke dalam rumah Monita melalui pintu belakang/dapur sebelum saksi itu

pulang, ke mudian Ubek dan Monita melakukan perbuatan bersunyi-sunyi serta

melakukan persetubuhan layaknya suami istri, setelah melakukan perbuatannya,

sekira pukul 22.00 wib, Ubek menelpon SAKSI dengan mengatakan “dimana?

Jemput saya? Kemudian saksi menjawab “oke” beberapa menit kemudian saksi

datang menjemput Ubek.

Perkara ini Jaksa Penuntut Umum memohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini agar menjatuhkan putusan terhadap diri

terdakwa I dan terdakwa II yang amarnya sebagai berikut :

Menyatakan Terdakwa I dan Terdakwa II bersalah melakukan tindak pidana

khalwat (mesum) sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum;

Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I dan terdakwa II masing-masing 9

kali „uqubat cambuk;

Menetapkan barang bukti berupa :

1 (satu) buah handpone merk Nokia tipe RM0863 warna putih orange nomor

Imei: 353700/591061/4 dan 1 (satu) buah kartu sim GSM merek Telkomsel

simpati nomor 081377267681 ;

Page 67: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

55

1 (satu) buah handpone merk Tom 14G Eztreem nomor Imei: 1: 353700/591061/4

: 358064693566592 warna putih, dirampas, untuk dimusnahkan ;

Membebankan kepada para tedakwa untuk membayar biaya perkara masing-

masing sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah).

2. Mengadili

a. Menyatakan terdakwa I alias ubek bin alm. Munir dan terdakwa II Monita

binti alm. Abdul Rrahman terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana khalwat (mesum);

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwah I dan terdakwa II masing-masing

9 kali „uqubat cambuk;

c. Menetapkan barang bukti berupa:

1 (satu) buah handpone merk Nokia tipe RM0863 warna putih

orange nomor Imei: 353700/591061/4 dan 1 (satu) buah kartu sim

GSM merek Telkomsel simpati nomor 081377267681;

1 (satu) buah handpone merk Tom 14G Eztreem nomor Imei:

1:353700/591061/4 : 358064693566592 warna putih, dirampas

untuk dimusnahkan;

d. Membebankan kepada oara terdakwa untuk membayar biaya perkara

masing-masing sejumlah Rp. 2000,- (dua ribu rupiah);

3. Dasar Hukum Pemidanaan yang Digunakan Hakim dalam

Menetapkan Khalwat/Mesum

Perkara ini para terdakwa di persidangan telah datang menghadap sendiri

tanpa didampingi oleh Advokad/Penasehat hukumnya, dan mereka telah didakwa

Page 68: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

56

oleh Penuntut Umum dengan dakwaan nomor register perkara: PDM-

06/EPP/SNB/03/2015 tertanggal 12 Maret 2015, yang pada pokoknya adalah

sebagai berikut :

Bahwa mereka terdakwa I dan terdakwa II pada hari minggu tanggal 22 juni

2014 sekira pukul 02.00 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan

juni tahun 2014 bertempat di rumah terdakwa II di Desa Air Dingin Kec.

Simeulue Timur Kab.Simeulue atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang

masih termasuk dalam daerah hukum Mahkamah Syar‟iyah Sinabang yang

berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, telah melakukan khalwat atau

mesum, perbuatan tersebut dilakukan mereke dengan cara yang telah disebutkan

dalam duduk perkara di atas:

Adapun perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana pasal 4 Jo pasal 22

ayat (1) Qanun Pemerintah Aceh Nomor 14 Tahun 2003 tentang khalwat/mesum

atau pasal 5 Jo pasal 22 ayat (2) Qanun Pemerintah Aceh Nomor 14 Tahun 2003

tentang khalwat/mesum

Perkara ini dakwaan Jaksa Penuntut Umum bahwa para terdakwa telah

mengerti dan tidak mengajukan Exceptie;

Untuk memperkuat dalil-dalil dakwaan Jaksa Penuntut Umum di

persidangan mengajukan 1 (satu) orang saksi dan menambah 3 (tiga) orang saksi

yang dibacakan di depan persidangan, dan juga para terdakwa membenarkan

keterangan 4 (empat) saksi tersebut.

Persidangan terdakwa I dan II memberikan keterangan bahwa mereka

mengakui telah melakukan perbuatan khalwat/mesum apa yang mereka lakukan

Page 69: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

57

sudah sampai ketahap persetubuhan/perzinaan dan mereka sangat menyesal atas

perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut dan

memohon keringanan hukuman.

Sudah diperlihatkan juga kepada para terdakwa barang bukti berupa 2

(dua) buah handpone dan terdakwa membenarkan barang bukti yang diajukan

Jaksa Penuntut Umum;

Sesuai dari keterangan saksi dan para terdakwa didapati fakta sebagai

berikut: Bahwa para terdakwa mengakui telah melakukan perbuatan

kalwat/mesum, Masing-masing terdakwa sudah memiliki pasangan yang sah, Dan

para terdakwa adalah sama-sama beragama Islam dan telah mukallaf serta

perbuatan tersebut adalah dilarang (haram), Dalam wilayah Profinsi Aceh telah

diberlakukan Syariat Islam dan khalwat (mesum) tersebut dilarang menurut

hukum.

Keterangan para saksi-saksi dan pengakuan para terdakwa tersebut

didapati fakta-fakta yuridis yakni: Bahwa para terdakwa telah melanggar Qanun

nomor 14 Tahun 2003 pasal 4 dan 5 jo pasal 22 ayat (1 dan 2) tentang khalwat

(mesum).

Pasal tersebut Khalwat/mesum hukumnya haram; haram adalah suatu

pekerjaan yang dilarang untuk mengerjakannya. Tindakan ini diberi

hukuman/sanksi yang meniggalkannya diberi pahala/ganjaran.

Kasus ini para terdakwa beragama Islam serta telah mukallaf maka

keduanya telah dianggap telah mempelajari dan mengetahui hukum taklifi dan

ditambah lagi mereka keduanya sudah mempunyai perkawinan yang sah masing-

Page 70: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

58

masing dan mengakui telah melakukan khalwat/mesum. Demikian unsur telah

terbukti secara sah menurut hukum.

Unsur-unsur setiap orang Islam yang berada di Provinsi Aceh merupakan

subjek hukum yang telah melakukan perbuatan terlarang. Khalwat (mesum)

adalah perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang mukallaf atau lebih yang

berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan perkawinan.

Untuk menentukan takaran hukuman yang diberikan Majlis Hakim kepada

para terdakwa, Hakim tentu terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang

memberatkan dan meringankan terdakwa yaitu sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan, bahwa perbuatan para terdakwa tidak

mendukung berlakunya Syariat Islam Aceh, Para terdakwa masing-masing sudah

menikah.

Hal-hal yang meringankan, bahwa para terdakwa mengakui perbuatannya

bahwa para terdakwa sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi lagi

perbuatannya tersebut dalam persidangan para terdakwa korperatif dan

berkelakuan baik para terdakwa belum pernah dihukum sebelumnya.

Jaksa Penuntut Umum menuntutut para terdakwa dengan hukuman berupa

uqubat cambuk sebanyak 9 (sembilan) kali di depan umum, ini merupakan yang

menentukan keputusan Hakim dalam menentukan hukuman seperti tersebut dalam

amar putusan.

Persidangan berlansung tidak ditemukan alasan pemaaf dan pembenar

pada diri terdakwa sehingga para terdakwa harus mempertanggungkan

Page 71: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

59

perbuatannya dan barang bukti ditentukan dalam amar putusan ini; mengingat

firman Allah dalam QS. Al-Isra‟ ayat 32 tentang larangan khalwat/mesum, yaitu ;

artinya:” Janganlah kamu dekati zina. Karena sesungguhnya perbuatan

zina itu adlah perbuatan keji dan jalan yang sangat buruk”,

Kasus ini juga ada Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh

bukhari dari Ibnu Abbas, yang berbunyi:

Artinya:”jangan sekali-sekali seorang laki-laki bersunyi-sunyi dengan

seorang wanita, kecuali bersamanya serang laki-laki mahram”,

Para terdakwa telah dinyatakan terbukti bersalah dan harus dihukum, maka

sesuai dengan ketentuan pasal 222 ayat (1) KUHAP kepada para terdakwa

dibebankan membayar biaya perkara.

Berdasarkan semua pertimbangan di atas, kiranya sudah memenuhi rasa

keadilan masyarakat dan undang-undang apabila kepada para terdakwa dijatuhi

hukuman cambuk sebagai upaya pre-emtif, preventif dan edukatif yang amarnya

sebagai berikut ini.

Memperhatikan pasal 49 huruf (c) Qanun Provinsi Aceh Nomor 10 Tahun

2002 tentang Peradilan Syariat Islam serta segala peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku dan berhubungan dengan perkara ini khususnya pasal 4

dan 5 jo Pasal 22 ayat (1 dan 2) Qanun Provinsi Aceh Nomor 14 tahun 2003

tentang khalwat (mesum).

Page 72: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

60

B. Bentuk Hukuman Jarimah Khalwat dalam Qanun di Aceh.

Qanun jarimah khalwat di Aceh diatur di dalam Qanun Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat (Mesum). Di dalam

qanun tersebut diatur beberapa pasal yang mengenai hukum material untuk

mengatur masyrakat di provinsi Aceh. Di antaranya, yaitu: pada pasal 1 (20)

dituliskan khalwat/mesum ialah perbuatan bersunyi-sunyi antara dua orang

mukallaf atau lebih yang berlainan jenis yang bukan muhrim atau tanpa ikatan

perkawinan, selanjutnya di dalam pasal 4 dan 5 dijelaskan bahwa tindakan atau

perbuatan khalwat hukumnya haram dan dilarang untuk melakukannya. Dan

apabila mukallaf yang berada di domisili Aceh melakukan perbuatan khalwat akan

diancam dengan ugubat ta‟zir berupa dicambuk paling tinggi 9 (sembilan) kali,

paling rendah 3 (tiga) kali dan/atau paling banyak Rp. 10.000,000,- (sepuluh juta

rupiah), paling sedikit Rp. 2.500.000,00- yang terdapat pada pasal 22. Selanjutnya

di dalam proses melaksanakan hukuman uqubat khalwat itu sendiri, dilakukan

oleh petugas yang ditunjuk oleh Jaksa Penuntut Umum (pasal 26 ayat 1), yang

dilakukakn di suatu tempat yang dapat disaksikan orang banyak dengan dihadiri

Jaksa Penuntut Umum dan dokter yang ditunjuk (pasal 28 ayat 1), pencambukan

dilakukan dengan rotan yang berdiameter antara 0,7 cm dan 1,00 cm dengan

panjang 1 meter dan tidak mempunyai ujung ganda/tidak dibelah (pasal ayat 2).

Pelaksanaan cambuk terhadap terpidana dilakukan pada bagian tubuh kecuali

kepala, muka, leher, dada dan kemaluan (pasal 28 ayat 3) dan pada terpidana laki-

laki dilakukan pada posisi berdiri dan sedangkan bagi perempuan posisi duduk

(pasal 28 ayat 5). Sedangkan apabila terdakwa perempuan yang bersangkutan

Page 73: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

61

keadaan hamil dilakukan hukuman cambuk setelah 60 hari setelah yang

bersangkutan melairkan (pasal 28 ayat 6).

C. Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Putusan Nomor

0001/JN/2015 MS.Snb tentang Jarimah Khalwat.

1. Ditinjau dari Hukum Islam Putusan Nomor 0001/JN/2015 MS.SNB

tentang Jarimah Khalwat

Islam merupakan agama yang besar di dunia, agama Islam mempunyai

pengaruh terhadap keberlangsungan hidup pada masyarakat yang menganutnya

mengajarkan kebaikan mengajarkan tentang hidup yang lebih baik, baik itu

hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan manusia lainnya dan hubungan

manusia dengan alam sekitar, itu sudah diatur dalam kitab Al-Qur‟an dan hadits.

Islam, nilai-nilai agama terwujud dalam bentuk ketakwaan kepada Allah

SWT, yang dibarengi dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya. Pengertian takwa terkadang pula pengandalian manusia akan

dorongan dan emosinya dan penguasaan atas kecendrungan dan hawa nafsunya

yang melampaui batas yang diperkenankan agama Islam. Selain dalam pengertian

takwa juga terkandung perintah kepada manusia agar dalam tindakannya,

manusia berlaku benar, adil, memegang amanat, dapat dipercaya, bergaul baik

dengan orang lain dan menghindari permusuhan dan kedzaliman. Serta hendaknya

Page 74: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

62

melaksanakan segala pekerjaan yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-

baiknya dengan selalu menghadap Allah SWT, memohon ridho dan karunia-Nya.1

Q.s. An-nur 30-31

Artinya; “katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka

menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih

suci bagi mereka. Sungguh. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.

(30): dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka

menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah

menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan

hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya dan janganlah

menampakkan perhiasan (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah

mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra

suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara

perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba

sehaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak

mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum

mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakan

kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.dan bertobatlah

kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu

beruntung.”.(31). (Q.s. An-Nur 30-31)

Para ulama telah sepakat bahwa pelaku zina dikenai hukuman had tapi

sebagian ulama berbeda pendapat atas pelaksanaan hukumannya adapun

perbedaan pendapat yaitu dimana dia melakukan perbuatan keji tersebut disanalah

1 Nur Rohim Yunus, “Retorasi Budaya Hukum Masyarakat Indonesia” Jurrisprudence

Press 2012, H.128.

Page 75: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

63

dihukum seorang laki-laki yang berbuat zina maka dihukum oleh laki-laki lain

yang bukan pembantunya, dan tidak boleh keluargannya.

Ulama berbeda pendapat tentang apakah orang yang dikenakan hukuman

rajam perlu dijilid terlebih dahulu atau tidak, jumhur ulama berpendapat tidak ada

hukuman jilid bagi orang yang dikenakan hukum rajam, pendapat yang kedua

oleh Hasan Basri, Ishak, Ahmad dan Daud bahwa pezina muhsan dijilid terlebih

dahulu dan kemudian dirajam. Ulama sepakat bahwa zina muhsan harus dirajam

tetapi mereka berbeda pendapat syarat-syarat yang menjadi keharusan

diputuskannya rajam, Imam Malik berpendapat syarat diputuskannya rajam

haruslah baligh, Islam, merdeka, pernah melakukan hubungan dalam ikatan nikah

yang sah dan watho‟ itu dilakukan dalam keadaan boleh untuk mencampuri atau

melakukan hubungan dalam artian bukan pada waktu haid. Imam Abu Hanifah

dan Imam Malik juga berpendapat seperti demikian kemerdekaan juga menjadi

syarat dalam hal ini berbeda dengan Imam Syafii yang tidak meharuskan

kemerdekaan,2 sebagai penentu dilaksanakan hukum rajam dengan dalil hadits

Nabi SAW:

Artinya; “Bahwa Nabi pernah merajam perempuan yahudi dan laki-laki yahudi

yang kedua-duanya berzina sewaktu dihadapkan kepadanya perkara keduanya”.

Firman Allah SWT:

Artinya; “Jika enggkau memutuskan hukum maka putuskanlah secara adil”.3

2 Ibnu rusdi, “Bidayatul Mujtahid” juz pertama, penerbit karyata putra , Semarang.

H324,325, dan 326. 3 Ibnu rusdi, “Bidayatul Mujtahid” juz pertama, penerbit karyata putra , Semarang.

H324,325, dan 326.

Page 76: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

64

Kasus yang telah diputus oleh Mahkamah Syar‟iyah Sinabang tentang

Jarimah Khalwat sudah termasuk kepada zina adapun kategori zinanya adalah

zina muhsan karena yang telah melakukan perbuatan keji di atas pernikahan yang

sah yang telah diatur dalam hukum Islam perbuatan ini termasuk dosa besar.

Kemudian dalam putusan pengadilan ini dalam pandangan Islam sudah

masuk kedalam kategori zina muhsan yaitu zina yang dilakukan dia atas

pernikahan yang sah, adapun syarat-syaratnya telah melengkapi akan hal tersebut

yaitu balig, berakal, dan merdeka, maka dalam pandangan agama Islam adalah

hukuman yang diberikan kepada para terdakwa adalah dirajam (dilempari) dengan

batu berukuran sedang sampai mati.

Hadist Nabi membenarkan adanya hukuman rajam bagi sipenzina muhsan

yaitu;

Artinya; “ Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khatab

berada di atas mimbar Rasulullah SAW (dan berpidato),” sesungguhnya Allah

mengutus Muhammad SAW dengan membawa kebenaran dan menurunkan Al-

Quran. Di antara ayat yang diturunkan itu ada ayat tentang rajam. Kami

membacanya, mempelajarinya dan memahaminya; lalu beliau melaksanakan

hukuman rajam dan kami juga melaksanakannya. Aku takut jika telah berlalu

masa yang panjang, ada orang berkata, „kami tidak menemukan rajam di dalam

Kitabullah, „lalu mereka meninggalkan kewajiban yang diturunkan Allah.

Sesungguhnya hukuman rajam itu benar di dalam Kitabullah dan diberlakukan

kepada pelaku yang telah beristri atau bersuami dari setiap laki-laki dan

Page 77: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

65

perempuan; apabila ada bukti yang kuat, terjadi kehamilan atau pelaku

mengaku” (HR. Muslim)4

Artinya; “dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya. Ia mengatakan

bahwa sesungguhnya Ma‟iz bin Malik Al-Aslami mendatangi Rasulullah SAW

seraya berkata‟Ya Rasulullah, sesunggunya aku telah kembali mendatangi beliau

dan berkata berbuat zalim atas diriku sendiri. Aku telah berzina dan aku ingin

agar engkau membersihkanku. „Rasulullah menolaknya. Akantetapi, keesokan

harinya. Ma‟iz kembali mendatangi beliau dan berkata, “wahai Rasulullah,

sungguh aku telah berzina.” Untuk kedua kalinya beliau menolak

permohonannya. Rasulullah kemudian mengutus seseorang kepada orang-orang

yang mengenal Ma‟iz. Utusan itu bertanya, “apakah kalian ketahui akal Ma‟iz

bermasalah yang kalian sendiri tidak dapat menerimanya?” mereka menjawab,

“kami tidak mengetahuinya kecuali dari sisi akal senormal dan sewaras kami,

tentu yang menurut kami ketahui.” Semetara itu, Ma‟iz mendatangi Nabi untuk

yang ketiga kalinya dan Nabi pun mengutus utusan lagi untuk menanyakan

kondisi dan kesehatan psikisnya. Ternyata mereka memberitahu bahwa akalnya

tidak bermasalah. Selanjutnya ketika Ma‟iz mendatangi Nabi untuk keempat

kalinya, dibuatkan lubang untuk mengubur Ma‟iz kemudian diperintahkan untuk

merajamnya. (HR. Muslim).5

Islam memberikan hukuman terhadap segala tindakan kejahatan memiliki

maksud dan tujuan yang sangat jelas. Seperti halnya dalam masalah zina, salah

satu tujuan Islam dalam memberikan hukuman rajam kepada orang yang

melakukan zinah muhsan dan hukuman cambuk sebanyak 100 kali serta

diasingkan dari masyarakat setempat bagi pelaku zinah ghairu muhsan adalah

untuk menjaga keturunan (Hifdzu Nasb) sebagaimana yang dimaksud dalam

4 Imam Al-Mundziri “Shahih Muslim Ringkasan” , (cetakan kedua penerbit Jabal,

Bandung 2013) h.402 5 Nurul Irfan dan Masyrofah “Fiqih Jinayah“ (AMZAH Jakarta 2010)H.28

Page 78: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

66

maqosid al-Syariah serta menjaga ajaran-ajaran agama yang bersumber dari al-

Qur‟an melalui utusannya Muhammad SAW yaitu (Hifdzu Diin).

Putusan Mahkamah Syar‟iyah Sinabang tentang jarimah khalwat, yang

memutuskan hukuman bagi pelaku zinah muhsan masing-masing Sembilan kali

„uqubat cambuk merupakan suatu upaya dalam melaksanakan ajaran syariah

tersebut di atas. Namun dalam kaitannya dengan hukum Islam mengenai hukuman

bagi pelaku zina muhsan seharusnya masing-masing mendapat hukuman rajam

(dilempari) dengan batu berukuran sedang sampai mati.6

Upaya pemerintah Provinsi Aceh dalam menegakan syariat Islam

merupakan sesuatu yang seharusnya mendapat apresiasi tinggi oleh seluruh

masyarakat terkhusus yang beragama Islam. Dalam upaya tersebut pihak

pemerintah melalui mahkamah syar‟iyah berupaya untuk memberikan efek jerah

kepada pelaku zina dengan memberikan hukuman masing-masing sembilan kali

„uqubah cambuk dihadapan khalayak ramai. Maksud yang hendak dicapai adalah

memberikan rasa malu terhadap pelaku atas perbuatan yang telah dilakukannya

serta memberi peringatan bagi individu lainnya akan hukuman yang akan didapati

bila melakukan perbuatan serupa.

Hukuman yang dilakukan di depan publik merupakan hukuman yang

sangat berat yang didapati oleh setiap pelaku kejahatan. Karena, masyarakat dapat

mengetahui dengan jelas segala perbuatan pelaku dan dapat menjadi perbincangan

publik. Kadar yang diberikan oleh Mahkamah Syar‟iyah Sinabang dengan

memberikan hukuman masing-masing sembilan kali „uqubah cambuk sangatlah

6 Muhammad bin Qosim Al-Ghazy “Fat-hul Qorib” jilid 2 Al Hidayah Surabaya. H.148

dan149

Page 79: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

67

jauh dari yang telah ditetapkan oleh Islam yaitu dirajam (dilempari) dengan batu

yang berukuran sedang sampai mati.

Hukuman yang dijatuhkan Hakim kepada para terdakwa ini termasuk

kedalam kategori Ta‟zir yakni sanksi-sanksi hukum yang tidak disebutkan oleh

Syari‟ (Allah dan Rasulullah) tentang dan jenis ukurannya. Syari‟ menyerahkan

penentuan ukuran kepada ulil amri atau hakim yang mampu menggali hukum,

Ta‟azir dilakukan untuk menegur atau memberikan pelajaran7

2. Ditinjau dari Hukum Positif Putusan Nomor 0001/JN/2015. MS.Snb.

tentang Jarimah Khalwat.

Usaha untuk penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang

(hukum) pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian utuh dari usaha

perlindungan masyarakat dan sekaligus mencangkup perlindungan masyarakat.8

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-

pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan

mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan.

Objek dari ilmu ini adalah aturan hukum pidana yang berlaku disuatu negara

seperti hukum pidana Indonesia. Tujuan dari ilmu pengetahuan ini adalah

menyelidiki pengertian objek dari hukum pidana positif.9

Putusan Mahkamah Syar‟iyah Sinabang tentang khalwat kalau ditinjau dari

hukum pidana Indonesia telah melanggar pasal 284 yakni:

(1) Diancam deng an pidana penjara paling lama sembilan bulan:

7 Nurul Irfan dan Masyrofah “Fiqih Jinayah“ (AMZAH Jakarta 2010)H.139 8 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan Konsep

KUHP Baru, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 28 9 Mokhammad Najih dan Soimin “Pengantar Hukum Indonesia”sejarah,konsep tata

hukum,dan politik hukum Indonesia, cet pertama, Setara Pres Malang, Jatim 2014. H.160.

Page 80: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

68

1a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak10

(over

spel),padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;

b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal

diketahui bahwa pasal 27 BW berelaku baginya.

2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal

diketahuinya bahwa turut bersalah telah kawin;

b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan

itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan

Pasal 27 BW berlaku baginya.

(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang

tercemar, dan bila mana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang

waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja dan

ranjang karena alasan curiga.

(3) Terhadap pengaduan ini tidak belaku pasal 72, 73, dan 75.

(4) Pengajuan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang

pengadilan belum dimulai.

(5) Jika bagi suami-isteri berlaku pasal b27 BW, pengaduan tidak diindahkan

selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan

yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.11

KUHP pasal 284 dijelaskan bahwasanya setiap pelaku khalwat dituntut

dengan hukuman penjara atau kurungan paling lama 9 sembilan, ini berlaku bagi

10

Kamus besar KBBI gendak adalah perempuan yg disukai (diajak berzina); perempuan

simpanan 11

KUHP dan KUHAP, H.94

Page 81: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

69

orang yang melakukan perkawinan yang sah tetapi dia melakukan khalwat dengan

orang lain tanpa perkawinan yang sah. Hal ini berlaku jika salah satu dari

sepasang suami istri ini mengadukan kepada wilayah hisbah atau Polisi Syariah.12

Tetapi hal ini tidak berlaku jika tidak ada yang mengadukan karena hal ini atau

tindak pidana ini merupakan delik pengaduan yang dijelaskan dalam pasal 72, 73,

dan 75,13

Sebagai berikut :

Pasal 72

1. Selama orang yang terkena kejahatan yang hanya boleh dituntut atas

pengaduan, dan orang itu umumnya belum cukup enam belas tahun dan lagi

belum dewasa, atau selam ia berada di bawah pengampuan yang disebabkan

oleh hal lain daripada keborosan, maka wakilnya yang sah dalam perkara

perdata yang berhak mengadu.

2. Jika tidak ada wakil, atau wakil itu sendiri yang harus diadukan, maka

penuntutan dilakukan atas pengaduan wali pengawas atau pengampu

pengawas, atau majelis yang menjadi wali pengawas atau pengampu

pengawas; juga mungkin atas pengaduan isterinya atau seorang keluarga

sedarah dalam garis lurus, atau jika itu tidak ada, atas pengaduan seorang

sedarah dalam garis menyimpang sampai derajat ketiga.

Pasal 73

Jika yang terkena kejahatan meninggal di dalam tenggang waktu yang

ditentukan dalam pasal berikut maka tanpa memperpanjang tenggang itu, penuntut

12

Rusdi Ali Muhammad “Revitalisasi Syari‟at Islam Di Aceh, Problem Solusi dan

Inplementasi, Menuju Pelaksanaan Hukum Islam di Nanggroe Aceh Darussalam”(Ciputat: Logos

Wacana Ilmu, 2003).h.136. 13

KUHP dan KUHAP, H. 37 dan 38.

Page 82: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

70

dilakukan atas pengaduan orang tuanya, anaknya, atau suaminya (isterinya) yang

masih hidup kecuali kalau ternyata bahwa yang meninggal tidak menghendaki

penentutan.

Pasal 75

Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu

tiga bulan setelah pengaduan diajukan.

Pasal tersebut dijelaskan bahwasanya tidak berlaku suatu tindak pidana

khalwat jika tidak ada yang mengadukan kepada pihak yang berwajib,

dikarenakan hal ini termasuk tindak pidana pengaduan. Dalam BW sangat jelas

bahwasanya tidak bisa ditindak lanjuti suatu perbuatan jika tidak ada yang

mengadukan suatu perbuatan tersebut, jika perbuatan khalwat dilakukan oleh

orang dibawa umur 16, maka pengaduan dapat dilakukan oleh walinya, karena

disebabkan belum cakap hukum. Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh

seseorang harus memenuhi unsur-unsur yang dijelaskan oleh hukum positif,

berdasarkan KUHP ataupun Undang-undang yang mengatur hukum itu sendiri.

Khalwat yang dilakukan oleh terdakwa sudah terrmasuk atau tergolong kepada

mesum, dikarenakan kedua tersengka telah melakukan persetubuhan.

Hukum positif menegaskan bahwasanya setiap perbuatan mesum yang

dilakukan oleh dua orang yang telah menikah, hal ini tergolong kepada perbuatan

tindak pidana yang harus dihukum. Dalam KUHP dijelaskan bahwasanya setiap

tindak pidana yang dilakukannya diancam dengan hukum kurungan selama 9

bulan kurungan penjara.

Page 83: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

71

Hukum positif juga dijelaskan bahwasanya, suatu perbuatan yang

digolongkan ke perbuatan mesum jika, perbuatan itu dilakukan oleh sepasang

suami istri yang telah melakukan ikatan pernikahan, jika perbuatan itu dilakukan

oleh orang yang belum nikah hal ini belum tergolong kepada zina atau mesum dan

mereka tidak terkena hukum karena tidak ada hukum yang mengatur.

Suatu perbuatan bisa dihukum dikarenakan ada suatu legalitas hukum yang

kuat untuk memberi sanksi kepada terdakwa. Berdasarkan Putusan Mahkamah

Syariah Sinabang memutuskan suatu perbuatan khalwat disanksi dengan hukuman

cambuk dengan 9 (sembilan) kali cambuk. Hal ini merupakan hukum Syariah

yang ada di Aceh. Aceh merupakan daerah yang menerapkan hukuman Islam atau

Syariah walaupun hukumannya tidak sesuai dengan jumlah yang ditetapkan oleh

Islam, dikarenakan hukuman yang ditetapkan oleh pemerintah Aceh merupakan

peraturan daerah Aceh.

Pemerintah aceh dalam menerapakan saknsi hukuman bagi pelaku khalwat

tetap merujuk kepada Islam atau landasan Syariah, tetapi jumlah atau kadarnya

tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan Islam. Aceh hanya melihat bentuk

hukuman bukan mengambil secara utuh sanksi tersebut.

Khalwat dalam KUHP tergolong kepada zina atau mesum yang harus

diancam dengan hukuman yang telah ditentukan oleh KUHP yaitu hukuman

penjara atau kurungan.

Page 84: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

72

D. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Hukum Positif dan Hukum

Islam Terhadap Putusan No 0001/ JN/2015. MS.Snb. tentang Jarimah

Khalwat.

Menganalisa dalam Putusan No 0001/JN/2015. Ms.Snb tentang jarimah

khalwat bagi pelaku zina muhsan tentu memiliki beberapa persaman dan

perbedaan. Untuk jelasnya penulis menguraikannya sebagi berikut:

Putusan No 0001/JN/2015. Ms.Snb

Jarimah Khalwat dalam Hukum Positif

Putusan No 0001/JN/2015. Ms.Snb

Jarimah Khalwat dalam Hukum Islam

Persamaan Perbedaan Persamaan Perbedaan

- Telah

melanggar

pasal pasal

yang telah

diatur.

- Diproses dan

diputuskan

melalui

Pengadilan

- Memberi efek

jerah kepada

pelaku zina.

- Dalam Hukum

Positif pelaku

zina bagi orang

yang telah

menikah

dikenai

hukuman

kurungan,

sedangan dalam

putusan tersebut

masing-masing

pelaku zina

mendapat

hukuman 9 kali

„uqubat cambuk

- Dalam hukum

positif pelaku

- Hukuman yang

diberikan

kepada pelaku

zina

dilaksanakan di

muka umum.

- Dalam rangka

melaksanakan

syariat Islam.

- Hukuman

yang diberikan

kepada pelaku

zina muhsan

adalah

dirajam

(dilempari)

dengan batu

sedang sampai

mati,

sedangkan

dalam putusan

hanya

mendapat

hukuman 9

kali „uqubat

cambuk bagi

Page 85: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

73

zina ghairu

muhsan bisa

dikenai

hukuman

apabila ada

pihak yang

merasa

dirugikan

melapor.

sedangkan

dalam putusan

tersebut diatur

secara jelas.

masing-

masing pelaku

zina

- Dalam hukum

Islam

perbuatan zina

termasuk

dalam jarimah

hudud,

sedanagkan

dalam putusan

tersebut

tergolong

dalam jarimah

ta‟zir.

Page 86: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uraian yang telah penulis paparkan mengenai Analisis Putusan MS. Snb

tentang Jarimah Khalwat Dalam Pandangan Hukum Islâm dan Hukum Positif,

penulis menyimpulkan beberapa point penting yang menjadi inti dari pembahasan

skripsi ini.

1. Bentuk hukuman khalwat dalam qanun di Aceh adalah diancam dengan

ugubat ta’zir berupa dicambuk paling tinggi 9 (sembilan) kali, paling rendah

3 (tiga) kali dan/atau denda paling banyak Rp. 10.000,000,- (sepuluh juta

rupiah), paling sedikit Rp. 2.500.000,00- yang terdapat pada pasal 22.

2. Hukum positif memandang putusan pengadilan Nomor 0001/JN/2015 Snb.

Yang sesuai dengan qanun nomor 14 tahun 2003 tentang khalwat, dalam

putusan pengadilan tersebut hukuman yang diberikan kepada pelaku jarimah

Khalwat (mesum) sesuai pasal 22 yaitu adalah sembilan (9) kali uquba’

cambuk terhadap masing-masing pelaku jarimah khalwat. Sedang dalam

ketentuan hukum positif perbuatan termasuk ke dalam tindak pidana asusila

yang mana dapat dihukum paling lama Sembilan (9) bulan kurungan

penjara. Ketentuan Sembilan kali uquba’ cambuk yang diberikan kepada

pelaku jarimah khalwat dalam putusan Pengadilan Syar’iyah Sinabang

diatur dalam qanun pasal 5 Jo pasal 22 ayat (2) Qanun pemerintahan Aceh

Nomor 14 Tahun 2003 tentang khalwat/mesum, sedangkan yang terdapat

Page 87: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

75

dalam hukum positif maka dikenai hukuman tindak pidana asusila yang

dihukum paling lama Sembilan bulan kurungan penjara, ketentuan ini telah

diatur dalam pasal 284 KUHP.

Sedangkan dalam Hukum Islam memandang putusan Pengadilan

Mahkamah Syar’iyah Nomor 0001/JN/2015. MS. Sinabang. Yang sesuai

dengan qanun nomor 14 tahun 2003 tentang khalwat, dalam Putusan

pengadilan tersebut hukuman yang diberikan kepada pelaku jarimah

Khalwat (mesum) adalah sembilan (9) kali uquba’ cambuk terhadap

masing-masing pelaku jarimah khalwat. Sedangkan dalam hukum Islam

untuk menilai kasus dalam putusan tersebut dikategorikan kedalam zina

muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan masing-

masingnya telah mempunyai ikatan nikah yang sah dan dapat dihukum

rajam (dilempari) dengan batu yang sedang hingga mati.

3. Persamaan hukum positif dan putusan Pengadilan Mahkamah Syar’iyah

Nomor 0001/JN/2015. MS. Sinabang tentang khalwat ialah telah melanggar

pasal-pasal yang telah diatur, diproses dan diputuskan melalui pengadilan

dan memberi efek jera kepada pelaku zina, adapun perbedaannya adalah

dalam hukum positif pelaku zina dikenai hukuman kurungan, kalau dalam

putusan tersebut masing-masing pelaku zina mendapat hukuman 9 kali

uqubat cambuk, dan dalam hukum pelaku zina ghairu muhsan harus adanya

laporan atau aduan dari pihak yang merasa dirugikan, sedangkan dalam

putusan tersebut diatur secara jelas.

Page 88: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

76

Persamaan hukum Islam dan putusan Pengadilan Mahkamah Sya’iyah

Nomor 0001/JN/2015. MS. Sinabang tentang khalwat adalah Hukuman

yang diberikan kepada pelaku zina dilaksanakan di muka umum.

Perbedaanya adalah Hukuman yang diberikan kepada pelaku zina muhsan

adalah dirajam (dilempari) dengan batu berukuran sedang sampai mati,

dalam putusan tersebut hanya mendapatkan 9 kali uqubat cambuk bagi

masing masing pelaku zina, hal ini dalam Islam perbuatan zina termasuk

kedalam jarimah hudud, sedangkan dalam putusan tergolong jarimah ta’zir.

B. Saran-saran

Saran-saran yang perlu disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini, yaitu:

1. Mengenai permasalahan yang acap kali timbul dan menjadi perhatian umat

Islâm di seluruh Nusantara maupun dunia, kita sebagai umat Islâm harus

berhati-hati dalam pergaulan terutama kepada lawan jenis kita yang bukan

mahram kita, setiap tindakan baik dari segi perbuatan maupun dalam segi

perkataan. Apalagi dalam masalah etika atau perbuatan itu sangat berhati-

hati. Karena etika baik merupakan akhlak ketundukan kita kepada Tuhan

dan kepercayaan kita kepada Allah SWT. Jika kita tidak menjaga

pergaulan terutama ke lawan jenis yang bukan mahram dan melanggar

hukuman yang telah diatur maupun yang diturunkan oleh Allah maka kita

termasuk orang-orang yang merugi baik itu pada lingkungan maupun diri

sendiri karena hal ini termasuk kedalam dosa besar yang harus dibayarkan

atau dijalani.

Page 89: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

77

2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian,

diharapkan penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih lanjut

mengenai Jarimah Khalwat dalam hukum positif dan hukum Islam dari

segi yang berbeda dan analisis yang berbeda. Permasalahan khalwat

seharusnya mendapat perhatian yang seharunya menjadi perhatian yang

serius dari aparat penegak hukum yang diatur dalam perundang-undangan

terkhusus jarimah khalwat ghoiru muhsan, sejauh ini permasalahan

tersebut belum mendapatkan perhatian yang serius.

Page 90: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

78

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

\Abubakar,”Strategi dan Hambatan Penerapan Qanun Khalwat dalam

Pencegahan Prilaku Khalwat Remaja Kota Banda Aceh”(.Jurnal

Pendidikan Serambi Ilmu, Volume 9 Nomor 2 maret 2011.

Abubakar, Al-Yasa‟, Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan, (Banda Aceh: Dinas Syari‟at Islam

Provinsi Nanggore Aceh Darussalam, 2005.

Ad-Dimasyqi, Syaikh al –„Allamah Muhammad bin Abdurrahman, “Fiqih Empat

Mazhab” penerjemah; Abdul Zaki Alkaf, Bandung.

Al-Ghazy, Muhammad bin Qosim, “Fat-hul Qorib” jilid 2 Al Hidayah Surabaya.

Ali “Kedudukan Syariat Islam Dalam Tata Negara Indonesia” (Fakultas Syariah

dan Hukum Uin Ar-Raniry Banda Aceh

Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009.

Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, “Taman Para Pecinta” Jakarata; Khatulistiwa Prees

2009.

Al-Malibari, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz, Fat-Hul Mu’in, Surabaya: Al-

Hidayah 1993.

Al-Mundziri, Imam, “Shahih Muslim Ringkasan” , (cetakan kedua penerbit

Jabal, Bandung 2013.

Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan

Konsep KUHP Baru, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

As-Shiba‟i, Musthafa, Wanita dalam Pergaulan Syari;at & Hukum Konvensional,

Jakarta: Insan Cemerlang dan PT. Intimedia Ciptanusantara.

Ayang Utriza Yakin, “Sejarah Hukum Islam Nusantara Abad XIV-XIX M”,

Jakarta:Kencana, 2016

Az-Zuhaili, Wahbah, “fiqih islam wa adillatuhu” Depok: Gema Insani, 2011.

Az-Zuhaili,Wahbah,”Fiqh Imam Syafi’i, Mengupas masalah Fiqhiyah

Berdasarkan Al-Quran dan Hadits” Cet.1 Jakarta: almahirah 2010.

Page 91: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

79

Babiej, Ahmad, “Sejarah dan Problematika Hukum Pidana Materiel di

Indonesia” Artikel Sosio-Religia No. 4 Agustus 2005.

Bisri, Cik Hasan, Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial,

(Jakarta: PT RajaGrfindo Persada, 2004.

Chazawi, Adami, “Tindak Pidana Mengenai Kesoponan” Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada 2005.

Dahlan, Abdullah Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve, 1996.

Disa, Mahamad Naser Bin, ”Pelaksanaan Hukuman Sebat dalam kes Jenayah

Syariah: Maslah dan penyelesaiannya”, dibentangkan dalam Seminar

Hukuman Sebat Jenayah Syariah anjuran Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM) pada 23 April 2009.

Faisal, “Efektifitas Penerapan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat di

Kabupaten Aceh Besar” Jurnal Ilmiah Islam Futura NO 1 Agustus 2013.

Fakhiriah, Efa Laela dan Yusrijal, “Kewenangan Mahkamah Syrari’yah di Aceh

dihubungkan dengan Sistem Peradilan di Indonesia”, Jurnal Ilmu Hukum

No.2.

Gunaryo, Achmad, “Pergumulan Politik dan Hukum Islam; Reposisi Peradilan

Agama dari Peradilan “Pupuk Bawang” menuju Peradilan yang

sesungguhnya”, Semarang: Pustka Pelajar 2006.

Hasan, Muhammad Tholhah, “Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan

Zaman”, Cet. Ke-V, Jakarta: Lantabora Press, 2005.

Irfan, Nurul dan Masyrofah “Fiqih Jinayah“ (AMZAH Jakarta 2010.

Kamil, Ahmad dan M. Fauzan, Kaidah – Kaidah Hukum Yurisprudensi. Cet ke-

III. Jakarta:Kencana Prenada Media Group 2008.

Kamus besar KBBI gendak adalah perempuan yg disukai (diajak berzina);

perempuan simpanan

Kansil, pengantar ilmu Hukum dan Tata hukum Indonesia, balai pustaka, Jakarta,

1980.

Kanter dan Sianturi, “Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,

Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1982.

Page 92: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

80

Khamami, Pemberlakuan Hukun Jinayah di Aceh Dan Kelantan, Jakarta: LSIP,

2014.

KUHP dan KUHAP

Latief, Husni Mubarrak A. ”Disonasi Qanun Syariat Islam dalam Bingkai

Konstitusi Hukum Indonesia: Aceh sebagai Studi Kasusu”

Malik, Muhammad Abduh, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP,

Jakarta:Bulan Bintang, 2003.

Mohamad, Tun Abdul Hamid,” Pelaksanaan Undang-Undang Jenayah Islam Di

Malaysia” 2015.

Muhammad, Rusjdi Ali “Revitalisasi Syari’at Islam Di Aceh Problem, Solusi Dan

Implementasi Menuju Pelaksanaan Hukum Islam DI Nanggroe Aceh

Darussalam”, Banda Aceh.

Mujib, Abdul, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Al-Qowa‟idul Fiqhiyyah), Jakarta:

Kalam Mulia, 2001.

Najih, Mokhammad, dan Soimin “Pengantar Hukum Indonesia”sejarah,konsep

tata hukum,dan politik hukum Indonesia, cet pertama, Setara Pres Malang,

Jatim 2014.

Nurin, Hukum Islam di negara Malaysia, mei 2009, jurnal Catatan Afandi.

Ordinan Tatacara Jenayah Syariah (Negeri Sarawak) 2001 [Ordinan 46/2001]

(Ordinan Tatacara Jenayah Syariah Sarawak.

Pauzai, Nur Amani, “Khalwat Dalam Kalangan Remaja Di Malaysia Dan Aceh:

Kajian Terhadap Pematuhan Syariah” Universitas Sultan Zainal abiding,

Malaysia. Tahun 2015.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008), Ed. 4.

Ridwan “Positivisasi Hukum Pidana Islam (Analisis atas Qanun No:14/2003

Tentang Khalwat/Mesum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

Purwokerto.

Rusdi, Ibnu, “Bidayatul Mujtahid” juz pertama, penerbit karyata putra ,

Semarang.

Sirajuddin, Pemberlakuan Syariat Islam di Naggroe Aceh Darussalam Pasca

Reformasi Yogyakarta: Teras, 2010

Page 93: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH SYARIAH NOMOR: …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42152/1/ISMAIL... · melanggar Pasal 284 tentang asusila yakni diancam pidana

81

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Rineka

Cipta, 1999) Cet. 1

Suhaimi, Masrap, dkk, Terjemah Bulughul Maram, Surabaya: Al-Iklas, 1993

Widowati, Christiani, “Hukum Sebagai Norma Sosisal Memiiki sifat

Mewajibkan”. Dalam Adil Jurnal Hukum, Jakarta. Vol.4NO.1 Juli 2013.

Yahya, Mahyudin Haji, “Islam dan Pembangunan Negara”. (Penerbit Univesity

Kebangsaan Malaysia 1986), cet. Pertama 1986.,

Yunus, Nur Rohim, “Retorasi Budaya Hukum Masyarakat Indonesia”

Jurrisprudence Press 2012.

Yusuf, Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu, Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah: Kaedah-

kaedah Praktis Memahami Fiqih Islami, Gresik: Pustaka Al-Furqon, 2009.

Website:

http://www.ms-aceh.go.id/ tentang- pengadilan/ profil- pengadilan/ sejarah

pengadilan.html. Di akses 2 februari 2017.

http://www.yahoo.com/PeresmianMahkamahSyar‟iyahAceh.html Di akses tgl 19

februari 2017.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Simeulue diakses pada 17 februari 2017.